Berdasarkan data-data yang tersaji, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa kinerja mutu dan pelayanan publik adalah kurang baik. Masih banyak hal
yang harus diperbaiki kinerjanya pada setiap instansi penyelenggara publik. Hal ini dapat dilihat pada tabel, di sana jelas tertulis bahwa dari 45 keluhan yang
ditanggapi oleh ombudsman dan diberikan rekomendasi, namun hanya 18 rekomendasi yang ditanggapi oleh instansi terkait.
C. Efektivitas dan Peranan Ombudsman dalam Rangka Peningkatan Mutu
Pelayanan Administrasi dan Pelayanan Publik
Sejak ombudsman didirikan sampai sekarang telah berjalan selama 11 tahun. Selama rentang waktu yang sedemikian lama ini, telah banyak peranan
ombudsman dalam meningkatkan mutu penyelenggara publik. Peranan ombudsman dalam pemerintahan Indonesia dapat dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
secara konseptual dan faktual. Secara konseptual, ada pun peranan ombudsman dalam meningkatkan
mutu pelayanan publik, yaitu : a.
Mengawasi penyelenggara negara yang bertugas melindungi kepentingan negara dan melayani masyarakat. Ombudsman mengawasi aktivitas
penyelenggara negara dalam melaksanakan fungsi dan wewenangnya. b.
Membantu upaya mewujudkan penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih good governance. Upaya ini dilakukan oleh ombudsman dengan cara
meyakinkan kepada para pejabat publik bahwa dalam menjalankan tugas dan kewajiban mereka harus memperhatikan dan tunduk kepada peraturan
perundang-undangan yang ada.
c. Mendorong para penyelenggara negara untuk menaati hukum dan peraturan
perundang-undangan. d.
Membela hak-hak warganegara dengan melakukan penyelidikan atas keluhan masyarakat mengenai adanya tindakan malpraktik yang dilakukan oleh
penyelenggara publik. e.
Mengawasi jalannya administrasi pemerintahan, di Indonesia sendiri sistem pengawasan yang dilakukan oleh Komisi Ombudsman Nasional cukup baik,
namun masih banyak hal yang harus ditingkatkan kinerjanya. f.
Membantu pemberantasan korupsi bersama-sama dengan lembaga pemberantasan korupsi lainnya, seperti : Komisi Pemberantasan Korupsi
KPK. g.
Memegang peranan yang cukup besar dalam rangka penguatan pemerintahan yang demokratis, penegakan rule of law dan masyarakat madani civil
society. h.
Jembatan penghubung terhadap kesenjangan yang timbul antara warganegara dengan negara.
i. Memberikan sosialisasi mengenai adanya lembaga ombudsman, sehingga
masyarakat dapat meningkatkan partisipasinya dalam proses pembuatan kebijakan dan hukum yang merupakan salah satu dimensi penting negara
demokrasi. j.
Meningkatkan proses internasionalisasi dan globalisasi, yang berarti hal ini akan meningkatkan citra Indonesia di mata dunia sebagai negara yang bersih
dari praktik KKN dan negara yang mempunyai pelayanan publik yang baik.
Semua peranan ombudsman secara konseptual hanya akan memberikan manfaat apabila didukung dengan adanya :
a Landasan hukum yang kuat.
Lemahnya landasan hukum di Indonesia akan sangat mempengaruhi kinerja ombudsman. Hal ini dibuktikan dengan jika setiap instansi yang
diberikan rekomendasi oleh ombudsman tidak menanggapi dan malah membiarkan adanya pelanggaran di instansinya, maka hal ini akan
membuat pekerjaan ombudsman menjadi sia-sia saja. Selain itu, apabila fungsi dan status ombudsman tidak diatur secara tepat
sesuai dengan peraturan perundang-undangan, maka dapat menimbulkan duplikasi atau persinggungan dengan fungsi lembaga peradilan, lembaga
hak asasi dan lembaga pengawas lainnya. b
Sumber daya manusia yang memadai. Faktor sumber daya sangat berpengaruh terhadap efektivitas dan efiseiensi
ombudsman. Ketidakefektivan dan ketidakefisiensi ombudsman dapat menimbulkan beberapa ekses administrasi. Bisa dibayangkan jika saja
ombudsman tidak dihuni oleh orang-orang yang berkompeten dan ahli di bidangnya, maka akan banyak kendala yang dijumpai dalam menjalankan
fungsinya. Oleh karena itu, dalam rangka efektivitas dan efisiensi, maka ombudsman memerlukan sumber daya manusia yang handal dan
berintegritas tinggi. Selain sumber daya manusia, ombudsman juga memerlukan sumber daya keuangan yang memadai karena masalah
keuangan juga mempengaruhi kinerja ombudsman dalam hal efektivitas
dan efisiensi. Anggaran biaya yang kecil sudah tentu akan berpengaruh besar terhadap kinerja ombudsman. Pemerintah dalam hal ini harus
menjamin sumber-sumber finansial yang cukup untuk melaksanakan misi dengan fungsi ombudsman.
c Adanya penghargaan terhadap kinerja ombudsman.
Faktor apresiasi juga berpengaruh terhadap peranan ombudsman. Hal ini mengingat bahwa secara umum kewenangan ombudsman dibatasi hanya
memberikan rekomendasi dan bukan sanksi. Apabila rekomendasi yang diberikan ombudsman tidak ditanggapi dan tidak dihargai, maka
keberadaan ombudsman akan menjadi sia-sia. Selain itu, kinerja ombudsman juga akan mengalami penolakan dari berbagai instansi publik
jika tidak seorang pun mau diselidiki. Oleh karena itu, kinerja ombudsman harus dihargai oleh semua instansi dan rekomendasi ombudsman harus
ditanggapi agar kinerja ombudsman menjadi semakin baik dan meningkat. d
Wewenang ombudsman yang memadai. Wewenang yang terlalu besar bisa membuat banyak terjadinya
penyelewengan bagi pemegang wewenang. Demikian juga dengan wewenang yang terlalu besar akan berpengaruh pada kinerja ombudsman.
Pemikiran seperti ini terjadi pada awal pembentukan ombudsman, di mana wewenang ombudsman hanya dibatasi pada permasalahan malpraktik yang
dilakukan oleh penyelenggara publik di tingkat nasional saja. Namun, dengan melihat perkembangan yang ada, jika diperlukan dalam rangka
membuat ombudsman dapat diakses oleh semua pihak, maka dapat
dibentuk ombudsman di tingkat daerah dan juga lembaga ombudsman lainnya.
Secara faktual, peranan Komisi Ombudsman Nasional dapat dilihat dari data yang ada sejak tahun 2000 sampai tahun 2010. Laporan yang diterima oleh
Komisi Ombudsman Nasional sejak tanggal 1 Januari 2000 sampai 31 Desember 2010 adalah sebanyak 6.758 laporan.
75
No Untuk lebih jelasnya, dapat kita lihat pada
tabel sebagai berikut : Tabel 10
Jumlah Laporan Berdasarkan Instansi Tahun 2000 Sampai Tahun 2010
INSTANSI JUMLAH
PERSENTASE 1
Peradilan 3379
50 2
Kepolisian 743
11 3
Lembaga pemerintah 540
8 4
Pemerintah Daerah 540
8 5
Kejaksaan 473
7 6
SwastaBadan Hukum 365
5,4 7
Badan pertanahan BPN 338
5 8
TNI 176
2,6 9
BUMN 136
2 10
Lain-lain 68
1
75
Komisi Ombudsman Nasional, Laporan Tahunan 2010, Jakarta, 2010.
Total 6758
100 Sumber : Komisi Ombudsman Nasional
Dilihat dari ouputnya, kinerja Komisi Ombudsman Nasional telah memproses semua laporan yang masuk tahun 2000 sampai akhir tahun 2010
dengan mengeluarkan 4.003 sebesar 59,2 rekomendasi atau permintaan klarifikasi kepada instansi-instansi terkait. Dari 4.003 rekomendasi tersebut, hanya
1.890 27 kasus yang mendapat tanggapan dari instansi yang telah diberikan rekomendasi oleh ombudsman. Sisanya tidak ada kejelasan dari instansi terkait.
Dengan demikian, respon yang disampaikan masih jauh dari yang diharapkan. Secara umum, dapat dikatakan bahwa berdasarkan penelitian yang
dilakukan terhadap kinerja Komisi Ombudsman Nasional sejak tahun 2000 sampai akhir tahun 2010, hasilnya cukup memberikan angin segar terhadap
penyelenggaraan pemerintahan karena cukup banyak rekomendasi yang diberikan oleh Komisi Ombudsman Nasional. Sementara itu, rekomendasi yang ditanggapi
juga diimbangi dengan adanya beberapa instansi terkait yang telah mengadakan perubahan terhadap kinerjanya. Penghormatan terhadap rekomendasi Komisi
Ombudsman Nasional dapat dijadikan sebagai indikator wibawanya ombudsman di mata masyarakat dan instansi pemerintahan. Rekomendasi ombudsman yang
ditanggapi dengan positif, dapat dikatakan telah memberikan kontribusi yang cukup besar dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik dan bersih.
Peranan secara faktual dari ombudsman nasional adalah merupakan pengawas penyelenggaraan administrasi pemerintahan. Berdasarkan penelitian, ombudsman
melakukan pengawasan terhadap penyelenggaraan administrasi pemerintahan
secara luas baik di tingkat pusat maupun tingkat daerah. Selain itu, ombudsman juga melakukan pengawasan di bidang peradilan.
Peranan faktual lainnya adalah bahwa Komisi Ombudsman Nasional telah berhasil menyusun Rancangan Undang-Undang tentang Ombudsman, yang
kemudian telah disahkan menjadi Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2008 tentang Komisi Ombudsman Nasional.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN