Untuk mendapatkan kunci rahasia dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1.
W0 = 1 2.
W1 = 2 3.
W2 = jarak + 1 + 2 = 5
4. W3 = jarak + 1 + 1 + 2 + 5
= 11 5.
W4 = jarak + 2 + 1 + 2 + 5 + 11 = 23
6. W5 = jarak + 3 + 1 + 2 + 5 + 11 + 23
= 47 7.
W6 = jarak + 4 + 1 + 2 + 5 + 11 + 23 + 47 = 95
Dengan demikian didapatkan kunci rahasia: 1,2,5,11,23,47,95
Untuk mencari kunci publiknya, maka barisan superincreasing knapsack
dikalikan dengan dengan N modulo M, yaitu : 1.
1 . 3 mod 230 = 3
2. 2 . 3 mod 230
= 6 3.
5 . 3 mod 230 = 15
4. 11 . 3 mod 230
= 33 5.
23 . 3 mod 230 = 69
6. 47 . 3 mod 230
= 141 7.
95 . 3 mod 230 = 55
Dengan demikian didapatkan kunci publik : 3,6,15,33,69,141,55
Misalnya untuk mengenkripsi plainteks ‘BUKU’. Maka akan didapatkan.
Karakter ‘B’ dalam ASCII mempunyai nilai biner 1000010, Karakter ‘U’ dalam ASCII mempunyai nilai biner 1010101,
Karakter ‘K’ dalam ASCII mempunyai nilai biner 1001011, Karakter ‘U’ dalam ASCII mempunyai nilai biner 1010101.
Setiap bit didalam blok dikalikan dengan elemen yang berkoresponden didalam
kunci publik.
Universitas Sumatera Utara
Misalkan
Karakter ‘B’ mempunyai nilai biner : 1000010
Kunci publik : 3,6,15,33,69,141,55
Kriptogram : 1 × 3 + 1 × 141 = 144
Karakter ‘U’ mempunyai nilai biner : 1010101
Kunci publik : 3,6,15,33,69,141,55
Kriptogram : 1 × 3 + 1 × 15 + 1 × 69 + 1 × 55 =
142
Karakter ‘K’ mempunyai nilai biner : 1001011
Kunci publik : 3,6,15,33,69,141,55
Kriptogram : 1 × 3 + 1 × 33 + 1 × 141 + 1 × 55 =
232
Karakter ‘U’ mempunyai nilai biner : 1010101
Kunci publik : 3,6,15,33,69,141,55
Kriptogram : 1 × 3 + 1 × 15 + 1 × 69 + 1 × 55 =
142
Jadi, cipherteks yang dihasilkan : 144,142,232,142
4.1.1.2 Proses Penyisipan menggunakan algoritma LSB
Sebelum melakukan proses penyisipan menggunakan algoritma LSB, dilakukan pembacaan dan penghitungan nilai biner dari masing-masing piksel pada citra cover.
Sebagai contoh diberikan citra berformat .BMP berdimensi 100 × 137 piksel dengan nilai warna R,G,B 153. Dapat dilihat pada gambar 4.1
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.1 citra cover 100 × 137
Dikonversi citra cover ke bentuk biner dapat dilihat pada gambar 4.2
Gambar 4.2 Citra Dalam Bentuk Biner
Untuk selanjutnya, tiap bit kode biner cipherteks digunakan untuk menggantikan bit terakhir atau paling kanan disetiap kode biner citra cover. Pesan yang menghasilkan
cipherteks dirubah kedalam bentuk biner sehingga didapat: 144 kedalam biner = 10010000
142 kedalam biner = 10001110 232 kedalam biner = 11101000
142 kedalam biner = 10001110 Dengan demikian ada 32 piksel yang akan disisipi nilai biner dari cipherteks. Berikut
proses penempatan bit rahasia pada citra cover untuk menghasilkan stego image. Dapat dilihat pada gambar 4.3
Universitas Sumatera Utara
Gambar 4.3 Proses Penyisipan
Setelah proses penyisipan selesai, citra dalam bentuk biner ini akan dipetakan kembali kedalam bentuk citra dan menghasilkan stego image.
Metode LSB sudah banyak dilakukan didalam teknik steganografi, sehingga membutuhkan pengembangan atau modifikasi, untuk pengembangannya dapat berupa
memodifikasi nilai brightness dengan meningkatkan atau menurunkan nilai piksel dari seluruh bagian dalam citra.
Untuk itu Pengaturan kontras dengan menambahkan konstanta C ke masing- masing lokasi piksel untuk meningkatkan nilainya, yang artinya meningkatkan tingkat
kecerahan [10]. Untuk melakukan hal ini digunakan formula seperti terdapat di bawah ini.
K
o
= Ki+ C ………………….……………..……….……………………….….1 Dimana:
K
o
= nilai piksel output K
i
= nilai piksel input C = konstanta yang bernilai positif
Pada penelitian ini citra warna yang mempunyai format RGB red green blue di modifikasi terhadap setiap elemen masing-masing warna.
Misalkan R,G,B = 153
C = 30
Universitas Sumatera Utara
=153 + 30 = 183
Dengan demikian nilai brightness pada stego image tersebut ditambahkan dengan nilai tertentu untuk menghasilkan stego image yang termodifikasi oleh nilai
brightness. Berikut stego image sebelum dan sesudah di modifikasi. Stego image sebelum termodifikasi dapat dilihat pada gambar 4.4
Gambar 4.4 Sebelum Termodifikasi
Stego image sesudah termodifikasi dapat dilihat pada gambar 4.5
Gambar 4.5 Sesudah Termodifikasi
Nilai penambahan pada nilai brightness nantinya akan menambah keamanan pada stego image sebelum di ekstraksi untuk mengembalikan cipherteks.
Untuk proses ekstraksi dapat dengan mudah dilakukan dengan menginputkan kembali nilai brightness untuk mengembalikan stego image dan mengambil kembali
bit terakhir dari kode biner citra.
4.1.1.3 Proses Dekripsi menggunakan algoritma Knapsack
Universitas Sumatera Utara
Dekripsi dilakukan dengan menggunakan kunci rahasia. Menghitung n
-1
yaitu
balikkan nilai n modulo m sehingga n . n
-1
= 1 mod m Kunci rahasia = 1,2,5,11,23,47,95
N
= 3 M
= 230
Diperoleh 3 . n
-1
= 1 mod 230 n
–1
3 ⋅ n
–1
mod 230
1 3
2 6
3 9
. .
. .
. .
75 225
76 228
77 1
Hasil dari 3 . n
-1
= 1 mod 230 = 1, diperoleh n
-1
bilangan bulat, yaitu 77
Cipherteks adalah 144 142 232 142. Plainteks yang berkoresponden diperoleh
kembali sebagai berikut: 144 . 77 mod 230 = 48 = 1 + 47 berkoresponden dengan 1000010
142 . 77 mod 230 = 124 = 1 + 5 + 23 + 95 berkoresponden dengan 1010101 232 . 77 mod 230 = 154 = 1 + 11 + 47 + 95 berkoresponden dengan 1001011
142 . 77 mod 230 = 124 = 1 + 5 + 23 + 95 berkoresponden dengan 1010101
Nilai biner 1000010 dalam ASCII mempunyai karakter ‘B’ Nilai biner 1010101 dalam ASCII mempunyai karakter ‘U’
Nilai biner 1001011 dalam ASCII mempunyai karakter ‘K’ Nilai biner 1010101 dalam ASCII mempunyai karakter ‘U’
Jadi, plainteks yang dihasilkan kembali adalah:
BUKU
Universitas Sumatera Utara
4.2 Implementasi Sistem