l
konvensional, dan pasal 33 mengenai pembukaan kantor cabang dengan prinsip syari’ah dari perusahaan asuransi dan perusahaan
reasuransi dengan prinsip syari’ah. b.
Keputusan Menteri Keuangan RI No. 424KMK.062003 tentang Kesehatan Keuangan Perusahaan Asuransi dan Perusahaan
Reasuransi, dalam pasal 15-18 mengenai kekayaan yang diperkenankan harus dimiliki dan dikuasai oleh perusahaan asuransi
dan perusahaan reasuransi dengan prinsip syari’ah. c.
Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan Nomor Kep. 4499LK2000 tentang Jenis, Penilaian dan Pembatasan Investasi
Perusahaan Asuransi dan Perusahaan Reasuransi Dengan Sistem Syari’ah.
3. Prinsip - Prinsip Asuransi Syari’ah
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, setiap perjanjian asuransi harus mengandung prinsip-prinsip asuransi. Adapun prinsip-
prinsip asuransi, antara lain Insurable interest kepentingan yang dapat diasuransikan, Utmost Good Faith itikad baik, Indemnity ganti rugi,
proximate cause penyebab dominan, Subrogation Pengalihan hak, Contribution.
75
Adapun prinsip-prinsip asuransi syari’ah meliputi:
76
75
.Asuransi Takaful Indonesia, Modul Pengetahuan Dasar Takaful, PT. Asuransi Takaful Keluarga.
76
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah; Deskripsi dan Ilustrasi, Edisi ke- 2, Ekonisia Kampus Fak.Ekonomi UII, Yogyakarta, 2004, hal.115.
li
a. Saling bertanggung jawab, dimana kesulitan seorang muslim
dalam kehidupan menjadi tanggung jawab sesama muslim, sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S. Al-Imran: 103
77
1- ☺ • -4
Z 2? šƒ
kf- T6B:☺ִ7
CD4 1- 6֠=8.
1- 8 › -4
GHִ☺6:M kf-
] BI ‘ z {5 ›
œ f-ִ\ ִ-ec
W ]
6I6֠ z {R
2 ~c .•:|:U4ž6:5
5Mx4 z {5 ›4
.e qo 8 . |
:;+ _S5-
] ›B Mc
?A:;+ ִ2:xB›
;W s 0
Ÿf- ]
•:|: 3 0-4
ŸIִ6 E\
ayP•Z
Artinya: “Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali agama
Allah, dan janganlah kamu bercerai berai, dan ingatlah akan nikmat Allah kepadamu ketika kamu dahulu masa Jahiliyah
bermusuh-musuhan, Maka Allah mempersatukan hatimu, lalu menjadilah kamu Karena nikmat Allah, orang-orang yang
bersaudara; dan kamu Telah berada di tepi jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan kamu dari padanya. Demikianlah Allah
menerangkan ayat-ayat-Nya kepadamu, agar kamu mendapat petunjuk”
b. Sesama Muslim saling bekerjasama atau saling membantu,
sebagaimana dalam firman Allah pada Surat At-Taubah, ayat 71 yang berbunyi:
78
E 5:+ ☺ -4
H3oT:+ ☺ -4 ]€ u6
¡ f4: 9¢6
£¡¤¥ c 0 86ִ☺
77
Soenarjo, Op Cit…hal. 93.
78
Ibid…hal. 291.
lii
E ִ€5 04
a •8 5☺ -
£ ☺P 04
o I„•- £ 6
04 o ›SF-
£ 6:} 04
ef- .,
f X4_4 ִ2 d3 c
]€ ¦ h 8ִX
Ÿf- SE
ef- ’F0Ž
uQ ִ| a§yZ
Artinya: “Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan,
sebahagian mereka adalah
menjadi penolong
bagi sebahagian yang lain. mereka menyuruh mengerjakan yang
maruf, mencegah dari yang munkar, mendirikan shalat, menunaikan zakat dan mereka taat pada Allah dan Rasul-Nya.
mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana”.
c. Sesama muslim saling melindungi penderitaan satu sama lain,
seperti dalam firman Allah SWT, surat Adh-dhuha ayat 9-10,
79
yang berbunyi:
S+c Q:ž4 -
C 8ִ€
auZ S+c
Q:ž4 - C
8ִ€ auZ
S+ 4
C ¨fLL- C
8?A ayPZ
Artinya: “Sebab itu, terhadap anak yatim janganlah kamu berlaku
sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang minta-minta, janganlah kamu menghardiknya”.
d. Karnaen A. Perwataatmadja menambahkan satu prinsip, yaitu
prinsip menghindari unsur-unsur gharar, maysir dan riba.
80
1 Gharar menurut bahasa artinya adalah penipuan. Dalam
asuransi syariah, gharar dapat diatasi dengan mengganti akad tabaduli dengan akad takafuli yaitu akad tolong menolong atau
79
Ibid…hal. 1071.
80
Karnaen A. Perwataatmadja, Membumikan Ekonomi Islam di Indonesia, Depok, Usaha Kami, 1996, hal. 234, dalam Gemala Dewi, Op.cit., hal. 135-136.
liii
akad tabarru’ dan akad mudharabah.
81
Allah pun berfirman dalam QS.al-Maidah ayat 2, yang berbunyi:
? \cd3 0 [:֠ef-
1- 5 +-4
CD 1- gI:
+ 4hZid3ִ6e
kf- CD4
8 Nl- m- 8?
n- CD4
ִF \op q- CD4
ִ\ d3I -
rD4 W:;+f-4
GH 2 - m- 8?
n- E R
s 0 t u
:;+ ]vw=_
5Mx4 y_4
- 4
z { IIִ| 1- } ~
CD4 ] S5 +•8 € •
E koTe +‚
֠ E
] ƒ_\G~ a
:\PORLִ☺ - :‚- 8?
n- E
1-\ 6
„ 1-
M4ִ6 4
vhP - F4
… -4 1
CD4 1-
M4ִ6 PQ QH†-
ZEx4 \ 6 -4 1-
S -4 ef-
1 SE
ef- \0:\e
P‡ :6 -
aˆZ
Artinya: “
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu melanggar syiar-syiar Allah, dan jangan melanggar kehormatan bulan-
bulan haram, jangan mengganggu binatang-binatang had-ya, dan
binatang-binatang qalaa-id,
dan jangan
pula mengganggu orang-orang yang mengunjungi Baitullah sedang
mereka mencari kurnia dan keredhaan dari Tuhannya dan apabila kamu Telah menyelesaikan ibadah haji, Maka bolehlah
berburu. dan janganlah sekali-kali kebencianmu kepada sesuatu kaum Karena mereka menghalang-halangi kamu dari
Masjidilharam,
mendorongmu berbuat
aniaya kepada
mereka. dan tolong-menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam
berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.
Sedangkan hadist yang berkaitan dengan gharar, adalah:
81
Muhammad Syakir Sula, Op.cit, Hal.174
liv
ِرَ َ ا ِ َْ ْ َ ْ َ َو ِ ََْ ِ ا َ ِ ا ُلْ َ َر َِ اور
ة ه أ اد او ئ او ى, -ا و
Arti: “Rasulullah SAW melarang jual beli yang mengandung
gharar.” HR.Muslim, Tirmizi, Nasa’I, Abu Daud, dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah.
2 Kata maysir secara harfiah dalam bahasa Arab diartikan dengan
memperoleh sesuatu dengan sangat mudah tanpa kerja keras atau mendapat keuntungan tanpa kerja keras. Terdapatnya
unsur Maisyir merupakan kelanjutan dari adanya unsur gharar. Pada asuransi syariah, membagi rekening peserta menjadi dua,
yaitu rekening untuk asuransi jiwa yang mengandung unsur tabungan yang dapat diambil oleh peserta karena pada
dasarnya itu adalah uang peserta sendiri dan rekening tabarru’ yang diniatkan untuk derma. Rekening tabarru’ tidak tercampur
dengan rekening tabungan, maka reversing period di asuransi syariah terjadi sejak awal dan nilai tunai sudah terjadi sejak
awal dan nilai tunai sudah sejak awal tahun pertama masuk menjadi peserta asuransi. Karena itu tidak ada unsur maysir.
Karena tidak ada yang dirugikan. Menurut QS.Al-Maidah:90, yang berbunyi:
82
? \cd3 0 [:֠ef-
1-Y T +-4
ִ☺dM 8 ☺ 0 n-
h Œ ִ☺ -4 }‡G•MU•-4
]3 U•-4 = 7_
:;+ Z ִ☺
a3 } BN©-
82
Ibid., Hal.176
lv
2:ª 7
] ŸIִ6 E
I .6 auPZ
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya
meminum khamar, berjudi, berkorban untuk berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk
perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.”
Rasulullah bersabda:
َُ0اْوَا ً2َ3َ0 َم َ0ً5ْ ُ6 2ِا ْ ِ7ِ5ْوُ ُ6 َ َ َنْ ُ9ُِْ9 اَو ًاَ َ0
ف و 9 ى, -ا اور
Artinya: “Kaum muslimin terikat dengan syarat-syarat yang
mereka buat kecuali syarat yang mengharamkan yang halal atau yang menghalalkan yang haram.”
3 Riba menurut istilah berarti pengambilan tambahan dari harta
pokok atau modal secara batil. Asuransi syariah mengeliminir riba dengan menggunakan konsep mudharabah. Kontrak yang
dipergunakan dalam asuransi syariah adalah akad tolong menolong takafuli yaitu akad tabarru’ dan akad tijarah. Akad
tijarah yang dipakai adalah mudharabah sedangkan akad tabarru’ adalah hibah. Adapun firman Allah yang berkenaan
dengan riba tercantum dalam QS.Al-Baqarah:275, yang berbunyi:
83
‰[:֠ef- E 6I ƒ c 0
1- •v8-
CD E
+ •D
ִ☺› m
–:֠ef- | }¨sִ« U 0
3 } BN©-
83
Ibid, Hal 53
lvi
:+ ¬E=ִ☺ -
ִ2:x ]€dMc
1-Y ֠ ִ☺dM
- B 2 - t:+
1- •v8-
S ִ| 4
Ÿf- ִ- B 2 -
m=8ִ|4 1-
•v8- ִ☺
, 4 fִ֠
®? :
+ :;+
•:| =_
_ִ€ UM ,
- +
ִ-IִX .,
8 + 4
9 kf-
1 [¯ +4
ִ ִ2 d3 c c
}I3ִ ~
_S5- 1
]6 ?h:
£ -3ִ aˆ§ Z
Artinya: “ Orang-orang yang makan mengambil riba tidak dapat
berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila.
Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka Berkata berpendapat, Sesungguhnya jual beli
itu sama dengan riba, padahal Allah Telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. orang-orang yang
Telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti dari mengambil riba, Maka baginya apa
yang Telah diambilnya dahulu sebelum datang larangan; dan urusannya terserah kepada Allah. orang
yang kembali mengambil riba, Maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya”.
Sedangkan Hadist yang berkaitan dengan riba, berbunyi:
َلَ; ُ َْ ُ ا َ َِر ََ=َُْ ? َِا ْ َ :
ىَ َAْ6ُا ِ َا ُBْ َأَر ُتَ ُِDِE ِ ِ9ِ ََِ9 َ ََFَE ًGَ0 اًHَْ
, َلَJَE ُ ُAَْFََE
: َ7َ
ِم, ا ِ َ9َKَو ِLَْDْا ِ َ9َK ْ َ َ َ َو ِ ََْ ُ ا َ ُ ِ ا ,
َِ ْ ُ6 ْ َ9ْاَو َِ9ِ6ا َ ا ْ َ َ7َِو ,
ِ ِِآْ َُو َN ا ِِآَاَو ,
َرN َOُ9 ا َ َPََو .
Artinya: “Diriwayatkan dari Aun bin Abu Juhayfah r.a. ayahku
membeli seorang budak yang melakukan pekerjaan hajjamah menarik darah keluar dari tubuh seseorang
untuk keperluan pengobatan. Ayahku mengambil alat- alatnya dan merusaknya. Aku bertanya kepada
lvii
ayahku kenapa berbuat seperti itu. Ia menjawab, “Nabi Saw melarang memperdagangkan seekor anjing atau
darah, dan juga melarang pekerjaan mentato atau ditato, dan melarang menerima pemakan riba dan orang yang
memberikan riba dan melaknat para pembuat gambar.”
4. Perbedaan Asuransi Konvensional dan Asuransi