93
Tabel 5 Biaya
overhead
pabrik khusus pembuatan fla kue susen
Sumber: hasil olah data 2013 Perhitungan HPP fla membuat sendiri
Harga Pokok Produksi fla susen Oktober 2013 1. Biaya bahan baku
- Susu Segar Rp. 330.000
- Susu kental manis Rp. 195.000
- Telur Rp. 750.000
- Tepung Rp. 525.000
- Gula pasir Rp. 720.000
- Margarin Rp. 480.000
Total bahan baku langsung Rp. 3.000.000
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung - Koki Pembantu
Rp. 152.000 - Baker
Rp. 228.000 - Pembantu
Rp. 76.000
Total BTK Langsung Rp. 456.000
3. Biaya
Overhead
Pabrik
- Biaya bahan bakar gas Rp. 172.900
- Biaya listrik Rp. 494.000
- Biaya telepon Rp. 19.000
- Biaya sewa bangunan Rp. 316.666,7
- Biaya peny. perlengkapan pabrik Rp. 122.866,6
- Biaya karyawan tetap Rp. 988.000
Total biaya
overhead
pabrik Rp. 2.113.433,3
Total Harga Pokok Produksi Rp. 5.569.433,3
Sumber: hasil olah data 2013 Jadi berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan di atas, untuk memproduksi fla sebanyak 480 kg
peruahaan perlu mengeluarkan biaya sebesar Rp. 5.569.433,3 atau kurang lebih Rp. 11.600 per kilogram fla. HPP fla jika Membeli dari Pemasok
Alternatif selain membuat sendiri fla peruahaan bisa membeli dari pemasok luar. Ada beberapa pemasok yang menawarkan fla sebagai bahan baku pembuatan kue susen kepada perusahaan dengan harga yang beragam,
pemasok juga menawarkan untuk mengantarkan fla langsung ke pabrik persahaan jadi pihak perusahaan bisa menghemat biaya angkut. Harga beli per kg fla yang ditawarkan oleh pemasok rata-ratanya adalah sebesar Rp.
20.000,-. Jadi jika peusahaan memutuskan untuk membeli fla dari pemasok maka untuk memenuhi kebutuhan fla perbulannya yaitu sebanyak 480kg fla perusahaan perlu mengeluarkan total biaya sejumlah Rp. 9.600.000.
Keterangan Jumlah
Biaya bahan bakar gas Rp. 172.900
Biaya listrik Rp. 494.000
Biaya telepon Rp. 19.000
Biaya sewa bangunan Rp. 316.666,7
Biaya penyusutan perlengkapan pabrik Rp. 122.866,6
Biaya karyawan tetap Rp. 988.000
Total biaya
overhead
pabrik Rp. 2.113.433,3
94
Pembahasan
Perbandingan biaya jika membuat sendiri dan membeli sendiri menggunakan analisis biaya diferensial. Dalam pengambilan keputusan membuat sendiri atau membeli dari luar fla tersebut informasi akuntansi yang
relevan adalah dengan menggunakan biaya diferensialnya, dapat dilihat dari tabel di bawah ini : Tabel 6
Perbandingan Biaya Differensial Membeli atau Membuat Sendiri
Keterangan Membuat Sendiri
Membeli Biaya bahan baku
Rp. 3.000.000 Biaya tenaga kerja langsung
Rp. 456.000 Biaya
overhead
pabrik Rp.2.113.433,3
Harga Beli Rp. 9.600.000.
Total Biaya Diferensial Rp. 5.569.433,3
Rp. 9.600.000.
Penghematan Biaya Rp. 4.030.566,7
Sumber: hasil olah data 2013 Berdasarkan perhandingan biaya diferensial yang telah disajikan pada tabel diatas, diketahui bahwa ada
beberapa biaya diferensial yang muncul saat perusahaan memilih alternatif untuk membuat sendiri yaitu, biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead
pabrik. Total biaya yang akan dikeluarkan oleh pihak perusahaan jika memutuskan untuk membuat sendiri fla kue susen setiap bulannya yaitu senilai Rp.
5.569.433,3 atau sebesar Rp. 11.600 per kilogramnya. Sedangkan biaya yang akan dikeluarkan oleh pihak perusahaan jika memilih alternatif untuk membeli dari pemasok yaitu sejumlah Rp. 9.600.000 atau sebesar Rp.
20.000 perkilogramnya.
Dari perbandingan analisis akuntansi diferensial menggunakan biaya diferensial dapat diputuskan bahwa perusahaan lebih baik memilih untuk membuat sendiri fla, karena dengan membuat sendiri fla susen perusahaan
dapat menghemat biaya sebesar Rp. 4.030.566,7 atau sebesar Rp 8.600 untuk tiap 1 kg fla.
PENUTUP Kesimpulan
Dari penelitian yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa keputusan yang lebih baik diambil oleh pihak manajemen Dolphin Donuts bakery adalah membuat sendiri fla kue susen karena biaya yang dikeluarkan
lebih kecil atau lebih hemat jika dibandingkan dengan membeli dari pemasok. Setiap bulannya untuk memproduksi 480 kg fla, biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 5.569.433,3
atau sejumlah Rp. Rp. 11.600 per kilogramnya, sedangkan apabila perusahaan membeli dari luar maka biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 9.600.000 atau sejumlah Rp. 20.000 per kilogramnya sehingga akan timbul selisih
penghematan biaya perusahaan sebesar Rp. 4.030.566,7 atau sejumlah Rp 8.600 untuk setiap 1 kg fla jika persahaan memilih untuk membuat sendiri fla kue susen. Dengan demikian diketahui bahwa biaya diferensial yang
diperoleh oleh Dolphin Donuts bakery jika membeli fla dari pemasok luar lebih besar dibandingkan dengan jika perusahaan membuat sendiri.
Saran
Pihak manajemen Dolphin Donuts bakery sebaiknya mengambil keputusan untuk membuat sendiri fla mengingat biaya yang dikeluarkan lebih rendah daripada membeli dari luar karena lebih menguntungkan dan juga
dapat melakukan penghematan biaya. Selain itu keuntungan lain membuat sendiri perusahaan bisa lebih menjaga mutu, rasa serta kualitas dari fla yang dibuat.
95
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Kamaruddin. 2013.
Akuntansi Manajemen: Dasar-dasar, konsep, biaya dan pengambilan keputusan
. Edisi Revisi ke Delapan. RajaGrafindo Persada. Jakarta
.
Atkinson, Anthony., Kaplan, Robert R., Matsumura, Ella Mae., Young, S Mark
.
2009.
Akuntansi Manajemen
. Jilid Satu. Edisi ke Lima. Indeks. Jakarta.
Bustami, Bastian., Nurlela. 2006.
Akuntansi Biaya, Melalui Pendekatan Manajerial
. Mitra Wancana. Yogyakarta. Darsono, Prawironegoro., Purwanti, Ari. 2009.
Akuntansi Manajemen
. Edisi ketiga. Mitra Wacana Media. Jakarta.
Halim, Abdul., Bambang, Supomo., Kusufi, Syam Muhammad. 2013.
Akuntansi Manajemen
. Edisi ke Dua. BPFE. Yogyakarta.
Indriantoro, Nur., Supomo, Bambang. 2012.
Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi Manajemen
. BPFE . Yogyakarta.
Mohamad, Iqbal. 2013. Pengaruh Biaya Diferensial terhadap Proses Pengambilan Keputusan Manajemen Memproduksi
Sendiri Atau
Membeli Produk.
Skripsi.
Universitas Pasundan.
Cirebon. http:diglib.unpas.ac.iddownload-mohammadiq-2650-1-skripsi.pdf
Simamora, Henry. 2012.
Akuntansi Manajemen
. Edisi ke Tiga. Star Gate Publisher. Riau.
Togito, Anita. 2005. Peranan Analisis Biaya Diferensial dalam Pengambilan Keputusan Membuat
Sendiri
atau Membeli Bahan Baku Untuk Meningkatkan Laba Perusahaan.
Jurnal.
Universitas Widyatama.
Bandung.. http:repository.widyatama.ac.idxmluibitsreamhandle103641065cover.pdf Warindrani, Armila Krisna. 2006.
Akuntansi Manajemen
. Graha Ilmu. Yogyakarta.
96
ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PT. GATRA KALTIM JAYA KOTA BALIKPAPAN
Pandu Dewanata Jantje J. Tinangon
Heince R. N. Wokas
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado
email : pandu_dewanata29yahoo.co.id ABSTRAK
Perusahaan sebagai pemotong pajak memiliki peranan yang sangat besar bagi pemerintah. Saat ini tidak sedikit perusahaan yang melaksanakan pemotongan pajak yang tidak sesuai ketentuan
yang berlaku. Hal ini disebabkan perusahaan menganggap pajak sebagai biaya sehingga perusahaan akan meminimalkan biaya tersebut untuk mengoptimalkan laba. Oleh karena itu demi kelancaran
pemotongan pajak diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah dengan perusahaan. PT. GATRA KALTIM JAYA bergerak dalam bidang perdagangan Umum di Kota Balikpapan telah
memberikan kepuasan tertinggi untuk para pelanggan dengan memberikan kualitas produk yang terbaik dan pelayanan inovatif yang tepat waktu. Dalam memberikan kepuasan ini PT. GATRA
KALTIM JAYA membutuhkan pegawai-pegawai yang berkualitas agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Oleh karena itu sebagai bentuk penghargaan atas jasa yang telah diberikan oleh para
pegawainya, perusahaan memberikan kontraprestasi berupa gaji, tunjangan serta beberapa bonus tambahan. Dengan begitu PT. GATRA KALTIM JAYA wajib memotong Pajak Penghasilan Pasal 21
atas gaji pegawainya. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Hasil penelitian yaitu PT. GATRA KALTIM JAYA Balikpapan dalam melakukan
perhitungan, pemotongan dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas karyawan tetap telah sesuai dengan ketentuan Undang-undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008.
Kata kunci : pajak, pajak penghasilan, wajib pajak, objek pajak.
ABSTRACT
Company as a tax cutter has a very big role for the government. Currently theres a few companies that implement the tax deductions are not consistent with applicable regulations. This is
caused by the company which considers the tax as a cost that the company will minimize the costs to optimize their profit. It is necessary good cooperation between the government and the company for
the sake of continuity of the tax deduction . PT. GATRA KALTIM JAYA engaged in General trading in Balikpapan City has provided the highest satisfaction to the customers by providing the best quality
products and innovative services on time. In this satisfying PT. GATRA KALTIM JAYA need qualified employees in order to achieve company goals. Therefore as an appreciation for services provided by
its employees, the company gave contra such as wages and salaries also benefits as well as some additional bonuses. So, PT. GATRA KALTIM JAYA is obliged to withhold income tax of salary
employees salary Article 21. The analytical method used in this research is descriptive research. The results are PT. News in Brief KALTIM JAYA Balikpapan in doing calculations, deductions and tax
reporting of Income Tax Article 21 of the employee already complianced with the provisions of Law Taxation. No. 36 of 2008.
Keywords:
tax, income tax, assessable, ta
x object.
97
PENDAHULUAN Latar Belakang
Perusahaan sebagai pemotong pajak memiliki peranan yang sangat besar bagi pemerintah. Mengingat saat ini tidak sedikit perusahaan yang melaksanakan pemotongan pajak tidak sesuai
ketentuan yang berlaku. Hal ini disebabkan perusahaan menganggap pajak sebagai biaya sehingga perusahaan akan meminimalkan biaya tersebut untuk mengoptimalkan laba. Oleh karena itu demi
kelancaran pemotongan pajak diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah dengan perusahaan.
PT. GATRA KALTIM JAYA bergerak dalam bidang perdagangan Umum Leveransir Distributor dan Dealer Kendaraan Bermotor, termasuk penjualan sparepart kendaraan bermotor serta
variasinya, Agen Perwakilan perusahaan lokal dan luar negeri, penyewaan kendaraan bermotor, pengangkutan, perbengkelan dan kontraktor di Kota Balikpapan telah memberikan kepuasan tertinggi
untuk para pelanggan dengan memberikan kualitas produk yang terbaik dan pelayanan inovatif yang tepat waktu. Dalam memberikan kepuasan ini PT. GATRA KALTIM JAYA membutuhkan pegawai-
pegawai yang berkualitas agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Oleh karena itu sebagai bentuk penghargaan atas jasa yang telah diberikan oleh para pegawainya, perusahaan memberikan kontra
prestasi berupa gaji, tunjangan serta beberapa bonus tambahan yang disesuaikan dengan kinerjanya. Dengan begitu PT. GATRA KALTIM JAYA wajib memotong Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji
pegawainya, dengan berpedoman pada peraturan perpajakan yang berlaku.
Penulis memilih PT. GATRA KALTIM JAYA karena perusahaan ini merupakan salah satu yang cukup besar di Kalimantan Timur dan memiliki jumlah karyawan yang besar pula. Sehingga
menarik untuk dilakukan penelitian mengenai tata cara perusahaan dalam melaksanakan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan pada karyawan.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah bagaimana mekanisme perhitungan, pemotongan serta pelaporan pajak penghasilan pasal 21 pada karyawan PT. GATRA KALTIM JAYA menurut Undang-Undang
No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan?
TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi
Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk membuat
alokasi sumber daya keputusan di dalam perusahaan, organisasi, dan lembaga pemerintah. Akuntansi adalah seni dalam mengukur, berkomunikasi dan menginterpretasikan aktivitas keuangan. Secara luas,
akuntansi juga dikenal sebagai bahasa bisnis. Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak
berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, atau pemilik Harahap, 2005:2
American Accounting
Association
, mendefinisikan
akuntansi sebagai
proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya
penilaian dan keputusan yang tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut. Waluyo, 2009:20
Akuntansi adalah sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa ekonomi dari suatu organisasi untuk pengguna yang tertarik. Akuntansi terdiri dari tiga
kegiatan dasar itu mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa ekonomi dari suatu organisasi untuk pengguna yang tertarik. Untuk mengidentifikasi peristiwa ekonomi, perusahaan
memilih peristiwa ekonomi yang relevan dengan bisnis. Weygandt,
et al
2011
98 Definisi-definisi diatas menjelaskan akuntansi sebagai suatu seni atau aktivitas jasa dan
mengartikan bahwa akuntansi meliputi beragam teknik yang dianggap berguna untuk bidang-bidang tertentu. Belkaoui, 2011:5
Konsep Dasar Akuntansi Perpajakan Pajak
Soemitro menyatakan bahwa, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal balik kontraprestasi
yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Mardiasmo, 2009:1
Pajak menurut Andriani yang dikutip oleh Rahayu 2010:22 adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh wajib pajak membayarnya menurut peraturan-peraturan
dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk yang kegunaannya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran mum berhubungan langsung dengan tugas negara untuk
menyelenggarakan pemerintahan Fungsi Pajak
Ada dua fungsi pajak Mardiasmo, 2011:1, yaitu: 1.
Fungsi
Budgetair
Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran- pengeluarannya.
2. Fungsi mengatur
regulerend
Pajak sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi.
Pajak Penghasilan
Resmi 2011:74 Pajak Penghasilan PPh adalah pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak.
Dasar Hukum
Resmi 2011:74 Peraturan perundangan yang mengatur Pajak Penghasilan di Indonesia adalah UU No.7 Tahun 1983 yang telah disempurnakan dengan UU No. 7 Tahun 1991, UU No. 10
Tahun 1994, UU No. 17 Tahun 2000, UU No.36 Tahun 2008, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Direktur Jendral Pajak maupun Surat Edaran
Direktur Jendral Pajak. Pajak Penghasilan Pasal 21
Resmi 2011:163 Pajak Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa , dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Subjek Pajak Dalam Negeri, yang selanjutnya disebut PPh
Pasal 21, merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan,
jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri. Dasar Hukum Pemotongan PPh Pasal 21
Suhartono dan Ilyas 2010:205 1.
Pasal 21 UU Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
2. Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 252PMK.032008 tentang Petunjuk Pelakasanaan Pemotongan Pajak atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang
Pribadi. 3.
Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor 31PJ2009 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Nomor 57PJ2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak
Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26 sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi.
99
Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi
Lubis,
dkk
2010;45 Dalam pemungutan pajak, tarif merupakan tolok ukur untuk menetepkan beban pajak, selain pembagian peghasilan kena pajak
income bracket
. Undang-Undang Pajak Penghasilan menganut pendekatan tarif berbeda antara Tarif Pajak Penghasilan Terhadap Orang
Pribadi maupun Badan. 1.
PPh terutang dari suatu Wajib Pajak dalam satu tahun pajak untuk Wajib Pajak dalam negeri yang menjalakan usaha melalui bentuk usaha tetap BUT di Indonesia dihitung dengan
menerapkan tarif pajak dikalikan terhadap penghasilan kena pajak. 2.
Sebelum diterapkan tarif pajak, PKP tersebut terlebih dahulu dibulatkan ke bawah dalam ribuan penuh.
3. Tarif Pajak Orang Pribadi menurut Pasal 17 UU No. 36 Tahun 2008 tersebut adalah sebagai
berikut:
Tabel 1 Tarif PPh Pasal 21
Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak
Sampai dengan Rp 50.000.000 5
Di atas Rp 50.000.000 – Rp 250.000.000
15 Di atas Rp 250.000.000
– Rp 500.000.000 25
Di atas Rp 500.000.000 30
Pasal 17 UU No. 36 Tahun 2008 Sumber : Irwansyah Lubis,
et al I
2010:45 SPT
Suhartono dan Ilyas 2010:56 Pasal 1 angka 11 UU KUP menegakan bahwa SPT adalah
surat yang oleh WP digunakan untuk melaporkan penghitungan danatau pembayaran pajak, objek pajak danatau bukan objek pajak, danatau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu berupa studi kasus dan studi
pustaka. Studi kasus dilakukan pada PT. GATRA KALTIM JAYA Kota Balikpapan, sedangkan studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data-data dari literatur-literatur yang relevan dengan
permasalahan Pajak Penghasilan. Tempat dan Waktu Penelitian
Pemilihan Lokasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pada PT. GATRA KALTIM JAYA yang berkedudukan di Jl. Mayjend Sutoyo No. 5-6 Balikpapan. Penelitian ini dilaksanakan
pada tanggal 17 - 18 Oktober 2013. Dipilihnya tempat ini sebagai lokasi penelitian dikarenakan perusahaan ini memiliki jumlah karyawan yang memadai sehingga menarik untuk dilakukan
penelitian mengenai tata cara perusahaan dalam melaksanakan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan pasal 21 pada karyawan.
Prosedur Penelitian Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1.
Menentukan judul dan merumuskan masalah. 2.
Mengumpulkan data sesuai permasalahan yang diangkat. 3.
Pengumpulan data melalui wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait serta pengambilan data- data pada PT.GATRA KALTIM JAYA untuk mengetahui bagaimana mekanisme perhitungan
dan pelaporan PPh 21 dan apakah perhitungan dan pemotongan serta pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada PT. GATRA KALTIM JAYA telah sesuai dengan ketentuan Undang-
undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008
4. Mengolah data dan menginterpretasikan hasil pengolahan data.
100 5.
Menarik kesimpulan dan memberikan saran yang dianggap perlu sebagai perbaikan dalam masalah yang ada.
Jenis Data dan Sumber Data Jenis Data
Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari perusahaan atau data yang terjadi di lapangan penelitian, yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan kemudian akan diolah oleh
penulis. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak
langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip data dokumenter yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan. Sumber Data
a.
Data primer Merupakan data yang diproses secara langsung dari sumbernyalangsung dari perusahaan atau
data yang terjadi di lapangan penelitian, yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan kemudian akan diolah oleh penulis.
b. Data Sekunder
Merupakan data pendukung dan pelengkap yang tidak diusahakan sendiri pengumpulannya oleh penulis penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data
sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip data dokumenter yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan
Metode Pengumpulan Data
Adapun teknik atau cara pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut : 1.
Penelitian Lapangan
Field Research
Penelitian ini melakukan pengumpulan data dengan : 1.
Teknik wawancara. Metode wawancara adalah suatu metode pengumpulan data yang diperoleh dengan cara
tanya jawab langsung dengan orang yang mempunyai hubungan langsung dengan masalah yang diteliti. Tanya jawab dilakukan terhadap staf perpajakan perusahaan.
2. Metode observasi
Metode observasi adalah suatu metode pengumpulan data dan penyimpulan data dengan cara mengadakan penelitian langsung terhadap objek penelitian.
3. Dokumentasi.
Yaitu metode pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen, bukti-bukti atau catatan yang berhubungan dengan objek yang diteliti. Penelitian ditujukan pada
dokumen-dokumen yang berhubungan dengan data yang diperlukan. Pengumpulan data dokumentasi menggunakan alat tulis manual maupun elektronik.
Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian
deskriptif yaitu suatu metode pembahasan yang sifatnya menguraikan, menggambarkan suatu keadaan atau data serta melukiskan dan menerapkan suatu keadaan sedemikian rupa sehingga dapat ditarik
kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang ada. Definisi Operasional
Sugiyono 2010:38 mengatakan definisi operasional adalah penentuan konstruk sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Variabel dapat diukur dengan berbagai macam konstruk yang
diwakilinya, yang dapat berupa angka atau berupa atribut yang menggunakan ukuran atau skala dalam penelitian.
1. Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 adalah
suatu penghitungan untuk menentukan jumlah pajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku.
101 2.
Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 adalah pembayaran pajak yang di lakukan pemotong pajak dengan menyetor pajak ke kantor pos atau
bank. Penyetoran dilakukan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
3. Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 adalah
melaporkan pembayaran pajak melalui penyampaian SPT Masa PPh Pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak. Pelaporan dilakukan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Profil Perusahaan
Berawal pada tanggal 24 Desember 1990, manakala Bapak Hendarman Muljono bersama dengan Bapak Ignatius Yudas Tadius Suyanto mendirikan suatu perseroan Komanditer, maka
berdasarkan akte No.163 yang dibuat dihadapan Adi Gunawan Sarjana Hukum, Notaris di Balikpapan, didirikan Perseroan Komanditer CV. GRAND KALTIM JAYA, maksud dan tujuan
perusahaan adalah bergerak dalam bidang perdagangan Umum Leveransir Distributor dan Dealer Kendaraan Bermotor, termasuk penjualan sparepart kendaraan bermotor serta variasinya, Agen
Perwakilan peruahasan lokal dan luar negeri, penyewaan kendaraan bermotor, pengangkutan, perbengkelan dan kontraktor.
Sebagai dealer penjualan kendaraan bermotor khususnya kendaraan roda dua, kegiatan usaha dalam bidang tersebut ternyata berkembang dengan pesat dan seiring dengan perkembangannya,
perusahaan selalu berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pelanggan, maka untuk mencerminkan keinginan tersebut, pengurus perusahaan pada tanggal 15 Desember 1995
mengubah nama CV. GRAND KALTIM JAYA menjadi CV. GATRA KALTIM JAYA. Perubahan nama tersebut dilakukan berdasarkan Akta Perubahan Nomor 70, tertanggal 15 Desember 1995 dibuat
dihadapan Adi Gunawan Sarjana Hukum, Notaris di Balikpapan, dan sejak itu nama CV. GATRA KALTIM JAYA dengan bidang usaha yang sama secara resmi mulai berkibar.
Sejalan dengan kemajuan perusahaan dan permintaan masyarakat terhadap kendaraan roda dua semakin meningkat ternyata pula animo masyarakat dan Perusahaan di wilayah Kota Balikpapan
terhadap kebutuhan kendaraan roda empat mulai tumbuh, maka mulai tahun 1996 usaha CV. GATRA KALTIM JAYA elain menjual kendaraan roda dua, juga mulai menjual kendaraan roda empat dan
juga menyewakan kendaraan roda empat serta jasa penyediaan tenaga kerja pengemudi Labor Supply.
Bertitik tolak dari perkembangan usaha yang semakin maju dan pesat tersebut, maka CV. GATRA KALTIM JAYA yang semula berbentuk Perusahaan Komanditer CV ditingkatkan
bentuknya menjadi Perseroan Terbatas PT, maka berdasarkan Akta Notaris Nomor 15, tertanggal 8 Januari 2004 yang dibuat dihadapan Notaris Hengky Ribowo Sarjana Hukum, Notaris di Balikpapan,
CV. GATRA KALTIM JAYA berubah menjadi PT. GATRA KALTIM JAYA, dan selanjutnya Akta terebut telah mendapat pengesahan dari Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik
Indonesia dengan Nomor 117, tertanggal 31 Juli 2008 yang dibuat dihadapan Notaris Rudi Muljono Sarjana Hukum, dan selanjutnya Akta tersebut telah mendapat pengesahan dari Departemen
Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Nomor AHU-57647 AH.01.02. Tahun 2008 tertanggal 1 September 2008.
Sehubungan dengan perubahan tersebut maka untuk selanjutnya perusahaan memakai nama PT. GATRA KALTIM JAYA, yang berkedudukan di Balikpapan dan bilamana dipandang perlu maka
perusahaan akan membuka cabang-cabang atau perwakilan di daerah lainnya, dan perseroan ini didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya.
Maksud didirikannya PT. GATRA KALTIM JAYA adalah untuk melanjutkan dan meneruskan usaha dari Perseroan Komanditer CV. GATRA KALTIM JAYA yang berkedudukan di
Balikpapan. PT. GATRA KALTM JAYA juga mengembangkan sub-divisinya terutama di bidang IT and
Computer Retail. Divisi ini dibentuk pada tanggal 1 Agustus 2006 dengan dibukanya toko retail computer, GATRA KOMPUTER di Jl. Ahmad Yani Balikpapan yang menjadi kantor divisi baru PT.
102 GATRA KALTIM JAYA. Sub-divisi komputer ini menangani penjualan retail, penyewaan alat-alat
IT, IT konsultan sampai ke IT service maintenance. Pada saat ini kantor pusat PT. GATRA KALTIM JAYA berdomisili dan berkantor di Jalan
MayJend Sutoyo No 0506 RT 42 Balikpapan, Telepon 0542 422715, Faximile 0542 733636. Hasil Penelitian
Pajak penghasilan merupakan pajak yang dibebankan pada penghasilan perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya. Pegawaikaryawan adalah orang yang bekerja pada pemberi
kerja, baik sebagai karyawan tetap atau karyawan tidak tetaptenaga kerja lepas berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu
pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalanpenghasilan yang dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan atau ketentuan lain yang ditetapkan
pemberi kerja.
Penelitian ini dilakukan pada PT. GATRA KALTIM JAYA Kota Balikpapan yang adalah perusahaan yang menjadi objek penelitian penulis. Dalam penelitian ini dapat dilihat bagaimana
mekanisme perhitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 yang dilakukan oleh perusahaan terhadap gaji karyawan pada perusahaan ini. Di bawah ini disajikan tabel flowchart tentang mekanisme perhitungan
dan pelaporan PPh Pasal 21 Pada PT. GATRA KALTIM JAYA Kota Balikpapan.
Gambar 1 Mekanisme Perhitungan Dan Pelaporan PPh Pasal 21 Pada PT. GATRA KALTIM JAYA
Pendaftaran Perhitungan
Penyetoran dan Pelaporan
103 Sumber : PT. GATRA KALTIM JAYA
Deskripsi penjelasan Mekanisme Perhitungan Dan Pelaporan PPh Pasal 21 Pada PT. GATRA KALTIM JAYA:
a. Pendaftaran
1. Wajib
pajak yang memenuhi syarat subjektif dan objektif mendaftarkan diri ke KPPwww.pajak.go.id
2. Menerima NPWP
b. Perhitungan
1. Manager AccountingTax pada peruahaan melakukan perhitungan PPh Pasal 21 terhadap gaji
karyawan. 2.
Setelah dihitung manager menyetor PPh 21 ke Bendahara perusahaan c.
Penyetoran dan Pelaporan 1.
Wajib pajak melakukan pengisian SPT dengan benar, lengkap, dan jelas. 2.
Melakukan pengisian SSP Surat Setoran Pajak 3.
Menyetorkan PPh Pasal 21 ke BankKantor Pos 4.
Wajib Pajak memperoleh tanda terima Penyampaian SPT
Perhitungan PPh 21
Berdasarkan tabel perhitungan di atas maka di bawah ini disajikan contoh rincian penjelasan mengenai perhitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 pada karywan PT. GATRA KALTIM JAYA
Manager AccountingTax
Melakukan Perhitungan PPh
Pa
sal 21 pada gaji karyawan
Memenuhi
syarat subjektif dan objektif
Mendaftarkan diri ke
KPPwww.pajak.g o.id
Melakukan Pengi
sian SPT
WP
Bendahara Benar, lengkap,
dan, jela
s
Pengi
sian SSP
WP
Pembayaran ke kantor Po
s
Bank
Kas Negara
104
Tabel 3 Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21
Nama Status Teori PPh Pasal 21
Perhitungan PPh Pasal 21
Realisasi Perusahaan
Ket.
RB K2
Penghasilan bruto sebulan
– biaya jabatan = penghasilan neto
sebulan x 12 bulan = penghasilan neto
setahun – PTKP = PKP
x tarif pajak pasal 21 = PPh Pasal 21 setahun :
12 bulan = PPh Pasal 21 sebulan
Rp 5.746.615 Rp 287.331
Rp 5.459.284 12 bln
Rp 65.511.408 Rp 30.375.000
Rp 35.708.950 5
Rp 1.756.820 12 bln
Rp 146.402 Rp 5.746.615
Rp 287.331 Rp 5.459.284
12 bln Rp 65.511.408
Rp 30.375.000 Rp 35.708.950
5 Rp 1.756.820
12 bln Rp 146.402
SAMA
Sumber : PT. GATRA KALTIM JAYA
Perlakuan Akuntansi Terhadap PPh Pasal 21 atas Gaji Pegawai
Lewat informasi yang didapatkan melalui wawancara dan data yang diperoleh dengan salah satu pegawai bidang yang menangani tentang Pajak Penghasilan Pasal 21 di PT. GATRA KALTIM
JAYA wilayah Balikpapan diketahui bahwa PPh Pasal 21 atas gaji pegawai ditanggung oleh perusahaan. PT. GATRA KALTIM JAYA melakukan perhitungan dan penyetoran PPh Pasal 21
setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir dan melakukan pembayaran ke Kantor Pos atau Bank dengan menggunakan Surat Setoran Pajak SSP. Pada akhir
tahun diadakan perhitungan kembali atas seluruh PPH Pasal 21 untuk 12 bulan dalam tahun tersebut, agar dapat diketahui apakah jumlah pajak yang telah disetorkan terjadi kurang bayar atau lebih bayar,
sehingga dapat segera dilakukan penyesuaian dan kemudian akan dilaporkan kembali dalam SPT tahunan PPh Pasal 21.
Adapun kebijakan atau perlakuan akuntansi yang ditetapkan oleh PT. GATRA KALTIM JAYA wilayah Balikpapan atas biaya gaji pegawai dan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut:
Pada saat pembayaran gaji dan perhitungan PPh Pasal 21, an RB adalah : Beban Gaji
Rp 5.746.615 Beban PPh 21 ditanggung Rp 148.787
Hutang PPh 21 Pegawai Rp 148.787
KasBank Rp 5.746.615
Pada saat penyetoran pajak, an Ranto Bastian ke Kas Negara Hutang PPh 21
Rp 148.787 KasBank
Rp 148.787 Penyajiannya dalam laporan keuangan khususnya Neraca, Pajak Peghasilan Pasal 21 atas gaji
pegawai yang belum disetor ke Kas Negara masuk dalam kelompok Hutang Pajak, dimana Hutang PPh Pasal 21 digabung dengan hutang pajak lainnya seperti hutang PPh pasal 22, hutang PPh pasal
23, hutang PPn dan lain-lain. Namun dari informasi yang didapatkan, pihak perusahaan selalu langsung menyetorkan PPh Pasal 21 ke Kas Negara setiap bulannya, sehingga kecil kemungkinan
adanya hutang PPh Pasal 21.
105
Tabel 4 Penyetoran PPh Pasal 21 Ke Kas Negara
SSP Jumlah Setoran Rp
Tanggal Penyetoran
Januari Rp 5.003.950
07 Februari 2013 Februari
Rp 6.519.000 08 Maret 2013
Maret Rp 6.656.500
09 April 2013 April
Rp 6.785.350 08 Mei 2013
Mei Rp 6.828.700
10 Juni 2013 Juni
Rp 6.900.850 09 Juli 2013
Juli Rp 17.298.150
06 Agustus 2013 Agustus
Rp 6.495.250 09 September 2013
September Rp 6.918.600
09 Oktober 2013 Oktober
Rp 7.210.280 08 November 2013
Sumber : PT. GATRA KALTIM JAYA BALIKPAPAN Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada PT. GATRA KALTIM JAYA Balikpapan
Secara keseluruhan pelaporan pajak pada PT. GATRA KALTIM JAYA Balikpapan telah tertib. Pelaporan pajak mempunyai batas tanggal jatuh tempo, yang diatur dalam Pasal 9 UU No. 28
Tahun 2007 Ketentuan Perpajakan. PT. GATRA KALTIM JAYA telah menyetor pajak yang terutang sebelum tanggal 10 bulan
takwim berikutnya dan kemudian melakukan kewajiban pelaporan sebelum tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir.
Pembahasan Evaluasi Pelaksanaan Perhitungan, Pemotongan serta Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21
Pada PT. GATRA KALTIM JAYA Dari data yang diteliti dan diolah oleh penulis, didapati bahwa PT. GATRA KALTIM JAYA
Kota Balikpapan sudah melaksanakan perhitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 dengan baik dan sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2008 tentang pembayaran pajak dalam tahun pajak melalui
perhitungan, pemotongan dan pelaporan pajak atas penghasilan yang diterimaatau diperoleh oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan lainnya.
Di bawah ini dapat kita lihat tabel evaluasi pelaksanaan perhitungan, pemotongan serta penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 Pada PT. GATRA KALTIM JAYA
Tabel 5 Evaluasi Pelaksanaan Perhitungan, Pemotongan serta Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21
Pada PT. GATRA KALTIM JAYA
Deskripsi Pelaksanaan
Keterangan
Perhitungan Penghasilan bruto sebulan
– biaya jabatan, jaminan hari tua 2 = penghasilan neto
sebulan x 12 bulan = penghasilan neto setahun
– PTKP = PKP x tarif pajak pasal 21 = PPh Pasal 21 setahun : 12 bulan = PPh
Pasal 21 sebulan Sesuai dengan Undang-
Undang Perpajakan yang berlaku yaitu UU Nomor 36
Tahun 2008
Pemotongan Pemotongan PPh Pasal 21 dilakukan atas
penghasilan berupa pesangon, uang tebus pensiun, dan tunjangan hari tua atau
jaminan hari tua yang pengenaannya bersifat final diatur dalam Keputusan
Menteri Keuangan No. 112KMK.032001Tanggal 6 Maret 2001.
Sesuai dengan Undang- Undang Perpajakan yang
berlaku yaitu UU Nomor 36 Tahun 2008
Penyetoran dan pelaporan
Penyetoran: -
Ke Kas Negara melalui Kantor Sesuai dengan Undang-
Undang Perpajakan yang
106 PosBank Persepsi penerima
pembayaran. -
Menggunakan Surat Setoran Pajak SSP.
- Menyetorkan sesuai dengan batas
waktu yang ditentukan UU yaitu tanggal 10 bulan berikutnya.
Pelaporan: -
Penghitungan dan pelaporan pajak -
Dengan Surat Pemberitahuan SPT -
Melaporkan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan UU yaitu
tanggal 20 bulan berikutnya. berlaku yaitu UU Nomor 36
Tahun 2008
Setelah melihat tabel di atas dan dari data mengenai perhitungan, pemotongan dan pelaporan PPh 21 pada PT. GATRA KALTIM JAYA, maka mekanisme perhitungan dan pelaporan PPh Pasal
21 pada PT. GATRA KALTIM JAYA telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku dalam hal ini UU Nomor 36 Tahun 2008 dan PSAK No. 46 tentang akuntansi Pajak Penghasilan.
PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan dari hasil penelitian dan data yang diperoleh, maka penulis dapat mengambil keimpulan bahwa :
1. PT. GATRA KALTIM JAYA Balikpapan dalam melakukan perhitungan Pajak Penghasilan
PPh Pasal 21 atas karyawan tetap telah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
2. Pelaporan PPh Pasal 21 yang dicatatkan oleh Staff Accounting pada PT. GATRA KALTIM
JAYA Balikpapan telah dilaksanakan dengan tepat waktu sesuai dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan.
3. Pelaksanaan PPh Pasal 21 pada PT. GATRA KALTIM JAYA Balikpapan telah sesuai dengan
Keputusan Direktur Jendral Pajak No. KEP-545PJ2000 seagaimana telah diubah dengan Peraturan Jendral Pajak No. 15PJ2006 tentang pelaksanaan pemotongan, penyetoran dan
pelaporan PPh Pasal 21 sehubungan dengan pekerjaan jasa dan kegiatan orang pribadi.
Saran Adapun saran-saran yang perlu penulis sampaikan adalah sebagai berikut:
1. Pihak perusahaan harus peka terhadap setiap perubahan-perubahan peraturan perpajakan.
2. Pihak perusahaan tidak perlu takut dalam memberikan data-data atau informasi-informasi yang
dibutuhkan oleh para peneliti, karena peneliti hanya membandingkan antara teori dan prakteknya dilapangan. Apabila ditemukan kekeliruan, peneliti hanya dapat memberikan informasi dimana
letak kekeliruan tersebut.
3. Pihak perusahaan hendaknya dengan senang hati menerima para peneliti untuk melakukan riset
di perusahaannya, karena perusahaan akan memperoleh informasi-informasi yang baru seputar objek yang diteliti.
107
DAFTAR PUSTAKA
Harahap,Sofyan Syafri. 2005.
Teori Akuntansi
. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Belkaoui, Ahmed Riahi. 2011.
Teori Akuntansi.
Salemba Empat. Jakarta. Waluyo. 2009,
Akuntansi Pajak
. Salemba Empat. Jakarta. Resmi Siti. 2011.
Perpajakan Teori Dan Kasus.
Salemba Empat, Jakarta. Waluyo
.
2011.
Perpajakan Indonesia .
Salemba Empat. Jakarta. Irwansyah Lubis. Gustian Djuanda, Ardiansyah Lubis. 2010.
Review Pajak Orang Pribadi Dan Orang Asing
. Salemba Empat. Jakarta. Mardiasmo. 2011
, Perpajakan
. Andi. Yogyakarta. Mardiasmo. 2009
. Perpajakan
. Andi. Yogyakarta. Rahayu Siti. 2010.
Perpajakan Indonesia
. Graha Ilmu. Yogyakarta. Suhartono Rudy, Ilyas B. Wirawan. 2010.
Ensiklopedia Perpajakan Indonesia
. Salemba Empat. Jakarta.
Suhartono Rudy, Ilyas B. Wirawan . 2010.
Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
. Salemba Empat. Jakarta.
Weygandt, Kimmel, Kieso. 2011.
Financial Accounting.
IFRS Edition. Courier Kendallville. United States of America.
Sugyono. 2010.
Metode Penelitian dan Bisnis.
Alfabeta. Bandung. Ilyas B. Wirawan, Richard Burton. 2010.
Hukum Pajak
. Salemba Empat. Jakarta
108
ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN
EARMARKING TAX
PADA PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI PROVINSI SULAWESI UTARA
Andre Stevan Masihor David Paul Elia Saerang
Herman Karamoy
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado
email: masihor_andreyahoo.com
ABSTRAK
Pengaturan otonomi daerah dan desentralisasi memberikan kewenangan bagi setiap daerah dalam kemandiriannya untuk meningkatkan potensi dan mewujudkan kesejahteraan rakyat. Salah satu potensi daerah
yang sangat berkembang adalah pajak daerah, dimana saat ini pengaturannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009. Dalam hal kesejahteraan rakyat undang-undang tersebut mengamanatkan untuk
mengalokasikan sejumlah dana untuk pembangunan kegiatan sektor pajak yang dipungut, kebijakan ini dikenal dengan
earmarking tax.
Pajak kendaraan bermotor adalah salah satu pajak yang termasuk dalam kebijakan ini dimana besaran alokasinya yaitu minimal 10 dari hasil dan digunakan untuk pembangunan sarana prasarana
transportasi. Di SULUT ketentuan ini dijabarkan dalam Perda Nomor 7 tahun 2009 dimana isi amanatnya sesuai dengan ketentuan tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan kebijakan
earmarking tax
pajak kendaraan bermotor di provinsi Sulawesi Utara sesuai dengan amanat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Metode analisis yang dipakai adalah analisis deskriptif. Hasil temuan
penelitian ini adalah kebijakan
earmarking tax
di SULUT berjalan beriringan dengan sistem APBD SULUT dimana pendapatan dan pengeluaran dilakukan melalui satu kas umum daerah. Pada tahun 2012 belanja untuk
peningkatan sarana prasarana jalan telah lebih dari 10 yaitu mencapai 90 dari jumlah pajak kendaraan bermotor yang masuk, sehingga alokasi dananya sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Kata kunci : earmarking tax, pajak kendaraan bermotor
ABSTRACT
Regional autonomy and decentralization setting authority for every area in their independence and realize the potential to improve peoples welfare. One potential area that is growing is a local tax , which is
currently setting based on Undang-Undang No. 28 tahun 2009. In terms of social welfare legislation is mandated to allocate some funds for the construction sector activities withholding tax , this policy is known as
earmarking tax. Motor vehicle tax is one tax that is included in this policy where the amount of the allocation that is at least 10 of the proceeds and used for the construction of transportation infrastructure. In SULUT
terms are defined in Perda No. 7 tahun 2009 in which the contents of its mandate in accordance with such provisions. The purpose of this study is to analyze the implementation of earmarking tax policy of motor vehicle
tax in the province of North Sulawesi in accordance with the mandate of the legislation in force. The analytical method that used is descriptive analysis. The findings of this study are earmarking tax policy in SULUT go hand
in hand with SULUT budget system where revenues and expenditures through the general treasury area. In 2012 spending on road infrastructure has increased more than 10 , reaching 90 of total motor vehicle tax that go,
so that the allocation of funds is in compliance with applicable regulations.
Keywords : earmarking tax, motor vehicle tax
109
PENDAHULUAN Latar Belakang
Otonomi daerah dan desentralisasi merupakan kebijakan pemerintah yang memberikan yang memberi kewenangan bagi masing-masing daerah dalam hal kemandiriannya untuk mengatur pemerintahannya untuk
terwujudnya kesejahteraan rakyat serta mengoptimalkan potensi masing-masing khususnya Pendapatan Asli Daerah PAD. selain PAD daerah juga harus mengatur pemerintahannya untuk terwujudnya kesejahteraan
rakyat.
Pendapatan Asli Daerah PAD merupakan sebuah komponen pembiayaan yang penting dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan daerah sebagai bagian dari implementasi desentralisasi fiskal. Salah satu
sumber pendapatan yang besar untuk PAD adalah pajak daerah dimana saat ini pengaturaannya berdasarkan Undang-undang Nomor 28 tahun 2009. Peraturan ini merupakan perubahan dari undang-undang sebelumnya
yang memiliki beberapa perbedaan dari undang-undang sebelumnya salah satunya adalah ditetapkannya kebijakan
earmarking tax. Earmarking tax
merupakan kebijakan pengalokasian dana pajak yang digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pajak yang dipungut. jenis pajak yang termasuk dalam konsep ini
adalah pajak kendaraan bermotor, pajak penerangan jalan dan pajak rokok. Dengan adanya pengalokasian dana tersebut maka akan tersedia jaminan untuk anggaran peningkatan kualitas pelayanan publik.
Pemenuhan pelayanan publik berlaku juga bagi pelaksanaan pemerintahan provinsi Sulawesi Utara SULUT mengingat semakin berkembangnya daerah ini dalam hal globalisasi dan moderenisasi termasuk
pemasukan dana pajak kendaraan bermotor SULUT yang untuk tiap tahunnya bertambah, sehingga menggambarkan keadaan kendaraan bermotor di SULUT makin bertambah pula. Selain memberikan kontribusi
baik bagi PAD SULUT, keadaan kendaraan bermotor ini juga menimbulkan hal buruk seperti kemacetan dan kerusakan jalan.
Pengaturan pajak daerah SULUT, Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 dijabarkan kedalam Peraturan daerah SULUT Nomor 7 tahun 2011. Peraturan daerah ini memiliki kesamaan dengan undang-undang tersebut
termasuk kebijakan
earmarking tax-
nya. Peraturan daerah ini masih tergolong baru bagi SULUT, Karena baru diberlakukan pada januari 2012.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini untuk menganalisis penerapan kebijakan
earmarking tax
pajak kendaraan bermotor di provinsi Sulawesi Utara sesuai dengan amanat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku.
TINJAUAN PUSTAKA Otonomi Daerah dan Desentralisasi
Waluyo 2011: 235 memaparkan bahwa secara resmi era otonomi daerah berlaku di Indonesia sejak 1 januari 2001. Sehingga daerah dituntut mencari berbagai alternatif sumber penerimaan yang dapat digunakan
membiayai pengeluaran atau belanja daerah. Kebijakan ini merupakan penyelenggaraan pemerintahan dari yang sebelumnya bersifat terpusat menjadi terdesentralisasi.
Kerangka otonomi daerah dan desentralisasi fiskal telah memberikan dimensi yang lebih jelas bagi Daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pelayanan serta pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip
transparansi, partisipasi dan akuntabilitas. Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan RI, 2012: 13
Pajak Daerah
Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 angka 10 menjelaskan bahwa pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak daerah dibagi atas Pajak provinsi dan
pajak kabupaten kota.
110
Bagi Hasil Pajak Provinsi
Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 meyatakan bahwa hasil pungutan pajak daerah tepatnya jenis pajak provinsi harus dibagi hasil dengan kabupatenkota. Hal ini dilaksanakan dalam rangka pemerataan
pembangunan dan peningkatan kemampuan keuangan kabupatenkota dalam membiayai fungsi pelayanan kepada masyarakat, pajak provinsi dibagihasilkan kepada kabupatenkota, dengan proporsi sebagai berikut:
Tabel 1. Proporsi Pembagian Dana Pajak antara Provinsi dengan KabupatenKota
Jenis Pajak Provinsi
KabKota
Pajak Kendaraan Bermotor 70
30 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor
70 30
Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 30
70 Pajak Air Permukaan
50 50
Pajak Rokok 30
70 Sumber: Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009
Earmarking Tax
Michael 2012: 2, menyatakan
Earmarking is the budgeting practice of dedicating tax or other revenues to a specific program or purpose. This practice typically involves depositing tax or other revenues into a special
account from which the legislature appropriates money for the designated purpose.
Kutipan ini memaparkan bahwa
earmarking
merupakan praktek penganggaran mendedikasikan pendapatan pajak atau pendapatan lainnya untuk program tertentu, dan praktek ini melibatkan penyetoran pajak atau pendapatan lainnya ke
rekening khusus.
Earmarking
dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara bertahap dan terus menerus dan sekaligus menciptakan
good governance
dan
clean government
Siahaan, 2010: 179. Penerapan kebijakan
earmarking tax
untuk setiap jenis pajak yang termasuk dalam konsep ini, memiliki besaran yang berbeda-beda untuk setiap jenis pajaknya yang akan di-
earmark
, bahkan berbeda juga tujuan alokasinya, seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini:
Tabel 2. Pengalokasian
earmarked
beberapa jenis pajak yang diamanatkan dalam UU No. 28 tahun 2009
Jenis Pajak Daerah yang di-earmark
Amanat earmarking tax dalam UU No. 282009 Pasal, ayat
Besarnya Alokasi Tujuan Alokasi
Pajak Kendaraan Bermotor Pasal 8, ayat
5 Minimal 10
Pembangunan danatau pemeliharaan jalan Peningkatan moda dan sarana transportasi
Pajak Rokok Pasal 31
Minimal 50 mendanai pelayanan kesehatan masyarakat
Penegakan hukum oleh aparat yang berwenang
Pajak Penerangan Jalan Pasal 56, ayat
3 Sebagian
Penyediaan penerangan jalan
Sumber: UU No. 28 tahun 2009 diolah peneliti Tabel 2. menunjukan bahwa untuk pajak kendaraam bermotor besaran alokasi dananya yaitu 10
digunakan untuk peningkatansarana prasarana transportasi. Pajak Kendaraan Bermotor
Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang PDRD menyatakan bahwa Pajak Kendaraan Bermotor PKB adalah pajak atas kepemilikan danatau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah
semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi
tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan
bermotor yang dioperasikan di air. UU No 28 thn 2009, Pasal 1, angka 12 dan 13.
111
Penelitian Terdahulu Tabel 3. Matriks Perbandingan Penelitian ini dengan penelitian terdahulu
Nama Peneliti
tahun Judul
Tujuan Metode
Penelitian Hasil penelitian
persamaan perbedaan
Poetri Mutiara
Bela 2010
Analisis
Earmarking Tax
atas Pajak Kendaraan
Bermotor Studi
Earmarking Tax
di DKI Jakarta
1. menganalisis alasan-alasan
diterapkannya konsep
earmarking tax
atas pajak kendaraan
bermotor dalam Undang-undang
pajak Daerah dan Retribusi Daerah No.
28 tahun 2009. 2.mengidentifikasi
upaya-upaya pemerintah terkait
dengan persiapan penerapan konsep
earmarking tax
atas Pajak Kendaraan
Bermotor. 3. Mengudentifikasi
faktor-faktor pendukung dan
penghambat yang mungkin akan
dihadapi Pemerintah Daerah Jakarta terkait
dengan penerapan kosep
earmarking tax
atas Pajak Kendaraan Bermotor.
4. Menganalisis alasan-alasan
ditetapkannya besaran minimal 10
atas
earmarking tax
atas Pajak Kendaraan Bermotor.
Pendekatan Kualitatif
dengan studi lapangan dan
studi kepustakaan
1.justifikasi penerapan
earmarkin g tax
meliputi: apenerapan prinsip
manfaat, bpermasalahan kemacetan DKI Jakarta,
cadanya kepastian sumber pendanaan, d kestabilan
dan kontinuitas dalam pendanaan
2.Upaya pemerintah DKI Jakarta dalam pelaksanaan
earmarking tax
: apenyiapan peraturan
daerah, bpemilihan program disektor jalan dan
transportasi, c koordinasi pihak-pihak yang terkait.
3.faktor penghambat maupun pendukung dalam
earmarking tax.
Faktor penghambat: asistem
penganggaran di DKI Jakarta, b kesiapan pihak
yang terkait dengan
earmarking tax
PKB, c
earmarking tax
pada PKB tidak akan bekerja.
Faktor pendukungnya: amasyarakat yang
menerima manfaat
earmarking tax,
bperaturan mengenai
earmarking tax
atas PKB 4.Besaran
earmarking tax
10 dibuat minimal agar masih dapat memberikan
ruang bagi Pemda untuk menentukan prioritas
pendanaan dan anggaran belanjanya. Selain itu
angka 10 diambil dari simulasi matematis yang
diajukan pemerintah sewaktu pengajuan RUU
PDRD. Persamaannya
terdapat pada subjek jenis
pajak yaitu PKB, dan
analisis
earmarking tax.
Selain itu persamaan
metode penelitian juga,
yaitu kualitatif Perbedaannya
terdapat pada objek penelitian dimana
peneliti sebelumnya mengangkat sebagai
objeknya yaitu DKI Jakarta, sedangkan
dalam penelitian ini adalah provinsi
SULUT. Selain itu perbedaan dari
beberapa tujuan penelitian yang
secara langsung juga membedakan
perumusan masalahnya.
Murdiyana Setyani
2012 Analisis
Penerimaan Pajak
Kendaraan Bermotor dan
Kontribusi Terhadap
Pendapatan Asli Daerah
PAD Provinsi Sulawesi Utara
untuk mengetahui seberapa besar
kontribusi dan realisasi penerimaan
pajak kendaraan bermotor terhadap
PAD Provisi Sulawesi Utara.
Metode kualitatif,
dengan menggunakan
metode analisis
kontribusi dan analisis
trend. Dapat diketahui bahwa
kontribusi pajak kendaraan bermotor terhadap
pendapatan asli daerah provinsi Sulawesi Utara
mengalami fluktuasi yang relatif menyebar mulai
tahun 2007-2011. Kontribusi tertinggi terjadi
pada tahun 2009 yaitu sebesar 0,48
Persamaan terdapat pada
subjek jenis pajaknya yaitu
Pajak Kendaraan
Bermotor dan Objeknya yaitu
Sulawesi Utara. Perbedaannya
terdapat pada metode analisis,
dimana peneliti sebelumnya
menggunakan analisis kontribusi
dan trend, sedangkan
penelitian ini menggunakan
metode analisis kualitatif deskriptif.
Selain itu perbedaan dalam hal tujuan
penelitiannya.
112
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap masalah- masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi Indriantoro dan Supomo, 2012: 26
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat Penelitian adalah Dinas Pendapatan Provinsi Sulawesi Utara dan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Utara. Waktu penelitian dilakukan pada bulan oktober sampai november.
Prosedur Penelitian 1.
Mengajukan Permohonan Penelitian: Memasukan surat permohonan penelitian dengan persetujuan dari Fakultas Ekonomi untuk melakukan penelitian pada objek atau instansi yang dipakai dalam penyusunan
skripsi. 2.
Disposisi Pimpinan Instansi: Setelah pemasukan surat permohonan penelitian, Bidang Umum dan Kerjasama, menindak lanjuti pembuatan surat perintah yang menjelaskan tentang izin penelitian pada
instansi tersebut dengan persetujuan pimpinan instansi. 3.
Pengumpulan Data: Dalam tahap ini peneliti melaksanakan proses pengumpulan data yang akan dipakai dalam penelitian dan penyusunan skripsi, yaitu melaksanakan wawancara dengan beberapa pimpinan
Dispenda SULUT, pengumpulan data mengenai laporan realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor tahun 2012- Agustus 2013. Dan laporan bagi hasil pajak kendaraan bermotor. Kemuadian laporan
keuangan dari Dinas Pekerjaan Umum untuk melihat pengeluaran untuk pembangunan jalan daerah.
4. Analisis Data Penelitian dan Pembahasan: Dalam tahap ini dilakukan analisis data yang telah dikumpulkan
dan melakukan pembahasan tentang rumusan masalah dalam penelitian dan menentukan hasil penelitian. 5.
Menarik Kesimpulan: Pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan sebagai akhir dari penelitian ini.
Metode Pengumpulan Data Jenis Data
Data adalah sekumpulan fakta yang diperoleh melalui pengamatan observasi langsung atau survei Indriantoro dan Supomo, 2012: 10. Dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu:
a. Data Kuantitatif
adalah data penelitian berupa angka-angka atau numerik dan analisis menggunakan statistik. b.
Data Kualitatif adalah data yang disajikan secara deskriptif dan tidak dapat diukur dengan skala numerik.
Sumber Data 1.
Data Primer, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau tidak melalui media perantara Indriantoro dan Supomo, 2012: 146.
2. Data Sekunder, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui
media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain Indriantoro dan Supomo, 2012: 147. Teknik Pengumpulan Data
1. Penelitian Lapangan
field research
, merupakan kegiatan kunjungan serta kegiatan pengumpulan data ditempat atau objek yang memiliki sumber data yang sesuai dengan penelitian, dan data diperoleh melalui
cara: a.
Wawancara, adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan kegiatan komunikasi langsung dengan pihak-pihak instansi yang terkait, dan membahas masalah-masalah yang dikemukakan dalam
penelitian ini. b.
Dokumenter, merupakan cara pengumpulan data dengan menggunakan arsip atau dokumen-dokumen yang bersifat tulisan dari instansi yang bersangkutan.
2. Penelitian Kepustakaan
library Research
, merupakan cara pengumpulan yang dilakukan dengan mengumpulkan data dari teori-teori yang diperoleh dan dipelajari dari buku-buku, literatur, jurnal, serta
bahan-bahan informasi lainnya yang berhungan dengan masalah yang diteliti untuk digunakan sebagai landasan pemikiran teoritis bagi penulis didalam membahas penelitian ini.
113
Metode Analisis
Penelitian ini menggunakan metode analisis yaitu analisis kualitatif, adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi
hipotesis Sugiyono, 2010: 428
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Objek Penelitian Provinsi Sulawesi Utara terletak di ujung utara pulau Sulawesi Indonesia, dengan ibukotanya adalah kota
Manado. Provinsi Sulawesi Utara dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Pembentukan Provinsi Sulawesi Utara pada tanggal 23 September 1964.
Dengan visinya yaitu, “ Menuju Sulawesi Utara yang Berbudaya, Berdaya Saing dan Sejahtera”.
Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara dalam kerangka otonomi daerah memiliki strategis dalam mendukung pembiayaan kegiatan pemerintahan di daerah yang sangat kompleks, yang dapat
dioperasionalkan jika memiliki ketersediaan anggaran yang memadai.Visi Dinas Pendapatan Daerah yaitu: “Terdepan dalam pengelolaan pendapatan daerah dan pelayanan prima”. Visi ini mencerminkan bahwa Dinas
Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara mengedepankan kualitas pengelolaan pendapatan daerah dan kualitas pelayanan kepada wajib pajak serta bertindak sebagai
leader
dalam pengkoordinasian pemungutan pendapatan daerah bersama Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD pengelola pendapatan daerah.
Dinas Pekerjaan Umum sebagai institusi teknis yang melaksanakan kebijakan pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, mengedepankan visi yaitu:
”Tersedianya Prasarana Jalan dan Jembatan serta Permukiman berdasarkan Tata Ruang yang handal, bermanfaat agar terwujud Sulawesi Utara yang berbudaya,
berdaya saing dan sejahtera”. Hasil Penelitian
Pengaturan Alokasi Dana Pajak Kendaraan Bermotor Provinsi Sulawesi Utara
Pengalokasian dan pembagian dana pajak dari pungutan jenis pajak provinsi di SULUT, diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Perda Nomor 7 tahun 2011 tentang Pajak Daerah. pengaturan
pengalokasian dan pembagian dana pajak kendaraan bermotor termuat pada: 1.
BAB III, Bagian Kelima tentang Alokasi Dalam APBD, Pasal 14 yang mengatakan bahwa: “Hasil
Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor paling sedikit dialokasikan 10 sepuluh persen untuk meningkatkan sarana dan prasarana jalan serta peningkatan moda transportasi”.
2. BAB XII, Bagian Kesatu tentang Bagi Hasil dan Biaya Operasional, Pasal 67 ayat 1 mengatakan bahwa:
“Hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor diserahkan kepada pemerintah kabupaten dan kota sebesar 30 tiga puluh persen”. Kemudian dalam Pasal 67 ayat 2
mengatakan bahwa : “pembagian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 untuk pajak kendaraan bermotor
dibagi sebesar 30 tiga puluh persen berdasarkan pemerataan dan sebesar 70 tujuh puluh persen berdasarkan potensi”.
Pemungutan pajak kendaraan bermotor dilakukan oleh masing-masing Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD yang terbagi di tiap KabupatenKota, dimana penyetorannya dilakukan ke Bank Pembangunan Daerah
dalam hal ini Bank SULUT, serta masing-masing UPTD wajib mengirimkan laporan pemasukan dan penyetoran pajak ke Dinas Pendapatan Daerah SULUT. Dalam hal kegiatan pemasukan dan pengeluaran
SULUT dijalankan berdasarkan APBD yang berlaku, dimana masing-masing SKPD akan memasukkan berbagai rancangan anggaran dan belanja berdasarkan tugas dan kewajibannya. Dalam konsep
earmarking tax,
dana pajak yang akan dialokasikan dari pajak kendaraan bermotor digunakan untuk peningkatan sarana prasarana
transportasi. Untuk pemeliharaan dan peningkatan jalan, belanja ini diatur oleh Dinas Pekerjaan Umum SULUT. Dalam membiayai belanja tersebut digunakanlah dana pendapatan yang sudah dirancangkan dalam
APBD juga, dalam hal ini Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah SULUT akan menyetorkan dana ke masing-masing instansi untuk belanjannya. Selain itu dana pajak kendaraan bermotor masuk secara
keseluruhan bersama-sama dengan Pendapatan Asli Daerah PAD lainnya dan penyetoran dana pun didasarkan kepada jumlah anggaran untuk masing-masing SKPD.
Penerimaan dan Bagi hasil Pajak Kendaraan Bermotor SULUT tahun 2012
Pemasukan pendapatan asli daerah tahun 2012 dalam hal ini pajak kendaraan bermotor dapat dilihat dalam tabel berikut ini:
114
Tabel 4. Penerimaan PKB SULUT tahun 2012
Unit Kerja Target TA. 2012
Realisasi tahun 2012 dari target
potensi
UPTD Manado Rp 89.153.513.000
Rp 91.542.765.741 102.68
51,97397128 UPTD Tondano
Rp 10.671.000.000 Rp 10.990.685.600
103.00 6,240029707
UPTD Bitung Rp 17.911.000.000
Rp 17.607.728.100 98.31
9,996896501 UPTD Tahuna
Rp 2.565.000.000 Rp 2.640.948.050
102.96 1,499414585
UPTD Kotamobagu Rp 7.985.000.000
Rp 8.622.270.200 107.98
4,895347219 UPTD Amurang
Rp 8.226.790.000 Rp 8.322.380.700
101.16 4,725083101
UPTD Airmadidi Rp 14.085.000.000
Rp 14.641.310.440 103.95
8,312694533 UPTD Tomohon
Rp 7.750.000.000 Rp 7.313.931.000
94.37 4,152529549
UPTD Mitra Rp 3.058.548.750
Rp 3.402.464.800 111.24
2 UPTD Bolmong
Rp 6.744.000.000 Rp 5.830.897.700
86.46 3,310528223
UPTD Bolmut Rp 3.092.000.000
Rp 1.347.176.500 43.57
0,764867788 UPTD Boltim
Rp 1.847.500.000 Rp 1.630.543.700
88.26 0,925751268
UPTD Bolsel Rp 1.368.000.000
Rp 865.389.600 63.26
0,491330296 UPTD Talaud
Rp 1.055.000.000 Rp 747.992.850
70.90 0,424677566
UPTD Sitaro Rp 1.255.000.000
Rp 625.458.550 49.84
0,355107959
Jumlah Rp176.767.351.750
Rp176.131.943.531 99.64
100
Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Sulawesi Utara diolah kembali oleh penulis Tabel 4 menunjukan bahwa penerimaan pajak kendaraan bermotor SULUT pada tahun 2012 adalah sebesar
Rp 176.131.943.531 atau 99.64 dari target untuk tahun anggaran 2012. Dana pajak kendaraan bermotor dibagi hasilkan untuk provinsi maupun Kabupatenkota pada tiap bulan
berjalan di tahun 2012, pembagianya didasarkan pada formulasi bagi hasil pajak pada tabel 4. Nominal bagi hasil pajak kendaraan bermotor SULUT untuk tahun 2012 ditunjukan dalam rumusan berikut:
PKB tahun 2012 : Rp 176.131.943.531
Untuk pemungut : 3 x Rp 176.131.943.531
= Rp 5.283.958.306 Sisa yang akan dibagihasilkan ke Provinsi dan KabupatenKota :
Rp 176.131.943.531 - Rp 5.283.958.306 = Rp 170.847.985.225
Provinsi : 70 x Rp 170.847.985.225
= Rp 119.593.589.657 KabupatenKota
: 30 x Rp 170.847.985.225 = Rp 51.254.395.568
Terlihat bahwa dana bagi hasil pajak kendaraan bermotor yang masuk di kas daerah provinsi Sulawesi Utara untuk tahun 2012 adalah senilai Rp119.593.589.657. dalam kaitannya dengan konsep
earmarking tax
maka untuk melihat nilai minimum yang akan dialokasikan akan dikalikan dengan 10:
Earmarking tax
: 10 x Rp 119.593.589.657 = Rp 11.959.358.965
Perhitungan tersebut menunjukan bahwa anggaran untuk belanja dalam hal pembangunan sarana transportasi harus bernilai minimal Rp 11.959.358.965 atau lebih.
Belanja untuk Peningkatan Sarana Prasarana Jalan Provinsi SULUT tahun 2012.
Provinsi Sulawesi Utara, dalam pengaturan urusan belanja langsung untuk peningkatan jalan, diatur oleh Dinas Pekerjaan Umum. Pembiayaan peningkatan sarana prasarana jalan di Sulawesi Utara didasarkan atas
kebutuhan dari daerah, sehingga besaran dana yang dikeluarkan merupakan jumlah nominal yang dibutuhkan daerah dalam hal peningkatan jalan tersebut. Namun besaran nominal 10 dari pemasukan pajak kendaraan
bermotor di kas provinsi telah menjadi jaminan ketersediaan dana bagi provinsi dalam pembiayaan sektor tersebut.
Besaran belanja langsung untuk peningkatan sarana prasarana jalan dalam hal rehabilitas pemeliharaan dan peningkatan jalan serta jembatan di SULUT pada tahun 2012 terlihat dalam tabel berikut ini:
115
Tabel 5. Pengeluaran untuk Program Rehabilitas pemeliharaan dan peningkatan jalan dan jembatan SULUT tahun 2012
Uraian Anggaran 2012
Realisasi 2012 1. Program Rehabilitas pemeliharaan Jalan
dan Jembatan
Rp115.234.970.450 Rp105.198.578.268
91,29
Honorarium Pegawai Honorer tidak tetap Rp 1.478.059.000
Rp 1.326.712.500 89,76
Belanja barang habis pakai belanja alat tulis kantor
Rp 95.000.000 Rp 87.011.935
91,59 Belanja bahan material Belanja bahan baku
bangunan Rp 20.893.500.000
Rp20.869.447.978 99,88
Belanja cetak dan penggandaan Rp 295.000.000
Rp 242.078.873 82,06
Belanja Perjalanan Dinas Rp 145.000.000
Rp - Belanja jasa konsultansi perencanaan
Rp 1.954.519.000 Rp 1.943.269.000
99,42 Belanja modal pengadaan konstruksi jalan
Rp 89.773.892.450 Rp80.163.821.130
89,3 Belanja modal pengadaan konstruksi jembatan
Rp 600.000.000 Rp 566.236.852
94,37
2. Program peningkatan jalan jembatan Rp 3.437.180.150