Desain Penelitian Partisipan Penelitian

Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian dirancang untuk mengembangkan dan menguji efektivitas model Diklat untuk peningkatan kompetensi pedagogi inkuiri guru dalam konteks pembelajaran IPA. Penelitian menggunakan metode Research and Development R D dengan model ADDIE Dick Carey, 2001, seperti tampak dalam Gambar 3.1. Tahap: Kegiatan: Gambar 3.1. Disain Penelitian Analysis Mengkaji kurikulum, merancang kompetensi yang akan dilatihkan, merancang tujuan program. Analisis kebutuhan, studi literatur, analisis penelitian yang relevan. Pengembangan Model Design Evaluation Mengembangkan model Diklat, menyiapkan materi dan alat, prosedur pembelajaran, dan mengembangkan instrumen. Develop Implementation Pengujian Efektivitas Model Melakukan uji coba model, mengumpulkan data melalui tes, interview, observasi, angket, dan menganalisis data. Mengukur dampak pembelajaran, mengukur ketercapaian tujuan pengembangan model, mengukur apa yang telah dicapai oleh sasaran. Dihasilkan suatu program yang bersifat hipotetis Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Sesuai dengan tujuan penelitian, lima tahap penelitian pada Gambar 3.1 dikelompokkan menjadi dua bagian besar, yaitu pengembangan model dan pengujian efektivitas model. Pengembangan model meliputi tahap analysis, design, dan develop , sedangkan pengujian efektivitas model yaitu tahap implementation dan evaluation . Penjelasan secara lebih rinci untuk setiap tahap adalah sebagai berikut.

3.2 Pengembangan Model

Pengembangan model dilakukan melalui tahap analisis yang dilakukan untuk mengumpulkan berbagai data untuk analisis kebutuhan. Selanjutnya hasil analisis tersebut digunakan untuk perencanaan dalam merancang model. Rincian tahapan kegiatan pengembangan model diuraikan sebagai berikut.

3.2.1 Tahap

Analysis Analisis Pada tahap analisis, pengumpulan informasi terfokus pada analisis kebutuhan guru untuk mendapatkan Diklat inkuiri, analisis hasil-hasil penelitian yang relevan dengan model yang akan dikembangkan, dan teori yang mendukung pengembangan model Diklat. Data yang diperlukan dianalisis untuk mendukung perencanaan pengembangan model Diklat. Analisis kebutuhan Diklat dilakukan dengan menggunakan gabungan dari dua pendekatan dalam pengembangan Diklat yaitu pengembangan Diklat berdasarkan pada proses dan materi latihan Subject Matter Analysis SMA dan pengembangan Diklat berdasarkan kebutuhan peserta Training Need Analysis TNA. Pendekatan berdasarkan SMA dilakukan untuk mengembangkan instrumen TNA melalui kajian teoritis mengenai proses dan materi Diklat. Pendekatan berdasarkan TNA dilakukan untuk mengidentifikasi kebutuhan peserta Diklat terkait pemahaman guru tentang pengetahuan inkuiri, kompetensi merancang pembelajaran IPA menggunakan pendekatan inkuiri, kompetensi membelajarkan IPA berbasis inkuiri serta sikap terhadap kebutuhan peningkatan kompetensi melalui pelatihan inkuiri. Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Hasil pengumpulan informasi terkait analisis kebutuhan Diklat inkuiri dan urutan kompetensi dasar berdasarkan tingkat kesulitan dijelaskan sebagai berikut.

3.2.1.1 Analisis Kebutuhan Diklat Inkuiri Guru IPA SMP

Studi pendahuluan Susilawati dkk, 2014a yang dilakukan dengan cara penyebaran angket kepada 115 orang guru IPA SMP dari 33 Provinsi di Indonesia yang sedang mengikuti Diklat di P4TK IPA Bandung, ditemukan bahwa 6.1 guru termasuk kategori rendah dalam pemahaman tentang konsep inkuiri, 56.5 lainnya menunjukkan kategori sedang, dan 37.4 tinggi. Dari 115 guru tersebut ternyata 70.45 menyatakan masih membutuhkan peningkatan kompetensi dalam hal pemahaman konsep inkuiri dan 82.6 membutuhkan peningkatan kompetensi pedagogi dalam membuat perangkat pembelajaran IPA berbasis inkuiri serta keterampilan mengajarkannya Lampiran B.1. Hasil studi pendahuluan lainnya yang dilakukan pada tahun 2014 terhadap 47 orang guru di kota Bandung dan Kabupaten Bandung Barat Susilawati dkk, 2014 yang sedang mengikuti sosialisasi program Diklat di SEAMEO QITEP in Science Bandung terungkap data sebagai berikut. Pertama, lebih dari setengah jumlah 63,8 guru masih menunjukkan kompetensi sedang 53,2 dan rendah 10,6 dalam hal pemahaman inkuiri dilihat dari aspek pengetahuan. Kedua, sebagian besar 61,7 guru mengaku kurang terampil dalam mengajarkan IPA dengan menggunakan pendekatan inkuiri, sisanya 31.9 menunjukkan kompetensi sedang, dan hanya sedikit sekali 6.4 yang sudah sangat terampil. Ketiga, sikap akan perlunya peningkatan kompetensi pedagogi inkuiri melalui pelatihan diyakini sangat tinggi oleh sebagian besar 74,5 guru.

3.2.1.2 Urutan Kompetensi Dasar berdasarkan Tingkat Kesulitan

Selain menggali informasi tentang kompetensi inkuiri, juga diidentifikasi tingkat kesulitan cara mengajarkan materi IPA berbasis inkuiri di kelas VIII berdasarkan Kompetensi Dasar KD secara berurutan. Materi di kelas VIII dipilih sebagai alat untuk meningkatkan kompetensi pedagogi inkuiri guru karena berdasarkan hasil kajian kurikulum IPA SMP menunjukkan bahwa di kelas VIII Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu sebaran untuk materi Fisika, Kimia, dan Biologi lengkap semuanya ada, sedangkan materi yang ada di kelas VII materinya lebih banyak Biologi, demikian juga di kelas IX. Tabel 3.1. Urutan KD Berdasarkan Tingkat Kesulitan Pering- kat KD1 KD2 KD3 KD4 KD5 KD6 KD7 f f f f f F f 1 14 29.8 8 17.0 5 10.6 0.0 1 2.1 0.0 2 4.3 2 6 12.8 11 23.4 6 12.8 5 10.6 7 14.9 9 19.1 1 2.1 3 9 19.1 11 23.4 7 14.9 10 21.3 7 14.9 11 23.4 6 12.8 4 5 10.6 7 14.9 14 29.8 13 27.7 9 19.1 8 17.0 9 19.1 5 10 21.3 6 12.8 7 14.9 8 17.0 11 23.4 9 19.1 5 10.6 6 0.0 1 2.1 4 8.5 8 17.0 10 21.3 2 4.3 2 4.3 7 1 2.1 1 2.1 1 2.1 1 2.1 0.0 6 12.8 20 42.6 Abstain 2 4.3 2 4.3 3 6.4 2 4.3 2 4.3 2 4.3 2 4.3 Total 47 100 47 100 47 100 47 100 47 100 47 100 47 100 Keterangan: angka yang dicetak tebal bold menunjukkan persentase tertinggi untuk setiap peringkat KD 1 : Gerak lurus, gaya dan penerapannya pada makhluk hidup KD 2 : Struktur jaringan tumbuhan dan fungsinya serta pemanfaatannya dalam teknologi KD 3 : Karakteristik bahan dan pengaruhnya bagi kesehatan manusia KD 4 : Mendeskripsikan struktur rangka dan otot manusia, serta fungsinya pada berbagai kondisi KD 5 : Mendeskripsikan kegunaan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari dan hubungannya dengan kerja otot pada struktur rangka manusia. KD 6 : Sistem pencernaan dan keterkaitannya dengan sistem-sistem organ yang lain KD 7 : Mendeskripsikan zat aditif alami dan buatan dalam makanan dan minuman, dan zat adiktif-psikotropika serta pengaruhnya terhadap kesehatan Hasil identifikasi tingkat kesulitan mengajar IPA berbasis inkuiri pada KD satu sampai tujuh terlihat pada Tabel 3.1. Oleh karena terdapat persentase yang sama pada peringkat kedua dan ketiga untuk KD 2 dan peringkat ketiga untuk KD 2 dan KD 6, maka terjadi pergeseran yang mempengaruhi urutan peringkat. Hasil akhir urutan peringkat tampak pada Tabel 3.2. Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.2. Peringkat Kesulitan Mengajar IPA Berbasis Inkuiri KD 1 2 3 4 5 6 7 Pemilihan terbanyak 29.8 23.4 29.8 27.7 23.4 21.3 23.4 42.6 Keadaan awal Posisi peringkat 1 2 dan 3 4 4 5 dan 6 3 7 Kondisi akhir peringkat 1 2 4 5 6 3 7 Dengan demikian diperoleh urutan kesulitan mengajarkan IPA berbasis inkuiri menurut pendapat guru adalah: Kompetensi Dasar KD 1, 2, 6, 3, 4, 5, dan 7. Mengingat pertimbangan waktu, hanya empat KD 1,2,6,3 pertama yang dijadikan sebagai alat untuk meningkatkan kompetensi pedagogi inkuiri guru IPA SMP dan disiapkan bahan ajarnya. Hasil identifikasi Training Need Analysis TNA ini menunjukkan bahwa Diklat inkuiri sangat diperlukan untuk meningkatkan kompetensi pedagogi inkuiri guru IPA SMP.

3.2.2 Tahap

Design Perencanaan Kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan adalah membuat rancangan penyusunan model Diklat. Langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut. Pertama , menentukan tujuan program Diklat. Kedua , menentukan kompetensi guru IPA SMP yang akan ditingkatkan melalui kegiatan Diklat. Ketiga , mengidentifikasi kegiatan pembelajaran. Untuk membekali guru dalam kemampuan berinkuiri juga dilakukan kajian terhadap keluasan dan kedalaman materi. Analisis Kompetensi Dasar KD dan materi ditinjau dari aspek produk, proses, sikap dan aplikasi tampak pada Tabel 3.3. Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.3 Analisis Keluasan dan Kedalaman Materi yang Akan Dilatihkan KD Materi Pokok Keterampilan yang diperlukan Sikap yang dibiasakan 1. Mendeskripsikan keterkaitan sifat bahan dan pemanfaatannya dalam kehidupan sehari-hari, serta pengaruh pemanfaatan bahan tertentu terhadap kesehatan manusia.  Karakteristik bahan  Jenis bahan  Sifat bahan  Manfaat bahan bagi kesehatan manusia  Melakukan pengamatan terhadap berbagai sifat bahan  Membuat proyek rancangan sederhana  Membuat laporan hasil penyelidikan  Menunjukkan perilaku ilmiah memiliki rasa ingin tahu; objektif; jujur; teliti; cermat; tekun; hati-hati; bertanggung jawab; terbuka; kritis; kreatif; inovatif dan peduli lingkungan  Menghargai kerja individu dan kelompok selama aktivitas belajar sebagai wujud implementasi melaksanakan percobaan dan melaporkan hasil percobaan.  Menunjukkan penghargaan kepada orang lain dalam aktivitas sehari- hari 2. Menjelaskan keterkaitan struktur jaringan tumbuhan dan fungsinya, serta berbagai pemanfaatannya dalam teknologi yang terilhami oleh struktur tersebut.  Jaringan akar  Jaringan batang  Jaringan daun  Fungsi jaringan  Pemanfaatan struktur jaringan dalam teknologi  Melakukan pengamatan terhadap struktur jaringan tumbuhan  Membuat laporan hasil penyelidikan 6. Memahami gerak lurus, pengaruh gaya terhadap gerak, serta penerapannya pada gerak makhluk hidup dan gerak benda dalam kehidupan sehari-hari.  Gerak lurus  Gaya  Momentum  Energi mekanik dan penerapannya dalam teknologi  Macam gerak pada makhluk hidup  Melakukan penyelidikan tentang gerak, gerak pada makhluk hidup, dan percobaan tentang pengaruh gaya terhadap gerak  Membuat laporan hasil penyelidikan  Menyajikan data, informasi, dan mengusulkan ide pemecahan masalah terkait mobil dan kecepatannya. 3. Mendeskripsikan sistem pencernaan serta keterkaitannya dengan sistem pernapasan, sistem peredaran darah, dan penggunaan energi makanan  Sistem pencernaan  Sistem pernapasan  Sistem peredaran darah  Melakukan penyelidikan tentang pencernaan mekanis dan enzimatis pada makanan  Membuat laporan hasil penyelidikan  Menyajikan data, informasi, dan mengusulkan ide pemecahan masalah untuk menghindari penyakit diabetes. Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.2.3. Tahap

Develop Pengembangan Model Berdasarkan hasil analisis kebutuhan dan kajian kurikulum, pada tahap pengembangan dilakukan penyusunan draft model Diklat Inkuiri Berjenjang, menyiapkan materi dan alat, prosedur pembelajaran, dan mengembangkan instrumen untuk mengukur keterlaksanaan kegiatan pembelajaran. Langkah- langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut.

3.2.3.1. Mengembangkan Model Diklat Inkuiri Berjenjang

Hasil analisis kebutuhan Diklat menjadi bahan pertimbangan pada saat mengembangkan model. Model Diklat Inkuiri Berjenjang dirancang berdasarkan model diklat berjenjang konvensional, perbedaannya terletak pada beberapa hal seperti tampak pada Tabel 3.4. Tabel 3.4. Perbedaan Rancangan Model Diklat Berjenjang Konvensional dengan Model Diklat Inkuiri Berjenjang Model Diklat Berjenjang Konvensional Pengembangan Model Diklat Inkuiri Berjenjang Jenjang Diklat 4 jenjang: dasar, lanjut, menengah, tinggi 2 jenjang: dasar dan lanjut Pola Diklat In service learning saja In service learning-on the job learning-in service learning- on the job learning in-on-in- on Materi Diklat tiap jenjang Umum: kebijakan, kompetensi profesional, kompetensi pedagogi Fokus pada materi kompetensi pedagogi inkuiri 6 level Alokasi waktu Diklat tiap jenjang 240 jp, 200 jp, 200 jp, 120 jp 88 jp dan 64 jp Bobot waktu untuk materi inkuiri Sangat terbatas, hanya sekitar 3 jp, dilaksanakan pada jenjang menengah Sangat leluasa, semua waktu Diklat digunakan untuk membahas materi inkuiri Metode Diklat Tidak ada metode pemodelan Tidak ada pendampingan Ada metode pemodelan Ada pendampingan selama OJL Praktik mengajar Dilaksanakan di tempat diklat sajapeer teaching Dilaksanakan di tempat Diklat peer teaching dan di sekolahreal teaching Tempat Pelaksanaan Diklat Di tempat Diklat saja Di tempat Diklat dan di sekolah Keterangan: jp= jam pelajaran =45 menit Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Rancangan pelaksanaan model Diklat Inkuiri Berjenjang disajikan pada Tabel 3.5. Tabel 3.5. Rancangan Pelaksanaan Diklat Berjenjang Diklat Jenjang Dasar Diklat Jenjang Lanjut Tahap In Service Learning ISL Tahap On the Job Learning OJL Tahap In Service Learning ISL Tahap On the Job Learning OJL 5 hari a=8 jp 5 hrX8 jp=40 jp Implementasi: 1 mg=24jp=12X pert 3mg=72jp=36X pert Pendampingan: 1 level=2X pert 4 level=8X pert 1 mg=8X pert 3 mg=24X pert 1X pertemuan=2jp 24 pertx 2 jp=48jp 5 hari a=8 jp 5 hrX8 jp=40 jp Implementasi: 1 mg=24jp=12X pert 3mg=72jp=36X pert Pendampingan: 1 level=2X pert 2 level=4X pert 1 mg=4X pert 3 mg=12X pert 1X pertemuan=2jp 12pert x2 jp=24jp 40 jp + 48 jp = 88 jp 40 jp + 24 jp = 64 jp Dasar + Lanjut = 152 jp Ket: jp=jam pelajaran, hr=hari, mg=minggu, pert=pertemuan Tabel 3.5 memperlihatkan bahwa pada Diklat jenjang dasar, tahap in service learning dilaksanakan selama 5 hari, 8 jam pelatihan setiap harinya, sehingga jumlah jam pelatihan adalah 40 jp. Tahap on the job learning dilaksanakan selama tiga minggu sebanyak 36 jp, 1 minggu= 12 jp. 1x pertemuan=2 jp, maka setiap minggu 12 jp=6X pertemuan, jadi 36jp=18 X pertemuan. Pada Diklat jenjang lanjut dilakukan hal yang sama. Jadi pelaksanaan Diklat jenjang dasar dan jenjang lanjut jumlah seluruhnya terdiri atas 80 jam tatap muka pada tahap in service learning 1 jp=45 menit, dan 72 jam implementasi di dalam kelas pada tahap on the job learning . Kompetensi pedagogi inkuiri yang dilatihkan meliputi enam level yaitu discovery learning DL, interactive demostration ID, inquiry lesson I Les, inquiry laboratory I Lab, real world applicationRWA, dan hypothetical inquiry HI. Hasil Diklat diimplementasikan di sekolah dalam tahap on the job learning untuk melihat penerapan dan peningkatan kompetensi pedagogi inkuiri dalam pembelajaran. Guru dibimbing dalam penyusunan Rencana Persiapan Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Pembelajaran RPP IPA berbasis inkuiri dan mengajarkannya di dalam kelas. On the job learning jenjang dasar dilaksanakan selama tiga minggu sebelum dilanjutkan ke Diklat jenjang lanjut, dengan tujuan untuk memberi waktu kepada guru menginternalisasi pengalaman yang didapat selama Diklat ke dalam pengalaman pembelajaran yang sesunggguhnya. Pada Diklat jenjang dasar, guru mendapat kesempatan untuk mengimplementasikan hasil Diklat setiap minggu sebanyak 24 jp=12X pertemuan 1X pertemuan=2jp tatap muka di kelas menggunakan RPP yang berbeda, sehingga pengalaman implementasi selama tiga minggu sebanyak 3 X 24jp=72jp. 72 jp=36 x pertemuan. Pada Diklat jenjang lanjut dilakukan hal yang sama sehingga total waktu implementasi selama diklat jenjang dasar dan jenjang lanjut yaitu 3 minggu X 2 jenjang = 6 minggu, setara dengan 72 jp X 2 1 jp = 40 menit=144jp. Selama on the job learning OJL di sekolah guru mendapatkan 12 kali pendampingan tersebar selama enam minggu untuk dua jenjang. OJL jenjang dasar didampingi sebanyak 8X untuk mengobservasi pelaksanaan pembelajaran menggunakan empat level DL,ID, I Les, dan I Lab, sedangkan OJL jenjang lanjut didampingi sebanyak 4X untuk mengobservasi pelaksanaan pembelajaran menggunakan dua level RWA dan HI. Jadi setiap level didampingi 2X dengan tujuan mengobservasi sekaligus mengambil data awal dan akhir. Peneliti juga menganalisis temuan di lapangan berupa faktor penunjang dan penghambat yang dihadapi guru selama pembelajaran.

3.2.3.2. Menyusun Perangkat Program Diklat

Perangkat program pelatihan yang disusun diwujudkan dalam bentuk panduan Diklat yang di dalamnya meliputi struktur program pelatihan, skenario pembelajaran, langkah-langkah pembelajaran, dan silabusrancangan pelaksanaan program. Perangkat program disusun baik untuk Diklat jenjang dasar maupun Diklat jenjang lanjut.

3.2.3.3. Menyiapkan Materi Pelatihan

Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Pada tahap menyiapkan materi pelatihan dilakukan pemetaan materi IPA kelas VIII dan mengatur strategi pembelajaran menggunakan model inkuiri. Mempersiapkan materi pelatihan yang sesuai dengan pilihan guru berdasarkan tingkat kesukaran sebagai hasil dari analisis TNA yang meliputi pedoman pembelajaran untuk guru dan pedoman siswa, lembar kegiatan peserta diklat, serta media pendukung pelaksanaan pembelajaran. Selanjutnya rancangan model berikut perangkat pelatihan dikonsultasikan kepada pakar baik pakar Diklat, pakar IPA, maupun pakar kependidikan. Hasilnya seperti tertera pada Tabel 3.6. Tabel 3.6. Hasil Konsultasi Program Pelatihan Rincian Kegiatan Waktu Kegiatan Ringkasan hasil Konsultasi Keterangan a. Konsultasi Pakar Diklat 23-9-2013 28-10-2013 11-11-2013 19-12-2013 23-12-2013 23-1-2014 5-2-2014 6-4-2014 19-4-2014 8-5-2014  Mengubah lamanya pelaksanaan Diklat: jenjang dan alokasi waktu.  Jenjang Diklat sebaiknya jangan terlalu banyak.  Membagi Diklat menjadi dua tahap untuk setiap jenjang.  Membubuhkan istilahnama untuk tiap tahap Diklat.  Memperbaiki komposisi jumlah jam teori dan praktik pada struktur program Diklat.  Perbaikan istilahnama pada materi Diklat.  Membedakan teknik pelaksanaan praktik mengajar pada tiap jenjang Diklat.  Memperbaiki indikator pencapaian pada kompetensi menyusun perangkat pembelajaran. Seluruh masukan sudah diakomodir, draft sudah diperbaiki b. Konsultasi Pakar IPA 28-5-2014 3-6-2014 13-6-2014 16-7-2014  Memperbaiki kesalahan pengetikan dan tata bahasa pada pedoman guru dan siswa, dan pada instrumen.  Penggunaan alat dan bahan pada kegiatan percobaan harus disesuaikan dengan keadaan sekolah.  Mengganti istilah ilmiah asing dengan bahasa Indonesia yang mudah dipahami.  Memperbaiki petunjuk kegiatan yang belum jelas pada kegiatan siswa seperti tidak ada batas minimal. Seluruh masukan sudah diakomodir, draft sudah diperbaiki Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Rincian Kegiatan Waktu Kegiatan Ringkasan hasil Konsultasi Keterangan  Memberikan keterangan tulisan pada kata yang diperkirakan kurang familiar dengan guru dan siswa. c. Konsultasi Pakar Pendidikan 18-4-2014 21-4-2014 13-5-2014 19-5-2014 7-6-2014  Memperbaiki kesalahan pengetikan dan tata bahasa pada silabus Diklat.  Memperbaiki skenario. pembelajaran, penekanan pada penggunaan pendekatan inkuiri pada saat pelaksanaan Diklat.  Penggunaan kata profesionalisme diganti dengan kompetensi pedagogi inkuiri.  Memperjelas kompetensi pedagogi inkuiri yang dilatihkan.  Memperbaiki bahan ajar supaya jelas perbedaan kemampuan inkuiri yang dilatihkan pada tiap level. Seluruh masukan sudah diakomodir, draft sudah diperbaiki

3.2.3.4. Mengembangkan Instrumen

Pengembangan instrumen dilakukan untuk mengumpulkan data baik data kuantitatif maupun data kualitatif. Untuk mengidentifikasi pengetahuan inkuiri guru, dikembangkan soal tes pengetahuan inkuiri berbentuk pilihan ganda dengan lima pilihan. Soal dikembangkan berdasarkan hasil analisis kebutuhan TNA. Penyusunan soal berdasarkan indikator kompetensi inkuiri yang memuat aspek- aspek inkuiri dan tujuan pedagogi dasar Wenning, 2010. Soal digunakan sebelum dan sesudah Diklat dilaksanakan. Kisi-kisi tes pengetahuan inkuiri disajikan dalam Tabel 3.7 dan Tabel 3.8. Tabel 3.7. Kisi-kisi Test Pengetahuan Inkuiri pada Diklat Jenjang Dasar Level Inkuiri Kompetensi pedagogi inkuiri No Soal Jumlah Soal Discovery learning a. Merumuskan konsep b. Memperkirakan c. Menarik kesimpulan d. Mengomunikasikan hasil e. Mengklasifikasikan hasil 3, 18 1, 16 2, 17 5, 20 4, 19 10 Interactive demonstration a. Memprediksi b. Menjelaskan c. Memperoleh dan mengolah data 6, 21 7, 22 8, 23 6 Inquiry lesson a. Mengukur b. Mengumpulkan dan mencatat data c. Merancang dan melakukan penyelidikan ilmiah d. Menggunakan matematika selama penyelidikan e. Menggambarkan hubungan 9, 24 10, 25 11, 26 12, 27 13, 28 10 Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Level Inkuiri Kompetensi pedagogi inkuiri No Soal Jumlah Soal Inquiry labs a. Mengukur secara metrik b. Menetapkan hukum secara empiris berdasarkan bukti dan logika 14, 29 15, 30 4 Jumlah 30 Tabel 3.8. Kisi-kisi Test Pengetahuan Inkuiri Pada Diklat Jenjang Lanjut Level Inkuiri Kompetensi pedagogi inkuiri No Soal Jumlah Real world application a. Membangun argumen logis berdasarkan bukti ilmiah b. Mempertahankan fakta berdasarkan penilaian 1, 8 2. 9 4 Hypothetical inquiry a. Mensintesis hipotesis yang kompleks b. Menganalisis dan mengevaluasi pendapat ilmiah c. Memprediksi melalui proses deduksi d. Merevisi hipotesis dan prediksi pada bukti baru e. Memecahkan masalah nyata yang kompleks 3, 10 4, 11 5, 12 6, 13 7, 14 10 Jumlah 14 Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data mulai dari tahap analisis sampai tahap evaluasi model Diklat adalah: angket, lembar observasi, skala penilaian kompetensi pedagogi aspek penyusunan RPP, skala penilaian kompetensi pedagogi aspek keterampilan mengajar, dan inventori tanggapan. Penjelasan untuk masing-masing instrumen adalah sebagai berikut. 1. Angket Terdapat dua macam angket yang digunakan yaitu: angket untuk menggali informasi pemahaman inkuiri yang dimiliki guru untuk menunjang proses pembelajaran IPA sebelum mengikuti Diklat dan angket untuk menganalisis kebutuhan topik pada kompetensi dasar IPA berdasarkan tingkat kesulitan yang dialami guru. Kisi-kisi angket untuk menggali informasi pemahaman inkuiri guru pada tahap analisis sebelum mengikuti Diklat disajikan dalam Tabel 3.9. Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.9. Kisi-kisi Angket Pemahaman Inkuiri dan Penggunaannya dalam Pembelajaran Aspek Indikator No Item Jumlah Pernyataan Pengetahuan Menjelaskan pengertian konsep inkuiri 1, 2, 3 3 Mengidentifikasi karakteristik inkuiri dalam proses pembelajaran 4, 5, 6, 7 4 Menjelaskan peranan inkuiri 8, 9 2 Mendeskripsikan pendekatan inkuiri 10, 11, 12 3 Keterampilan Mengajar Memprediksi konsep berdasarkan pengalaman 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20,21 9 Mengidentifikasi konsepsi alternatif 22, 23, 24, 25, 26, 27 6 Mengembangkan prinsip-prinsip ilmiah danatau hubungan 28, 29, 30, 31, 32, 33, 34 7 Menerapkan pengetahuan sebelumnya pada masalah nyata 35, 36, 37, 38, 39, 40 6 Memperoleh penjelasan mengenai fenomena yang diamati 41, 42, 43, 44 4 Keyakinan Menjelaskan pentingnya pemahaman inkuiri 45, 46, 47, 48 4 Menjelaskan kompleksitas dalam aplikasi 49, 50, 51, 52, 53, 54, 55 7 Menjabarkan keterpakaian dari ilmu pelatihan manfaat 56, 57, 58, 59, 60, 61, 62, 63 8 Menjelaskan potensi untuk keberhasilanoptimisme 64, 65, 66, 67, 68, 69, 70 7 Jumlah 70 70 Kisi-kisi angket untuk menganalisis kebutuhan topik pada kompetensi dasar IPA berdasarkan tingkat kesulitan yang dialami guru, disajikan dalam Tabel 3.9. Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.10. Kisi-kisi Angket Kebutuhan Topik pada Kompetensi Dasar IPA Berdasarkan Tingkat Kesulitan Aspek Kompetensi Indikator No Item Jumlah Pernyataan Pedagogi Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek intelektual. 1, 2, 3 3 Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik 12 1 Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu. 6,7,8,9 4 Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik 4,5, 13, 14 4 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran. 15 1 Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki 10,11 2 Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 16,17,18 , 19 4 Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran. 20,21,22 3 Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran. 23, 24 2 Jumlah 24 2. Lembar observasi Lembar observasi digunakan untuk mengidentifikasi keterlaksanaan proses pembelajaran IPA berbasis inkuiri selama kegiatan Diklat berlangsung dan untuk mengukur perkembangan kompetensi pedagogi guru. Kisi-kisi pengembangan lembar observasi disajikan pada Tabel 3.11. Tabel 3.11. Kisi-kisi Observasi Pelaksanaan Pembelajaran No Kriteria Indikator No Item Jumlah Pernyataan 1 Proses pembelajaran Menjelaskan proses yang terjadi selama pembelajaran 1,2,3,4,5,6,7 7 2 Aktivitas guru Mengamati perkembangan sikap guru selama mengikuti pembelajaran 8,9,10, 11, 12, 13,14, 15, 16, 17 10 3 Aktivitas fasilitator Mengamati sikap fasilitator selama memfasilitasi pembelajaran 18, 19, 20,21, 22,23,24,25. 8 Jumlah 25 Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Skala Penilaian Kompetensi Pedagogi SPKP Skala Penilaian Kompetensi Pedagogi SPKP aspek penyusunan RPP digunakan untuk menilai rancangan RPP IPA berbasis inkuiri pada saat pelaksanaan Diklat. Penilaian menggunakan skala 1 sampai 4. Kisi-kisi pengembangan SPKP disajikan pada Tabel 3.12. Tabel 3.12. Kisi-kisi Pengembangan Skala Penilaian Kompetensi Pedagogi SPKP Aspek Penyusunan RPP No Komponen Kriteria No Item Jumlah Pernyataan 1 Indikator Memuat indikator hasil belajar yang menggambarkan pembelajaran IPA berbasis inkuiri. 1 1 2 Alokasi waktu Memuat alokasi waktu yang diorientasikan pada proses pembelajaran inkuiri 2 1 3 Tujuan pembelajaran Memuat rumusan tujuan pembelajaran yang mencerminkan pembelajaran IPA berbasis inkuiri 3 1 4 Materi pembelajaran Memuat materi ajar dengan pengorganisasin yang menggambarkan keruntutan dan sistematika materi yang akan disampaikan melalui proses inkuiri 4 1 5 Kegiatan pembelajaran Memuat kegiatan yang menggambarkan proses pembelajaran dengan pendekatan inkuiri 5,6,7,8,9, 10,11,12, 13,14,15 11 6 Evaluasi hasil belajar Memuat alat evaluasi dan rubrik penilaian hasil evaluasi keterampilan berinkuiri 16, 17 2 7 Mediaalat, bahan, Sumber belajar Memuat media dan sumber belajar yang tepat untuk kegiatan berinkuiri 18,19,20 3 Jumlah 20 4. Skala Penilaian Kompetensi Pedagogi SPKP Skala Penilaian Kompetensi Pedagogi SPKP aspek keterampilan mengajar IPA digunakan untuk menilai adanya peningkatan kompetensi pedagogi inkuiri pada saat pelaksanaan Diklat. Penilaian menggunakan skala 1 sampai 4. Kisi-kisi pengembangan SPKP disajikan pada Tabel 3.13. Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Tabel 3.13. Kisi-kisi Pengembangan Skala Penilaian Kompetensi Pedagogi SPKP Aspek Keterampilan Mengajar No Komponen Kriteria No Item Jumlah Pernyataan 1 Kegiatan pendahuluan melakukan kegiatan penggalian konsepsi awal untuk menghantarkan pada masalah yang akan diselidiki 1,2 2 2 Kegiatan inti memfasilitasi siswa untuk melakukan proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan inkuiri 3,4,5,6,7,8 6 3 Kegiatan penutup melakukan pemantauan ketercapaian tujuan pembelajaran 9,10,11 3 Jumlah 11 5. Inventori Tanggapan Inventori digunakan untuk mengungkap tanggapan guru terhadap relevansi, efektivitas, manfaat, dan kemungkinan penggunaan hasil Diklat untuk diimplementasikan di sekolah. Inventori dibuat dengan dua pilihan yaitu ya dan tidak. Kisi-kisi angket untuk mengetahui tanggapan guru sebagai peserta Diklat disajikan dalam Tabel 3.14. Tabel 3.14. Kisi-kisi Tanggapan Guru Terhadap Pelaksanaan Model Diklat Aspek Indikator No Item Jumlah Pernyataan Relevansi Mengukur kesesuaian materi yang disampaikan dengan kurikulum IPA SMP 1 1 Mengukur kesesuaian materi dengan karakteristik pembelajaran inkuiri 2, 3 2 Efektivitas Menjelaskan kegiatan pembelajaran pada pelaksanaan pelatihan 4, 5, 6, 7,8 5 Manfaat Menjelaskan peranan pelatihan bagi peningkatan kompetensi 9, 10, 11, 12, 13, 14, 15, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23, 24 16 Keterpa- kaian Menjelaskan pelaksanaan hasil pelatihan dalam implementasi di sekolah 25, 26, 27, 28 4 Jumlah 28 28 6. Pedoman wawancara Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Pedoman wawancara digunakan untuk menggali informasi lebih lengkap dari data angket yang belum terungkap. Wawancara dilakukan setelah selesai pelaksanaan Diklat kepada perwakilan guru dari sembilan sekolah. Data yang dikumpulkan dari hasil wawancara berkaitan dengan ada tidaknya peningkatan kompetensi pada guru setelah mengikuti Diklat, kompetensi apa saja yang masih harus lebih ditingkatkan, temuan, dukungan serta hambatan selama implementasi pembelajaran IPA berbasis inkuiri di sekolah. Wawancara bersifat terbuka sehingga memungkinkan pertanyaan berkembang berdasarkan jawaban guru dari pertanyaan sebelumnya. Kisi-kisi pedoman wawancara disajikan dalam Tabel 3.15. Tabel 3.15. Kisi-kisi Wawancara Aspek Indikator No Item Jumlah Pertanyaan Peningkatan kompetensi Mengidentifikasi kompetensi yang meningkat setelah mengikuti Diklat 1 1 Kompetensi yang masih harus ditingkatkan Mengidentifikasi kompetensi yang masih perlu ditingkatkan 2 1 Temuan Mengungkapkan temuan di lapangan pada saat implementasi hasil Diklat 3 1 Dukungan Menjelaskan faktor pendukung terlaksananya pembelajaran IPA berbasis inkuiri di sekolah 4 1 Hambatan Menjelaskan faktor yang menghambat pembelajaran IPA berbasis inkuiri di sekolah 5 1 Jumlah 5 Proses validasi soal tes pengetahuan inkuiri dilakukan oleh para ahli menggunakan Content Validity Ratio CVR dari Lawshe 1975. Perhitungan CVR dilakukan pada setiap item. Skor CVR tiap item ini selanjutnya dibandingkan dengan skor minimal CVR dengan taraf penerimaaan 0.05. Soal dianggap memiliki validitas tinggi atau va liditas diterima jika CVR ≥ 0.95. Rumus yang digunakan adalah: Keterangan Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu ne = Jumlah ahli atau subject matter experts SMEs yang memberi respons essential pada suatu butir n = Jumlah ahli atau SMEs Hasil validasi menggunakan Content Validity Ratio VCR dapat dilihat pada Tabel 3.16 dan Tabel 3.17. Setelah dilakukan perbaikan-perbaikan, disimpulkan bahwa instrumen pengukuran hasil pembelajaran memungkinkan untuk digunakan di dalam Diklat. Tabel 3.16. Hasil Analisis Validasi Butir Soal Diklat Jenjang Dasar No Soal ne CVR Kesimpulan No Soal Baru No Soal ne CVR Kesimpulan No Soal Baru 1 5 1 diterima 1 21 4 0,6 tidak diterima - 2 5 1 diterima 2 22 5 1 diterima 17 3 4 0,6 tidak diterima - 23 5 1 diterima 18 4 5 1 diterima 3 24 5 1 diterima 19 5 5 1 diterima 4 25 4 0,6 tidak diterima - 6 5 1 diterima 5 26 5 1 diterima 20 7 5 1 diterima 6 27 5 1 diterima 21 8 4 0,6 tidak diterima - 28 5 1 diterima 22 9 5 1 diterima 7 29 5 1 diterima 23 10 5 1 diterima 8 30 5 1 diterima 24 11 5 1 diterima 9 31 4 0,6 tidak diterima - 12 5 1 diterima 10 32 5 1 diterima 25 13 5 1 diterima 11 33 3 0,2 tidak diterima - 14 5 1 diterima 12 34 5 1 diterima 26 15 5 1 diterima 13 35 4 0,6 tidak diterima - 16 5 1 diterima 14 36 5 1 diterima 27 17 3 0,2 tidak diterima - 37 5 1 diterima 28 18 5 1 diterima 15 38 5 1 diterima 29 19 4 0,6 tidak diterima - 39 4 0,6 tidak diterima - 20 5 1 diterima 16 40 5 1 diterima 30 Pada Diklat jenjang dasar, dari 40 butir soal yang divalidasi setelah mengalami proses revisi hanya 30 soal yang dinyatakan diterima dan menunjukkan validitas yang tinggi karena sesuai dengan indikator yang ingin dicapai sebagaimana dijelaskan dalam tujuan penelitian, sehingga pada diklat Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu jenjang dasar hanya 30 soal tersebut yang digunakan sebagai soal pretest , 10 soal lainnya tidak diterima. Tabel 3.17. Hasil Analisis Validasi Butir Soal Diklat Jenjang Lanjut No Soal ne CVR Kesimpulan Soal Baru No Soal ne CVR Kesimpulan Soal Baru 1 5 1 diterima 1 11 5 1 diterima 8 2 5 1 diterima 2 12 5 1 diterima 9 3 5 1 diterima 3 13 5 1 diterima 10 4 4 0,6 tidak diterima - 14 4 0,6 tidak diterima - 5 4 0,6 tidak diterima - 15 5 1 diterima 11 6 5 1 diterima 4 16 5 1 diterima 12 7 5 1 diterima 5 17 5 1 diterima 13 8 5 1 diterima 6 18 5 1 diterima 14 9 3 0,2 tidak diterima - 19 5 1 diterima 15 10 5 1 diterima 7 20 3 0,2 tidak diterima - 21 5 1 diterima 16 Pada Diklat jenjang lanjut, berdasarkan hasil validasi dari 21 soal, hanya 16 soal yang berhasil diterima untuk dapat digunakan sebagai instrumen, sedangkan sisanya tidak diterima. Berdasarkan kebutuhan, sesuai jumlah pengukuran indikator yang diperlukan maka pada diklat jenjang lanjut soal yang digunakan hanya 14 butir. Soal nomor 11 dan 13 pada nomor soal baru tidak digunakan karena kebutuhan indikatornya sudah dipenuhi oleh soal nomor 1, 8, 3, dan 10 seperti terlihat pada Tabel 3.17. Hasil validasi instrumen penunjang penelitian lainnya seperti instrumen penilaian RPP IPA berbasis inkuiri, instrumen implementasi pelaksanaan pembelajaran IPA berbasis inkuiri, lembar observasi pelaksanaan Diklat, angket, dan panduan wawancara dilakukan oleh para ahli antara lain: 1. Memperbaiki kesalahan ketik dan tanda baca 2. Memperbaiki susunan kalimat yang kurang tepat 3. Penyesuaian kriteria dengan deskriptor 4. Memperbaiki kalimat pada deskriptor Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5. Mengubah indikator pada inventori tanggapan 6. Memperbaiki format lembar observasi pelaksanaan pembelajaran 7. Memperjelas perbedaan setiap item pada rubrik penilaian pelaksanaan pembelajaran 8. Memperbaiki skala penilaian pada instrumen implementasi pelaksanaan pembelajaran 9. Memperjelas deskriptor pada instrumen implementasi pelaksanaan pembelajaran 10. Mengganti indikator yang kurang tepat pada instrumen penilaian rencana pelaksanaan pembelajaran 11. Menambah jumlah pertanyaan pada pedoman wawancara 12. Memperbaiki kriteria penilaian pada instrumen penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran 13. Merevisi kalimat deskriptor yang kurang jelas pada instrumen observasi pelaksanaan pembelajaran 14. Membedakan kalimat pernyataan positif dan negatif pada instrumen angket untuk melihat tanggapan peserta diklat

3.3. Pengujian Efektivitas Model

Untuk menguji efektivitas Model dilakukan implementasiuji coba terbatas kepada 36 orang guru IPA SMP. Uji coba secara luas kepada sejumlah guru tidak dilakukan dan itu menjadi keterbatasan dalam penelitian ini. Uraian kegiatan yang dilakukan pada tahap implementasi dijelaskan sebagai berikut.

3.3.1. Tahap

Implementation Implementasi Model Diklat hasil pengembangan awal diuji efektivitasnya pada tahap implementasi. Persiapan yang dilakukan sebelum Diklat dimulai adalah: 1. Merekrut peserta Diklat. Untuk memenuhi keterwakilan calon peserta Diklat dari kelompok yang berbeda yaitu atas, menengah, dan bawah, dalam penentuannya peneliti bekerjasama dengan dinas pendidikan Kota Bandung Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dan Kabupaten Bandung Barat. Dinas pendidikan merekomendasikan 10 nama sekolah calon peserta. Mengingat calon peserta pelatihan adalah guru, dan guru mempunyai kewajiban mengajar siswa di sekolah yang tidak boleh ditinggalkan tanpa ada izin dari kepala sekolah, maka langkah awal dalam perekrutan calon peserta adalah meminta izin dan dukungan dari kepala sekolah tempat guru mengajar, termasuk meminta empat orang nama guru IPA yang akan dijadikan sebagai calon peserta Diklat sehingga jumlah seluruh peserta harusnya 40 orang. Pelaksanaan Diklat memerlukan waktu yang tidak sebentar sehingga diperlukan komitmen yang tinggi baik dari guru calon peserta Diklat maupun kepala sekolah. Untuk itu tahapan berikutnya adalah mengundang semua komponen yaitu perwakilan dinas pendidikan, kepala sekolah, dan guru guna mendapatkan sosialisasi rencana program dilengkapi dengan membuat pernyataan kesepakatan kerjasama. Dalam pelaksanaannya, hanya sembilan sekolah 36 orang guru yang dapat hadir mengikuti Diklat. Satu sekolah dari Kota Bandung tidak dapat mengikuti Diklat karena pada waktu yang bersamaan sekolahnya terlalu banyak mengirim guru untuk mengikuti kegiatan yang diselenggarakan instansi lainnya. 2. Merekrut fasilitator. Karena diklat berjenjang dilaksanakan dalam waktu yang tidak singkat, mengaplikasikan enam level inkuiri, sehingga diperlukan beberapa orang fasilitator. Terpilih lima orang fasilitator, empat orang memfasilitasi satu level inkuiri, satu orang lainnya memfasilitasi dua level inkuiri pada jenjang yang berbeda. Fasilitator berasal dari Widyaiswara IPA yang memiliki pengalaman belajar inkuiri baik di dalam maupun di luar negeri. Pada saat on the job learning fasilitator berperan sebagai pendamping. 3. Merekrut pendamping yang membantu pada saat on the job learning . Terpilih empat orang pendamping selain fasilitator sehingga dengan fasilitator yang ada jumlah pendamping menjadi sembilan orang. Pendamping berasal dari staf QITEP in Science. Pendamping memiliki pengalaman belajar inkuiri baik di Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu dalam maupun di luar negeri dan paham tentang pembelajaran inkuiri. Pendamping bertugas untuk mendampingi guru pada sembilan sekolah. 4. Merekrut panitia pelaksanaan Diklat. Terpilih lima orang panitia yang bertugas membantu secara administratif, mulai dari menyebarkan undangan, mengatur penginapan, memperbanyak bahan belajar, menyiapkan media pembelajaran, menyediakan transportasi untuk praktik di sekolah, dan menyiapkan akomodasi lainnya. 5. Menyamakan persepsi antara semua fasilitator dan pendamping dalam hal penggunaan bahan ajar, memahami isi instrumen yang digunakan baik selama in service learning maupun on the job learning . 6. Melakukan uji coba perangkat yang ada pada pedoman guru dan siswa bersama fasilitator, pendamping dan widyaiswara dari latar belakang Fisika, Biologi, dan Kimia. 7. Memperbaiki kekurangan yang ditemukan sebagai hasil dari uji coba. Langkah-langkah yang dilakukan pada saat pelaksanaan Diklat tahap in service learning ISL adalah: 1. Menyampaikan orientasi program Diklat yang terdiri atas tujuan pelatihan, skenario pembelajaran, dan output serta outcome yang diharapkan diperoleh peserta setelah pelatihan berakhir; 2. Memberikan pretest kepada guru tentang pemahaman konsep inkuiri, pengintegrasian konsep inkuiri ke dalam proses pembelajaran IPA; 3. Melaksanakan rangkaian kegiatan Diklat pembelajaran IPA berbasis inkuiri mulai pemodelan pembelajaran oleh fasilitator, lokakarya penyusunan RPP berbasis inkuiri, penemuan dan penanaman konsep inkuiri, serta praktik mengajar di sekolah pada jenjang dasar dan praktik mengajar di tempat Diklat pada jenjang lanjut yang dilakukan oleh guru peserta Diklat, serta penguatan konsep di setiap akhir sesi kegiatan; 4. Melakukan refleksi dan review pada semua materi yang sudah disampaikan pada setiap akhir kegiatan; Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 5. Melakukan observasi selama kegiatan Diklat untuk melihat proses pembelajaran, aktivitas fasilitator, dan aktivitas peserta; 6. Mengevaluasi peningkatan kemampuan pedagogi inkuiri peserta dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP IPA berbasis inkuiri melalui analisis hasil pekerjaan berupa RPP; 7. Mengevaluasi peningkatan kemampuan pedagogi inkuiri peserta dalam melaksanakan pembelajaran IPA berbasis inkuiri selama proses kegiatan Diklat berlangsung melalui pelaksanaan praktik mengajar; 8. Menganalisis hasil pekerjaan guru berupa tugas-tugas yang diberikan selama pembelajaran untuk melihat sejauh mana peningkatan kemampuan; 9. Menganalisis video pembelajaran baik pada saat proses pembelajaran berlangsung, waktu praktik mengajar dan selama on the job learning ; 10. Memberikan soal posttest untuk mengevaluasi peningkatan pengetahuan inkuiri guru setelah selesai Diklat; 11. Memberikan angket kepada peserta untuk melihat efektivitas program pelatihan terkait relevansi, efektivitas, manfaat, dan kemungkinan penggunaan hasil diklat di sekolah; 12. Melakukan wawancara kelompok untuk menggali informasi dari guru tentang temuan, dukungan, dan hambatan berdasarkan pengalaman selama kegiatan pelatihan maupun pengalaman guru yang sesungguhnya ketika melaksanakan implementasi di dalam kelas; Langkah-langkah yang dilakukan pada saat pelaksanaan Diklat tahap on the job learning OJL adalah: 1. Melakukan pendampingan selama guru mengimplementasikan hasil Diklat ke dalam proses pembelajaran yang nyata di dalam kelas; 2. Mengevaluasi peningkatan kemampuan pedagogi inkuiri guru dalam menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran RPP IPA berbasis inkuiri selama proses OJL berlangsung; Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu 3. Mengevaluasi peningkatan kemampuan pedagogi inkuiri guru dalam melaksanakan pembelajaran IPA berbasis inkuiri selama proses OJL berlangsung; 4. Melakukan refleksi pada setiap akhir proses kegiatan belajar mengajar yang dilakukan guru di dalam kelas.

3.3.2. Tahap

Evaluation Evaluasi Pada tahap evaluasi dilakukan penilaian terhadap dampak pembelajaran, mengukur ketercapaian tujuan pengembangan model, mengukur apa yang telah dicapai oleh sasaran. Evaluasi dilakukan terhadap output dan outcome. Output berupa RPP IPA berbasis inkuiri yang berhasil disusun oleh guru yang merupakan produk dari kegiatan pelatihan. O utcome berupa kemampuan guru dalam menyusun RPP IPA berbasis inkuiri dan keterampilan guru dalam mengajar IPA berbasis inkuiri.

3.4. Partisipan Penelitian

Partisipan dalam penelitian ini berjumlah 36 orang guru, dipilih secara purposive sample berdasarkan rekomendasi dari Dinas Pendidikan di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung Barat. Penentuan sekolah berdasarkan: 1 clustering , yaitu kelompok atas, menengah, dan bawah; 2 karakteristik sekolah, terdiri atas sekolah negeri dan swasta; 3 komitmen dan semangat guru-guru dalam membelajarkan IPA di sekolah, yang direalisasikan dengan pemberian izin dan dukungan dari kepala sekolah sehingga guru dapat mengikuti Diklat dari awal sampai akhir. Keadaan guru sebagai subyek penelitian tampak dalam Tabel 3.18. Tabel 3.18. Keadaan Guru sebagai Partisipan Kriteria Sekolah Kualifikasi Pendidikan Latar Belakang Pendidikan Masa Kerja S1 S2 Biologi Fisika 1-10 tahun 11-20 tahun ≥21 tahun Negeri 25 7 16 16 7 13 12 Swasta 4 2 2 2 1 1 Jumlah 29 7 18 18 9 14 13 Eneng Susilawati, 2016 PENGEMBANGAN MODEL DIKLAT INKUIRI BERJENJANG UNTUK MENINGKATKAN KOMPETENSI PEDAGOGI INKUIRI GURU IPA SMP Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

3.5. Waktu dan Tempat Penelitian