Dari data diatas, kita dapat membahas parameter yang digunakan untuk menentukan performansi sebuah siklus kompresi uap. yaitu koefisen performansi,
faktor prestasi dan total performansi. Koefisen performansi adalah rasio seberapa besar panas yang dibandingkan
dengan kerja yang diberikan. Dalam hal ini, koefisien performansi didapat dari Qe sebesar
, kW dibagi dengan kerja yang diberikan kompressor sebesar 0,816 kW maka hasil COP adalah 4,46. Semakin besar panas yang dapat dipindahkan
dengan sejumlah kerja demikian, maka koefisien performansi semakin tinggi. Faktor prestasi didefinisikan sebagai laju pelepasan kalor di kondensor
sebesar 4,45 kW dibagi dengan kerja kompressor sebesar 0,816 kW maka hasil FP adalah 5,45.
Adapun total performansi menunjukkan perbandingan antara jumlah kerja yang dilakukan kalor evaporator dan kalor kondensor dibagi dengan kerja
kompressor, maka didapat hasil sebesar 9,91.
4.2 Kinerja Pengeringan Pakaian
Pengeringan pada tahap awal percobaan dilakukan terhadap sebuah pakaian dengan jenis kemeja. Berikut contoh perhitungan laju pengeringan berdasarkan
data hasil pengeringan 1 pcs kemeja A terhadap pakaian tersebut adalah :
- Massa pakaian basah, W
o
= 337 gram - Massa pakaian kering, W
f
= 125 gram - Waktu pengeringan, t
= 96 menit
Laju pengeringan Drying rate dapat dihitung sebagai berikut: ……………………………………………………2.8
, ,
Universitas Sumatera Utara
Pengujian dilakukan sebanyak 11 kali dengan variasi bahan pakaian jenis kemeja, celana jeans dan kaos oblong. Kemudian akan diambil rata-rata laju
pengeringannya. Data disajikan dalam bentuk tabel dibawah ini.
Tabel 4.3 Laju Pengeringan Pakaian berdasarkan hasil pengujian No Pengujian
ke- W
o
gram W
f
gram t menit
ṁ
d
kgjam 1 I
338 125
96 0.1331
2 II 336
166 90
0.1134 3 III
336 154
80 0.1365
4 IV 196
119 90 0.05133
5 V 186
106 30
0.16 6 VI
186 115 68
0.0623 7 VII
760 464
188 0.0945
8 VIII 760 398 180
0.1206 9 IX
780 422
150 0.1432
10 X 1810
974 120
0.418 11 XI
1758 857 110
0.4912
Berdasarkan tabel laju pengeringan diatas, kita dapat menemukan karakteristik laju pengeringan dari setiap pengujian yang dilakukan. Pada
pengujian I misalnya, laju pengeringan kemeja A sebesar 0.133 kgjam. Dari tabel
Universitas Sumatera Utara
perhitungan laju pengeringan diperoleh rata-rata laju pengeringan sebesar 0.175 kg jam.
Kemudian untuk mengetahui periode laju pengeringan maka dibuat trendline dengan menggunakan fungsi eksponensial di Microsoft Excel. Sehingga dari
trendline tersebut dapat diperoleh persamaan eksponensialnya. Berikut grafik
perbandingan antara massa pakaian dan waktu lama pengeringan pada pengujian yang dilakukan.
Gambar 4.2 Grafik pengeringan dari pakaian data I Speed 1
Dari grafik perbandingan massa dan waktu pengeringan, kita dapat merekam data antara massa pakaian pada saat dilakukan pengujian per interval waktu pada
sistem beroperasi dengan lamanya waktu proses pengeringan menggunakan alat ukur yang disebut loadcell. Maka terlihat laju pengeringan yang menurun. Hal ini,
dikarenakan massa pakaian basah mengalami perpindahan panas akibat buangan panas secara simultan dari kondensor atau sistem pompa kalor untuk
menguapakan kandungan air, penurunan selama pengujian mengakibatkan berkurangnya massa dari material. Semakin lama waktu pengeringan maka akan
semakin rendah massa pakaian yang dikeringkan. Selanjutnya akan dibahas mengenai variasi kecepatan yang digunakan dalam
proses pengeringan dalam bentuk gambar 4.3 dibawah ini.
y = ‐2.2595x + 306.73
R² = 0.9374
50 100
150 200
250 300
350 400
20 40
60 80
100
Massa gram
Waktu menit
Laju Pengeringan Kemeja A Speed 1
Massa Linear
Massa V = 0,836 ms
Temp = 49°C
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 Grafik pengeringan Kemeja A Speed 1, 2, 3
Dari grafik diatas, terlihat bahwa semakin tinggi kecepatan pengeringan maka penurunan kadar airnya semakin cepat hal tersebut dapat diketahui dengan gradien
dari grafik tersebut. Jadi disini dapat dikatakan bahwa untuk laju pengeringan, semakin tinggi kecepatan pengeringannya maka gradien dari grafik tersebut
semakin besar sehingga penurunan kadar airnya semakin cepat dan lajunya semakin meningkat.
Dari data yang diperoleh, pada speed 1 massa akhir yang dicapai sebesar 151 gram, pada speed 2 massa akhir sebesar 160 gram dan pada speed 3 massa yang
dicapai sebesar 112 gram. Dengan demikian, speed 3 memiliki massa yang lebih kecil dengan speed 1 dan speed 2, ini membuktikan bahwa speed 3 memiliki
kecepatan yang lebih besar untuk mengeringkan pakaian. Berikut grafik kelembaban pada masing-masing titik pengamatan dari hasil
pengujian awal berupa kemeja 1 pcs dengan speed I.
y = ‐2.2595x + 306.73
R² = 0.9374
y = ‐1.4745x + 312.56
R² = 0.9854
y = ‐1.9841x + 322.4
R² = 0.9962
50 100
150 200
250 300
350 400
20 40
60 80
100 120
Massa gram
Waktu menit
Laju Pengeringan Kemeja A Speed 1, 2, 3
Speed 1
Speed 2
Speed 3
Linear Speed 1
Linear Speed 2
Linear Speed 3
V 1 = 1.15 ms V 2 = 1.145 ms
V 3 = 2.05 ms T emp. = 52°C
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.2 Grafik Relative Humidity Pakaian Data I
Dari grafik perbandingan temperature dapat terlihat bahwa
Gambar 4.4 Grafik Relative humidity – Waktu Pakaian Data I Speed 1
Dari grafik diatas, kita dapat menganalisa kelembaban udara pada masing- masing titik pengujian, yaitu pada ruang pengering, masuk evaporator dan keluar
evaporator. Semakin lama waktu proses pengeringan berlangsung, maka akan semakin rendah kelembaban udara sehingga akan mempercepat proses
pengeringan. Hal ini dikarenakan udara kering dapat mengabsorpsi dan menahan uap air.
10 20
30 40
50 60
70 80
Re la
ti ve
humidity
Waktu
ruang Pengering masuk evaporator
keluar evaporator
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.5 Grafik Temperatur – Waktu Pakaian Data I Speed 1 Untuk suhu di dalam ruang pengering, pada saat start awal suhu berkisar pada
suhu 42 °C dan mengalami kenaikan secara bertahap dan bertahan di suhu 53,5 °C hal ini, sangat cocok untuk mengeringkan pakaian karena faktor material pakaian
yang tidak mudah kusut atau kerut akibat panas yang berlebih yang dapat mengakibatkan rusaknya pakaian. Seiring berjalannya proses pengeringan, suhu
udara semakin lama akan semakin tinggi, sehingga proses penguapan yang terjadi dapat semakin cepat.
4.3 Moisture Ratio Pakaian