115
Tabel 5. Pengeluaran untuk Program Rehabilitas pemeliharaan dan peningkatan jalan dan jembatan SULUT tahun 2012
Uraian Anggaran 2012
Realisasi 2012 1. Program Rehabilitas pemeliharaan Jalan
dan Jembatan
Rp115.234.970.450 Rp105.198.578.268
91,29
Honorarium Pegawai Honorer tidak tetap Rp 1.478.059.000
Rp 1.326.712.500 89,76
Belanja barang habis pakai belanja alat tulis kantor
Rp 95.000.000 Rp 87.011.935
91,59 Belanja bahan material Belanja bahan baku
bangunan Rp 20.893.500.000
Rp20.869.447.978 99,88
Belanja cetak dan penggandaan Rp 295.000.000
Rp 242.078.873 82,06
Belanja Perjalanan Dinas Rp 145.000.000
Rp - Belanja jasa konsultansi perencanaan
Rp 1.954.519.000 Rp 1.943.269.000
99,42 Belanja modal pengadaan konstruksi jalan
Rp 89.773.892.450 Rp80.163.821.130
89,3 Belanja modal pengadaan konstruksi jembatan
Rp 600.000.000 Rp 566.236.852
94,37
2. Program peningkatan jalan jembatan Rp 3.437.180.150
Rp 2.393.387.538 70
Belanja Modal Pengadaan Konstruksi jalan Rp 359.365.500
Rp 210.000.000 58,44
Belanja modal pengadaan konstruksi jembatan Rp 3.077.814.650
Rp 2.183.387.538 70,94
Jumlah Rp118.672.150.600
Rp107.591.965.806 90,66
Sumber: Dinas Pekerjaan Umum SULUT Tabel 5 menunjukan bahwa jumlah pengeluaran atau realisasi untuk belanja langsung dalam peningkatan
sarana prasarana jalan di SULUT pada tahun 2012 adalah sebesar Rp 107.591.965.806.
Rancangan APBD Untuk Tahun 2013 dalam kaitannya dengan alokasi dana pajak kendaraan bermotor
Untuk Tahun Anggaran TA 2013 Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah, telah menetapkan target dari penerimaan pajak daerah termasuk didalamnya pajak kendaraan bermotor.
Jumlah nominal yang ditargetkan adalah sebagai berikut: Tabel 6. Target Penerimaan Pajak Daerah SULUT Tahun Anggaran 2013
Jenis Penerimaan Target TA. 2013
PKB Rp. 188.714.175.750
BBN – KB
Rp. 245.808.359.000 PBB
– KB Rp. 143.240.000.000
P3AP Rp 1.800.930.000
Jumlah Rp 579.563.464.750
Sumber: Website Resmi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara.
116 Tabel 6 menunjukan bahwa target dari penerimaan pajak kendaraan bermotor adalah sebesar Rp.
188.714.175.750 atau 32 dari jumlah keseluruhan target. Dari penerimaan pajak kendaraan bermotor tersebut akan dibagi sebesar 70 untuk provinsi dan 30 untuk kabupatenkota, sehingga nominal pembagiannya yaitu:
Target tahun 2013 : Rp 188.714.175.750
Untuk Pemungut : 3 x Rp 188.714.175.750
= Rp 5.661.425.273 Sisa yang akan dibagihasilkan ke Provinsi dan KabupatenKota :
Rp 188.714.175.750 – Rp 5.661.425.273
= Rp 183.052.750.478 Provinsi
: 70 x Rp Rp 183.052.750.478 = Rp 128.136.925.334
Kota : 30 x Rp Rp 183.052.750.478
= Rp 54.915.825.143 Terlihat bahwa dana yang ditargetkan masuk ke kas provinsi dari bagi hasil pajak kendaraan bermotor adalah
Rp.128.136.925.334. Dari besaran tersebut yang menjadi dasar yang akan dialokasikan
earmark
akan dikalikan 10 sebagai nilai minimum yang akan di alokasikan.
Earmarking Tax
= 10 x Rp 128.136.925.334 = Rp 12.813.692.533
Perhitungan tersebut menunjukan bahwa anggaran untuk belanja dalam hal pembangunan sarana transportasi harus bernilai Rp 12.813.692.533 atau lebih.
Rancangan APBD dalam kaitannya dengan kebijakan
earmarking tax
pajak kendaraan bermotor adalah mengenai biaya untuk pembangunan sarana prasarana transportasi dalam hal ini jalan raya. Rancangan APBD
nya masuk dalam SKPD Dinas Pekerjaan Umum. Berdasarkan APBD TA. 2013 anggaran untuk rehabilitas, pemeliharaan dan peningkatan jalan SULUT adalah sebesar Rp84.070.401.700
Pembahasan
Pelaksanaan kebijakan
earmarking tax
provinsi Sulawesi Utara didasarkan pada Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, kemudian dijabarkan dalam Peraturan Daerah Provinsi
Sulawesi Utara Nomor 7 tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Sistem APBD SULUT dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan untuk pelayanan publik menggambarkan suatu sistem yang bersifat terarah dalam
penganggaran dan penyetoran dananya. Tidak ada spesifikasi pengaturan dana dari pendapatan tertentu akan di khususkan untuk pengeluaran tertentu. Hal ini menunjukan bahwa nilai minimal 10 yang harus dialokasikan
dananya untuk sarana dan prasarana transportasi tidak akan terlihat, karena dana pajak kendaraan bermotor ini di setorkan ke kas daerah secara keseluruhan. Keberadaan besaran minimal 10 ini yang diatur juga dalam
Perda No 7 tahun 2011 dijadikan sebagai jaminan bagi ketersediaan dana untuk peningkatan sarana dan prasarana transportasi di SULUT. Namun pembiayaan untuk pengeluaran tersebut juga didasarkan atas
keperluan dari daerah, jadi dengan kata lain jumlah pengeluarannya bisa lebih dari besaran 10 tersebut. Tabel 7. Penerimaan PKB dan belanja untuk sarana prasarana jalan SULUT 2012
Penerimaan PKB keseluruhan
Bagi Hasil ke Provinsi 70
Earmarking tax
minimal 10 Pengeluaran untuk sarana
prasarana jalan
Rp176.131.943.531 Rp119.593.589.657
Rp11.959.358.965 Rp107.591.965.806.
Dikelola Penulis Tabel 7 menunjukan bahwa besaran
earmarking tax
sebesar 10 yaitu Rp11.959.358.965 merupakan nilai minimal yang harus digunakan untuk belanja peningkatan sarana dan prasarana transportasi dalam hal ini
jalan. Namun besaran pengeluaran untuk belanja tersebut adalah senilai Rp107.591.965.806. hal ini menunjukan bahwa dana yang digunakan untuk belanja peningkatan sarana dan prasarana jalan sudah lebih dari minimal
besaran alokasi dana pajak kendaraan bermotor. Sehingga dapat dikatakan bahwa SULUT telah mengeluarkan dana untuk belanja peningkatan sarana dan prasarana jalan mencapai 90 dari penerimaan Pajak Kendaraan
Bermotor yang di bagi hasilkan ke kas daerah SULUT atau sekitar 61 dari penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor SULUT secara keseluruhan untuk tahun 2012.
117
PENUTUP
Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan untuk penelitian ini yaitu
sebagai berikut: Pelaksanaan kebijakan
earmarking tax
pajak kendaraan bermotor di Provinsi Sulawesi Utara, berjalan bersamaan dengan sistem penganggaran dalam APBD, dimana alur pendapatan sampai pada pengeluaran
dilaksanakan dalam satu pot besar yaitu APBD melalui kas umum daerah. Dalam hasil dan pembahasan penelitian terlihat bahwa pada tahun 2012 belanja untuk peningkatan dan pemeliharaan jalan di SULUT telah
melebihi minimal 10 dari penerimaan pajak kendaraan bermotor yaitu mencapai 90. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara No. 7 tahun 2011 tentang Pajak Daerah, menunjukan bahwa kebijakan
earmarking tax
di SULUT telah sesuai dengan ketentuan tersebut dalam hal nilai atau jumlah alokasi dana yang diamanatkan, dimana jumlah dana yang digunakan dalam belanja peningkatan dan pemeliharaan jalan tersebut
telah melebihi minimal 10 penerimaan pajak kendaraan bermotor. Saran
Berdasarkan kesimpulan yang ada maka yang menjadi saran dari penulis yaitu pemerintah daerah Sulawesi Utara harus mempertahankan bahkan meningkatkan kebijakan pemenuhan pelayanan publik dalam hal
peningkatan sarana prasarana transportasi sebagai wujud alokasi dana pajak kendaraan bermotor, dimana wajib pajak memilik hak untuk menikmati pelayanan publik tersebut. Mengingat perkembangan pertumbuhan dana
pungutan pajak yang terus meningkat pada tiap tahun berjalan, maka harus disesuaikan juga kebutuhan dari penggunaan objek pajak tersebut. Selain itu, diupayakan agar memprioritaskan rehabilitas ataupun pemeliharaan
jalan yang berada dilingkungan sektor perekonomian ataupun pemerintahan, hal ini dikarenakan banyaknya kendaraan yang melintasi jalan-jalan di lingkungan tersebut, sehingga tinggi pula tingkat akibat yang
ditimbulkan seperti kerusakan jalan, ataupun kemacetan.
DAFTAR PUSTAKA
Bela, Poetri Mutiara, 2010.
Analisis Earmarking Tax Atas Pajak Kendaraan Bermotor Studi Earmarking Tax di DKI Jakarta
: Universitas Indonesia. Depok. http:lib.ui.ac.idharvestindex.phprecordview425159. Diakses 25 Agustus 2013.
Indriantoro, Supomo, 2012.
Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen
. Edisi Pertama. BPFE- Yogyakarta : Yogyakarta.
Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan, Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2012.
Pelengkap Buku Pegangan Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah
: Jakarta.
Republik Indonesia.
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah PDRD
. Jakarta. .
Peraturan Daerah PERDA Provinsi Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah
. Manado. Setyani, Murdiyana, 2012.
Analisis Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Kontribusi Terhadap
Pendapatan Asli Daerah PAD Provinsi Sulawesi Utara
: Universitas Sam Ratulangi, Manado. Siahaan Marihot Pahala. 2010.
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
Edisi revisi. Rajawali pers : Jakarta. Sugiyono, 2010.
Metode Penelitian Bisnis
. Alfabeta : Bandung. Waluyo, 2011.
Perpajakan Indonesia
. edisi 10. Salemba Empat : Jakarta. Dinas Pendapatan Daerah Sulawesi Utara, 2013. Target Pendapatan Asli Daerah PAD SULUT TA. 2013.
Manado. http:dispenda.sulutprov.go.idindex.phpwebdata15.1. Diakses 4 September 2013.
118
ANALISIS PERBANDINGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENGENAAN TARIF PAJAK PROGRESIF PADA KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN “THE FOUR MAXIMS” DI
KOTA MANADO Eugenia Rosalie
Jantje Tinangon Rudy Pusung
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi
email : NiaRantunggmail.com
ABSTRAK
Pajak kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber pendapatan yang memberikan kontirbusi penting. Dengan mulai diberlakukannya pajak progresif pada kendaraan bermotor awal tahun 2012 yang berdasarkan Undang-Undang
Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta Perda Provinsi Sulut Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Provinsi Sulut bahwa kepemilikan kendaraan bermotor pribadi kedua dan seterusnya tarif pajaknya
ditetapkan secara progresif. Pada awal diberlakukanya pajak progresif tersebut, banyak masyarakat yang merasa tidak nyaman dan terbebani, mungkin hal ini disebabkan karena kurangnya informasi mengenai pemberlakuan tarif progresif
tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana pengenaan tarif progresif pada kendaraan bermotor berdasarkan asas pemungutan pajak di Kota Manado serta mengetahui dampak dari membandingkan sebelum dan sesudah
pengenaan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis , yaitu suatu metode penelitian dengan mengungkapkan masalah yang ada di Kantor pemerintahan, mengolah data, menganalisis, meneliti dan
menginterprestasikan serta membuat kesimpulan dan memberi saran yang kemudian disusun pembahasannya secara sistematis sehingga masalah yang ada di perusahaan dapat dipahami. Hasil penelitian dapat dilihat pengenaan pajak
progresif masih sangat sesuai dengan “The Four Maxims”yaitu asas pemungutan pajak yang dikemukakan oleh Adam Smith yang terdiri dari kesamaan dan keseimbangan Equality, kepastian hukum certainty; c asas tepat waktu
convenient of payment; dan d asas economic of collection.pajak progresif memiliki dampak positif lainnya yaitu meningkatkan penerimaan PKB dan BBNKB yang dengan otomatis meningkatkan penerimaan PAD yang sebagian besar
memang merupakan sumber dari Pajak Daerah. Pengenaan Tarif Pajak Progresif sudah berjalan sebagaimana tujuan awal pemerintah memberlakukannya dan sangat sesuai dengan fungsi pajak yaitu Fungsi Budgetair.
Kata kunci : pajak kendaraan bermotor, tarif pajak progresif, the four maxims.
ABSTRACT
Motor vehicle tax is one source of revenue that provides kontirbusi important. With the entry into force of a progressive tax on motor vehicles beginning in 2012 based on Law No. 28 of 2009 on Regional Taxes and Levies as well
as the North Sulawesi Provincial Regulation No. 7 of 2011 on Local Taxes North Sulawesi province that both private vehicle ownership and tax rates set forth progressively. At the beginning of the adoption of the progressive tax, many
people who feel uncomfortable and overwhelmed, perhaps this was due to lack of information regarding the application of progressive rates. The purpose of this study is how the progressive tariffs on motor vehicles based principle of taxation in
the city of Manado, and determine the impact of comparing before and after imposition. The method used is descriptive analytical method, which is a research method to reveal the existing problems in office administration, data processing,
analyzing, researching and interpret and make conclusions and give suggestions which are then arranged in a systematic discussion so that problems that exist in the company can be understood. From the results of the research can be seen still
highly progressive taxation in accordance with The Four Maxims that principle of taxation proposed by Adam Smith which consists of similarity and balance Equality, legal certainty certainty, c a timely basis convenient of payment,
and d the principle of economies of collection. progressive taxation has other positive effects which increase the acceptance of PKB and BBNKB which automatically increases the acceptance of the PAD that most of it is the source of
Local Taxes. Imposition of Tax Rate has been running as a Progressive government enforce the original purpose and is in accordance with the tax function is budgetair function.
Keywords : motor vehicles tax, progresive tax rate, the four maxims
119
PENDAHULUAN Latar Belakang
Pajak merupakan alat bagi pemerintahan dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan peneriamaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung untuk membiayai pengeluaran rutin negara serta untuk
membiayai pembangunan nasional dan ekonomi masyarakat. Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada negara yang manfaatnya tidak dapat secara langsung dirasakan.
Secara teoritis alasan pengenaan pajak kendaraan bermotor PKB adalah penggunaan jalan raya yang merupakan barang publik
public goods
–tidak murni oleh masyarakat. Dalam UU No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, tarif pajak Kendaraan Bermotor dikenakan secara progresif, yakni 1,5
terhadap nilai jual untuk pembelian Kendaraan Bermotor pertama dan 2-10 terhadap kendaraan kedua dan seterusnya. Seiring dengan berlakunya tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor yang adalah aturan baru,
masyarakat merasa semakin terbebani karena biaya yang dikeluarkan untuk membayar pajak kendaraan semakin bertambah.
Sistem otonomi daerah yang diberlakukan di Indonesia sejak 1 Januari 2007, menuntut daerah- daerah mencari baerbagai alternatif sumber penerimaan yang dapat digunkan membiayai pengeluaran dan belanja
daerah. Pemberian kewenangan kepada daerah untuk memungut pajak dan retribusi daerah diperlukan adanya landasan hukum yang merupakan dasar hukum pemungutan pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu Undang-
Undang No. 18 Tahun 1977 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah menjadi Undang- Undang No. 28 Tahun 2009 yang berlauk sejak Januari 2010 Waluyo,2011:23.
Peranan pemerintah daerah dalam penyelenggaran pemerintah dan pembangunan serta pelayanan masyarakat dalam pelaksanaan otonomi daerah akan semakin meningkat, peningkatan peranan ini dilandasi
dengan kemampuan daerah untuk mengelola secara optimal potensi daerahnya sendiri termasuk dalam pengelolaan sumber- sumber Pendapatan Asli.
Sesuai dengan tujuan ditambahkannya tarif pajak progresif adalah untuk mengurangi antusiasme masyarakat terhadap pembelian kendaraan bermotor dan untuk meningkatkan sumber penerimaan negara.
Tujuan pemerintah ini sesuai dengan fungsi pajak itu sendiri yaitu Fungsi
Regulerend
atau mengatur dan Fungsi
Budgetair
. Seiring dengan berlakunya tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor, penulis ingin mengetahui efektifitas dari tujuan pemerintah tersebut. Apakah sudah seuai dengan kedua fungsi tersebut.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dala penelitian ini adalah : 1.
Untuk mengetahui penerapan tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor di Kota Manado. 2.
Untuk mengetahui penerapan tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor berdasarkan asas-asas pemungutan pajak.
3. Untuk mengetahui efektifitas tujuan pengenaan pajak progresif terhadap fungsi dari pajak yaitu sebagai
Budgetair
atau
Regulerend
. TINJAUAN PUSTAKA
Pajak
Pajak Menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 th 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat
memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-
besarnya kemamakmuran rakyat” Muljono 2009 : 1 menyatakan bahwa pajak adalah iuran kepada kas negara yang dapat dipaksakan
yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum
yang berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan.
120 Soemitro dalam Mardiasmo 2011:1 menyatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara
berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal kontraprestasi, yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum, dengan penjelasan
sebagai berikut: “dapat dipaksakan” artinya: bila utang pajak tidak dibayar, utang itu dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan, seperti surat paksa dan sita, dan juga penyanderaan terhadap pembayaran pajak, tidak
dapat ditunjukkan jasa timbal balik tertentu seperti halnya dengan retribusi.
Andriani dalam bukunya Waluyo,2011 : 2 menyatakan pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara yang dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum undang-
undang dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaranpengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan.
Unsur Pajak
1. Pajak merupakan iuran wajib dari rakyat kepada kas negara yang berupa uang.
2. Pajak bersifat memaksa karena pemungutannya berdasarkan dengan undang-undang.
3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat langsung dirasakan manfaatnya.
4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran- pengeluaran yang bermanfaat bagi
masyarakat luas.Unsur Pajak
Fungsi Pajak
1. Fungsi
Budgetair
Finansial Dalam fungsi
budgetair
ini pajak digunakan untuk membiayai keperluan keperluan rutin negara, seperti pembangunan, pembelanjaan rumah tangga negara, pembayaran gaji pegawai negeri sipil, dll.
2. Fungsi
Regulerend
Mengatur Dalam fungsi
regulerend
atau fungsi mengatur ini pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur baik masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan tertentu dengan mengunakan
kebijakan pajak.
Jenis Pajak Jenis pajak dapat digolongkan menjadi 3 macam yaitu:
1. Menurut Golongannya :
a. Pajak Langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak yang
bersangkutan dan tidak dapat dibebankan kepada pihak lain. b.
Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kan atau dibebankan kepada pihak lain.
2. Berdasarkan Lembaga pemungut :
a. Pajak PusatPajak Negara adalah pajak yang lembaga pemungut yang berwenang ada pada
pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui Direktorat Jendral Pajak. Contohnya : Pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai.
b. Pajak Daerah adalah pajak yang lembaga pemungut yang berwenang ada pada pemerintah daerah yang
pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah. Dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, terdiri dari 5 jenis Pajak Daerah Propinsi dan 11 jenis
Pajak Daerah KabupatenKota.
3. Berdasarkan Sifat
a. Pajak Subjektif adalah pajak yang memperhatikan kondisikeadaan Wajib Pajak. Dalam menentukan
pajaknya harus ada alasan-alasan objektif yang berhubungan erat dengan keadaan materialnya yaitu gaya pikul.
b. Pajak Objektif adalah pajak yang pada awalnya memerhatikan objek yang menyebabkan timbulnya
kewajiban membayar, kemudian baru dicari subjeknya baik Orang Pribadi maupun badan. Jadi dengan kata lain, pajak objektif adalah pengenaan pajak yang hanya memerhatikan kondisi objeknya saja.
121
Tarif Pajak
Tarif pajak didefinisikan sebagai angka tertentu yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, yaitu Mardiasmo,2009:9 :
1. Tarif SebandingProporsional yaitu tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang
dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak.
2. Tarif Tetap yaitu tarif berupa jumlah yang tetap sama terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak
sehingga besarnya pajak yang terutang tetap. 3.
Tarif Progresif yaitu persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar. Menurut kenaikan persentase tarifnya, tarif progresif dibagi:
a. Tarif progresif progresif : kenaikan persentase semakin besar
b. Tarif progresif tetap : kenaikan persentase tetap
c. Tarif progresif degresif : kenaikan persentase semakin kecil
4. Tarif Degresif yaitu tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar.
Asas- asas Pemungutan Pajak
Sekitar abad 18 seorang ahli Ekonomi yang kini disebut sebagai Bapak Ekonomi yaitu Adam Smith 1723-1790 dalam bukunya
An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations
terkenal dengan nama
Wealth of Nations
mengemukakan empat asas pemungutan pajak yang lazim disebut “
The Four Cannons Maxims Taxation
“. Suatu aturan hukum tentang pajak yang adil harus memenuhi syarat yaitu a.
Asas kesamaan
equality
dan keadilan
equity
b. Asas kepastian hukum
certainty
c. Asas tepat waktu
convenient of payment
d. Asas
economic of collection
yang mengharuskan biaya pemungutan pajak harus relatif kecil dibandingkan dengan pajak yang masuk.
Pajak Daerah
Berdasarkan peraturan daerah Propinsi Sulawesi Utara tentang Pajak Daerah Bab 1 Ketentuan Umum, Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terhutang oleh orang
pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.
Pajak Kendaraan Bermotor
Beberapa jenis pajak yang diatur dalam pajak daerah salah satunya adalah pajak kendaraan bermotor. Definisi Kendaraan Bermotor berdasarkan UU No 28 tahun 2009 adalah semua kendaraan beroda beserta
gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak
kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan
di air.
Subjek dan Wajib Pajak
1. Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki danatau menguasai
kendaraan bermotor. 2.
Wajib Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki kendaraan bermotor. 3.
Yang bertanggungjawab atas pembayaran pajak adalah : a.
untuk orang pribadi adalah orang yang bersangkutan, kuasanya atau ahli warisnya. b.
untuk badan adalah pengurus atau kuasanya.
122
Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung
Dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor adalah hasil perkalian dari 2 dua unsur pokok: 1.
Nilai Jual Kendaraan Bermotor; dan 2.
Bobot yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan danatau pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor.
Presentase Tarif Pajak Progresif
Berikut adalah presentase pengenaan tarif progresif bagi kendaraan bermotor berdasarkan PERDA Sulawesi Utara.
1. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi ditetapkan dengan cara sebagai berikut:
a. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama sebesar 1,5 satu koma lima persen;
b. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya ditetapkan secara progresif yaitu,
1 kendaraan kepemilikan kedua sebesar 2 dua persen;
2 kendaraan kepemilikan ketiga sebesar 2,5 dua koma lima persen;
3 kendaraan kepemilikan keempat sebesar 3 tiga persen;
4 kendaraan kepemilikan kelima dan seterusnya 3,5 tiga koma lima persen.
2. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan,
lembaga sosial dan keagamaan, PemerintahTNIPOLRI, Pemerintah Daerah ditetapkan sebagai berikut. a.
Kendaraan bermotor angkutan umum sebesar 1 satu persen. b.
Kendaraan bermotor ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan PemerintahTNIPOLRI, Pemerintah Daerah sebesar 0,5 nol koma lima persen.
3. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan sebesar 0,2 nol koma dua
persen. 4.
Tarif Pajak Kendaraan Bermotor di air ditetapkan sebesar 1,5 satu koma lima persen.
123
Peneliti Terdahulu Tabel 1 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
Tahun Judul
Tujuan Metode
penelitian Hasil penelitian
Persamaan Perbedaan
Nugraha 2010
Penerapan Pajak
Progresif Terhadap Wajib
Pajak Kendaraan
Bermotor Berdasarkan
Peraturan Daerah
Jawa Timur Nomor Tahun 2010 tentang
Pajak Daerah Bertujuan
untuk mengetahui
penerapan pajak
Progresif terhadap wajib
pajak kendaraan
bermotor berdasarkan
peraturan daerah
Jawa Timur Nomor
9 tahun 2010 tentang pajak
daerah. Pengembangan
deskripsi kasus Penerapan Pajak
Progresif untuk Kendaraan
Bermotor menimbulkan
dampak
positif dan
negatif. Dampak positif
yaitu berkurangnya
jumlah kendaraan, dan
dampak negatif masyarakat
melakukan penyelundupan
hukum. Peneliti
sebelumnya melakukan
penelitian terhadap faktor
yang sama yaitu tarif
pajak progresif
Peneliti mencoba
mengkaji penerepan pajak
progresif berdasar
peraturan daerah Jawa
Timur Nomor 9 tahun
2010
Fajariani 2013
Analisis Pengenaan Tarif
Pajak Progresif
Pada PajakKendaraan
Bermotor Berdasarkan “The
Four Maxims ”
Untuk mengetahui
penerapan tarif
pajak progresif pada
kendaraanber motor
di Provinsi jawa
Timur, apakah pengenaan
tarif progresif tersebut
sudahsesuai dengan asas-
asas pemungutan
pajak Deskripsi
Asas dalam “The Four
Maxims ”
yang dikemukakan
oleh Adam
Smithkelihatann ya masih relevan
untuk diterapkan Peneliti
melakukan penelitian
terhadap faktor yang sama yaitu
tarif
pajak progresif
pada kendaraan
bermotor. Tempat
dilakukannya penelitian
dan perubahan
perundang- undangan.
124
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, membandingkan sebelum dan sesudah pengenaan tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor berdasarkan
The Four Maxims,
hasil dari pencaraian data- data kemudian akan di analisis dan dideskripsikan kemudian disimpulkan sesuai dengan tujuan penelitian
ini.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kantor UPTD Manado SAMSAT jalan 17 Agustus No.123 Kota Manado. Penelitian ini dilangsungkan selama 2 minggu yaitu dari tanggal 23
– 7 Oktober 2013.
Prosedur Penelitian
Susunan prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1.
Melakukan observasi langsung ke objek penelitian untuk mengetaui gambaran umum mekanisme kegiatan pemungutan pajak yang ditetapkan Kantor. Kemudian ke bagian Humas untuk mendapatkan penjelasan
mengenai profil kantor dan jumlah pegawai yang ada. 2.
Mengumpulkan data- data yang diperlukan sehubungan dengan penelitian ini untuk menjadikan dasar acauan dalam penelitian.
3. Menganalisi apakah pengenaan tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor sudah sesuai dengan asas
– asas pemungutan pajak atau tidak.
4. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan.
Metode Pengumpulan Data
a. Data Primer Pengumpulan data primer dalam penelitian diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan pihak
Kantor UPTD Samsat Kota Manado yang bebas terpimpin, yaitu dilakukan dengan mempersiapkan terlebih dahulu pertanyaan- pertanyaan sebagai pedoman, tetapi masih memungkinkan melakukan variasi-variasi
pertanyaan yang disesuaikan dengan jawaban dari responden dan situasi ketika wawancara. Dalam hal ini mewawancarai langsung Kepala SIE Pajak UPTD Manado.
b. Data sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi kepustakaan yaitu suatu cara untuk
mendapatkan data yang terdapat di dalam buku di Perpusatakaan Daerah Kota Manado dan Perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi Kota Manado. Hal ini dilakukan dengan mengumpulkan data
melalui penelusuran bahan pustaka, mempelajari dan mengutip dari beberapa sumber data yang ada, studi dokumentasi berkas- berkas dari pejabat Kantor Bersama SAMSAT Kota Manado. Selain itu juga dari
penelusuran peraturan perundang- undangan dan penelusuran situs-situs internet yang berkaitan dengan penelitian ini. Seperti buku- buku perpajakan dan Undang Undang atau Perda. Serta berupa laporan realisasi
PKB dan BBNKB, laporan perincian jenis Kendaraan Bermotor, dan Laporan Perbandingan Realisasi Penerimaan PAD UPTD Manado.
Metode Analisis Data
Berdasarkan rumusan tujuan sebelumnya, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis , yaitu suatu metode penelitian dengan mengungkapkan masalah yang ada di Kantor
pemerintahan, mengolah data, menganalisis, meneliti dan menginterprestasikan serta membuat kesimpulan dan memberi saran yang kemudian disusun pembahasannya secara sistematis sehingga masalah yang ada di
perusahaan dapat dipahami .
125 Pengertian dari metode deskriptif analitis menurut Sugiyono 2009: 29 adalah
“Metode Deskriptif adalah suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti
melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum .”
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kantor UPTD Manado SAMSAT
UPTD Manado Samsat merupakan salah satu dari bagian atau perpanjangan tangan dari Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara. UPTD Manado merupakan satu dari 15 UPTD yang ada di
Provinsi Sulut. Yang membantu Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara dalam memungut pajak dari masyarakat khususnya untuk Pajak Kendaraan Bermotor dan yang berhubungan dengan PKB tersebut. Berawal
dengan adanya Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Undang-undang Nomor 34
Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, serta Peraturan daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 3 Tahun 2008 yang dijabarkan melalui
Peraturan Gubernur Nomor 62 tahun 2008, Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara dititik beratkan pada kegiatan teknis operasional yang dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas
UPTD.
Dalam menjalankan tugas dan fungsi tersebut UPTD Manado Samsat berorientasi pada visi dan misi sebagai berikut :
Visi : ”Terwujudnya Pendapatan Asli Daerah PAD Sebagai Sumber Utama Anggaran Pendapatan Belanja
Daerah APBD” Misi :
1. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat.
2. Mengoptimalkan pemungutan Pendapatan Asli Daerah dan Pengelolaan Dana Perimbangan.
3. Meningkatkan tertib administrasi pengelolaan pendapatan daerah.
4. Mengingkatkan koordinasi dengan mitra kerja.
5. Mengembangkan pemanfaatan informatikan dan telematika pendapatan daerah.
Hasil Penelitian
1. Pajak progresif untuk kendaraan bermotor mulai berlaku di Sulawesi Utara sejak 1 Januari 2012.
Berlakunya Pajak progresif ini merupakan penerapan pasal 8 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang pelaksanaannya ditetapkan dalam Peraturan Daerah
Provinsi Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Pajak progresif ini berlaku pada kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya, kendaraan roda 2 dua dan kendaraan roda 4
empat kecuali pada kendaraan jenis pick up dan Dumb Truck.
2. Dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2009 Pasal 6, disebutkan bahwa tarif Pajak kendaraan bermotor
pribadi ditetapkan sebagai berikut: a.
Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1 satu persen dan atau paling tinggi sebesar 2 dua persen.
b. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya dapat ditetapkan secara progresif paling
rendah 2 dua persen dan paling tinggi 10 sepuluh persen. 3.
Dalam Pasal 7 Peraturan Daerah Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Adapun untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya ditetapkan secara progresif yaitu :
a. Kendaraan kepemilikan pertama sebesar 1,5 satu koma lima persen
b. kendaraan kepemilikan kedua sebesar 2 dua persen;
c. kendaraan kepemilikan ketiga sebesar 2,5 dua koma lima persen;
d. kendaraan kepemilikan keempat sebesar 3 tiga persen;
e. kendaraan kepemilikan kelima dan seterusnya 3,5 tiga koma lima persen.
4. Asas
–asas pemungutan Pajak yang dikemukakan oleh Adam Smith yaitu
The Four Maxims.
126
Pembahasan Pengenaan Tarif Pajak Progresif Pada Kendaraan Bermotor di Kota Manado
Penerapannya tarif pajak progresif di Sulawesi Utara sejak 1 Januari 2012. Pemberlakuannya di dasari oleh UU no 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang pelaksanaanya ditetapkan dalam
Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2011 Tentang pajak Daerah. Pajak Progresif Berlaku pada kepemilikan kedua dan seterusnya. Pengenaan tarif pajak progresif sendiri pada 2012 belum begitu
maksimal, karena masih pihak pemerintah dan masyarakat masih dalam tahap penyesuaian dengan aturan baru ini. Oleh karena itu pada awalnya, pemerintah memberikan keringanan dengan jalan, masyarakat diperbolehkan
mengatur susunan kendaraan yang akan dikenakan pajak progresif. Selanjutnya pengenaan tarif pajak progresif akan disesuaikan dengan urutan tanggal pembelian.Kepemilikan kendaraan bermotor untuk penetapan pajak
progresif kendaraan bermotor didasarkan atas nama danatau alamat yang sama. Penerapan pajak progresif terhadap kendaraan bermotor ini diharapkan juga mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD kota
Manado. Karena dengan meningkatnya jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak, tentu saja berpengaruh terhadap PAD kota Manado dan mengurangi minat masyarakat dalam membeli Kendaraan
bermotor sehingga kemacetan dalam kota dapat berkurang. Berikut adalah tarif pajak progresif yang berlaku di Sulawesi Utara :
a. Kendaraan kepemilikan pertama sebesar 1,5 satu koma lima persen
b. kendaraan kepemilikan kedua sebesar 2 dua persen;
c. kendaraan kepemilikan ketiga sebesar 2,5 dua koma lima persen;
d. kendaraan kepemilikan keempat sebesar 3 tiga persen;
e. kendaraan kepemilikan kelima dan seterusnya 3,5 tiga koma lima persen.
Tabel 2 Contoh Perbandingan Perhitungan Sebelum dan Sesudah Pengenaan Tarif Pajak Progresif pada Kendaraan Bermotor di Kota Manado
Sumber : hasil Olahan Penulis
Tabel perhitungan diatas dapat dilihat perbedaan jumlah Pajak yang harus dibayarkan pada sebelum dan sesudah dikenakan tarif pajak progresif.
Pengenaan Tarif Pajak Progresif pada Kendaraan Bermotor Berdasarkan
The Four Maxims
Berdasarkan asas Pemungutan Pajak yang dikemukan oleh Adam Smith, pengenaan tarif pajak progresif masih dianggap relevan berikut adalah penjelasannya :
1.
Equality
, yaitu pembebanan pajak harus sesuai dengan kemampuan wajib pajak. Berdasarkan asas ini penerapan pemberlakuan tarif pajak progresif bagi kendaraan kedua ini dilakukan karena diasumikan bahwa
wajib pajak yang memiliki kendaraan bermotor lebih dari satu maka dapat dikategorikan sebagai kelompok masyarakat yang mempunyai penghasilan lebih dari cukup bahkan bisa dikategorikan berpenghasilan tinggi,
sehingga pemungutan pajaknya harus lebih besar.
Jenis Kendaraan Tahun
Sebelum Pengenaan Tarif Pajak Progresif
Sesudah Pengenaan Tarif Pajak Progresif
Jazz 2003 NJKB X 1.5 =
Rp 140.000.000,- X 1.5 = Rp 2.100.000,-
NJKB X 1.5 = Rp 140.000.000,- X 1.5 = Rp
2.100.000,- City 2005
NJKB X 1.5 = Rp 126.000.000,- X 1.5 = Rp
1.890.000,- NJKB X 2 =
Rp 126.000.000,- X 2 = Rp 2.520.000,-
Fortuner 2007 NJKB X 1.5 =
Rp 271.000.000,- X 1.5 = Rp 4.065.000,-
NJKB X 2.5 = Rp 271.000.000,- X 2.5 = Rp
6.775.000,-
127 2.
Certainty
, yaitu pembebanan pajak yang ada kepastian hukumnya mengenai pengaturan subjek pajak,objek pajaka dan ketentuan pajak lainnya. Berdasarkan asas ini tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor
dipungut berdasarkan Peraturan Daerah No. 7 tahun 2011 tentang Pajak Daerah. 3. Menurut asas
convenience of payment
, pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik, yaitu pada saat yang paling dekat dengan diterimanya pendapatanpenghasilan yang dikenakan pajak. Sedangkan untuk
pembayaran Pajak Kendaraan bermotor pemungutan pajaknya yaitu sesuai dengan tanggal pada saat pembelian kendaraan bermotor tersebut.
4. Sedangkan asas yang terakhir adalah
Economic of Collections
, dalam asas ini dijelaskan mengenai effisiensi penggunaan pajak itu sendiri, di mana asas ini lebih kepada yang menggunakan pajak yang telah diperoleh
dalam hal ini pemerintah. Agar lebih berhati- hati dengan mengadakan pengeluaran pembiayaan yang dihasilkan dari peneriamaan pajak
Dampak Pengenaan Tarif Pajak Progresif Tabel 3 Perbandingan Realisasi Penerimaan PAD Tahun Anggaran 2011, 2012 dan Tahun Anggaran
2013 UPTD Manado
Bulan 2011
Rp 2012
Rp 2013
Rp Januari
7,207,932,200 11,087,908,025
21,273,414,400 Februari
5,605,505,000 15,745,354,700
20,358,530,080 Maret
6,869,095,000 18,707,279,400
19,319,722,300 April
6,751,783,150 16,747,267,800
21,374,236,900 Mei
6,970,219,650 18,932,228,200
25,763,017,900 Juni
6,487,125,965 17,860,262,300
18,903,533,400 Juli
7,220,682,700 19,327,774,139
23,456,859,200 Agustus
6,991,777,407 16,421,717,500
19,561,461,300 September
8,751,133,500 17,073,330,700
20,538,502,758 1Oktober
7,272,148,900 20,042,811,500
- November
7,767,711,375 19,263,223,050
- Desember
7,085,161,400 16,353,566,016
-
Sumber : Hasil olahan penulis
Perbandingan di atas dapat di lihat pada tahun 2011 di mana jumlah realisasi penerimaan PAD sepanjang tahun 2011 hanya berada dikisaran di bawah 10 milyar, pada tahun 2012 yang merupakan tahun awal
pemberlakuan tarif pajak progresif telah mengalami peningkatan penerimaan pada kisaran 20 milyar. Namun jika dibandingkan dengan penerimaan pada hampir sepanjang tahun 2013 penerimaan meningkat drastis. Hal ini
disebabkan pada tahun 2012 telah diberlakukannya pajak progresif, tetapi belum efektif dan maksimal seperti pada tahun 2013 yang kisaran penerimaan mencapai 25 milyar. Dapat dilihat juga chart diagram yang bersifat
fluktuatif karena tidak semua kendaraan bermotor dikenakan pajak progresif, seusai UU dan Perda hanya kendaraan kedua dan seterusnya yang dikenakan pajak progresif. Kendaraan pertama masih dikenakan tarif
normal yaitu 1,5 .
Perbandingan beberapa perbandingan yang telah di sajikan dan dibahas di atas, dapat dilihat dampak yang dapat dirasakan yaitu meningkatnya penerimaan PAD yang nantinya akan diolah untuk pembangunan
Daerah.
128
Tabel 4 Perbandingan Jumlah Kendaraan dan Penerimaan PKB dan BBN-KB pada Bulan Januari, Februari dan Maret di Tahun Anggaran 2012 dan 2013
2012 2013
Bulan Jumlah
Kendaraan Bermotor
Penerimaan PKB
Jumlah Kendaraan
Bermotor Penerimaan
PKB dan BBNKB
Januari 10.119
11.075.889.325 11.756
20.438.693.400 Februari
505 3.514.214.600
10.790 21.358.530.080
Maret 11.441
18.697.279.400 11.441
18.697.279.400
Sumber : Hasil Olahan Penulis
Tabel 5 Presentase Perubahan Jumlah Kendaraan Bermotor dan Penerimaan PKB dan BBNKB Tahun 2012 ke Tahun 2013
Sumber : Hasil Olahan Penulis Tabel 4 dan tabel 5 merupakan sampel dari perbandingan Jumlah Kendaraan Bermotor dan Jumlah
Penerimaan PKB dan BBNKB serta persentase perubahannya yang terjadii pada tahun 2012 sampai 2013. Dari kedua tabel di atas dapat diketahui kecenderungan jumlah kendaraan bermotor dari tahun ke tahun meningkat
dengan presentase pada bulan januari Tahun 2012 ke 2013 sebesar 16,17 yang membuat penerimaan PKB dan BBNKB meningkat sebesar 84, pada bulan februari dapat di lihat terjadi lonjakan jumlah kendaraan pada
2013 sebesar 2036,63 tetapi disertai dengan menurunnya jumlah kendaraan yang membayar PKB dan BBNKB pada bulan Februari tahun 2012 yaitu sebesar 507,77. Kemungkinan besar hal ini terjadi disebabkan
perpindahan kendaraan ke daerah lain atau terjadi penunggakan pembayaran PKB. Namun pada bulan Maret 2012 dan bulan Maret 2013 tidak terjadi perubahan apapun atau presentase perubahan 0. Dari hasil
perbandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan awal pemerintah menerapkan atau memberlakukan tarif pajak progresif ini sangat sesuai dengan fungsi pajak yaitu Fungsi Budgetair yang adalah pajak digunakan untuk
membiayai keperluan rumah tangga negara, dalam hal ini dengan menerapkan tarif pajak progresif pemerintah dapat meningkatkan penerimaan PAD yang nantinya akan digunakan untuk membiayai keperluan rutin negara.
PENUTUP Kesimpulan
Penulis dapat menyimpulkan beberapa hal, yaitu sebagai berikut : 1.
Pengenaan pajak progresif sesuai dengan UU No. 28 tahun 2009 dan Perda Sulawesi Utara No 7 tahun 2011.
2. Sebelum pengenaan pajak progresif wajib pajak yang mempunyai kendaraan bermotor lebih dari satu,
masing kendaraan yang dimiliki dikenakan tarif yang sama yaitu 1.5 . Sedangkan sesudah pengenaan, masing- masing kendaraan kedua dan seterusnya dikenakan tarif 2 dan seterusnya.
Jumlah Kendaraan Penerimaan PKB dan
BBNKB
Januari 16,80
84 Februari
2036,63 507,77
Maret
129 3.
Pemberlakuan Tarif Pajak Progresif di Kota Manado mulai diberlakukan pada tahun 2012 meskipun masih belum efektif dan masih terus melakukan penyesuaian terhadap aturan baru tersebut. Efektivitas
pemberlakuan pajak progresif terjadi pada tahun 2013. 4.
Pengenaan pajak progres if masih sangat sesuai dengan “
The Four Maxims
”yaitu asas pemungutan pajak yang dikemukakan oleh Adam Smith yang terdiri dari kesamaan dan keseimbangan
Equality
, kepastian hukum
certainty
; c asas tepat waktu
convenient of payment
; dan d asas
economic of collection
. 5.
Pengenaan pajak progresif pada awalnya diharapkan dapat berdampak baik yaitu untuk menekan laju peningkatan volume kendaraan yang dapat mengakibatkan kemacetan dan ketidaknyamanan di jalan raya.
Namun seiring dengan berjalan pengenaannya, pajak progresif memiliki dampak positif lainnya yaitu meningkatkan penerimaan PKB dan BBNKB yang dengan otomatis meningkatkan penerimaan PAD yang
sebagian besar memang merupakan sumber dari Pajak Daerah.
6. Pengenaan Tarif Pajak Progresif sudah berjalan sebagaimana tujuan awal pemerintah memberlakukannya
dan sangat sesuai dengan fungsi pajak yaitu Fungsi
Budgetair
.
Saran
Penulis ingin memberikan saran pada pihak yang terkait dengan pemberlakuan pajak progresif ini. 1.
Perlu diadakan penyuluhan dan seminar atau pemberitahuan melalui media cetak maupun elektronik. Agar para wajib pajak dapat mengerti dan menerima dengan baik pemberlakuan aturan baru ini.
2. Tidak hanya masyarakat yang perlu memahami tentang pajak progresif ini, para pegawai pemerintah yang
terkait pun perlu memahami dengan baik agar dapat memberikan penjelasan yang memuaskan pada wajib pajak yang bertanya.
3. Dengan meningkatnya pembayaran pajak kendaraan bermotor perlu juga diimbangi dengan upaya
peningkatan pelayanan pemerintah di Kantor Samsat maupun di dinas- dinas terkait. Seperti kenyamanan dalam mengantri, menambah loket kasir dan loket konsultasi.
DAFTAR PUSTAKA
Fajriani. 2013. Pengenaan Tarif Pajak Progresif pada Kendaraan Bermotor berdasarkan “
The Four Maxims
”.
Jurnal Vol 1 No 2
. Universitas Surabaya. Surabaya. Http:ejournal.unesa.ac.idindex.phpjurnal-
akuntansiarticleview739baca-artikel . Diakses 28 Agustus 2013.
Mardiasmo. 2009.
Perpajakan
. ANDI. Yogyakarta. Mardiasmo. 2011.
Perpajakan
. ANDI. Yogyakarta. Muljono. Djoko. 2009.
Ketentuan Umum Perpajakan
. ANDI. Yogyakarta. Nugraha. Haris. 2010. Penerapan Pajak Progresif terhadap Wajib Pajak Kendaraan Bermotor berdasarkan
peraturan daerah Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah.
Jurnal Ilmiah
. Universitas Brawijaya.
Malang. http:hukum.ub.ac.idwp-contentuploads201301Jurnal-Harist-Agung-Nugraha-
0810113287.pdf . Diakses 28 Agustus 2013.
Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana diubah dengan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2007. Jakarta
Republik Indobesia Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta
Republik Indonesia. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Provinsi Sulut. Manado
Sugiyono. 2009.
Metode Penelitian Kuantitatif
.
Kualitatif Dan RD
. Alfabeta. Bandung. Waluyo. 2011.
Perpajakan Indonesia
. Edisi 10. Salemba Empat. Jakarta.
130
ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN TRADISIONAL COSTING CONCEPT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING
STUDI KASUS PADA RUMAH SAKIT SILOAM DI MANADO Olivia H.S. Sumendap
David Paul Elia Saerang Sifrid Sonny Pangemanan
Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universita Sam Ratulangi Manado
Email: oliviaheidyyahoo.com
ABSTRAK
Penelitian ini membandingkan perhitungan biaya metode tradisional dengan perhitungan biaya berdasarkan aktivity ABC dalam menentukan tarif kamar rawat inap pada Rumah Sakit Siloam di Manado.
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Data diperoleh dengan menganalisa dokumen, observasi partisipan, serta wawancara dengan kepala akuntansi perusahaan kemudian dibandingakan dengan literature
yang ada. Penerapan metode biaya berdasarkan aktivitas ABC memberikan dampak yang sangat baik dalam meningkatkan efiensi dan aktivitas sumber daya. Perhitungan biaya dangan ABC mampu menghasilkan biaya
yang lebih murah dan lebi akurat bila dibandingkan dengan pendekatan tradisional. Pada akhirnya Rumah Sakit Siloam di Manado mampu menyediakan tarif yang terjangkau pada pasien.
Kata kunci:
akuntansi biaya, perhitungan biaya metode tradisional, perhitungan biaya berdasarkan aktivitas.
ABSTRACT
This research compared the traditional method of cost calculation with activity based costing ABC in determining the inpatient room rate at Siloam Hospital. This research uses descriptive analytical method. Data
obtained by analyzing documents, participant observation, interviews with chief accounting company then comparated with the existing literature. Implementation of activity based costing ABC provides an excellent
effect in improving efficiency and resource activities. Calculation of costs with ABC is able to produce cheaper and more accurate when compared with traditional approaches. In the end Siloam Hospital is able to provide
affordable rates for patients.
Keywords
: accounting cost, traditional costing method, activity based costing.
131
PENDAHULUAN Latar Belakang
Regionalisasi ekonomi di Asia Tenggara dan kemunculan Asia Free Trade Area AFTA sejak tahun 1980-an, telah terjadi serangkaian perubahan fundamental di dunia, antara lain:
1. Munculnya lingkungan ekonomi dunia yang kompetitif dan terjadinya perubahan cepat menuju
ekonomi berorientasi pasar khususnya di Eropa eks-sosialis dan juga di Asia yang ditandai dengan adanya reformasi ekonomi melalui privatisasi, deregulasi dan liberalisasi.
2. Terjadinya revolusi teknologi informasi yang memungkinkan peningkatan secara luar biasa transaksi
perdagangan dan saling ketergantungan antar negara di dunia. 3.
Meningkatnya regionalisasi yang ditandai dengan munculnya pengaturan perdagangan dan investasi dalam lingkup regional di berbagai belahan dunia.
Berbagai kecendurungan tersebut kemudian mendorong para pemimpin negara Asia, khususnya negara- negara anggota ASEAN, untuk mendirikan suatu organisasi ekonomi regional di Asia Tenggara. Setelah melalui
serangkaian negonisasi dan perdebatan yng panjang. Pada Millenium Summit ke-4 ASEAN di Singapura tahun 1992, ASEAN yang saat itu masih beranggotakan 6 negara Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura,
dan Thailand sepakat membentuk kawasan perdagangan bebas ASEAN AFTA dalam rentang waktu 15 tahun dimulai sejak 1 Januari 1993 dan dengan adanya kawasan perdagangan bebas tersebut maka seluruh negara
anggota ASEAN akan mengurangi hambatan arus perdagangan dan investasi antara mereka secara bertahap pada tahun 2008 yang di letakan dalam skema
Common Effective Preferential
Tarif CEPT. Inti dari CEPT dalam persetujuan AFTA adalah pengurangan berbagai tarif impor dan penghapusan hambatan non-tarif atas
perdagangan dalam lingkup ASEAN. Hal ini membawa implikasi bagi indonesia berupa perubahan harga relatif produk-produk indonesia yang di ekspor ke negara-negara ASEAN disamping akan menjadi intensif bagi
masuknya investasi asing yang selama ini menjadi salah satu pilar untuk memutar roda perekonomian nasional. Oleh karena itu, dalam hal ini profil perdagangan dan investasi indonesia, dengan perbandingan profil negara-
negara anggota lainnya, sangat penting diketahui guna melihat sejauh mana AFTA akan membawa dampak positif bagi indonesia. Pertama dan yang paling penting dalam sistem ekonomi pasar adalah perdagangan
Ariyanto, 2010:3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode
activity based costing
akan menghasilkan perhitungan biaya yang lebih akurat dibandingkan dengan
traditional costing method.
TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Biaya
A kuntansi biaya menurut Mulyadi 2005:7 adalah “akuntansi biaya sebagai proses pencatatan,
penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-cara tertentu serta penafsiran-pen
afsiran terhadapnya”. Carter dan Usry 2006:11 menyebutkan bahwa “akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan alat yang diperlukan untuk aktivitas-aktivitas perencanaan dan
pengendalian, memperbaiki kualitas dan efisiensi, serta membuat kepuusan-keputusan yang bersifat rutin maupun strategis”
Klasifikasi Umum Biaya
Klasifikasi biaya sangat penting guna membuat ikhtisar atas data biaya untuk tujuan penyusunan laporan keuangan, untuk memprediksi perilaku biaya, untuk pembebanan biaya ke objek biaya, serta untuk
pembuatan keputusan. Garrison dan Norren 2006:50, mengklasifikasikan biaya sebagai berikut: a. Biaya produksi
Manufacturing Cost
Yaitu semua biaya untuk merubah bahan mentah menjadi produk jadi. Biaya ini dikalsifikasikan menjadi: 1
Bahan Langsung 2
Tenaga Kerja Langsung 3
Overhead Pabrik
132 a. Biaya Non Produksi
Non-manufacturing
Umumnya, dibagi menjadi dua yaitu biaya pemasaran dan biaya administrasi. Biaya pemasaran meliputi semua biaya yang diperlukan untuk menangani pesanan konsumen dan memperoleh produk atau jasa untuk
disampaikan kepada konsumen. c. Biaya Variabel
Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara proporsional dengan perubahan aktivitas. d. Biaya Tetap
Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa terpengaruh oleh tingkat aktivitas.. e. Biaya Langsung
Biaya langsung
direct cost
adalah biaya yang dapat ditelusuri dengan mudah ke objek biaya yang bersangkutan.
f. Biaya Tidak Langsung Biaya langsung
direct cost
adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri dengan mudah ke objek biaya yang bersangkutan.
g. Biaya Diferensiasi Biaya diferensiasi
differential cost
adalah keputusan melibatkan proses pemilihan dari berbagai alternatif yang ada..
h. Opportunity Cost Biaya kesempatan atau biaya peluang
opportunity cost
adalah manfaat petensial yang akan hilang bial salah satu alternatif telah dipilih sejumlah alternatif yang tersedia.
i.. Sunk Cost
Biaya tertanam
sunk cost
adalah biaya yang telah terjadi dan tidak dapat diubah oleh keputusan apapun yang dibuatsaat ini atau pu masa yang datang. Karena biaya tertanam tidak dapat diubah oleh keputusan
apapun, biaya tertanam bukanlah biaya diferensial.
Tradisional Costing Method
sistem biaya tradisional menurut Bastian dan Nurlela 2009:23 adalah di mana biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya
overhead
pabrik baik yang bersifat variabel maupun tetap, menjadi biaya produk.
Sistem Activity Based Costing
Bastian dan Nurlela 2009:24 menyatakan
activity based costing
adalah metode membebankan biaya aktivitas-aktivitas berdasarkan besarnya pemakaian sumber daya, dan membebankan biaya pada objek biaya,
seperti produk atau pelanggan, berdasarkan besarnya pemakaian aktivitas, serta untuk mengukur biaya dan kinerja dari aktivitas yang terkait dengan proses dan objek biaya.
Prosedur pembebanan biaya dua tahap
Pembebanan biaya dua tahap
two stage cost assigment
membebankan biaya sumber daya seperti biaya overhead pabrik ke pusat biaya aktivitas atau tempat penampungan biaya dan kemudian ke objek biaya untuk
menentukan jumlah biaya sumber daya bagi setiap objek biaya. Sistem perhitungan biaya berdasarkan tradisional membebankan biaya overhead pabrik pertama, ke tempat penampungan biaya departemen atau
pabrik, dan kedua ke produk atau jasa. Meskipum demikian, prosedur pembebanan biaya tradisional kemungkinan mendistorsi biaya produk atau jasa. Distorsi akan semakin serius khususnya ketika bagian yang
penting dari biaya overhead pabrik tidak terkait dengan volume outputdan perusahaan memproduksi produk dengan kombinasi yang beragam dengan perbedaan pada volume, ukuran, atau kompleksitas
Sistem
activity based costing
ABC berbeda dari sistem perhitungan biaya tradisional dalam hal menelusuri penggunaan sumber daya pada aktivitas dan mengaitkan biaya aktivitas pada produk, jasa, atau
pelanggan Blocher, 2006:224. Tahap pertama membebankan biaya
overhead
pabrik ke aktivitas atau pusat biaya aktivitas. Tahap kedua membebankan biaya atau aktivitas dari tempat penampungan biaya aktivitas ke
objek biaya dengan menggunakan penggerak biaya konsumsi aktivitas yang tepat yang mengukur permintaan objek biaya yang ditempatkan pada aktivitas atau tempat penampungan aktivitas. Prosedur alokasi dua tahap
pada ABC mengidentifikasi dengan jelas biaya-biaya dari aktivitas suatu perusahaan. Pembebanan biaya aktivitas ke objek biaya menggunakan suatu ukuran atau ukuran-ukuran yang mencerminkan permintaan objek
133 biaya atas aktivitas perusahaan. Dengan demikian, ABC melaporkan biaya produk atau jasa dengan lebih akurat
dibandingkan dengan sistem biaya tradisional.
Penelitian Terdahulu Industry yang akan diteliti pada penelitian ini adalah industry jasa. Industry jasa adalah suatu jenis usaha yang
outputnya berupa pelayanan kepada pelanggan.
Tabel 1. Penelitian terdahulu
Peneliti Tahun Judul Persamaan Perbedaan Hasil penelitian
MehmetC. Kocakulah,
Ph.D.2007 Using Activity-
Based costing ABC Measure
Profibility on a Commercial Loan
Portofolio Persamaan penelitian
yang dilakukan oleh Mehmet C. Kocakulah
dengan penelitian sekarang adalah sama-
sama menggunakan activity based costing
dalam sistem perhitungan biaya.
Penelitian yang dilakukan oleh Mehmet C. kocakulah
dilakukan pada industry perbankan sedangkan
penelitian sekarang dilakukan pada industry
jasa ABC mampu
memberikan informasi yang
akurat mengenai biaya dan
profitabilitas, sehingga
manajemen dapat mengambil
keputusan untuk meningkatkan
keuntungannya
Nunik L.D.2007
ABC Sistem: Sistem Biaya
Dalam Mengatasi Kelemahan
Kekurangan Sistem Biaya Tradisional
Menggunakan variable activity based costing
dan traditional costing consept.
Penelitian Nunik adalah penelitian kepustakaan
sedangkan penelitian sekarang adalah penelitian
lapangan pada dua jenis industri yang berbeda
ABC sistem membantu
sistem biaya tradisional
dalam menentukan
biaya overhead
agar lebih tepat dan
akurat yaitu dengan cara
penentuan biaya atas
dasar aktivitas yang
dilakukan untuk
menghasilkan produk dan
jasa
Cheisvyany 2007
Penerapan Activity Based Costing
Untuk Analisis Profitabilitas
Pelanggan Menggunakan activity
based costing untuk
membebankan biaya aktivitas pada produk.
Persamaan lainnya ialah menggunakan metode
field research. Penelitian Charoline
membahas tentang penerapan ABC
pengaplikasian konsep customer relationship
management
CRM dalam menganalisa profitabilitas.
Secara jangka panjang
analisis ini dapat
memberikan future growth
bagi perusahaan
dengan pencapaian
visi dan misi
134
Widyaningsih 2009
Peranan dan Kendala Penerapan
Activity Based costing
ABC dalam Industry Jasa
Meneliti peranan ABC pada industry jasa
Penelitian Aristanti menggunakan activity
based management, total quality of management,
serta strategi kualitas untuk mendukung penelitian
ABC nya intinya dapat
disimpulkan bahwa ABC
tidak hanya dapat
diterapkan pada
perusahaan manufaktur
tetapi juga dapat
diterapkan pada industry
jasa.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Jenis penelitian pada penelitian ini adalah studi komparatif tentang penerapan
traditional costing concept
dengan
activity based costing
ABC pada jenis industri jasa. Industri jasa yang akan diteliti adalah RS. Siloam di Manado yang beralamat di Jl. Samrat No. 22 Manado dengan objek penelitian penentuan tarif kamar rawat
inap. Data yang dibutuhkan untuk penelitian ABC ini adalah laporan laba rugi untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012,
direct cost, direct labor
, dan biaya
overhead
yang terkait dengan kamar rawat.
Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat dan waktu yang menjadi penelitian ini adalah Rumah Sakit Siloam Manado yang bertempat di Jl. Samrat No. 22 Manado. Waktu dalam melakukan penelitian ini adalah 2 bulan yaitu dari bulan oktober sampai
dengan November 2013.
Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang di lakukan adalah sebagai berikut :
a. Survey objek penelitian.
b. Mengambil data-data perusahaan dan wawancara.
c. Membandingkan dan mengolah data-data dan informasi perusahaan dengan dasar teori yang di gunakan.
d. Membuat kesimpulan dan memberikan saran.
Metode Pengumpulan Data
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analisis Deskiptif. Peneliti menganalisa seluruh data yang relevan dengan objek penelitian, baik itu catatan berupa hasil interview, dokumen serta laporan- laporan
yang diberikan oleh perusahaan. Saat melakukan
interview
, observasi, dan analisis dokumen, peneliti melakukan pertanyaan-pertanyaan yang mearahkannya untuk mengambil data yang diperlukan serta data didapatkan
kembali dibandingkan dengan teori
theoritical comparison
yang digunakan dan ditariklah suatu kesimpulan sebagai hasil penelitian.
Teknik Pengumpulan Data
Proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data adalah sebagai berikut:
1.
Interview
wawancara
2.
Observas.
3.
Analisis Dokumen
Metode Analisa Data
135 Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analisis Deskiptif. Peneliti menganalisa seluruh data
yang relevan dengan objek penelitian, baik itu catatan berupa hasil interview, dokumen serta laporan- laporan yang diberikan oleh perusahaan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Rumah Sakit Siloam Manado
Dibuka pada tahun 2012 , SHMN adalah rumah sakit swasta terkemuka di Manado , Sulawesi Utara. Terletak di Central Business District di Manado, SHMN dapat dengan mudah diakses oleh transportasi umum.
Karena lokasi utama, SHMN adalah tujuan pelayanan kesehatan untuk seluruh tenaga kerja perusahaan serta wisatawan dan warga sipil di Manado
Visi dan Misi Rumah Sakit Siloam
Our Vision:
International Quality, Scale, Reach, Godly Compassion. Our Mission:
The trusted destination of choice for holistic world class healthcare, health education and research.
Hasil Penelitian
Rumah sakit siloam adalah salah satu rumah sakit swasta yang memberikan palayanan kesehatan yang berkualitas, lengkap, dan terjangkau karena rumah sakit siloam tedak hanya memiliki fungsi komersial tetapi
juga mengutamakan fungsi sosialnya. Ini merupakan tantangan bagi rumah sakit untuk dapat memberikan pelayanan yang maksimal dengan biaya yang seminimal mungkin khususnya mengenai pelayanan rawat inap.
Tabel 2. Perhitungan Tarif Kamar Rawat Inap Menggunakan
Activity Based Costing
Keterangan VIP
Kelas I Kelas II
Kelas III DIRECT
COST Bahan medis
Rp. 1,828.57 Rp. 1,799.43
Rp. 1,463.21 Rp. 880.53
makan dan minum pasien
Rp. 31.593.00 Rp. 31,593.00
Rp. 24,745.00 Rp. 20,305.00
Total direct cost
Rp. 33,421.57 Rp. 33,392.43
Rp. 26,208.21 Rp. 66,513.53
DIRECT LABOR
Gaji dan tunjangan perawat
Rp. 182,224.08 Rp. 137,817.72
Rp. 215,260.80 Rp. 135,427.20
Total direct labor Rp. 182,224.08
Rp. 137,817.72 Rp. 215,260.80
Rp. 135,427.20
OVERHEAD
Registrasi pasien
Rp. 2,878.42 Rp. 2,370.56
Rp. 862.58 Rp. 1,021.57
Keterangan VIP
Kelas I Kelas II
Kelas III OVERHEAD
Desain layanan Rp. 1,930.85
Rp. 1,815.18 Rp. 1,528.17
Rp. 3,610.63 Pelayanan
pasien Rp. 7,199.17
Rp. 6,761.96 Rp. 5,167.74
Rp. 4,664.82
Total overhead Rp. 12,008.44
Rp. 10,947.69 Rp. 7,558.49
Rp. 9,297.02 COGS
Rp. 227,654.0859 Rp.
182,157.8415
Rp. 249,027.5026 Rp. 165,909.5461
inflasi 10 Rp. 22,765.40
Rp. 18,215.78 Rp. 24,902.75
Rp. 16,590.95 Margin kontribusi
Rp. 68,296.224 Rp. 54,647.352
Rp. 62,256.875 Rp. 33,181.908
Tarif Rp. 318,715.7099
Rp. 255,020.9735
Rp. 336,187.1276 Rp. 215,682.1041
Sumber data di olah
136
Tabel 3.
Direct Cost, Direct Labor, Overhead
Per Hari Per Ruang Perawatan Dengan Menggunakan
Traditional Costing Method
Keterangan VIP
Kelas I Kelas II
Kelas III
DIRECT COST
Bahan medis Rp. 1,828.57
Rp. 1,799.43 Rp. 1,463.21
Rp. 880.53 Makan dan
minum pasien Rp. 31,593.00
Rp. 31,593.00 Rp. 24,745.00
Rp. 20,305.00
Total direct cost
Rp. 33.421.57 Rp. 33,392.43
Rp. 26,208.21 Rp. 21,185.53
DIRECT LABOR
Gaji dan tunjangan
perawat Rp. 182,224.08
Rp. 137,817.72 Rp. 215,260.80
Rp. 135,427.20
Total direct labor
Rp. 182,224.08 Rp. 137,817.72
Rp. 215,260.80 Rp. 135,427.20
OVERHEAD
Beban penyusutan
perawatan Rp. 46,964.38
Rp. 44,293.15 Rp. 35,663.01
Rp. 30,320.54 Linen
Rp. 1,988.77 Rp. 108,854.00
Rp. 1,331.61 Rp. 626.73
Biaya pemakaian perlengkapan
Rp. 7,702.38 Rp. 7,599.43
Rp. 6,922.07 Rp. 6,359.91
Gas loundry dan bahan
Rp. 4,778.91 Rp. 549.55
Rp. 579.29 Rp. 506.42
Kebersihan Rp. 4,268.97
Rp. 6,990.44 Rp. 1,999.73
Rp. 5,873.32 Biaya
pemeliharan Rp. 1,142.85
Rp. 1,934.52 Rp. 1,345.13
Rp. 600.00 Biaya material
unit Rp. 45.31
Rp. 753.96 Rp. 581.87
Rp. 106.61 Biaya listrik
Rp. 1,886.74 Rp. 1,453.22
Rp. 1,630.62 Rp. 934.47
Total overhead
Rp. 68,778.31 Rp. 64,662.81
Rp. 50,033.33 Rp. 45,328.00
COGS Rp. 284.423.96
Rp. 235,872.96 Rp. 291,502.34
Rp. 201,940.73 Sumber: Data di olah
Perbandingan Tarif Kamar Rawat Inap Antara Pendekatan Saat Ini
Tradisional Costing Method,
dan
Activity Based Costing.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Rumah Sakit Siloam memiliki perhitungan baku dalam menetapkan sebuah tarif kamar rawat. Dibawah ini adalah perhitungan tarif berdasarkan tradisional costing
method. Perusahaan hanya melakukan estimasi apakah pendapatan dari sewa kamar mampu menanggung seluruh beban yang dikeluarkan. Berdasarkan perhitungann dan analisa yang telah dilakukan dengan metode
tradisional dan ABC maka hasil akhir dari penelitian ini adalah ABC terbukti mampu memberikan perhitungan tarif yang lebih murah dibandingkan dengan metode tradisional. Dibawah ini adalah tabel yang menunjukan
perbandingan antara kedua pendekatan, yaitu pendekatan saat ini dan pendekatan ABC.
Tabel 4.
Perbandingan Tarif
Kamar Rawat
Inap Antara
Pendekatan Saat
Ini
Traditional Costing Method,
dan
Activity Based Costing
Kamar Rawat Inap
Existing
ABC Kenaikanpenurunan
VIP Rp. 550,000.00
Rp. 318,715.71 Naik
KELAS I Rp. 425,000.00
Rp. 225,020.91 Naik
KELAS II Rp. 300,000.00
Rp. 336,187.13 Turun
KELAS III Rp. 100,000.00
Rp. 215,682.40 Turun
Sumber: data di olah
137 Tabel di atas menggambarkan secara jelas bahwa sistem
activity based costing
mampu menyajikan perhitungan lebih akurat dan lebih murah dari metode tradisional.
Pembahasan
Hasil akhir dari penelitian ini adalah sistem
activity based costing
ABC terbukti mampu memberikan perhitungan tarif yang lebih murah dibandingkan dengan metode tradisional. Berdasarkan hal tersebut,
penerapan system ABC di rumah sakit siloam ini masih dapat memberikan manfaat yang dirasakan oleh manajemen, walaupun itu akan mempengaruhi aspek budaya dan keuangan perusahaan. Ditinjau dari aspek
budaya, system ABC dengan konsep
value added-
nya akan merombak budaya. Selama ini kebijakan perusahaan dalam menetapkan tarif kamar rawat inap hanya berdasarkan analisa semata, tanpa menghitung biaya yang
memang seharusnya dibebankan ke pasien. Oleh karena itu, hasil tarif yang ditetapkan manajemen selama ini menjadi tidak akurat, yang pada akhirnya menetapkan perusahaan pada posisi yang kurang memuaskan dalam
daya saing masyarakat. Dari aspek keuangan, menyangkut
cost of implementation
dari ABC sendiri yang meliputi perancangan sistem baru, pendidikan dan training tentang sistem baru. Tentunya selain
cost
,
benefit
yang akan diterima dari penerapan ABC juga harus dihitung.
Cost
mungkin dapat dihitung dengan segera, tetapi
benefit
baru dirasakan 5 tahun yang akan datang.
PENUTUP
Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh dan penelitian lebih lanjut, dapat diambil kesimpulan bahwa Perhitungan
tarif kamar dengan menggunakan ABC terbukti mampu menghasilkan biaya yang lebih murah bila dibandingkan dengan pendekatan tradisional. Perlu diingat, bahwa rumah sakit adalah organisasi sosial yang
tidak berorientasi pada keuntungan sehingga pada akhirnya penyediakan tarif yang mampu dijangkau oleh masyarakat golongan ekonomi lemah.
Saran
Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, saran-saran yang di ajukan dalam penelitian ini adalah: 1.
Diharapkan perusahaan melakukan pengklasifikasian unsur-unsur biaya produksi sesuai dengan kaidah yang berlaku.
2. Diharapkan mengaplikasikan ABC segera mungkin untuk meningkatkan daya saing perusahaan.
3. Peningkatan peluang kinerja perusahaan, dengan meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan sumber
daya yang terkait dengan tarif kamar rawat. 4.
Diharapkan penelitian ini dikembangkan dengan variabel yang berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Aristanti, Widyaningsih,”
Peranan dan Kendala Penerapan Activity Based Costing ABC Dalam Industri Jasa
”, Percikan, Vol 103, Edisi Agustus, 2009.. http:isjd.pdii.lipi.go.idindex.phpSearch.html?act=tampilid=70736idc=28. Tanggal akses: 25
oktober 2013. Bastian, Bustami.,Nurlela. 2009.
Akuntasi Biaya
. Mitra Wacana Media. Jakarta. Blocher, Chen., Cokins., Lin. 2006.
Cost Management. Management Biaya Penekanan Strategis
. Buku 1. Edisi 3. Salemba Empat.Jakarta.
Blocher, Stout, Cokins, Chen,”
Cost Management
. A Strategic Emphasis”. Internasional Edition, Mc. Graw Hill
Companies, Ins, New York, 2008. Carter , Usry.2006.
Akuntansi Biaya
. Edisi 13.Salemba Empat. Jakarta. Carter, William K,
Akuntansi Biaya
. Buku 1, Edisi 14, Salemba Empat, Jakarta, 2009. Charoline, Cheisviyanny,
Penerapan Activity Based Costing Untuk Analisis Pelanggan.
Jurnal Economic, Vol 7, April, Hal. 39-44, 2007.
138 http:isjd.pdii.lipi.go.idindex.phpSearch.html?act=tampilid=75454idc=28. Tanggal akses: 19
oktober 2013 Garrison, Noreen., brewer.2006.
Managerial Accounting
. Edisi 11. Salemba Empat. Jakarta. Mehmet C. Kocakulah., Ph.D.
Using Activity-Based Costing ABC to Measure Profitability on a commercial Loan Portofolio. Journal of Performance Management
. ABIINFORM Global pg. 29. 2007. Mulyadi. 2009.
Akuntansi Biaya
. Edisi 5. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Nunik, L. ABC System:
Sistem Biaya Dalam Mengatasi KelemahanKekurangan Sistem Biaya Tradisional
. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol 6. no. 2 November. Hal. 88-100, 2007.
http:repository.ipb.ac.idbitstreamhandle12345678947731h11waw. Tanggal akses: 25 oktober 2013
139
ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE VARIABLE COSTING PADA PT. CELEBES MINAPRATAMA BITUNG
Dewi Sartika Kiay Jenny Morasa
Winston Pontoh
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado
email: dedew_thikayahoo.co.id
ABSTRAK
Harga Pokok Produksi merupakan kumpulan dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi bahan jadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis perhitungan harga
pokok produksi pengolahan ikan kayu pada PT. Celebes Minapratam Bitung. Perusahaan ini merupakan perusahaan manufaktur yang juga tidak luput dari masalah perhitungan biaya produksi dan dalam
menentukan harga pokok produksi perusahaan menggunakan metode biaya penuh dimana pemisahan unsur biaya produksi yang bersifat variable dan tetap belum dilakukan. Hal ini mengakibatkan
ketidaktepatan dalam perhitungan harga pokok produk yang akan berpengaruh terhadap penetapan harga jual dan laba perusahaan. Analisis data penlelitian ini yaitu, proses produksi, laporan biaya bahan, laporan
biaya tenaga kerja, laporan biaya overhead. Hasil penelitian penentuan harga pokok produksi menggunakan metode dimana biaya dihitung berdasarkan metode biaya penuh ada baiknya perhitungan
yang digunakan menurut metode
variable costing
. Perhitungan ini menghasilkan selisih yang berpengaruh terhadap penetapan harga jual. Untuk itu perusahaan hendaknya memisahkan biaya produksi
sehingga menghasilkan biaya produksi yang tepat.
Kata kunci
:
harga pokok produksi, variable costing ABSTRACT
Cost of Production is a collection of the costs incurred to process raw materials into finished materials . This study aims to determine the analytical calculation of the cost of production of fish
processing wood at PT . Celebes Minapratam Bitung . This company is a manufacturing company was not immune from the problem and the calculation of production costs in determining the cost of
production companies using the full cost method of separating elements where production costs are variable and fixed yet done . This has led to inaccuracies in the calculation of the cost of the product will
affect the determination of the selling price and profit . The data analysis penlelitian ie, production processes , material cost report , report labor costs , overhead cost report . The results of determining the
cost of production using the method in which the cost is calculated based on the full cost method is better according to the method of calculation used variable costing . This results in differences that affect the
determination of the selling price . For that the company should separate the production costs resulting in proper production costs .
Keywords
:
cost of production , variable costing
140
PENDAHULUAN Latar Belakang
Perusahaan sebagai badan usaha mempunyai beberapa bentuk tujuan. Tujuan-tujuan tersebut berdasarkan perencanaan yang telah disusun sebelumnya dalam perusahaan. Diantara tujuan tersebut yang
terpenting adalah mendapatkan laba optimum. Hal ini dimaksudkan untuk menunjang kelangsungan hidup dan perluasan usaha. Bagi perusahaan industri, informasi mengenai biaya produksi merupakan
salah satu jenis infromasi yang penting. Informasi ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti pengendalian biaya demi tercapainya efisiensi, penentuan harga jual produk, pengambilan keputusan-
keputusan khusus seperti apakah suatu produk akan tetap diproduksi atau apakah suatu produk akan dibeli dari luar ataupun diproduksi sendiri oleh perusahaan, serta berbagai tujuan lainnya. Dalam menghitung
harga pokok produksi, perlu dijelaskan terlebih dahulu pengertian dan perbedaan metode full costing dan variabel costing. Metode full costing adalah salah satu metode penentuan biaya produk yang
membebankan seluruh biaya produksi sebagai biaya produk, baik biaya produksi yang berperilaku tetap maupun yang berperilaku variabel. Perusahaan yang menggunakan metode ini, menghitung harga pokok
produksinya dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap. Perusahaan hendaknya mampu menetapkan harga pokok
produksi yang tepat sehingga nantinya dapat bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode
variable costing
pada PT. Celebes Minapratama Bitung.
TINJAUAN PUSTAKA
Konsep Akuntasi Secara umum, akuntansi
accounting
dapat diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi
perusahaan. Reeve 2009:9.
Sistem Akuntansi
Sistem akuntansi mencatat kejadian serta transaksi ekonomi, seperti penjualan dan pembelian bahan, dan memroses data dalam transaksi tersebut menjadi informasi yang berguna bagi maanjer, tenaga
penjual, penyelia produksi, dan pihak lainnya. Pemrosesan setiap transaksi ekonomi meliputi pengumpulan
collecting,
pengategorian
categorizing,
peringkasan
summarizing,
dan penganalisisan
analyzing.
Sistem akuntansi menyajikan informasi yang ditemukan dalam laporan rugi-laba, neraca, serta laporan arus kas dan dalam laporan kinerja, seperti biaya operasi suatu pabrik atau biaya pemberian
jasa. Hongren 2008:2.
Pengertian Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi Mulyadi 2007:10 merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk memperoleh penghasilan. Harga
pokok produksi
cost of goods manufactured
adalah jumlah biaya produksi yang diserap oleh seluruh produk jadi yang telah selesai diproduksi selama satu periode tertentu. Marbun 2003: 91. Harga pokok
produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung,
141 dan biaya
overhead
pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir Bustami dkk 2006: 60. Sedangkan menurut Supriyono 2011: 144 harga
pokok produksi adalah aktiva atau jasa yang dikorbankan atau diserahkan dalam proses produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya
overhead
pabrik dan termasuk biaya produksi.
Metode Penentuan Harga Pokok Produksi
Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur biaya ini, terdapat dua pendekatan yaitu:
1.Full costing
Mulyadi 2009:17
full costing
merupakan metode penentuan kos produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel
maupun tetap. Dapat dikatakan bahwa metode
full costing
merupakan metode penentuan harga pokok yang memasukan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku tetap maupun variabel, dibebankan kepada
produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada biaya overhead sesungguhnya.
2.Variabel costing Variabel costing
merupakan metode penentuan kos produksi yanghanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variable. Mulyadi 2009:18.
Penelitian Terdahulu
Sebagai bahan referensi dan rujukan terhadap analisis hasil penelitian ini, maka diperlukan beberapa peneliti terdahulu diantaranya terlampir dalam tabel 1 dibawah ini:
142
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Sumber: Sihombing 2003 dan Sihite 2012.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Jenis peneltian ini bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu penggambaran tentang objek penelitian yang dilihat dari sumber atau informasi keuangan berupa, laporan biaya produksi PT. Celebes
Minapratama dan informasi mengenai gambaran umum perusahaan. Penelitian ini merupakan penelitian Komparatif. Dimana dalam penelitian ini ingin membandingkan nilai harga pokok produksi yang paling
efisien menggunakan metode perhitungan
full costing
atau menggunakan metode perhitungan
variable costing.
Nama Peneliti
Tahun Judul
Tujuan Metode
Penelitian Hasil
Penelitian Persamaan
Perbedaan
Sihombing 2003
Penerapan metode variable costing
dalam perhitungan harga pokok
produksi pada PT. Mututama Agung
Lestari Medan Untuk
melihat dan menilai
apakah terdapat
kesesuain antara teori
dan praktek Deskripftif
Kuantitatif Penelitian
ini diharapkan
dapat memberikan
gambaran mengenai
penentuan harga pokok
produksi yang benar
Penelitian dengan
menggunaka n metode
variable costing
untuk menghitung
harga pokok produksi
Penelitian ini melihat sejauh
mana penerapan metode variable
costing yang telah
digunakan oleh perusahaan dalam
menghitung harga pokok produksi
sedangkan penelitian
selanjutnya menganalisa
metode perusahaan kemudian dianalisa
kembali sesuai metode variable
costing Sihite
2012 Analisis
penentuan harga pokok produksi
pada perusahaan garam beryodium
studi kasus pada UD. Empat
Mutiara Untuk
melihat bagaimana
penentuan harga pokok
produksi dalam
perusahaan Kuantitatif
Dapat diketahui
penentuan harga pokok
produksi dalam
perusahaan Untuk
menghitung harga pokok
produksi tentunya
dibutuhkan informasi
mengenai biaya bahan
baku, tenaga kerja dan
overhead pabrik
Penelitian ini menghitung harga
pokok produksi tanpa
memanfaatkan metode full costing
atau variable costing
sedangkan penelitian
selanjutnya secara lebih spesifik
menghitung harga pokok produksi
sesuai dengan metode variable
costing
143
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan diperusahaan manufaktur pengolahan ikan kemasan yaitu PT. Celebes Minapratama yang terletak di kota bitung provinsi sulawesi utara. Waktu penelitian dilaksanakan pada
haritanggal, kamis 11 april tahun 2013. Dengan menggunakan analisa berdasarkan metode analisis data deskriptif dengan mengumpulkan data-data sesuai dengan sebenarnya kemudian data tersebut disusun,
diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah yang ada.
Penelitian dengan metode analisis deskriptif ini mengukur antara toeri pendukung dengan hasil senyatanya yang ada dalam perusahaan. Dalam hal ini yang berkaitan dengan harga pokok produksi
pengolahan ikan di PT. Celebes Minapratama Bitung.
Populasi dan Sampel
Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitugan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, dari pada karakteristik tertentu mengenai sekelompok obyek yang lengkap dan jelas. Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah laporan biaya produksi PT. Celebes Minapratama Bitung. Sampel adalah suatu himpunan bagian subset dari unit populasi. Adapun sampel dalam yang digunakan adalah
laporan biaya produksi PT Celebes Minapratama Bitung di tahun 2011.
Metode Pengumpulan Data
Metode penelitian dengan cara mengumpulkan data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai
masalah yang ada.
Metode Analisis
Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbandingan nilai harga pokok produksi apabila menggunakan metode
full costing
dan
variable costing
serta melihat manakah di antara kedua metode tersebut yang paling efektif digunakan.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan PT. Celebes Minapratama merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang perikanan
pengolahan ikan kayuarahon bushi atau dalam bahasa inggrisnya dried smoke fish yang terdapat di bitung, Sulawesi utara. Sejarah berdirinya adalah sebagai berikut: pada akhir tahun 1999, bapak Albert O.
Worang yang pada saat itu menjabat direktur utama PT. Manado Mina Citrataruna melihat bahwa pengolahan ikan kayu sangat laris dipasarkan bahkan niat pembeli khususnya dari jepang sangat banyak.
Dengan melihat peluang yang sangat besar ini, muncul ide untuk melakukan pengembangan usaha pada bidang pengolahan ikan kayu sekalipun keadaan perekonomian pada waktu itu tidak begitu
menguntungkan bagi eksportir, bahkan persaingan semakin ketat. Tetapi karena keinginan yang sangat besar untuk melakukan perluasan usaha, maka pada akhir tahun
1999, bapak Albert O. Worang menyerahkan jabatannya sebagai direktur utama PT. Manado mina Citrataruna dan langsung mendirikan perusahaan yang beru bersama-sama dengan bapak Kornelius
Kilapong, bapak Jefry Pangkerego keduanya eks staf PT, Manado mina Citrataruna dan ibu Rine Kaunang. Pendirian perusahaan ini berdasarkan akte notaris nomor 76 tanggal 24 oktober 2000.
144
Hasil Penelitian Hasil Produksi
PT. Celebes Minapratama merupakan industri pengolah ikan arabushi, hasil produksinya diekspor ke jepang. Kapasitas produksi sekitar 30 ton per hari. Perusahaan ini selama sebulan bekerja
selama 22 hari.
Informasi Biaya
Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku yaitu ikan segar menjadi produk jadi berupa ikan olahan yang telah dikemas dan siap untuk dijual. Pada umumnya biaya
produksi dibedakan menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut biaya utama, sedangkan biaya tenaga kerja tidak
langsung dan biaya overhead pabrik disebut biaya konversi. Pada PT. Celebes Minapratama Bitung, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik digolongkan sebagai biaya
produksi.Perhitungan harga pokok produksi ikan olahan yang telah dilakukan perusahaan selama ini menggunakan metode full costing. Dimana biaya-biaya yang diperhitungkan dlam penetapan harga pokok
produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung da biaya overhead pabrik. Perhitungan biaya-biaya produksi terlampir pada tabel 2 dibawah ini:
1. Biaya bahan Sumbe
Sumber: PT. Celebes Minapratama Bitung 2011
Tabel 2. Biaya Bahan Keterangan
Total
Persediaan awal Rp 1,514,477,371
Masukpembelian Rp 29,787,858,720
Persediaan yang tersedia untuk dipakai Rp 31,302,336,091
Persediaan Akhir Rp 1,152,980,663
Harga pokok bahan yang dipakai Rp 30,149,355,428
Berdasarkan perhitungan biaya bahan maka jumlah biaya bahan yang digunakan untuk untuk produksi untuk di ahun 2011 adalah Rp. 30,149,355,428
2. Biaya Tenaga Kerja Langsung biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah, thr, pesangon,
tunjangan kesehatan dan pajak penghasilan. Berikut ini akan dilampirkan pada tebel 3 di bawah ini:
Sumber: PT. Celebes Sumber Minapratama Bitung 2011
Tabel 3. Biaya Tenaga Kerja Langsung Keterangan
Total
Upah Rp 2,210,089,330
THR Rp 106,325,001
Pesangon Rp 330,892,500
Jamsostek perusahaan Rp 123,834,109
Jamsostek pribadi Rp 23,830,700
pph 21 Rp 18,856,431
JUMLAH Rp 2,813,828,071
145 Berdasarkan perhitungan maka jumlah biaya tenaga kerja langsung sesuai yang dikategorikan oleh
perusahaan sebanyak Rp. 2,813,828,071 1.
Biaya Overhead Pabrik PT. Celebes Minapratama Bitung membebankan biaya overhead pada
produk berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, baik biaya yang terjadi di pabrik maupun kantor. Berikut akan dilampirkan pada tabel 4 dibawah ini:
Tabel 4. Biaya Overhead Pabrik Keterangan
Total
Solar Rp 1,594,548,724
Kayu Bakar Rp 629,133,703
Dos Packing Rp 244,343,033
Plastik produk 26 Rp 11,092,200
Kawat loket Rp 9,000,000
Oxygen absorber Rp 75,944,550
Tenaga kerja tak langsung Rp 521,115,186
Listrik Rp 275,898,380
BengkelReparasi Rp 37,125,500
Penyusutan bangunan pabrik Rp 23,303,100
Penyusutan rehab bangunan pabrik Rp 24,563,270
Penyusutan mesin produksi Rp 480,197,230
penyusutan gudang kayu Rp 4,405,804
PBB Pabrik bangunan Rp 7,232,200
pph BBM Rp 4,620,750
Sanksi Adm Rp 51,659,815
pph pasal 23 Rp 258,000
Penyusutan bangunan slice fish meal Rp 98,100,125
Penyusutan Rehab bangunan slice meal Rp 5,063,035
Asuransi Rp 8,597,717
Penyusutan rehab gudang kayu Rp 1,863,350
Ekspedisi Rp 281,061,365
Kontainer export Rp 1,699,444,710
PerlengkapanPeralatan produksi Rp 259,885,259
Bahan bakarbhn Pembantu Rp 329,529,555
Biaya lain-lain Rp 10,048,000
JUMLAH Rp 6,688,034,561
Sumber: PT. Celebes Minapratama Bitung 2011
Berdasarkan laporan biaya produksi PT. Celebes Minapratama Bitung yang sudah dihitung dengan jumlah ikan olahan yang dihasilkan, maka dapat dihitung harga pokok produksi ikan olahan di tahun 2011
dengan metode perusahaan yaitu metode
full costing
adalah sebagai berikut.
Biaya bahan Rp 30,149,355,428
Biaya tenaga kerja langsung Rp 2,813,828,071
Biaya overhead pabrik Rp 6,688,034,561
Total harga pokok produksi Rp 39,651,218,060
Total produksi 900,000
Harga pokok produksi per unit Rp 44,057
146 Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh harga pokok produksi untuk setiap kilogram ikan olahan adalah
Rp. 44,057. Pembahasan
Mulyadi 2012: 121 mengungkapkan
full costing
dan
variable costing
sesungguhnya merupakan metode penentuan harga pokok produksi. Perbedaan pokok yang ada di antara kedua metode tersebut
adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang berperilaku tetap. Adanya perbedaan perlakuan terhadap biaya produksi tetap ini akan mempunyai akibat pada perhitungan harga pokok
produksi dan penyajian laporan laba rugi. Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode perusahaan yaitu
full costing
belum dapat dikatakan akurat dalam menghitung harga pokok produksi dikarenkan dalam metode yang dipakai perusahaan dihitung undur biaya yang bersifat tetap dan
variabel. Dan dalam pembahasan nantinya penulis akan menghitung unsur-unsur biaya produksi berdasarkan metode
variable costing
, dimana tidak semua unsur-unsur biaya produksi yang dimasukkan akan menjadi hasil dari perhitungan harga pokok produksi tetapi hanya unsur biaya produksi yang bersifat
variabel saja yang akan digunakan sebagai dasar pembentukan harga pokok produksi. 1. Biaya Bahan
Untuk menghitung biaya bahan atau harga pokok bahan adalah sebagai berikut.
Persediaan awal Rp 1,514,477,371
Masukpembelian Rp 29,787,858,720
Persediaan yang tersedia untuk dipakai Rp 31,302,336,091
Persediaan Akhir Rp 1,152,980,663
Harga pokok bahan yang dipakai Rp 30,149,355,428
2. Biaya Tenaga Kerja Dari pengelompokkan biaya khususnya untuk tenaga kerja langsung maka yang akan dihitung
nantinya biaya upah langsung di tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 2,813.828,071 3. Biaya overhead pabrik
PT. Celebes Minapratama bitung membebankan biaya overhead pada produk berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, baik biaya yang terjadi dipabrik maupun kantor. Namun penelitian ini akan
mengalokasikan biaya overhead pabrik ke produk yang memiliki biaya overhead variabel, dikarenakan biaya overhead variabel dialokasikan berdasarkan satuan unit produksi melihat karena perushaan
memproduksi satu jenis produk saja.
147
Keterangan Tetap
Variabel Total
Solar 128,840.00
Rp 1,594,677,564.00
Rp 1,594,806,404.00
Rp Kayu Bakar
16,297.00 Rp
629,150,000.00 Rp
629,166,297.00 Rp
Dos Packing 6,967.00
Rp 244,350,000.00
Rp 244,356,967.00
Rp Plastik produk 26
7,800.00 Rp
11,100,000.00 Rp
11,107,800.00 Rp
Kawat loket -
Rp 9,000,000.00
Rp 9,000,000.00
Rp Oxygen absorber
5,450.00 Rp
75,950,000.00 Rp
75,955,450.00 Rp
Tenaga kerja tak langsung 15,186
Rp 521,100,000.00
Rp 521,115,186.00
Rp Listrik
1,620.00 275,900,000.00
Rp 275,901,620.00
Rp BengkelReparasi
24,500.00 Rp
37,150,000.00 Rp
37,174,500.00 Rp
Penyusutan bangunan pabrik 23,303,100.00
Rp -
Rp 23,303,100.00
Rp Penyusutan rehab bangunan pabrik
24,563,270.00 Rp
- Rp
24,563,270.00 Rp
Penyusutan mesin produksi 480,197,230.00
Rp -
Rp 480,197,230.00
Rp penyusutan gudang kayu
4,405,804.00 Rp
- Rp
4,405,804.00 Rp
PBB Pabrik bangunan 7,232,200.00
Rp -
Rp 7,232,200.00
Rp pph BBM
4,620,750.00 Rp
- Rp
4,620,750.00 Rp
Sanksi Adm 51,659,815.00
Rp -
Rp 51,659,815.00
Rp pph pasal 23
258,000.00 Rp
- Rp
258,000.00 Rp
Penyusutan bangunan slice fish meal 98,100,125.00
Rp -
Rp 98,100,125.00
Rp Penyusutan Rehab bangunan slice meal
5,063,035.00 Rp
- Rp
5,063,035.00 Rp
Asuransi 8,597,717.00
Rp -
Rp 8,597,717.00
Rp Penyusutan rehab gudang kayu
1,863,350.00 Rp
- Rp
1,863,350.00 Rp
Ekspedisi 281,061,365.00
Rp -
Rp 281,061,365.00
Rp Kontainer export
1,699,444,710.00 Rp
- Rp
1,699,444,710.00 Rp
PerlengkapanPeralatan produksi 14,983.00
Rp 259,900,000.00
Rp 259,914,983.00
Rp Bahan bakarbhn Pembantu
32,529,555.00 Rp
- Rp
32,529,555.00 Rp
Biaya lain-lain 10,048,000.00
Rp -
Rp 10,048,000.00
Rp
Jumlah 2,733,169,669.00
Rp 3,658,277,564.00
Rp 6,391,447,233.00
Rp Tabel 5. Biaya Overhead Pabrik
Sumber: Data diolah tahun 2013
Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat dihitung harga pokok produksi PT. Celebes Minapratama berdasarkan metode
variable costing
seperti yang terdapat di bawah ini.
Biaya bahan Rp 30,149,355,428.00
Biaya tenaga kerja langsung Rp 2,813,828,071.00
Biaya overhead pabrik variabel Rp 3,658,277,564.00
Total harga pokok produksi Rp 36,621,461,063.00
Total produksi unit 900,000.00
Harga pokok produksi Unit Rp 40,690.51
Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi di atas maka di dapat hasil perbandingan harga pokok produksi per unit antara yang diperoleh dari PT. Celebes Minapratama dengan hasil pembahasan.
Perbandingan dapat dilihat sebagai berikut.
148
Tabel 6. Perbandingan Harga Pokok Produksi
Keterangan Metode Perushaan Full Costing
Metode Variable Costing Hasil yang
diperoleh Rp 44,057.00
Rp 40,690.51 Selisih
Rp 3,366.49 Sumber: Data diolah tahun 2013
Berdasarkan table 6 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara metode yang digunakan perusahaan dengan metode yang dipakai peneliti yaitu metode
variable costing
. Perhitungan dengan
menggunakan metode perusahaan
full costing
menghasilkan harga pokok yang lebih besar, sedangkan metode
variable costing
menghasilkan harga pokok produksi yang lebih kecil dikarenakan
variable costing
menelusuri biaya-biaya yang berkaitan langsung dengan proses produksi yang sifatnya variabel atau berubah seiring dengan perubahan volume kegiatan produksi. Perhitungan dengan metode
variable costing
akan berguna bagi perusahaan untuk melakukan efisiensi sumber daya yang digunakan dalam kegiatan produksi di PT. Celebes Minapratama dan untuk penetapan harga jual sesuai dengan keuntungan
yang diharapkan perusahaan.
PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada PT. Celebes Minaprtama Bitung mengenai analisis perhitungan biaya produksi dengan menggunakan metode perusahaan yang dapat disimpulkan sebagai
berikut. 1. Perbedaan antara
full costing
dan
variable costing
.
Full costing
merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitung akan semua unsu biaya produksi kedalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja
langsung, dan biaya
overhead
pabrik baik yang berperilaku tetap maupun yang berperilaku variabel. Sedangkan
variable costing
meruapakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variable kedalam harga pokok produksi yang terdiri
dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya
overhead
pabrik variabel. 2. Perhitungan biaya pada perusahaan masih belum memadai karena belum dibuatnya laporan
perhitungan biaya produksi untuk metode
variable costing
. 3. Perusahaan dalam menghitung biaya produksinya menggunakan system biaya sesungguhnya dan bukan
system biaya standar, sehingga perusahaan tidak dapat mengadakan analisa biaya variable dalam hal pengawasan biaya untuk dapat menilai efisiensi serta penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam
proses produksi. 4. Perusahaan mengalami kesulitan dalam memisahkan unsur-unsur biaya tetap dan biaya variable dari
biaya yang tergolong semi-variabel. Hal ini tentunya menyulitkan perusahaan dalam mencari hubungan antara biaya-biaya tersebut.
Saran
Agar PT. Celebes Minapratama Bitung dalam menentukan harga pokok produksinya dapat lebih tepat dan lebih teliti maka penulis memberikan saran sebagai berikut.
1. Perusahaan sebaiknya memakai metode
variable costing
dalam menghitung harga pokok produksi, karena metode
variable costing
memperhitungkan biaya-biaya yang langsung berkaitan dengan produk yang di produksi, sedangkan metode
full costing
menghitung biaya
overhead
variable dan biaya
overhead
tetap
149 2. Perusahaan hendaknya dapat menentukan harga pokok produksi yang lebih ekonomis dengan
melakukan kegiatan produksi secara lebih optimal, sehingga harga jual yang dicapai perusahaan bisa bersaing dengan perusahaan lain yang memproduksi produk sejenis di pasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Bustami., Bastian., Nurlela., 2006.
Akuntansi Biaya, Teori dan Aplikasi
, Edisi Pertama. Graha Ilmiah. Yogyakarta.
Hongren. 2008.
Akuntansi Biaya: Penekanan Manajerial
. Jilid 1. PT. INDEKS. Jakarta. Sihite, Lundur Bontor 2012. Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi pada Perusahaan Garam
Beryodium Studi pada UD. Empat Mutiara.
Jurnal Volume 1, Nomor 1.
Universitas Sumatera Utara. Medan.
http:ejournal-s1.undip.ac.idindex.phpaccountingissueview3 . 10 desember
2012. Marbun,B.N. 2003.
Kamus Manajemen
, Cetakan I. Pusaka Sinar Harapan. Jakarta. Mulyadi. 2007.
Sistem Akuntansi
. Salemba Empat. Jakarta. Mulyadi. 2009.
Akuntansi Biaya
. Aditya Media. Yogyakarta. Mulyadi. 2012.
Akuntansi Biaya.
Unit penerbit dan percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta.
Reeve. 2009.
Pengantar Akuntansi
:
Adaptasi Indonesia
. Buku 1. Salemba Empat: Jakarta Sihombing, Posma. 2003. Penerapan Metode Variable Costing dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi
pada PT. Mututama Agung Lestari Medan.
Skripsi karya ilmiah
Universitas Negeri Medan. Medan.
www.tuugo.netCompaniesmututama-agung-lestari-pt0160001044786 10 desember
2012. Supriyono, R. A. 2011.
Akuntansi Biaya
. BPFE. Yogyakarta.
150
PENERAPAN AKUNTANSI PERPAJAKAN ATAS KEPEMILIKAN AKTIVA KENDARAAN DENGAN METODE SEWA PEMBIAYAAN PADA CV. KARYA WENANG
Stephany Florence Claudia Grace Mogi Nangoi
Heince Wokas
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado
Email : fannyabidinyahoo.co.id
ABSTRAK
Untuk mendanai aktivitas bisnisnya terutama untuk pengadaan barang modal, perusahaan memiliki alternatif
pembiayaan yang bersumber dari dalam perusahaan dan pembiayaan yang bersumber dari luar perusahaan. Pembiayaan yang bersumber dari dalam perusahaan, diantaranya adalah modal saham, penerbitan obligasi, dan laba ditahan. Sementara
itu pembiayaan yang bersumber dari luar perusahaan, diantaranya adalah pinjaman bank dan sewa guna usaha leasing. Bagi perusahaan yang tidak mempunyai cukup modal, alternatif yang sering digunakan adalah pembiayaan dari luar
perusahaan yaitu sewa pembiayaan capital lease. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan akuntansi perpajakan atas kepemilikan aktiva kendaraan dengan metode sewa pembiayaan capital lease pada CV. Karya
Wenang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Hasil penelitian pada CV. Karya Wenang yaitu CV Karya Wenang belum sepenuhnya menerapkan akuntansi perpajakan atas transaksi sewa pembiayaan yang
dilakukan. Seperti dalam hal penyusutan, perusahaan masih menerapkan akuntansi komersial.
Kata Kunci : sewa pembiayaan, aktiva tetap, akuntansi komersial, akuntansi pajak
ABSTRACT
To fund the business a ctivities especia lly for the pr ocur ement of ca pita l goods, the compa ny ha s a lter na tive sour ces of fina ncing in the cor por a te a nd fina nce s our ced fr om outside the compa ny. F unding is
sour ced fr om within the compa ny including the ca pita l stock, issua nce of bonds, a nd r eta ined ea r nings. While the funding is sour ced fr om outside the compa ny such a s ba nk loa ns a nd lea sing. F or compa nies tha t not ha ve enough
ca pita l, the a lter na tive is often used outside fina ncing compa nies tha t fina nce lea sesca pita l lea se . The pur pose of this study is to investiga te the a pplica tion of a ccounting ta xa tion on the owner ship of a ssets by the method of
vehicle fina ncing lea se c a pita l lea se on the CV. Ka r ya Wena ng. The method used in this r esea r ch is descr iptive method. The r esults of the study on the CV. Ka r ya Wena ng is the CV Ka r ya Wena ng not fully implement the
a ccounting ta xa tion of fina n ce lea se tr a nsa ctions tha t do. As in the ca se of depr ecia tion, the compa ny still a pply to commer cia l a ccounting
Keywords:
ca pita l lea se, fixed a sset, commer cia l a ccounting, ta x a ccounting
151
PENDAHULUAN Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan zaman, dunia bisnis pun menjadi semakin marak. Namun bagaimanapun keadaan perekonomian yang ada, setiap usaha tentunya berkeinginan untuk tetap mempertahankan
kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, untuk mendanai aktivitas bisnisnya terutama untuk pengadaan barang modal seperti mesin dan kendaraan operasional, maka perusahaan memiliki alternatif pembiayaan yang
bersumber dari dalam
internal
perusahaan seperti laba ditahan dan penerbitan obligasi dan pembiayaan yang bersumber dari luar
eksternal
perusahaan seperti pinjaman bank dan sewa guna usaha. Bagi perusahaan yang tidak mempunyai cukup modal, alternatif yang dipilih adalah pembiayaan dari luar perusahaan. Sekarang ini
salah satu jenis pembiayaan barang modal yang mulai banyak digunakan perusahaan di Indonesia selain pinjaman dari bank adalah pembiayaan sewa guna usaha Azhari, 2007:1.
Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal oleh
lessor
pemiliki barang modal yang kemudian disewagunausahakan kepada
lessee
penyewa untuk digunakan selama jangka waktu tertentu dan sebagai imbalan
lessee
harus membayar secara berkala sejumlah yang telah ditetapkan pada awal transaksi, kemudian pada akhir masa sewa
lessee
bisa memiliki hak opsi untuk membeli barang modal tersebut. Sewa guna usaha leasing dibedakan menjadi 2 dua jenis yaitu sewa guna usaha
dengan hak opsi atau disebut dengan sewa pembiayaan
capital lease
dan sewa guna usaha tanpa hak opsi
operating lease.
Sewa pembiayaan
capital lease
yaitu apabila dalam transaksi perusahaan
lessor
bertindak sebagai pihak yang membiayai barang modal dimana
lessee
akan membayar secara berkala sejumlah yang telah disepakati bersama kepada
lessor
sebagai imbalan dan di akhir masa sewa terdapat hak opsi bagi
lessee
. Hak opsi adalah hak
lessee
untuk membeli barang modal yang disewagunausahakan atau memperpanjang jangka waktu perjanjian sewa guna usaha pada akhir masa sewa. Sedangkan sewa guna usaha tanpa hak opsi
operating lease
yaitu apabila dalam transaksi
lessor
membeli barang modal langsung dari pemasok
supplier
dan kemudian menyewa guna usahakannya kepada
lessee
namun
lessee
tidak mempunyai hak opsi untuk membeli atau memperpanjang transaksi sewa guna usaha tersebut pada akhir masa sewa.
Pada setiap akhir periode, perusahaan akan membuat laporan keuangan di mana dalam membuat laporan keuangan tersebut transaksi sewa guna usaha diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan
kewajiban pada awal masa sewa guna usaha sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa harga opsi yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha.
Perlakuan tersebut adalah perlakuan yang terjadi pada akuntansi komersial, sementara itu akuntansi pajak memiliki perlakuan yang berbeda dari perlakuan akuntansi komersial. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya
aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan perpajakan yang mengaturnya.
Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan akuntansi perpajakan atas kepemilikan aktiva kendaraan dengan metode sewa pembiayaan pada CV. Karya Wenang.
TINJAUAN PUSTAKA Konsep Akuntansi
Akuntansi merupakan sebuah system yang mengumpulkan dan memproses menganalisis, menghitung, dan mencatat informasi keuangan mengenai sebuah organisasi dan melaporkan informasi tersebut kepada
pengambil keputusan Libby, dkk. Terjemahan oleh Seputro. 2007:4. Rudianto 2009:4 mengemukakan bahwa akuntansi adalah sebuah system informasi yang menghasilkan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi suatu perusahaan. Akuntansi Keuangan
Financial accounting provides information for decision makers outside the entity, such as investors, creditors, government agencies, and the public
Harrison,
et al
. 2010:4
.
Akuntansi Manajemen
Managerial accounting focuses on information for internal decision makers, such
as the company’s
manager s
Horngren,
et al
. 2012:2.
152
Konsep Pajak
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan mengemukakan bahwa
pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan
untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Laporan Keuangan
Laporan keuangan komersial adalah bagian dari proses pelaporan keuangan lengkap yang biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara
seperti, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Sementara itu,
laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai peraturan perpajakan dan digunakan untuk keperluan penghitugan pajak
Suandy, 2008:81.
Konsep Akuntansi Pajak Akuntansi perpajakan adalah suatu proses pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran suatu transaksi
keuangan kaitannya dengan kewajiban perpajakan dan diakhiri dengan pembuatan laporan keuangan fiskal sesuai dengan ketentuan dan peraturan perpajakan yang terkait sebagai dasar pembuatan Surat Pemberitahuan
Tahunan Supriyanto, 2011:2-3. Konsep Aktiva Tetap
IAI yang dikutip oleh Suandy 2008:34 aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak
dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.
Penyusutan Aktiva Tetap
Penyusutan menurut akuntansi komersial dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan menurut kriteria berikut :
1. Berdasarkan waktu :
a. Metode garis lurus
str a ight line method
b. Metode pembebanan yang menurun :
i. Metode jumlah angka tahun
sum of the yea r digit method
ii. Metode saldo menurunsaldo menurun ganda
decliningdouble declining ba la nce method
2. Berdasarkan penggunaan
a. Metode jam jasa
ser vice hour s method
b. Metode jumlah unit produksi
pr oductive output method
3. Berdasarkan kriteria lainnya
a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok
gr oup a nd composite method
; b.
Metode anuitas
a nnuity method
c. Sistem persediaan
inventor y system
Sementara itu metode penyusutan menurut peraturan perpajakan yang diatur Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang -Undang Nomor 7
Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan adalah: 1.
Metode garis lurus atau
straight line method
2. Metode saldo menurun atau
declining balance method
Penyusutan untuk harta berwujud berupa bangunan hanya dapat dilakukan dengan metode garis lurus. Sementara untuk harta berwujud selain bangunan seperti mesin dan kendaraan dapat disusutkan dengan
metode garis lurus atau metode saldo menurun. Sewa Guna Usaha
Leasing
Sewa guna usaha adalah perjanjian antara perusahaan sewa guna usahayang menyewakan
lessor
dan penyewa guna usahayang menyewa
lessee
, untuk menyewagunausahakan suatu jenis barang modal tertentu
153 yang dipilih atau ditentukan oleh penyewa guna usaha Sugiono, 2009:179. Sewa guna usaha dibedakan
menjadi sewa guna usaha dengan hak opsi sewa pembiayaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi. Sewa guna usaha dengan hak opsisewa pembiayaan
capital lease
adalah sewa guna usaha di mana penyewa
lessee
pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati sedangkan sewa guna usaha tanpa hak opsi
operating lease
adalah sewa guna usaha di mana penyewa
lessee
pada akhir masa kontrak tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha tersebut Suandy, 2008:49.
Penelitian Terdahulu
Tabel Penelitian Terdahulu
No Nama
Penelitia n
Tahun Judul
Tujuan Metode
Penelitian Hasil
Penelitian Persamaan
Perbedaan
1. Hadiyan
to Azhari
2007 Penerapan
Akuntansi Pajak Atas
Kepemilik an Aktiva
Kendaraan Dengan
Metode
Capital Lease
Pada PT.Iglas
Sebagai
Lessee
Untuk mengetahui
dan menerapkan
perlakuan akuntansi
perpajakan yang
tepat atas transaksi
sewa guna
usaha dengan hak
opsi
capital lease
pada PT. Iglas
Deskriptif Perlakuan
Akuntansi Sewa Guna
Usaha atas
kendaraan dinas selama
tahun 2000- 2004
di PT.IGLAS
Persero hanya
dari sisi
akuntansi komersial
saja, sedangkan
dari
sisi fiskal belum
diterapkan. Peneliti
sebelumnya melakukan
penelitian terhadap faktor
yang
sama yaitu perlakuan
akuntansi atas kepemilikan
aktiva kendaraan
dengan metode
capital lease
dan menggunakan
metode penelitian yang
sama Objek
penelitian sebelumnya
adalah perusahaan
yang bergerak di
bidang pengolahan
gelas kemasan sedangkan
objek penelitian
penulis adalah CV.
Karya Wenang yang
bergerak dalam bidang
advertising
dan printing 2.
Aryanti Setiawa
n 2012 Penerapan
Akuntansi Pajak Atas
Aktiva Kendaraan
Dengan Metode
Capital Lease
Pada PT. Kedaung
Indah Can untuk
mengetahui dan
menerapan perlakuan
akuntansi perpajakan
yang
tepat atas transaksi
sewa guna
usaha dengan hak
opsi capital
lease pada
PT. Kedaung Indah Can
Deskriptif Jumlah
angsuran selama masa
sewa guna
usaha telah memenuhi
semua kriteria yang
dipersyaratk an
oleh ketentuan
pajak sehingga
dapat dikategorika
n
sebagai transaksi
capital lease
Peneliti sebelumnya
melakukan penelitian
terhadap faktor yang
sama yaitu perlakuan
akuntansi atas kepemilikan
aktiva kendaraan
dengan metode
capital lease
dan menggunakan
metode penelitian yang
sama. Perbedaan
dengan penelitian
sebelumnya terletak
pada objek
penelitian yang berbeda.
Peneliti sebelumnya
melakukan penelitian pada
PT. Kedaung Indah
Can sedangkan
penulis meneliti pada
CV. Karya
Wenang
154
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dimana penelitian ini berdasarkan pada data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari objek yang diamati. Dengan tujuan untuk memahami suatu fenomena
dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi antara peneliti dengan fenomena yang diteliti.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di CV. Karya Wenang yang berlokasi di Jln. Arnold Mononutu No. 5, Kelurahan Wanea, Kecamatan Wanea, Kota Manado. Penelitian dilakukan dari bulan Oktober sampai
November 2013. Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1.
Identifikasi masalah 2.
Menentukan tujuan penelitian 3.
Tinjauan pustaka 4.
Penelitian lapangan 5.
Analisis data 6.
Kesimpulan
Metode Pengumpulan Data
Jenis Data Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan CV. Karya Wenang
tahun 2007-2012.
Sedangkan
data kualitatif yang digunakan adalah informasi yang diperoleh dari hasil wawancara kepada pimpinan dan pegawai yang bekerja di objek penelitian, yakni CV. Karya Wenang.
Sumber Data
Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara tanya jawab wawancara secara langsung dengan pihak CV. Karya Wenang.
Sedangkan
data sekunder yang digunakan berupa laporan keuangan perusahaan yang didapat dari internal perusahaan.
Teknik Pengumpulan Data
A
dapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah:
1. Interview
wawancara, yakni melakukan tanya-jawab dengan pihak-pihak yang terkait, dalam hal ini adalah bagian akuntansi dan pajak. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kebijakan
akuntansi perusahaan.
2. Dokumentasi
mengumpulkan data
, y
aitu dengan cara mengumpulkan dan memeriksa secara langsung data-data yang diperoleh di perusahaan.
Metode Analisis
Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam analisis data adalah sebagai berikut : 1.
Menguraikan transaksi sewa guna usaha yang terjadi di CV. Karya Wenang. 2.
Menghitung penyusutan berdasarkan kebijakan akuntansi perusahaan. 3.
Menganalisis transaksi sesuai dengan ketentuan perpajakan. 4.
Menghitung biaya angsuran yang mengurangi laba perusahaan 5.
Menghitung penyusutan sesuai ketentuan perpajakan
155
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Perusahaan CV. Karya Wenang merupakan usaha yang bergerak dalam bidang
advertising
dan
digital printing
. Bertempat di Jl. Arnold Mononutu No. 5 Manado. Perusahaan ini dirintis seorang pengusaha bernama Nova
Kaunang sejak tahun 1997 hingga sekarang ini. Perusahaan ini bergerak dalam bidang penyedia jasa
advertising
dan
printing.
Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan, maka perusahaan selalu menggunakan perlengkapan dan peralatan yang lebih modern dan lebih canggih dari hari ke hari untuk digunakan
dalam proses produksi agar perusahaan dapat menghasilkan produk yang berkualitas. Tak hanya dari sisi peralatan dan bahan baku produksi, sumber daya manusia pun selalu ditingkatkan demi
meningkatkan kualitas serta kepuasan para klien. CV. Karya Wenang memiliki komitmen Menjamin Kepu
asan Klien”. Adapun bidang pekerjaan CV. Karya Wenang meliputi bidang advertising yang melayani pembuatan dan pemasangan neon box, pembuatan dan pemasangan billboard,
Wallpainting, floorpainting
dan
airbrush,
pembuatan dan pemasangan
letter
timbul
,
pembuatan dan pemasangan
neonsign
, pembuatan dan pemasangan
panel press,
pembuatan dan pemasangan
alcupan
, pembuatan
dan pemasangan bando jalan
,
pembuatan dan pemasangan baliho, spanduk, dan umbul-umbul dan memberikan jasa percetakan gambar dengan h
ight resolution
dengan keakuratan warna yang kuat di dukung oleh Sumber Daya Manusia yang berkompeten dan terampil.
Hasil Penelitian
Transaksi Sewa Pembiayaan CV. Karya Wenang 1.
Satu unit Izuzu Panther. Transaksi dilakukan pada bulan Januari 2007 dengan jangka waktu perjanjian selama 4 tahun. Kendaraan tersebut digunakan untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan.
Harga Barang : Rp. 182.000.000,-
Jaminan 20 : Rp. 36.400.000,-
Bunga 4 tahun 7.5 : Rp. 23.381.510,- Angsuran per bulan
: Rp. 3.520.448,12,- Keterangan: jaminan akan dikompensasikan sebagai nilai opsi pada akhir masa sewa jika
lessee
ingin menggunakan hak opsi untuk membeli kendaraan tersebut
2. Satu unit Nissan Navara. Transaksi dilakukan pada bulan Agustus 2008 dengan jangka waktu perjanjian
selama 4 tahun. Kendaraan tersebut digunakan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan perusahaan. Harga Barang
: Rp. 270.000.000,- Jaminan 30
: Rp 81.000.000,- Bunga 4 tahun 10 : Rp. 41.089.357,-
Angsuran per bulan : Rp. 4.793.528,27,-
Keterangan: jaminan akan dikompensasikan sebagai nilai opsi pada akhir masa sewa jika
lessee
ingin menggunakan hak opsi untuk membeli kendaraan tersebut.
Penyusutan Aktiva Sewa Pembiayaan Menurut Kebijakan CV. Karya Wenang
Menurut akuntansi komersial,
lessee
boleh melakukan penyusutan sejak perjanjian sewa guna usaha ditandatangani dengan dasar penyusutan adalah nilai perolehan aktiva. Berdasarkan ketentuan
tersebut, CV. Karya Wenang melakukan penyusutan atas aktiva tetap berdasarkan nilai perolehan barang dan dimulai sejak diperolehnya barang tersebut. Penyusutan dilakukan dengan metode garis
lurus dan umur ekonomis 8 delapan tahun. Berikut adalah penyusutan yang dilakukan oleh perusahaan:
156
Tabel Penyusutan Menururt Kebijakan Perusahaan
Tahun Penyusutan Atas Satu Unit Isuzu
Panther Penyusutan Atas Satu Unit
Nissan Navara
2007 182.000.000
X 11
8 12
= Rp. 20.854.166,67
2008 182.000.000
270.000.000 X
4 8
8 12
= Rp. 22.750.000 = Rp 11.250.000
2009 182.000.000
270.000.000 8
8
= Rp. 22.750.000 = Rp 33.750.000
2010 182.000.000
270.000.000 8
8
= Rp. 22.750.000 = Rp. 33.750.000
2011 182.000.000
270.000.000 8
8
= Rp. 22.750.000 = Rp. 33.750.000
2012 182.000.000
270.000.000 8
8
= Rp. 22.750.000 = Rp. 33 750 000
2013 182.000.000
270.000.000 8
8
= Rp. 22.750.000 = Rp. 33.750.000
2014 182.000.000
270.000.000 8
8
= Rp. 22.750.000 = Rp. 33.750.000
2015 182.000.000
X 1
270.000.000 8
12 8
= Rp. 1.895.833,33 = Rp. 33.750.000
2016 270000000
X 8
8 12
= Rp. 22.500.000 Pelaksanaan Opsi
Dalam transaksi sewa guna usaha yang dilakukan CV. Karya Wenang, pihak perusahaan bertindak sebagai
lessee
melakukan opsi pembelian atas aktiva sewa guna usahanya yaitu 1 satu unit Isuzu Panther pada bulan Februari 2011 sebesar nilai jaminan yang dikompensasikan sebagai nilai opsi
yaitu Rp. 36.400.000,- dan 1 satu unit Nissan Navara pada bulan September 2012 sebesar nilai jaminan yang dikompensasikan sebagai nilai opsi yaitu Rp.81.000.000, -.
Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 1169KMK.011991, CV. Karya Wenang diperkenankan untuk melakukan penyusutan atas aktiva kendaraan setelah dilakukan hak opsi untuk
membeli aktiva kendaraan tersebut. Penyusutan dilakukan berdasarkan nilai opsi aktiva dalam hal ini adalah kendaraan yang bersangkutan dengan umur ekonomis 8 delapan tahun untuk golongan II dan
menggunakan metode garis lurus. Penyusutan tersebut penulis gambarkan dalam tabel di bawah ini:
157
Tabel Penyusutan Menurut Ketentuan Perpajakan
Tahun Penyusutan Atas Satu Unit Isuzu
Panther Penyusutan Atas Satu Unit Nissan
Navara
2011 36400000
X 11
8 12
4170833.333
2012 36400000
81000000 X
4 8
8 12
4550000 3375000
2103 36400000
81000000 8
8
4550000 10125000
2014 36400000
81000000 8
8
4550000 10125000
2015 36400000
81000000 8
8
4550000 10125000
2016 36400000
81000000 8
8
4550000 10125000
2017 36400000
81000000 8
8
4550000 10125000
2018 36400000
81000000 8
8
4550000 10125000
2019 182000000
X 1
81000000 8
12 8
= Rp. 1.895.833,33 10125000
2020
81000000 X
8 8
12
6750000
Pembahasan
Perbedaan perlakuan antara kebijakan akuntansi komersial dan ketentuan perpajakan yang tergambar di atas akan berdampak pada Pajak Penghasilan terhutang CV. Karya Wenang. Dampak
tersebut adalah Pajak Penghasilan terhutang CV. Karya Wenang akan mengalami koreksi fiskal berupa koreksi positif dan koreksi negatif selama tahun pajak 2007 sampai 2020. Koreksi positif yaitu apabila
biaya penyusutan menurut akuntansi komersial lebih besar dari pada biaya penyusutan menurut ketentuan perpajakan. Dalam kasus ini, koreksi positif akan menyebabkan penambahan pajak penghasilan atau
dengan kata lain Pajak Penghasilan CV. Karya Wenang yang terhutang menjadi lebih besar. Sedangkan koreksi negatif yaitu apabila biaya penyusutan menurut akuntansi komersial lebih kecil daripada biaya
penyusutan menurut ketentuan perpajakan. Dalam kasus ini, koreksi negatif ini akan menyebabkan Pajak Penghasilan CV. Karya Wenang yang terhutang menjadi berkurang. Ilustrasi kedua koreksi tersebut
penulis gambarkan dalam tabel di bawah ini :
158 Tabel
Koreksi Fiskal Atas Transaksi Sewa Pembiayaan Pada CV. Karya Wenang
Tahun Aktiva SGU
Komersial Koreksi Fiskal
Fiskal Positif
Negatif
2007 1 unit Isuzu Panther
Rp. 20,854,166.67
Rp .20,854,166.67
Tidak ada penyusutan
2008 1 unit Isuzu Panther
Rp. 22,750,000
Rp. 34,000,000
Tidak ada penyusutan
1 unit Nissan Navara Rp.11,250,000
Rp. 34,000,000
2009 1 unit Isuzu Panther
Rp. 22,750,000
Rp. 56,500,000
Tidak ada penyusutan
1 unit Nissan Navara Rp. 33,750,000
Rp. 56,500,000
2010 1 unit Isuzu Panther
Rp. 22,750,000
Rp. 56,500,000
Tidak ada penyusutan
1 unit Nissan Navara Rp. 33,750,000
Rp. 56,500,000
2011 1 unit Isuzu Panther
Rp. 22,750,000
Rp. 52,329,166.67 Rp. 4,170,833.33
1 unit Nissan Navara Rp. 33,750,000
Rp. 56,500,000
2012 1 unit Isuzu Panther
Rp. 22,750,000
Rp. 48,575,000
Rp. 4,550,000 1 unit Nissan Navara
Rp. 33,750,000
Rp. 3,375,000. Rp. 56,500,000
Rp. 7,925,000
2013 1 unit Isuzu Panther
Rp. 22,750,000
Rp. 41,825,000
Rp. 4,550,000 1 unit Nissan Navara
Rp. 33,750,000 Rp 10,125,000
Rp. 56,500,000 Rp. 14,675,000
2014 1 unit Isuzu Panther
Rp. 22,750,000
Rp. 41,825,000
Rp. 4,550,000
1 unit Nissan Navara Rp. 33,750,000
Rp. 10,125,000
Rp. 56,500,000 Rp. 14,675,000
2015 1 unit Isuzu Panther
Rp. 1,895,833.33
Rp. 20,970,833.33
Rp. 4,550,000 1 unit Nissan Navara
Rp. 33,750,000 Rp. 10,125,000
Rp. 35,645,833.33 Rp. 14,675,000
2016 1 unit Isuzu Panther
Rp 4,550,000 1 unit Nissan Navara
Rp. 22,500,000 Rp. 7,825,000
Rp. 10,125,000 Rp. 14,675,000
2017 1 unit Isuzu Panther
Tidak ada peyusutan
Rp. -14,675,000
Rp. 4,550,000 1 unit Nissan Navara
Rp. 10,125,000 Rp. 14,675,000
2018 1 unit Isuzu Panther
Tidak ada penyusutan
Rp. -14,675,000
Rp. 4,550,000 1 unit Nissan Navara
Rp. 10,125,000
Rp. 14,675,000
2019 1 unit Isuzu Panther
Tidak ada penyusutan
Rp. - 10,504,166.67
Rp. 379,166.67 1 unit Nissan Navara
Rp. 10,125,000 Rp. 10,504,166.67
2020 1 unit Nissan Navara
Tidak ada penyusutan
Rp. -6,750,000 Rp.
6,750,000
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan perhitungan dan analisis yang telah diuraikan pada Bab 4 maka penulis menarik kesimpulan bahwa transaksi sewa pembiayaan kendaraan pada CV. Karya Wenang belum sepenuhnya
menerapkan akuntansi pajak. Dalam beberapa aspek CV. Karya Wenang masih menerapkan akuntansi komersial, seperti dalam masalah penyusutan. Menurut ketentuan perpajakan, penyusutan dilakukan
setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli aktiva tersebut dan penyusutannya dihitung berdasarkan nilai opsi. Namun berdasarkan akuntansi komersial, CV. Karya Wenang mengakui adanya
penyusutan atas aktiva sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha dengan nilai perolehan sebagai
159 dasar penyusutan. Perbedaan ini menyebabkan adanya koreksi fiskal atas Pajak Penghasilan CV. Karya
Wenang selama tahun 2007 sampai tahun 2020.
Saran
Saran yang dapat penulis berikan pada CV. Karya Wenang sehubungan dengan Sewa Guna Usaha atas aktiva kendaraan sesuai ketentuan perpajakan adalah alangkah baiknya CV. Karya Wenang selalu
mengikuti peraturan-peraturan perpajakan terbaru yang berlaku sehubungan dengan transaksi sewa pembiayaan agar dapat menerapkan transaksi sewa pembiayaan menurut akuntansi paja k sehingga dapat
mempermudah CV. Karya Wenang dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak.
DAFTAR PUSTAKA
Azhari, Hadiyanto. 2007.
Penerapan Akuntansi Pajak Atas Kepemilikan Aktiva Kendaraan Dengan Metode Capital Lease Pada PT Iglas Sebagai Lessee
. Universitas Airlangga Surabaya. Surabaya.
http:wordskripsi.blogspot.com201002penerapan-akuntansi-pajak-atas.html Harrison, Walter T., Charles T Horngren C William Thomas. 2010.
F ina ncia l Accounting.
8
th
ed
.
Pearson Education. Horngren, Charles T, Walter T Harrison M Suzanne Oliver. 2012.
Accounting
. 9
th
ed
.
Pearson Education.
Libby, Robbert., Libby, Paricia A Daniel G. Short, 2007.
Akuntansi Keuangan
. Edisi Kelima. Diterjemahkan oleh: J. Agung Seputro. Andi. Yogyakarta.
Rudianto, 2010.
Pengantar Akuntansi
. Erlangga. Jakarta Setiawan, Aryanti. 2012
Penerapan Akuntansi Pajak Atas Kepemilikan Aktiva Kendaraan Dengan Metode Capital Lease Pada PT Kedaung Indah Can Sebagai Lessee
. Universitas Gunadarma. http:library.gunadarma.ac.idrepositoryview28010penerapan-akuntansi-pajak-atas-aktiva-
kendaraan-dengan-metode-capital-lease-pada-pt-kedaung-indah-can.html Suandy, Erly, 2008.
P erencanaan Pajak
. Edisi Empat. Salemba Empat. Jakarta. Sugiono, Arief, 2009.
Manajemen Keuangan untuk Praktisi Keuangan
. Grasindo. Jakarta. Supriyanto, Eddy, 2011.
Akuntansi Perpajakan
. Edisi Pertama. Graha Ilmu.
Yogyakarta.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan.
160
ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PRODUK SPRING BED PADA PT. MASSINDO SINAR PRATAMA
Eric Joseph Taroreh Jantje J. Tinangon
Inggriani Elim
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado
email: Taroreh.eric89gmail.com
ABSTRAK
Penentuan harga pokok produksi merupakan masalah penting dalam perusahaan manufaktur dimana kegiatannya adalah mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi selanjutnya dijual ke konsumen untuk
memperoleh laba.Harga pokok produksi adalah biaya produksi yang diterapkan oleh seluruh produk jadi yang telah selesai diproduksi selama suatu periode tertentu.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan
harga pokok produksi pada PT. Massindo Sinar Pratama.Analisis dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yang di kualitatifkan menjadi suatu metode dengan mengumpulkan data, disusun, diinterpretasikan,
dan dianalisis sehingga memberikan gambaran mengenai keadaan subjek dan objek yang diteliti berdasarkan fakta yang ada. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui dalam proses produksi springbed, pembebanan biaya
produksi berdasarkan tipe dan ukurannya yang dihasilkan pada periode satu bulan. Dengan membebankan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Bahan baku langsung
yang digunakan meliputi; Busa, Kain springbed, Spriral besi, Kayu,dan Kaki plastik. Pembebanan biaya tenaga kerja langsung berdasarkan tarif unit produksi yang dihasilkan.Pembebanan biaya overhead pabrik
pada produk berdasarkan biaya overhead ditentukan dimuka.
Kata kunci : Harga pokok produksi
ABSTRACT
Determination of the cost of production is an important problem in a manufacturing company where the activity is to process the raw materials into finished materials subsequently sold to consumers for a profit. Cost
of production is the cost of production which has applied to all finished products are being manufactured during a certain period. This study aims to determine the calculation of the cost of production at PT. Massindo
Sinar Pratama. Analyses were performed using the descriptive method in qualitative to be a method to collect data, compiled, interpreted, and analyzed so as to provide an overview of the state of the subject and the object
under study is based on facts. From these results it can be seen in the production process of spring, charging based on the type and size of production resulting in a period of one month. With the charge of direct materials,
direct labor costs and factory overhead costs. Direct materials used include; Foam, Cloth spring, Spriral iron, wood, and plastic legs. The imposition of direct labor costs based on rates of production units produced.
Imposition of factory overhead costs to products ba sed on the overhead costs are determined upfront.
Keyword : Cost of production
161
PENDAHULUAN LatarBelakang
Di tengah-tengah persaingan dunia bisnis sekarang ini maka manajemen perusaahaan perlu mempunyai perencanaan dan pengendalian yang matang agar dapat mencapai tujuan perusahaan itu sendiri dan dapat
menentukan arah perusahaan jangka panjang. Hansen Mowen 2009:422, mengatakan perencanaan adalah pandangan ke depan untuk melihat tindakan apa yang seharusnya dilakukan agar dapat mewujudkan tujuan-
tujuan tertentu. Pengendalian adalah melihat kebelakang, menentukan apakah yang sebenarnya telah terjadi, dan membandingkannya dengan hasil yang direncanakan sebelumnya. Kemudian perbandingan ini dapat digunakan
untuk menyesuaikan anggaran yaitu melihat ke masa depan sekali lagi. Perencanaan dan pengendalian merupakan aktifitas yang berbeda, namun terkait sangat erat.Untuk memaksimalkan manfaat perencanaan
misalnya anggaran biaya, manajer harus menggunakan rencana tersebut untuk melakukan pengendalian.Sulit sekali melakukan pengendalian biaya tanpa sebuah rencana Horngren, et al. 2008:9.
Dalam perencanaan tersebut manajemen selalu diperhadapkan pada pengambilan keputusan dari berbagai alternatif tindakan yang tersedia. Dalam proses pengambilan keputusan yang diambil haruslah merupakan
keputusan yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Salah satunya kebutuhan manajemen terhadap informasi keuangan yang berhubungan dengan penentuan harga pokok produksi.
Penentuan harga pokok produksi merupakan masalah penting dalam perusahaan manufaktur dimana kegiatannya adalah mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi selanjutnya dijual ke konsumen untuk
memperoleh laba.Harga pokok merupakan gambaran kwalitatif dari pengorbanan yang harus dilakukan pada penukaran barang atau jasa yang dilakukan di pasar. Produk yang mempunyai harga pokok produksi lebih tinggi
dari produk lainnya yang sejenis di pasar akan menyebabkan kesulitan bagi manajemen perusahaan dalam mengantisipasi permainan harga yang dilakukan oleh pesaingnya. Tingginya harga pokok produksi dalam suatu
produk biasanya disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : yang pertama, kesalahan dalam menghitung harga pokok produksinya dan membengkaknya biaya produksi akibat terjadinya pemborosan pemakaian sumber daya
perusahaan karena kurangnya pengawasan dalam proses produksi. Kedua, hal ini pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh kurang tepatnya metode harga pokok produksi yang diterapkan oleh perusahaan.
Krismiaji Aryani 2011:325, penentuan harga jual adalah menambahkan angka perkiraan laba
Markup
pada angka harga pokok
.Markup
adalah selisih antara harga jual dengan harga pokok produk.
Markup
biasanya berupa presentase tertentu dari harga pokok produk. Kesalahan penentuan harga akan berakibat fatal. Jika harga ditentukan terlalu mahal, pelanggan akan enggan membeli produk perusahaan dan akan berpindah ke
perusahaan lain. Jika harga jual ditentukan terlalu murah, maka biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak akan tertutup sehingga perusahaan akan mengalami kerugian.
Dalam banyak hal, keberhasilan suatu usaha tergantung pada informasi harga pokok. Harga pokok produksi merupakan elemen penting dalam penentuan harga jual yang layak dan kompetitif untuk suatu produk.
Walaupun harga pokok produksi bukan satu-satunya informasi yang digunakan untuk penetapan harga, akan tetapi jika harga suatu produk tidak dapat menutupi biaya produk, maka perusahaan tidak akan mendapatkan,
menghasilkan atau memperoleh laba tetapi menderita rugi.
Perusahaan-perusahaan hanya mampu menghasilkan produk-produk yang mempunyai mutu yang lebih baik dengan harga yang rendah dengan berpedoman bahwa konsumen hanya dibebani dengan biaya-biaya untuk
menambah nilai
value-added-activities
, dengan demikian manajemen perusahaan memerlukan informasi biaya yang teliti, yang memperhitungkan secara cermat sumber data yang dikorbankan untuk aktivitas menambah nilai
bagi konsumen. Informasi harga pokok sering dijadikan dasar untuk peramalan biaya dimasa yang akan datang. Dengan dilengkapi beberapa metode penentuan harga pokok produksi seperti
full costing, variabel costing, activity based costing
memudahkan manajemen perusahaan menentukan tarif produksi. Selanjutnya dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode
full costing
untuk membuat perhitungan harga pokok produksi.
PT. Massindo Sinar Pratama adalah perusahaan meubel yang berpartisipasi secara massa dimana proses produksinya dilakukan secara terus menerus
continue
untuk mengisi persediaan. Proses produksi yang dilakukan oleh PT. Massindo Sinar Pratama menghasilkan salah satu produknya adalah spring bed, dimana
hasil dari produksi spring bed tersebut yang kemudian akan dijual kepada konsumen atau perusahaan lain. Keberhasilan suatu usaha akan timbul apabila perusahaan membuat laporan biaya produksi yang lebih
tepat, dengan memasukkan semua unsur biaya kedalam harga pokok produksi baik yang bersifat variabel maupun yang bersifat tetap.
162
TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi
Akuntansi adalah suatu sistem untuk mengukur aktivitas bisnis, sebagai proses pencatatan yang menghasilkan laporan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan serta mengkomunikasikan hasilnya
kepada pihak-pihak berkepentingan sebagai cara untuk pengambilan keputusan bisnis. Tipe Akuntansi
Akuntansi dalam suatu organisasi atau perusahaan dibagi menjadi dua tipe, yaitu akuntansi keuangan dan akuntasi manajemen.Akuntansi keuangan lebih difokuskan pada laporan secara menyeluruh tentang keuangan
suatu organisasi yang dapat dipergunakan oleh pihak-pihak eksternal, sedangkan akuntansi manajemen menitikberatkan pada penyusunan laporan keuangan perbagian dalam suatu organisasi, yang dipergunakan oleh
pihak intern seperti direktur, sehingga akuntansi manajemen disebut pula akuntansi intern. Tipe dan Manfaat Akuntansi Manajemen
1.
Tipe Informasi Akuntansi Manajemen Mulyadi 2011:17, Berdasarkan hubungan dengan obkjek informasi, alternatif yang akan dipilih,
dan wewenang manajer, informasi akuntansi manajemen dapat dibagi atas tiga tipe informasi akuntansi yaitu :
a. Jika akuntansi manajemen dihubungkan dengan objek informasi, seperti produk, departemen, atau
aktivitas, maka akan dihasilkan konsep informasi akuntansi penuh. b.
Jika informasi akuntansi manajemen dihubungkan dengan alternatif yang akan dipilih, maka akan dihasilakan konsep informasi akuntansi diferensial, yang sangat diperlukan oleh manajemen dalam
pengambilan keputusan pemilihan alternatif.
c.
Jika informasi akuntansi manajemen dihubungkan dengan wewenang manajer, dihasilkan konsep informasi akuntansi pertanggungjawaban, yang terutama bermanfaat untuk mempengaruhi perilaku
manusia dalam organisasi
.
2. Manfaat Informasi Akuntansi Manajemen
Ketiga tipe informasi akuntansi manajemen tersebut dapat meliputi aktiva, pendapatan, dan biaya. Informasi akuntansi manajemen menyangkut informasi masa lalu dan informasi masa yang akan datang,
tergantung untuk apa informasi tersebut disajikan. Informasi akuntansi penuh yang berisi informasi masa yang lalu bermanfaat untuk pelaporan
informasi keuangan kepada manajemen puncak dan pihak luar perusahaan, analisis kemampuan untuk menghasilkan laba, pemberian jawaban atas pertanyaan “berapa biaya yang dikeluarkan untuk sesuatu?”
dan penentuan harga jual dalam
cost type contract,
informasi akuntansi penuh yang berisi informasi mana yang akan datang bermanfaat untuk penyusunan program, penentuan harga jual normal, penentuan harga
transfer, dan penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah. Informasi akuntansi diferensial mempunyai dua unsur pokok yaitu meurupakan informasi masa
yang akan datang dan informasi yang berbeda diantara alternatif yang akan dipilih. Informasi ini diperlukan oleh manajemen untuk pengambilan keputusan mengenai pemilihan alternatif tindakan yang terbaik diantara
alternatif yang tersedia. Karena pengambilan keputusan selalu menyangkut masa depan, maka informasi akuntansi yang relevan adalah informasi masa yang akan datang.
Informasi akuntansi pertanggung jawaban merupakan informasi aktiva, pendapatan danatau biaya yang dihubungkan dengan manajer yang bertanggung jawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu.
Informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berisi informasi masa lalu bermanfaat untuk penilaian kinerja manajer dan pemotivasian manajer. Sedangkan informasi masa yang akan datang bermanfaat untuk
penyusunan anggaran
Akuntansi Manajemen Akuntansi manajemen adalah sebagai alat untuk penyediaan informasi yang diperlukan secara spesifik
baik keuangan maupun non keuangan kepada pihak intern perusahaan yaitu pihak manajemen dalam pembuatan keputusan dan karyawan yang jarang disebarkan kepada pihak-pihak lain.
163
Akuntansi Biaya
Mulyadi 2012:7, Akuntansi Biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya, pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya.
Akuntansi biaya yakni suatu proses untuk menganalisis biaya organisasi atau perusahaan dalam pembuatan dan penjualan produk atau jasa serta dapat membantu manajemen dalam pengawasan biaya. Akuntansi biaya
ditekankan pada biaya produksi. TujuanAkuntansi Biaya
Tujuan akuntansi biaya adalah menyediakan salah satu informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam mengelola perusahaan, yaitu untuk :
1. Penentuan harga pokok produksi.
Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produk dilakukan pencatatan, penggolongan, dan peringkasan biaya-biaya yang pembuatan produk atau penyerahan jasa dengan cara-cara tertentu.
2. Pengendalian biaya.
Untuk memenuhi tujuan pengendalian biaya, maka biaya pembuatan produkyang seharusnya terjadi ditetapkan lebih dahulu.
3. Pengambilan Keputusan oleh Manajemen.
Untuk pengambilan keputusan, akuntansi biaya menyediakan informasi masa yana akan datang karena pengambilan keputusan berhubungan dengan masa depan
.
Biaya Mulyadi 2012:8, dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan
uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Jadi biaya bisa dikatakan sebagai nilai pengorbanan untuk mencapai tujuan tertentu yang diukur dalam satuan uang dan bisa memberi manfaat
dimasa yang akan datang bagi organisasi atau perusahaan.
Pengambilan Biaya Produksi
Hansen Mowen 2009:56, mengatakan biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Biaya produksi terbagi atas tiga bagian yaitu:
1. Bahan baku langsung adalah bahan baku yang dapat ditetelusuri pada barang atau jasa yang
dihasilkan. Misalnya baja pada mobil, kayu pada perabotan. 2.
Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau pelayanan yang dihasilkan.
3.
Overhead
pabrik meliputi semua biaya produksi langsung selau bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Contohnya penyusutan bangunan, peralatan dan pemeliharaan.
Berkaitan dengan pengertian diatas penulis mengambil kesimpulan untuk pengambilan biaya produksi melalui biaya yang relative mudah untuk dikendalikan untuk menghasilkan sebuah produk jadi yang siap untuk
dipasarkan. Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi adalah biaya produksi yang diterapkan oleh seluruh produk jadi yang telah selesai diproduksi selama suatu periode tertentusedangkan biaya produksi yang melekat pada barang yang belum
selesai tidak dapat dimasukkan sebagai harga produksi, dimana biaya produksi tersebut terdiri dari bahan baku, tenaga keja, dan overhead pabrik.
Elemen Harga Pokok Produksi Elemen-elemen dalam harga pokok produksi adalah sebagai berikut:
a.
Biaya Bahan Baku Langsung Biaya bahan baku langsung adalah bahan baku yang dapat ditelusuri pada barang atau jasa yang
dihasilkan. Biaya dari bahan-bahan dapat dikenakan pada produk karena pengamatan fisik dapat digunakan untuk mengukur jumlah yang dikonsumsi oleh tiap produk.
b. Biaya Tenaga Kerja Langsung
Muyadi 2012:319, biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau pelayanan
164 yang dihasilkan. Karyawan yang mengubah bahan mentah menjadi produk atau yang menyediakan jasa
pelayanan pada pelanggan diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung. c.
Biaya
Overhead
Pabrik Biaya
overhead
pabrik adalah semua biaya produksi selain dari bahan baku langsung atau tenaga kerja langsung dikumpulkan menjadi satu kategori. Dalam biaya overhead pabrik tidak termasuk biaya penjualan dan
biaya administrasi dan umum, karena biaya penjualan dan biaya administrasi dan umum tidak timbul dalam proses produksi secara tidak langsung. Namun biaya jenis ini dapat pula dicatat dalam laporan biaya overhead
pabrik. Tujuan Penentuan Harga Pokok Produksi
Penentuan harga pokok produksi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar biaya yang telah dikorbankan dalam hubungannya dengan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi yang siap untuk dijual.
Penentuan harga pokok sangat penting dalam suatu perusahaan, karena merupakan salah satu elemen dasar yang dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi manajemen dalam mengambil keputusan yang tepat untuk
kelangsungan proses produksi perusahaan. Penentuan Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi merupakan dasar penentuan harga jual produk. Harga pokok adalah elemen penting dalam mempengaruhi laba. Untuk menentukan harga pokok produk, perlu adanya
penggolongan biaya pada perusahaan manufaktur kedalam biaya produksi dan biaya non produksi. Ini disebabkan oleh karena biaya-biaya produksi saja yang melekat pada produk.
Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Ketidaktepatan dalam perhitungan Harga Pokok Produksi membawa dampak yang merugikan bagi
perusahaan, karena Harga Pokok Produksi berfungsi sebagai dasar untuk menetapkan harga jual dan laba, sebagai alat untuk mengukur efisiensi pelaksanaan proses produksi serta sebagai dasar untuk pengambilan
keputusan bagi manajemen perusahaan. Oleh karena itu, ada tiga konsep metode penentuan harga pokok produksi yaitu:
1.
Metode
Activity Based Costing ABC
Metode
ABC
adalah sistern akurnolasi dan alokasi biaya yang rnenelusuri biaya-biaya ke produk rnenurut aktivitas-aktivitas yang dilakukan terhadap produk, dirnaksudkan untuk rnenghasilkan informasi biaya bagi
keputusan strategis, perancangan, dan pengendalian operasional. Sehingga harga pokok yang dihitung dengan pendekatan rnetode
ABC
klasifikasi biaya terdiri dari: biaya tingkat unit, biaya tingkat batch, biaya tingkat produk dan biaya tingkat fasilitas.
2. Metode
Full Costing
Merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok produksi. Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari
unsur harga pokok produksi Biaya bahan baku, Biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap ditambah dengan biaya non produksi biaya pemasaran, biaya administrasi dan
umum. 3.
Metode
Variable Costing
Variabel Costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead
pabrik yang berperilaku variabel.
Penelitian Terdahulu
No Nama
Peneliti Tahun
Judul Tujuan
Metode Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan
Perbedaan
1. Irma
sari 2012
Analisis harga pokok
pesanan meubel
dengan Untuk
mengetahui dengan
menggunak an metode
Deskriptif, dengan
menggunaka n data
pesanan diketahui bahwa
dari perhitungan harga pokok
pesanan berdasarkan teori
Penelitian sebelumnya
menggunaka n metode
full
Penelitian sebelumnya
ini lebih menekankan
full costing
165 metode
full costing
pada CV. Sarana
interior di Samarinda
full costing
dalam perhitungan
harga pokok
produk tiap pesanan
meubel pada CV
Sarana Interior di
Samarinda masih
menghasilk an laba atau
tidak.
yang diterima
perusaahaan selama bulan
maret 2012 dengan
menggunakan metode
full costing
pada tiap produk pesanan selama
bulan Maret 2012 masih dapat
menghasilkan laba atau keuntungan.
costing
terha dap
perhitungan harga pokok
produksi dalam harga
pokok pesanan
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Bentuk penelitian ini yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif yaitu menjelaskan dengan sistematis, aktual, dan pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan subjek dan objek penelitian
berdasarkan fakta yang ada.
Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Yaitu metode pengumpulan data yang diambil dengan melakukan pengamatan terhadap objek yang diteliti
2. Wawancara
Mengadakan wawancara secara langsung atau lisan dengan karyawan yang berwenang, terutama pada saat pengambilan data yang dibutuhkan.
3. Dokumentasi
Metode pengumpulan data dengan mencatat informasi yang didapatkan melalui proses wawancara pada pimpinan PT. Massindo Sinar Pratama.
4. Kepustakaan
Mengumpulkan beberapa konsep teori secara kepustakaan yang diperlukan untuk penelitian ini. Metode Analisis
Analisis dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yang di kualitatifkan yaitu suatu metode dengan mengumpulkan data, disusun, diinterpretasikan, dan dianalisis sehingga memberikan keterangan bagi
pemecahan masalah yang dihadapi.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Perusahaan
PT. Massindo Sinar Pratama adalah salah satu perusahaan swasta yang ada di Manado, Sulawesi Utara yang bergerak di bidang manufaktur.Ada empat jenis produk yang dihasilkan yaitu Kasur Busa, Plastik Rabbit,
Sofa dan Spring Bed.Perusahaan ini didirikan pada bulan Januari tahun 1984 oleh seorang pengusaha bernama William Massie dan pada awalnya perusahaan ini bernama CV. Abadi Jaya Bersama. Produk awalnya pada
waktu itu adalah Busa dan Sofa kemudian berkembang dengan didirikannya pabrik Plastik Intection pada tahun 1989 yang memproduksi barang-barang plastik dengan Rabbit Star yang digunakan untuk keperluan rumah
tangga dan diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Bapak Soeharto yang diwakili oleh Menteri Perindustrian Republik Indonesia Bapak Hartanto pada tahun 1993.
Dengan adanya upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka mengembangkan serta meningkatkan produktifvtas
ini maka pada tahun 1995 perusahaan ini dinilai layak oleh pemerintah untuk
166 menerima penghargaan di bidang produktivitas berupa trophy “Sidakarya”. Di dalam menghadapi persaingan di
pasar internasional maka pada tanggal 10 Desember 1998 di kantor Notaris Thressje Sembung, SH perusahaan berganti nama menjadi PT. Massindo Sinar Pratama dan perusahaan ini dipegang oleh Massindo Group yang
memiliki kantor pusat di Jakarta, hal ini disebabkan ibukota Negara Republik Indonesia.
Perusahaan ini bekerja sama dengan top USA seprai perusahaan dalam membawa kasur terbaik merek dan inovasi produk untuk keluarga Indonesia dan berbagai jaringan hotel internasional. Perusahaan
memenangkan Rekor Bisnis Indonesia Indonesia Rekor Bisnis sebagai pertama tidur perusahaan dengan jumlah terbesar dealer aktif pada tahun 2011 dari Yayasan Tera dan surat kabar nasional Seputar Indonesia.
Massindo Group juga menerima Penghargaan Pemasaran untuk Inovasi Produk dan Pemasaran Experiental tahun 2012 oleh Majalah Marketing. Salah satu merek, nyaman, menerima
The Most Preferred Brand
dalam
Bedding
berdasarkan survei konsumen independen pada tahun 2011 dan kemudian sekali lagi pada tahun 2012. Massindo Group memiliki kasur kelas dunia pabrik di berbagai kota di Indonesia .Pabrik terbesar di Bekasi
disertifikasi oleh ISO 9001 oleh SGS United Kingdom Ltd Sistem dan Jasa Sertifikasi. Letak dan Lokasi Perusahaan
PT. Massindo Sinar Pratama terletak di penghujung kota manado, yaitu di jalan cereme kelurahan Tuminting kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara.
Website:
www.massindo.com Lokasi dari PT. Massindo Sinar Pratama itu sendiri, sangat baik untuk sebuah perusahaan manufaktur
karena memiliki area yang besar dan memiliki jarak yang cukup jauh dari pusat kota sehingga tidak mengganggu aktifitas warga masyarakat perkotaan dan perusahaan lebih leluasa untuk melakukan aktivitasnya
untuk memproduksi barang dan memasarkannya.
Proses Produksi
Proses produksi pembuatan produk spring bed dibagi ke dalam tiga bagian yaitu: a.
Proses Produksi Rangka Bahan dasar untuk memproduksi rangka produk spring bed ini adalah Kayu Merah. Kayu Merah itu
sendiri berasal dari daerah Kotamobagu yang diambil oleh cabang perusahaan Massindo grup Kotamobagu kemudian di kirimkan ke Manado yang digunakan untuk proses pembuatan rangka. Proses
pembuatan rangka dimulai dengan pemotongan kayu merah sesuai dengan model yang ingin dihasilkan. Dengan membuat difan atau sandaran tempat tidur dengan kayu merah yang telah dihaluskan dan
dipotong membentuk sandaran tempat tidur. Pegangan-pegangan yang telah di potong rapi lalu disambungkan dengan difan hingga membentuk potongan suatu rangka tempat tidur dengan bantuan
lem, kawat dan paku di setiap sambungan yang ada.
b. Proses penjahitan
Bagian ini bertugas untuk menghasilkan kasur-kasur yang akan dipasangkan pada rangka spring bed. Pada bagian penjahitan ini, terlebih dahulu busa yang ada akan dipotong-potong sesuai dengan
ukurannya menggunakan alat pemotong busa. Kemudian didalam busa akan dipasangkan
Pocketed Spring
atau pegas yang terbungkus secara independen satu persatu yang berfungsi untuk memberikan support yang lebih kuat, lebih tahan lama dan lebih anti goncangan dari pasangan tidur dan juga mereka
menambahkan side support rangkaian kawat baja untuk memperkuat setiap sisi kasur agar lebih tahan lama dan kuat menahan berat badan manusia. Setelah itu, akan dijahit dengan kain sesuai kebutuhan dan
model atau motif yang diinginkan menggunakan mesin jahit sehingga menjadi sebuah kasur yang siap untuk dipakai.
c. Proses akhir
Yang dimaksud dengan proses akhir ini adalah merupakan tahap penyelesaian produksi dari rangka hingga menjadi spring bed yang siap untuk di pasarkan. Kasur yang telah jadi akan dipasangkan pada
rangka spring bed, dan rangka tersebut akan dilapisi kain sesuai dengan model atau motifnya dengan menggunakan paku dan lem. Dan di bagian bawah rangka spring bed akan dipasangkan kaki spring
yang terbuat dari plastik. Produk spring bed yang telah jadi dicatat oleh bagian administrasi produksi dan disimpan dalam gudang barang jadi dan disiap untuk dipasarkan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada penelitian ini hanya difokuskan pada penentuan harga pokok produksi dari produk Spring Bed.
Perusahaan ini memproduksi berbagai tipe spring bed dan berbagai ukuran yang meliputi: special anak, ukuran 100X200, ukuran 120X200, ukuran 160X200, ukuran 180X200, dan ukuran 200X200. Untuk memproduksi
167 produk tersebut, perusahaan mengeluarkan biaya-biaya produksi meliputi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja,
dan biaya
overhead
pabrik. Untuk memproduksi produk ini memerlukan bahan baku utama yang meliputi bahan-bahan sebagai
berikut: 1.
Busa 2.
Kain springbed 3.
Spiral besi pocketed spring 4.
Kayu merah dalam berbagai ukuran dan 5.
Kaki plastik Kebutuhan bahan baku bergantung pada berbagai ukuran yang ada. Hal ini karena tipe dari masing-
masing springbed berbeda-beda. Ukuran 120X200 misalnya, akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan ukuran 200X200.
Dalam pembuatan produk tersebut di atas, perusahaan menggunakan tenaga kerja yang akan merakit springbed, difan, dan sandarannya. Pengeluaran biaya ini berdasarkan tarif yang telah ditentukan oleh
perusahaan. Sehingga besarnya biaya tenaga kerja bersesuaian dengan besarnya ukuran springbed tersebut. Dalam proses produksi produk-produk tersebut, perusahaan juga mengeluarkan biaya-biaya yang tidak
dapat digolongkan sebagai biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya yang dimaksudkan ini disebut biaya
overhead
pabrik. Adapun biaya-biaya tersebut meliputi : biaya penyusutan mesin dan peralatan, biaya penyusutan gedung pabrik, biaya gaji supervisor, biaya gaji petugas pabrik, biaya bbm solar,
dan biaya bahan baku tidak langsung. Adapun biaya bahan baku tidak langsung meliputi: paku, lem, benang, kertas, dan plastik.
Dalam menganalisa harga pokok produksi, ada beberapa metode yang dapat digunakan yaitu biaya penuh, biaya variabel, dan biaya berdasarkan aktivitas. Pada pembahasan ini menggunakan biaya penuh. Pada metode
biaya penuh, biaya produksi dari suatu produk meliputi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead
pabrik biaya tidak langsung pabrik. Pembebanan Biaya Bahan Baku
Pembebanan biaya bahan baku langsung pada ukuran 100X200 untuk masing-masing bahan baku langsung adalah sebagai berikut : pemakain busa dibebankan dengan cara jumlah lembar busa yang di pakai
dikalikan dengan harga perlembar perusahaan menggunakan metode FIFO untuk arus biaya bahan; pemakaian kain springbed dibebankan dengan cara jumlah meter kain yang digunakan dikalikan dengan harga permeter
kain; spiral besi dibebankan dengan cara jumlah spiral dikalikan dengan harga spiral besi perbuah; pemakaian kayu dibebankan dengan cara jumlah potong kayu biasanya perujung dikalikan dengan harga perpotong;
sedangkan kaki plastik dibebankan dengan cara jumlah kaki plastik dikalikan dengan harga perbuah kaki plastik. Hal yang sama dilakukan pada tipe dan ukuran seperti yang disebutkan di atas. Jadi biaya bahan baku
langsung yang dibebankan pada masing-masing produk besarnya akan bergantung pada ukuran dan jenis bahan yang di pakai.
Bila memperhatikan pembebanan biaya bahan baku langsung tersebut di atas maka perhitungan harga pokok produksi dari produk yang dihasilkan sudah menggolongkan biaya-biaya produk yang sesuai. Hal ini
karena biaya bahan baku langsung dapat diidentifikasi jumlah volume yang digunakan. Atau dengan kata lain biaya bahan baku langsung dapat ditelusuri jumlah volume yang digunakan. Pemakaian Busa, Kain springbed,
Spiral besi, Kayu, dan Kaki plastik pada produk berdasarkan ukuran-ukuran yang ada. Biaya bahan baku langsung yang dibebankan pada masing-masing produk berdasarkan tipe ukuran dari springbed tersebut.
Pembebanan Biaya Tenaga Kerja
Untuk biaya tenaga kerja, perusahaan membebanan biaya tenaga kerja langsung pada masing-masing produk adalah berdasarkan tarif unit produksi yang dihasilkan. Hal ini dilakukan karna perusahaan dapat
mengidentifikasi pekerja-pekerja yang melakukan kegiatan produksi pada jenis atau tipe produk yang dihasilkan. Untuk satu jenis ukuran misalkan, perusahaan menempatkan satu kelompok kerja yang melakukan
pekerjaan dari awal sampai selesai dengan masing-masing tugas yang ada. Ini dilakukan untuk memudahkan proses perhitungan biaya dan pembayarannya. Sehingga pembebanannya sesuai dengan tipe dan ukuran yang di
produksi.
Bila dikaitkan dengan teori yang ada maka pembebanan biaya tenaga kerja langsung tersebut dapat dikatakan memadai. Artinya bahwa pembebanan biaya tenaga kerja berdasarkan tarif perunit untuk tipe dan
ukuran yang di produksi dapat diandalkan.
168 Pembebanan Biaya
Overhead
Pabrik
Unsur biaya produksi yang dibebankan perusahaan berikutnya adalah biaya
overhead
pabrik. Sebagaimana diuraikan di atas bahwa biaya-biaya
overhead
pabrik biaya-biaya tidak langsung adalah meliputi biaya penyusutan mesin dan peralatan, biaya penyusutan gedung pabrik, biaya gaji supervisor, biaya gaji
petugas pabrik, biaya bbm solar, dan biaya bahan baku tidak langsung. Adapun biaya bahan baku tidak langsung meliputi: paku, lem, benang, kertas, dan plastik.
Perusahaan membebankan biaya
overhead
berdasarkan biaya yang ditentukan dimuka. Dengan cara menghitung semua biaya
overhead
dalam satu bulan perusahaan menggunakan satu bulan sama dengan 25 hari. Untuk mendapatkan biaya
overhead
perhari di hitung dengan cara membagi total biaya
overhead
perbulan dengan jumlah hari dalam sebulan. Dalam pembuatan produk, perusahaan telah menetapkan jumlah produksi
tiap hari. Pembebanan Selisih Biaya
Overhead
Pabrik
Dalam situasi tertentu perusahaan memproduksi di bawah target tetapi kemudian akan di isi kembali dengan melakukan kerja lembur. Keadaaan ini akan mempengaruhi besarnya biaya produksi. Terutama biaya
overhead
yang semi variabel misalnya biaya bahan bakar dan biaya listrik.Kelebihan atau kekurangan pembebanan biaya
overhead
diperlakukan sebagai pengurangan dan penambahan pada harga pokok produk yang diselesaikan pada periode tersebut.Situasi ini bila dikaitkan dengan teori maka dapat dikatakan memadai
karena pembebanan dilakukan pada produk yang dihasilkan untuk periode tersebut. Ini juga memungkinkan manajer produksi menganalisa apa penyebabnya.
PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut: 1.
Dalam tiga metode penentuan harga pokok produksi yaitu
full costing
,
variabel costing
,
activity based costing
. Metode
full costing
adalah metode penentuan harga pokok produksi yang tepat bagi PT. Massindo Sinar Pratama.
2. Dalam proses produksi springbed, pembebanan biaya produksi berdasarkan tipe dan ukuran yang
dihasilkan pada periode satu bulan. Dengan membebankan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya
overhead
pabrik. 3.
Pembebanan biaya bahan baku langsung yaitu menjumlahkan semua komponen bahan dengan harga persatuan dari bahan tersebut. Bahan baku langsung yang digunakan meliputi; Busa, Kain springbed,
Spriral besi, Kayu,dan Kaki plastik. 4.
Pembebanan biaya tenaga kerja langsung berdasarkan tarif unit produksi yang dihasilkan. 5.
Pembebanan biaya
overhead
pabrik pada produk berdasarkan biaya overhead ditentukan dimuka. 6.
Pembebanan selisih biaya
overhead
dilakukan pada periode dimana terjadi selisih tersebut. Saran
Dengan memperhatikan proses produksi dan pembebanan biaya produk pada produk yang dihasilkan maka hal yang perlu mendapat perhatian utama adalah pembebanan biaya
overhead
pabrik. Perusahaan dapat menganalisa berapa pemakaian listrik dan bahan bakar minyak perjam. Karena kapasitas terpasang sudah di
ketahui.
DAFTAR PUSTAKA
Arfan Ikhsan, 2009.
Pengantar Praktis Akuntansi.
Edisi pertama.Cetakan pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta. Carles T. Horngren, Srikant M. Datar, George Foster, 2008.
Akuntansi Biaya, Penekanan Manajerial
. Jilid 1.Erlangga. Jakarta.
Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen, 2009.
Akuntansi Manajerial
. Edisi 8. Salemba Empat. Jakarta.
169 Eka Nur Khasanah, 2011.
Penerapan Metode Full Costing Dalam Menentukan Harga Jual Batu Bara Pada PT. Energy Alam Sejahtera Di Samarinda
. Jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas Mulawarman. Firdaus A. Dunia, Wasilah Abdulah, 2009.
Akuntansi Biaya
. Salemba Empat. Jakarta. Horngren, Harrison, 2007. Akuntansi. Edisi Ketujuh. Jilid 1.Erlangga. Jakarta.
Irma Sari, 2012.
Analisis Harga Pokok Pesanan Meubel Dengan Metode Full Costing pada CV. Sarana Interior di Samarinda
. Jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas Mulawarman. Krismiaji, Y Anny Aryani, 2011.
Akuntansi Manajemen
. Edisi kedua. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Kadir, Abdul, 2011.
Panduan Menyusun Laporan Tugas Akhir, Skripsi, dan Tesis Menggunakan Microsoft Word
. Mediakom.Yogyakarta. Mulyadi, 2012.
Akuntansi Biaya
. Edisi kelima.Cetakan sebelas. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. P. Siagian masihdalam Nanang Fatah 2007.
Manajemen Keuangan
. Jilid 1.Gramediana. Bandung. Sugiono, 2009.
Memahami Penelitian Kualitatif
. Alfabeta. Bandung. Warren, Reevefess, 2008.
Pengantar Akuntansi
. Salemba empat. Jakarta.
Website: www.massindo.com
170
ANALISIS PENERAPAN PSAK NO.102 ATAS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MANADO
Sri Wahyuni Muklis Sifrid Sonny Pangemanan
Lidia Mawikere
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado
email : yhunie.muhlisyahoo.com
ABSTRAK
Produk pembiayaan murabahah adalah salah satu produk unggulan pembiayaan perbankan syariah. Ikatan Akuntansi Indonesia IAI telah menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 102 yang bertujuan untuk
mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi murabahah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian penerapan pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado
dengan PSAK No. 102. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu data yang telah dikumpulkan, kemudian disusun, diinterprestasikan, dan dianalisa sehingga memberikan keterangan yang lengkap
atau gambaran yang sebenarnya tentang pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri
Cabang Manado dalam hal pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapannya telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 102.
Kata kunci: PSAK No. 102, Pembiayaan Murabahah.
ABSTRACT
Funding product “Murabahah” is one of upscale for syariah banking. IAI Indonesia Accountant Association has published Accountant funding standard statement PSAK No. 102, which admission, transparency, measuring and
explanation from “Murabahah” transaction. the other purpose from this research is to know adjustment of “Murabahah” in PT. Bank Syariah Mandiri, Manado Branch with PSAK No. 102. Descriptive theory is been used for this research, which
is the data has been gathered, arranged, interpret, and analysed, so it can give full information or picture about “Murabahah” funding in PT. Bank Syariah Mandiri, Manado Branch, where this presentation has been standardized
based from standard accountant funding statement No. 102. Keywords: PSAK No. 102, Murabahah Funding.
171
PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Masalah
Kegiatan usaha yang paling dominan dan sangat dibutuhkan keberadaannya di dunia ekonomi saat ini adalah kegiatan usaha lembaga keuangan perbankan, oleh karena fungsinya sebagai pengumpul dana yang
sangat berperan demi menunjang pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Lembaga keuangan perbankan merupakan lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali ke
masyarakat guna memenuhi kebutuhan dana bagi pihak yang membutuhkan, baik untuk kegiatan produktif maupun konsumtif. Ghaffar, 2009
Lembaga perbankan di Indonesia telah terbagi menjadi dua jenis yaitu, bank yang bersifat konvensional dan bank yang bersifat syariah. Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008, Bank Konvensional adalah
bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat. Sedangkan Bank Syariah adalah bank yang menjalankan
kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah.
Perkembangan Bank Syariah di Indonesia mulai sangat terlihat. Tidak hanya Bank Muamalat Indonesia BMI, saat ini mulai banyak berdirinya Bank Syariah sebagai cabang dari bank konvensional. Salah satunya
yakni PT. Bank Syariah Mandiri yang secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu
memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam
kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik.
Bank syariah mulai berkembang dalam skala besar dengan menawarkan berbagai produk pembiayaan dengan istilah-istilah yang masih belum dipahami oleh masyarakat pada umumnya. Pembiayaan merupakan
salah satu kegiatan utama dan menjadi sumber utama pendapatan bagi bank syariah. Ada beberapa bentuk pembiayaan perbankan berdasarkan prinsip syariah, namun yang menjadi salah satu produk unggulan
pembiayaan perbankan syariah adalah produk pembiayaan
murabahah
. Kata
al-Murabahah
diambil dari bahasa Arab dari kata
ar-ribhu
yang berarti kelebihan dan tambahan keuntungan. Sedangkan dalam definisi para ulama terdahulu adalah jual beli dengan modal
ditambah keuntungan yang diketahui. Dalam buku Islamic Financial Management 2008: 145 definisi
Murabahah
adalah akad jual beli atas suatu barang, dengan harga yang disepakati antara penjual dan pembeli, setelah sebelumnya penjual menyebutkan dengan sebenarnya harga perolehan atas barang tersebut dan besarnya
keuntungan yang diperolehnya. Ikatan Akuntansi Indonesia IAI menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 102
yang bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi
murabahah
yang diberlakukan secara efektif sejak tanggal 1 Januari 2008. Penerapan standar-standar akuntansi tersebut dapat menjaga konsistensi, baik yang bersifat internal maupun eksternal perusahaan, bahkan untuk menjamin
kesesuaiannya dengan syariat islam. Dengan adanya standar yang ditetapkan mengenai pembiayaan
murabahah,
maka penulis merasa penting untuk membahas masalah akuntansi pembiayaan
murabahah
secara teori dengan meninjau penerapannya pada bank syariah. Untuk mengetahui kesesuaian penerapan pembiayaan
murabahah
yang telah diterapkan pada bank syariah dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 102, mulai dari proses pengakuan, pengukuran sampai pada proses penyajian. Untuk itu penulis melakukan
penelitian yang berjudul
“Analisis Penerapan PSAK No. 102 atas Pembiayaan
Murabahah
Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado”.
1.2 Perumusan Masalah