114
| Kelas X SMASMK
di kota Cirebon-Jawa Barat adalah juga merupakan salah satu Kongzi Miaotempat ibadah Khonghucu, semua itu juga merupakan peninggalan
sejarah yang telah berusia tua.
Kelenteng lain yang bernuansa Dao Pogong antara lain: di Bogor didirikan pada zaman VOC dan banyak tempat lain di seluruh Nusantara
mulai dari Aceh hingga ke Timor-Timur. Akhir abad ke 19 di seluruh pulau Jawa 217 sekolah berbahasa
Mandarin, jumlah murid tercatat sebanyak 4.452 siswa sekolah, guru- gurunya direkrut dari negeri Zhongguo. Kurikulum mengikuti sistem
tradisional yakni menghapalkan ajaran Khonghucu. Mereka adalah anak- anak pedagang dan tokoh masyarakat seperti Kapitan dan Lieutnant
China. Siswa-siswa tersebut menempuh ujian di ibukota kerajaan Qing untuk menjadi seorang Junzi. Komunitas dagang Zhonghoa sudah
sangat berkembang jauh sebelum kedatangan VOC. Jaringan Zhonghoa sudah meliputi Manila, Malaka, Saigon dan Bangkok. Jadi sejak awal
perkembangan komunitas Zhonghoa sudah sangat luas.
3. Lembaga Agama Khonghucu Indonesia
Dimulai dari didirikannya Kongjiaohui di Sala-Jawa Tengah pada tahun 1918 sebagai Lembaga Tinggi Agama Khonghucu Matakin.
Tahun 1923 dilaksanakan kongres pertama Kongjiao Zonghui Lembaga Pusat Agama Khonghucu di Yogyakarta dengan kesepakatan
memilih kota Bandung sebagai pusat. Pada tanggal 25 Desember 1924 diadakan kongres kedua di kota Bandung-Jawa Barat, yang antara
lain membahas mengenai Tata Upacara Agama Khonghucu agar ada keseragaman dalam melaksanakan ibadah keagamaannya di seluruh
Indonesia.
Pada tanggal 11 s.d. 12 Desember 1924 diadakan konferensi antar tokoh-tokoh agama Khonghucu di Sala, untuk membahas kemungkinan
ditegakkannya kembali lembaga agama Khonghucu secara nasional setelah tidak adanya kegiatan karena pecahnya perang dunia kedua dan
masuknya tentara Jepang ke Indonesia.
Pada tanggal 16 April 1955 berlangsung konferensi di Sala, dan disepakati dibentuknya kembali Lembaga Tertinggi Agama Khonghucu
dengan memakai nama: Perserikatan K’ung Chiao Hui Indonesia PKCHI yang diketuai oleh Dr. Sardjono, yang kemudian mengadakan Kongres ke
I pada tanggal 6-7 Juli 1956 di Solo, Konggres ke II tanggal 6-9 Juli 1957 di Bandung, Konggres ke III tanggal 5-7 Juli 1959 di Bogor, Konggres
ke IV tanggal 14-16 Juli 1961 di Solo, pada Konggres nama PKCHI
Pendidikan Agama Khonghucu dan Budi Pekerti | 115
diganti menjadi LASKI Lembaga Sang Kongzi Indonesia. Tahun 1963 nama LASKI diubah menjadi Gapaksi Gabungan Perkumpulan Agama
Khonghucu se Indonesia. Tahun 1964 namanya diubah kembali menjadi Gabungan Perhimpunan Agama Khonghucu se Indonesia, disingkat
tetap Gapaksi. Tahun 1965 Presiden Soekarno mengeluarkan Penpres No.IPn.Ps1965 yang menetapkan Agama Khonghucu sebagai salah-satu
agama yang diakui kehadirannya di Indonesia. Pada tahun 1967 untuk kesekian kalinya nama perhimpunan diubah menjadi Matakin Majelis
Tinggi Agama Khonghucu Indonesia.
Dalam Konggres Matakin VI Pada tangal 23 s.d. 27 Agustus 1967 di Solo, pejabat presiden Republik Indonesia Letnan Jendral TNI Soeharto
pada saat itu telah berkenan memberikan sambutan tertulisnya, yang antara lain menyatakan “agama Khonghucu mendapat tempat yang
layak dalam Negara kita yang berdasarkan Pancasila.”
C. Agama Khonghucu di Era Reformasi