11
pada umumnya untuk menunjang proses pembelajaran siswa yang berkaitan dengan hasil belajar akademik, penerimaan terhadap perbedaan dan keragaman,
serta pengembangan keterampilan sosial siswa. Siswa belajar dan saling membantu belajar satu sama lain, energi sosial siswa dimanfaatkan untuk
berdiskusi, berdebat dan menggeluti ide-ide, saling menghargai, dan saling mengambil tanggung jawab satu sama lain sehingga tercipta suatu suasana
pembelajaran yang produktif.
1. Model - Model dalam Pembelajaran Kooperatif
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa tehnik yang dapat digunakan dalam proses belajar mengajar di kelas Isjoni, 2009:73, yaitu ;
a. Student Team Achievement Division STAD; b. Jigsaw;
c. Teams-Games-Tournaments TGT; d. Group Investigation GI;
e. Rotation Trio Exchange; f. Group Resume.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan pembelajaran kooperatif dengan model Student Team Achievement Division STAD. Model ini
dikembangkan Slavin, dan merupakan salah satu model kooperatif yang menekankan pada adanya aktifitas dan saling membantu dalam menguasai
pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal.
2. Tahapan Pembelajaran Model STAD
Pada proses pembelajarannya menurut Slavin dalam Isjoni, 2009:74, belajar kooperatif tipe STAD melalui 5 tahapan yang meliputi :
3. Tahap Penyajian Materi
12
Dalam tahap ini guru memulai pelajaran dengan menyampaikan tujuan pembelajaran yang harus dicapai dan memotivasi rasa ingin tahu siswa tentang
yang akan dipelajari. Dilanjutkan dengan memberikan persepsi dengan tujuan mengingatkan siswa terhadap materi prasyarat yang telah dipelajari, agar siswa
dapat menghubungkan materi yang akan disajikan dengan pengetahuan yang telah dimiliki.
4. Tahap Kerja Kelompok Dalam tahap ini setiap siswa diberi lembar tugas sebagai bahan yang
akan dipelajari. Dalam kerja kelompok siswa saling membagi tugas, membantu, memberikan penyelesaian agar semua anggota kelompok dapat memahami materi
yang dibahas, dan satu lembar kerja dikumpulkan sebagai hasil kerja kelompok. Pada tahap ini guru berperan sebagai fasilitator dam motivator kegiatan tiap
kelompok. 5. Tahap Tes Individu
Pada tahap ini siswa diberikan tes secara individual untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan belajar telah dicapai. Tes individual diadakan pada akhir
pertemuan selama 10 menit agar siswa dapat menunjukkan apa yang telah dipelajari secara individu selama bekerja dalam kelompok. Skor perolehan
individu ini didata dan diarsip, yang akan digunakan pada perhitungan perolehan skor kelompok.
6. Tahap Perhitungan Skor Perkembangan Individu Dalam tahap ini dihitung berdasarkan skor awal yaitu didasarkan pada
nilai hasill tes refleksi awal. Adapun perhitungan perkembangan individu menurut Slavin dalam Isjoni 2009:76 seperti terlihat pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Pedoman Pemberian Skor Perkembangan Individu
Skor Tes Skor Perkembangan
Individu a. Lebih dari 10 poin di bawah skor awal
5 b. 10 hingga 1 poin di bawah skuo awal
10
13
c. Skor awal sampai 10 poin di atasnya 20
d. Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30
e. Nilai sempurna tidak berdasarkan skor awal 30
Perhitungan skor kelompok dilakukan dengan cara menjumlahkan masing-masing perkembangan skor individu dan hasilnya dibagi dengan jumlah
anggota kelompok. Pemberian penghargaan diberikan berdasarkan perolehan skor rata-rata.
Terdapat kata kunci yaitu “bekerja bersama” menempatkan siswa dalam suatu kelompok selanjutnya meminta mereka bekerja bersama. Meskipun mereka
sudah dikelompokkan, diberi tugas, lalu bekerja bersama, pembelajaran kooperatif ini bukan bermaksud untuk menggantikan pendekatan kompetitif persaingan.
Nuansa kompetitif dalam kelas akan sangat baik bila diterapkan secara sehat. Untuk menciptakan pembelajaran sedemikian, sehingga siswa bekerja secara
kooperatif antara mereka, perlu dipahami dan diperhatikan komponen–komponen essensialpenting antara lain, 1Saling ketergantungan positif, 2tanggung jawab
individu atau kelompok, 3tatap muka, 4komunikasi antar anggota dan 5evaluasi proses kelompok.
Dengan pembelajaran teknik model Student Team Achievement Division STAD ini diharapkan akan terjadi interaksi antar siswa dalam kelompok.
Dengan cara ini setiap indivuidu akan merasakan bahwa sebenarnya belajar IPS itu tidak sulit, karena bisa dilakukan bersama–sama dengan teman sebaya.
Keadaan ini sejalan dengan tingkat perkembangan anak seusia Sekolah Dasar yang senang bermain bersama.
Untuk pelaksanaan agar terjadi efisiensi waktu selama proses pembelajaran, bangku sudah ditata sedemikian rupa sehingga sudah membentuk
kelompok. Penataan bangku memainkan peran penting dalam kegiatan belajar
14
model pembelajaran kooperatif sehingga semua siswa bisa melihat guru atau papan tulis dengan jelas. Disamping itu, harus bisa melihat dan menjangkau
rekan-rekan kelompoknya dengan baik dan berada dalam jangkauan kelompoknya dengan merata. Penataan bangku yang bisa dipakai dalam pembelajaran
kooperatif model Student Team Achievement Division STAD adalah sebagai berikut :
Gambar 1 Meja Klasikal Kelompok Gambar 2 Meja Berbaris
Gambar 3 Meja Individu
Gambar 2.2 Penataan Bangku Kelas
Penggunaan meja kelompok dan meja klasikal gambar1 dapat menempatkan siswa dalam kelompok secara berdekatan. Sedangkan penggunaan
meja berbaris gambar 2 dapat menempatkan dua kelompok duduk dalam satu meja sedangkan penataan terbaik dan relatif lebih mudah adalah dengan
menempatkan bangku individu dengan meja tulisnya gambar3. Dalam penelitian tindakan ini, peneliti dalam proses pembelajaran di
kelas penataan bangkunya menggunakan “Meja Individu” karena sesuai dengan model pembelajaran kooperatif model Student Team Achievement Division
STAD dan lebih efektif dalam pembelajaran dengan media pembelajaran berupa bagan gambar bunga sempurna.
15
C. Media Pembelajaran