Program peningkatan jalan jembatan Rp 3.437.180.150

115 Tabel 5. Pengeluaran untuk Program Rehabilitas pemeliharaan dan peningkatan jalan dan jembatan SULUT tahun 2012 Uraian Anggaran 2012 Realisasi 2012 1. Program Rehabilitas pemeliharaan Jalan dan Jembatan Rp115.234.970.450 Rp105.198.578.268 91,29 Honorarium Pegawai Honorer tidak tetap Rp 1.478.059.000 Rp 1.326.712.500 89,76 Belanja barang habis pakai belanja alat tulis kantor Rp 95.000.000 Rp 87.011.935 91,59 Belanja bahan material Belanja bahan baku bangunan Rp 20.893.500.000 Rp20.869.447.978 99,88 Belanja cetak dan penggandaan Rp 295.000.000 Rp 242.078.873 82,06 Belanja Perjalanan Dinas Rp 145.000.000 Rp - Belanja jasa konsultansi perencanaan Rp 1.954.519.000 Rp 1.943.269.000 99,42 Belanja modal pengadaan konstruksi jalan Rp 89.773.892.450 Rp80.163.821.130 89,3 Belanja modal pengadaan konstruksi jembatan Rp 600.000.000 Rp 566.236.852 94,37

2. Program peningkatan jalan jembatan Rp 3.437.180.150

Rp 2.393.387.538 70 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi jalan Rp 359.365.500 Rp 210.000.000 58,44 Belanja modal pengadaan konstruksi jembatan Rp 3.077.814.650 Rp 2.183.387.538 70,94 Jumlah Rp118.672.150.600 Rp107.591.965.806 90,66 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum SULUT Tabel 5 menunjukan bahwa jumlah pengeluaran atau realisasi untuk belanja langsung dalam peningkatan sarana prasarana jalan di SULUT pada tahun 2012 adalah sebesar Rp 107.591.965.806. Rancangan APBD Untuk Tahun 2013 dalam kaitannya dengan alokasi dana pajak kendaraan bermotor Untuk Tahun Anggaran TA 2013 Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah, telah menetapkan target dari penerimaan pajak daerah termasuk didalamnya pajak kendaraan bermotor. Jumlah nominal yang ditargetkan adalah sebagai berikut: Tabel 6. Target Penerimaan Pajak Daerah SULUT Tahun Anggaran 2013 Jenis Penerimaan Target TA. 2013 PKB Rp. 188.714.175.750 BBN – KB Rp. 245.808.359.000 PBB – KB Rp. 143.240.000.000 P3AP Rp 1.800.930.000 Jumlah Rp 579.563.464.750 Sumber: Website Resmi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara. 116 Tabel 6 menunjukan bahwa target dari penerimaan pajak kendaraan bermotor adalah sebesar Rp. 188.714.175.750 atau 32 dari jumlah keseluruhan target. Dari penerimaan pajak kendaraan bermotor tersebut akan dibagi sebesar 70 untuk provinsi dan 30 untuk kabupatenkota, sehingga nominal pembagiannya yaitu: Target tahun 2013 : Rp 188.714.175.750 Untuk Pemungut : 3 x Rp 188.714.175.750 = Rp 5.661.425.273 Sisa yang akan dibagihasilkan ke Provinsi dan KabupatenKota : Rp 188.714.175.750 – Rp 5.661.425.273 = Rp 183.052.750.478 Provinsi : 70 x Rp Rp 183.052.750.478 = Rp 128.136.925.334 Kota : 30 x Rp Rp 183.052.750.478 = Rp 54.915.825.143 Terlihat bahwa dana yang ditargetkan masuk ke kas provinsi dari bagi hasil pajak kendaraan bermotor adalah Rp.128.136.925.334. Dari besaran tersebut yang menjadi dasar yang akan dialokasikan earmark akan dikalikan 10 sebagai nilai minimum yang akan di alokasikan. Earmarking Tax = 10 x Rp 128.136.925.334 = Rp 12.813.692.533 Perhitungan tersebut menunjukan bahwa anggaran untuk belanja dalam hal pembangunan sarana transportasi harus bernilai Rp 12.813.692.533 atau lebih. Rancangan APBD dalam kaitannya dengan kebijakan earmarking tax pajak kendaraan bermotor adalah mengenai biaya untuk pembangunan sarana prasarana transportasi dalam hal ini jalan raya. Rancangan APBD nya masuk dalam SKPD Dinas Pekerjaan Umum. Berdasarkan APBD TA. 2013 anggaran untuk rehabilitas, pemeliharaan dan peningkatan jalan SULUT adalah sebesar Rp84.070.401.700 Pembahasan Pelaksanaan kebijakan earmarking tax provinsi Sulawesi Utara didasarkan pada Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, kemudian dijabarkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 7 tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Sistem APBD SULUT dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan untuk pelayanan publik menggambarkan suatu sistem yang bersifat terarah dalam penganggaran dan penyetoran dananya. Tidak ada spesifikasi pengaturan dana dari pendapatan tertentu akan di khususkan untuk pengeluaran tertentu. Hal ini menunjukan bahwa nilai minimal 10 yang harus dialokasikan dananya untuk sarana dan prasarana transportasi tidak akan terlihat, karena dana pajak kendaraan bermotor ini di setorkan ke kas daerah secara keseluruhan. Keberadaan besaran minimal 10 ini yang diatur juga dalam Perda No 7 tahun 2011 dijadikan sebagai jaminan bagi ketersediaan dana untuk peningkatan sarana dan prasarana transportasi di SULUT. Namun pembiayaan untuk pengeluaran tersebut juga didasarkan atas keperluan dari daerah, jadi dengan kata lain jumlah pengeluarannya bisa lebih dari besaran 10 tersebut. Tabel 7. Penerimaan PKB dan belanja untuk sarana prasarana jalan SULUT 2012 Penerimaan PKB keseluruhan Bagi Hasil ke Provinsi 70 Earmarking tax minimal 10 Pengeluaran untuk sarana prasarana jalan Rp176.131.943.531 Rp119.593.589.657 Rp11.959.358.965 Rp107.591.965.806. Dikelola Penulis Tabel 7 menunjukan bahwa besaran earmarking tax sebesar 10 yaitu Rp11.959.358.965 merupakan nilai minimal yang harus digunakan untuk belanja peningkatan sarana dan prasarana transportasi dalam hal ini jalan. Namun besaran pengeluaran untuk belanja tersebut adalah senilai Rp107.591.965.806. hal ini menunjukan bahwa dana yang digunakan untuk belanja peningkatan sarana dan prasarana jalan sudah lebih dari minimal besaran alokasi dana pajak kendaraan bermotor. Sehingga dapat dikatakan bahwa SULUT telah mengeluarkan dana untuk belanja peningkatan sarana dan prasarana jalan mencapai 90 dari penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor yang di bagi hasilkan ke kas daerah SULUT atau sekitar 61 dari penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor SULUT secara keseluruhan untuk tahun 2012. 117 PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan untuk penelitian ini yaitu sebagai berikut: Pelaksanaan kebijakan earmarking tax pajak kendaraan bermotor di Provinsi Sulawesi Utara, berjalan bersamaan dengan sistem penganggaran dalam APBD, dimana alur pendapatan sampai pada pengeluaran dilaksanakan dalam satu pot besar yaitu APBD melalui kas umum daerah. Dalam hasil dan pembahasan penelitian terlihat bahwa pada tahun 2012 belanja untuk peningkatan dan pemeliharaan jalan di SULUT telah melebihi minimal 10 dari penerimaan pajak kendaraan bermotor yaitu mencapai 90. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara No. 7 tahun 2011 tentang Pajak Daerah, menunjukan bahwa kebijakan earmarking tax di SULUT telah sesuai dengan ketentuan tersebut dalam hal nilai atau jumlah alokasi dana yang diamanatkan, dimana jumlah dana yang digunakan dalam belanja peningkatan dan pemeliharaan jalan tersebut telah melebihi minimal 10 penerimaan pajak kendaraan bermotor. Saran Berdasarkan kesimpulan yang ada maka yang menjadi saran dari penulis yaitu pemerintah daerah Sulawesi Utara harus mempertahankan bahkan meningkatkan kebijakan pemenuhan pelayanan publik dalam hal peningkatan sarana prasarana transportasi sebagai wujud alokasi dana pajak kendaraan bermotor, dimana wajib pajak memilik hak untuk menikmati pelayanan publik tersebut. Mengingat perkembangan pertumbuhan dana pungutan pajak yang terus meningkat pada tiap tahun berjalan, maka harus disesuaikan juga kebutuhan dari penggunaan objek pajak tersebut. Selain itu, diupayakan agar memprioritaskan rehabilitas ataupun pemeliharaan jalan yang berada dilingkungan sektor perekonomian ataupun pemerintahan, hal ini dikarenakan banyaknya kendaraan yang melintasi jalan-jalan di lingkungan tersebut, sehingga tinggi pula tingkat akibat yang ditimbulkan seperti kerusakan jalan, ataupun kemacetan. DAFTAR PUSTAKA Bela, Poetri Mutiara, 2010. Analisis Earmarking Tax Atas Pajak Kendaraan Bermotor Studi Earmarking Tax di DKI Jakarta : Universitas Indonesia. Depok. http:lib.ui.ac.idharvestindex.phprecordview425159. Diakses 25 Agustus 2013. Indriantoro, Supomo, 2012. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen . Edisi Pertama. BPFE- Yogyakarta : Yogyakarta. Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan, Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2012. Pelengkap Buku Pegangan Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah : Jakarta. Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah PDRD . Jakarta. . Peraturan Daerah PERDA Provinsi Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah . Manado. Setyani, Murdiyana, 2012. Analisis Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Kontribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah PAD Provinsi Sulawesi Utara : Universitas Sam Ratulangi, Manado. Siahaan Marihot Pahala. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Edisi revisi. Rajawali pers : Jakarta. Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Bisnis . Alfabeta : Bandung. Waluyo, 2011. Perpajakan Indonesia . edisi 10. Salemba Empat : Jakarta. Dinas Pendapatan Daerah Sulawesi Utara, 2013. Target Pendapatan Asli Daerah PAD SULUT TA. 2013. Manado. http:dispenda.sulutprov.go.idindex.phpwebdata15.1. Diakses 4 September 2013. 118 ANALISIS PERBANDINGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENGENAAN TARIF PAJAK PROGRESIF PADA KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN “THE FOUR MAXIMS” DI KOTA MANADO Eugenia Rosalie Jantje Tinangon Rudy Pusung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi email : NiaRantunggmail.com ABSTRAK Pajak kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber pendapatan yang memberikan kontirbusi penting. Dengan mulai diberlakukannya pajak progresif pada kendaraan bermotor awal tahun 2012 yang berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta Perda Provinsi Sulut Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Provinsi Sulut bahwa kepemilikan kendaraan bermotor pribadi kedua dan seterusnya tarif pajaknya ditetapkan secara progresif. Pada awal diberlakukanya pajak progresif tersebut, banyak masyarakat yang merasa tidak nyaman dan terbebani, mungkin hal ini disebabkan karena kurangnya informasi mengenai pemberlakuan tarif progresif tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana pengenaan tarif progresif pada kendaraan bermotor berdasarkan asas pemungutan pajak di Kota Manado serta mengetahui dampak dari membandingkan sebelum dan sesudah pengenaan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis , yaitu suatu metode penelitian dengan mengungkapkan masalah yang ada di Kantor pemerintahan, mengolah data, menganalisis, meneliti dan menginterprestasikan serta membuat kesimpulan dan memberi saran yang kemudian disusun pembahasannya secara sistematis sehingga masalah yang ada di perusahaan dapat dipahami. Hasil penelitian dapat dilihat pengenaan pajak progresif masih sangat sesuai dengan “The Four Maxims”yaitu asas pemungutan pajak yang dikemukakan oleh Adam Smith yang terdiri dari kesamaan dan keseimbangan Equality, kepastian hukum certainty; c asas tepat waktu convenient of payment; dan d asas economic of collection.pajak progresif memiliki dampak positif lainnya yaitu meningkatkan penerimaan PKB dan BBNKB yang dengan otomatis meningkatkan penerimaan PAD yang sebagian besar memang merupakan sumber dari Pajak Daerah. Pengenaan Tarif Pajak Progresif sudah berjalan sebagaimana tujuan awal pemerintah memberlakukannya dan sangat sesuai dengan fungsi pajak yaitu Fungsi Budgetair. Kata kunci : pajak kendaraan bermotor, tarif pajak progresif, the four maxims. ABSTRACT Motor vehicle tax is one source of revenue that provides kontirbusi important. With the entry into force of a progressive tax on motor vehicles beginning in 2012 based on Law No. 28 of 2009 on Regional Taxes and Levies as well as the North Sulawesi Provincial Regulation No. 7 of 2011 on Local Taxes North Sulawesi province that both private vehicle ownership and tax rates set forth progressively. At the beginning of the adoption of the progressive tax, many people who feel uncomfortable and overwhelmed, perhaps this was due to lack of information regarding the application of progressive rates. The purpose of this study is how the progressive tariffs on motor vehicles based principle of taxation in the city of Manado, and determine the impact of comparing before and after imposition. The method used is descriptive analytical method, which is a research method to reveal the existing problems in office administration, data processing, analyzing, researching and interpret and make conclusions and give suggestions which are then arranged in a systematic discussion so that problems that exist in the company can be understood. From the results of the research can be seen still highly progressive taxation in accordance with The Four Maxims that principle of taxation proposed by Adam Smith which consists of similarity and balance Equality, legal certainty certainty, c a timely basis convenient of payment, and d the principle of economies of collection. progressive taxation has other positive effects which increase the acceptance of PKB and BBNKB which automatically increases the acceptance of the PAD that most of it is the source of Local Taxes. Imposition of Tax Rate has been running as a Progressive government enforce the original purpose and is in accordance with the tax function is budgetair function. Keywords : motor vehicles tax, progresive tax rate, the four maxims 119 PENDAHULUAN Latar Belakang Pajak merupakan alat bagi pemerintahan dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan peneriamaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung untuk membiayai pengeluaran rutin negara serta untuk membiayai pembangunan nasional dan ekonomi masyarakat. Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada negara yang manfaatnya tidak dapat secara langsung dirasakan. Secara teoritis alasan pengenaan pajak kendaraan bermotor PKB adalah penggunaan jalan raya yang merupakan barang publik public goods –tidak murni oleh masyarakat. Dalam UU No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, tarif pajak Kendaraan Bermotor dikenakan secara progresif, yakni 1,5 terhadap nilai jual untuk pembelian Kendaraan Bermotor pertama dan 2-10 terhadap kendaraan kedua dan seterusnya. Seiring dengan berlakunya tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor yang adalah aturan baru, masyarakat merasa semakin terbebani karena biaya yang dikeluarkan untuk membayar pajak kendaraan semakin bertambah. Sistem otonomi daerah yang diberlakukan di Indonesia sejak 1 Januari 2007, menuntut daerah- daerah mencari baerbagai alternatif sumber penerimaan yang dapat digunkan membiayai pengeluaran dan belanja daerah. Pemberian kewenangan kepada daerah untuk memungut pajak dan retribusi daerah diperlukan adanya landasan hukum yang merupakan dasar hukum pemungutan pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu Undang- Undang No. 18 Tahun 1977 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah menjadi Undang- Undang No. 28 Tahun 2009 yang berlauk sejak Januari 2010 Waluyo,2011:23. Peranan pemerintah daerah dalam penyelenggaran pemerintah dan pembangunan serta pelayanan masyarakat dalam pelaksanaan otonomi daerah akan semakin meningkat, peningkatan peranan ini dilandasi dengan kemampuan daerah untuk mengelola secara optimal potensi daerahnya sendiri termasuk dalam pengelolaan sumber- sumber Pendapatan Asli. Sesuai dengan tujuan ditambahkannya tarif pajak progresif adalah untuk mengurangi antusiasme masyarakat terhadap pembelian kendaraan bermotor dan untuk meningkatkan sumber penerimaan negara. Tujuan pemerintah ini sesuai dengan fungsi pajak itu sendiri yaitu Fungsi Regulerend atau mengatur dan Fungsi Budgetair . Seiring dengan berlakunya tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor, penulis ingin mengetahui efektifitas dari tujuan pemerintah tersebut. Apakah sudah seuai dengan kedua fungsi tersebut. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dala penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui penerapan tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor di Kota Manado. 2. Untuk mengetahui penerapan tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor berdasarkan asas-asas pemungutan pajak. 3. Untuk mengetahui efektifitas tujuan pengenaan pajak progresif terhadap fungsi dari pajak yaitu sebagai Budgetair atau Regulerend . TINJAUAN PUSTAKA Pajak Pajak Menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 th 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar- besarnya kemamakmuran rakyat” Muljono 2009 : 1 menyatakan bahwa pajak adalah iuran kepada kas negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. 120 Soemitro dalam Mardiasmo 2011:1 menyatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal kontraprestasi, yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum, dengan penjelasan sebagai berikut: “dapat dipaksakan” artinya: bila utang pajak tidak dibayar, utang itu dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan, seperti surat paksa dan sita, dan juga penyanderaan terhadap pembayaran pajak, tidak dapat ditunjukkan jasa timbal balik tertentu seperti halnya dengan retribusi. Andriani dalam bukunya Waluyo,2011 : 2 menyatakan pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara yang dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum undang- undang dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaranpengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Unsur Pajak 1. Pajak merupakan iuran wajib dari rakyat kepada kas negara yang berupa uang. 2. Pajak bersifat memaksa karena pemungutannya berdasarkan dengan undang-undang. 3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat langsung dirasakan manfaatnya. 4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran- pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.Unsur Pajak Fungsi Pajak 1. Fungsi Budgetair Finansial Dalam fungsi budgetair ini pajak digunakan untuk membiayai keperluan keperluan rutin negara, seperti pembangunan, pembelanjaan rumah tangga negara, pembayaran gaji pegawai negeri sipil, dll. 2. Fungsi Regulerend Mengatur Dalam fungsi regulerend atau fungsi mengatur ini pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur baik masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan tertentu dengan mengunakan kebijakan pajak. Jenis Pajak Jenis pajak dapat digolongkan menjadi 3 macam yaitu: 1. Menurut Golongannya : a. Pajak Langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dibebankan kepada pihak lain. b. Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kan atau dibebankan kepada pihak lain. 2. Berdasarkan Lembaga pemungut : a. Pajak PusatPajak Negara adalah pajak yang lembaga pemungut yang berwenang ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui Direktorat Jendral Pajak. Contohnya : Pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai. b. Pajak Daerah adalah pajak yang lembaga pemungut yang berwenang ada pada pemerintah daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah. Dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, terdiri dari 5 jenis Pajak Daerah Propinsi dan 11 jenis Pajak Daerah KabupatenKota. 3. Berdasarkan Sifat a. Pajak Subjektif adalah pajak yang memperhatikan kondisikeadaan Wajib Pajak. Dalam menentukan pajaknya harus ada alasan-alasan objektif yang berhubungan erat dengan keadaan materialnya yaitu gaya pikul. b. Pajak Objektif adalah pajak yang pada awalnya memerhatikan objek yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar, kemudian baru dicari subjeknya baik Orang Pribadi maupun badan. Jadi dengan kata lain, pajak objektif adalah pengenaan pajak yang hanya memerhatikan kondisi objeknya saja. 121 Tarif Pajak Tarif pajak didefinisikan sebagai angka tertentu yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, yaitu Mardiasmo,2009:9 : 1. Tarif SebandingProporsional yaitu tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak. 2. Tarif Tetap yaitu tarif berupa jumlah yang tetap sama terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap. 3. Tarif Progresif yaitu persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar. Menurut kenaikan persentase tarifnya, tarif progresif dibagi: a. Tarif progresif progresif : kenaikan persentase semakin besar b. Tarif progresif tetap : kenaikan persentase tetap c. Tarif progresif degresif : kenaikan persentase semakin kecil 4. Tarif Degresif yaitu tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar. Asas- asas Pemungutan Pajak Sekitar abad 18 seorang ahli Ekonomi yang kini disebut sebagai Bapak Ekonomi yaitu Adam Smith 1723-1790 dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations terkenal dengan nama Wealth of Nations mengemukakan empat asas pemungutan pajak yang lazim disebut “ The Four Cannons Maxims Taxation “. Suatu aturan hukum tentang pajak yang adil harus memenuhi syarat yaitu a. Asas kesamaan equality dan keadilan equity b. Asas kepastian hukum certainty c. Asas tepat waktu convenient of payment d. Asas economic of collection yang mengharuskan biaya pemungutan pajak harus relatif kecil dibandingkan dengan pajak yang masuk. Pajak Daerah Berdasarkan peraturan daerah Propinsi Sulawesi Utara tentang Pajak Daerah Bab 1 Ketentuan Umum, Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak Kendaraan Bermotor Beberapa jenis pajak yang diatur dalam pajak daerah salah satunya adalah pajak kendaraan bermotor. Definisi Kendaraan Bermotor berdasarkan UU No 28 tahun 2009 adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air. Subjek dan Wajib Pajak 1. Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki danatau menguasai kendaraan bermotor. 2. Wajib Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki kendaraan bermotor. 3. Yang bertanggungjawab atas pembayaran pajak adalah : a. untuk orang pribadi adalah orang yang bersangkutan, kuasanya atau ahli warisnya. b. untuk badan adalah pengurus atau kuasanya. 122 Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor adalah hasil perkalian dari 2 dua unsur pokok: 1. Nilai Jual Kendaraan Bermotor; dan 2. Bobot yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan danatau pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor. Presentase Tarif Pajak Progresif Berikut adalah presentase pengenaan tarif progresif bagi kendaraan bermotor berdasarkan PERDA Sulawesi Utara. 1. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi ditetapkan dengan cara sebagai berikut: a. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama sebesar 1,5 satu koma lima persen; b. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya ditetapkan secara progresif yaitu, 1 kendaraan kepemilikan kedua sebesar 2 dua persen; 2 kendaraan kepemilikan ketiga sebesar 2,5 dua koma lima persen; 3 kendaraan kepemilikan keempat sebesar 3 tiga persen; 4 kendaraan kepemilikan kelima dan seterusnya 3,5 tiga koma lima persen. 2. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, PemerintahTNIPOLRI, Pemerintah Daerah ditetapkan sebagai berikut. a. Kendaraan bermotor angkutan umum sebesar 1 satu persen. b. Kendaraan bermotor ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan PemerintahTNIPOLRI, Pemerintah Daerah sebesar 0,5 nol koma lima persen. 3. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan sebesar 0,2 nol koma dua persen. 4. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor di air ditetapkan sebesar 1,5 satu koma lima persen. 123 Peneliti Terdahulu Tabel 1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Tahun Judul Tujuan Metode penelitian Hasil penelitian Persamaan Perbedaan Nugraha 2010 Penerapan Pajak Progresif Terhadap Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Berdasarkan Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor Tahun 2010 tentang Pajak Daerah Bertujuan untuk mengetahui penerapan pajak Progresif terhadap wajib pajak kendaraan bermotor berdasarkan peraturan daerah Jawa Timur Nomor 9 tahun 2010 tentang pajak daerah. Pengembangan deskripsi kasus Penerapan Pajak Progresif untuk Kendaraan Bermotor menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif yaitu berkurangnya jumlah kendaraan, dan dampak negatif masyarakat melakukan penyelundupan hukum. Peneliti sebelumnya melakukan penelitian terhadap faktor yang sama yaitu tarif pajak progresif Peneliti mencoba mengkaji penerepan pajak progresif berdasar peraturan daerah Jawa Timur Nomor 9 tahun 2010 Fajariani 2013 Analisis Pengenaan Tarif Pajak Progresif Pada PajakKendaraan Bermotor Berdasarkan “The Four Maxims ” Untuk mengetahui penerapan tarif pajak progresif pada kendaraanber motor di Provinsi jawa Timur, apakah pengenaan tarif progresif tersebut sudahsesuai dengan asas- asas pemungutan pajak Deskripsi Asas dalam “The Four Maxims ” yang dikemukakan oleh Adam Smithkelihatann ya masih relevan untuk diterapkan Peneliti melakukan penelitian terhadap faktor yang sama yaitu tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor. Tempat dilakukannya penelitian dan perubahan perundang- undangan. 124 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, membandingkan sebelum dan sesudah pengenaan tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor berdasarkan The Four Maxims, hasil dari pencaraian data- data kemudian akan di analisis dan dideskripsikan kemudian disimpulkan sesuai dengan tujuan penelitian ini. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kantor UPTD Manado SAMSAT jalan 17 Agustus No.123 Kota Manado. Penelitian ini dilangsungkan selama 2 minggu yaitu dari tanggal 23 – 7 Oktober 2013. Prosedur Penelitian Susunan prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Melakukan observasi langsung ke objek penelitian untuk mengetaui gambaran umum mekanisme kegiatan pemungutan pajak yang ditetapkan Kantor. Kemudian ke bagian Humas untuk mendapatkan penjelasan mengenai profil kantor dan jumlah pegawai yang ada. 2. Mengumpulkan data- data yang diperlukan sehubungan dengan penelitian ini untuk menjadikan dasar acauan dalam penelitian. 3. Menganalisi apakah pengenaan tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor sudah sesuai dengan asas – asas pemungutan pajak atau tidak. 4. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Metode Pengumpulan Data a. Data Primer Pengumpulan data primer dalam penelitian diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan pihak Kantor UPTD Samsat Kota Manado yang bebas terpimpin, yaitu dilakukan dengan mempersiapkan terlebih dahulu pertanyaan- pertanyaan sebagai pedoman, tetapi masih memungkinkan melakukan variasi-variasi pertanyaan yang disesuaikan dengan jawaban dari responden dan situasi ketika wawancara. Dalam hal ini mewawancarai langsung Kepala SIE Pajak UPTD Manado. b. Data sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi kepustakaan yaitu suatu cara untuk mendapatkan data yang terdapat di dalam buku di Perpusatakaan Daerah Kota Manado dan Perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi Kota Manado. Hal ini dilakukan dengan mengumpulkan data melalui penelusuran bahan pustaka, mempelajari dan mengutip dari beberapa sumber data yang ada, studi dokumentasi berkas- berkas dari pejabat Kantor Bersama SAMSAT Kota Manado. Selain itu juga dari penelusuran peraturan perundang- undangan dan penelusuran situs-situs internet yang berkaitan dengan penelitian ini. Seperti buku- buku perpajakan dan Undang Undang atau Perda. Serta berupa laporan realisasi PKB dan BBNKB, laporan perincian jenis Kendaraan Bermotor, dan Laporan Perbandingan Realisasi Penerimaan PAD UPTD Manado. Metode Analisis Data Berdasarkan rumusan tujuan sebelumnya, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis , yaitu suatu metode penelitian dengan mengungkapkan masalah yang ada di Kantor pemerintahan, mengolah data, menganalisis, meneliti dan menginterprestasikan serta membuat kesimpulan dan memberi saran yang kemudian disusun pembahasannya secara sistematis sehingga masalah yang ada di perusahaan dapat dipahami . 125 Pengertian dari metode deskriptif analitis menurut Sugiyono 2009: 29 adalah “Metode Deskriptif adalah suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum .” HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kantor UPTD Manado SAMSAT UPTD Manado Samsat merupakan salah satu dari bagian atau perpanjangan tangan dari Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara. UPTD Manado merupakan satu dari 15 UPTD yang ada di Provinsi Sulut. Yang membantu Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara dalam memungut pajak dari masyarakat khususnya untuk Pajak Kendaraan Bermotor dan yang berhubungan dengan PKB tersebut. Berawal dengan adanya Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, serta Peraturan daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 3 Tahun 2008 yang dijabarkan melalui Peraturan Gubernur Nomor 62 tahun 2008, Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara dititik beratkan pada kegiatan teknis operasional yang dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD. Dalam menjalankan tugas dan fungsi tersebut UPTD Manado Samsat berorientasi pada visi dan misi sebagai berikut : Visi : ”Terwujudnya Pendapatan Asli Daerah PAD Sebagai Sumber Utama Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD” Misi : 1. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. 2. Mengoptimalkan pemungutan Pendapatan Asli Daerah dan Pengelolaan Dana Perimbangan. 3. Meningkatkan tertib administrasi pengelolaan pendapatan daerah. 4. Mengingkatkan koordinasi dengan mitra kerja. 5. Mengembangkan pemanfaatan informatikan dan telematika pendapatan daerah. Hasil Penelitian 1. Pajak progresif untuk kendaraan bermotor mulai berlaku di Sulawesi Utara sejak 1 Januari 2012. Berlakunya Pajak progresif ini merupakan penerapan pasal 8 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang pelaksanaannya ditetapkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Pajak progresif ini berlaku pada kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya, kendaraan roda 2 dua dan kendaraan roda 4 empat kecuali pada kendaraan jenis pick up dan Dumb Truck. 2. Dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2009 Pasal 6, disebutkan bahwa tarif Pajak kendaraan bermotor pribadi ditetapkan sebagai berikut: a. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1 satu persen dan atau paling tinggi sebesar 2 dua persen. b. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya dapat ditetapkan secara progresif paling rendah 2 dua persen dan paling tinggi 10 sepuluh persen. 3. Dalam Pasal 7 Peraturan Daerah Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Adapun untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya ditetapkan secara progresif yaitu : a. Kendaraan kepemilikan pertama sebesar 1,5 satu koma lima persen b. kendaraan kepemilikan kedua sebesar 2 dua persen; c. kendaraan kepemilikan ketiga sebesar 2,5 dua koma lima persen; d. kendaraan kepemilikan keempat sebesar 3 tiga persen; e. kendaraan kepemilikan kelima dan seterusnya 3,5 tiga koma lima persen. 4. Asas –asas pemungutan Pajak yang dikemukakan oleh Adam Smith yaitu The Four Maxims. 126 Pembahasan Pengenaan Tarif Pajak Progresif Pada Kendaraan Bermotor di Kota Manado Penerapannya tarif pajak progresif di Sulawesi Utara sejak 1 Januari 2012. Pemberlakuannya di dasari oleh UU no 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang pelaksanaanya ditetapkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2011 Tentang pajak Daerah. Pajak Progresif Berlaku pada kepemilikan kedua dan seterusnya. Pengenaan tarif pajak progresif sendiri pada 2012 belum begitu maksimal, karena masih pihak pemerintah dan masyarakat masih dalam tahap penyesuaian dengan aturan baru ini. Oleh karena itu pada awalnya, pemerintah memberikan keringanan dengan jalan, masyarakat diperbolehkan mengatur susunan kendaraan yang akan dikenakan pajak progresif. Selanjutnya pengenaan tarif pajak progresif akan disesuaikan dengan urutan tanggal pembelian.Kepemilikan kendaraan bermotor untuk penetapan pajak progresif kendaraan bermotor didasarkan atas nama danatau alamat yang sama. Penerapan pajak progresif terhadap kendaraan bermotor ini diharapkan juga mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD kota Manado. Karena dengan meningkatnya jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak, tentu saja berpengaruh terhadap PAD kota Manado dan mengurangi minat masyarakat dalam membeli Kendaraan bermotor sehingga kemacetan dalam kota dapat berkurang. Berikut adalah tarif pajak progresif yang berlaku di Sulawesi Utara : a. Kendaraan kepemilikan pertama sebesar 1,5 satu koma lima persen b. kendaraan kepemilikan kedua sebesar 2 dua persen; c. kendaraan kepemilikan ketiga sebesar 2,5 dua koma lima persen; d. kendaraan kepemilikan keempat sebesar 3 tiga persen; e. kendaraan kepemilikan kelima dan seterusnya 3,5 tiga koma lima persen. Tabel 2 Contoh Perbandingan Perhitungan Sebelum dan Sesudah Pengenaan Tarif Pajak Progresif pada Kendaraan Bermotor di Kota Manado Sumber : hasil Olahan Penulis Tabel perhitungan diatas dapat dilihat perbedaan jumlah Pajak yang harus dibayarkan pada sebelum dan sesudah dikenakan tarif pajak progresif. Pengenaan Tarif Pajak Progresif pada Kendaraan Bermotor Berdasarkan The Four Maxims Berdasarkan asas Pemungutan Pajak yang dikemukan oleh Adam Smith, pengenaan tarif pajak progresif masih dianggap relevan berikut adalah penjelasannya : 1. Equality , yaitu pembebanan pajak harus sesuai dengan kemampuan wajib pajak. Berdasarkan asas ini penerapan pemberlakuan tarif pajak progresif bagi kendaraan kedua ini dilakukan karena diasumikan bahwa wajib pajak yang memiliki kendaraan bermotor lebih dari satu maka dapat dikategorikan sebagai kelompok masyarakat yang mempunyai penghasilan lebih dari cukup bahkan bisa dikategorikan berpenghasilan tinggi, sehingga pemungutan pajaknya harus lebih besar. Jenis Kendaraan Tahun Sebelum Pengenaan Tarif Pajak Progresif Sesudah Pengenaan Tarif Pajak Progresif Jazz 2003 NJKB X 1.5 = Rp 140.000.000,- X 1.5 = Rp 2.100.000,- NJKB X 1.5 = Rp 140.000.000,- X 1.5 = Rp 2.100.000,- City 2005 NJKB X 1.5 = Rp 126.000.000,- X 1.5 = Rp 1.890.000,- NJKB X 2 = Rp 126.000.000,- X 2 = Rp 2.520.000,- Fortuner 2007 NJKB X 1.5 = Rp 271.000.000,- X 1.5 = Rp 4.065.000,- NJKB X 2.5 = Rp 271.000.000,- X 2.5 = Rp 6.775.000,- 127 2. Certainty , yaitu pembebanan pajak yang ada kepastian hukumnya mengenai pengaturan subjek pajak,objek pajaka dan ketentuan pajak lainnya. Berdasarkan asas ini tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor dipungut berdasarkan Peraturan Daerah No. 7 tahun 2011 tentang Pajak Daerah. 3. Menurut asas convenience of payment , pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik, yaitu pada saat yang paling dekat dengan diterimanya pendapatanpenghasilan yang dikenakan pajak. Sedangkan untuk pembayaran Pajak Kendaraan bermotor pemungutan pajaknya yaitu sesuai dengan tanggal pada saat pembelian kendaraan bermotor tersebut. 4. Sedangkan asas yang terakhir adalah Economic of Collections , dalam asas ini dijelaskan mengenai effisiensi penggunaan pajak itu sendiri, di mana asas ini lebih kepada yang menggunakan pajak yang telah diperoleh dalam hal ini pemerintah. Agar lebih berhati- hati dengan mengadakan pengeluaran pembiayaan yang dihasilkan dari peneriamaan pajak Dampak Pengenaan Tarif Pajak Progresif Tabel 3 Perbandingan Realisasi Penerimaan PAD Tahun Anggaran 2011, 2012 dan Tahun Anggaran 2013 UPTD Manado Bulan 2011 Rp 2012 Rp 2013 Rp Januari 7,207,932,200 11,087,908,025 21,273,414,400 Februari 5,605,505,000 15,745,354,700 20,358,530,080 Maret 6,869,095,000 18,707,279,400 19,319,722,300 April 6,751,783,150 16,747,267,800 21,374,236,900 Mei 6,970,219,650 18,932,228,200 25,763,017,900 Juni 6,487,125,965 17,860,262,300 18,903,533,400 Juli 7,220,682,700 19,327,774,139 23,456,859,200 Agustus 6,991,777,407 16,421,717,500 19,561,461,300 September 8,751,133,500 17,073,330,700 20,538,502,758 1Oktober 7,272,148,900 20,042,811,500 - November 7,767,711,375 19,263,223,050 - Desember 7,085,161,400 16,353,566,016 - Sumber : Hasil olahan penulis Perbandingan di atas dapat di lihat pada tahun 2011 di mana jumlah realisasi penerimaan PAD sepanjang tahun 2011 hanya berada dikisaran di bawah 10 milyar, pada tahun 2012 yang merupakan tahun awal pemberlakuan tarif pajak progresif telah mengalami peningkatan penerimaan pada kisaran 20 milyar. Namun jika dibandingkan dengan penerimaan pada hampir sepanjang tahun 2013 penerimaan meningkat drastis. Hal ini disebabkan pada tahun 2012 telah diberlakukannya pajak progresif, tetapi belum efektif dan maksimal seperti pada tahun 2013 yang kisaran penerimaan mencapai 25 milyar. Dapat dilihat juga chart diagram yang bersifat fluktuatif karena tidak semua kendaraan bermotor dikenakan pajak progresif, seusai UU dan Perda hanya kendaraan kedua dan seterusnya yang dikenakan pajak progresif. Kendaraan pertama masih dikenakan tarif normal yaitu 1,5 . Perbandingan beberapa perbandingan yang telah di sajikan dan dibahas di atas, dapat dilihat dampak yang dapat dirasakan yaitu meningkatnya penerimaan PAD yang nantinya akan diolah untuk pembangunan Daerah. 128 Tabel 4 Perbandingan Jumlah Kendaraan dan Penerimaan PKB dan BBN-KB pada Bulan Januari, Februari dan Maret di Tahun Anggaran 2012 dan 2013 2012 2013 Bulan Jumlah Kendaraan Bermotor Penerimaan PKB Jumlah Kendaraan Bermotor Penerimaan PKB dan BBNKB Januari 10.119 11.075.889.325 11.756 20.438.693.400 Februari 505 3.514.214.600 10.790 21.358.530.080 Maret 11.441 18.697.279.400 11.441 18.697.279.400 Sumber : Hasil Olahan Penulis Tabel 5 Presentase Perubahan Jumlah Kendaraan Bermotor dan Penerimaan PKB dan BBNKB Tahun 2012 ke Tahun 2013 Sumber : Hasil Olahan Penulis Tabel 4 dan tabel 5 merupakan sampel dari perbandingan Jumlah Kendaraan Bermotor dan Jumlah Penerimaan PKB dan BBNKB serta persentase perubahannya yang terjadii pada tahun 2012 sampai 2013. Dari kedua tabel di atas dapat diketahui kecenderungan jumlah kendaraan bermotor dari tahun ke tahun meningkat dengan presentase pada bulan januari Tahun 2012 ke 2013 sebesar 16,17 yang membuat penerimaan PKB dan BBNKB meningkat sebesar 84, pada bulan februari dapat di lihat terjadi lonjakan jumlah kendaraan pada 2013 sebesar 2036,63 tetapi disertai dengan menurunnya jumlah kendaraan yang membayar PKB dan BBNKB pada bulan Februari tahun 2012 yaitu sebesar 507,77. Kemungkinan besar hal ini terjadi disebabkan perpindahan kendaraan ke daerah lain atau terjadi penunggakan pembayaran PKB. Namun pada bulan Maret 2012 dan bulan Maret 2013 tidak terjadi perubahan apapun atau presentase perubahan 0. Dari hasil perbandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan awal pemerintah menerapkan atau memberlakukan tarif pajak progresif ini sangat sesuai dengan fungsi pajak yaitu Fungsi Budgetair yang adalah pajak digunakan untuk membiayai keperluan rumah tangga negara, dalam hal ini dengan menerapkan tarif pajak progresif pemerintah dapat meningkatkan penerimaan PAD yang nantinya akan digunakan untuk membiayai keperluan rutin negara. PENUTUP Kesimpulan Penulis dapat menyimpulkan beberapa hal, yaitu sebagai berikut : 1. Pengenaan pajak progresif sesuai dengan UU No. 28 tahun 2009 dan Perda Sulawesi Utara No 7 tahun 2011. 2. Sebelum pengenaan pajak progresif wajib pajak yang mempunyai kendaraan bermotor lebih dari satu, masing kendaraan yang dimiliki dikenakan tarif yang sama yaitu 1.5 . Sedangkan sesudah pengenaan, masing- masing kendaraan kedua dan seterusnya dikenakan tarif 2 dan seterusnya. Jumlah Kendaraan Penerimaan PKB dan BBNKB Januari 16,80 84 Februari 2036,63 507,77 Maret 129 3. Pemberlakuan Tarif Pajak Progresif di Kota Manado mulai diberlakukan pada tahun 2012 meskipun masih belum efektif dan masih terus melakukan penyesuaian terhadap aturan baru tersebut. Efektivitas pemberlakuan pajak progresif terjadi pada tahun 2013. 4. Pengenaan pajak progres if masih sangat sesuai dengan “ The Four Maxims ”yaitu asas pemungutan pajak yang dikemukakan oleh Adam Smith yang terdiri dari kesamaan dan keseimbangan Equality , kepastian hukum certainty ; c asas tepat waktu convenient of payment ; dan d asas economic of collection . 5. Pengenaan pajak progresif pada awalnya diharapkan dapat berdampak baik yaitu untuk menekan laju peningkatan volume kendaraan yang dapat mengakibatkan kemacetan dan ketidaknyamanan di jalan raya. Namun seiring dengan berjalan pengenaannya, pajak progresif memiliki dampak positif lainnya yaitu meningkatkan penerimaan PKB dan BBNKB yang dengan otomatis meningkatkan penerimaan PAD yang sebagian besar memang merupakan sumber dari Pajak Daerah. 6. Pengenaan Tarif Pajak Progresif sudah berjalan sebagaimana tujuan awal pemerintah memberlakukannya dan sangat sesuai dengan fungsi pajak yaitu Fungsi Budgetair . Saran Penulis ingin memberikan saran pada pihak yang terkait dengan pemberlakuan pajak progresif ini. 1. Perlu diadakan penyuluhan dan seminar atau pemberitahuan melalui media cetak maupun elektronik. Agar para wajib pajak dapat mengerti dan menerima dengan baik pemberlakuan aturan baru ini. 2. Tidak hanya masyarakat yang perlu memahami tentang pajak progresif ini, para pegawai pemerintah yang terkait pun perlu memahami dengan baik agar dapat memberikan penjelasan yang memuaskan pada wajib pajak yang bertanya. 3. Dengan meningkatnya pembayaran pajak kendaraan bermotor perlu juga diimbangi dengan upaya peningkatan pelayanan pemerintah di Kantor Samsat maupun di dinas- dinas terkait. Seperti kenyamanan dalam mengantri, menambah loket kasir dan loket konsultasi. DAFTAR PUSTAKA Fajriani. 2013. Pengenaan Tarif Pajak Progresif pada Kendaraan Bermotor berdasarkan “ The Four Maxims ”. Jurnal Vol 1 No 2 . Universitas Surabaya. Surabaya. Http:ejournal.unesa.ac.idindex.phpjurnal- akuntansiarticleview739baca-artikel . Diakses 28 Agustus 2013. Mardiasmo. 2009. Perpajakan . ANDI. Yogyakarta. Mardiasmo. 2011. Perpajakan . ANDI. Yogyakarta. Muljono. Djoko. 2009. Ketentuan Umum Perpajakan . ANDI. Yogyakarta. Nugraha. Haris. 2010. Penerapan Pajak Progresif terhadap Wajib Pajak Kendaraan Bermotor berdasarkan peraturan daerah Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah. Jurnal Ilmiah . Universitas Brawijaya. Malang. http:hukum.ub.ac.idwp-contentuploads201301Jurnal-Harist-Agung-Nugraha- 0810113287.pdf . Diakses 28 Agustus 2013. Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana diubah dengan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2007. Jakarta Republik Indobesia Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta Republik Indonesia. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Provinsi Sulut. Manado Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif . Kualitatif Dan RD . Alfabeta. Bandung. Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia . Edisi 10. Salemba Empat. Jakarta. 130 ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN TRADISIONAL COSTING CONCEPT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING STUDI KASUS PADA RUMAH SAKIT SILOAM DI MANADO Olivia H.S. Sumendap David Paul Elia Saerang Sifrid Sonny Pangemanan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universita Sam Ratulangi Manado Email: oliviaheidyyahoo.com ABSTRAK Penelitian ini membandingkan perhitungan biaya metode tradisional dengan perhitungan biaya berdasarkan aktivity ABC dalam menentukan tarif kamar rawat inap pada Rumah Sakit Siloam di Manado. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Data diperoleh dengan menganalisa dokumen, observasi partisipan, serta wawancara dengan kepala akuntansi perusahaan kemudian dibandingakan dengan literature yang ada. Penerapan metode biaya berdasarkan aktivitas ABC memberikan dampak yang sangat baik dalam meningkatkan efiensi dan aktivitas sumber daya. Perhitungan biaya dangan ABC mampu menghasilkan biaya yang lebih murah dan lebi akurat bila dibandingkan dengan pendekatan tradisional. Pada akhirnya Rumah Sakit Siloam di Manado mampu menyediakan tarif yang terjangkau pada pasien. Kata kunci: akuntansi biaya, perhitungan biaya metode tradisional, perhitungan biaya berdasarkan aktivitas. ABSTRACT This research compared the traditional method of cost calculation with activity based costing ABC in determining the inpatient room rate at Siloam Hospital. This research uses descriptive analytical method. Data obtained by analyzing documents, participant observation, interviews with chief accounting company then comparated with the existing literature. Implementation of activity based costing ABC provides an excellent effect in improving efficiency and resource activities. Calculation of costs with ABC is able to produce cheaper and more accurate when compared with traditional approaches. In the end Siloam Hospital is able to provide affordable rates for patients. Keywords : accounting cost, traditional costing method, activity based costing. 131 PENDAHULUAN Latar Belakang Regionalisasi ekonomi di Asia Tenggara dan kemunculan Asia Free Trade Area AFTA sejak tahun 1980-an, telah terjadi serangkaian perubahan fundamental di dunia, antara lain: 1. Munculnya lingkungan ekonomi dunia yang kompetitif dan terjadinya perubahan cepat menuju ekonomi berorientasi pasar khususnya di Eropa eks-sosialis dan juga di Asia yang ditandai dengan adanya reformasi ekonomi melalui privatisasi, deregulasi dan liberalisasi. 2. Terjadinya revolusi teknologi informasi yang memungkinkan peningkatan secara luar biasa transaksi perdagangan dan saling ketergantungan antar negara di dunia. 3. Meningkatnya regionalisasi yang ditandai dengan munculnya pengaturan perdagangan dan investasi dalam lingkup regional di berbagai belahan dunia. Berbagai kecendurungan tersebut kemudian mendorong para pemimpin negara Asia, khususnya negara- negara anggota ASEAN, untuk mendirikan suatu organisasi ekonomi regional di Asia Tenggara. Setelah melalui serangkaian negonisasi dan perdebatan yng panjang. Pada Millenium Summit ke-4 ASEAN di Singapura tahun 1992, ASEAN yang saat itu masih beranggotakan 6 negara Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand sepakat membentuk kawasan perdagangan bebas ASEAN AFTA dalam rentang waktu 15 tahun dimulai sejak 1 Januari 1993 dan dengan adanya kawasan perdagangan bebas tersebut maka seluruh negara anggota ASEAN akan mengurangi hambatan arus perdagangan dan investasi antara mereka secara bertahap pada tahun 2008 yang di letakan dalam skema Common Effective Preferential Tarif CEPT. Inti dari CEPT dalam persetujuan AFTA adalah pengurangan berbagai tarif impor dan penghapusan hambatan non-tarif atas perdagangan dalam lingkup ASEAN. Hal ini membawa implikasi bagi indonesia berupa perubahan harga relatif produk-produk indonesia yang di ekspor ke negara-negara ASEAN disamping akan menjadi intensif bagi masuknya investasi asing yang selama ini menjadi salah satu pilar untuk memutar roda perekonomian nasional. Oleh karena itu, dalam hal ini profil perdagangan dan investasi indonesia, dengan perbandingan profil negara- negara anggota lainnya, sangat penting diketahui guna melihat sejauh mana AFTA akan membawa dampak positif bagi indonesia. Pertama dan yang paling penting dalam sistem ekonomi pasar adalah perdagangan Ariyanto, 2010:3. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode activity based costing akan menghasilkan perhitungan biaya yang lebih akurat dibandingkan dengan traditional costing method. TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Biaya A kuntansi biaya menurut Mulyadi 2005:7 adalah “akuntansi biaya sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-cara tertentu serta penafsiran-pen afsiran terhadapnya”. Carter dan Usry 2006:11 menyebutkan bahwa “akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan alat yang diperlukan untuk aktivitas-aktivitas perencanaan dan pengendalian, memperbaiki kualitas dan efisiensi, serta membuat kepuusan-keputusan yang bersifat rutin maupun strategis” Klasifikasi Umum Biaya Klasifikasi biaya sangat penting guna membuat ikhtisar atas data biaya untuk tujuan penyusunan laporan keuangan, untuk memprediksi perilaku biaya, untuk pembebanan biaya ke objek biaya, serta untuk pembuatan keputusan. Garrison dan Norren 2006:50, mengklasifikasikan biaya sebagai berikut: a. Biaya produksi Manufacturing Cost Yaitu semua biaya untuk merubah bahan mentah menjadi produk jadi. Biaya ini dikalsifikasikan menjadi: 1 Bahan Langsung 2 Tenaga Kerja Langsung 3 Overhead Pabrik 132 a. Biaya Non Produksi Non-manufacturing Umumnya, dibagi menjadi dua yaitu biaya pemasaran dan biaya administrasi. Biaya pemasaran meliputi semua biaya yang diperlukan untuk menangani pesanan konsumen dan memperoleh produk atau jasa untuk disampaikan kepada konsumen. c. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara proporsional dengan perubahan aktivitas. d. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa terpengaruh oleh tingkat aktivitas.. e. Biaya Langsung Biaya langsung direct cost adalah biaya yang dapat ditelusuri dengan mudah ke objek biaya yang bersangkutan. f. Biaya Tidak Langsung Biaya langsung direct cost adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri dengan mudah ke objek biaya yang bersangkutan. g. Biaya Diferensiasi Biaya diferensiasi differential cost adalah keputusan melibatkan proses pemilihan dari berbagai alternatif yang ada.. h. Opportunity Cost Biaya kesempatan atau biaya peluang opportunity cost adalah manfaat petensial yang akan hilang bial salah satu alternatif telah dipilih sejumlah alternatif yang tersedia. i.. Sunk Cost Biaya tertanam sunk cost adalah biaya yang telah terjadi dan tidak dapat diubah oleh keputusan apapun yang dibuatsaat ini atau pu masa yang datang. Karena biaya tertanam tidak dapat diubah oleh keputusan apapun, biaya tertanam bukanlah biaya diferensial. Tradisional Costing Method sistem biaya tradisional menurut Bastian dan Nurlela 2009:23 adalah di mana biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik baik yang bersifat variabel maupun tetap, menjadi biaya produk. Sistem Activity Based Costing Bastian dan Nurlela 2009:24 menyatakan activity based costing adalah metode membebankan biaya aktivitas-aktivitas berdasarkan besarnya pemakaian sumber daya, dan membebankan biaya pada objek biaya, seperti produk atau pelanggan, berdasarkan besarnya pemakaian aktivitas, serta untuk mengukur biaya dan kinerja dari aktivitas yang terkait dengan proses dan objek biaya. Prosedur pembebanan biaya dua tahap Pembebanan biaya dua tahap two stage cost assigment membebankan biaya sumber daya seperti biaya overhead pabrik ke pusat biaya aktivitas atau tempat penampungan biaya dan kemudian ke objek biaya untuk menentukan jumlah biaya sumber daya bagi setiap objek biaya. Sistem perhitungan biaya berdasarkan tradisional membebankan biaya overhead pabrik pertama, ke tempat penampungan biaya departemen atau pabrik, dan kedua ke produk atau jasa. Meskipum demikian, prosedur pembebanan biaya tradisional kemungkinan mendistorsi biaya produk atau jasa. Distorsi akan semakin serius khususnya ketika bagian yang penting dari biaya overhead pabrik tidak terkait dengan volume outputdan perusahaan memproduksi produk dengan kombinasi yang beragam dengan perbedaan pada volume, ukuran, atau kompleksitas Sistem activity based costing ABC berbeda dari sistem perhitungan biaya tradisional dalam hal menelusuri penggunaan sumber daya pada aktivitas dan mengaitkan biaya aktivitas pada produk, jasa, atau pelanggan Blocher, 2006:224. Tahap pertama membebankan biaya overhead pabrik ke aktivitas atau pusat biaya aktivitas. Tahap kedua membebankan biaya atau aktivitas dari tempat penampungan biaya aktivitas ke objek biaya dengan menggunakan penggerak biaya konsumsi aktivitas yang tepat yang mengukur permintaan objek biaya yang ditempatkan pada aktivitas atau tempat penampungan aktivitas. Prosedur alokasi dua tahap pada ABC mengidentifikasi dengan jelas biaya-biaya dari aktivitas suatu perusahaan. Pembebanan biaya aktivitas ke objek biaya menggunakan suatu ukuran atau ukuran-ukuran yang mencerminkan permintaan objek 133 biaya atas aktivitas perusahaan. Dengan demikian, ABC melaporkan biaya produk atau jasa dengan lebih akurat dibandingkan dengan sistem biaya tradisional. Penelitian Terdahulu Industry yang akan diteliti pada penelitian ini adalah industry jasa. Industry jasa adalah suatu jenis usaha yang outputnya berupa pelayanan kepada pelanggan. Tabel 1. Penelitian terdahulu Peneliti Tahun Judul Persamaan Perbedaan Hasil penelitian MehmetC. Kocakulah, Ph.D.2007 Using Activity- Based costing ABC Measure Profibility on a Commercial Loan Portofolio Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Mehmet C. Kocakulah dengan penelitian sekarang adalah sama- sama menggunakan activity based costing dalam sistem perhitungan biaya. Penelitian yang dilakukan oleh Mehmet C. kocakulah dilakukan pada industry perbankan sedangkan penelitian sekarang dilakukan pada industry jasa ABC mampu memberikan informasi yang akurat mengenai biaya dan profitabilitas, sehingga manajemen dapat mengambil keputusan untuk meningkatkan keuntungannya Nunik L.D.2007 ABC Sistem: Sistem Biaya Dalam Mengatasi Kelemahan Kekurangan Sistem Biaya Tradisional Menggunakan variable activity based costing dan traditional costing consept. Penelitian Nunik adalah penelitian kepustakaan sedangkan penelitian sekarang adalah penelitian lapangan pada dua jenis industri yang berbeda ABC sistem membantu sistem biaya tradisional dalam menentukan biaya overhead agar lebih tepat dan akurat yaitu dengan cara penentuan biaya atas dasar aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk dan jasa Cheisvyany 2007 Penerapan Activity Based Costing Untuk Analisis Profitabilitas Pelanggan Menggunakan activity based costing untuk membebankan biaya aktivitas pada produk. Persamaan lainnya ialah menggunakan metode field research. Penelitian Charoline membahas tentang penerapan ABC pengaplikasian konsep customer relationship management CRM dalam menganalisa profitabilitas. Secara jangka panjang analisis ini dapat memberikan future growth bagi perusahaan dengan pencapaian visi dan misi 134 Widyaningsih 2009 Peranan dan Kendala Penerapan Activity Based costing ABC dalam Industry Jasa Meneliti peranan ABC pada industry jasa Penelitian Aristanti menggunakan activity based management, total quality of management, serta strategi kualitas untuk mendukung penelitian ABC nya intinya dapat disimpulkan bahwa ABC tidak hanya dapat diterapkan pada perusahaan manufaktur tetapi juga dapat diterapkan pada industry jasa. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian pada penelitian ini adalah studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing ABC pada jenis industri jasa. Industri jasa yang akan diteliti adalah RS. Siloam di Manado yang beralamat di Jl. Samrat No. 22 Manado dengan objek penelitian penentuan tarif kamar rawat inap. Data yang dibutuhkan untuk penelitian ABC ini adalah laporan laba rugi untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012, direct cost, direct labor , dan biaya overhead yang terkait dengan kamar rawat. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat dan waktu yang menjadi penelitian ini adalah Rumah Sakit Siloam Manado yang bertempat di Jl. Samrat No. 22 Manado. Waktu dalam melakukan penelitian ini adalah 2 bulan yaitu dari bulan oktober sampai dengan November 2013. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang di lakukan adalah sebagai berikut : a. Survey objek penelitian. b. Mengambil data-data perusahaan dan wawancara. c. Membandingkan dan mengolah data-data dan informasi perusahaan dengan dasar teori yang di gunakan. d. Membuat kesimpulan dan memberikan saran. Metode Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analisis Deskiptif. Peneliti menganalisa seluruh data yang relevan dengan objek penelitian, baik itu catatan berupa hasil interview, dokumen serta laporan- laporan yang diberikan oleh perusahaan. Saat melakukan interview , observasi, dan analisis dokumen, peneliti melakukan pertanyaan-pertanyaan yang mearahkannya untuk mengambil data yang diperlukan serta data didapatkan kembali dibandingkan dengan teori theoritical comparison yang digunakan dan ditariklah suatu kesimpulan sebagai hasil penelitian. Teknik Pengumpulan Data Proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Interview wawancara 2. Observas. 3. Analisis Dokumen Metode Analisa Data 135 Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analisis Deskiptif. Peneliti menganalisa seluruh data yang relevan dengan objek penelitian, baik itu catatan berupa hasil interview, dokumen serta laporan- laporan yang diberikan oleh perusahaan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Rumah Sakit Siloam Manado Dibuka pada tahun 2012 , SHMN adalah rumah sakit swasta terkemuka di Manado , Sulawesi Utara. Terletak di Central Business District di Manado, SHMN dapat dengan mudah diakses oleh transportasi umum. Karena lokasi utama, SHMN adalah tujuan pelayanan kesehatan untuk seluruh tenaga kerja perusahaan serta wisatawan dan warga sipil di Manado Visi dan Misi Rumah Sakit Siloam Our Vision: International Quality, Scale, Reach, Godly Compassion. Our Mission: The trusted destination of choice for holistic world class healthcare, health education and research. Hasil Penelitian Rumah sakit siloam adalah salah satu rumah sakit swasta yang memberikan palayanan kesehatan yang berkualitas, lengkap, dan terjangkau karena rumah sakit siloam tedak hanya memiliki fungsi komersial tetapi juga mengutamakan fungsi sosialnya. Ini merupakan tantangan bagi rumah sakit untuk dapat memberikan pelayanan yang maksimal dengan biaya yang seminimal mungkin khususnya mengenai pelayanan rawat inap. Tabel 2. Perhitungan Tarif Kamar Rawat Inap Menggunakan Activity Based Costing Keterangan VIP Kelas I Kelas II Kelas III DIRECT COST Bahan medis Rp. 1,828.57 Rp. 1,799.43 Rp. 1,463.21 Rp. 880.53 makan dan minum pasien Rp. 31.593.00 Rp. 31,593.00 Rp. 24,745.00 Rp. 20,305.00 Total direct cost Rp. 33,421.57 Rp. 33,392.43 Rp. 26,208.21 Rp. 66,513.53 DIRECT LABOR Gaji dan tunjangan perawat Rp. 182,224.08 Rp. 137,817.72 Rp. 215,260.80 Rp. 135,427.20 Total direct labor Rp. 182,224.08 Rp. 137,817.72 Rp. 215,260.80 Rp. 135,427.20 OVERHEAD Registrasi pasien Rp. 2,878.42 Rp. 2,370.56 Rp. 862.58 Rp. 1,021.57 Keterangan VIP Kelas I Kelas II Kelas III OVERHEAD Desain layanan Rp. 1,930.85 Rp. 1,815.18 Rp. 1,528.17 Rp. 3,610.63 Pelayanan pasien Rp. 7,199.17 Rp. 6,761.96 Rp. 5,167.74 Rp. 4,664.82 Total overhead Rp. 12,008.44 Rp. 10,947.69 Rp. 7,558.49 Rp. 9,297.02 COGS Rp. 227,654.0859 Rp. 182,157.8415 Rp. 249,027.5026 Rp. 165,909.5461 inflasi 10 Rp. 22,765.40 Rp. 18,215.78 Rp. 24,902.75 Rp. 16,590.95 Margin kontribusi Rp. 68,296.224 Rp. 54,647.352 Rp. 62,256.875 Rp. 33,181.908 Tarif Rp. 318,715.7099 Rp. 255,020.9735 Rp. 336,187.1276 Rp. 215,682.1041 Sumber data di olah 136 Tabel 3. Direct Cost, Direct Labor, Overhead Per Hari Per Ruang Perawatan Dengan Menggunakan Traditional Costing Method Keterangan VIP Kelas I Kelas II Kelas III DIRECT COST Bahan medis Rp. 1,828.57 Rp. 1,799.43 Rp. 1,463.21 Rp. 880.53 Makan dan minum pasien Rp. 31,593.00 Rp. 31,593.00 Rp. 24,745.00 Rp. 20,305.00 Total direct cost Rp. 33.421.57 Rp. 33,392.43 Rp. 26,208.21 Rp. 21,185.53 DIRECT LABOR Gaji dan tunjangan perawat Rp. 182,224.08 Rp. 137,817.72 Rp. 215,260.80 Rp. 135,427.20 Total direct labor Rp. 182,224.08 Rp. 137,817.72 Rp. 215,260.80 Rp. 135,427.20 OVERHEAD Beban penyusutan perawatan Rp. 46,964.38 Rp. 44,293.15 Rp. 35,663.01 Rp. 30,320.54 Linen Rp. 1,988.77 Rp. 108,854.00 Rp. 1,331.61 Rp. 626.73 Biaya pemakaian perlengkapan Rp. 7,702.38 Rp. 7,599.43 Rp. 6,922.07 Rp. 6,359.91 Gas loundry dan bahan Rp. 4,778.91 Rp. 549.55 Rp. 579.29 Rp. 506.42 Kebersihan Rp. 4,268.97 Rp. 6,990.44 Rp. 1,999.73 Rp. 5,873.32 Biaya pemeliharan Rp. 1,142.85 Rp. 1,934.52 Rp. 1,345.13 Rp. 600.00 Biaya material unit Rp. 45.31 Rp. 753.96 Rp. 581.87 Rp. 106.61 Biaya listrik Rp. 1,886.74 Rp. 1,453.22 Rp. 1,630.62 Rp. 934.47 Total overhead Rp. 68,778.31 Rp. 64,662.81 Rp. 50,033.33 Rp. 45,328.00 COGS Rp. 284.423.96 Rp. 235,872.96 Rp. 291,502.34 Rp. 201,940.73 Sumber: Data di olah Perbandingan Tarif Kamar Rawat Inap Antara Pendekatan Saat Ini Tradisional Costing Method, dan Activity Based Costing. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Rumah Sakit Siloam memiliki perhitungan baku dalam menetapkan sebuah tarif kamar rawat. Dibawah ini adalah perhitungan tarif berdasarkan tradisional costing method. Perusahaan hanya melakukan estimasi apakah pendapatan dari sewa kamar mampu menanggung seluruh beban yang dikeluarkan. Berdasarkan perhitungann dan analisa yang telah dilakukan dengan metode tradisional dan ABC maka hasil akhir dari penelitian ini adalah ABC terbukti mampu memberikan perhitungan tarif yang lebih murah dibandingkan dengan metode tradisional. Dibawah ini adalah tabel yang menunjukan perbandingan antara kedua pendekatan, yaitu pendekatan saat ini dan pendekatan ABC. Tabel 4. Perbandingan Tarif Kamar Rawat Inap Antara Pendekatan Saat Ini Traditional Costing Method, dan Activity Based Costing Kamar Rawat Inap Existing ABC Kenaikanpenurunan VIP Rp. 550,000.00 Rp. 318,715.71 Naik KELAS I Rp. 425,000.00 Rp. 225,020.91 Naik KELAS II Rp. 300,000.00 Rp. 336,187.13 Turun KELAS III Rp. 100,000.00 Rp. 215,682.40 Turun Sumber: data di olah 137 Tabel di atas menggambarkan secara jelas bahwa sistem activity based costing mampu menyajikan perhitungan lebih akurat dan lebih murah dari metode tradisional. Pembahasan Hasil akhir dari penelitian ini adalah sistem activity based costing ABC terbukti mampu memberikan perhitungan tarif yang lebih murah dibandingkan dengan metode tradisional. Berdasarkan hal tersebut, penerapan system ABC di rumah sakit siloam ini masih dapat memberikan manfaat yang dirasakan oleh manajemen, walaupun itu akan mempengaruhi aspek budaya dan keuangan perusahaan. Ditinjau dari aspek budaya, system ABC dengan konsep value added- nya akan merombak budaya. Selama ini kebijakan perusahaan dalam menetapkan tarif kamar rawat inap hanya berdasarkan analisa semata, tanpa menghitung biaya yang memang seharusnya dibebankan ke pasien. Oleh karena itu, hasil tarif yang ditetapkan manajemen selama ini menjadi tidak akurat, yang pada akhirnya menetapkan perusahaan pada posisi yang kurang memuaskan dalam daya saing masyarakat. Dari aspek keuangan, menyangkut cost of implementation dari ABC sendiri yang meliputi perancangan sistem baru, pendidikan dan training tentang sistem baru. Tentunya selain cost , benefit yang akan diterima dari penerapan ABC juga harus dihitung. Cost mungkin dapat dihitung dengan segera, tetapi benefit baru dirasakan 5 tahun yang akan datang. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh dan penelitian lebih lanjut, dapat diambil kesimpulan bahwa Perhitungan tarif kamar dengan menggunakan ABC terbukti mampu menghasilkan biaya yang lebih murah bila dibandingkan dengan pendekatan tradisional. Perlu diingat, bahwa rumah sakit adalah organisasi sosial yang tidak berorientasi pada keuntungan sehingga pada akhirnya penyediakan tarif yang mampu dijangkau oleh masyarakat golongan ekonomi lemah. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, saran-saran yang di ajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Diharapkan perusahaan melakukan pengklasifikasian unsur-unsur biaya produksi sesuai dengan kaidah yang berlaku. 2. Diharapkan mengaplikasikan ABC segera mungkin untuk meningkatkan daya saing perusahaan. 3. Peningkatan peluang kinerja perusahaan, dengan meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya yang terkait dengan tarif kamar rawat. 4. Diharapkan penelitian ini dikembangkan dengan variabel yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Aristanti, Widyaningsih,” Peranan dan Kendala Penerapan Activity Based Costing ABC Dalam Industri Jasa ”, Percikan, Vol 103, Edisi Agustus, 2009.. http:isjd.pdii.lipi.go.idindex.phpSearch.html?act=tampilid=70736idc=28. Tanggal akses: 25 oktober 2013. Bastian, Bustami.,Nurlela. 2009. Akuntasi Biaya . Mitra Wacana Media. Jakarta. Blocher, Chen., Cokins., Lin. 2006. Cost Management. Management Biaya Penekanan Strategis . Buku 1. Edisi 3. Salemba Empat.Jakarta. Blocher, Stout, Cokins, Chen,” Cost Management . A Strategic Emphasis”. Internasional Edition, Mc. Graw Hill Companies, Ins, New York, 2008. Carter , Usry.2006. Akuntansi Biaya . Edisi 13.Salemba Empat. Jakarta. Carter, William K, Akuntansi Biaya . Buku 1, Edisi 14, Salemba Empat, Jakarta, 2009. Charoline, Cheisviyanny, Penerapan Activity Based Costing Untuk Analisis Pelanggan. Jurnal Economic, Vol 7, April, Hal. 39-44, 2007. 138 http:isjd.pdii.lipi.go.idindex.phpSearch.html?act=tampilid=75454idc=28. Tanggal akses: 19 oktober 2013 Garrison, Noreen., brewer.2006. Managerial Accounting . Edisi 11. Salemba Empat. Jakarta. Mehmet C. Kocakulah., Ph.D. Using Activity-Based Costing ABC to Measure Profitability on a commercial Loan Portofolio. Journal of Performance Management . ABIINFORM Global pg. 29. 2007. Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya . Edisi 5. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Nunik, L. ABC System: Sistem Biaya Dalam Mengatasi KelemahanKekurangan Sistem Biaya Tradisional . Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol 6. no. 2 November. Hal. 88-100, 2007. http:repository.ipb.ac.idbitstreamhandle12345678947731h11waw. Tanggal akses: 25 oktober 2013 139 ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE VARIABLE COSTING PADA PT. CELEBES MINAPRATAMA BITUNG Dewi Sartika Kiay Jenny Morasa Winston Pontoh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email: dedew_thikayahoo.co.id ABSTRAK Harga Pokok Produksi merupakan kumpulan dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi bahan jadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis perhitungan harga pokok produksi pengolahan ikan kayu pada PT. Celebes Minapratam Bitung. Perusahaan ini merupakan perusahaan manufaktur yang juga tidak luput dari masalah perhitungan biaya produksi dan dalam menentukan harga pokok produksi perusahaan menggunakan metode biaya penuh dimana pemisahan unsur biaya produksi yang bersifat variable dan tetap belum dilakukan. Hal ini mengakibatkan ketidaktepatan dalam perhitungan harga pokok produk yang akan berpengaruh terhadap penetapan harga jual dan laba perusahaan. Analisis data penlelitian ini yaitu, proses produksi, laporan biaya bahan, laporan biaya tenaga kerja, laporan biaya overhead. Hasil penelitian penentuan harga pokok produksi menggunakan metode dimana biaya dihitung berdasarkan metode biaya penuh ada baiknya perhitungan yang digunakan menurut metode variable costing . Perhitungan ini menghasilkan selisih yang berpengaruh terhadap penetapan harga jual. Untuk itu perusahaan hendaknya memisahkan biaya produksi sehingga menghasilkan biaya produksi yang tepat. Kata kunci : harga pokok produksi, variable costing ABSTRACT Cost of Production is a collection of the costs incurred to process raw materials into finished materials . This study aims to determine the analytical calculation of the cost of production of fish processing wood at PT . Celebes Minapratam Bitung . This company is a manufacturing company was not immune from the problem and the calculation of production costs in determining the cost of production companies using the full cost method of separating elements where production costs are variable and fixed yet done . This has led to inaccuracies in the calculation of the cost of the product will affect the determination of the selling price and profit . The data analysis penlelitian ie, production processes , material cost report , report labor costs , overhead cost report . The results of determining the cost of production using the method in which the cost is calculated based on the full cost method is better according to the method of calculation used variable costing . This results in differences that affect the determination of the selling price . For that the company should separate the production costs resulting in proper production costs . Keywords : cost of production , variable costing 140 PENDAHULUAN Latar Belakang Perusahaan sebagai badan usaha mempunyai beberapa bentuk tujuan. Tujuan-tujuan tersebut berdasarkan perencanaan yang telah disusun sebelumnya dalam perusahaan. Diantara tujuan tersebut yang terpenting adalah mendapatkan laba optimum. Hal ini dimaksudkan untuk menunjang kelangsungan hidup dan perluasan usaha. Bagi perusahaan industri, informasi mengenai biaya produksi merupakan salah satu jenis infromasi yang penting. Informasi ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti pengendalian biaya demi tercapainya efisiensi, penentuan harga jual produk, pengambilan keputusan- keputusan khusus seperti apakah suatu produk akan tetap diproduksi atau apakah suatu produk akan dibeli dari luar ataupun diproduksi sendiri oleh perusahaan, serta berbagai tujuan lainnya. Dalam menghitung harga pokok produksi, perlu dijelaskan terlebih dahulu pengertian dan perbedaan metode full costing dan variabel costing. Metode full costing adalah salah satu metode penentuan biaya produk yang membebankan seluruh biaya produksi sebagai biaya produk, baik biaya produksi yang berperilaku tetap maupun yang berperilaku variabel. Perusahaan yang menggunakan metode ini, menghitung harga pokok produksinya dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap. Perusahaan hendaknya mampu menetapkan harga pokok produksi yang tepat sehingga nantinya dapat bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode variable costing pada PT. Celebes Minapratama Bitung. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Akuntasi Secara umum, akuntansi accounting dapat diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan. Reeve 2009:9. Sistem Akuntansi Sistem akuntansi mencatat kejadian serta transaksi ekonomi, seperti penjualan dan pembelian bahan, dan memroses data dalam transaksi tersebut menjadi informasi yang berguna bagi maanjer, tenaga penjual, penyelia produksi, dan pihak lainnya. Pemrosesan setiap transaksi ekonomi meliputi pengumpulan collecting, pengategorian categorizing, peringkasan summarizing, dan penganalisisan analyzing. Sistem akuntansi menyajikan informasi yang ditemukan dalam laporan rugi-laba, neraca, serta laporan arus kas dan dalam laporan kinerja, seperti biaya operasi suatu pabrik atau biaya pemberian jasa. Hongren 2008:2. Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi Mulyadi 2007:10 merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk memperoleh penghasilan. Harga pokok produksi cost of goods manufactured adalah jumlah biaya produksi yang diserap oleh seluruh produk jadi yang telah selesai diproduksi selama satu periode tertentu. Marbun 2003: 91. Harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, 141 dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir Bustami dkk 2006: 60. Sedangkan menurut Supriyono 2011: 144 harga pokok produksi adalah aktiva atau jasa yang dikorbankan atau diserahkan dalam proses produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik dan termasuk biaya produksi. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur biaya ini, terdapat dua pendekatan yaitu: 1.Full costing Mulyadi 2009:17 full costing merupakan metode penentuan kos produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Dapat dikatakan bahwa metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok yang memasukan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku tetap maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada biaya overhead sesungguhnya. 2.Variabel costing Variabel costing merupakan metode penentuan kos produksi yanghanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variable. Mulyadi 2009:18. Penelitian Terdahulu Sebagai bahan referensi dan rujukan terhadap analisis hasil penelitian ini, maka diperlukan beberapa peneliti terdahulu diantaranya terlampir dalam tabel 1 dibawah ini: 142 Tabel 1. Penelitian Terdahulu Sumber: Sihombing 2003 dan Sihite 2012. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis peneltian ini bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu penggambaran tentang objek penelitian yang dilihat dari sumber atau informasi keuangan berupa, laporan biaya produksi PT. Celebes Minapratama dan informasi mengenai gambaran umum perusahaan. Penelitian ini merupakan penelitian Komparatif. Dimana dalam penelitian ini ingin membandingkan nilai harga pokok produksi yang paling efisien menggunakan metode perhitungan full costing atau menggunakan metode perhitungan variable costing. Nama Peneliti Tahun Judul Tujuan Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan Sihombing 2003 Penerapan metode variable costing dalam perhitungan harga pokok produksi pada PT. Mututama Agung Lestari Medan Untuk melihat dan menilai apakah terdapat kesesuain antara teori dan praktek Deskripftif Kuantitatif Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai penentuan harga pokok produksi yang benar Penelitian dengan menggunaka n metode variable costing untuk menghitung harga pokok produksi Penelitian ini melihat sejauh mana penerapan metode variable costing yang telah digunakan oleh perusahaan dalam menghitung harga pokok produksi sedangkan penelitian selanjutnya menganalisa metode perusahaan kemudian dianalisa kembali sesuai metode variable costing Sihite 2012 Analisis penentuan harga pokok produksi pada perusahaan garam beryodium studi kasus pada UD. Empat Mutiara Untuk melihat bagaimana penentuan harga pokok produksi dalam perusahaan Kuantitatif Dapat diketahui penentuan harga pokok produksi dalam perusahaan Untuk menghitung harga pokok produksi tentunya dibutuhkan informasi mengenai biaya bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik Penelitian ini menghitung harga pokok produksi tanpa memanfaatkan metode full costing atau variable costing sedangkan penelitian selanjutnya secara lebih spesifik menghitung harga pokok produksi sesuai dengan metode variable costing 143 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan diperusahaan manufaktur pengolahan ikan kemasan yaitu PT. Celebes Minapratama yang terletak di kota bitung provinsi sulawesi utara. Waktu penelitian dilaksanakan pada haritanggal, kamis 11 april tahun 2013. Dengan menggunakan analisa berdasarkan metode analisis data deskriptif dengan mengumpulkan data-data sesuai dengan sebenarnya kemudian data tersebut disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah yang ada. Penelitian dengan metode analisis deskriptif ini mengukur antara toeri pendukung dengan hasil senyatanya yang ada dalam perusahaan. Dalam hal ini yang berkaitan dengan harga pokok produksi pengolahan ikan di PT. Celebes Minapratama Bitung. Populasi dan Sampel Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitugan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, dari pada karakteristik tertentu mengenai sekelompok obyek yang lengkap dan jelas. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah laporan biaya produksi PT. Celebes Minapratama Bitung. Sampel adalah suatu himpunan bagian subset dari unit populasi. Adapun sampel dalam yang digunakan adalah laporan biaya produksi PT Celebes Minapratama Bitung di tahun 2011. Metode Pengumpulan Data Metode penelitian dengan cara mengumpulkan data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah yang ada. Metode Analisis Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbandingan nilai harga pokok produksi apabila menggunakan metode full costing dan variable costing serta melihat manakah di antara kedua metode tersebut yang paling efektif digunakan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan PT. Celebes Minapratama merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang perikanan pengolahan ikan kayuarahon bushi atau dalam bahasa inggrisnya dried smoke fish yang terdapat di bitung, Sulawesi utara. Sejarah berdirinya adalah sebagai berikut: pada akhir tahun 1999, bapak Albert O. Worang yang pada saat itu menjabat direktur utama PT. Manado Mina Citrataruna melihat bahwa pengolahan ikan kayu sangat laris dipasarkan bahkan niat pembeli khususnya dari jepang sangat banyak. Dengan melihat peluang yang sangat besar ini, muncul ide untuk melakukan pengembangan usaha pada bidang pengolahan ikan kayu sekalipun keadaan perekonomian pada waktu itu tidak begitu menguntungkan bagi eksportir, bahkan persaingan semakin ketat. Tetapi karena keinginan yang sangat besar untuk melakukan perluasan usaha, maka pada akhir tahun 1999, bapak Albert O. Worang menyerahkan jabatannya sebagai direktur utama PT. Manado mina Citrataruna dan langsung mendirikan perusahaan yang beru bersama-sama dengan bapak Kornelius Kilapong, bapak Jefry Pangkerego keduanya eks staf PT, Manado mina Citrataruna dan ibu Rine Kaunang. Pendirian perusahaan ini berdasarkan akte notaris nomor 76 tanggal 24 oktober 2000. 144 Hasil Penelitian Hasil Produksi PT. Celebes Minapratama merupakan industri pengolah ikan arabushi, hasil produksinya diekspor ke jepang. Kapasitas produksi sekitar 30 ton per hari. Perusahaan ini selama sebulan bekerja selama 22 hari. Informasi Biaya Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku yaitu ikan segar menjadi produk jadi berupa ikan olahan yang telah dikemas dan siap untuk dijual. Pada umumnya biaya produksi dibedakan menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut biaya utama, sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya overhead pabrik disebut biaya konversi. Pada PT. Celebes Minapratama Bitung, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik digolongkan sebagai biaya produksi.Perhitungan harga pokok produksi ikan olahan yang telah dilakukan perusahaan selama ini menggunakan metode full costing. Dimana biaya-biaya yang diperhitungkan dlam penetapan harga pokok produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung da biaya overhead pabrik. Perhitungan biaya-biaya produksi terlampir pada tabel 2 dibawah ini: 1. Biaya bahan Sumbe Sumber: PT. Celebes Minapratama Bitung 2011 Tabel 2. Biaya Bahan Keterangan Total Persediaan awal Rp 1,514,477,371 Masukpembelian Rp 29,787,858,720 Persediaan yang tersedia untuk dipakai Rp 31,302,336,091 Persediaan Akhir Rp 1,152,980,663 Harga pokok bahan yang dipakai Rp 30,149,355,428 Berdasarkan perhitungan biaya bahan maka jumlah biaya bahan yang digunakan untuk untuk produksi untuk di ahun 2011 adalah Rp. 30,149,355,428 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah, thr, pesangon, tunjangan kesehatan dan pajak penghasilan. Berikut ini akan dilampirkan pada tebel 3 di bawah ini: Sumber: PT. Celebes Sumber Minapratama Bitung 2011 Tabel 3. Biaya Tenaga Kerja Langsung Keterangan Total Upah Rp 2,210,089,330 THR Rp 106,325,001 Pesangon Rp 330,892,500 Jamsostek perusahaan Rp 123,834,109 Jamsostek pribadi Rp 23,830,700 pph 21 Rp 18,856,431 JUMLAH Rp 2,813,828,071 145 Berdasarkan perhitungan maka jumlah biaya tenaga kerja langsung sesuai yang dikategorikan oleh perusahaan sebanyak Rp. 2,813,828,071 1. Biaya Overhead Pabrik PT. Celebes Minapratama Bitung membebankan biaya overhead pada produk berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, baik biaya yang terjadi di pabrik maupun kantor. Berikut akan dilampirkan pada tabel 4 dibawah ini: Tabel 4. Biaya Overhead Pabrik Keterangan Total Solar Rp 1,594,548,724 Kayu Bakar Rp 629,133,703 Dos Packing Rp 244,343,033 Plastik produk 26 Rp 11,092,200 Kawat loket Rp 9,000,000 Oxygen absorber Rp 75,944,550 Tenaga kerja tak langsung Rp 521,115,186 Listrik Rp 275,898,380 BengkelReparasi Rp 37,125,500 Penyusutan bangunan pabrik Rp 23,303,100 Penyusutan rehab bangunan pabrik Rp 24,563,270 Penyusutan mesin produksi Rp 480,197,230 penyusutan gudang kayu Rp 4,405,804 PBB Pabrik bangunan Rp 7,232,200 pph BBM Rp 4,620,750 Sanksi Adm Rp 51,659,815 pph pasal 23 Rp 258,000 Penyusutan bangunan slice fish meal Rp 98,100,125 Penyusutan Rehab bangunan slice meal Rp 5,063,035 Asuransi Rp 8,597,717 Penyusutan rehab gudang kayu Rp 1,863,350 Ekspedisi Rp 281,061,365 Kontainer export Rp 1,699,444,710 PerlengkapanPeralatan produksi Rp 259,885,259 Bahan bakarbhn Pembantu Rp 329,529,555 Biaya lain-lain Rp 10,048,000 JUMLAH Rp 6,688,034,561 Sumber: PT. Celebes Minapratama Bitung 2011 Berdasarkan laporan biaya produksi PT. Celebes Minapratama Bitung yang sudah dihitung dengan jumlah ikan olahan yang dihasilkan, maka dapat dihitung harga pokok produksi ikan olahan di tahun 2011 dengan metode perusahaan yaitu metode full costing adalah sebagai berikut. Biaya bahan Rp 30,149,355,428 Biaya tenaga kerja langsung Rp 2,813,828,071 Biaya overhead pabrik Rp 6,688,034,561 Total harga pokok produksi Rp 39,651,218,060 Total produksi 900,000 Harga pokok produksi per unit Rp 44,057 146 Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh harga pokok produksi untuk setiap kilogram ikan olahan adalah Rp. 44,057. Pembahasan Mulyadi 2012: 121 mengungkapkan full costing dan variable costing sesungguhnya merupakan metode penentuan harga pokok produksi. Perbedaan pokok yang ada di antara kedua metode tersebut adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang berperilaku tetap. Adanya perbedaan perlakuan terhadap biaya produksi tetap ini akan mempunyai akibat pada perhitungan harga pokok produksi dan penyajian laporan laba rugi. Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode perusahaan yaitu full costing belum dapat dikatakan akurat dalam menghitung harga pokok produksi dikarenkan dalam metode yang dipakai perusahaan dihitung undur biaya yang bersifat tetap dan variabel. Dan dalam pembahasan nantinya penulis akan menghitung unsur-unsur biaya produksi berdasarkan metode variable costing , dimana tidak semua unsur-unsur biaya produksi yang dimasukkan akan menjadi hasil dari perhitungan harga pokok produksi tetapi hanya unsur biaya produksi yang bersifat variabel saja yang akan digunakan sebagai dasar pembentukan harga pokok produksi. 1. Biaya Bahan Untuk menghitung biaya bahan atau harga pokok bahan adalah sebagai berikut. Persediaan awal Rp 1,514,477,371 Masukpembelian Rp 29,787,858,720 Persediaan yang tersedia untuk dipakai Rp 31,302,336,091 Persediaan Akhir Rp 1,152,980,663 Harga pokok bahan yang dipakai Rp 30,149,355,428 2. Biaya Tenaga Kerja Dari pengelompokkan biaya khususnya untuk tenaga kerja langsung maka yang akan dihitung nantinya biaya upah langsung di tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 2,813.828,071 3. Biaya overhead pabrik PT. Celebes Minapratama bitung membebankan biaya overhead pada produk berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, baik biaya yang terjadi dipabrik maupun kantor. Namun penelitian ini akan mengalokasikan biaya overhead pabrik ke produk yang memiliki biaya overhead variabel, dikarenakan biaya overhead variabel dialokasikan berdasarkan satuan unit produksi melihat karena perushaan memproduksi satu jenis produk saja. 147 Keterangan Tetap Variabel Total Solar 128,840.00 Rp 1,594,677,564.00 Rp 1,594,806,404.00 Rp Kayu Bakar 16,297.00 Rp 629,150,000.00 Rp 629,166,297.00 Rp Dos Packing 6,967.00 Rp 244,350,000.00 Rp 244,356,967.00 Rp Plastik produk 26 7,800.00 Rp 11,100,000.00 Rp 11,107,800.00 Rp Kawat loket - Rp 9,000,000.00 Rp 9,000,000.00 Rp Oxygen absorber 5,450.00 Rp 75,950,000.00 Rp 75,955,450.00 Rp Tenaga kerja tak langsung 15,186 Rp 521,100,000.00 Rp 521,115,186.00 Rp Listrik 1,620.00 275,900,000.00 Rp 275,901,620.00 Rp BengkelReparasi 24,500.00 Rp 37,150,000.00 Rp 37,174,500.00 Rp Penyusutan bangunan pabrik 23,303,100.00 Rp - Rp 23,303,100.00 Rp Penyusutan rehab bangunan pabrik 24,563,270.00 Rp - Rp 24,563,270.00 Rp Penyusutan mesin produksi 480,197,230.00 Rp - Rp 480,197,230.00 Rp penyusutan gudang kayu 4,405,804.00 Rp - Rp 4,405,804.00 Rp PBB Pabrik bangunan 7,232,200.00 Rp - Rp 7,232,200.00 Rp pph BBM 4,620,750.00 Rp - Rp 4,620,750.00 Rp Sanksi Adm 51,659,815.00 Rp - Rp 51,659,815.00 Rp pph pasal 23 258,000.00 Rp - Rp 258,000.00 Rp Penyusutan bangunan slice fish meal 98,100,125.00 Rp - Rp 98,100,125.00 Rp Penyusutan Rehab bangunan slice meal 5,063,035.00 Rp - Rp 5,063,035.00 Rp Asuransi 8,597,717.00 Rp - Rp 8,597,717.00 Rp Penyusutan rehab gudang kayu 1,863,350.00 Rp - Rp 1,863,350.00 Rp Ekspedisi 281,061,365.00 Rp - Rp 281,061,365.00 Rp Kontainer export 1,699,444,710.00 Rp - Rp 1,699,444,710.00 Rp PerlengkapanPeralatan produksi 14,983.00 Rp 259,900,000.00 Rp 259,914,983.00 Rp Bahan bakarbhn Pembantu 32,529,555.00 Rp - Rp 32,529,555.00 Rp Biaya lain-lain 10,048,000.00 Rp - Rp 10,048,000.00 Rp Jumlah 2,733,169,669.00 Rp 3,658,277,564.00 Rp 6,391,447,233.00 Rp Tabel 5. Biaya Overhead Pabrik Sumber: Data diolah tahun 2013 Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat dihitung harga pokok produksi PT. Celebes Minapratama berdasarkan metode variable costing seperti yang terdapat di bawah ini. Biaya bahan Rp 30,149,355,428.00 Biaya tenaga kerja langsung Rp 2,813,828,071.00 Biaya overhead pabrik variabel Rp 3,658,277,564.00 Total harga pokok produksi Rp 36,621,461,063.00 Total produksi unit 900,000.00 Harga pokok produksi Unit Rp 40,690.51 Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi di atas maka di dapat hasil perbandingan harga pokok produksi per unit antara yang diperoleh dari PT. Celebes Minapratama dengan hasil pembahasan. Perbandingan dapat dilihat sebagai berikut. 148 Tabel 6. Perbandingan Harga Pokok Produksi Keterangan Metode Perushaan Full Costing Metode Variable Costing Hasil yang diperoleh Rp 44,057.00 Rp 40,690.51 Selisih Rp 3,366.49 Sumber: Data diolah tahun 2013 Berdasarkan table 6 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara metode yang digunakan perusahaan dengan metode yang dipakai peneliti yaitu metode variable costing . Perhitungan dengan menggunakan metode perusahaan full costing menghasilkan harga pokok yang lebih besar, sedangkan metode variable costing menghasilkan harga pokok produksi yang lebih kecil dikarenakan variable costing menelusuri biaya-biaya yang berkaitan langsung dengan proses produksi yang sifatnya variabel atau berubah seiring dengan perubahan volume kegiatan produksi. Perhitungan dengan metode variable costing akan berguna bagi perusahaan untuk melakukan efisiensi sumber daya yang digunakan dalam kegiatan produksi di PT. Celebes Minapratama dan untuk penetapan harga jual sesuai dengan keuntungan yang diharapkan perusahaan. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada PT. Celebes Minaprtama Bitung mengenai analisis perhitungan biaya produksi dengan menggunakan metode perusahaan yang dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Perbedaan antara full costing dan variable costing . Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitung akan semua unsu biaya produksi kedalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku tetap maupun yang berperilaku variabel. Sedangkan variable costing meruapakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variable kedalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. 2. Perhitungan biaya pada perusahaan masih belum memadai karena belum dibuatnya laporan perhitungan biaya produksi untuk metode variable costing . 3. Perusahaan dalam menghitung biaya produksinya menggunakan system biaya sesungguhnya dan bukan system biaya standar, sehingga perusahaan tidak dapat mengadakan analisa biaya variable dalam hal pengawasan biaya untuk dapat menilai efisiensi serta penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam proses produksi. 4. Perusahaan mengalami kesulitan dalam memisahkan unsur-unsur biaya tetap dan biaya variable dari biaya yang tergolong semi-variabel. Hal ini tentunya menyulitkan perusahaan dalam mencari hubungan antara biaya-biaya tersebut. Saran Agar PT. Celebes Minapratama Bitung dalam menentukan harga pokok produksinya dapat lebih tepat dan lebih teliti maka penulis memberikan saran sebagai berikut. 1. Perusahaan sebaiknya memakai metode variable costing dalam menghitung harga pokok produksi, karena metode variable costing memperhitungkan biaya-biaya yang langsung berkaitan dengan produk yang di produksi, sedangkan metode full costing menghitung biaya overhead variable dan biaya overhead tetap 149 2. Perusahaan hendaknya dapat menentukan harga pokok produksi yang lebih ekonomis dengan melakukan kegiatan produksi secara lebih optimal, sehingga harga jual yang dicapai perusahaan bisa bersaing dengan perusahaan lain yang memproduksi produk sejenis di pasaran. DAFTAR PUSTAKA Bustami., Bastian., Nurlela., 2006. Akuntansi Biaya, Teori dan Aplikasi , Edisi Pertama. Graha Ilmiah. Yogyakarta. Hongren. 2008. Akuntansi Biaya: Penekanan Manajerial . Jilid 1. PT. INDEKS. Jakarta. Sihite, Lundur Bontor 2012. Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi pada Perusahaan Garam Beryodium Studi pada UD. Empat Mutiara. Jurnal Volume 1, Nomor 1. Universitas Sumatera Utara. Medan. http:ejournal-s1.undip.ac.idindex.phpaccountingissueview3 . 10 desember 2012. Marbun,B.N. 2003. Kamus Manajemen , Cetakan I. Pusaka Sinar Harapan. Jakarta. Mulyadi. 2007. Sistem Akuntansi . Salemba Empat. Jakarta. Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya . Aditya Media. Yogyakarta. Mulyadi. 2012. Akuntansi Biaya. Unit penerbit dan percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta. Reeve. 2009. Pengantar Akuntansi : Adaptasi Indonesia . Buku 1. Salemba Empat: Jakarta Sihombing, Posma. 2003. Penerapan Metode Variable Costing dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi pada PT. Mututama Agung Lestari Medan. Skripsi karya ilmiah Universitas Negeri Medan. Medan. www.tuugo.netCompaniesmututama-agung-lestari-pt0160001044786 10 desember 2012. Supriyono, R. A. 2011. Akuntansi Biaya . BPFE. Yogyakarta. 150 PENERAPAN AKUNTANSI PERPAJAKAN ATAS KEPEMILIKAN AKTIVA KENDARAAN DENGAN METODE SEWA PEMBIAYAAN PADA CV. KARYA WENANG Stephany Florence Claudia Grace Mogi Nangoi Heince Wokas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado Email : fannyabidinyahoo.co.id ABSTRAK Untuk mendanai aktivitas bisnisnya terutama untuk pengadaan barang modal, perusahaan memiliki alternatif pembiayaan yang bersumber dari dalam perusahaan dan pembiayaan yang bersumber dari luar perusahaan. Pembiayaan yang bersumber dari dalam perusahaan, diantaranya adalah modal saham, penerbitan obligasi, dan laba ditahan. Sementara itu pembiayaan yang bersumber dari luar perusahaan, diantaranya adalah pinjaman bank dan sewa guna usaha leasing. Bagi perusahaan yang tidak mempunyai cukup modal, alternatif yang sering digunakan adalah pembiayaan dari luar perusahaan yaitu sewa pembiayaan capital lease. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan akuntansi perpajakan atas kepemilikan aktiva kendaraan dengan metode sewa pembiayaan capital lease pada CV. Karya Wenang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Hasil penelitian pada CV. Karya Wenang yaitu CV Karya Wenang belum sepenuhnya menerapkan akuntansi perpajakan atas transaksi sewa pembiayaan yang dilakukan. Seperti dalam hal penyusutan, perusahaan masih menerapkan akuntansi komersial. Kata Kunci : sewa pembiayaan, aktiva tetap, akuntansi komersial, akuntansi pajak ABSTRACT To fund the business a ctivities especia lly for the pr ocur ement of ca pita l goods, the compa ny ha s a lter na tive sour ces of fina ncing in the cor por a te a nd fina nce s our ced fr om outside the compa ny. F unding is sour ced fr om within the compa ny including the ca pita l stock, issua nce of bonds, a nd r eta ined ea r nings. While the funding is sour ced fr om outside the compa ny such a s ba nk loa ns a nd lea sing. F or compa nies tha t not ha ve enough ca pita l, the a lter na tive is often used outside fina ncing compa nies tha t fina nce lea sesca pita l lea se . The pur pose of this study is to investiga te the a pplica tion of a ccounting ta xa tion on the owner ship of a ssets by the method of vehicle fina ncing lea se c a pita l lea se on the CV. Ka r ya Wena ng. The method used in this r esea r ch is descr iptive method. The r esults of the study on the CV. Ka r ya Wena ng is the CV Ka r ya Wena ng not fully implement the a ccounting ta xa tion of fina n ce lea se tr a nsa ctions tha t do. As in the ca se of depr ecia tion, the compa ny still a pply to commer cia l a ccounting Keywords: ca pita l lea se, fixed a sset, commer cia l a ccounting, ta x a ccounting 151 PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, dunia bisnis pun menjadi semakin marak. Namun bagaimanapun keadaan perekonomian yang ada, setiap usaha tentunya berkeinginan untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, untuk mendanai aktivitas bisnisnya terutama untuk pengadaan barang modal seperti mesin dan kendaraan operasional, maka perusahaan memiliki alternatif pembiayaan yang bersumber dari dalam internal perusahaan seperti laba ditahan dan penerbitan obligasi dan pembiayaan yang bersumber dari luar eksternal perusahaan seperti pinjaman bank dan sewa guna usaha. Bagi perusahaan yang tidak mempunyai cukup modal, alternatif yang dipilih adalah pembiayaan dari luar perusahaan. Sekarang ini salah satu jenis pembiayaan barang modal yang mulai banyak digunakan perusahaan di Indonesia selain pinjaman dari bank adalah pembiayaan sewa guna usaha Azhari, 2007:1. Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal oleh lessor pemiliki barang modal yang kemudian disewagunausahakan kepada lessee penyewa untuk digunakan selama jangka waktu tertentu dan sebagai imbalan lessee harus membayar secara berkala sejumlah yang telah ditetapkan pada awal transaksi, kemudian pada akhir masa sewa lessee bisa memiliki hak opsi untuk membeli barang modal tersebut. Sewa guna usaha leasing dibedakan menjadi 2 dua jenis yaitu sewa guna usaha dengan hak opsi atau disebut dengan sewa pembiayaan capital lease dan sewa guna usaha tanpa hak opsi operating lease. Sewa pembiayaan capital lease yaitu apabila dalam transaksi perusahaan lessor bertindak sebagai pihak yang membiayai barang modal dimana lessee akan membayar secara berkala sejumlah yang telah disepakati bersama kepada lessor sebagai imbalan dan di akhir masa sewa terdapat hak opsi bagi lessee . Hak opsi adalah hak lessee untuk membeli barang modal yang disewagunausahakan atau memperpanjang jangka waktu perjanjian sewa guna usaha pada akhir masa sewa. Sedangkan sewa guna usaha tanpa hak opsi operating lease yaitu apabila dalam transaksi lessor membeli barang modal langsung dari pemasok supplier dan kemudian menyewa guna usahakannya kepada lessee namun lessee tidak mempunyai hak opsi untuk membeli atau memperpanjang transaksi sewa guna usaha tersebut pada akhir masa sewa. Pada setiap akhir periode, perusahaan akan membuat laporan keuangan di mana dalam membuat laporan keuangan tersebut transaksi sewa guna usaha diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan kewajiban pada awal masa sewa guna usaha sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa harga opsi yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha. Perlakuan tersebut adalah perlakuan yang terjadi pada akuntansi komersial, sementara itu akuntansi pajak memiliki perlakuan yang berbeda dari perlakuan akuntansi komersial. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan perpajakan yang mengaturnya. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan akuntansi perpajakan atas kepemilikan aktiva kendaraan dengan metode sewa pembiayaan pada CV. Karya Wenang. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Akuntansi Akuntansi merupakan sebuah system yang mengumpulkan dan memproses menganalisis, menghitung, dan mencatat informasi keuangan mengenai sebuah organisasi dan melaporkan informasi tersebut kepada pengambil keputusan Libby, dkk. Terjemahan oleh Seputro. 2007:4. Rudianto 2009:4 mengemukakan bahwa akuntansi adalah sebuah system informasi yang menghasilkan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi suatu perusahaan. Akuntansi Keuangan Financial accounting provides information for decision makers outside the entity, such as investors, creditors, government agencies, and the public Harrison, et al . 2010:4 . Akuntansi Manajemen Managerial accounting focuses on information for internal decision makers, such as the company’s manager s Horngren, et al . 2012:2. 152 Konsep Pajak Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan mengemukakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Laporan Keuangan Laporan keuangan komersial adalah bagian dari proses pelaporan keuangan lengkap yang biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Sementara itu, laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai peraturan perpajakan dan digunakan untuk keperluan penghitugan pajak Suandy, 2008:81. Konsep Akuntansi Pajak Akuntansi perpajakan adalah suatu proses pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran suatu transaksi keuangan kaitannya dengan kewajiban perpajakan dan diakhiri dengan pembuatan laporan keuangan fiskal sesuai dengan ketentuan dan peraturan perpajakan yang terkait sebagai dasar pembuatan Surat Pemberitahuan Tahunan Supriyanto, 2011:2-3. Konsep Aktiva Tetap IAI yang dikutip oleh Suandy 2008:34 aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Penyusutan Aktiva Tetap Penyusutan menurut akuntansi komersial dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan menurut kriteria berikut : 1. Berdasarkan waktu : a. Metode garis lurus str a ight line method b. Metode pembebanan yang menurun : i. Metode jumlah angka tahun sum of the yea r digit method ii. Metode saldo menurunsaldo menurun ganda decliningdouble declining ba la nce method 2. Berdasarkan penggunaan a. Metode jam jasa ser vice hour s method b. Metode jumlah unit produksi pr oductive output method 3. Berdasarkan kriteria lainnya a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok gr oup a nd composite method ; b. Metode anuitas a nnuity method c. Sistem persediaan inventor y system Sementara itu metode penyusutan menurut peraturan perpajakan yang diatur Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang -Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan adalah: 1. Metode garis lurus atau straight line method 2. Metode saldo menurun atau declining balance method Penyusutan untuk harta berwujud berupa bangunan hanya dapat dilakukan dengan metode garis lurus. Sementara untuk harta berwujud selain bangunan seperti mesin dan kendaraan dapat disusutkan dengan metode garis lurus atau metode saldo menurun. Sewa Guna Usaha Leasing Sewa guna usaha adalah perjanjian antara perusahaan sewa guna usahayang menyewakan lessor dan penyewa guna usahayang menyewa lessee , untuk menyewagunausahakan suatu jenis barang modal tertentu 153 yang dipilih atau ditentukan oleh penyewa guna usaha Sugiono, 2009:179. Sewa guna usaha dibedakan menjadi sewa guna usaha dengan hak opsi sewa pembiayaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi. Sewa guna usaha dengan hak opsisewa pembiayaan capital lease adalah sewa guna usaha di mana penyewa lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati sedangkan sewa guna usaha tanpa hak opsi operating lease adalah sewa guna usaha di mana penyewa lessee pada akhir masa kontrak tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha tersebut Suandy, 2008:49. Penelitian Terdahulu Tabel Penelitian Terdahulu No Nama Penelitia n Tahun Judul Tujuan Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Hadiyan to Azhari 2007 Penerapan Akuntansi Pajak Atas Kepemilik an Aktiva Kendaraan Dengan Metode Capital Lease Pada PT.Iglas Sebagai Lessee Untuk mengetahui dan menerapkan perlakuan akuntansi perpajakan yang tepat atas transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi capital lease pada PT. Iglas Deskriptif Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha atas kendaraan dinas selama tahun 2000- 2004 di PT.IGLAS Persero hanya dari sisi akuntansi komersial saja, sedangkan dari sisi fiskal belum diterapkan. Peneliti sebelumnya melakukan penelitian terhadap faktor yang sama yaitu perlakuan akuntansi atas kepemilikan aktiva kendaraan dengan metode capital lease dan menggunakan metode penelitian yang sama Objek penelitian sebelumnya adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan gelas kemasan sedangkan objek penelitian penulis adalah CV. Karya Wenang yang bergerak dalam bidang advertising dan printing 2. Aryanti Setiawa n 2012 Penerapan Akuntansi Pajak Atas Aktiva Kendaraan Dengan Metode Capital Lease Pada PT. Kedaung Indah Can untuk mengetahui dan menerapan perlakuan akuntansi perpajakan yang tepat atas transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi capital lease pada PT. Kedaung Indah Can Deskriptif Jumlah angsuran selama masa sewa guna usaha telah memenuhi semua kriteria yang dipersyaratk an oleh ketentuan pajak sehingga dapat dikategorika n sebagai transaksi capital lease Peneliti sebelumnya melakukan penelitian terhadap faktor yang sama yaitu perlakuan akuntansi atas kepemilikan aktiva kendaraan dengan metode capital lease dan menggunakan metode penelitian yang sama. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek penelitian yang berbeda. Peneliti sebelumnya melakukan penelitian pada PT. Kedaung Indah Can sedangkan penulis meneliti pada CV. Karya Wenang 154 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dimana penelitian ini berdasarkan pada data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari objek yang diamati. Dengan tujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di CV. Karya Wenang yang berlokasi di Jln. Arnold Mononutu No. 5, Kelurahan Wanea, Kecamatan Wanea, Kota Manado. Penelitian dilakukan dari bulan Oktober sampai November 2013. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi masalah 2. Menentukan tujuan penelitian 3. Tinjauan pustaka 4. Penelitian lapangan 5. Analisis data 6. Kesimpulan Metode Pengumpulan Data Jenis Data Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan CV. Karya Wenang tahun 2007-2012. Sedangkan data kualitatif yang digunakan adalah informasi yang diperoleh dari hasil wawancara kepada pimpinan dan pegawai yang bekerja di objek penelitian, yakni CV. Karya Wenang. Sumber Data Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara tanya jawab wawancara secara langsung dengan pihak CV. Karya Wenang. Sedangkan data sekunder yang digunakan berupa laporan keuangan perusahaan yang didapat dari internal perusahaan. Teknik Pengumpulan Data A dapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Interview wawancara, yakni melakukan tanya-jawab dengan pihak-pihak yang terkait, dalam hal ini adalah bagian akuntansi dan pajak. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kebijakan akuntansi perusahaan. 2. Dokumentasi mengumpulkan data , y aitu dengan cara mengumpulkan dan memeriksa secara langsung data-data yang diperoleh di perusahaan. Metode Analisis Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam analisis data adalah sebagai berikut : 1. Menguraikan transaksi sewa guna usaha yang terjadi di CV. Karya Wenang. 2. Menghitung penyusutan berdasarkan kebijakan akuntansi perusahaan. 3. Menganalisis transaksi sesuai dengan ketentuan perpajakan. 4. Menghitung biaya angsuran yang mengurangi laba perusahaan 5. Menghitung penyusutan sesuai ketentuan perpajakan 155 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan CV. Karya Wenang merupakan usaha yang bergerak dalam bidang advertising dan digital printing . Bertempat di Jl. Arnold Mononutu No. 5 Manado. Perusahaan ini dirintis seorang pengusaha bernama Nova Kaunang sejak tahun 1997 hingga sekarang ini. Perusahaan ini bergerak dalam bidang penyedia jasa advertising dan printing. Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan, maka perusahaan selalu menggunakan perlengkapan dan peralatan yang lebih modern dan lebih canggih dari hari ke hari untuk digunakan dalam proses produksi agar perusahaan dapat menghasilkan produk yang berkualitas. Tak hanya dari sisi peralatan dan bahan baku produksi, sumber daya manusia pun selalu ditingkatkan demi meningkatkan kualitas serta kepuasan para klien. CV. Karya Wenang memiliki komitmen Menjamin Kepu asan Klien”. Adapun bidang pekerjaan CV. Karya Wenang meliputi bidang advertising yang melayani pembuatan dan pemasangan neon box, pembuatan dan pemasangan billboard, Wallpainting, floorpainting dan airbrush, pembuatan dan pemasangan letter timbul , pembuatan dan pemasangan neonsign , pembuatan dan pemasangan panel press, pembuatan dan pemasangan alcupan , pembuatan dan pemasangan bando jalan , pembuatan dan pemasangan baliho, spanduk, dan umbul-umbul dan memberikan jasa percetakan gambar dengan h ight resolution dengan keakuratan warna yang kuat di dukung oleh Sumber Daya Manusia yang berkompeten dan terampil. Hasil Penelitian Transaksi Sewa Pembiayaan CV. Karya Wenang 1. Satu unit Izuzu Panther. Transaksi dilakukan pada bulan Januari 2007 dengan jangka waktu perjanjian selama 4 tahun. Kendaraan tersebut digunakan untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan. Harga Barang : Rp. 182.000.000,- Jaminan 20 : Rp. 36.400.000,- Bunga 4 tahun 7.5 : Rp. 23.381.510,- Angsuran per bulan : Rp. 3.520.448,12,- Keterangan: jaminan akan dikompensasikan sebagai nilai opsi pada akhir masa sewa jika lessee ingin menggunakan hak opsi untuk membeli kendaraan tersebut 2. Satu unit Nissan Navara. Transaksi dilakukan pada bulan Agustus 2008 dengan jangka waktu perjanjian selama 4 tahun. Kendaraan tersebut digunakan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan perusahaan. Harga Barang : Rp. 270.000.000,- Jaminan 30 : Rp 81.000.000,- Bunga 4 tahun 10 : Rp. 41.089.357,- Angsuran per bulan : Rp. 4.793.528,27,- Keterangan: jaminan akan dikompensasikan sebagai nilai opsi pada akhir masa sewa jika lessee ingin menggunakan hak opsi untuk membeli kendaraan tersebut. Penyusutan Aktiva Sewa Pembiayaan Menurut Kebijakan CV. Karya Wenang Menurut akuntansi komersial, lessee boleh melakukan penyusutan sejak perjanjian sewa guna usaha ditandatangani dengan dasar penyusutan adalah nilai perolehan aktiva. Berdasarkan ketentuan tersebut, CV. Karya Wenang melakukan penyusutan atas aktiva tetap berdasarkan nilai perolehan barang dan dimulai sejak diperolehnya barang tersebut. Penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus dan umur ekonomis 8 delapan tahun. Berikut adalah penyusutan yang dilakukan oleh perusahaan: 156 Tabel Penyusutan Menururt Kebijakan Perusahaan Tahun Penyusutan Atas Satu Unit Isuzu Panther Penyusutan Atas Satu Unit Nissan Navara 2007 182.000.000 X 11 8 12 = Rp. 20.854.166,67 2008 182.000.000 270.000.000 X 4 8 8 12 = Rp. 22.750.000 = Rp 11.250.000 2009 182.000.000 270.000.000 8 8 = Rp. 22.750.000 = Rp 33.750.000 2010 182.000.000 270.000.000 8 8 = Rp. 22.750.000 = Rp. 33.750.000 2011 182.000.000 270.000.000 8 8 = Rp. 22.750.000 = Rp. 33.750.000 2012 182.000.000 270.000.000 8 8 = Rp. 22.750.000 = Rp. 33 750 000 2013 182.000.000 270.000.000 8 8 = Rp. 22.750.000 = Rp. 33.750.000 2014 182.000.000 270.000.000 8 8 = Rp. 22.750.000 = Rp. 33.750.000 2015 182.000.000 X 1 270.000.000 8 12 8 = Rp. 1.895.833,33 = Rp. 33.750.000 2016 270000000 X 8 8 12 = Rp. 22.500.000 Pelaksanaan Opsi Dalam transaksi sewa guna usaha yang dilakukan CV. Karya Wenang, pihak perusahaan bertindak sebagai lessee melakukan opsi pembelian atas aktiva sewa guna usahanya yaitu 1 satu unit Isuzu Panther pada bulan Februari 2011 sebesar nilai jaminan yang dikompensasikan sebagai nilai opsi yaitu Rp. 36.400.000,- dan 1 satu unit Nissan Navara pada bulan September 2012 sebesar nilai jaminan yang dikompensasikan sebagai nilai opsi yaitu Rp.81.000.000, -. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 1169KMK.011991, CV. Karya Wenang diperkenankan untuk melakukan penyusutan atas aktiva kendaraan setelah dilakukan hak opsi untuk membeli aktiva kendaraan tersebut. Penyusutan dilakukan berdasarkan nilai opsi aktiva dalam hal ini adalah kendaraan yang bersangkutan dengan umur ekonomis 8 delapan tahun untuk golongan II dan menggunakan metode garis lurus. Penyusutan tersebut penulis gambarkan dalam tabel di bawah ini: 157 Tabel Penyusutan Menurut Ketentuan Perpajakan Tahun Penyusutan Atas Satu Unit Isuzu Panther Penyusutan Atas Satu Unit Nissan Navara 2011 36400000 X 11 8 12 4170833.333 2012 36400000 81000000 X 4 8 8 12 4550000 3375000 2103 36400000 81000000 8 8 4550000 10125000 2014 36400000 81000000 8 8 4550000 10125000 2015 36400000 81000000 8 8 4550000 10125000 2016 36400000 81000000 8 8 4550000 10125000 2017 36400000 81000000 8 8 4550000 10125000 2018 36400000 81000000 8 8 4550000 10125000 2019 182000000 X 1 81000000 8 12 8 = Rp. 1.895.833,33 10125000 2020 81000000 X 8 8 12 6750000 Pembahasan Perbedaan perlakuan antara kebijakan akuntansi komersial dan ketentuan perpajakan yang tergambar di atas akan berdampak pada Pajak Penghasilan terhutang CV. Karya Wenang. Dampak tersebut adalah Pajak Penghasilan terhutang CV. Karya Wenang akan mengalami koreksi fiskal berupa koreksi positif dan koreksi negatif selama tahun pajak 2007 sampai 2020. Koreksi positif yaitu apabila biaya penyusutan menurut akuntansi komersial lebih besar dari pada biaya penyusutan menurut ketentuan perpajakan. Dalam kasus ini, koreksi positif akan menyebabkan penambahan pajak penghasilan atau dengan kata lain Pajak Penghasilan CV. Karya Wenang yang terhutang menjadi lebih besar. Sedangkan koreksi negatif yaitu apabila biaya penyusutan menurut akuntansi komersial lebih kecil daripada biaya penyusutan menurut ketentuan perpajakan. Dalam kasus ini, koreksi negatif ini akan menyebabkan Pajak Penghasilan CV. Karya Wenang yang terhutang menjadi berkurang. Ilustrasi kedua koreksi tersebut penulis gambarkan dalam tabel di bawah ini : 158 Tabel Koreksi Fiskal Atas Transaksi Sewa Pembiayaan Pada CV. Karya Wenang Tahun Aktiva SGU Komersial Koreksi Fiskal Fiskal Positif Negatif 2007 1 unit Isuzu Panther Rp. 20,854,166.67 Rp .20,854,166.67 Tidak ada penyusutan 2008 1 unit Isuzu Panther Rp. 22,750,000 Rp. 34,000,000 Tidak ada penyusutan 1 unit Nissan Navara Rp.11,250,000 Rp. 34,000,000 2009 1 unit Isuzu Panther Rp. 22,750,000 Rp. 56,500,000 Tidak ada penyusutan 1 unit Nissan Navara Rp. 33,750,000 Rp. 56,500,000 2010 1 unit Isuzu Panther Rp. 22,750,000 Rp. 56,500,000 Tidak ada penyusutan 1 unit Nissan Navara Rp. 33,750,000 Rp. 56,500,000 2011 1 unit Isuzu Panther Rp. 22,750,000 Rp. 52,329,166.67 Rp. 4,170,833.33 1 unit Nissan Navara Rp. 33,750,000 Rp. 56,500,000 2012 1 unit Isuzu Panther Rp. 22,750,000 Rp. 48,575,000 Rp. 4,550,000 1 unit Nissan Navara Rp. 33,750,000 Rp. 3,375,000. Rp. 56,500,000 Rp. 7,925,000 2013 1 unit Isuzu Panther Rp. 22,750,000 Rp. 41,825,000 Rp. 4,550,000 1 unit Nissan Navara Rp. 33,750,000 Rp 10,125,000 Rp. 56,500,000 Rp. 14,675,000 2014 1 unit Isuzu Panther Rp. 22,750,000 Rp. 41,825,000 Rp. 4,550,000 1 unit Nissan Navara Rp. 33,750,000 Rp. 10,125,000 Rp. 56,500,000 Rp. 14,675,000 2015 1 unit Isuzu Panther Rp. 1,895,833.33 Rp. 20,970,833.33 Rp. 4,550,000 1 unit Nissan Navara Rp. 33,750,000 Rp. 10,125,000 Rp. 35,645,833.33 Rp. 14,675,000 2016 1 unit Isuzu Panther Rp 4,550,000 1 unit Nissan Navara Rp. 22,500,000 Rp. 7,825,000 Rp. 10,125,000 Rp. 14,675,000 2017 1 unit Isuzu Panther Tidak ada peyusutan Rp. -14,675,000 Rp. 4,550,000 1 unit Nissan Navara Rp. 10,125,000 Rp. 14,675,000 2018 1 unit Isuzu Panther Tidak ada penyusutan Rp. -14,675,000 Rp. 4,550,000 1 unit Nissan Navara Rp. 10,125,000 Rp. 14,675,000 2019 1 unit Isuzu Panther Tidak ada penyusutan Rp. - 10,504,166.67 Rp. 379,166.67 1 unit Nissan Navara Rp. 10,125,000 Rp. 10,504,166.67 2020 1 unit Nissan Navara Tidak ada penyusutan Rp. -6,750,000 Rp. 6,750,000 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan perhitungan dan analisis yang telah diuraikan pada Bab 4 maka penulis menarik kesimpulan bahwa transaksi sewa pembiayaan kendaraan pada CV. Karya Wenang belum sepenuhnya menerapkan akuntansi pajak. Dalam beberapa aspek CV. Karya Wenang masih menerapkan akuntansi komersial, seperti dalam masalah penyusutan. Menurut ketentuan perpajakan, penyusutan dilakukan setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli aktiva tersebut dan penyusutannya dihitung berdasarkan nilai opsi. Namun berdasarkan akuntansi komersial, CV. Karya Wenang mengakui adanya penyusutan atas aktiva sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha dengan nilai perolehan sebagai 159 dasar penyusutan. Perbedaan ini menyebabkan adanya koreksi fiskal atas Pajak Penghasilan CV. Karya Wenang selama tahun 2007 sampai tahun 2020. Saran Saran yang dapat penulis berikan pada CV. Karya Wenang sehubungan dengan Sewa Guna Usaha atas aktiva kendaraan sesuai ketentuan perpajakan adalah alangkah baiknya CV. Karya Wenang selalu mengikuti peraturan-peraturan perpajakan terbaru yang berlaku sehubungan dengan transaksi sewa pembiayaan agar dapat menerapkan transaksi sewa pembiayaan menurut akuntansi paja k sehingga dapat mempermudah CV. Karya Wenang dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak. DAFTAR PUSTAKA Azhari, Hadiyanto. 2007. Penerapan Akuntansi Pajak Atas Kepemilikan Aktiva Kendaraan Dengan Metode Capital Lease Pada PT Iglas Sebagai Lessee . Universitas Airlangga Surabaya. Surabaya. http:wordskripsi.blogspot.com201002penerapan-akuntansi-pajak-atas.html Harrison, Walter T., Charles T Horngren C William Thomas. 2010. F ina ncia l Accounting. 8 th ed . Pearson Education. Horngren, Charles T, Walter T Harrison M Suzanne Oliver. 2012. Accounting . 9 th ed . Pearson Education. Libby, Robbert., Libby, Paricia A Daniel G. Short, 2007. Akuntansi Keuangan . Edisi Kelima. Diterjemahkan oleh: J. Agung Seputro. Andi. Yogyakarta. Rudianto, 2010. Pengantar Akuntansi . Erlangga. Jakarta Setiawan, Aryanti. 2012 Penerapan Akuntansi Pajak Atas Kepemilikan Aktiva Kendaraan Dengan Metode Capital Lease Pada PT Kedaung Indah Can Sebagai Lessee . Universitas Gunadarma. http:library.gunadarma.ac.idrepositoryview28010penerapan-akuntansi-pajak-atas-aktiva- kendaraan-dengan-metode-capital-lease-pada-pt-kedaung-indah-can.html Suandy, Erly, 2008. P erencanaan Pajak . Edisi Empat. Salemba Empat. Jakarta. Sugiono, Arief, 2009. Manajemen Keuangan untuk Praktisi Keuangan . Grasindo. Jakarta. Supriyanto, Eddy, 2011. Akuntansi Perpajakan . Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. 160 ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PRODUK SPRING BED PADA PT. MASSINDO SINAR PRATAMA Eric Joseph Taroreh Jantje J. Tinangon Inggriani Elim Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado email: Taroreh.eric89gmail.com ABSTRAK Penentuan harga pokok produksi merupakan masalah penting dalam perusahaan manufaktur dimana kegiatannya adalah mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi selanjutnya dijual ke konsumen untuk memperoleh laba.Harga pokok produksi adalah biaya produksi yang diterapkan oleh seluruh produk jadi yang telah selesai diproduksi selama suatu periode tertentu.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi pada PT. Massindo Sinar Pratama.Analisis dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yang di kualitatifkan menjadi suatu metode dengan mengumpulkan data, disusun, diinterpretasikan, dan dianalisis sehingga memberikan gambaran mengenai keadaan subjek dan objek yang diteliti berdasarkan fakta yang ada. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui dalam proses produksi springbed, pembebanan biaya produksi berdasarkan tipe dan ukurannya yang dihasilkan pada periode satu bulan. Dengan membebankan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Bahan baku langsung yang digunakan meliputi; Busa, Kain springbed, Spriral besi, Kayu,dan Kaki plastik. Pembebanan biaya tenaga kerja langsung berdasarkan tarif unit produksi yang dihasilkan.Pembebanan biaya overhead pabrik pada produk berdasarkan biaya overhead ditentukan dimuka. Kata kunci : Harga pokok produksi ABSTRACT Determination of the cost of production is an important problem in a manufacturing company where the activity is to process the raw materials into finished materials subsequently sold to consumers for a profit. Cost of production is the cost of production which has applied to all finished products are being manufactured during a certain period. This study aims to determine the calculation of the cost of production at PT. Massindo Sinar Pratama. Analyses were performed using the descriptive method in qualitative to be a method to collect data, compiled, interpreted, and analyzed so as to provide an overview of the state of the subject and the object under study is based on facts. From these results it can be seen in the production process of spring, charging based on the type and size of production resulting in a period of one month. With the charge of direct materials, direct labor costs and factory overhead costs. Direct materials used include; Foam, Cloth spring, Spriral iron, wood, and plastic legs. The imposition of direct labor costs based on rates of production units produced. Imposition of factory overhead costs to products ba sed on the overhead costs are determined upfront. Keyword : Cost of production 161 PENDAHULUAN LatarBelakang Di tengah-tengah persaingan dunia bisnis sekarang ini maka manajemen perusaahaan perlu mempunyai perencanaan dan pengendalian yang matang agar dapat mencapai tujuan perusahaan itu sendiri dan dapat menentukan arah perusahaan jangka panjang. Hansen Mowen 2009:422, mengatakan perencanaan adalah pandangan ke depan untuk melihat tindakan apa yang seharusnya dilakukan agar dapat mewujudkan tujuan- tujuan tertentu. Pengendalian adalah melihat kebelakang, menentukan apakah yang sebenarnya telah terjadi, dan membandingkannya dengan hasil yang direncanakan sebelumnya. Kemudian perbandingan ini dapat digunakan untuk menyesuaikan anggaran yaitu melihat ke masa depan sekali lagi. Perencanaan dan pengendalian merupakan aktifitas yang berbeda, namun terkait sangat erat.Untuk memaksimalkan manfaat perencanaan misalnya anggaran biaya, manajer harus menggunakan rencana tersebut untuk melakukan pengendalian.Sulit sekali melakukan pengendalian biaya tanpa sebuah rencana Horngren, et al. 2008:9. Dalam perencanaan tersebut manajemen selalu diperhadapkan pada pengambilan keputusan dari berbagai alternatif tindakan yang tersedia. Dalam proses pengambilan keputusan yang diambil haruslah merupakan keputusan yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Salah satunya kebutuhan manajemen terhadap informasi keuangan yang berhubungan dengan penentuan harga pokok produksi. Penentuan harga pokok produksi merupakan masalah penting dalam perusahaan manufaktur dimana kegiatannya adalah mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi selanjutnya dijual ke konsumen untuk memperoleh laba.Harga pokok merupakan gambaran kwalitatif dari pengorbanan yang harus dilakukan pada penukaran barang atau jasa yang dilakukan di pasar. Produk yang mempunyai harga pokok produksi lebih tinggi dari produk lainnya yang sejenis di pasar akan menyebabkan kesulitan bagi manajemen perusahaan dalam mengantisipasi permainan harga yang dilakukan oleh pesaingnya. Tingginya harga pokok produksi dalam suatu produk biasanya disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : yang pertama, kesalahan dalam menghitung harga pokok produksinya dan membengkaknya biaya produksi akibat terjadinya pemborosan pemakaian sumber daya perusahaan karena kurangnya pengawasan dalam proses produksi. Kedua, hal ini pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh kurang tepatnya metode harga pokok produksi yang diterapkan oleh perusahaan. Krismiaji Aryani 2011:325, penentuan harga jual adalah menambahkan angka perkiraan laba Markup pada angka harga pokok .Markup adalah selisih antara harga jual dengan harga pokok produk. Markup biasanya berupa presentase tertentu dari harga pokok produk. Kesalahan penentuan harga akan berakibat fatal. Jika harga ditentukan terlalu mahal, pelanggan akan enggan membeli produk perusahaan dan akan berpindah ke perusahaan lain. Jika harga jual ditentukan terlalu murah, maka biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak akan tertutup sehingga perusahaan akan mengalami kerugian. Dalam banyak hal, keberhasilan suatu usaha tergantung pada informasi harga pokok. Harga pokok produksi merupakan elemen penting dalam penentuan harga jual yang layak dan kompetitif untuk suatu produk. Walaupun harga pokok produksi bukan satu-satunya informasi yang digunakan untuk penetapan harga, akan tetapi jika harga suatu produk tidak dapat menutupi biaya produk, maka perusahaan tidak akan mendapatkan, menghasilkan atau memperoleh laba tetapi menderita rugi. Perusahaan-perusahaan hanya mampu menghasilkan produk-produk yang mempunyai mutu yang lebih baik dengan harga yang rendah dengan berpedoman bahwa konsumen hanya dibebani dengan biaya-biaya untuk menambah nilai value-added-activities , dengan demikian manajemen perusahaan memerlukan informasi biaya yang teliti, yang memperhitungkan secara cermat sumber data yang dikorbankan untuk aktivitas menambah nilai bagi konsumen. Informasi harga pokok sering dijadikan dasar untuk peramalan biaya dimasa yang akan datang. Dengan dilengkapi beberapa metode penentuan harga pokok produksi seperti full costing, variabel costing, activity based costing memudahkan manajemen perusahaan menentukan tarif produksi. Selanjutnya dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode full costing untuk membuat perhitungan harga pokok produksi. PT. Massindo Sinar Pratama adalah perusahaan meubel yang berpartisipasi secara massa dimana proses produksinya dilakukan secara terus menerus continue untuk mengisi persediaan. Proses produksi yang dilakukan oleh PT. Massindo Sinar Pratama menghasilkan salah satu produknya adalah spring bed, dimana hasil dari produksi spring bed tersebut yang kemudian akan dijual kepada konsumen atau perusahaan lain. Keberhasilan suatu usaha akan timbul apabila perusahaan membuat laporan biaya produksi yang lebih tepat, dengan memasukkan semua unsur biaya kedalam harga pokok produksi baik yang bersifat variabel maupun yang bersifat tetap. 162 TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Akuntansi adalah suatu sistem untuk mengukur aktivitas bisnis, sebagai proses pencatatan yang menghasilkan laporan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak berkepentingan sebagai cara untuk pengambilan keputusan bisnis. Tipe Akuntansi Akuntansi dalam suatu organisasi atau perusahaan dibagi menjadi dua tipe, yaitu akuntansi keuangan dan akuntasi manajemen.Akuntansi keuangan lebih difokuskan pada laporan secara menyeluruh tentang keuangan suatu organisasi yang dapat dipergunakan oleh pihak-pihak eksternal, sedangkan akuntansi manajemen menitikberatkan pada penyusunan laporan keuangan perbagian dalam suatu organisasi, yang dipergunakan oleh pihak intern seperti direktur, sehingga akuntansi manajemen disebut pula akuntansi intern. Tipe dan Manfaat Akuntansi Manajemen 1. Tipe Informasi Akuntansi Manajemen Mulyadi 2011:17, Berdasarkan hubungan dengan obkjek informasi, alternatif yang akan dipilih, dan wewenang manajer, informasi akuntansi manajemen dapat dibagi atas tiga tipe informasi akuntansi yaitu : a. Jika akuntansi manajemen dihubungkan dengan objek informasi, seperti produk, departemen, atau aktivitas, maka akan dihasilkan konsep informasi akuntansi penuh. b. Jika informasi akuntansi manajemen dihubungkan dengan alternatif yang akan dipilih, maka akan dihasilakan konsep informasi akuntansi diferensial, yang sangat diperlukan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan pemilihan alternatif. c. Jika informasi akuntansi manajemen dihubungkan dengan wewenang manajer, dihasilkan konsep informasi akuntansi pertanggungjawaban, yang terutama bermanfaat untuk mempengaruhi perilaku manusia dalam organisasi . 2. Manfaat Informasi Akuntansi Manajemen Ketiga tipe informasi akuntansi manajemen tersebut dapat meliputi aktiva, pendapatan, dan biaya. Informasi akuntansi manajemen menyangkut informasi masa lalu dan informasi masa yang akan datang, tergantung untuk apa informasi tersebut disajikan. Informasi akuntansi penuh yang berisi informasi masa yang lalu bermanfaat untuk pelaporan informasi keuangan kepada manajemen puncak dan pihak luar perusahaan, analisis kemampuan untuk menghasilkan laba, pemberian jawaban atas pertanyaan “berapa biaya yang dikeluarkan untuk sesuatu?” dan penentuan harga jual dalam cost type contract, informasi akuntansi penuh yang berisi informasi mana yang akan datang bermanfaat untuk penyusunan program, penentuan harga jual normal, penentuan harga transfer, dan penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah. Informasi akuntansi diferensial mempunyai dua unsur pokok yaitu meurupakan informasi masa yang akan datang dan informasi yang berbeda diantara alternatif yang akan dipilih. Informasi ini diperlukan oleh manajemen untuk pengambilan keputusan mengenai pemilihan alternatif tindakan yang terbaik diantara alternatif yang tersedia. Karena pengambilan keputusan selalu menyangkut masa depan, maka informasi akuntansi yang relevan adalah informasi masa yang akan datang. Informasi akuntansi pertanggung jawaban merupakan informasi aktiva, pendapatan danatau biaya yang dihubungkan dengan manajer yang bertanggung jawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu. Informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berisi informasi masa lalu bermanfaat untuk penilaian kinerja manajer dan pemotivasian manajer. Sedangkan informasi masa yang akan datang bermanfaat untuk penyusunan anggaran Akuntansi Manajemen Akuntansi manajemen adalah sebagai alat untuk penyediaan informasi yang diperlukan secara spesifik baik keuangan maupun non keuangan kepada pihak intern perusahaan yaitu pihak manajemen dalam pembuatan keputusan dan karyawan yang jarang disebarkan kepada pihak-pihak lain. 163 Akuntansi Biaya Mulyadi 2012:7, Akuntansi Biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya, pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Akuntansi biaya yakni suatu proses untuk menganalisis biaya organisasi atau perusahaan dalam pembuatan dan penjualan produk atau jasa serta dapat membantu manajemen dalam pengawasan biaya. Akuntansi biaya ditekankan pada biaya produksi. TujuanAkuntansi Biaya Tujuan akuntansi biaya adalah menyediakan salah satu informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam mengelola perusahaan, yaitu untuk : 1. Penentuan harga pokok produksi. Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produk dilakukan pencatatan, penggolongan, dan peringkasan biaya-biaya yang pembuatan produk atau penyerahan jasa dengan cara-cara tertentu. 2. Pengendalian biaya. Untuk memenuhi tujuan pengendalian biaya, maka biaya pembuatan produkyang seharusnya terjadi ditetapkan lebih dahulu. 3. Pengambilan Keputusan oleh Manajemen. Untuk pengambilan keputusan, akuntansi biaya menyediakan informasi masa yana akan datang karena pengambilan keputusan berhubungan dengan masa depan . Biaya Mulyadi 2012:8, dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Jadi biaya bisa dikatakan sebagai nilai pengorbanan untuk mencapai tujuan tertentu yang diukur dalam satuan uang dan bisa memberi manfaat dimasa yang akan datang bagi organisasi atau perusahaan. Pengambilan Biaya Produksi Hansen Mowen 2009:56, mengatakan biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Biaya produksi terbagi atas tiga bagian yaitu: 1. Bahan baku langsung adalah bahan baku yang dapat ditetelusuri pada barang atau jasa yang dihasilkan. Misalnya baja pada mobil, kayu pada perabotan. 2. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau pelayanan yang dihasilkan. 3. Overhead pabrik meliputi semua biaya produksi langsung selau bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Contohnya penyusutan bangunan, peralatan dan pemeliharaan. Berkaitan dengan pengertian diatas penulis mengambil kesimpulan untuk pengambilan biaya produksi melalui biaya yang relative mudah untuk dikendalikan untuk menghasilkan sebuah produk jadi yang siap untuk dipasarkan. Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi adalah biaya produksi yang diterapkan oleh seluruh produk jadi yang telah selesai diproduksi selama suatu periode tertentusedangkan biaya produksi yang melekat pada barang yang belum selesai tidak dapat dimasukkan sebagai harga produksi, dimana biaya produksi tersebut terdiri dari bahan baku, tenaga keja, dan overhead pabrik. Elemen Harga Pokok Produksi Elemen-elemen dalam harga pokok produksi adalah sebagai berikut: a. Biaya Bahan Baku Langsung Biaya bahan baku langsung adalah bahan baku yang dapat ditelusuri pada barang atau jasa yang dihasilkan. Biaya dari bahan-bahan dapat dikenakan pada produk karena pengamatan fisik dapat digunakan untuk mengukur jumlah yang dikonsumsi oleh tiap produk. b. Biaya Tenaga Kerja Langsung Muyadi 2012:319, biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau pelayanan 164 yang dihasilkan. Karyawan yang mengubah bahan mentah menjadi produk atau yang menyediakan jasa pelayanan pada pelanggan diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung. c. Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain dari bahan baku langsung atau tenaga kerja langsung dikumpulkan menjadi satu kategori. Dalam biaya overhead pabrik tidak termasuk biaya penjualan dan biaya administrasi dan umum, karena biaya penjualan dan biaya administrasi dan umum tidak timbul dalam proses produksi secara tidak langsung. Namun biaya jenis ini dapat pula dicatat dalam laporan biaya overhead pabrik. Tujuan Penentuan Harga Pokok Produksi Penentuan harga pokok produksi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar biaya yang telah dikorbankan dalam hubungannya dengan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. Penentuan harga pokok sangat penting dalam suatu perusahaan, karena merupakan salah satu elemen dasar yang dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi manajemen dalam mengambil keputusan yang tepat untuk kelangsungan proses produksi perusahaan. Penentuan Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi merupakan dasar penentuan harga jual produk. Harga pokok adalah elemen penting dalam mempengaruhi laba. Untuk menentukan harga pokok produk, perlu adanya penggolongan biaya pada perusahaan manufaktur kedalam biaya produksi dan biaya non produksi. Ini disebabkan oleh karena biaya-biaya produksi saja yang melekat pada produk. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Ketidaktepatan dalam perhitungan Harga Pokok Produksi membawa dampak yang merugikan bagi perusahaan, karena Harga Pokok Produksi berfungsi sebagai dasar untuk menetapkan harga jual dan laba, sebagai alat untuk mengukur efisiensi pelaksanaan proses produksi serta sebagai dasar untuk pengambilan keputusan bagi manajemen perusahaan. Oleh karena itu, ada tiga konsep metode penentuan harga pokok produksi yaitu: 1. Metode Activity Based Costing ABC Metode ABC adalah sistern akurnolasi dan alokasi biaya yang rnenelusuri biaya-biaya ke produk rnenurut aktivitas-aktivitas yang dilakukan terhadap produk, dirnaksudkan untuk rnenghasilkan informasi biaya bagi keputusan strategis, perancangan, dan pengendalian operasional. Sehingga harga pokok yang dihitung dengan pendekatan rnetode ABC klasifikasi biaya terdiri dari: biaya tingkat unit, biaya tingkat batch, biaya tingkat produk dan biaya tingkat fasilitas. 2. Metode Full Costing Merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok produksi. Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi Biaya bahan baku, Biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap ditambah dengan biaya non produksi biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum. 3. Metode Variable Costing Variabel Costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang berperilaku variabel. Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Tahun Judul Tujuan Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Irma sari 2012 Analisis harga pokok pesanan meubel dengan Untuk mengetahui dengan menggunak an metode Deskriptif, dengan menggunaka n data pesanan diketahui bahwa dari perhitungan harga pokok pesanan berdasarkan teori Penelitian sebelumnya menggunaka n metode full Penelitian sebelumnya ini lebih menekankan full costing 165 metode full costing pada CV. Sarana interior di Samarinda full costing dalam perhitungan harga pokok produk tiap pesanan meubel pada CV Sarana Interior di Samarinda masih menghasilk an laba atau tidak. yang diterima perusaahaan selama bulan maret 2012 dengan menggunakan metode full costing pada tiap produk pesanan selama bulan Maret 2012 masih dapat menghasilkan laba atau keuntungan. costing terha dap perhitungan harga pokok produksi dalam harga pokok pesanan METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Bentuk penelitian ini yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif yaitu menjelaskan dengan sistematis, aktual, dan pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan subjek dan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada. Metode Pengumpulan Data 1. Observasi Yaitu metode pengumpulan data yang diambil dengan melakukan pengamatan terhadap objek yang diteliti 2. Wawancara Mengadakan wawancara secara langsung atau lisan dengan karyawan yang berwenang, terutama pada saat pengambilan data yang dibutuhkan. 3. Dokumentasi Metode pengumpulan data dengan mencatat informasi yang didapatkan melalui proses wawancara pada pimpinan PT. Massindo Sinar Pratama. 4. Kepustakaan Mengumpulkan beberapa konsep teori secara kepustakaan yang diperlukan untuk penelitian ini. Metode Analisis Analisis dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yang di kualitatifkan yaitu suatu metode dengan mengumpulkan data, disusun, diinterpretasikan, dan dianalisis sehingga memberikan keterangan bagi pemecahan masalah yang dihadapi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Perusahaan PT. Massindo Sinar Pratama adalah salah satu perusahaan swasta yang ada di Manado, Sulawesi Utara yang bergerak di bidang manufaktur.Ada empat jenis produk yang dihasilkan yaitu Kasur Busa, Plastik Rabbit, Sofa dan Spring Bed.Perusahaan ini didirikan pada bulan Januari tahun 1984 oleh seorang pengusaha bernama William Massie dan pada awalnya perusahaan ini bernama CV. Abadi Jaya Bersama. Produk awalnya pada waktu itu adalah Busa dan Sofa kemudian berkembang dengan didirikannya pabrik Plastik Intection pada tahun 1989 yang memproduksi barang-barang plastik dengan Rabbit Star yang digunakan untuk keperluan rumah tangga dan diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Bapak Soeharto yang diwakili oleh Menteri Perindustrian Republik Indonesia Bapak Hartanto pada tahun 1993. Dengan adanya upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka mengembangkan serta meningkatkan produktifvtas ini maka pada tahun 1995 perusahaan ini dinilai layak oleh pemerintah untuk 166 menerima penghargaan di bidang produktivitas berupa trophy “Sidakarya”. Di dalam menghadapi persaingan di pasar internasional maka pada tanggal 10 Desember 1998 di kantor Notaris Thressje Sembung, SH perusahaan berganti nama menjadi PT. Massindo Sinar Pratama dan perusahaan ini dipegang oleh Massindo Group yang memiliki kantor pusat di Jakarta, hal ini disebabkan ibukota Negara Republik Indonesia. Perusahaan ini bekerja sama dengan top USA seprai perusahaan dalam membawa kasur terbaik merek dan inovasi produk untuk keluarga Indonesia dan berbagai jaringan hotel internasional. Perusahaan memenangkan Rekor Bisnis Indonesia Indonesia Rekor Bisnis sebagai pertama tidur perusahaan dengan jumlah terbesar dealer aktif pada tahun 2011 dari Yayasan Tera dan surat kabar nasional Seputar Indonesia. Massindo Group juga menerima Penghargaan Pemasaran untuk Inovasi Produk dan Pemasaran Experiental tahun 2012 oleh Majalah Marketing. Salah satu merek, nyaman, menerima The Most Preferred Brand dalam Bedding berdasarkan survei konsumen independen pada tahun 2011 dan kemudian sekali lagi pada tahun 2012. Massindo Group memiliki kasur kelas dunia pabrik di berbagai kota di Indonesia .Pabrik terbesar di Bekasi disertifikasi oleh ISO 9001 oleh SGS United Kingdom Ltd Sistem dan Jasa Sertifikasi. Letak dan Lokasi Perusahaan PT. Massindo Sinar Pratama terletak di penghujung kota manado, yaitu di jalan cereme kelurahan Tuminting kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara. Website: www.massindo.com Lokasi dari PT. Massindo Sinar Pratama itu sendiri, sangat baik untuk sebuah perusahaan manufaktur karena memiliki area yang besar dan memiliki jarak yang cukup jauh dari pusat kota sehingga tidak mengganggu aktifitas warga masyarakat perkotaan dan perusahaan lebih leluasa untuk melakukan aktivitasnya untuk memproduksi barang dan memasarkannya. Proses Produksi Proses produksi pembuatan produk spring bed dibagi ke dalam tiga bagian yaitu: a. Proses Produksi Rangka Bahan dasar untuk memproduksi rangka produk spring bed ini adalah Kayu Merah. Kayu Merah itu sendiri berasal dari daerah Kotamobagu yang diambil oleh cabang perusahaan Massindo grup Kotamobagu kemudian di kirimkan ke Manado yang digunakan untuk proses pembuatan rangka. Proses pembuatan rangka dimulai dengan pemotongan kayu merah sesuai dengan model yang ingin dihasilkan. Dengan membuat difan atau sandaran tempat tidur dengan kayu merah yang telah dihaluskan dan dipotong membentuk sandaran tempat tidur. Pegangan-pegangan yang telah di potong rapi lalu disambungkan dengan difan hingga membentuk potongan suatu rangka tempat tidur dengan bantuan lem, kawat dan paku di setiap sambungan yang ada. b. Proses penjahitan Bagian ini bertugas untuk menghasilkan kasur-kasur yang akan dipasangkan pada rangka spring bed. Pada bagian penjahitan ini, terlebih dahulu busa yang ada akan dipotong-potong sesuai dengan ukurannya menggunakan alat pemotong busa. Kemudian didalam busa akan dipasangkan Pocketed Spring atau pegas yang terbungkus secara independen satu persatu yang berfungsi untuk memberikan support yang lebih kuat, lebih tahan lama dan lebih anti goncangan dari pasangan tidur dan juga mereka menambahkan side support rangkaian kawat baja untuk memperkuat setiap sisi kasur agar lebih tahan lama dan kuat menahan berat badan manusia. Setelah itu, akan dijahit dengan kain sesuai kebutuhan dan model atau motif yang diinginkan menggunakan mesin jahit sehingga menjadi sebuah kasur yang siap untuk dipakai. c. Proses akhir Yang dimaksud dengan proses akhir ini adalah merupakan tahap penyelesaian produksi dari rangka hingga menjadi spring bed yang siap untuk di pasarkan. Kasur yang telah jadi akan dipasangkan pada rangka spring bed, dan rangka tersebut akan dilapisi kain sesuai dengan model atau motifnya dengan menggunakan paku dan lem. Dan di bagian bawah rangka spring bed akan dipasangkan kaki spring yang terbuat dari plastik. Produk spring bed yang telah jadi dicatat oleh bagian administrasi produksi dan disimpan dalam gudang barang jadi dan disiap untuk dipasarkan. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada penelitian ini hanya difokuskan pada penentuan harga pokok produksi dari produk Spring Bed. Perusahaan ini memproduksi berbagai tipe spring bed dan berbagai ukuran yang meliputi: special anak, ukuran 100X200, ukuran 120X200, ukuran 160X200, ukuran 180X200, dan ukuran 200X200. Untuk memproduksi 167 produk tersebut, perusahaan mengeluarkan biaya-biaya produksi meliputi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Untuk memproduksi produk ini memerlukan bahan baku utama yang meliputi bahan-bahan sebagai berikut: 1. Busa 2. Kain springbed 3. Spiral besi pocketed spring 4. Kayu merah dalam berbagai ukuran dan 5. Kaki plastik Kebutuhan bahan baku bergantung pada berbagai ukuran yang ada. Hal ini karena tipe dari masing- masing springbed berbeda-beda. Ukuran 120X200 misalnya, akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan ukuran 200X200. Dalam pembuatan produk tersebut di atas, perusahaan menggunakan tenaga kerja yang akan merakit springbed, difan, dan sandarannya. Pengeluaran biaya ini berdasarkan tarif yang telah ditentukan oleh perusahaan. Sehingga besarnya biaya tenaga kerja bersesuaian dengan besarnya ukuran springbed tersebut. Dalam proses produksi produk-produk tersebut, perusahaan juga mengeluarkan biaya-biaya yang tidak dapat digolongkan sebagai biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya yang dimaksudkan ini disebut biaya overhead pabrik. Adapun biaya-biaya tersebut meliputi : biaya penyusutan mesin dan peralatan, biaya penyusutan gedung pabrik, biaya gaji supervisor, biaya gaji petugas pabrik, biaya bbm solar, dan biaya bahan baku tidak langsung. Adapun biaya bahan baku tidak langsung meliputi: paku, lem, benang, kertas, dan plastik. Dalam menganalisa harga pokok produksi, ada beberapa metode yang dapat digunakan yaitu biaya penuh, biaya variabel, dan biaya berdasarkan aktivitas. Pada pembahasan ini menggunakan biaya penuh. Pada metode biaya penuh, biaya produksi dari suatu produk meliputi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik biaya tidak langsung pabrik. Pembebanan Biaya Bahan Baku Pembebanan biaya bahan baku langsung pada ukuran 100X200 untuk masing-masing bahan baku langsung adalah sebagai berikut : pemakain busa dibebankan dengan cara jumlah lembar busa yang di pakai dikalikan dengan harga perlembar perusahaan menggunakan metode FIFO untuk arus biaya bahan; pemakaian kain springbed dibebankan dengan cara jumlah meter kain yang digunakan dikalikan dengan harga permeter kain; spiral besi dibebankan dengan cara jumlah spiral dikalikan dengan harga spiral besi perbuah; pemakaian kayu dibebankan dengan cara jumlah potong kayu biasanya perujung dikalikan dengan harga perpotong; sedangkan kaki plastik dibebankan dengan cara jumlah kaki plastik dikalikan dengan harga perbuah kaki plastik. Hal yang sama dilakukan pada tipe dan ukuran seperti yang disebutkan di atas. Jadi biaya bahan baku langsung yang dibebankan pada masing-masing produk besarnya akan bergantung pada ukuran dan jenis bahan yang di pakai. Bila memperhatikan pembebanan biaya bahan baku langsung tersebut di atas maka perhitungan harga pokok produksi dari produk yang dihasilkan sudah menggolongkan biaya-biaya produk yang sesuai. Hal ini karena biaya bahan baku langsung dapat diidentifikasi jumlah volume yang digunakan. Atau dengan kata lain biaya bahan baku langsung dapat ditelusuri jumlah volume yang digunakan. Pemakaian Busa, Kain springbed, Spiral besi, Kayu, dan Kaki plastik pada produk berdasarkan ukuran-ukuran yang ada. Biaya bahan baku langsung yang dibebankan pada masing-masing produk berdasarkan tipe ukuran dari springbed tersebut. Pembebanan Biaya Tenaga Kerja Untuk biaya tenaga kerja, perusahaan membebanan biaya tenaga kerja langsung pada masing-masing produk adalah berdasarkan tarif unit produksi yang dihasilkan. Hal ini dilakukan karna perusahaan dapat mengidentifikasi pekerja-pekerja yang melakukan kegiatan produksi pada jenis atau tipe produk yang dihasilkan. Untuk satu jenis ukuran misalkan, perusahaan menempatkan satu kelompok kerja yang melakukan pekerjaan dari awal sampai selesai dengan masing-masing tugas yang ada. Ini dilakukan untuk memudahkan proses perhitungan biaya dan pembayarannya. Sehingga pembebanannya sesuai dengan tipe dan ukuran yang di produksi. Bila dikaitkan dengan teori yang ada maka pembebanan biaya tenaga kerja langsung tersebut dapat dikatakan memadai. Artinya bahwa pembebanan biaya tenaga kerja berdasarkan tarif perunit untuk tipe dan ukuran yang di produksi dapat diandalkan. 168 Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Unsur biaya produksi yang dibebankan perusahaan berikutnya adalah biaya overhead pabrik. Sebagaimana diuraikan di atas bahwa biaya-biaya overhead pabrik biaya-biaya tidak langsung adalah meliputi biaya penyusutan mesin dan peralatan, biaya penyusutan gedung pabrik, biaya gaji supervisor, biaya gaji petugas pabrik, biaya bbm solar, dan biaya bahan baku tidak langsung. Adapun biaya bahan baku tidak langsung meliputi: paku, lem, benang, kertas, dan plastik. Perusahaan membebankan biaya overhead berdasarkan biaya yang ditentukan dimuka. Dengan cara menghitung semua biaya overhead dalam satu bulan perusahaan menggunakan satu bulan sama dengan 25 hari. Untuk mendapatkan biaya overhead perhari di hitung dengan cara membagi total biaya overhead perbulan dengan jumlah hari dalam sebulan. Dalam pembuatan produk, perusahaan telah menetapkan jumlah produksi tiap hari. Pembebanan Selisih Biaya Overhead Pabrik Dalam situasi tertentu perusahaan memproduksi di bawah target tetapi kemudian akan di isi kembali dengan melakukan kerja lembur. Keadaaan ini akan mempengaruhi besarnya biaya produksi. Terutama biaya overhead yang semi variabel misalnya biaya bahan bakar dan biaya listrik.Kelebihan atau kekurangan pembebanan biaya overhead diperlakukan sebagai pengurangan dan penambahan pada harga pokok produk yang diselesaikan pada periode tersebut.Situasi ini bila dikaitkan dengan teori maka dapat dikatakan memadai karena pembebanan dilakukan pada produk yang dihasilkan untuk periode tersebut. Ini juga memungkinkan manajer produksi menganalisa apa penyebabnya. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut: 1. Dalam tiga metode penentuan harga pokok produksi yaitu full costing , variabel costing , activity based costing . Metode full costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang tepat bagi PT. Massindo Sinar Pratama. 2. Dalam proses produksi springbed, pembebanan biaya produksi berdasarkan tipe dan ukuran yang dihasilkan pada periode satu bulan. Dengan membebankan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. 3. Pembebanan biaya bahan baku langsung yaitu menjumlahkan semua komponen bahan dengan harga persatuan dari bahan tersebut. Bahan baku langsung yang digunakan meliputi; Busa, Kain springbed, Spriral besi, Kayu,dan Kaki plastik. 4. Pembebanan biaya tenaga kerja langsung berdasarkan tarif unit produksi yang dihasilkan. 5. Pembebanan biaya overhead pabrik pada produk berdasarkan biaya overhead ditentukan dimuka. 6. Pembebanan selisih biaya overhead dilakukan pada periode dimana terjadi selisih tersebut. Saran Dengan memperhatikan proses produksi dan pembebanan biaya produk pada produk yang dihasilkan maka hal yang perlu mendapat perhatian utama adalah pembebanan biaya overhead pabrik. Perusahaan dapat menganalisa berapa pemakaian listrik dan bahan bakar minyak perjam. Karena kapasitas terpasang sudah di ketahui. DAFTAR PUSTAKA Arfan Ikhsan, 2009. Pengantar Praktis Akuntansi. Edisi pertama.Cetakan pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta. Carles T. Horngren, Srikant M. Datar, George Foster, 2008. Akuntansi Biaya, Penekanan Manajerial . Jilid 1.Erlangga. Jakarta. Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen, 2009. Akuntansi Manajerial . Edisi 8. Salemba Empat. Jakarta. 169 Eka Nur Khasanah, 2011. Penerapan Metode Full Costing Dalam Menentukan Harga Jual Batu Bara Pada PT. Energy Alam Sejahtera Di Samarinda . Jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas Mulawarman. Firdaus A. Dunia, Wasilah Abdulah, 2009. Akuntansi Biaya . Salemba Empat. Jakarta. Horngren, Harrison, 2007. Akuntansi. Edisi Ketujuh. Jilid 1.Erlangga. Jakarta. Irma Sari, 2012. Analisis Harga Pokok Pesanan Meubel Dengan Metode Full Costing pada CV. Sarana Interior di Samarinda . Jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas Mulawarman. Krismiaji, Y Anny Aryani, 2011. Akuntansi Manajemen . Edisi kedua. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Kadir, Abdul, 2011. Panduan Menyusun Laporan Tugas Akhir, Skripsi, dan Tesis Menggunakan Microsoft Word . Mediakom.Yogyakarta. Mulyadi, 2012. Akuntansi Biaya . Edisi kelima.Cetakan sebelas. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. P. Siagian masihdalam Nanang Fatah 2007. Manajemen Keuangan . Jilid 1.Gramediana. Bandung. Sugiono, 2009. Memahami Penelitian Kualitatif . Alfabeta. Bandung. Warren, Reevefess, 2008. Pengantar Akuntansi . Salemba empat. Jakarta. Website: www.massindo.com 170 ANALISIS PENERAPAN PSAK NO.102 ATAS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MANADO Sri Wahyuni Muklis Sifrid Sonny Pangemanan Lidia Mawikere Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email : yhunie.muhlisyahoo.com ABSTRAK Produk pembiayaan murabahah adalah salah satu produk unggulan pembiayaan perbankan syariah. Ikatan Akuntansi Indonesia IAI telah menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 102 yang bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi murabahah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian penerapan pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado dengan PSAK No. 102. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu data yang telah dikumpulkan, kemudian disusun, diinterprestasikan, dan dianalisa sehingga memberikan keterangan yang lengkap atau gambaran yang sebenarnya tentang pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado dalam hal pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapannya telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 102. Kata kunci: PSAK No. 102, Pembiayaan Murabahah. ABSTRACT Funding product “Murabahah” is one of upscale for syariah banking. IAI Indonesia Accountant Association has published Accountant funding standard statement PSAK No. 102, which admission, transparency, measuring and explanation from “Murabahah” transaction. the other purpose from this research is to know adjustment of “Murabahah” in PT. Bank Syariah Mandiri, Manado Branch with PSAK No. 102. Descriptive theory is been used for this research, which is the data has been gathered, arranged, interpret, and analysed, so it can give full information or picture about “Murabahah” funding in PT. Bank Syariah Mandiri, Manado Branch, where this presentation has been standardized based from standard accountant funding statement No. 102. Keywords: PSAK No. 102, Murabahah Funding. 171 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan usaha yang paling dominan dan sangat dibutuhkan keberadaannya di dunia ekonomi saat ini adalah kegiatan usaha lembaga keuangan perbankan, oleh karena fungsinya sebagai pengumpul dana yang sangat berperan demi menunjang pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Lembaga keuangan perbankan merupakan lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat guna memenuhi kebutuhan dana bagi pihak yang membutuhkan, baik untuk kegiatan produktif maupun konsumtif. Ghaffar, 2009 Lembaga perbankan di Indonesia telah terbagi menjadi dua jenis yaitu, bank yang bersifat konvensional dan bank yang bersifat syariah. Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008, Bank Konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat. Sedangkan Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia mulai sangat terlihat. Tidak hanya Bank Muamalat Indonesia BMI, saat ini mulai banyak berdirinya Bank Syariah sebagai cabang dari bank konvensional. Salah satunya yakni PT. Bank Syariah Mandiri yang secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik. Bank syariah mulai berkembang dalam skala besar dengan menawarkan berbagai produk pembiayaan dengan istilah-istilah yang masih belum dipahami oleh masyarakat pada umumnya. Pembiayaan merupakan salah satu kegiatan utama dan menjadi sumber utama pendapatan bagi bank syariah. Ada beberapa bentuk pembiayaan perbankan berdasarkan prinsip syariah, namun yang menjadi salah satu produk unggulan pembiayaan perbankan syariah adalah produk pembiayaan murabahah . Kata al-Murabahah diambil dari bahasa Arab dari kata ar-ribhu yang berarti kelebihan dan tambahan keuntungan. Sedangkan dalam definisi para ulama terdahulu adalah jual beli dengan modal ditambah keuntungan yang diketahui. Dalam buku Islamic Financial Management 2008: 145 definisi Murabahah adalah akad jual beli atas suatu barang, dengan harga yang disepakati antara penjual dan pembeli, setelah sebelumnya penjual menyebutkan dengan sebenarnya harga perolehan atas barang tersebut dan besarnya keuntungan yang diperolehnya. Ikatan Akuntansi Indonesia IAI menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 102 yang bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi murabahah yang diberlakukan secara efektif sejak tanggal 1 Januari 2008. Penerapan standar-standar akuntansi tersebut dapat menjaga konsistensi, baik yang bersifat internal maupun eksternal perusahaan, bahkan untuk menjamin kesesuaiannya dengan syariat islam. Dengan adanya standar yang ditetapkan mengenai pembiayaan murabahah, maka penulis merasa penting untuk membahas masalah akuntansi pembiayaan murabahah secara teori dengan meninjau penerapannya pada bank syariah. Untuk mengetahui kesesuaian penerapan pembiayaan murabahah yang telah diterapkan pada bank syariah dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 102, mulai dari proses pengakuan, pengukuran sampai pada proses penyajian. Untuk itu penulis melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Penerapan PSAK No. 102 atas Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado”.

1.2 Perumusan Masalah