Preservasi mikroba untuk jangka waktu pendek:

ndonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati mikroba. Berbagai jenis mikroba telah dimanfaatkan manusia sebagai penghasil antibiotik pada industri obat- obatan dan kedokteran, probiotik pada industi makanan, biofertilizer pada industri pertanian dan perikanan, agen bioremedasi pada pengolahan limbah dan penanganan pencemaran lingkungan. Mikroba selain sangat beragam jenisnya juga sangat dipengaruhi faktor lingkungan sehingga dapat mengalami perubahan karakter, baik fisiologis maupun genetik. Karena itulah para peneliti berupaya mencari berbagai teknik untuk menyimpan dan mengawetkannya agar ketersediaan isolat mikroba yang stabil dan pemanfaatannya dapat berkelanjutan. Preservasi mikroba adalah upaya penyimpanan dan pemeliharaan koleksi atau plasma nutfah mikroba dalam jangka waktu tertentu dan apabila suatu saat diperlukan dapat dengan mudah diperoleh kembali dengan kondisi yang relatif stabil. Keberhasilan preservasi mikroba ditentukan oleh: 1 penguasaan teknologi, 2 ketersediaan fasilitas dan 3 ketersediaan tenaga yang terampil. Tujuan preservasi: 1. menahan laju aktivitas metabolisme mikroba sehingga viabilitas daya tumbuh nya dapat dipertahankan, 2 memelihara isolat mikroba sehingga mempunyai recovery daya tumbuh kembali dan kelangsungan hidup yang tinggi dengan perubahan karakter yang minimum Machmud, 2001. Berbagai cara atau teknik preservasi mikroba telah banyak dikembangkan Howard 1955, Davis 1975, Fletcher and Young 1997, Obara et al. 1981, Badjoeri dan Widiyanto 1999, Machmud 2001, Kusmiati dan Priyadi 2003, dan Yuniarti et al. 2003 yaitu :

1. Preservasi mikroba untuk jangka waktu pendek:

a. Preservasi sub kultur, yaitu teknik peremajaan, pemeliharaan dan penyimpanan dengan memindahkan isolat secara berkala dalam jangka waktu yang pendek 1 – 3 bulan dari media lama ke media baru. Teknik ini tidak dianjurkan dilakukan terus menerus dalam jangka waktu panjang karena dapat menyebabkan terjadinya perubahan karakter genetik mikroba melalui seleksi varian dan berpeluang terkontaminasi. b. Preservasi dalam aquadest steril, yaitu teknik penyimpanan mikroba dalam tabung yang berisi aquadest steril dan disimpan pada suhu tertentu. Caranya yaitu: 1 isolat murni bakteri ditumbuh- kan dalam media agar miring dan telah diinkubasi selama 24–48 jam, 2 a quadest steril sebanyak 5–10 mL disiapkan dalam tabung bertutup ulir atau dalam eppendorf, 3 bakteri yang akan disimpan dimasukan kedalam tabung yang telah berisi aquadest steril sebanyak 1 ose atau 1mL sspense, 4 tabung ditutup rapat dan disimpan 12 Warta Limnologi – No. 45Tahun XXIII Desember 2010 pada suhu ruang atau suhu 10–15 o C. dan 5 uji viabilitas dan pemeliharaan dilakukan secara rutin, dan recovery dilakukan dengan menanamnya secara langsung pada media cair atau media agar yang sesuai. c. Preservasi dalam gliserol konsentrasi rendah, yaitu teknik penyimpanan isolat mikroba menggunakan larutan gliserol berkonsentrasi rendah dan disimpan pada suhu rendah. Kelompok bakteri fotosintetik dapat disimpan selama 1–3 bulan. Beberapa jenis lainnya seperti Aerobacter aerogenes, Corynebacterium diphtheriae, Corynebacterium xerose, Corynebacterium pseudodiphtheriticum, Diplococcus pneumoniae, Escherichia coli, Micrococcus pyogenes, var. aureus, Proteus vulgaris, Pseudomonas aeruginosa, Salmonella enteritidis, Serratia marcescens, Shigella flexnsri dan Streptococcus viridians dapat disimpan lebih dari lima bulan pada suhu -10 o C. Haemophilus influenza selama empat bulan, Neisseria meningitides selama 6 minggu dan Neisseria gonorrhoeae selama tiga minggu Hollander and Nell 1954 dalam Howard 1955, tetapi N. gonorrhoeae dapat disimpan lebih lama sampai tiga bulan pada suhu -40 o C Weiser and Osterud 1945 dalam Howard 1955. Caranya: 1 isolat murni bakteri ditumbuhkan selama 48 jam dalam media agar miring, 2 siapkan sebanyak 1mL gliserol steril 15 aquadest dalam tabung eppendorf , 3 isolat bakteri dimasukan kedalam eppendorf berisi gliserol 15 sebanyak 1mL suspensi. Eppendorf ditutup rapat, larutan dihomogenkan dan disimpan pada suhu -15 o C dan 4 uji viabilitas bakteri dilakukan rutin minimal satu bulan dan recovery dilakukan dengan cara menanamnya secara langsung pada media cair atau media agar.

2. Preservasi mikroba untuk jangka waktu panjang: