Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pengeringan pakaian selama bertahun-tahun dilakukan secara konvensional yaitu dengan menjemur secara langsung diluar ruangan dengan paparan sinar matahari serta dengan tambahan bantuan angin. Seiring dengan kemajuan dan perkembangan teknologi maka proses pengeringan pakaian tidak lagi hanya dilakukan dengan cara konvensional, akan tetapi dengan menggunakan mesin yang dapat menghasilkan panas sebagai pengganti sinar matahari. Penggunaan mesin ini memiliki keunggulan, yaitu tidak bergantung terhadap cuaca dapat dilakukan pada malam hari dan pada saat kondisi terjadi hujan. Proses pengeringan pakaian merupakan rutinitas yang banyak dilakukan masyarakat sehingga banyak bermunculan jasa yang menawarkan pencucian dan pengeringan pakaian. Sebagai contoh industri perhotelan, merupakan industri yang banyak membutuhkan proses pengeringan dalam pelayanannya kepada para pelanggan. Seiring berjalannya waktu banyak pula bermunculan jasa-jasa laundry ditengah-tengah masyarakat. Oleh sebab itu sistem pengering pakaian sangat dibutuhkan, terutama yang dapat menghemat waktu, menghemat energi dan tidak tergantung kepada cuaca. Mesin pengering pakaian yang ada dipasaran selama ini, sumber pemanasnya beragam, mulai dari uap panas steam, gas api atau pemanas listrik . Namun sayangnya, energi yang digunakan sangat besar energi yang dihasilkan lebih besar daripada yang dapat dimanfaatkan. Salah satu dari sumber pemanas yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi bagi mesin pengering adalah pompa kalor. Beberapa penelitian yang berkaitan dengan mesin pengering yang menggunakan pompa kalor sudah banyak dilakukan terutama untuk mengeringkan buah-buahan, tetapi untuk pengeringan pakaian belum banyak dilakukan. Teknologi pompa kalor sebagai pengering telah banyak dimanfaatkan di Australia dan Eropa karena berpotensi menghemat energi. Pompa kalor untuk pengeringan pakaian atau Heat Pump Clothes Dryers HPCDs dapat menghemat Universitas Sumatera Utara energi sebesar 50 daripada pengering pakaian listrik konvensional, dan karenanya memiliki potensi menyimpan energi yang besar Meyers, et al. 2010. Karakteristik penting dari sebuah pompa kalor adalah bahwa jumlah panas yang dapat ditransfer lebih besar daripada energi yang diperlukan untuk menggerakkan siklus. Perbandingan antara panas yang dihasilkan dan energi yang dibutuhkan dikenal dengan Coefficient of Performance COP. Secara umum, pompa kalor mengambil panas dari udara atau dari permukaan sebagaimana aplikasi udara panas pengeringan secara konveksi. Udara yang dipanaskan meningkatkan kelembaban relatif udara, sehingga mampu mengangkat uap air dari bahan yang terpanaskan oleh udara. Hal ini akan mempengaruhi banyaknya air yang diuapkan tiap satuan waktu atau penurunan kadar air bahan dalam satuan waktu yang dikenal sebagai laju pengeringan. Dengan latar belakang diatas, perlu adanya penelitian mengenai karakteristik laju pengeringan pada ruang pengering pakaian dengan menggunakan pompa kalor daya 1 PK.

1.2 Rumusan Masalah