Landasan Hukum Asuransi Syari’ah

xlvi arti yaitu saling menanggung resiko di antara sesame manusia sehinnga di antara satu dengan lainnya menjadi penanggung atas resiko masing- masing. 61 Dengan demikian, asuransi takaful terkait dengan unsur saling menaggung resiko di antara para peserta asuransi, dimana peserta yang satu menjadi penanggung peserta yang lainnya, 62 dan tanggung menanggung resiko tersebut dilakukan atas dasar saling tolong menolong dalam kebajikan dengan cara masing-masing mengeluarkan dana yang ditujukan untuk menanggung resiko. 63

2. Landasan Hukum Asuransi Syari’ah

Hukum-hukum muamalah bersifat terbuka, dalam arti Al-Qur’an hanya memberikan aturan yang bersifat garis besar, selainnya diberikan kepada para mujtahid untuk mengembangkan melalui pikiran mereka selama tidak bertentangan dengan Al-Qur’an dan Hadist. Hakekat asuransi secara Islami adalah saling bertanggungjawab, saling bekerja sama atau saling tolong-menolong dengan melindungi penderitaan orang lain, dan ini menjadi dasar mengapa asuransi diperbolehkan dalam agama Islam karena asas prinsip syariat mengajak kepada sesuatu yang mengakibatkan keeratan jalinan sesama manusia dan kepada sesuatu yang meringankan bencana sesama manusia. 64 Sebagaimana firman Allah SWT dalam Surat Al-Maidah ayat 2: 65 61 Loc.cit. 62 Rahmat Husein, Asuransi Takaful Selayang Pandang dalam Wawasan Islam dan Ekonomi, Jakarta, Lembaga penerbit FE-UI, 1997, hal. 234. Ibid, hal. 123. 63 Juhaya S. Praja, Asuransi Takaful, Artikel dikeluarkan oleh PT. Syarikat Takaful Indonesia, Ibid. 64 Gemala Dewi, Op.cit., hal. 127. xlvii ? \cd3 0 [:֠ef- 1- 5 +-4 CD 1- gI: + 4hZid3ִ6e kf- CD4 8 Nl- m- 8? n- CD4 ִF \op q- CD4 ִ\ d3I - rD4 W:;+f-4 GH 2 - m- 8? n- E R s 0 t u :;+ ]vw=_ 5Mx4 y_4 - 4 z { IIִ| 1- } ~ CD4 ] S5 +•8 € • E koTe +‚ ֠ E ] ƒ_\G~ a :\PORLִ☺ - :‚- 8? n- E 1-\ 6 „ 1- M4ִ6 4 vhP - F4 … -4 1 CD4 1- M4ִ6 PQ QH†- ZEx4 \ 6 -4 1- S -4 ef- 1 SE ef- \0:\e P‡ :6 - aˆZ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar- syiar Allah, 66 dan jangan melanggar kehormatan bulan-bulan haram, 67 jangan mengganggu binatang-binatang had-ya, 68 dan binatang-binatang qalaa-id, 69 dan jangan pula mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya 70 dan apabila kamu Telah 65 Soenarjo, Op Cit…hal. 156. 66 Syiar Allah ialah segala amalan yang dilakukan dalam rangka ibadat haji dan tempat- tempat mengerjakannya. 67 Maksudnya antara lain ialah: bulan Haram bulan Zulkaidah, Zulhijjah, Muharram dan Rajab, tanah Haram Mekah dan Ihram, maksudnya ialah dilarang melakukan peperangan di bulan-bulan itu. 68 Ialah binatang unta, lembu, kambing, biri-biri yang dibawa ke kabah untuk mendekatkan diri kepada Allah, disembelih ditanah Haram dan dagingnya dihadiahkan kepada fakir miskin dalam rangka ibadat haji. 69 Ialah binatang had-ya yang diberi kalung, supaya diketahui orang bahwa binatang itu telah diperuntukkan untuk dibawa ke Kabah. xlviii menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah berburu, dan janganlah sekali-kali kebencianmu kepada sesuatu kaum Karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya kepada mereka, dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong- menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran, dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya”. Beberapa dalil-dalil syar’I yang berkenaan dengan praktek asuransi syari’ah, antara lain dalam firman Allah SWT, Surat Al-Hasyr, ayat 18 mengenai perintah mempersiapkan hari depan, 71 yang berbunyi: ? \cd3 0 ‰[:֠ef- 1- 5 +-4 1- Š - ef- 8‹ 5 U 4 = . M S+ H +Œ\ ֠ 2\ R: 1 1- S -4 ef- SE ef- 2h8 2ִ ִ☺ E 6Iִ☺6 ayZ Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang Telah diperbuatnya untuk hari esok akhirat; dan bertakwalah kepada Allah, Sesungguhnya Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”. Di samping itu, firman Allah SWT mengenai prinsip-prinsip dalam muamalah pada Surat Al-Maidah, ayat 1, 72 berbunyi: ִ€Ž0cd3 0 ‰[:֠ef- 1-Y T +-4 1- 6  : 6 HdI:| ] 6?ִ☺4w PQ3ִ6MU•- •D + _IU 0 ] BI ‘ 4h 8’ •“ : 6” :\ „•- ] UM 4 ’m 8 | SE ef- ] • + \0•8 0 ayZ 70 Dimaksud dengan karunia ialah keuntungan yang diberikan Allah SWT dalam perniagaan. keridhaan dari Allah SWT ialah pahala amalan haji. 71 Soenarjo, Op Cit…hal. 919. 72 Ibid, hal. 156. xlix Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, penuhilah aqad-aqad itu. dihalalkan bagimu binatang ternak, kecuali yang akan dibacakan kepadamu. yang demikian itu dengan tidak menghalalkan berburu ketika kamu sedang mengerjakan haji. Sesungguhnya Allah menetapkan hukum-hukum menurut yang dikehendaki-Nya”. Allah SWT juga memerintahkan kepada hamba-Nya untuk saling bekerja sama dan Bantu membantu, sebagaimana firman-Nya dalam Surat Al-Maidah, ayat 2, dan perintahnya untuk saling melindungi dalam keadaan susah pada surat Quraisy ayat 4, 73 yang berbunyi: WaZ –:֠ef- Q€ִ☺ִ6 — :;+ ˜™ 7 ]€oT +-4 4 :;+ N ִ Artinya: “Yang Telah memberi makanan kepada mereka untukmenghilangkan lapar dan mengamankan mereka dari ketakutan”. Adapun peraturan-peraturan yang telah dikeluarkan pemerintah berkaitan dengan asuransi syari’ah, antara lain: 74 a. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 426KMK.062003 tentang Perizinan Usaha dan Kelembagaan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi. Peraturan ini ditentukan dalam pasal 3-4 mengenai persyaratan dan tatacara memperoleh izin usaha perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan prinsip syari’ah, pasal 32 mengenai pembukaan kantor cabang dengan prinsip syari’ah dari perusahaan asuransi dan perusahaan asuransi 73 Soenarjo, Op Cit…hal. 1106. 74 Gemala Dewi, Op.cit., hal. 128-129. l konvensional, dan pasal 33 mengenai pembukaan kantor cabang dengan prinsip syari’ah dari perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan prinsip syari’ah. b. Keputusan Menteri Keuangan RI No. 424KMK.062003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi, dalam pasal 15-18 mengenai kekayaan yang diperkenankan harus dimiliki dan dikuasai oleh perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi dengan prinsip syari’ah. c. Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor Kep. 4499LK2000 tentang Jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi Dengan Sistem Syari’ah.

3. Prinsip - Prinsip Asuransi Syari’ah