Perbaikan Proses Produksi Menggunakan Metode Valsat Guna Mengoptimalkan Total Quality Excellence
LAMPIRAN
(2)
PEMBAGIAN TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB
Uraian tugas dan tanggung jawab untuk masing-masing jabatan pada PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division adalah sebagai berikut:
1. Kepala Unit (Head of Unit)
Kepala unit merupakan pimpinan puncak dari PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division
yang bertugas untuk :
a. Memimpin, mengkoordinir dan mengawasi pelaksanaan tugas para manager bagian.
b. Bertanggungjawab kepada presiden direktur (pimpinan perusahaan induk) atas jalannya perusahaan.
c. Merencanakan dan menerapkan kebijaksanaan mengenai perbaikan dan perkembangan umum perusahaan.
2. Plant Manager
Plant Manager memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Merencanakan dan mengatur jadwal produksi untukk semua jenis produk agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan persediaan di gudang.
b. Melakukan pengawasan dan pengendalian produksi agar hasil produksi sesuai dengan spesifikasi dan standart mutu yang telah ditetapkan.
c. Bertanggungjawab terhadap kelancaran proses produksi mulai dari penerimaan bahan baku sampai proses produksi hingga menjadi produk akhir.
d. Mengatur pengalokasian sumber daya produksi seperti jam kerja mesin, jam kerja operator, pengiriman bahan baku yang berhubungan dengan proses produksi.
(3)
3. Manajer Pembelian (Purchase Manager)
Purchase manager bertanggung jawab kepada head of unit. Bagian ini bertugas membantu
head of unit dalam bidang kegiatan pembelian. Purchase manager memiliki tugas, wewenang dan
tanggung jawab sebagai berikut :
a. Membantu head of unit dalam melaksanakan serta mengkoordinir seluruh pengolahan yang berhubungan dengan pembelian, penyimpanan dan pendistribusian bahan-bahan yang digunakan perusahaan.
b. Merencanakan sistem pengadaan dan persediaan bahan.
c. Mempersiapkan permintaan kebutuhan akan barang dan menentukan standard harga bahan. 4. Manajer Personalia (Personalia and General Affair Manager)
Manajer personalia bertanggung jawab langsung kepada head of unit dan membawahi kepala bagian administrasi dan staf umum. Manajer personalia memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Merencanakan perekrutan karyawan sesuai dengan kebutuhan masing - masing departemen. b. Menampung dan mencari keluhan karyawan.
c. Mengatur dan merencanakan training untuk peningkatan ketrampilan karyawan.
d. Mengatur kegiatan yang berhubungan dengan karyawan dan menciptakan suasana kerja yang nyaman dan berdisiplin.
e. Bertanggungjawab terhadap disiplin kerja karyawan.
5. General Manager Akuntansi dan Keuangan (Finance and Accounting General Manager)
Finance and accounting general manager bertanggung jawab langsung kepada head of unit. Finance and accounting general manager membawahi accounting manager dan finance manager. Finance and accounting general manager memiliki tugas, wewenang dan tanggung
jawab sebagai berikut :
(4)
a. Membantu head of unit dalam melaksanakan anggaran perusahaan.
b. Merencanakan dan mengawasi perencanaan kegiatan akuntansi dari keuangan perusahaan. c. Memberikan laporan keuangan kepada pihak pemerintah untuk menetapkan besarnya pajak
yang harus dibayar perusahaan.
d. Bertanggung jawab atas penentuan biaya perusahaan seperti biaya produksi dan biaya administrasi.
6. Manajer Pemasaran (Marketing Manager)
Marketing manager bertanggung jawab kepada head of unit. Marketing manager memiliki
tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Melaksanakan analisa pasar, meneliti persaingan dan kemungkinan perubahan permintaan serta mengatur distribusi produksi.
b. Mencari informasi pasar yang berhubungan dengan segmen pasar, trend permintaan, kualitas yang digunakan dan jadwal permintaan pasar.
c. Mencari order-order dari pemakai produk.
d. Membantu kepala unit didalam menetapkan target pemasaran dan kebijaksanaan dalam perluasan pasar.
e. Menentukan kebijaksanaan dari strategi pemasaran perusahaan yang mencakup jenis produk yang akan dipasarkan, harga, pendistribusian dan promosi.
f. Menentukan rencana anggaran biaya pemasaran.
7. Manajer Pengendalian Kualitas (Quality Control Manager)
Manajer pengendalian kualitas mempunyai tanggung jawab untuk menetapkan, menerapkan dan mengkoordinir melaksanakan prosedur dan teknik pengendalian mutu untuk menjamin
(5)
ditentukan. Manajer pengendalian kualitas memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Mengendalikan standar penggunaan bahan baku yang ditetapkan.
b. Melaksanakan analisa dan pengawasan produk jadi yang sudah ada di gudang, terutama dalam hal pengeluaran stok untuk menghindari stok expired date dengan pengunaan FIFO (First In
First Out).
c. Melaksanakan pengawasan terhadap mutu produk mulai dari bahan baku sampai menjadi produk jadi.
d. Melaksanakan riset terhadap pengembangan mutu produk dan jenis produk. 8. Processing Manager
Processing manager bertanggung jawab langsung kepada plant general manager. Processing manager memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Bertanggung jawab kepada plant general manager atas pelaksanaan kegiatan produksi.
b. Merencanakan dan mengatur produksi perusahan agar sesuai dengan spesifikasi dan standar mutu yang telah ditentukan.
c. Mengawasi dan mengkoordinir pengelolaan persediaan bahan baku, bahan penolong dan bahan-bahan lainnya.
d. Mengawasi jalannya produksi sesuai dengan program produksi yang telah ditetapkan.
e. Membuat laporan produksi secara periodik mengenai pemakaian bahan dan jumlah produksi. f. Mengawasi dan mengevaluasi kegiatan produksi untuk mengetahui kekurangan dan
penyimpangan sehingga dapat dilakukan perbaikan.
(6)
9. Warehouse Manager
Warehouse Manager bertanggung jawab kepada plant general manager. Warehouse Manager
memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Bertanggung jawab atas pengaturan persediaan bahan baku, produk jadi dan bahan penolong di gudang.
b. Membuat laporan penerimaan persediaan dan pengeluaran bahan baku di gudang. c. Mengkoordinir dan mengawasi pengelolaan persediaan bahan baku di gudang. d. Bertanggung jawab atas sarana dan prasarana pendukung di gudang.
10. PPIC Manager
PPIC manager bertanggung jawab kepada plant general manager. PPIC manager memiliki tugas, wewenang dan tanggung jawab sebagai berikut :
a. Membuat daftar rencana produksi pembuatan further.
b. Melakukan koordinasi dengan pihak marketing dalam pembuatan sales forecast.
c. Melakukan koordinasi dengan pihak warehouse raw material tentang jumlah bahan baku di gudang.
(7)
DATA RATING FACTOR
Stasiun Kerja Operator Faktor Rating Penyesuaian Total
Seasoning
1
Keterampilan Good 0,04
0,11
Usaha Good 0,03
Kondisi Kerja Average 0,01
Konsistensi Good 0,03
2
Keterampilan Good 0,03
0,09
Usaha Average 0,02
Kondisi Kerja Average 0,01
Konsistensi Good 0,03
Premix
1
Keterampilan Good 0,03
0,09
Usaha Good 0,03
Kondisi Kerja Average 0,00
Konsistensi Good 0,03
2
Keterampilan Good 0,04
0,11
Usaha Average 0,02
Kondisi Kerja Average 0,01
Konsistensi Good 0,03
Emulsi
1
Keterampilan Good 0,04
0,12
Usaha Good 0,04
Kondisi Kerja Good 0,03 Konsistensi Average 0,01
2
Keterampilan Good 0,03
0,09
Usaha Average 0,02
Kondisi Kerja Average 0,01
Konsistensi Good 0,03
Grinding
1
Keterampilan Good 0,06
0,16
Usaha Good 0,04
Kondisi Kerja Good 0,03
Konsistensi Good 0,03
2
Keterampilan Good 0,03
0,12
Usaha Good 0,03
Kondisi Kerja Average 0,03
Konsistensi Good 0,03
(8)
DATA ALLOWANCE OPERATOR
Tabel 1. Allowance Operator Proses Seasoning
No. Faktor Allowance
(%)
1 Tenaga yang dikeluarkan (Sangat ringan) 6
2 Sikap kerja (Berdiri di atas dua kaki) 1
3 Gerakan Kerja (Normal) 0
4 Kelelahan Mata (Pandangan yang terputus-putus) 3
5 Keadaan Suhu Tempat Kerja (Sedang) 2
6 Keadaan Atmosfer (Baik) 0
7 Keadaan Lingkungan yang Baik (Bersih, sehat, cerah
dengan kebisingan rendah) 0
8 Kelonggaran untuk Kebutuhan Pribadi (Pria) 1
TOTAL 13
Tabel 2. Allowance Operator Proses Premix
No. Faktor Allowance
(%)
1 Tenaga yang dikeluarkan (Sangat ringan) 6
2 Sikap kerja (Berdiri di atas dua kaki) 1
3 Gerakan Kerja (Normal) 0
4 Kelelahan Mata (Pandangan yang terputus-putus) 3
5 Keadaan Suhu Tempat Kerja (Sedang) 2
6 Keadaan Atmosfer (Baik) 0
7 Keadaan Lingkungan yang Baik (Bersih, sehat, cerah
dengan kebisingan rendah) 0
8 Kelonggaran untuk Kebutuhan Pribadi (Pria) 1
TOTAL 13
Tabel 3. Allowance Operator Proses Emulsi
No. Faktor Allowance
(%)
1 Tenaga yang dikeluarkan (Sangat ringan) 6
2 Sikap kerja (Berdiri di atas dua kaki) 1
3 Gerakan Kerja (Normal) 0
4 Kelelahan Mata (Pandangan yang terputus-putus) 3
5 Keadaan Suhu Tempat Kerja (Sedang) 2
6 Keadaan Atmosfer (Baik) 0
7 Keadaan Lingkungan yang Baik (Bersih, sehat, cerah
dengan kebisingan rendah) 0
(9)
PETA KONTROL HASIL UJI KESERAGAMAN DATA
(10)
RATING FACTOR
A.Keterampilan atau skill,
1. Super skill:
a. Secara bawaan cocok sekali dengan pekerjaannya. b. Bekerja dengan sempurna.
c. Tampak seperti telah terlatih dengan baik.
d. Gerakan-gerakannya halus tetapi sangat cepat sehingga sangat sulit untuk diikuti. e. Kadang-kadang terkesan tidak berbeda dengan gerakan-gerakan mesin.
f. Perpindahan dari satu elemen pekerjaan ke elemen lainnya tidak terlampau terlihat karena lancarnya.
g. Tidak terkesan adanya gerakan-gerakan berpikir dan merencana tentang apa yang dikerjakan (sudah sangat otomatis).
h. Secara umum dapat dikatakan bahwa pekerja yang bersangkutan adalah pekerja yang sangat baik.
2. Excellent skill:
a. Percaya pada diri sendiri.
b. Tampak cocok dengan pekerjaannya. c. Terlihat telah terlatih baik.
d. Bekerjanya teliti dengan tidak banyak melakukan pengukuran atau pemeriksaan lagi. e. Gerakan-gerakan kerjanya beserta urutan-urutannya dijalankan tanpa kesalahan. f. Menggunakan peralatan dengan baik.
g. Bekerjanya cepat tanpa mengorbankan mutu. h. Bekerjanya cepat tetapi halus.
i. Bekerjanya berirama dan terkoordinasi.
(11)
c. Dapat memberi petunjuk-petunjuk pada pekerja lain yang keterampilannya lebih rendah. d. Tampak jelas sebagai pekerja yang cakap.
e. Tidak memerlukan banyak pengawasan. f. Tiada keragu-raguan.
g. Bekerjanya “stabil”
h. Gerakan-gerakannya terkoordinasi dengan baik. i. Gerakan-gerakannya cepat.
4. Average skill:
a. Tampak adanya kepercayaan pada diri sendiri. b. Gerakannya cepat tetapi tidak lambat.
c. Terlihat adanya pekerjaan-pekerjaan perencanaan. d. Tampak sebagai pekerja yang cakap.
e. Gerakan-gerakannya cukup menunjukkan tidak ada keragu-raguan. f. Mengkoordinasi tangan dan pikiran dengan cukup baik.
g. Tampak cukup terlatih dan karenanya mengetahui seluk beluk pekerjaannya. h. Bekerja cukup teliti.
i. Secara keseluruhan cukup memuaskan.
5. Fair skill:
a. Tampak terlatih tetapi belum cukup baik.
b. Mengenal peralatan dan lingkungan secukupnya.
c. Terlihat adanya perencanaan-perencanaan sebelum melakukan gerakan-gerakan. d. Tidak mempunyai kepercayaan diri yang cukup.
e. Tampaknya seperti tidak cocok dengan pekerjaannya tetapi telah dipekerjakan di bagian itu sejak lama.
f. Mengetahui apa-apa yang dilakukan dan harus dilakukan tapi tampak tidak selalu yakin. g. Sebagian waktunya terbuang karena kesalahan-kesalahan sendiri.
h. Jika tidak bekerja secara sungguh-sungguh outputnya akan sangat rendah. i. Biasanya tidak ragu-ragu dalam menjalankan gerakan-gerakannya.
6. Poor skill:
a. Tidak bisa mengkoordinasikan tangan dan pikiran. b. Gerakan-gerakannya kaku.
c. Kelihatan ketidakyakinannya pada urutan-urutan gerakan.
(12)
d. Seperti yang tidak terlatih untuk pekerjaan yang bersangkutan. e. Tidak terlihat adanaya kecocokan dengan pekerjaannya. f. Ragu-ragu dalam melaksanakan gerakan-gerakan kerja. g. Sering melakukan kesalahan-kesalahan.
h. Tidak adanya kepercayaan pada diri sendiri. i. Tidak bisa mengambil inisiatif sendiri.
B.Usaha
1. Excessive effort:
a. Kecepatan sangat berlebihan.
b. Usahanya sangat bersungguh-sungguh tetapi dapat membahayakan kesehatannya. c. Kecepatan yang ditimbulkannya tidak dapat diperthankan sepanjang hari kerja.
2. Excellent effort:
a. Jelas terlihat kecepatannya sangat tinggi.
b. Gerakan-gerakan lebih ekonomis daripada operator-operator biasa. c. Penuh perhatian pada pekerjaannya.
d. Banyak memberi saran.
e. Menerima saran-saran petunjuk dengan senang. f. Percaya pada kebaikan maksud pengukuran waktu. g. Tidak bertahan lebih dari beberapa hari.
h. Bangga atas kelebihannya.
i. Gerakan-gerakan yang salah terjadi sangat jarang sekali. j. Bekerjanya sangat sistematis.
k. Karena lancarnya perpindahan dari suatu elemen ke elemen lain tidak terlihat.
3. Good effort:
a. Bekerja berirama.
b. Saat-saat menganggur dangat sedikit, nahkan kadang-kadang tidak ada. c. Penuh perhatian pada pekerjaannnya.
(13)
h. Dapat memberi saran-saran untuk perbaikan kerja. i. Tempat kerjanya diatur baik dan rapi.
j. Menggunakan alat-alat yang tepat dengan baik. k. Memelihara dengan baik kondisi peralatan.
4. Average effort:
a. Tidak sebaik good, tapi lebih baik dari poor. b. Bekerja dengan stabil.
c. Menerima saran-saran tetapi tidak melaksanakannya.
d. Set up dilaksanakan dengan baik.
e. Melakukan kegiatan-kegiatan perencanaan.
5. Fair effort:
a. Saran-saran perbaikan diterima dengan kesal.
b. Kadang-kadang perhatian tidak ditujukan pada pekerjaannnya. c. Kurang sungguh-sungguh.
d. Tidak mengeluarkan tenaga dengan secukupnya. e. Terjadi sedikit penyimpangan dari cara kerja baku. f. Alat-alat yang dipakainya tidak selalu yang terbaik.
g. Terlihat adanya kecenderungan kurang perhatian pada pekerjaannnya. h. Terlampau hati-hati.
i. Sistematika kerjanya sedang-sedang saja. j. Gerakan-gerakannya tidak terencana.
6. Poor effort
a. Banyak membuang-buang waktu.
b. Tidak memperhatikan adanya minat bekerja. c. Tidak mau menerima saran-saran.
d. Tampak malas dan lambat bekerja.
e. Melakukan gerakan-gerakan yang tidak perlu untuk mengambil alat-alat dan bahan. f. Tempat kerjanya tidak diatur rapi.
g. Tidak peduli pada cocok/baik tidaknya peralatan yang dipakai. h. Mengubah-ubah tata letak tempat kerja yang telah diatur.
i. Set up kerjanya terlihat tidak baik.
(14)
C.Kondisi kerja atau condition
Kondisi kerja dibedakan menjadi 6 kelas, yaitu Ideal, Excellent, Good, Average, Fair, dan Poor.
D.Konsistensi
(15)
TABEL WESTINGHOUSE FACTOR
Sumber : Iftikar,
Sutalaksana Z., Teknik Tata
Cara Kerja (Bandung:
1979)
Faktor Kelas Lambang Penyesuaian
Keterampilan
Superskill A1 +0,15
A2 +0,13
Excellent B1 +0,11
B2 +0,08
Good C1 +0,06
C2 +0,03
Average D 0,00
Fair E1 -0,05
E2 -0,10
Poor F1 -0,16
F2 -0,22
Usaha
Excessive A1 +0,13
A2 +0,12
Excellent B1 +0,10
B2 +0,08
Good C1 +0,05
C2 +0,02
Average D 0,00
Fair E1 -0,04
E2 -0,08
Poor F1 -0,12
F2 -0,17
Kondisi Kerja
Ideal A +0,06
Excellently B +0,04
Good C +0,02
Average D 0,00
Fair E -0,03
Poor F -0,07
Konsistensi
Perfect A +0,04
Excellent B +0,03
Good C +0,01
Average D 0,00
Fair E -0,02
Poor F -0,04
(16)
TABEL ALLOWANCE
Faktor Contoh Pekerjaan Kelonggaran (%) A. Tenaga yang diperlukan Ekivalen
Beban (kg) Pria Wanita 1. Dapat Diabaikan Bekerja dimeja, duduk Tanpa beban 0,0-6,0 0,0-6,0 2. Sangat Ringan Bekerja dimeja,
berdiri 0,00-2,25 6,0-7,5 6,0-7,5
3. Ringan Menyekop, ringan 2,25-9,00 7,5-12,0 7,5-16,0
4. Sedang Mencangkul 9,00-18,00 12,0-19,0 16,0-30,0
5. Berat Mengayun palu yang
berat 19,00-27,00 19,0-30,0
6. Sangatr Berat Memanggul beban 27,00-50,00 30,0-50,0 7. Luar Biasa Berat Memanggul karung
berat Diatas 50
B. Sikap Kerja
1. Duduk Bekerja duduk, ringan 0,00-1,0
2. Berdiri diatas dua kaki
Badan tegak, ditumpu
dua kaki 1,0-2,5
3. Berdiri diatas satu kaki
Satu kaki mengerjakan
alat kontrol 2,5-4,0
4. Berbaring
Pada bagian sisi, belakang atau depan badan
2,5-4,0
5. Membungkuk
Badan dibungkukan bertumpu pada kedua kaki
4,0-10
C. Gerakan Kerja Ekivalen
Beban Pria Wanita
1. Normal Ayunan bebas dari
palu 0
2. Agak Terbatas Ayunan terbatas dari
palu 0-5
3. Sulit Membawa beban berat
dengan satu tangan 0-5
4.
Pada anggota-anggota badan terbatas
Bekerja dengan tangan
diatas kepala 5-10
5. Seluruh anggota badan terbatas
Bekerja dilorong pertambangan yang sempit
(17)
TABEL ALLOWANCE
Faktor Contoh Pekerjaan Kelonggaran (%) D. Kelelahan
Mata*)
Cahaya
Baik Buruk 1. Pandangan yang
terputus-putus Membawa alat ukur 0,0-6,0 0,0-6,0
2.
Pandangan yang hampir terus menerus
Pekerjaan-pekerjaan
yang teliti 6,0-7,5 6,0-7,5
3.
Pandangan terus menerus dengan fokus berubah-ubah
Memeriksa
cacat-cacat pada kain 7,5-12,0 7,5-16,0
4.
Pandangan terus menerus dengan fokus tetap
Pemeriksaan yang
sangat teliti 12,0-19,0 16,0-30,0
E.
Keadaaan Temperatur Tempat Kerja **)
Temperatur (0C) Kelemahan
Normal Berlebihan
1. Beku Dibawah 0 Diatas 10 Diatas 12
2. Rendah 0-13 10-0 12-5
3. Sedang 13-22 5-0 8-0
4. Normal 22-28 0-5 0-8
5. Tinggi 28-38 5-40 8-100
6. Sangat Tinggi Diatas 38 Diatas 40 Diatas 100
F. Keadaan Atmosfer ***) 1. Baik
Ruang yang
berventilasi baik, udara segar
0
2. Cukup
Ventilasi kurang baik, ada bau-bauan (tidak berbahaya)
0-5
3. Kurang Baik
Adanya debu-debu beracun atau tidak beracun tetapi banyak
5-10
4. Buruk
Adanya bau-bauan
berbahaya yang
mengharuskan
menggunakn alat-alat pernapasan
10-20
(18)
TABEL ALLOWANCE
Faktor Contoh Pekerjaan Kelonggaran (%) G. Keadaan Lingkungan yang Baik
1. Bersih, sehat, cerah dengan kebisingan
rendah 0
2. Siklus kerja berulang-ulang antara 5-10
detik 0-1
G. Keadaan Lingkungan yang Baik
3. Siklus kerja berulang-ulang antara 0-5
detik 1-3
4. Sangat bising 0-5
5. Jika faktor-faktor yang berpengaruh dapat
menurunkan kualitas 0-5
6. Terasa adanya getaran lantai 5-10
7. Keadaan-keadaan yang luar biasa (bunyi,
kebersihan dan lain-lain) 5-15
(19)
Tabel Distribusi z (Normal Baku)
Tabel ini berisi nilai peluang untuk nilai z dari 0 s.d. 4.095
Gambar kurva distribusi normal baku z1
Luas kurva diarsir dari z = + ∞ s.d. nilai z yang dimaksud.
(20)
0.000 0.005 0.010 0.015 0.020 0.025 0.030 0.035 0
.
0.500000 0.498005 0.496011 0.494016 0.492022 0.490027 0.488034 0.486040 0
.
0.460172 0.458188 0.456205 0.454223 0.452242 0.450262 0.448283 0.446306 0
.
0.420740 0.418786 0.416834 0.414884 0.412936 0.410990 0.409046 0.407104 0
.
0.382089 0.380183 0.378280 0.376381 0.374484 0.372591 0.370700 0.368813 0
.
0.344578 0.342739 0.340903 0.339071 0.337243 0.335418 0.333598 0.331781 0
.
0.308538 0.306779 0.305026 0.303277 0.301532 0.299792 0.298056 0.296325 0
.
0.274253 0.272589 0.270931 0.269277 0.267629 0.265986 0.264347 0.262714 0
.
0.241964 0.240405 0.238852 0.237305 0.235762 0.234226 0.232695 0.231170 0
.
0.211855 0.210410 0.208970 0.207536 0.206108 0.204686 0.203269 0.201859 0
.
0.184060 0.182733 0.181411 0.180096 0.178786 0.177483 0.176186 0.174894 1
.
0.158655 0.157448 0.156248 0.155053 0.153864 0.152682 0.151505 0.150334 1
.
0.135666 0.134580 0.133500 0.132425 0.131357 0.130295 0.129238 0.128188 1
.
0.115070 0.114102 0.113139 0.112183 0.111232 0.110288 0.109349 0.108415 1
.
0.096800 0.095946 0.095098 0.094255 0.093418 0.092586 0.091759 0.090938 1
.
0.080757 0.080011 0.079270 0.078534 0.077804 0.077079 0.076359 0.075644 1
.
0.066807 0.066162 0.065522 0.064886 0.064255 0.063630 0.063008 0.062392 1
.
0.054799 0.054247 0.053699 0.053155 0.052616 0.052081 0.051551 0.051025 1
.
0.044565 0.044097 0.043633 0.043173 0.042716 0.042264 0.041815 0.041370 1
.
0.035930 0.035537 0.035148 0.034762 0.034380 0.034001 0.033625 0.033253 1
.
0.028717 0.028390 0.028067 0.027746 0.027429 0.027115 0.026803 0.026495 2
.
0.022750 0.022482 0.022216 0.021952 0.021692 0.021434 0.021178 0.020925 2
.
0.017864 0.017646 0.017429 0.017215 0.017003 0.016793 0.016586 0.016381 2
.
0.013903 0.013727 0.013553 0.013380 0.013209 0.013041 0.012874 0.012709 2
.
0.010724 0.010583 0.010444 0.010306 0.010170 0.010036 0.009903 0.009772 2
.
0.008198 0.008086 0.007976 0.007868 0.007760 0.007654 0.007549 0.007446 2
.
0.006210 0.006123 0.006037 0.005952 0.005868 0.005785 0.005703 0.005622 2
.
0.004661 0.004594 0.004527 0.004461 0.004396 0.004332 0.004269 0.004207 2
.
0.003467 0.003415 0.003364 0.003314 0.003264 0.003215 0.003167 0.003119 2
.
0.002555 0.002516 0.002477 0.002439 0.002401 0.002364 0.002327 0.002291 2
.
0.001866 0.001836 0.001807 0.001778 0.001750 0.001722 0.001695 0.001668 3
.
0.001350 0.001328 0.001306 0.001285 0.001264 0.001243 0.001223 0.001203 3
.
0.000968 0.000951 0.000935 0.000920 0.000904 0.000889 0.000874 0.000859 3
.
0.000687 0.000675 0.000664 0.000652 0.000641 0.000630 0.000619 0.000608 3
.
0.000483 0.000475 0.000466 0.000458 0.000450 0.000442 0.000434 0.000426 3
.
0.000337 0.000331 0.000325 0.000319 0.000313 0.000307 0.000302 0.000296 3
.
0.000233 0.000228 0.000224 0.000220 0.000216 0.000212 0.000208 0.000204 3
.
0.000159 0.000156 0.000153 0.000150 0.000147 0.000144 0.000142 0.000139 3
.
0.000108 0.000106 0.000104 0.000102 0.000100 0.000098 0.000096 0.000094 3
.
0.000072 0.000071 0.000069 0.000068 0.000067 0.000065 0.000064 0.000063 3
.
0.000048 0.000047 0.000046 0.000045 0.000044 0.000043 0.000042 0.000042 4
.
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
DAFTAR PUSTAKA
Gasperz, Vincent. 1997. Total Quality Management. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama
Hines, Peter and Rich, Nick. 1997. The Seven Value Stream Mapping Tools. International Journal of Operation and Production Management UK.
Liker, J.K. 2004. The Toyota Way. US: McGraw-Hill.
Liker, J.K and Meier D. 2006. The Toyota Way Fieldbook. US : McGraw-Hill. Lovelle Jared. 2001. Mapping the Value Stream. IEE Solutions.
Margiati, Yulia, et al. 2015. Optimalisasi Total Quality Excellence pada PT. Kutai Timber
Indonesia (KTI) Melalui Perbaikan Proses Produksi Menggunakan Metode VALSAT. Jurusan
Manajemen, Fakultas Ekonomi, Universitas Jember
Mekong Capital. 2004. Introduction to Lean Manufacturing. Vietnam
Nasution. 2005. Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality Management), Edisi Kedua. Bogor: Ghalia Indonesia
Putra, Gery Pratama. 2015. Pendekatan Lean Manufaturing untuk Meminimasi Waste pada
Proses Produksi. Jurnal Teknik Industri Universitas Muhammadiyah Malang.
Rother, M dan Shook, J. 2003. Learning to See, Value Stream Mapping to Create Value and
Eliminate Muda,2003, The Lean Enterprise Institute, Inc.
Samsuri, Mu’alim & Sugeng Purwoko. 2013. Pendekatan VALSAT (Value Stream Analysis Tools) untuk Mengurangi Waste pada Sistem Produksi di UD. Alfian Jaya Sidoarjo. Jurnal Teknik
(29)
Saraswat, Praveen, dkk. 2015. Reduction of Work In Process Inventory and Production Lead
Time in A Beraing Industry Using Value Stream Mapping Tool. International Journal of Managing
Value and Supply Chains (IJMVSC)
Shingo, S. 1989. A Study of the Toyota Production System from an Industrial Engineering. Viewpoint, Productivity Press, Cambridge, MA
Simon, Kerry. 2008. SIPOC Diagram. iSixSigma.
Sinulingga, Sukaria.2013. Metodologi Penelitian. Edisi 2. Medan: USU Press Sutalaksana, Iftikar. Z,dkk. 1979. Teknik Tata cara Kerja. ITB.
Wedfwood,Ian D. 2006. Lean Sigma: A Practitioner’s Guide. Practice Hall.
Wilson, Lonnie. 2010. How to Implement Lean Manufacturing. USA: McGraw-Hill Company
(30)
BAB III
LANDASAN TEORI
3.1. Lean Manufacturing
Lean adalah sejumlah teknik yang luas yang ketika di kombinasikan dan
berjalan dengan baik, akan mereduksi dan mengeliminasi tujuh pemborosan. Sistem ini tidak hanya akan membuat perusahaan akan menjadi lebih ramping, tetapi juga menjadi lebih fleksibel dan juga lebih responsif dengan eliminasi pemborosan3.
Sistem ini disebut lean karena pada akhirnya proses dapat berjalan dengan:
1. Menggunakan material yang lebih sedikit 2. Membutuhkan investasi yang lebih sedikit 3. Menggunakan persediaan yang lebih sedikit 4. Membutuhkan ruang yang lebih sedikit
5. Dan membutuhkan tenaga kerja yang lebih sedikit Terdapat lima prinsip dasar Lean, yaitu:
1. Mengidentifikasi nilai produk (barang dan/atau jasa) berdasarkan perspektif
pelanggan, dimana pelanggan menginginkan produk (barang dan/atau jasa) berkualitas superior, dengan harga yang kompetitif dan penyerahan yang tepat
(31)
2. Mengidentifikasi value stream process mapping (pemetaan proses pada
value
stream) untuk setiap produk (barang dan/atau jasa).
3. Menghilangkan pemborosan yang tidak bernilai tambah dari semua aktivitas
sepanjang proses value stream itu.
4. Mengorganisasikan agar material, informasi, dan produk itu mengalir secara
lancar dan efisien sepanjang proses value stream menggunakan sistem tarik (pull system).
5. Terus menerus mencari berbagai teknik dan alat peningkatan (improvement tools and techniques) untuk mencapai keunggulan (excellence) dan peningkatan terus menerus (continuous improvement).
3.2. Jenis – jenis Pemborosan (Waste)
Lean berfokus pada peniadaan atau pengurangan pemborosan (atau
“muda”, bahasa Jepang untuk pemborosan) dan juga peningkatan atau
pemanfaatan secara total aktivitas yang akan meningkatkan nilai ditinjau dari sudut pandang konsumen4.
Semua kegiatan yang menciptakan nilai bagi produk harus tetap berada dalam proses. Setiap kegiatan berada di luar value added time sepanjang value
stream adalah termasuk non value added time. Kegiatan yang tidak dapat
4 Mekong Capital. 2004. Introduction to Lean Manufacturing. Vietnam. Hlm. 6
(32)
menciptakan nilai tapi tidak dapat dihindarkan (Necessary non value added
activities), pada awalnya harus dapat diperiksa dan kemudian harus dihilangkan
bila sudah memungkinkan. Kegiatan berjalan mengambil part dan memindahkan tools dari satu operator ke operator lain merupakan contoh kegiatan penting tetapi tidak memberikan nilai tambah. Pada saat suatu kegiatan tidak dapat menciptakan nilai (Non value added activities) maka kegiatan tersebut harus dihilangkan.
Waktu menunggu dan pengangkutan yang berulang merupakan contoh kegiatan yang tidak bernilai tambah. Jenis kegiatan seperti ini dalam bahasa Jepang disebut muda.
Toyota telah mengidentifikasikan tujuh jenis pemborosan yang tidak menambah nilai dalam proses bisnis atau manufaktur5. Pemborosan tersebut dapat terjadi baik dalam pabrik maupun gudang. Walaupun tiap pabrik menghasilkan produk yang berbeda, akan tetapi jenis pemborosan yang terdapat dalam lingkungan industri manufaktur relatif sama.
Ketujuh jenis pemborosan tersebut adalah: 1. Produksi yang berlebih (overproduction)
Kriteria overproduction adalah:
a. Memproduksi sesuatu lebih awal dari yang dibutuhkan
b. Memproduksi dalam jumlah yang lebih besar dari pada yang dibutuhkan oleh pelanggan.
(33)
penyimpanan dan transportasi karena persediaan berlebih. Persediaan dapat berupa fisik atau antrian informasi.
2. Waktu menunggu (waiting time) Kriteria waktu menunggu adalah:
a. Pekerja hanya mengamati mesin otomatis yang sedang berjalan
b. Pekerja berdiri menunggu tahap selanjutnya dari proses baik menunggu alat, pasokan, komponen dan lain sebagainya, atau menganggur karena kehabisan material, keterlambatan proses, kerusakan mesin dan bottleneck. c. Waktu menunggi informasi
d. Material yang keluar dari satu proses dan tidak langsung dikerjakan di proses selanjutnya.
3. Transportasi yang berlebih
Kriteria transportasi yang berlebih adalah:
a. Memindahkan barang dalam proses (WIP) dari satu tempat ke tempat yang lain dalam satu proses, bahkan jika hanya dalam jarak dekat.
b. Menciptakan angkutan yang tidak efisien.
c. Pemindahan yang repetitif dan menempuh jarak jauh. 4. Proses yang berlebih
Kriteria proses berlebih adalah:
a. Melakukan langkah yang tidak diperlukan untuk memproses komponen. b. Melaksanakan pemrosesan yang tidak efisien karena alat dan rancangan
produk yang buruk, menyebabkan gerakan yang tidak perlu sehingga memproduksi barang cacat.
(34)
5. Persediaan berlebih
Salah satu kriteria persediaan berlebih adalah persediaan yang dapat meningkatkan resiko barang kadaluarsa, barang rusak. Menurut Toyota persediaan adalah pemborosan. Bahan baku, barang dalam proses atau barang jadi yang berlebih menyebabkan lead time yang panjang, peningkatan biaya pengangkutan dan penyimpanan, serta keterlambatan. Persediaan berlebih juga menyembunyikan masalah seperti ketidakseimbangan produksi, keterlambatan pengiriman dari pemasok, produk cacat, mesin rusak, dan waktu set up yang panjang.
6. Gerakan yang tidak perlu
Kriteria gerakan yang tidak perlu adalah:
a. Gerakan tersebut tidak memberikan nilai tambah bagi produk seperti mencari, memilih atau menumpuk komponen, alat dan lain sebagainya. b. Berjalan juga merupakan pemborosan.
7. Produk cacat
Memproduksi komponen cacat atau yang memerlukan perbaikan. Perbaikan atau pengerjaan ulang, scrap, memproduksi barang pengganti, dan inspeksi, berarti tambahan penanganan, waktu, dan upaya yang sia-sia.
3.3. Metode Lean Manufacturing
(35)
metode yang dapat digunakan untuk menerapkan lean manufacturing adalah sebagai berikut:
3.3.1. Value Stream Mapping
Value Stream Mapping merupakan suatu alat perbaikan (tool) dalam
perusahaan yang digunakan untuk membantu memvisualisasikan proses produksi secara menyeluruh, yang merepresentasikan baik aliran material juga aliran informasi6.
Value stream mapping dapat menyajikan suatu titik balik yang optimal
bagi setiap perusahaan yang ingin menjadi lean. Rother dan Shock (1999) seperti yang dikutip oleh Abdullah (2003), menyimpulkan keuntungan-keuntungan yang diperoleh dengan penerapan konsep value stream mapping adalah sebagai berikut: 1. Untuk membantu perusahaan memvisualisasikan lebih dari sekedar level proses tunggal (misalnya: proses perakitan dan juga pengelasan) dalam produksi. Dengan demikian akan terlihat jelas seluruh aliran.
2. Pemetaan membantu perusahaan tidak hanya melihat pemborosan yang ada tetapi juga sumber penyebab pemborosan yang terdapat dalam value
stream.
3. Value stream menggabungkan antara konsep lean dan teknik yang dapat
membantu perusahaan untuk menghindari pemilihan teknik dan konsep yang asal-asalan.
6 Rother, M dan Shook, J. 2003. Learning to See, Value Stream Mapping to Create Value and Eliminate Muda,2003, The Lean Enterprise Institute, Inc. Hlm. 3-6
(36)
4. Sebagai dasar dari rencana implementasi. Dengan membantu perusahaan merancang bagaimana keseluruhan aliran yang door-to-door, diharapkan konsep lean ini dapat mengoperasikan bagian yang hilang dalam banyak upaya me-lean-kan suatu value stream map menjadi blueprint dalam mengimplementasikan proses yang lean.
Dua langkah utama dalam pemetaan Value Stream Mapping, yaitu: 1. Pembuatan Current State Map untuk memetakan kondisi di lantai pabrik
saat ini, sehingga dapat mengidentifikasi pemborosan apa saja yang terjadi. 2. Pembuatan Future State Map sebagai usulan rancangan perbaikan dari
Current State Map yang ada.
3.3.1.1. Current State Map
Petunjuk pembuatan current state map adalah sebagai berikut7: 1. Penentuan Family Product yang akan dijadikan sebagai Model Line
Tahap ini merupakan tahap awal dalam menggambar Current State Map. Setelah mengetahui konsep yang benar tentang Lean, maka pada tahap ini perlu ditentukan produk yang akan dijadikan model line sebagai target perbaikannya. Tujuan pemilihan model-line adalah agar penggambaran sistem fokus pada satu produk saja yang bisa dianggap sebagai acuan dan representasi dari sistem produksi yang ada. Mengidentifikasi suatu family
(37)
berbeda. Untuk menentukan famili produk mana yang akan dipetakan tergantung keputusan perusahaan yang dapat ditentukan dari pandangan bisnis seperti tingkat penjualan, atau menurut fokus perusahaan8.
3.3.2. Diagram SIPOC (Supplier, Input, Process, Output, Customer)
Diagram SIPOC dapat digunakan untuk memberikan batasan atau ruang lingkup penelitian sepanjang value stream. Diagram SIPOC adalah alat yang digunakan untuk mengidentifikasikan elemen yang berkaitan untuk pengembangan proses sebelum proses pengembangan itu dimulai9.
Penggambaran ruang lingkup dilakukan sebelum penggambaran lebih rinci untuk setiap proses. Nama SIPOC merupakan akronim dari lima elemen utama dalam sistem kualitas, yaitu:
1. Suppliers adalah orang, departemen atau organisasi yang memberikan
informasi kunci, material, atau sumber daya lain kepada proses. Jika suatu proses terdiri dari beberapa sub proses, maka sub proses sebelumnya dapat dianggap sebagai petunjuk pemasok internal (internal suppliers).
2. Inputs adalah segala sesuatu yang diberikan oleh pemasok (suppliers)
kepada proses.
3. Process adalah sekumpulan langkah yang mentransformasi dan secara
ideal menambah nilai kepada inputs (proses transformasi nilai tambah kepada
inputs). Suatu proses biasanya terdiri dari beberapa sub-proses.
8 Lovelle Jared. 2001. Mapping the Value Stream. IEE Solutions. Hlm. 2-3 9 Simon, Kerry. 2008. SIPOC Diagram. iSixSigma. Hlm. 1
(38)
4. Outputs adalah produk (barang atau jasa) dari suatu proses. Dalam
industri manufaktur ouputs dapat berupa barang setengah jadi maupun barang jadi
(final product). Termasuk kedalam outputs adalah informasi-informasi kunci
dari proses.
5. Customers adalah orang atau kelompok orang, atau sub proses yang
menerima
outputs. Jika suatu proses terdiri dari beberapa sub proses, maka sub proses
sesudahnya dapat dianggap sebagai pelanggan internal (internal customers). Beberapa langkah yang dibutuhkan untuk membuat Diagram SIPOC adalah:
1. Membuat suatu wilayah diagram yang memungkinkan untuk diisi dengan elemen-elemen berkaitan. Diagram diberi keterangan Supplier, Input, Process,
Output, dan Costumer pada bagian atas.
2. Identifikasikan setiap level proses produksi. 3. Identifikasikan output dari setiap proses.
4. Identifikasikan konsumen yang akan menerima output dari proses.
5. Identifikasikan input yang diperlukan untuk setiap proses agar dapat berfungsi dengan baik.
6. Identifikasikan supplier dari input yang dibutuhkan proses. 7. Optional: identifikasikan kebutuhan dari konsumen.
(39)
Contoh gambar diagram SIPOC dapat dilihat pada Gambar 3.1.
Sumber: Wedfwood,Ian D. 2006. Lean Sigma: A Practitioner’s Guide.Practice Hall. Gambar 3.1. Contoh Diagram SIPOC
3.5. Metode VALSAT (Value Stream Analysis Tools)
VALSAT (Value Stream Analysis Tools) merupakan tool yang dikembangkan oleh Hines Peter dan Rich Nick untuk mempermudah pemahaman terhadap value stream yang ada dan mempermudah untuk membuat perbaikan berkenaan dengan waste yang terdapat di dalam value stream. VALSAT merupakan sebuah pendekatan yang digunakan dengan melakukan pembobotan
waste-waste, kemudian dari pembobotan tersebut dilakukan pemilihan terhadap tool dengan menggunakan matrik.
(40)
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food
Divison yang berlokasi di Jalan Pulau Solor No.2, Kawasan Industri Medan II,
Deliserdang Sumatera Utara. Perusahaan ini bergerak dalam bidang industri manufaktur pembuatan makanan olahan yakni further (nugget). Waktu penelitian dilakukan pada bulan Maret - April 2016.
4.2. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif (descriptive
research). Penelitian ini bertujuan untuk mencandra atau mendeskripsikan secara
sistematik, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat suatu objek atau populasi tertentu. Maksud dan tujuan penelitian ini hanya sebatas membuat deskripsi yang tepat, apa adanya tentang fakta-fakta dan sifat-sifat dari objek10.
4.3. Objek Penelitian
Objek penelitian yang diamati adalah proses produksi further pada PT. Charoen Pokphand Indonesia - Food Division untuk membuat perbaikan proses produksi further.
(41)
4.4. Variabel Penelitian
Variabel-variabel yang terdapat dalam penelitian ini adalah:
1. Variabel terikat (dependent variable) merupakan variabel yang nilainya dipengaruhi
atau ditentukan oleh nilai variabel lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
perbaikan proses produksi.
2. Variabel bebas (independent variable) merupakan variabel yang mempengaruhi
variabel dependen baik secara prositif maupun negatif11. Variabel bebas dalam
penelitian ini adalah:
a. Urutan proses produksi
b. Aliran material dan aliran informasi
c. Waktu standar proses produksi
4.5. Kerangka Konseptual Penelitian
Kerangka konseptual adalah sebuah model yang ditunjukkan dalam bentuk diagram yang memperlihatkan struktur dan dan sifat hubungan logis antar variabel penelitian yang telah diidentifikasi dari teori dan temuan-temuan hasil review artikel yang akan digunakan dalam menganalisis masalah penelitian12. Kerangka konseptual penelitian dapat dilihat pada Gambar 4.1.
11 ibid, h. 85-86. 12 ibid, h. 361.
(42)
Gambar 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian
4.6. Rancangan Penelitian
Langkah-langkah proses penelitian “Perbaikan Proses Produksi Menggunakan Metode VALSAT Guna Mengoptimalkan Total Quality
Excellence” dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Urutan Proses Produksi
Aliran Material dan Informasi
Waktu Standar Proses Produksi
Perbaikan Proses Produksi
(43)
MULAI
Studi Pendahuluan
1. Pengamatan langsung proses produksi further 2. Studi Literatur
Identifikasi Masalah
Terjadinya pemborosan (waste) pada lini produksi yakni waktu menunggu (waiting time), transportation dan proses
berlebihan (overprocessing)
Maka perlu dilakukan perbaikan proses produksi untuk mereduksi pemborosan (waste) tersebut guna mengoptimalkan konsep Total Quality Excellence.
Pengumpulan Data 1. Data primer
- Urutan proses produksi - Waktu proses produksi
2. Data sekunder
- Data kapasitas produksi - Uptime
- Change Over Time - Jumlah operator - Jam kerja - Aliran informasi
Pengolahan Data
1. Pembuatan Current State Map 2. Identifikasi pemborosan
3. Penentuan upaya pengoptimalan Total Quality Excellence (TQE)
4. Pembuatan Future State Map dan Program 5S Visual Management
SELESAI Analisis dan Evaluasi
Kesimpulan dan Saran
Gambar 4.2. Langkah-langkah Proses Penelitian
(44)
BAB V
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
5.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara pengamatan langsung ke perusahaan dan meminta beberapa data dari pihak perusahaan. Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder.
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh melalui pengamatan (observasi) langsung terhadap objek penelitian. Data primer yang diambil yakni urutan proses produksi dan waktu proses produksi.
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang diperoleh dari pihak perusahaan. Data sekunder yang diambil adalah jumlah kapasitas produksi, jumlah operator, jam kerja, uptime dan aliran informasi.
(45)
5.1.1. Proses Produksi Further
Uraian proses produksi pembuatan further pada PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division adalah sebagai berikut:
1. Proses Penyiapan Bahan Seasoning
Aktivitas-aktivitas dalam proses seasoning adalah: a. Bahan seasoning dibawa ke tempat penimbangan b. Bahan seasoning ditimbang sesuai dengan formula
c. Bahan seasoning yang sudah ditimbang dibawa ke mesin mixer menggunakan mitcart
d. Bahan seasoning menunggu untuk diproses 2. Proses Penyiapan Bahan Premix
Aktivitas-aktivitas dalam proses premix adalah: a. Bahan premix dibawa ke tempat penimbangan b. Bahan premix ditimbang sesuai dengan formula
c. Bahan premix yang sudah ditimbang dibawa ke mesin mixer menggunakan
mitcart
d. Bahan premix menunggu untuk diproses 3. Proses Penyiapan Bahan Emulsi
Aktivitas-aktivitas dalam proses emulsi adalah: a. Bahan emulsi dibawa ke tempat penimbangan b. Bahan emulsi ditimbang sesuai dengan formula
c. Bahan emulsi yang sudah ditimbang dibawa ke mesin mixer menggunakan
mitcart
(46)
d. Bahan emulsi menunggu untuk diproses 4. Proses Grinding
Aktivitas-aktivitas dalam proses grinding adalah:
a. Daging ayam beku diambil dari raw material menuju mesin autogrind b. Daging ayam beku dilepas dari kemasan plastik
c. Daging ayam beku digiling menggunakan mesin autogrind
d. Daging ayam yang sudah halus dibawa ke mesin mixer menggunakan
mitcart
e. Daging ayam menunggu untuk diproses 5. Proses Mixing
Aktivitas-aktivitas dalam proses mixing adalah:
a. Dicampur semua adonan dengan cara mencampur satu persatu bahan secara bertahap (daging halus, daging, seasoning, premix, air dan nitrogen) menggunakan mesin mixer
b. Dibawa semua adonan yang sudah dicampur ke mesin reformer 6. Proses Forming
Aktivitas-aktivitas dalam proses forming adalah:
a. Dibawa butter dan tepung breadcrumb ke mesin reformer b. Dicetak adonan menggunakan mesin reformer
c. Dibaluri adonan yang sudah tercetak dengan butter dan tepung
(47)
7. Proses Frying
Aktivitas-aktivitas dalam proses frying adalah:
a. Dimasak adonan hingga setengah matang (frecook) dengan mesin fryer b. Dimasak kembali adonan hingga matang (cook) dengan mesin fryer c. Ditiriskan sisa minyak penggorengan pada further
d. Dibawa ke proses pendinginan 8. Proses Pendinginan
Aktivitas-aktivitas dalam proses pendinginan adalah:
a. Didinginkan further menggunakan kipas yang diletakkan di samping
conveyor
b. Dibawa further menuju mesin Insulated Quick Freeze (IQF) 9. Proses Pembekuan
Aktivitas-aktivitas dalam proses pembekuan adalah:
a. Dibekukan further menggunakan mesin Insulated Quick Freeze (IQF) dengan suhu -180C
b. Dibawa further yang sudah beku menuju mesin MHW (Multi Head
Weigher)
10.Proses Packaging Awal
Aktivitas-aktivitas dalam proses packaging awal adalah:
a. Dibawa kemasan plastik further ke mesin MHW (Multi Head Weigher) b. Dimasukkan further ke dalam kemasan plastik menggunakan mesin MHW
(Multi Head Weigher) sesuai dengan ukuran berat per kemasan
(48)
c. Dibawa kemasan-kemasan further menuju mesin metal detector dan mesin
check weighter
11.Proses Metal Detector dan Check Weighter
Aktivitas-aktivitas dalam proses metal detector dan check weighter adalah: a. Diperiksa kemasan further terhadap kandungan metal menggunakan mesin
metal detector
b. Ditimbang kemasan further menggunakan mesin check weighter c. Dibawa kemasan further menuju proses packaging akhir
d. Kemasan further menunggu untuk diproses 12.Proses Packaging Akhir
Aktivitas-aktivitas dalam proses packaging akhir adalah: a. Dibawa kotak karton ke meja pengepakan
b. Dilakukan packaging kemasan further ke dalam kotak karton secara manual
c. Dibawa kotak karton menuju cold storage
5.2. Pengolahan Data
5.2.1. Pembuatan Current State Map
Pembuatan Current State Map bertujuan untuk memetakan kondisi di lantai pabrik saat ini, sehingga dapat mengidentifikasi pemborosan apa saja yang terjadi. Current state map terdiri atas beberapa langkah yang dimulai dari
(49)
5.2.1.1. Penentuan Model Line
Tujuan pemilihan model-line adalah agar penggambaran sistem fokus pada satu produk saja yang bisa dianggap sebagai acuan dan representasi dari sistem produksi yang ada. Model line pada penelitian ini adalah produk further pada PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division.
5.2.1.2. Penentuan Value Stream Manager
Value-stream Manager yakni orang yang paham mengenai proses
keseluruhan dalam value-stream suatu produk sehingga dapat membantu dalam memberikan saran bagi perbaikan value-stream produk tersebut. Value Stream
Manager pada penelitian ini adalah bagian produksi further di PT. Charoen
Pokphand Indonesia – Food Division.
5.2.1.3. Penentuan Waktu Standar
Waktu standar merupakan informasi yang diperlukan dalam pembuatan peta untuk setiap kategori proses di sepanjang value stream. Uji keseragamaan dan uji kecukupan data dilakukan untuk seluruh data waktu proses produksi
further.
1. Uji Keseragaman Data
Uji keseragaman data dilakukan dengan menggunakan metode statistik dimana tingkat keyakinan sebesar 95% dan tingkat ketelitian sebesar 5%.
(50)
a. Perhitungan Standar Deviasi
σ =
=
= 15,61
b. Perhitungan Batas Kelas Atas dan Batas Kelas Bawah
Dengan tingkat keyakinan 95% dan tingkat ketelitian 5% maka nilai Z = 2
BKA =X1 + Z σx BKB =X1- Z σx
= 740,33 + 2(15,61) = 740,33 - 2(15,61)
= 771,55 = 709,11
c. Pembuatan Peta Kontrol
Berdasarkan hasil perhitungan diatas, maka dapat diperoleh peta kontrol hasil uji keseragaman data waktu pengamatan pada proses seasoning yang dapat dlihat pada Gambar 5.1.
(51)
Peta kontrol di atas menunjukkan seluruh data berada di dalam batas kontrol. Hal ini menunjukkan data pengamatan proses seasoning seragam.
2. Uji Kecukupan Data
Pengujian kecukupan data dilakukan menggunakan rumus berikut ini:
22 2 . / '
X X X N s z NDimana, Z = tingkat keyakinan sebesar 95% bernilai 2 s = tingkat ketelitian sebesar 5%
N = jumlah data X = waktu siklus
Uji kecukupan data pada proses seasoning dapat dilihat pada Tabel 5.5.
Tabel 5.5. Waktu Pengamatan Proses Seasoning Pengamatan Ke
- Waktu (detik) X
2
1 766 586.756
2 734 538.756
3 722 521.284
4 755 570.025
5 717 514.089
6 748 559.504
7 741 549.081
8 753 567.009
9 727 528.529
TOTAL 6663 4.935.033
(52)
N’ =
=
N’ = 0,71
Berdasarkan hasil uji kecukupan data, diperoleh nilai N’< N yaitu 0,71 < 9, artinya data pengamatan yang diperoleh telah cukup.
3. Perhitungan Waktu Normal
Perhitungan waktu normal dilakukan menggunakan data waktu siklus dan
rating factor. Hasil pengukuran rating factor operator proses seasoning dapat
dilihat pada Tabel 5.7.
Karena pada stasiun ini terdapat 2 pekerja, maka dipilih rating factor terbesar.. Maka, waktu normal dapat dihitung menggunakan rumus berikut ini:
Waktu Normal (Wn) = Ws x (1+ Rf) = 740,33 x (1+0,11) = 821,77 detik 4. Perhitungan Waktu Standar
Perhitungan waktu standar dilakukan menggunakan data waktu normal dan nilai allowance operator. Hasil pengukuran allowance operator proses
(53)
Berdasarkan data allowance tersebut, maka diperoleh allowance operator pada proses seasoning sebesar 13%. Maka, dapat dihitung waktu standar proses
seasoning menggunakan rumus berikut ini:
Waktu Standar (Wb) = Wn x
= 821,77 x = 944,56 detik
Rekapitulasi hasil perhitungan waktu standar untuk setiap kategori proses produksi further dapat dilihat pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Waktu Standar
No. Stasiun Kerja
Waktu Siklus (detik)
Rf
Waktu Normal
(detik)
Allowance
(%)
Waktu Standar
(detik)
1. Proses Penyiapan Bahan
Seasoning 740 1,11 821,77 13 944,56
2. Proses Penyiapan Bahan
Premix 756 1,11 838,67 13 963,99
3. Proses Penyiapan Bahan
Emulsi 1157 1,12 1295,47 13 1489,05
4. Proses Grinding 1747 1,16 2026,26 15 2383,84
5. Proses Mixing 3648 1,08 3939,48 15 4634,69
6. Proses Forming 2644 1,11 2934,72 15 3452,61
7. Proses Frying 5235 1,14 5968,15 13 6859,94
8. Proses Pendinginan 2349 1,12 2630,76 13 3023,86
9. Proses Pembekuan 2644 1,13 2987,97 13 3434,45
10. Proses Packaging Awal 2960 1,16 3433,86 15 4039,83
11. Proses Metal Detector
dan Check Weighter 861 1,12 963,83 13 1107,85
12. Proses Packaging Akhir 3310 1,17 3872,44 16 4610,05
(54)
5.2.1.4. Pembuatan Diagram SIPOC
Diagram SIPOC untuk proses produksi further pada PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division ditunjukkan pada Gambar 5.2.
Seasoning Premix
Emulsi
Grinding Mixing Forming
Frying
Pendinginan Pembekuan
Packaging
Awal
Metal Detector dan
Check Weighter Packaging
Akhir Process Input
Supplier Output Customer
Raw Material
Warehouse
Kemasan
Cold Storage Seasoning
Premix
Emulsi Daging
Kemasan Plastik
Carton Box
(55)
5.2.1.5. Pembuatan Peta untuk Setiap Kategori Proses
Pembuatan peta untuk setiap kategori proses dilakukan dengan menggunakan data waktu standar dari setiap proses, data uptime, changover time,
scrap dan jumlah operator. Langkah-langkah pembuatan kategori proses adalah
sebagai berikut:
1. Masukkan nama proses pada bagian atas process box 2. Masukkan jumlah operator pada proses tersebut
3. Lengkapi process box dengan data waktu standar, uptime, changeover
time, scrap dan jam kerja.
4. Masukkan lead time proses sebagai non value added time di depan
process box dan waktu siklus sebagai value added time di bawah process box.
Contoh pembuatan peta kategori proses pembuatan further pada proses
seasoning dapat dilihat pada Gambar 5.3.
Gambar 5.3. Process Box pada Proses Seasoning 740
detik 600
detik
Seasoning
= 2 C/T : 740 detik C/O : - Scrap: - Uptime: 97,43% Available: 8 jam
(56)
Process box di atas menunjukkan bahwa pada stasiun proses seasoning
terdapat 2 operator dengan waktu siklus 740 detik. Untuk proses kegiatan lainnya juga dibuat ke dalam process box menggunakan keempat langkah di atas. Setiap
process box tersebut selanjutnya akan dihubungkan dengan tanda panah yang
menunjukkan perpindahan material ke proses selanjutnya.
Peta aliran keseluruhan pabrik (Current State Map) yang telah dilengkapi aliran material dan aliran informasi dapat dilihat pada Gambar 5.4.
(57)
`
Gambar 5.4. Current State Map Proses Produksi Further pada PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division
Plant
Head
Plant
Manager
Further
Manager Purchase
Manager Warehouse Manager Supplier Distributor Raw Material Cold Storage Seasoning = 2
C/T : 740 detik
C/O : -
Scrap: -
Uptime: 97,43%
Available: 8 jam
Premix
= 2
C/T : 756 detik
C/O : -
Scrap: -
Uptime: 97,38%
Available: 8 jam
Emulsi
= 2
C/T : 1157 dtk
C/O : -
Scrap: -
Uptime: 95,98%
Available: 8 jam
Grinding
= 2
C/T : 1747 dtk
C/O : -
Scrap: 0,5%
Uptime: 93,93%
Available: 8 jam
Mixing
= 2
C/T :3648 dtk
C/O : -
Scrap: 0,5%
Uptime: 87,33%
Available: 8 jam
Forming
= 1
C/T : 2644 dtk
C/O : 15 mnt
Scrap: 0,3%
Uptime: 90,82%
Available: 8 jam
Frying
= 1
C/T : 5235 dtk
C/O : -
Scrap: 3%
Uptime: 81,82%
Available: 8 jam
Pendinginan
= 1
C/T : 2349 dtk
C/O : -
Scrap: -
Uptime: 91,84%
Available: 8 jam
Pembekuan
= 1
C/T: 2644 dtk
C/O : -
Scrap: -
Uptime: 93,75%
Available: 8 jam
Packaging Awal
= 2
C/T : 2960 dtk
C/O : 10 mnt
Scrap: 5%
Uptime: 89,72%
Available: 8 jam
MD dan CW
= 2
C/T : 861 dtk
C/O : -
Scrap: 2%
Uptime: 97,01%
Available: 8 jam
Packaging Akhir
= 4
C/T : 3310 dtk
C/O : 10 mnt
Scrap: -
Uptime: 88,51%
Available: 8 jam
1
hari detik 740 3410 detik 756 detik 1160 detik 1157 detik 1220 detik 1747 detik 1140 detik 3648 detik 1310 detik 2644 detik 720 detik 5235 detik 900 detik 2349 detik 1200 detik 2644 detik 540 detik 2960 detik 720 detik 861 detik 2360 detik 3310 detik 2360 detik 2 hari 900 detik
(58)
BAB VI
ANALISIS PEMECAHAN MASALAH
6.1. Analisis
6.1.1. Analisis Current State Map
Pembuatan current state map dilakukan dengan menggunakan tool Big
Picture Mapping (VSM) atau Value Stream Mapping (VSM). Melalui current state map, diperoleh total value added time adalah sebesar 25.702 detik dan total manufacturing lead time adalah sebesar 48.471 detik.
Current state map proses produksi further pada PT. Charoen Pokphand
(59)
`
Gambar 6.1. Current State Map Proses Produksi Further pada PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division
Plant
Head
Plant
Manager
Further
Manager Purchase
Manager Warehouse Manager Supplier Distributor Raw Material Cold Storage Seasoning = 2
C/T : 740 detik
C/O : -
Scrap: -
Uptime: 97,43%
Available: 8 jam
Premix
= 2
C/T : 756 detik
C/O : -
Scrap: -
Uptime: 97,38%
Available: 8 jam
Emulsi
= 2
C/T : 1157 dtk
C/O : -
Scrap: -
Uptime: 95,98%
Available: 8 jam
Grinding
= 2
C/T : 1747 dtk
C/O : -
Scrap: 0,5%
Uptime: 93,93%
Available: 8 jam
Mixing
= 2
C/T :3648 dtk
C/O : -
Scrap: 0,5%
Uptime: 87,33%
Available: 8 jam
Forming
= 1
C/T : 2644 dtk
C/O : 15 mnt
Scrap: 0,3%
Uptime: 90,82%
Available: 8 jam
Frying
= 1
C/T : 5235 dtk
C/O : -
Scrap: 3%
Uptime: 81,82%
Available: 8 jam
Pendinginan
= 1
C/T : 2349 dtk
C/O : -
Scrap: -
Uptime: 91,84%
Available: 8 jam
Pembekuan
= 1
C/T: 2644 dtk
C/O : -
Scrap: -
Uptime: 93,75%
Available: 8 jam
Packaging Awal
= 2
C/T : 2960 dtk
C/O : 10 mnt
Scrap: 5%
Uptime: 89,72%
Available: 8 jam
MD dan CW
= 2
C/T : 861 dtk
C/O : -
Scrap: 2%
Uptime: 97,01%
Available: 8 jam
Packaging Akhir
= 4
C/T : 3310 dtk
C/O : 10 mnt
Scrap: -
Uptime: 88,51%
Available: 8 jam
1
hari detik 740 3410 detik 756 detik 1160 detik 1157 detik 1220 detik 1747 detik 1140 detik 3648 detik 1310 detik 2644 detik 720 detik 5235 detik 900 detik 2349 detik 1200 detik 2644 detik 540 detik 2960 detik 720 detik 861 detik 2360 detik 3310 detik 2360 detik 2 hari 900 detik
(60)
6.1.2. Analisis Process Activity Mapping
Dalam Process Activity Mapping, aktivitas waiting time, transportation dan overprocessing merupakan aktivitas yang menimbulkan pemborosan karena aktivitas tersebut tidak bernilai tambah. Rekapitulasi hasil Process Activity
Mapping ditunjukkan pada Tabel 6.1 dan Tabel 6.4.
Tabel 6.1. Jumlah Aktivitas dan Waktu Hasil Process Activity Mapping Kegiatan Jumlah (aktivitas) Waktu (detik) Persentase
Operation (O) 18 27190 56,2 %
Transportation (T) 19 14400 29,7 %
Inspection (I) 2 861 1,7 %
Delay (D) 6 6020 12,4 %
Storage (S) 0 0 0 %
Total 45 48471 100 %
Tabel 6.4. Rekapitulasi Aktivitas NVA/VA Hasil Process Activity Mapping
Kegiatan Jumlah (aktivitas)
Waktu (detik)
Efisiensi Proses Non Value Added
(NVA) 26 22769 46,9 %
Value Added (VA) 19 25702 53,1 %
Total 45 48471 100 %
Kemudian setelah dilakukan identifikasi pemborosan menggunakan metode 5W + 1H, diperoleh eliminasi aktivitas non value added sebanyak 10 aktivitas. Hasil Process Activity Mapping perbaikan dapat dilihat pada Tabel 6.5 dan Tabel 6.6.
(61)
Tabel 6.5. Jumlah Aktivitas dan Waktu Hasil Process Activity Mapping Perbaikan
Kegiatan Jumlah
(aktivitas) Waktu (detik) Persentase
Operation (O) 17 24841 66,7 %
Transportation (T) 15 9720 26,2 %
Inspection (I) 2 861 2,3 %
Delay (D) 1 1800 4,8 %
Storage (S) 0 0 0 %
Total 35 37222 100 %
Tabel 6.6. Rekapitulasi Aktivitas NVA/VA Hasil Process Activity Mapping Perbaikan
Kegiatan Jumlah (aktivitas)
Waktu (detik)
Efisiensi Proses Non Value Added
(NVA) 16 11520 30,9 %
Value Added (VA) 19 25702 69,1 %
Total 35 37222 100 %
Perbandingan hasil Process Activity Mapping sebelum dan sesudah dilakukan perbaikan proses produksi dapat dilihat pada Tabel 6.7. berikut ini:
Tabel 6.7. Perbandingan Hasil Process Activity Mapping Sebelum dan Sesudah Perbaikan
Sebelum Sesudah
Kegiatan VA NVA VA NVA
Jumlah (aktivitas) 19 26 19 16
Waktu (detik) 25702 22769 25702 11520 Efisiensi Proses (%) 53,1 46,9 69,1 30,9
(62)
6.1.3. Usulan Perbaikan Proses Produksi
Setelah melakukan identifikasi pemborosan yang terdapat pada proses produksi melalui current state map dan process activity mapping, maka dibuatlah usulan perbaikan proses produksi atau future state map. Perbaikan proses produksi ini bertujuan untuk mewujudkan pengoptimalan Total Quality Excellence (TQE).
Future state map merupakan pemetaan aliran proses perbaikan setelah
dilakukan perbaikan proses produksi. Melalui future state map, diperoleh total
value added time adalah sebesar 25.702 detik dan total manufacturing lead time
adalah sebesar 37.222 detik. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh perbaikan proses produksi terhadap pengurangan manufacturing lead time.
Future state map perbaikan proses produksi further pada PT. Charoen
(63)
`
G
Gambar 6.2. Future State Map Perbaikan Proses Produksi Further pada PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division
Plant
Head
Plant
Manager
Further
Manager Purchase
Manager Warehouse Manager Supplier Distributor Raw Material Cold Storage Seasoning = 2
C/T : 740 detik
C/O : -
Scrap: -
Uptime: 97,43%
Available: 8 jam
Premix
= 2
C/T : 756 detik
C/O : -
Scrap: -
Uptime: 97,38%
Available: 8 jam
Emulsi
= 2
C/T : 1157 dtk
C/O : -
Scrap: -
Uptime: 95,98%
Available: 8 jam
Grinding
= 2
C/T : 1747 dtk
C/O : -
Scrap: 0,5%
Uptime: 93,93%
Available: 8 jam
Mixing
= 2
C/T :3648 dtk
C/O : -
Scrap: 0,5%
Uptime: 87,33%
Available: 8 jam
Forming
= 1
C/T : 2644 dtk
C/O : 15 mnt
Scrap: 0,3%
Uptime: 90,82%
Available: 8 jam
Frying
= 1
C/T : 5235 dtk
C/O : -
Scrap: 3%
Uptime: 81,82%
Available: 8 jam
Pendinginan
= 1
C/T : 2349 dtk
C/O : -
Scrap: -
Uptime: 91,84%
Available: 8 jam
Pembekuan
= 1
C/T: 2644 dtk
C/O : -
Scrap: -
Uptime: 93,75%
Available: 8 jam
Packaging Awal
= 2
C/T : 2960 dtk
C/O : 10 mnt
Scrap: 5%
Uptime: 89,72%
Available: 8 jam
MD dan CW
= 2
C/T : 861 dtk
C/O : -
Scrap: 2%
Uptime: 97,01%
Available: 8 jam
Packaging Akhir
= 4
C/T : 3310 dtk
C/O : 10 mnt
Scrap: -
Uptime: 88,51%
Available: 8 jam
1 hari 740 detik 3410 detik 756 detik 400 detik 1157 detik 500 detik 1747 detik 480 detik 3648 detik 590 detik 2644 detik 720 detik 5235 detik 520 detik 2644 detik 540 detik 2960 detik 720 detik 4171 detik 560 detik 2 hari 900 detik
(64)
6.1.4. Usulan Pemeliharaan Efektifitas dan Efisiensi Proses Produksi
Setelah melakukan perbaikan proses produksi, perusahaan harus melakukan pemeliharaan efektifitas dan efisiensi produksi untuk mendukung terwujudnya pengoptimalan Total Quality Excellence (TQE). Upaya pemeliharaan ini dilakukan dengan menerapkan beberapa program 5S Visual Management yang sudah dipilih berdasarkan jenis pemborosan dan penyebabnya.
Berdasarkan penjelasan program-program 5S tersebut, maka dipilih program-program yang sesuai untuk mencegah atau menghilangkan pemborosan-pemborosan yang terjadi pada proses produksi seperti yang ditunjukkan pada Tabel 6.8.
(65)
Tabel 6.8. Program 5S Visual Management
No. Jenis Waste Deskripsi Jenis
Waste Penyebab Waste Usulan Perbaikan
5S Visual
Management
1. Waktu Menunggu (Waiting Time)
Material menunggu untuk
dimasukkan ke proses selanjutnya
Proses berikutnya belum selesai, sehingga material berikutnya harus menunggu
terlebih dahulu sebelum akhirnya diproses
Diperlukan pengawasan yang lebih rutin terhadap
setiap proses produksi sehingga tidak terjadi
waiting time.
Seiketsu (Standardize
atau Standardisasi)
2. Transportation
Kegiatan transportasi yang
berlebihan atau tidak efisien
Terdapat beberapa perpindahan yang tidak
dibutuhkan dan hanya menambah lead time
Diperlukan pemeriksaan secara berkala pada seluruh aliran proses produksi, sehingga dapat
diminimasi kegiatan yang non value added
Seiri (Pemilahan)
3. Proses Berlebihan (Overprocessing)
Kegiatan proses yang berlebihan dan tidak memberi
nilai tambah
Terdapat proses yang tidak memberikan nilai tambah dan
dapat digabung dengan kegiatannya tanpa mengganggu aliran proses
produksi
Diperlukan pemeriksaan secara berkala pada seluruh aliran proses produksi, sehingga dapat
diminimasi kegiatan yang non value added
Seiri (Pemilahan)
(66)
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Pemborosan (waste) yang terjadi proses produksi pada PT. Charoen Pokphand Indonesia –
Food Division adalah pemborosan waktu menunggu (waiting time), transportation dan proses
berlebihan (overprocessing).
2. Sebelum perbaikan, total aktivitas non value added (NVA) pada lini proses produksi further ada sebanyak 26 aktivitas dengan efisiensi proses sebesar 53,1% dan setelah perbaikan proses produksi, total aktivitas non value added (NVA) menjadi 16 aktivitas dengan efisiensi proses sebesar 69,1%. Sedangkan aktivitas value added (VA) sebelum dan sesudah perbaikan tidak mengalami perubahan yakni sebanyak 19 aktivitas.
3. Melalui current state map, diperoleh total value added time adalah sebesar 25.702 detik dan total manufacturing lead time adalah sebesar 48.471 detik. Sedangkan melalui future state map, diperoleh total value added time adalah sebesar 25.702 detik dan total manufacturing lead time adalah sebesar 37.222 detik. Hal ini menunjukkan adanya pengaruh perbaikan proses produksi terhadap pengurangan manufacturing lead time.
4. Upaya pemeliharaan perbaikan proses produksi dilakukan dengan menerapkan program 5S
Visual Management yakni untuk jenis pemborosan waktu menunggu (waiting time) diberikan
usulan Seiketsu (Standardize atau Standardisasi) dan untuk jenis pemborosan transportation dan
(67)
Berdasarkan hasil penelitian, maka terdapat beberapa saran yang dapat diberikan kepada pihak perusahaan, yakni sebagai berikut:
1. Perusahaan harus tetap melakukan continuous improvement untuk meningkatkan produktivitas perusahaan dan memberikan kemampuan daya saing bagi perusahaan di pasar domestik dan Internasional
2. Usulan perbaikan proses produksi berupa future state map dan program 5S Visual
Management perlu dilakukan oleh perusahaan sebagai salah satu bentuk continuous improvement
3. Sebaiknya perusahaan juga melakukan evaluasi secara rutin pada setiap tahapan proses untuk melihat berbagai kendala yang terjadi pada lini produksi.
(68)
BAB II
GAMBARAN PERUSAHAAN
2.1. Sejarah Perusahaan
PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi pengolahan makanan olahan yakni
further. Perusahaan manfukatur seperti ini sangat dibutuhkan di era saat ini. Hal
ini ditunjukkan dari peningkatan jumlah perumbuhan penduduk Indonesia per tahun. Semakin tinggi tingkat jumlah pertumbuhan penduduk maka akan semakin tinggi tingkat kebutuhan pangan di pangsa pasar. Hal inilah yang mendorong PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division semakin berkembang dan menjadi produsen kelas dunia dalam bidang makanan olahan dari daging ayam.
PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division memulai usaha dibidang industri pengolahan makanan berbahan baku daging ayam dan membuka pabrik pertama kali di daerah Cikande. Pabrik ini merupakan salah satu pabrik pengolahan ayam terkenal di Indonesia dan merupakan pusat dari PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division yang ada di Indonesia. Perusahaan ini kemudian membuka cabang di Salatiga, Surabaya dan Medan.
Beberapa pabrik sudah tersebar di Indonesia untuk memenuhi kebutuhan pasar yang terus berkembang khususnya produk olahan ayam. Salah satunya PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division di Medan yang berdiri pada 5 Mei
(69)
2.2. Ruang Lingkup Perusahaan
Ruang lingkup perusahaan PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division adalah :
1. PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division merupakan industri
manufaktur yang memproduksi makanan olahan daging ayam yaitu further. 2. Bahan baku utama adalah daging ayam beku yang terdiri dari daging ayam,
hati dan kulit.
2.3. Lokasi Perusahaan
Lokasi pabrik PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division terletak
di Jalan Pulau Solor No.2, Kawasan Industri Medan II, Kabupaten Deli Serdang. Peta Lokasi PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division dapat dilihat pada
Gambar 2.1.
Gambar 2.1. Peta Lokasi PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division
2.4. Daerah Pemasaran
Daerah pemasaran PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division saat
ini adalah KFC, CFC dan restaurant lainnya yang berada di wilayah Sumatera. PT Charoen Pokphand Indonesia – Food Division untuk Sumatera Bagian Utara
(70)
supply ke daerah Aceh, Batam, Medan, sedangkan untuk Sumatera Bagian Selatan
ke daerah Palembang, Jambi, dan Lampung.
2.5. Organisasi dan Manajemen 2.5.1. Struktur Organisasi
Struktur organisasi yang digunakan oleh PT. Charoen Pokhpand Indonesia – Food Division adalah struktur organisasi fungsional. Struktur
organisasi fungsional merupakan struktur organisasi yang disusun berdasarkan sifat dan macam pekerjaan yang harus dilakukan dimana masalah pembagian kerja mendapat perhatian yang sungguh-sungguh. Pembagian kerja dilakukan berdasarkan spesialisasi kerja dan setiap pekerja hanya mengerjakan tugas atau pekerjaan sesuai dengan spesialisasinya.
Ciri-ciri organisasi fungsional adalah pembidangan tugas secara tegas dan jelas dapat dibedakan. Dalam hal ini, bawahan akan menerima perintah dari atasan, penempatan pejabat berdasarkan spesialisasinya, koordinasi menyeluruh hanya diperlukan pada tingkat atas, terdapat dua kelompok wewenang lini dan wewenang fungsi.
Bagan struktur organisasi PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division dapat dilihat pada Gambar 2.2.
(71)
Head Of Unit
P & GA
Manager Plant Manager
Purchase Manager
Marketing
Manager QC Manager
Finance & Accounting General Manager
Kepala Bag.
Administrasi Staff Umum
Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan
Processing Manager
Warehouse Manager
Maintenance
Manager PPIC Manager
Section Head Section Head Section Head Inventory
Control Processing Supervisor Raw Material Supervisor Finish Goods Supervisor Store Room Supervisor Truck Scale Supervisor Maintenance Supervisor General Support Supervisor
Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan Karyawan
Internal Supervisor Eksternal Supervisor Accounting Manager Finance Manager
Srumber: PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division
Gambar 2.2. Struktur Organisasi PT Charoen Pokphand Indonesia – Food Division
(1)
DAFTAR TABEL
TABEL HALAMAN
1.1. Perbandingan Jumlah Permintaan Further dan Sausage ... I-2 2.1. Pembagian Jam Kerja Bagian Administrasi dan Kantor ... II-6 2.2. Pembagian Jam Kerja Bagian Produksi... II-6 3.1. Lambang-Lambang yang Digunakan pada Value Stream
Mapping ... III-11 3.2. Lambang-Lambang yang Melengkapi Peta Keseluruhan .. III-13 3.3. Westinghouse Factor ... III-34 3.4. Besarnya Allowance Berdasarkan Faktor-faktor yang
Berpengaruh... III-36 5.1. Deskripsi Aktivitas pada Tiap Stasiun Kerja ... V-6 5.2. Data Waktu Siklus Pembuatan Further ... V-9 5.3. Uptime, Changover Time dan Jumlah Operator Setiap
Proses Produksi Further ... V-11 5.4. Waktu Pengamatan Proses Seasoning ... V-13 5.5. Waktu Pengamatan Proses Seasoning ... V-15 5.6. Rekapitulasi Hasil Uji Keseragaman Data dan Uji
Kecukupan Data ... V-16 5.7. Rating Factor Operator Proses Seasoning... V-17 5.8. Allowance Operator Proses Seasoning ... V-17 5.9. Rekapitulasi Hasil Perhitungan Waktu Standar... V-18
(2)
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
5.10. Process Activity Mapping ... V-28 5.11. Jumlah Aktivitas dan Waktu Hasil Process Activity
Mapping ... V-32 5.12. Aktivitas Value Added ... V-32 5.13. Aktivitas Non Value Added ... V-33 5.14. Rekapitulasi Aktivitas NVA/VA Hasil Process Activity
Mapping ... V-34 5.15. Analisis Aktivitas NVA dengan Metode 5W dan 1H... V-35 5.16. Process Activity Mapping Perbaikan ... V-38 5.17. Jumlah Aktivitas dan Waktu Hasil Process Activity
Mapping Perbaikan ... V-41 5.18. Rekapitulasi Aktivitas NVA/VA Hasil Process Activity
Mapping Perbaikan ... V-41 6.1. Jumlah Aktivitas dan Waktu Hasil Process Activity
Mapping ... VI-3 6.2. Aktivitas Value Added ... VI-3 6.3. Aktivitas Non Value Added ... VI-4 6.4. Rekapitulasi Aktivitas NVA/VA Hasil Process Activity
Mapping ... VI-5
(3)
DAFTAR TABEL (Lanjutan)
TABEL HALAMAN
6.5. Jumlah Aktivitas dan Waktu Hasil Process Activity
Mapping Perbaikan ... VI-6 6.6 Rekapitulasi Aktivitas NVA/VA Hasil Process Activity
Mapping Perbaikan ... VI-6 6.7. Perbandingan Hasil Process Activity Mapping Sebelum
dan Sesudah Perbaikan ... VI-6 6.8. Program 5S Visual Management ... VI-12
(4)
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR HALAMAN
2.1. Peta Lokasi PT Charoen Pokphand Indonesia – Food
Division ... II-2 2.2. Struktur Organisasi PT Charoen Pokphand Indonesia –
Food Division ... II-4 2.3. Block Diagram Uraian Proses Produksi Pembuatan
Further ... II-12 2.4. Flow Process Chart Uraian Proses Produksi Pembuatan
Further ... II-13 3.1. Contoh Diagram SIPOC ... III-21 4.1. Kerangka Konseptual Penelitian ... IV-3 4.2. Langkah-langkah Proses Penelitian ... IV-6 5.1. Peta Kontrol Hasil Uji Keseragaman Data Proses
Seasoning ... V-14 5.2. Diagram SIPOC Produksi Further pada PT. Charoen
Pokphand Indonesia-Food Divison ... V-19 5.3. Process Box pada Proses Seasoning ... V-20 5.4. Current State Map Proses Produksi Further pada PT.
Charoen Pokphand Indonesia – Food Division ... V-23 5.5. Future State Map Perbaikan Proses Produksi Further
pada PT. Charoen Pokphand Indonesia – Food Division .. V-42
(5)
DAFTAR GAMBAR (Lanjutan)
GAMBAR HALAMAN
6.1. Current State Map Proses Produksi Further pada PT.
Charoen Pokphand Indonesia – Food Division ... VI-2 6.3. Future State Map Perbaikan Proses Produksi Further
(6)
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN
L1 Pembagian Tugas dan Tanggung Jawab L2 Data Rating Factor Operator
L3 Data Allowance Operator
L4 Peta Kontrol Hasil Uji Keseragaman Data L5 Tabel Westinghouse Factor
L6 Tabel Allowance L7 Tabel Distribusi Z L8 Form Asistensi
L9 Form Tugas Akhir
L10 Surat Penjajakan L11 Surat Balasan Pabrik
L12 Surat Keputusan Tentang Tugas Sarjana Mahasiswa