Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
E. Teknik Pengumpulan Data
Kemampuan berpikir logis siswa dapat diketahui dari hasil TOLT standar dan modifikasi. Sebelum melakukan tes kemampuan berpikir logis,
terlebih dahulu peneliti menyiapkan TOLT standar dan menyusun TOLT modifikasi. TOLT modifikasi isinya berkaitan dengan konsep pemantulan
cahaya. Instrumen ini kemudian diujikan pada siswa dan bentuknya berupa tes pilihan ganda dua tingkat serta dibandingkan hasilnya.
Pemahaman konsep dapat diketahui dari hasil
three-tier test
. Sebelum melakukan tes pemahaman konsep bentuk
three-tier test
, terlebih dahulu peneliti menyusun
two-tier test
pemantulan cahaya dan diujikan pada siswa. Setelah diujicobakan dan dianalisis, peneliti menambahkan tingkat keyakinan
pada
two-tier test
, sehingga menjadi
three-tier test
.
Three-tier test
yaitu pilihan ganda tiga tingkat.
Langkah-langkah yang ditempuh dalam menyusun instrumen penelitian adalah sebagai berikut:
a. Telaah literatur.
b. Membuat kisi-kisi instrumen penelitian.
c. Menyusun intrumen penelitian berdasarkan kisi-kisi yang telah
dibuat. d.
Melakukan
judgement
terhadap instrumen penelitian yang telah dibuat.
e. Melakukan uji coba instrumen penelitian terhadap siswa.
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
Setelah instrumen yang diujikan tersebut valid dan reliabel, maka instrumen itu dapat digunakan untuk melakukan penelitian.
F. Teknik Pengolahan Data
Data yang diperoleh berupa data kualitatif, yang termasuk data hasil kemampuan berpikir logis dan pemahaman konsep pemantulan cahaya.
1. Validitas
Validitas tes adalah tingkat keabsahan atau ketepatan suatu tes. Tes yang valid absah = sah adalah tes yang benar-benar mengukur apa yang hendak
dukur. Agar data yang diperoleh valid, instrumen atau alat untuk mengevaluasinya harus valid. Sebuah tes dikatakan memiliki validitas jika
hasilnya sesuai dengan kriteria. Ada dua validitas yaitu validitas konstruksi dan validitas isi.
Validitas konstruksi dilakukan dengan meminta pertimbangan pakar terhadap
three-tier test
. ada tiga pakar yang diminta untuk memberikan pertimbangan. Satu orang pakar dari ahli materi gelombang optik, satu orang
dari ahli evaluasi, dan satu orang guru Fisika SMP. Ketiga pakar diminta untuk memberikan pertimbangan terhadap kesesuaian tiap butir soal dengan aspek
pemahaman konsep dan indikator soal. Para pakar diminta untuk menuliskan pertimbangannya dalam lembar
judgement
Lampiran B.3. Tiap butir soal diminta para pakar memberikan nilai 1 jika butir soal sesuai dengan aspek
pemahaman konsep atau sesuai dengan indikator soal, dan memberi nilai 0 jika butir soal tidak sesuai dengan aspek pemahaman konsep atau indikator soal.
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
Validitas isi yaitu dari data hasil uji coba intrumen. Teknik yang digunakannya adalah teknik korelasi
product momen
yang dikemukakan oleh Pearson. Rumus korelasi
product moment
dengan angka kasar 3.1
r
xy
= koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang dikorelasikan.
X = skor tiap butir soal. Y = skor total tiap butir soal.
N = jumlah siswa.
Tabel 3.1. Klasifikasi Validitasi Butir Soal
Nilai r
xy
Kriteria
1,00 Sempurna
0,800-0,99 Sangat tinggi
0,600-0,79 Tinggi
0,40-0,59 Cukup
0,20-0,39 Rendah
0,00-0,19 Sangat rendah
Arikunto, 2010:75 2.
Reliabilitas Reliabilitas suatu instrumen adalah keajegankekonsistenan suatu
instrumen apabila diberikan kepada subyek yang sama meskipun oleh orang lain yang berbeda dan waktu yang berbeda, maka akan memberikan hasil yang
sama atau relatif sama Arikunto, 2010: 90.
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
Dalam menghitung reliabilitas dengan teknik ini peneliti melalui langkah membuat tabel analisis butir soal. Rumus yang digunakan adalah Alpha-
Cronbach. 3.2
dengan: r
11
: reliabilitas instrumen k
: banyaknya butir soal S
i
² : jumlah varians skor setiap butir soal
S
t
² : varians total
Nilai ini kemudian dibandingkan dengan tabel interpretasi
reliabilitas.
Tabel 3.2. Interpretasi Reliabilitas Tes
Koefisien Korelasi Kriteria
0.80 – 1.00
Sangat tinggi 0.60
– 0.79 Tinggi
0.40 – 0.59
Sedang 0.200
– 0.39 Rendah
0.00 – 0.19
Sangat rendah
3. Daya pembeda
Daya pembeda suatu butir soal adalah bagaimana kemampuan butir soal itu untuk membedakan siswa yang termasuk kelompok tinggi dengan siswa
yang termasuk kelompok rendah. Angka yang menunjukkan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasidaya pembeda. Indeks ini berkisar antara
0,00 sampai 1,00. Rumus untuk menentukan indeks diskriminasi:
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
3.3
dengan D : daya pembeda
B
A
: jumlah siswa dari kelompok atas yang menjawab soal tersebut dengan benar
B
B
: jumlah siswa dari kelompok bawah yang menjawab soal tersebut dengan benar
J
A
: banyaknya peserta kelompok atas J
B
: banyaknya peserta kelompok bawah P
A
: proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar P
B
: proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Indeks atau koefisien daya pembeda berkisar antara +1,0 sampai -1,0. Daya pembeda +1,0 artinya bahwa seluruh anggota kelompok atas menjawab
dengan benar butir soal itu, sedangkan semua anggota kelompok bawah menjawab dengan salah butir soal itu. Sebaliknya, daya pembeda -1,0 artinya
bahwa seluruh anggota kelompok atas menjawab dengan salah butir soal itu, sedangkan semua anggota kelompok bawah menjawab dengan benar butir soal
itu. Klasifikasi daya pembeda.
Tabel 3.3 Interpretasi Daya Pembeda
Nilai
D
Kategori
0.00 Tidak mempunyai daya pembeda
1.00 Hanya bisa dijawab oleh kelompok tinggi
- negatif Tidak baik sekali atau kelompok rendah lebih banyak
menjawab butir soal tersebut dengan benar daripada kelompok
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
Nilai
D
Kategori
tinggi. Kunci jawaban tidak ada atau menimbulkan pengertian ganda
0.20 Jelek
poor
0.20 – 0.40
Cukup
satisfactory
0.41 – 0.70
Baik
good
0.70 Baik sekali
exellent
Arikunto, 2010:218
4. Tingkat kesukaran
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Tingkat kesukaran
difficulty indeks
adalah bilangan yang menunjukkan sukar dan mudahnya suatu soal. Besar indeks kesukaran antara 0,00 sampai
1,00. Indeks ini menunjukkan taraf kesukaran soal. Soal dengan indeks kesukaran 0,00 menunjukkan bahwa soal itu terlalu sukar, sebaliknya indeks
1,00 menunjukkan bahwa saolnya terlalu mudah. Rumus mencari P adalah: P =
3.4 Arikunto, 2010:208
Dengan P : indeks kesukaran
B : banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul
JS : jumlah seluruh siswa peserta tes Tabel 3.4. Interpretasi Indeks Taraf Kemudahan
Nilai
f
Kriteria
0.00 – 0.25
Sukar 0.26
– 0.75 Sedang
0.76 – 1.00
Mudah
Arikunto, 2010: 210
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
5. TOLT untuk mengukur kemampuan berpikir logis
Tes TOLT terdiri dari 10 nomor. Untuk penskoran nomor 1-8 yaitu setiap jawaban dan alasan benar maka diberi skor 1; selain itu diberi 0. Khusus untuk
nomor 9 dan 10 yaitu skor 1 diberikan pada jawaban yang lengkap dan skor 0 untuk jawaban yang tidak lengkap Hapsari, 2009: 51. Hasil skor total TOLT
dapat dijadikan acuan tahap berpikir menurut Teori Piaget dengan kriteria: a.
Skor antara 0-1, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap berpikir konkret.
b. Skor antara 2-3, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap berpikir
transisi. c.
Skor antara 4-10, maka tahap berpikir siswa berada pada tahap berpikir formal. Valanides, 1997: 174.
6. Tes pemahaman konsep bentuk
three-tier test
Pada awalnya,
three-tier test
pemantulan cahaya terdiri dari 22 soal, setelah di
judgement
dan direvisi, berdasarkan masukan dari pakar, diperoleh 15 butir soal yang selanjutnya digunakan dalam penelitian ini.
Three-tier test
pemantulan cahaya berupa pilihan ganda bertingkat tiga. Tingkat satu yaitu pilihan ganda biasa berupa konten pengetahuan dengan pilihan jawaban
sebanyak empat buah. Tingkat kedua yaitu alasan alternatif untuk menjawab tingkat satu dengan pilihan alasan sebanyak empat buah, dan tingkat ketiga
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
yaitu respon keyakinan siswa menjawab pilihan ganda tingkat satu dan dua
two-tier test
dengan pilihan respon berupa yakin atau tidak yakin.
Three-tier test
digunakan peneliti untuk mengukur pemahaman konsep siswa pada materi pemantulan cahaya. Pemahaman konsep siswa diperoleh dari
hasil rata-rata persentase jumlah jawaban siswa yang dapat menjawab soal
three-tier test
. Aturan penskoran dalam tes ini Pesman, 2010: 39-40 yaitu: a.
Skor A. Memberi skor 1 untuk jawaban benar dan skor 0 untuk jawaban salah pada tingkat satu.
b. Skor B. Memberi skor 1 untuk jawaban benar pada tingkat satu dan
tingkat dua. Jika jawabanya salah pada salah satu tingkat maka diberi skor 0.
c. Skor C. Memberi skor 1 untuk jawaban benar pada tingkat satu dua dan
yakin atas jawabannya, selain itu diberi skor 0. d.
Skor tingkat keyakinan. Memberi skor 1 untuk jawaban yakin pada tingkat tiga. Jika jawabannya tidak yakin maka diberi skor 0.
Salah satu keuntungan
three-tier test
yaitu dapat mengkategorikan false negatif dan false positif berdasarkan hasil skor B. False negatif yaitu jawaban
salah pada tingkat pertama dan jawaban benar pada tingkat kedua. False positif yaitu jawaban benar pada tingkat pertama dan jawaban salah pada tingkat
kedua. Pada Tabel 3.5 merupakan kategori jawaban berdasarkan hasil skor B.
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
Tabel 3.5. Kategori Jawaban Hanya Berdasarkan Skor B
Nomor Tingkat satu
Tingkat dua Kategori
1. Benar 1
Salah 0 False positif
2. Salah 0
Benar 1 False negatif
Selain itu, kelebihan
three-tier test
yaitu hasil penskoran
three-tier test
dapat membedakan siswa yang paham konsep, tidak tahu konsep
lack of knowledge
, miskonsepsi, dan eror pada Tabel 3.6 merupakan kriteria dari hasil skor
three-tier test
.
Tabel 3.6 Kategori Analisis Tingkat Berdasarkan Skor A, Skor B, dan Skor C
Analisis tingkat
Kategori Tipe jawaban
Tingkat satu
Paham konsep 1.1 jawaban benar
Miskonsepsi 1.2 jawaban salah
Tingkat dua
Paham konsep 2.1 jawaban benar+ alasan benar
Error 2.2 jawaban salah+alasan benar
2.3.1 jawaban benar+ alasan salah 2.3.2 jawaban salah+alasan salah
Tingkat tiga
Paham konsep 3.1 jawaban benar+ alasan benar+ yakin
Tidak paham
konsep
lack of knowledge
3.2.1 jawaban benar+alasan benar+ tidak yakin 3.2.2 jawaban salah+alasan benar+tidak yakin
3.2.3 jawaban benar+ alasan salah+tidak yakin 3.2.4 jawaban salah+alasan salah+ tidak yakin
Error 3.3 jawaban salah+alasan benar+yakin
Miskonsepsi 3.4.1 jawaban benar+alasan salah+yakin
3.4.2 jawaban salah+alasan salah+yakin
Kaltakci Nilufer, 2007:500 Namun, penulis mengkategorikannya hanya berdasarkan hasil analisis
skor C yang ditunjukkan pada Tabel 3.7.
Uswatun Khasanah, 2013 Profil Kemampuan Berpikir Logis Dan Pemahaman Konsep Pemantulan Cahaya Pada Siswa Sekolah
Menengah Pertama Kelas VIII Universitas Pendidikan Indonesia
|
repository.upi.edu
Tabel 3.7. Kategori Jawaban Siswa Berdasarkan Hasil Skor C
Kategori Tingkat satu
Tingkat dua Tingkat tiga
Paham konsep Benar
Benar Yakin
Tidak paham konsep
lack of knowledge
Benar Benar
Tidak Yakin Benar
Salah Tidak Yakin
Salah Benar
Tidak Yakin Salah
Salah Tidak Yakin
Error Salah
Benar Yakin
Miskonsepsi Benar
Salah Yakin
Salah Salah
Yakin
Kaltakci Nilufer, 2007:500
G. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian