Koordinasi Ombudsman dengan Lembaga Penegakan Hukum Lainnya

BAB IV KEDUDUKAN DAN PERANAN OMBUDSMAN DALAM PENEGAKAN

HUKUM DI INDONESIA

A. Koordinasi Ombudsman dengan Lembaga Penegakan Hukum Lainnya

Peradilan, Jaksa dan Komisi Yudisial Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan yang baik, selain diperlukan tekad untuk menciptakan pemerintahan yang baik juga diperlukan pengawasan yang akan mengawasi jalannya roda pemerintahan. Bagi negara-negara yang sedang berkembang pengawasan ini menjadi sangat penting karena tanpa ada lembaga pengawasan pun pemerintahan akan berjalan tanpa kontrol. Berbeda dengan negara-negara yang sudah maju, lembaga pengawasannya tidak terlalu dominan lagi peranannya karena negara maju kesadaran hukumnya sudah tinggi. Oleh karena itu, baik orang perorangan maupun penguasa selalu tunduk dan patuh pada peraturan perundang-undangan. Pengawasan yang dilakukan oleh lembaga ombudsman mengandung beberapa dimensi 72 1. Untuk mencegah pelanggaran terhadap berbagai peraturan perundang- undangan tertentu atau hukum pada umumnya. , yaitu : 2. Untuk menjaga keseimbangan antara berbagai kepentingan baik yang sama atau pun yang berbeda dari aneka ragam kegiatan yang diawasi. 72 Bagir Manan, Teori dan Politik Konstitusi, FH UII Press, Yogyakarta, 2003. Hal. 252. 3. Untuk menjamin keseimbangan pembagian berbagai resources yang memungkinkan tersedia secara terbatas. 4. Untuk melindungi kepentingan umum dari suatu kegiatan yang tidak diawasi atau dikendalikan. 5. Untuk mencegah orang-orang atau badan yang tidak berhak melakukan perbuatan atau tindakan tertentu. Komisi Ombudsman Nasional dalam menjalankan tugas dan peranannya mengawasi pemerintahan senantiasa melakukan koordinasi dengan lembaga negara lainnya, seperti : peradilan, jaksa dan komisi yudisial. Peradilan Salah satu bentuk pengawasan yang lazim dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan yang baik adalah lembaga peradilan, khususnya Peradilan Administrasi Negara. 73 Di Indonesia, Peradilan Administrasi Negara baru terebntuk setalah adanya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara. Dengan lahirnya peraturan ini, maka setiap penyelesaian sengketa administrasi negara menjadi tanggung jawab Peradilan Administrasi Negara. Eksistensi Peradilan Administrasi Negara merupakan lembaga pengawas atas segala tindakan penyelenggara pemerintahan untuk tetap Namun tidak semua negara mempunyai Peradilan Administrasi Negara. Bagi negara-negara yang tidak mempunyai Peradilan Administrasi Negara, maka pengawasan penyelenggaraan pemerintahan dilakukan oleh peradilan lain selain Peradilan Administrasi Negara. 73 Wicipto Setiadi, Hukum Acara Pengadilan Tata Usaha Negara-Suatu Perbandingan, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 1995. Hal. 26-27. berada pada jalur sebagaimana mestinya. Sisi lain mengungkapkan bahwa Peradilan Administrasi Negara juga merupakan wadah perlindungan bagi hak-hak individu dan warga masyarakat dari tindakan penyalahgunaan wewenang dan tindakan malpraktik yang dilakukan oleh penyelenggara negara. Komisi Ombudsman Nasional dalam menjalankan fungsinya bekerjasama dengan Peradilan Administrasi Negara sebagai judicial control, yaitu bersama- sama melakukan: 1. Pengawasan yang bersifat external control terhadap penyelenggara publik karena baik ombudsman maupun peradilan merupakan lembaga yang berada di luar kekuasaan Administrasi Negara. Jadi dapat dikatakan bahwa kedua lembaga ini dalam menjalankan tugasnya berpedoman kepada asas legalitas dan kemandirian, sehingga kinerja mereka tidak dapat dicampuri oleh lembaga pemerintahan lainnya. Kedua lembaga ini mengawasi apakah penyelenggara publik telah melaksanakan fungsinya secara efektif dan efisien. 2. Pengawasan yang dilakukan juga bersifat control a posteriori, artinya pengawasan kedua lembaga ini juga dilakukan terhadap pelanggaran yang telah dilakukan oleh penyelenggara publik. Jika melalui controlling yang dilakukan dan disimpulkan bahwa memang ada pelanggaran publik, maka pihak ombudsman dapat memberikan rekomendasi kepada pihak Peradilan Administrasi Negara untuk menindaklanjuti pelanggaran tersebut. Tindak lanjutnya bisa saja bersifat sanksi administrastif maupun sanksi pidana. 3. Monitoring, meneliti dan mengkaji sejauh mana penghormatan dari pihak penyelenggara publik terhadap nilai-nilai hukum administrasi dan menjalankannya dengan benar. Apabila terdapat adanya penyelenggara publik yang mencemari kehormatan hukum dan negara, maka pihak lembaga ombudsman dan lembaga peradilan dapat memberikan teguran secara tertulis kepada atasan dari lembaga terkait. Seseorang yang tidak puas dengan keputusan administratif yang telah dikeluarkan oleh penyelenggara publik dapat melaporkan permasalahan ini kepada Komisi Ombudsman Nasional. Ombudsman yang mewakili kepentingan individu tersebut kemudian dapat mengajukan banding atas keputusan tersebut, sehingga hal ini dapat menimbulkan permasalahan hukum. Banding yang dilakukan oleh seseorang yang tidak puas atas keputusan administratif dapat mengajukan banding kepada Peradilan Administrasi Negara. Peradilan Administrasi Negara yang telah menerima berkas banding dari lembaga ombudsman dapat menguji bukti, fakta dan penilaian mengenai fakta untuk menyatakan apakah tindakan dan keputusan yang telah dilakukan oleh penyelenggara publik itu dalam keadaan yang terbaik. Jika terbukti ternyata seseorang dirugikan akibat dari keputusan tersebut, maka pihak Peradilan Administrasi Negara dapat menarik keputusan yang dianggap salah dan menggantinya dengan keputusan yang baru dan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Dalam menjalankan fungsinya ini, Hakim Peradilan Administrasi Negara bersifat independen dan tidak memihak Independence and impartiality. Tidak memihak dan independen merupakan syarat utama yang sangat mendasar dalam etika administrasi. Bagi pihak penyelenggara publik yang akibat kelalaiannya telah merugikan masyarakat akan direkomendasikan oleh ombudsman untuk diberikan sanksi sesuai dengan peraturan yang ada. Jaksa Jaksa prosecutor mempunyai peranan yang besar dalam penegakan hukum yang terkait dengan kewenangan publik. Fungsi utama jaksa adalah berinisiatif untuk melakukan tindakan sebelum badan peradilan menyatakan suatu tindakan itu legal atau tidak, artinya jaksa bertugas untuk mengkaji dan meneliti suatu perkara yang muncul apakah dapat dimajukan ke pengadilan untuk diadili atau tidak. Pendek kata, secara umum jaksa merupakan pejabat publik yang bertanggung jawab untuk menjaga kepentingan publik terhadap tindakan-tindakan administratif yang ilegal. Komisi Ombudsman Nasional dalam kerjasamanya dengan jaksa dalam menjaga tindakan malpraktik, yaitu : 1. Ombudsman memberikan masukan kepada pihak jaksa mengenai hasil kajiannya secara luas, termasuk kelemahan, kejelekan dan ketidaklayakan administrasi poor, bad and improper administration. 2. Memberikan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian kepada pihak kejaksaan mengenai langkah-langkah strategis yang dapat dibuat untuk menyelesaikan masalah malpraktik yang dilakukan pleh pejabat publik. Komisi Yudisial Pengawasan merupakan ciri utama dalam pengawasan yang dilakukan oleh Komisi Yudisial dengan menghormati asas-asas legalitas. Pengawasan berasaskan legalitas yang dimaksudkan adalah pengawasan yang bersifat independen untuk menguji suatu tindakan administratif apakah sesuai dengan prinsip-prinsip legalitas. Prinsip legalitas yang dimaksud adalah menyatakan the rule of law. 74 74 Prinsip rule of law mengandung arti bahwa semua tindakan administrasi harus tunduk dan didasarkan kepada hukum. Berdasarkan prinsip ini, maka semua instansi kewenangannya ditentukan dan dibatasi oleh hukum dan hanya dapat digunakan sesuai dengan ketentuan hukum tersebut. Hukum yang dimaksudkan di sini adalah baik undang-undang maupun peraturan perundang-undangan lain yang memberikan kewenangan administratif dan prinsip-prinsip hukum. Ciri lainnya dari Komisi Yudisial adalah merupakan suatu lembaga yang bersifat independen dari administrasi dan eksekutif dalam pelaksanaan fungsinya. Komisi Yudisial mempunyai prinsip pengawasan bahwa administrasi publik harus bertingkah laku dalam kerangka hukum dan memutuskan apakah tindakan penyelenggara publik itu masih dalam kerangka hukum atau tudak. Komisi Yudisial dalam menjalankan tugasnya dengan berpedoman kepada macam-macam norma hukum, yakni : Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, undang-undang menentukan kewenangan lembaga- lembaga administratif, undang-undang menentukan cara-cara baku dalam pengambilan keputusan dan undang-undang menentukan prosedur yang harus diikuti. Dari prinsip di atas, dapat kita simpulkan bahwa kajian Komisi Yudisial didasarkan kepada : 1. Keputusan administrasi publik harus didasarkan pada peraturan perundang-undangan. Tindakan yang tidak didasarkan kepada peraturan perundang-undangan merupakan tindakan yang tidak mempunyai efek hukum. 2. Kewenangan menentukan bahwa proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh pejabat administrasi publik harus sesuai dengan prinsip- prinsip itikad baik, rasional, proporsional, masuk akal, keadilan dan kesetaraan. 3. Menguji keputusan yang telah diputuskan oleh pejabat publik untuk mengetahui apakah putusan tersebut sesuai dan tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan di atasnya. 4. Menguji apakah keputusan pejabat publik tersebut dapat dijalankan dan disosialisasikan di masyarakat. Dalam hal ini, pihak Komisi Ombudsman Nasional mempunyai kewenangan untuk memberikan saran dan rekomendasi kepada Komisi Yudisial dalam rangka menguji materi keputusan pejabat atau penyelenggara publik, apakah keputusan tersebut sesuai dengan peraturan perundang-undangan nasional.

B. Angka-angka Statistik Mengenai Investigasi Ombudsman RI terhadap