IV - 2
c. Peluang
Beberapa faktor
eksternal yang
memberikan peluang
dalam pengembangan Provinsi Kepulauan Riau antara lain adanya dukungan
pemerintah pusat dalam pembangunan Provinsi Kepri dan pengembangan wilayah terluarperbatasan semakin meningkat, sebagaimana tertuang dalam
RPJMN 2015-2019. Penetapan wilayah Free Trade Zone menjadi peluang bagi peningkatan investasi dan aktivitas perdagangan
dan jasa-jasa lainnya . Disisi
yang lain potensi pemodal yang berpeluang menenamkan investasinya di
Provinsi Kepulauan Riau dalam mengembanganan sumberdaya perikanan yang
sangat besar menjadi peluang bagi pengembangan industri pengolahan produk perikanan yang berdaya saing tinggi,
termasuk dalam pengembangan pariwisata pantai, laut dan pulau-pulau kecil.
d. Ancaman
Beberapa faktor eksternal yang menjadi ancaman
dalam pembangunan di Provinsi Kepulauan Riau antara lain: sebanyak 19 Pulau Terdepan di Provinsi
Kepri Karimun 2, Batam 4, Bintan 1, Natuna 7, Anambas 5, yang berbatasan langsung dengan negara tetangga menjadi tantangan untuk peningkatan
kesejahteraan masyarakat. Jarak tempuh antar kabkota dan jarak tempuh antar kecamatan yang cukup lama juga menjadi tantangan untuk penyediaan sarana
dan prasarana perhubungan laut untuk mempercepat waktu tempuh. Pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN MEA menjadikan persaingan produk
dengan negara lain semakin besar, menjadi tantangan dalam peningkatan standarisasi,
mutu produk-produk daerah dan menjadi acaman pula terhadap
kesempatan kerja bagi tenaga kerja lokal .
2. Rumusan Permasalahan Pembangunan
a. Urusan Pemerintahan Wajib Pelayanan Dasar
1 Pendidikan
a. Angka rata-rata lama sekolah yang masih rendah dan perlu ditingkatkan.
b. Tenaga guru untuk sekolah di hinterland masih kurang memadai,
terutama untuk guru eksakta natural sciences.
c. Sarana dan prasarana belajar mengajar untuk sekolah di pulau
hinterland seperti Natuna, Anambas dan Lingga. d.
Angka Melanjutkan ke SMPMTs dan Angka Melanjutkan ke tingkat pendidikan SMASMKMA belum mencapai 90, hal ini berarti masih
terdapat lulusan SDMI yang tidak melanjutkan sekolah ke jenjang pendidikan SMPMTs dan SMA.
e. Masih rendahnya kondisi ruang kelas SDMI dan SMPMTs dalam kondisi
baik. Ruang kelas dalam kondisi baik di pada jenjang pendidikan SDMI sebesar
48
untuk ruang kelas SDMI dan
52
untuk ruang kelas SMPMTs.
IV - 3 f.
Belum optimalnya tata kelola penyelengaraan pendidikan dan pelayanan prima di bidang pendidikan.
g. Belum kuatnya kelembagaan, prosedur kerja dan sumberdaya manusia
pada Dinas Pendidikan dan Kabupatenkota. h.
Belum optimalnya pelaksanaan sistem perencanaan di lingkungan Dinas Pendidikan Provinsi dan Kabupatenkota.
i. Belum optimalnya sistem pendataan dan pencatatan dilingkungan Dinas
Pendidikan dan Kabupatenkota. j.
Ketersediaan guru dibandingkan dengan jumlah penduduk usia 7 – 15 tahun masih relatif kurang, demikian juga dari aspek pemerataannya,
pada daerah daerah terpencil masih kekurangan guru sementara di daerah perkotaan cenderung kelebihan guru.
k. Rendahnya fasilitas teknologi informasi TI pada masing-masing satuan
pendidikan dan dinas pendidikan yang bisa menghubungkan antar wilayah di wilayah KabupatenKota maupun dengan Provinsi.
l. Rendahnya jumlah guru bersertifikasi profesi di semua jenjang
pendidikan. m.
Rendahnya persentase guru yang mengajar sesuai dengan kompetensinya pada jenjang pendidikan SMAMASMK.
n. Belum optimalnya daya saing siswa dalam berkompetisi untuk tingkat
nasional dan internasional o.
Belum optimalnya prestasi siswa dibidang akademik dan non akademik dan belum optimalnya pembentukan karakter siswa.
p. Masih sedikitnya SMK kemaritiman dan politeknik kelautanperikanan di
Provinsi Kepulauan Riau yang mampu menyediakan tenaga terampil di bidang kemaritiman.
2 Kesehatan
a. Pelayanan kesehatan, terutama untuk masyarakat di daerah hinterland
perdesaan dan pulau-pulau belum optimal. b.
Tingginya kasus HIV AIDS, ditandai dengan angka prevalensi HIV sebesar 0,33, dan Persentase ODHA yang mengakses ART Anti
Retroviral Treatment hanya 51,3 pada tahun 2014. c.
Tingginya AKI dan AKB, terlihat dari AKI tahun 2014 sebesar 137 per 100.000 kelahiran hidup, dan AKB sebesar 16 per 1000 kelahiran hidup.
Belum seluruh tenaga kesehatan memiliki kapasitas dalam memberikan pertolongan persalinan dan manajemen terpadu balita sakit, serta
kondisi geografis menyebabkan sulitnya akses masyarakat menuju tempat pelayanan kesehatan.
d. Belum optimalnya pelaksanaan upaya-upaya preventif dan promotif pada
pembangunan kesehatan di Provinsi Kepulauan Riau. Hal ini dapat dilihat dari masih kurangnya capaian indikator cakupan rumah tangga yang ber
PHBS, cakupan desakelurahan siaga aktif, dan cakupan ASI Eksklusif.
IV - 4 e.
Belum optimalnya pelaksanaan jaminan pemeliharaan kesehatan. Penduduk belum seluruhnya memperoleh jaminan pemeliharaan
kesehatan, yaitu hanya 71 pada tahun 2015. f.
Masih kurangnya sarana dan prasarana kesehatan baik pada pelayanan primer maupun sekunder, ditandai belum terpenuhinya puskesmas
PONED dan sertifikasi, dan masih rendahnya kesiapan puskesmas menjadi BLUD, dan perlunya peningkatan kualitas RSUD sebagai RSUD
BLUD.
g. Masih kurangnya gizi masyarakat, terbukti dengan masih ditingginya
prevalensi gizi kurang pada tahun 2015 sebesar 3,72, Persentase wasting kurus dan sangat kurus pada anak balita sebesar 1,2, dan
kasus BBLR.
h. Belum optimalnya pengembangan lingkungan yang sehat, terlihat dari
kurangnya cakupan rumah sehat dan cakupan bangunan bebas jentik. i.
Belum optimalnya penyebarannya tenaga kesehatan di seluruh KabupatenKota, ditandai dengan tingginya kuantitas tenaga kesehatan
di Kota Batam berbanding dengan KabupatenKota lainnya. j.
Belum optimalnya pelaksanaan imunisasi, dapat dilihat dari cakupan DesaKelurahan UCI tahun 2014 hanya 80,9. Cakupan DesaKelurahan
UCI terendah di Kabupaten Natuna. Selain itu juga masih ditemukannya PD3I terutama campak. Kondisi ini disebabkan kurangnya koordinasi
dalam pengumpulan data pelaksanaan imunisasi pada pelayanan kesehatan swasta.
k. Masih ditemukannya kasus DBD, Kusta, Malaria, dan Filariasis. Angka
kejadian DBD pada tahun 2015 sebesar 69 per 100.000 penduduk, Angka Kejadian Malaria 0,65 per 100.000 penduduk, dan Angka Kejadian
Filariasis sebesar 5 per 100.000 penduduk.
3 Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang
a. Kondisi infrastruktur cukup memadai di Batam, Tanjungpinang, Bintan
dan Karimun, tetapi belum merata ke semua daerah. b.
Masih terdapat jalan dalam kondisi rusak. Tahun 2015 sebesar 28,03 jalan yang masih mengalami kerusakan.
c. Masih rendahnya ketersediaan air irigasi untuk pertanian. Tahun 2015
Persentase tersedianya air irigasi untuk pertanian rakyat pada sistem irigasi yang sudah ada baru mencapai 30,64
d. Belum optimalnya penyedian air baku untuk memenuhi kebutuhan pokok
minimal sehari-hari. Tahun 2015 baru mencapai
60,60
e. Persoalan ketersediaan dan pasokan air bersih dan belum optimalnya
pelayanan sanitasi. Tahun 2015 capaian akses air minum
70,21
, sanitasi
71,80
. f.
Belum optimalnya pelayanan drainase skala perkotaan, ditandai masih adanya titik-titik banjir.
g. Belum ditetapkannya Peraturan Daerah RTRW Provinsi Kepulaun Riau
sehingga belum pula disusunditetapkan Rencana Detail Tata Ruang.
IV - 5
4 Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman
a. Masih rendah ketersediaan rumah layak huni dan terjangkau masyarakat
b. Masih tingginya kawasan kumuh di perkotaan.
5 Ketenteraman, Ketertiban Umum, dan Pelindungan Masyarakat
a. Belum optimalnya penegakan Peraturan Daerah dan Peraturan Gubernur.
b. Masih rendahnya gangguan trantib yang tertangani.
c. Partisipasi masyarakat dalam pemilihan umum yang belum optimal.
d. Belum tercukupinya personil dalam menunjang ketertiban umum dan
perlindungan masyarakat. e.
Belum lengkapnya sarana dan prasarana penanggulangan bencana. f.
Belum optimalnya penanganan terhadap korban bencana alam. g.
Terbatasnya SDM di unit reaksi cepat penanggulangan bencana. h.
Rendahnya partisipasi pelaku usaha dan masyarakat dalam penanggulangan bencana.
6 Sosial
a. Banyaknya jumlah penyandang masalah kesejahteraan sosial, namun
cakupannya penanganannya masih rendah. b.
Belum optimalnya pelayanan panti sosial dalam penyediaan jaminan perlindungan sosial bagi Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial
PMKS. c.
Masih rendahnya partisipasi masyarakat Organisasi SosialYayasanLSM dalam penanganan Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial PMKS.
b. Urusan Pemerintahan Wajib Non Pelayanan Dasar