Pajak Menurut Sifatnya Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

36 Fungsi mengatur dimaksudkan sebagai usaha pemerintah untuk turut campur tangan dalam hal mengatur, mengubah susunan pendapatan dan kekayaan sektor swasta. Penggolongan Pajak Seperti yang diungkapkan dalam Waluyo 2011:12, terdapat pengelompokan pajak, yaitu : a. Menurut Golongannya Menurut golongannya pajak dibagi menjadi dua yaitu : 1. Pajak langsung 2. Pajak tidak langsung

b. Pajak Menurut Sifatnya

Menurut sifatnya pajak dibagi menjadi dua yaitu : 1. Pajak subjektif bersifat perorangan 2. Pajak objektif bersifat kebendaan

c.Menurut lembaga pemungutannya

Menurut lembaga pemungutannya pajak dibagi menjadi dua yaitu: 1. Pajak Negara pajak pusat Pajak yang dipungut pemerintah pusat yang penyelenggaraannya dilaksanakan oleh departemen keuangan dan hasilnya akan digunakan untuk pembiayaan rumah tangga negara pada umumnya. a. Pajak yang dipungut oleh Dirjen Pajak : 2. Pajak Daerah Pajak-pajak yang dipungut oleh daerah seperti Propinsi, Kabupaten maupun Kota berdasarkan peraturan daerah masing-masing. a. Pajak-pajak tingkat Propinsi:. b. Pajak-pajak tingkat KabupatenKota Wajib Pajak Pengertian Wajib Pajak Undang-undang Republik Indonesia No.28 tahun 2009 menyatakan Wajib Pajak adalah orang Pribadi atau badan,meliputi membayar pajak,pemotong pajak,dan pemungut pajak,yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan daerah. Markus 2009:25 mengungkapkan Wajib Pajak adalah Orang Pribadi yang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan ditententukan untuk melakukan kewajiban perpajakan , termasuk pemungut pajak atau pemotong pajak Tertentu. Wajib Pajak adalah Orang pribadi atau Badan , meliputi pembayaran pajak,pemotong pajak, dan pemungut pajak,yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentan peraturan perundang-undangan perpajakan. Mardiasmo 2008:21 Pentingnya Kepatuhan Wajib Pajak Masalah kepatuhan Wajib Pajak adalah masalah yang penting diseluruh dunia,baik bagi Negara maju maupun Negara berkembang. Karena jika Wajib Pajak tidak patuh maka akan menimbulkan keinginan untuk melakukan penghindaran, pengluhan dan penyelundupan pajak . Yang pada akhirnya tindakan tersebut akan menyebabkan penerimaan pajak Negara berkurang. Wajib Pajak patuh adalah Wajib Pajak yang sadar Pajak, Paham hak dan kewajiban perpajakannya dan diharapkan peduli pajak yaitu melaksanakan kewajiban perpajakan dengan benar dan paham akan hal perpajakannya. Penyebab Wajib Pajak tidak patuh bervariasi salah satunya adalah fitrannya penghasilan yang diperoleh Wajib Pajak utama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. 37 Pajak Bumi dan Bangunan Dasar Hukum Pajak Bumi dan Bangunan PBB adalah undang-undang No.12 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan undang-undang No.12 tahun 1994. Pengertian Pajak Bumi dan Bangunan Mardiasmo, 2009:311 menyatakan Pajak Bumi dan Bangunan memiliki arti: Bumi adalah Permukaan bumi da tubuh bumi yang ada dibawahnya. Permukaan bumi meliputi tanah dan perairan pedalaman termasuk rawa-rawa,tambak,perairan serta laut Wilayah Republik Indonesia. Bangunan adalah Konstruksi teknik yang ditanam atau diletakan secara tetap pada tanah atau perairan.Undang-undang Republik Indonesia No.28 Tahun 2009 menyatakan Pajak Bumi dan Bangunan adalah Pajak atas bumi dan bangunan yang dimiliki,dikuasai, atau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan,kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan,perhutanan,dan pertambangan. Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP adalah surat yang digunakan oleh wajib pajak untuk melaporkan data objek menurut ketentuan undang-undang Pajak Bumi dan Bangunan. Surat Pemberitahuan Pajak terutang SPPT adalah surat yang digunakan oleh Direktorat Jenderal pajak untuk memberitahukan besarnya pajak terutang kepada wajib pajak. Direktorat jenderal Pajak menerbitkan SPPT Surat pemberitahuan Pajak terutang berdasarkan SPOP Surat Pemberitahuan Objek Pajak Wajib Pajak . Nilai Jual Objek Pajak Nilai Jual Objek Pajak NJOP adalah harga rata-rata yang diperoleh dari transaksi jual-beli secara wajar, dan bila mana tidak terdapat transaksi jual beli, Nilai Jual Objek Pajak ditentukan melalui perbandingan harga dengan objek lain yang sejenis, atau nilai perolehan baru, atau Nilai Jual Objek Pajak pengganti. Cara Menghitung Pajak Besarnya pajak terutang dihitung dengan cara mengkalikan tarif pajak dengan NJKP. Pajak Bumi dan Bangunan = Tarif Pajak x NJKP = 0,5 x Presentase NJKP x NJOP-NJOPTKP Undang-undang no.12 tahun 1985 sebagaimana telah diubah dengan undang-undang no.12 tahun 1994 . Penelitian Terdahulu Tabel 1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Tahun Judul Tujuan Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan Astuti 2012 Analisis tingkat kepatuhan wajib pajak dalam pajak bumi dan bangunan studi kasus diwilayah kecamatan cinancang kota serang tahun 2011 Untuk mengetahui tingkat kepatuhanwajib pajakdalam Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP,tingkat Kepatuhan wajib pajak dalam pelunasan Surat pemberitahuan pajak Terhutang SPPT Analisis Deskriptif Target dan Realisasi Pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan mengalami peningkatan dari tahun 2010 ke tahun 20012. Peningkatan ini menunjukkan tingkat kepatuhan wajib pajak semakin meningkat dari tahun ke tahun. Penelitin ini memiliki kesamaan dengan penulis yaitu sama- sama meneliti tentang tingkat kepatuhan wajib pajak dalam Pajak Bumi dan Bangunan Peneliti sebelumnya tidak membahas tentang analisis prospek 38 Koentarto 2006 Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Masyarakat Dalam Melakuka Pembayaran Studi Kasus pada Kecamatan Arust Selatan Kabupaten Kotawaringin Barat Untuk mengetahui pengaruh faktor- faktor SPPT, sanksi, pelayanan pajak, dan pendapatan Wajib Pajak terhadap kepatuhan masyarakat dalam membayar Pajak Bumi dan Bangunan Analisi Faktor Dari hasil analisis faktor terbukti ada 4 faktor yang mempengaruhi kepatuhan masyarakat dalam melakukan pembayaran Pajak Bumi dan Bangunan dan 15 item variabel pendukung yang signifikan, yaitu Surat Pemberitahuan Pajak Terutang SPPT, pelayanan pajak, pendapatan Wajib Pajak dan sanksi Sama-sama melakukan penelitian tentang tingkat kepatuhan wajib pajak dalam Pajak Bumi dan Bangunan Peneliti sebelumnya tidak membahas tentang analisis prospek dan menggunakan analisis faktor METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelian ini adalah penelitian deskriptif untuk memberikan gambaran cara sistematis dan akurat mengenai fakta, sifat dari hubungan antar fenomena yang diteliti pada objek penelitian. Gambaran yang sistematis dan akurat diperoleh dengan mengumpulkan, mengklasifikasikan data sehingga akan memberikan hasil yang konkrit pada permasalahan dan kemudian dilaksanakan analisis sehingga dapat ditarik kesimpulan. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado yang berada di Jalan 17 Agustus Manado, Sulawesi Utara. Periode waktu penelitian dimulai dari akhir bulan Agustus sampai dengan September 2013. Prosedur Penelitian Penulis melakukan kajian awal dengan melakukan studi literatur baik studi kepustakaan maupun membaca melalui internet. Kemudian melakukan pengidentifikasian tentang masalah, merumuskannya, menetapkan tujuan manfaat penelitian, kemudian membatasi masalah ke lingkup yang disesuaikan dengan penelitian saat ini. Perancangan dan persiapan survai pada objek penelitian yang telah ditentukan, kemudian pengumpulan data baik primer maupun sekunder. Melakukan pengolahan data, membahasnya kemudian menarik kesimpulan dan memberikan saran-saran guna melengkapi penelitian. Metode Pengumpulan Data Jenis dan Sumber Data Data dapat dibedakan menjadi dua jenis Kuncoro 2006: 24 yaitu : 1. Data kualitatif merupakan data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik atau data yang disajikan secara deskriptif atau yang berbentuk uraian 2. Data kuantitatif merupakan data yang disajikan dalam bentuk skala numerik angka-angka, namun dalam statistik semua data harus dalam bentuk angka, maka data kualitatif umumnya dikuantitatifkan agar dapat diproses 39 Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang berbentuk uraian Sumber Data dalam penelitian ini adalah Data Primer Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari hasil wawancara dan pengamatan dengan pihak-pihak yang terkait. Dalam hal ini Wajib Pajak. Data Sekunder Merupakan data dari sumber tertulis, baik dari buku-buku literatur maupun dokumen - dokumen serta laporan-laporan yang diperoleh dari Kantor Pajak Pratama Manado. Teknik Pengumpulan Data Beberapa teknik pengumpulan data sebagai berikut : a. Wawancara atau Interview b. Observasi c. Dokumentasi Metode Analisa Data Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif kuantitatif. Analisa deskriptif kuantitatif digunakan untuk menjelaskan maupun menyajikan data yang diperoleh dari instansi dengan memberikan gambaran umum menurut apa adanya sesuai dengan kenyataan yang ada pada saat melakukan penelitian. Dan untuk peramalan pada tahun 20012-2018 digunakan analisis trend. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado Kantor Pelayanan Pajak berdiri pada tahun 1959, yang merupakan pecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Makassar, dimana pada waktu itu menggunakan istilah Kantor Inspeksi Keuangan. Untuk daerah Sulawesi Utara meliputi Sulut dan Sultengyang dalam perkembangan selanjutnya pada tahun 1969 diubah menjadi Kantor Inspeksi Pajak dengan wilayah kerja meliputi Sulut dan Sulteng. Kemudian pada tanggal 1 Desember 2008, Kantor Pelayanan Pajak Manado berubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado yang wilayah kerjanya meliputi Kota Manado dan Kota Tomohon. Dalam menjalankan tugas dan fungsi tersebut KPP Pratama Manado berorientasi pada visi dan misi berikut, yaitu: Visi : Menjadi institusi pemerintah yang menyelenggarakan sistem administrasi perpajakan modern yang efektif, efisien dan dipercaya masyarakat dengan integritas dan profe sionalitas yang tinggi.” Misi : Menghimpun penerimaan pajak negara berdasarkan Undang-undang Perpajakan yang mampu mewujudkan kemandirian pembiayaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara melalui sistem administrasi perpajakan yang efektif dan efisien. Hasil Penelitian Berikut ini data laporan Target dan Realisasi Penerimaan PBB di KPP Pratama Manado dalam 4 empat tahun terakhir, yaitu tahun 2008-2011 dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut: Tabel 2Target dan Realisasi Penerimaan PBB di KPP Pratama Manado Tahun 2008-2011 TahunUraian Target Rp Realisasi Rp 2008 SKB 13,324,000,000 12,723,814,000 APBN 42,541,360,000 42,989,661,000 2009 SKB 15,443,476,000 14,209,528,000 APBN 41,010,216,000 41,939,281,000 2010 SKB 16,712,282,750 20,648,085,920 APBN 42,774,419,630 52,760,216,020 2011 SKB 22,833,780,000 20,249,027,870 APBN 57,049,584,510 54,668,108,610 Sumber : KPP Pratama Manado, 2013 40 Keterangan - Des 2008 s.d Sekarang Kantor Pelayanan PBB Manado menjadi KPP pratama Manado wilayah kerja kota Manado dan kota Tomohon - SKB Surat Ketetapan Bersama = Sektor Pedesaaan dan Perkotaan APBN Anggaran Penerimaan Belanja Negara = Jumlah PBB termasuk sektor SKB dan sektor P3 Perkebunan, Perhutanan, Pertambangan. Data diatas dapat kita lihat dalam tabel 2 dimana Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Manado mengalami peningkatan setiap tahunnya kecuali pada tahun 2009, target yang diberikan lebih minimal, sehingga realisasi juga tidak tercapai maksimal seperti tahun lainnya. Tabel 3 Penerimaan PBB Berdasarkan Target dan Realisasi di KPP Pratama Manado Tahun 2008-2011 Tahun Anggaran Target Rp Realisasi Rp Persentase 2008 42,541,360,000 42,989,661,000 101.05 2009 41,010,216,000 41,939,281,000 102.27 2010 42,774,419,630 52,760,216,020 123.35 2011 57,049,584,510 54,668,108,610 95.83 Sumber : KPP Pratama Manado, 2013 Berdasarkan tabel 3 dapat dilihat bahwa pada tahun 2009 Target dan Realisasi mengalami penurunan, dimana tahun 2008 target Rp 42,541,360,000. sedangkan 2009 Rp 41,010,216,000. pada tahun 2010 Rp 42,774,419,630. pada tahun 2011 Rp 57,049,584,510. Diantara empat tahun diatas, pada tahun 2009 adalah tahun target yang paling rendah dibandingkan dengan tahun 2008, 2010, 2011. Dalam tabel 4.2. dapat dilihat bahwa realisasi penerimaan Pajak Bumi dan bangunan setiap tahunnya di KPP Pratama Manado mengalami peningkatan sehingga dapat penulis simpulkan bahwa tingkat kepatuhan masyarakat sebagai wajib pajak PBB semakin meningkat. Faktor yang mempengaruhi WP PBB dalam membayar PBB dan usaha usaha yang dilakukan fiskus dalam meningkatkan kepatuhan WP PBB dalam membayar PBB di Lingkungan KPP Pratama Manado adalah tata cara pembayaran di KPP Pratama Manado atau pelaksanaan pembayaran PBB yang mempermudah WP PBB melaksanakan kewajiban perpajakannya sehingga kepatuhan dan kesadaran WP PBB yang selama ini belum sepenuhnya ber jalan dengan sempurna akan dapat diminimalisir dengan segala kemudahan yang diberikan. Prospek Penerimaan Pajak Bumi dan bangunan di di KPP Pratama Manado Peramalan jumlah Pajak Bumi dan bangunan di KPP Pratama Manado pada tahun-tahun yang akan datang, penulis menggunakan ramalan trend. Untuk meramalkan berapa besar Pajak Bumi dan bangunan di KPP Pratama Manado dengan menggunakan metode statistik estimating line regresi linier sederhana yaitu Y = a + bx. Umtuk meramalkan Y, maka a dan b harus di ketahui terlebih dahulu, dimana a adalah intercept yaitu jarak dari titik asal ke titik perpotongan antara garis regresi dengan sumbu tegak, sedangkan b adalah koefisien arah slope atau koefisien regresi Tabel 4 Analisis Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Manado Tahun 2008- 2011 Tahun X i Jumlah PBB Rp Y i X i 2 X i Y i Rp 2008 2009 2010 2011 1 2 3 42,989,661,000 41,939,281,000 52,760,216,020 54,668,108,610 1 4 9 41.939.281.000 105.520.432.040 164.004.325.830 Jumlah 6 192,357,266,630 14 396.392.980.870 Sumber : Data Olahan Hasil Penelitian, 20013 Sesuai dengan persamaan normal Supranto 2009 :112 adalah sebagai berikut : 41 Y = na + b Xi Xi Yi = xa + b Xi 2 Rp 192.357.266.630 = 4a + 6b 1x3 Rp 396.392.980.870 = 6a + 14b 11x2 Rp 577.071.799.890 = 12a + 18b Rp 792.785.961.740 = 12a + 28b - Rp –215.714.161.850 = -10b 10b = Rp 215.714.161.850 b = Rp 21.571.416.185 Koefisien b dalam hal ini dinamakan koefisien regresi kita subtitusikan b ke dalam 1 maka akan menghasilkan 4a +6b = 192.357.266.630 4a + 6 21.571.416.185 = 192.357.266.630 4a + 129.428.497.110 = 192.357.266.630 4a = 192.357.266.630 – 129.428.497.110 4a = 62.928.769.520 a = Rp 15.732.192.380 model regresi liniernya menjadi Y = Rp 15.732.192.380 + Rp 21.571.416.185 X Diketahuinya model regresi, maka dapatlah kita menaksir jumlah penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Manado yang akan datang. Misalnya untuk menaksir jumlah pajak pada tahun 2015 X = 7 dengan mengambil tahun 2008 sebagai tahun dasar X=0 di perkirakan sebagai berikut : Tahun 2015 X = 7 Y = Rp 15.732.192.380 + 21.571.416.185 Y = Rp 15.732.192.380 + 21.571.416. 1857 Y = Rp 166.732.105.675 Jadi pada tahun 2015 jumlah Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Manado di perkirakan Rp 166.732.105.675 apabila faktor-faktor lainnya tetap Model persamaan garis linier dapat diramalkan forcesting trend penerimaan pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Manado Tahun 2008 sampai 2018, dapat di lihat dalam tabel berikut : Tabel 5 Prospek Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Manado Tahun 2008-2018 Tahun X i Y I Rp 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 42,989,661,000 41,939,281,000 52,760,216,020 54,668,108,610 78.660.961.900 94,393,154,280 145,160,689,490 166.732.105.675 172,571,329,480. 194,142,745,665 215,714,161,850 Sumber Data Olahan Hasil Penelitian, 20013 Trend penerimaan PBB di KPP Pratama Manado tahun 2008-2018 dapat dilihat pada gambar berikut. 42 Gambar Trend Penerimaan PBB di KPP Pratama Manado tahun 2008-2018 Berdasarkan gambar dapat dilihat bahwa trend penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Manado tahun 2009 sebesar Rp 42.989.661.000, tahun 2009 sebesar Rp 41.939.281.000, tahun 2010 sebesar Rp 52.760.216.120, tahun 2011 sebes Rp 54.668.961.900, tahun 2012 sebesar Rp 78.660.961.900, sedangkan pada tahun 2015 diprediksi sebesar Rp 166.732.105.675 dan tahun 2018 sebesar Rp 215. 714. 161.850. PENUTUP Kesimpulan 1. Penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan dalam kurun waktu empat tahun dari tahun 2008-2011 terus mengalami peningkatan kecuali pada tahun 2009. Namun, dari target yang di berikan kepada KPP Pratama Manado sudah terealisasikan secara efektif. 2. Pada umumnya sebagian besar masyarakat sadar akan kewajibannya sebagai warga Indonesia yang baik dan mereka sadar bahwa pajak adalah bentuk partisipasi masyarakat dalam pembangunan daerah untuk lebih baik maju dan berkembang. 3. Ada sebagian kecil masyarakat tidak menyadari akan kewajibannya sebagai wajib pajak PBB. Masyarakat menganggap pembangunan daerah bukan merupakan tanggung jawab mereka dan mereka tidak menyadari bahwa fasilitas sarana danprasarana yang mereka manfaatkan adalah hasil dari penerimaan PBB. Sehingga masyarakat merasa tidak perlu membayar PBB. 4. Prospek penerimaan Pajak Bumi dan Bangunan di KPP Pratama Manado tahun 2009 sebesar Rp 42.989.661.000, tahun 2009 sebesar Rp 41.939.281.000, tahun 2010 sebesar Rp 52.760.216.120, tahun 2011 sebes Rp 54.668.961.900, tahun 2012 sebesar Rp 78.660.961.900, sedangkan pada tahun 2015 diprediksi sebesar Rp 166.732.105.675 dan tahun 2018 sebesar Rp 215. 714. 161.850. Saran 1. Tata cara pembayaran sudah bagus, jadi harus tetap dipertahankan dan lebih ditingkatkan seperti kolektor atau petugas pemungut pajak harus lebih aktif dalam memungut PBB. 5E+10 1E+11 1.5E+11 2E+11 2.5E+11 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 250.000.000.000 250.000.000.000 200.000.000.000 150.000.000.000 100.000.000.000 50.000.000.000 2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2014 2015 2016 2017 2018 43 2. Bagi wajib pajak yang masih tidak sadar akan kewajibannya dalam membayar PBB sebaiknya harus melaksanakan pembayaran PBB guna untuk memajukan dan mengembangkan pembangunan daerah yang bersangkutan. 3. Hendaknya fiskus dan instansi terkait harus meningkatkan pelayanannya dan lebih mendekatkan diri kepada masyarakat sehingga masyarakat merasa bahwa pajak bukan merupakan suatu beban tetapi kewajiban yang memang harus dipenuhi. 4. Wajib Pajak tetap harus berperan aktif sesuai dengan sistem perpajakannya yang berlaku yakni sistem self assessmentyaitu wajib pajak harus mengisi sendiri SPOP untuk mendaftarkan tanah atau bangunannya sebagai objek pajak. DAFTAR PUSTAKA Astuti, Puji. 2012. Analisisi Tingkat Kepatuhan Wajib Pajak dalam Pajak Bumi dan Bangunan PBB Studi kasus di Wilayah Kecamatan Cinancang Kota Serang Tahun 2011. Skripsi. Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim . Serang. Www.gopdfs.comjurnal-kepatuhan wajib pajak . Diakses 2 Mei 2013. Balkaoui, Ahmed Riahi. 2008. Teori Akuntansi Edisi Pertama . Salemba Empat. Jakarta. Hutagaol, John.2007. Perpajakan . Graha Ilmu. Jakarta Hongren.,Horizon.,Bamber 2007. Accounting, Fifth Edition, Prentice Hall International. Jakarta Koentarto, Ilham 2006 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kepatuhan Masyarakat Dalam Melakuka Pembayaran Studi Kasus pada Kecamatan Arust Selatan Kabupaten Kotawaringin Barat. Skripsi Universitas Brawijaya. Malang www.jobscholarship.com...jurnal- kepatuhan-wajib pajak bumi dan bangunan. Diakses 2 Mei 2013 Kuncoro, Mudrajad. 2006. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi . Erlangga. Jakarta. Mardiasmo.2008. Perpajakan , Edisi Revisi 2008. Andi. Jakarta. Mardiasmo. 2009. Perpajakan , Edisi Revisi 2009. Andi. Jakarta. Markus, Muda. 2009. Perpajakan Indonesia .Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Republik Indonesia. Direktorat Jenderal Pajak.Undang-Undang No.28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan. Jakarta -----------------------. Undang-Undang No. 28 tahun 2009 tentang Pajak daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta Suandy.2009. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Grafindo Persada. Jakarta. Supranto. 2009. The Power of Statistics. Salemba Empat. Jakarta Sumadji. 2010. Akuntansi Perpajakan . LPMBSTEI. Ciledug Soemitro.2008. Akuntansi Pajak , Edisi Revisi. Gramedia Widia Sarana Indonesia. Jakarta. Waluyo.2011. Perpajakan Indonesia . Edisi 10 buku 2.Salemba Empat. Jakarta. 44 EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PIUTANG PADA DISTRIBUTOR UNILEVER INDONESIA AREA MANADO Jones H. Yr Pondaag David Paul Elia Saerang Dhullo Affandi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email : pondaagjonesyahoo.com ABSTRAK Sistem pengendalian piutang yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kebijakan penjualan secara kredit. Demikan pula sebaliknya, kelalaian dalam pengendalian piutang bisa berakibat fatal bagi perusahaan, misalnya banyak piutang yang tak tertagih karena lemahnya kebijakan pengumpulan dan penagihan piutang. Tujuan yang diharapkan dapat dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis efektivitas sistem pengendalian internal piutang pada Distributor Unilever Indonesia Area Manado. Metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif, dengan mengumpulkan, mengolah, dan menginterpretasikan data yang diperoleh sehingga memberi keterangan yang benar dan lengkap yang menggambarkan tentang bagaimana pengendalian internal piutang di Distributor Unilever Indonesia Area Manado. Hasil penelitian menunjukan bahwa Sistem Pengendalian Internal Piutang Di Distributor Unilever Indonesia Area Manado telah berjalan cukup baik. Distributor ini memiliki beberapa kebijakan dalam pemberian piutang. Akan tetapi mereka tidak memberikan jaminan apapun kepada pelanggan yang ingin memperoleh kredit. Dan di distributor ini pemberian piutang kepada pelanggan hanya berdasarkan kepercayaan dan berdasar atas masukan dari para sales. Kelemahan ini coba diantisipasi dengan giatnya para sales dalam menagih piutang kepada pelanggan mereka sebelum jatuh tempo. Kata kunci : piutang, sistem pengendalian internal, piutang tak tertagih ABSTRACT Good receivable control system willAffectthecompanys successincarryingout thesaleoncredit policy. Likewise, failure of receivable controlcan be fatalfor the company, for example,manydoubtfulreceivablesbecause weakpolicies of collection and accounts receivablecollection. Purpose which beachieved in this studywas toanalyzethe effectiveness ofthe internal controlsystemof receivable at Indonesian Distributor of Unilever in Manado Area. The analytical method usedis descriptive analysis method, tocollect, process, andinterpretthe data obtainedso as to givea true andcompletestatementdescribinghowinternal controlof receivable at Indonesian Distributor of Unilever in Manado Area. The results showedthat theInternalControlSystemof ReceivableatIndonesian Distributor of Unilever in Manado Areahas beengoing good enough. Thisdistributorhasseveralpoliciesin the provision ofreceivables. Buttheydo notgiveanyguaranteeto customerswhowant to havecredit. Andintheprovision ofdistributoraccountsto customersbased on trustandonlybasedon inputsfromthesales. This shortcomingtryanticipatedbyloyalsales forceincollecting accounts receivableto their customersbefore maturity. Keywords : receivable, internal control system, doubtful receivable 45 PENDAHULUAN Latar Belakang Ketika melaksanakan kegiatannya, setiap perusahaan yang berorientasi pada laba berusaha agar semua sumber daya yang ada dalam perusahaan digunakan seefisien mungkin agar perusahaan tersebut dapat terus bertahan dan berkembang. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pimpinan perusahaan harus selalu mengusahakan agar perusahaan berjalan sesuai dengan pola kebijaksanaan yang telah ditetapkan. Agar dapat menjalankan tugasnya dengan baik, pimpinan perusahaan memerlukan informasi yang terus-menerus sehingga keputusan-keputusan yang dihasilkan harus didasarkan atas data-data yang tepat, akurat, dan berkualitas. Guna mengatasi masalah-masalah yang semakin rumit dan kompleks, maka diperlukan suatu pengendalian intern guna pengawasan terhadap semua aktivitas yang ada dalam perusahaan. Suatu sistem informasi dapat dikatakan baik apabila di dalamnya telah menggambarkan sistem pengendalian intern yang diterapkan untuk menjaga kekayaan dan catatan perusahaan, mengecek ketelitan dan keandalan data akuntansi, mendorong efisiensi, serta mematuhi kebijakan manajemen. Secara umum piutang timbul karena adanya transaksi penjualan barang atau jasa secara kredit. Ditengah persaingan bisnis yang ketat perusahaan dituntut untuk mampu meraih posisi pasar, sehingga perusahaan perlu melakukan strategi penjualan secara kredit, agar jumlah penjualan meningkat. Namun, konsekuensi dari kebijakan tersebut dapat menimbulkan peningkatan jumlah piutang, piutang tak tertagih dan biaya-biaya lainnya yang muncul seiring dengan peningkatan jumlah piutang. Piutang merupakan salah satu jenis aktiva lancar yang tercantum dalam neraca. Untuk itu pengelolaan piutang memerlukan perencanaan yang matang, mulai dari penjualan kredit yang menimbulkan piutang sampai menjadi kas. Investasi yang terlalu besar dalam piutang bisa menimbulkan kecil atau lambatnya perputaran modal kerja, sehingga semakin kecil pula kemampuan perusahaan dalam meningkatkan volume penjualan. Akibatnya semakin kecilnya kesempatan yang dimiliki perusahaan untuk menghasilkan keuntungan atau laba. Peningkatan piutang yang diiringi oleh meningkatnya piutang tak tertagih perlu mendapat perhatian. Untuk itu sebelum suatu perusahaan memutuskan melakukan penjualan kredit, maka terlebih dahulu diperhitungkan mengenai jumlah dana yang diinvestasikan dalam piutang, syarat penjualan dan pembayaran yang diinginkan, kemungkinan kerugian piutang piutang tak tertagih dan biaya- biaya yang akan timbul dalam menangani piutang. Oleh karena itu, pengendalian terhadap piutang merupakan sesuatu yang mutlak dilakukan oleh perusahaan. Sistem pengendalian piutang yang baik akan mempengaruhi keberhasilan perusahaan dalam menjalankan kebijakan penjualan secara kredit. Demikan pula sebaliknya, kelalaian dalam pengendalian piutang bisa berakibat fatal bagi perusahaan, misalnya banyak piutang yang tak tertagih karena lemahnya kebijakan pengumpulan dan penagihan piutang. Unilever merupakan sebuah perusahaan multinasional yang memproduksi barang konsumen yang bermarkas di Rotterdam, Belanda. Unilever memiliki beberapa cabang di berbagai negara. Di Indonesia sendiri, unilever didirikan pada 5 desember 1933 dengan nama Zeepfabrieken N.V. Lever. Pada 22 juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT. Lever Brothers Indonesia, dan pada 30 juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT. Unilever Indonesia Tbk. Di Indonesia, Unilever bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur, dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh, produk-produk kosmetik, dan produk rumah tangga. Untuk Distributor Unilever, piutang memegang peranan penting dalam penjualan produk-produk yang mereka jual. Nilai piutang yang terjadi di Distributor ini cukup besar. Meskipun hanya sekitar 10 dari total pelanggan yang membeli secara kredit di Distributor ini, nilai penjualan yang berasal dari piutang lebih besar daripada penjualan secara tunai. Oleh karena itu piutang ini memiliki peranan yang sangat penting atas penjualan di Distributor ini. Untuk menjaga agar piutang ini aman, maka perusahaan haruslah memiliki pengendalian internal piutang yang baik. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas sistem pengendalian internal piutang pada Distributor Unilever Indonesia Area Manado. 46 TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Keuangan Akuntansi keuangan berorientasi pada pelaporan pihak eksternal. Beragamnya pihak eksternal dengan tujuan spesifik bagi masing-masing pihak membuat pihak penyusun pelaporan keuangan menggunakan prinsip dan asumsi-asumsi dalam proses penyusunan laporan keuangan. Laporan keuangan yang dihasilkan dari akuntansi keuangan berupa laporan keuangan untuk tujuan umum general purpose financial statement . Laporan keuangan bertujuan umum adalah laporan keuangan yang ditujukan untuk memenuhi kebutuhan bersama sebagian besar laporan pengguna laporan. Laporan keuangan untuk tujuan umum disusun berdasarkan data dan informasi yang telah terjadi sehingga lebih berorientasi pada data historis Martani, dkk. 2012: 8. Laporan keuangan yang disajikan kepada pemakai eksternal biasanya memang jauh lebih ringkas daripada informasi yang dilaporkan untuk kepentingan internal. Dapat dipahami, perusahaan tidak ingin menungkap secara terperinci masalah keuangan internal perusahaan kepada pihak luar. Laporan internal cenderung memiliki lebih banyak kategori pendapatan dan beban, yang biasanya dikelompokkan sepanjang lini pertanggungjawaban. Rincian ini memungkinkan manajemen puncak untuk menilai kinerja para stafnya Hery, 2009: 2. Sistem Informasi Akuntansi Sebuah sistem akuntansi dirancang untuk menunjukkan kenaikan ataupun penurunan saldo masing-masing komponen laporan keuangan. Kenaikan ataupun penurunan saldo ini haruslah dicatat secara terperinci dan terpisah untuk setiap komponen laporan keuangan. Catatan akuntansi yang terperinci dan terpisah inilah yang dinamakan sebagai akun perkiraan. Jadi, akun adalah catatan akuntansi mengenai kenaikan atau penurunan saldo dari masing- masing aktiva, kewajiban, dan ekuitas. Daftar yang memuat mengenai keseluruhan kode nomor dan nama akun disebut bagan perkiraan chart of accounts . Kode dan nama akun yang terdapat di dalam daftar merupakan kode dan nama akun yang akan digunakan oleh perusahaan untuk mencatat dan mengklasifikasikan setiap transaksi bisnis peristiwa ekonomi yang terjadi Hery, 2009:58-59. Piutang Piutang dagang Accounts Receivable atau Trade Receivable merupakan tagihan yang timbul atau diperoleh karena adanya kegiatan penjualan barang atau jasa secara kredit tidak tunai.Piutang dagang timbul dari penjualan kredit barang atau Jasa yang merupakan usaha pokok perusahaan. Bila piutang timbul dari penjualan asset perusahaan, pemberian pinjaman kepada pihak tertentu maka piutang tersebut tidak termasuk golongan piutang dagang.Adalah suatu kebiasaan bagi perusahaan untuk memberikan kelonggaran kepada para pelanggan pada waktu melakukan penjualan. Kelonggaran-kelonggaran yang diberikan biasanya dalam bentuk memperbolehkan para pelanggan tersebut membayar kemudian atas penjualan barang atau jasa yang dilakukan. Penjualan dengan syarat demikian disebut penjualan kredit.Sisi lain dari penjualan kredit adalah timbulnya piutang. Piutang merupakan klaim hak untuk mendapatkan uang dari entitas lain. Ini berarti perusahaan mempunyai hak klaim terhadap seseorang atau perusahaan lain. Dengan adanya hak klaim ini perusahaan dapat menuntut pembayaran dalam bentuk uang atau penyerahan aktiva atau jasa lain kepada pihak dengan siapa ia berpiutang. Oleh karena adanya manfaat dalam bentuk diterimanya uang tunai, aktiva lain, atau jasa yang diharapkan dapat diperoleh di masa datang, maka piutang dianggap sebagai aktiva.Piutang pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi piutang dagang dan piutang lain-lain. Piutang yang berasal dari penjualan barang dan jasa yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan disebut piutang dagang atau piutang usaha trade receivable . Disamping piutang dagang, terdapat piutang-piutang jenis lain misalnya piutang pegawai, piutang bunga, piutang dari perusahaan afiliasi, piutang pemegang saham, dan lain-lain Sumarsan,2011: 338. Piutang pada umumnya dapat dikelompokkan menjadi piutang dagang dan piutang lain-lain. Piutang yang berasal dari penjualan barang dan jasa yang merupakan kegiatan usaha normal perusahaan disebut piutang dagang atau piutang usaha trade receivable . Disamping piutang dagang, terdapat piutang-piutang jenis lain misalnya 47 piutang pegawai, piutang bunga, piutang dari perusahaan afiliasi, piutang pemegang saham, dan lain-lain Soemarso,2009: 338. Ada tiga cara pengelompokkan piutang. Pertama, piutang dapat dikelompokkan menjadi piutang dagang dan piutang wesel. Piutang dagang tercipta sebagai akibat dari penjualan kredit tanpa dukungan dokumen formal. Piutang wesel merupakan janji tertulis dalam sebuah dokumen formal untuk membayar sejumlah uang, disebut pokok, pada satu tanggal tertentu di masa yang akan datang, dikenal dengan istilah tanggal jatuh tempo, dan sejumlah bunga pada tanggal tertentu di masa yang akan datang. Bunga merupakan jumlah yang dibebankan atas penggunaan pokok pinjaman.Kedua, piutang dapat dikelompokkan sebagai piutang dagang dan piutang non dagang. Piutang dagang merupakan piutang yang timbul dalam operasi normal suatu kegiatan bisnis pada saat terjadi penjualan barang dagangan secara kredit. Piutang non dagang muncul dari transaksi selain penjualan barang atau jasa. Sebagai contoh, jika seorang manajer keuangan memberi pinjaman uang kepada orang lain dalam perusahaan tersebut, maka pinjaman tersebut akan dikelompokkan sebagai piutang non dagang.Ketiga, dalam neraca, piutang juga dapat diklasifikasikan sebagai piutang lancar dan piutang tidak lancar piutang jangka pendek dan piutang jangka panjang, tergantung pada kapan kas diharapkan dapat tertagih Libby, et al . 2008: 288. Beberapa masalah dasar dalam akuntansi untuk piutang usaha yaitu: 1. Pengakuan piutang usaha Dalam sebagian besar transaksi piutang, jumlah yang harus diakui adalah harga pertukaran diantara kedua belah pihak. Harga pertukaran adalah jumlah yang terhutang dari debitur seorang pelanggan atau peminjam dan umumnya dibuktikan dengan beberapa jenis dokumen bisnis, biasanya berupa faktur. 2. Penilaian piutang usaha Pelaporan piutang melibatkan klasifikasi dan penilaian dalam neraca. Klasifikasi, melibatkan penentuan lamanya waktu setiap piutang akan beredar. Piutang yang diperkirakan akan tertagih dalam satu tahun atau satu siklus operasi —tergantung mana yang lebih panjang—diklasifikasikan sebagai lancar; sementara semua piutang lainnya diklasifikasikan sebagai jangka panjang. Penilaian piutang sedikit lebih kompleks. Piutang jangka pendek dinilai dan dilaporkan pada nilai realisasi bersih jumlah bersih yang diperkirakan akan diterima dalam bentuk kas, yang tidak selalu berupa jumlah yang secara resmi merupakan piutang. Penentuan nilai realisasi bersih memerlukan estimasi baik atas piutang yang tak tertagih maupun retur penjualan dan pengurangan harga yang diberikan. 3. Disposisi piutang usaha Dalam peristiwa yang normal, piutang usaha dan wesel tagih dapat ditagih pada saat jatuh tempo dan dikeluarkan dari pembukuan. Namun, seiring dengan meningkatnya ukuran dan signifikansi dari penjualan kredit dan piutang “peristiwa yang normal ini” telah berubah. Dalam rangka mempercepat penerimaan kas dari piutang, pemilik dapat mentransfer piutang usaha kepada perusahaan lainnya secara tunai Kieso, et al. 2008 : 348. Pengendalian Internal Setiap perusahaan pasti menghendaki adanya keamanan pada harta kekayaannya, menginginkan laba yang memadai dan akhirnya kelangsungan dan perkembangan usaha. Untuk mencapai hal tersebut, perusahaan harus meyakinkan bahwa kondisi internal perusahaan mampu memberikan jaminan bahwa kekayaan pemilik perusahaan terjaga dari kemungkinan kecurangan yang merugikan pemilik perusahaan. Selain itu, pemilik juga menginginkan adanya informasi keuangan dari manajemen yang dapat dipercaya.Agar tujuan-tujuan tersebut dapat dicapai, maka perlu adanya suatu sistem pengendalian internal yang memadai. Pengendalian internal mempunyai pengertian penyusunan organisasi, serta penerapan metode-metode untuk menjaga harta milik perusahaan, meyakinkan bahwa catatan-catatan akuntansi dapat dipercaya, efisiensi operasi bisa dijaga, dan kebijakan manajemen ditaati oleh karyawan. 48 Pada dasarnya pengendalian intern dibagi menjadi dua, yaitu pengendalian internal akuntansi dan pengendalian internal administrasi. Pengendalian internal administrasi mempunyai tujuan meningkatkan efisiensi operasi dan meyakinkan bahwa kebijakan manajemen ditaati karyawan. Sedangkan pengendalian internal akuntansi mempunyai tujuan agar harta milik perusahaan bisa terjaga dari kecurangan dan agar catatan-catatan akuntasi dapat dipercaya Tjahjono, 2009: 2. Biasanya manajemen memiliki tiga tujuan umum dalam merancang sistem pengendalian internal yang efektif: 1. Reliabilitas pelaporan keuangan Manajemen bertanggung jawab untuk menyiapkan laporan bagi para investor, kreditor, dan pemakai lainnya. Manajemen memikul baik tanggung jawab hukum maupun profesional untuk memastikan bahwa informasi telah disajikan secara wajar sesuai dengan persyaratan pelaporan seperti prinsip prinsip akuntansi yang berlaku umum. Tujuan pengendalian internal yang efektif atas pelaporan keuangan adalah memenuhi tanggung jawab pelaporan keuangan tersebut. 2. Efisiensi dan efektifitas operasi Pengendalian dalam perusahaan akan mendorong pemakaian sumber daya secara efisien dan efektif untuk mengoptimalkan sasaran sasaran perusahaan. Tujuan yang penting dari pengendalian ini adalah memperoleh informasi keuangan dan nonkeuangan yang akurat tentang operasi perusahaan untuk keperluan pengambilan keputusan. 3. Ketaatan pada hukum dan peraturan Section 404 SOX mengharuskan semua perusahaan publik mengeluarkan laporan tentang keefektifan pelaksanaan pengendalian internal atas pelaporan keuangan. Selain mematuhi ketentuan hukum dalam Section 404 SOX, organisasi organisasi publik, nonpublik, dan nirlaba diwajibkan menaati berbagai hukum dan peraturan Arens, et al. 2008: 370. Sistem pengendalian internal perusahaan pada umumnya dirancang untuk memberikan jaminan yang memadai bahwa aktiva perusahaan telah diamankan secara tepat dan bahwa catatan akuntansi dapat diandalkan.Faktor manusia adalah faktor yang sangat penting dalam setiap pelaksanaan sistem pengendalian internal. Sebuah sistem pengendalian yang baik dapat menjadi tidak efektif karena adanya karyawan yang kelelahan, ceroboh, atau bersikap acuh tak acuh. Demikian juga halnya dengan kolusi, dimana kolusi ini secara signifikan dapat mengurangi keefektifan sebuah sistem dan mengeliminasi proteksi yang ditawarkan dari pemisahan tugas Hery, 2008:165. Pengendalian Internal Piutang Dalam fungsi akuntansi, fungsi yang berhubungan harus dipisahkan. Dengan demikian maka pekerjaan seorang karyawan dapat berfungsi sebagai alat kontrol bagi pekerjaan karyawan lainnya. Contoh, tanggung jawab untuk melakukan pembukuan buku pembantu piutang harus dipisahkan dari pembukuan buku besar piutang. Pekerjaan petugas pembukuan buku pembantu piutang dapat dicek dengan menjumlahkan total saldo rekening masing-masing individu pelanggan dalam buku pembantu piutang dan membandingkan dengan rekening buku besar piutang yang dikerjakan oleh petugas pembukuan buku besar piutang. Pengendalian pada piutang dagang dimulai dari pengesahan penjualan kredit oleh manajer perusahaan yang diberi otorisasi. Prosedur pemberian persetujuan penjualan kredit dilakukan oleh departemen kredit perusahaan. Selain itu prosedur untuk mengotorisasi penyesuaian piutang seperti retur penjualan dan potongan penjualan harus diatur. Prosedur penagihan piutang juga harus dibuat untuk memastikan piutang ditagih tepat waktu dan untuk meminimalkan kemungkinan kerugian dari piutang yang tidak dapat ditagih.Kalau kita berbicara 49 mengenai pengendalian internal atas piutang usaha, maka sesungguhnya yang menjadi pusat perhatian adalah bagaimana pengemanan yang efisien dan efektif dilakukan atas piutang usaha, baik dari segi pengamanan atas perolehan fisik kas, pemisahan tugas termasuk masalah otorisasi persetujuan kredit, sampai pada tersedianya data catatan akuntansi yang akurat. Setiap pengajuan kredit yang dilakukan oleh calon pembeli haruslah diuji atau dievaluasi terlebih dahulu kelayakan kreditnya. Bagian penjualan tidak boleh merangkap bagian kredit. Persetujuan pemberian kredit hanya boleh dilakukan oleh manajer kredit. Manajer penjualan tidaklah memiliki otorisasi atau wewenang untuk menyetujui proposal kredit pelanggan. Apabila bagian penjualan merangkap bagian kredit, maka dikhawatirkan seluruh proposal kredit yang diajukan calon pembeli akan langsung disetujui tanpa adanya evaluasi terlebih dahulu. Dalam hal ini, kemungkinan besar risiko akan muncul terutama terhadap calon pembeli dengan peringkat kredit yang buruk. Dalam praktik, ketiadaan pemisah tugas antara fungsi penjualan dengan fungsi kredit, ditambah lagi dengan kurang tepatnya dasar penghitungan komisi, seringkali menimbulkan peluang terjadinya tindakan kecurangan. Tidak mustahil, karyawan bagian penjualan akan berusaha memperbesar komisi penjualan dengan cara yang tidak benar; dimana oknum bagian penjualan akan membuat seolah-olah penjualan barang dagangan ke pelanggan sungguhan terjadi, padahal penjualan tersebut dilakukan secara fiktif barang tidak dijual ke pelanggan sungguhan namun disembunyika. Nanti, begitu komisi diperoleh, oknum karyawan tadi akan mengembalikan barang yang telah disembunyikan, seolah-olah telah terjadi retur dari pembeli. Seperti kita ketahui, penerapan pengendalian internal memang tidak terlepas dari biaya-biaya tambahan yang harus dikorbankan perusahaan. Dalam hal ini, ingat kembali bahwa perusahaan pada dasarnya harus mempertimbangkan atau membandingkan antara besarnya biaya tambahan yang akan dikeluarkan dalam rangka efektifnya pemisahan tugas dengan manfaat yang akan diperoleh. Atas dasar pertimbangan cost dan benefit tadi, apabila perusahaan pada akhirnya lebih memilih untuk merangkap kedua fungsi antara fungsi penjualan kredit dengan fungsi penjualan, maka dasar penghitungan komisi haruslah berdasarkan pada tingkat kolektibilitas piutang, bukan omset penjualan. Artinya, komisi penjualan akan dihitung berdasarkan pada besarnya piutang usaha yang ditimbulkan dari penjualan kredit yang telah berhasil ditagih atau dikonversi menjadi uang kas. Akan tetapi, secara normatif, jika kita berbicara mengenai pemisahan tugas dalam kaitannya dengan pengendalian internal atas piutang usaha maka harus adanya pemisahan fungsi antara bagian persetujuan kredit, bagian penjualan, bagian pencatatan akuntansi, dan bagian penagihan. Fungsi persetujuan kredit dan fungsi pembukuan memegang peranan sebagai pengecek keabsahan penjualan. Karyawan yang menangani pencatatan piutang usaha tidak boleh ikut terlibat dalam aktivitas penagihan Hery, 2009: 269-270. 50 Penelitian Terdahulu Tabel 1 Penelitian Terdahulu Namatahun Judul Tujuan Analisis Hasil Persamaan Perbedaan Setiawan 2008 Analisis Pengaruh Manajemen Piutang Dan Persediaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Yang Listing Di Jakarta Islamic Index Tahun 2001-2006 Untuk mengetahui pengaruh manajemen piutang dan persediaan terhadap peningkatan profitabilitas perusahaan Regresi Linier Berganda Variabel yagn digunakan sebagai pengukur manajemen piutang adalah perputaran piutang sedangkan variabel yang digunakan sebagai pengukur manajemen persediaan adalah perputaran persediaan.Sedangkan profitabilitas diwakili oleh rasio profitabilitas yaitu return on investment .Populasi dalam penelitian ini adalah 12 perusahaan manufaktur yang listing di Jakarta Islamic Index selama 2001-2006 Setiawan mengambil data dari perusahaan manufaktur yang listing di Jakarta Islamic Index. Sedangkan penelitian ini mengambil data di Distributor Unilever Manado Kedua penelitian ini menggunakan piutang sebagai subjek penelitian Wicaksana 2010 Analisis Pengaruh Pengendalian Piutang Terhadap Efektivitas Arus Kas Studi Kasus pada PT. Z Untuk mengetahui pengaruh pengendalian piutang terhadap efektivitas arus kas perusahaan Analisis Per Komponen, Analisis Trend, Analisis Cash Conversion Cycle, Dan Analisis Rasio Keuangan Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa berdasarkan analisis terhadap sistem manajemen piutang yang dilakukan, PT. Z telah melakukan proses manajemen, pengelolaan, dan pengendalian piutang berdasarkan SOP Standard Operation Procedure yang telah ditetapkan oleh perusahaan, namun dalam pelaksanaannya masih terdapat beberapa hal yang tidak sesuai dengan SOP. Wicaksana menggunakan analisis per komponen, analisis trend, analisis cash conversion cycle, dan analisis rasio keuangan. Sedangkan penelitian ini menggunakan analisis deskriptif Kedua penelitian ini menggunakan data primer dan data sekunder. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan penulis dalam penyusunan skripsi Evaluasi Sistem Pengendalian Internal Piutang pada Distributor Unilever Indonesia Area Manado ini adalah jenis penelitian deskriptif, yaitu suatu penelitian dengan mengumpulkan data-data yang menggambarkan seluruh kegiatan berdasarkan fakta yang ada lalu 51 mengolah dan menganalisa data kemudian menarik kesimpulan serta menginter-pretasikannya.Dalam pembahasan ini diperlukan data yang dapat mendukung pemecahan masalah yang ada. Jenis data yang digunakan adalah data kualitatif yaitu berupa sejarah perusahaan, struktur organisasi perusahaan dan kebijakan akuntansi yang diberlakukan dalam perusahaan serta informasi yang dibutuhkan untuk mendukung penelitian ini Sugiyono, 2011 : 8 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Distributor Unilever Indonesia Area Manado, yang berlokasi di Kairagi. Waktu penelitian yaitu pada Bulan Februari-Maret tahun 2013. Prosedur Penelitian Penelitian diawali dengan mewawancarai Manajemen Operasional yang bertanggung jawab atas jalannya operasional perusahaan. Manajemen Operasional kemudian memberikan data-data yang diperlukan. Teknik Pengumpulan Data Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Penelitian lapangan, merupakan penelitian langsung yang dilakukan pada perusahaan bersangkutan, dimana data-data yang diambil sebagian besar diperoleh dari hasil wawancara dengan manajemen perusahaan dan melalui daftar pertanyaan kusioner. 2. Penelitian dokumentasi, penelitian ini menggunakan data-data yang diperoleh dari dokumentasi perusahaan yang berhubungan dengan penelitian ini. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan yaitu metode analisis deskriptif yang mengevaluasi karakteristik transaksi piutang dagang dan pencatatnnya pada Distributor Unilever Indonesia Area Manado.Adapun teknik analisis yang dilakukan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif dengan langkah-langkah sebagai berikut: 1. Mempelajari prosedur-prosedur yang ada dalam penjualan produk-produk perusahaan. 2. Mempelajari sistem dan prosedur pencatatan piutang di perusahaan. 3. Melakukan evaluasi terhadap piutang di perusahaan. 4. Menarik kesimpulan serta saran mengenai hasil evaluasi terhadap transaksi piutang dagang. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sistem dan Prosedur Penjualan Kredit Pemberian kredit untuk konsumen ditangani oleh para sales. Akan tetapi, para sales harus meminta persetujuan dari supervisor sales bilamana konsumen tersebut layak diberikan kredit atau tidak. Supervisor sales kemudian menganalisis konsumen mana yang layak diberikan kredit dan mana yang tidak layak. 52 Gambar 1 Flowchart sistem dan prosedur penjualan kredit Sumber: Distributor Unilever Manado olahan 2013 Prosedur penjualan kredit di distributor ini dimulai ketika sales melakukan Taking Order TO kepada para konsumen. Sales bertanya kepada pihak toko atau outlet produk-produk apa yang akan dipesan untuk dibeli. Setiap sales selalu membawa sebuah alat aplikasi yang terhubung dengan bagian gudang. Apabila konsumen ingin memesan suatu barang, sales akan mengecek barang tersebut lewat alat yang mereka bawa. Mereka dapat mengetahui lewat alat tersebut bilamana persediaan barang yang dipesan masih tersedia di gudang atau sudah habis.Setelah konsumen selesai memesan barang, sales akan kembali ke distributor untuk membuat faktur berdasarkan jumlah barang yang telah dipesan oleh konsumen yang telah dimasukkan ke dalam alat tersebut. Bagian akuntansi mengeluarkan faktur 3 rangkap yang nantinya akan dibawa ke toko-toko yang telah memesan barang tersebut. Faktur penjualan rangkap ketiga kemudian diberikan kepada bagian gudang untuk mengangkut barang yang telah dipesan dan dimasukkan ke dalam mobil pengangkut untuk dibawa kepada konsumen yang telah memesan barang tersebut sebelumnya. Setelah barang tiba pada konsumen, konsumen mengecek apakah barang-barang yang dibawa sesuai dengan faktur atau tidak. Jika telah sesuai, faktur rangkap pertama ditahan oleh konsumen, dan faktur rangkap kedua dipegang oleh sales untuk diberikan ke bagian kasir untuk mencatat terjadinya transaksi penjualan kedit. Bagian akuntansi mencatat transaksi piutang dengan akun sebagai berikut: 4 April 2013 Piutang Rp xxx Penjualan Rp xxx Taking Order Order Orderan Alat Membuat Aplikasi Faktur Mengeluarkan Menyerahkan mengeluarkan Faktur no.3 barang menyerahkan barang sales konsumen sales akuntansi sales gudang sales konsumen 1 2 3 faktur 3 faktur 1 2 faktur 1 faktur 53 Kemudian bagian akuntansi membuat rekap tagihan selama seminggu untuk ditagih pada saat jatuh tempo.Jika ada konsumen yang akan mengajukan kredit langsung ke pihak distributor, konsumen harus bertemu dengan sales terebih dahulu. Sales yang nantinya akan pergi ke bagian akuntansi dan bagian akuntansi akan mengeluarkan faktur berdasarkan jumlah barang yang telah dipesan oleh konsumen. Faktur rangkap ketiga diberikan ke bagian gudang untuk mengeluarkan barang-barang yang telah dipesan. Sales kemudian menyerahkan barang-barang tersebut kepada konsumen beserta faktur rangkap pertama sebagai bukti kredit dan faktur rangkap kedua dipegang oleh sales sebagai bukti pada waktu penagihan kredit. Sistem dan Prosedur Penagihan dan Penerimaan Kas Sistem dan prosedur penagihan piutang di distributor unilever adalah sebagai berikut: Gambar 2 F lowchart Sistem dan Prosedur Penagihan Sumber: Distributor Unilever Manado olahan 2013 Pada saat jatuh tempo pembayaran, para sales akan pergi ke konsumen untuk melakukan penagihan. Sales membawa faktur rangkap kedua yang dipegang sebagai bukti penagihan. Pembayaran yang dilakukan oleh konsumen seringkali lewat beberapa cara. Konsumen dapat membayar secara tunai atau dengan uang cash, mereka juga dapat membayar melalui Cek atau BG Bilyet Giro. Pembayaran melalui BG harus mengikuti tanggal jatuh tempo atau umur piutang. Sehingga sales dapat mengambil atau memindahbukukan BG tersebut ke rekening Distributor pada saat jatuh tempo. Setelah konsumen melunasi piutang mereka, sales membawa bukti pembayaran, berupa faktur yang telah di tandai atau di cap “Lunas” oleh sales itu sendiri. Setelah pelunasan, bagian akuntansi mencatat pelunasan piutang dengan akun sebagai berikut: 11 April 2013 Kas Rp xxx Piutang Rp xxx Sistem dan Prosedur Penghapusan Piutang Pihak distributor sangat jarang dalam melakukan penghapusan piutang, karena sangat jarang terjadi kerugian akibat piutang tak tertagih di Distributor Unilever Area Manado ini. Akan tetapi distributor ini menggunakan metode penghapusan langsung apabila terjadi kerugian piutang. Mereka memiliki batas waktu yang cukup lama, yaitu 1 tahun untuk menentukan apakah piutang tersebut sudah tidak akan terbayar atau terjadi Melakukan pembayaran Penagihan melalui Faktur dengan Cap Lunas Untuk Pencatatan 2 faktur sales 1 faktur konsumen TunaiCek BG 2 faktur sales Akuntansi 54 kerugian piutang. Setelah batas waktu yang ditentukan telah lewat, bagian akuntansi akan melakukan penghapusan terhadap piutang yang tak tertagih. Contoh pencatatan penghapusan piutang adalah sebagai berikut: Beban Piutang Tak Tertagih Rp xxx Piutang Usaha Rp xxx PENUTUP Kesimpulan 1. Piutang di Distributor Unilever Area Manado sudah cukup memadai meskipun tidak memiliki jaminan atas piutang mereka. Karena berdasarkan penjelasan dari para ahli, piutang usaha tidak memiliki dukungan dari dokumen formal atau jaminan sehingga distributor hanya mengandalkan kepercayaan mereka terhadap pelanggan. 2. Sistem dan prosedur penjualan kredit di distributor unilever ini cukup memadai karena sistem penjualan kredit yang mereka terapkan berdasarkan sistem penjualan kredit seperti pada umumnya. Hanya saja mereka harus memiliki departemen kredit untuk tujuan memverifikasi kelayakan pemberian kredit kepada pelanggan. 3. Sistem penagihan disini belum cukup memadai, karena mereka tidak memiliki penagih yang berfungsi untuk menagih piutang mereka yang telah jatuh tempo. Mereka hanya mengandalkan sales mereka dalam hal penagihan piutang. 4. Sistem penerimaan kas distributor ini sudah cukup memadai meskipun tidak memiliki kuitansi sebagai bukti pelunasan atau telah diterimanya pembayaran dari pelanggan. Akan tetapi, distributor mengakalinya dengan meminta tanda tangan atau cap dari pelanggan sebagai bukti pembayaran atau pelunasan piutang. 5. Metode penghapusan langsung yang diterapkan oleh distributor tidak memadai untuk perusahaan dengan skala penjualan relatif besar seperti mereka. Karena menurut Standar Akuntansi Keuangan yang ada, perusahaan dengan skala penjualan yang besar seharusnya menggunakan metode pencadangan untuk mengestimasi piutang mereka yang berpotensi terjadi kerugian piutang. Saran 1. Distributor sebaiknya menggunakan jaminan untuk melindungi piutang mereka dari kemungkinan terjadinya kerugian piutang. 2. Distributor sebaiknya membuat departemen kredit yang berfungsi sebagai pihak yang melakukan verifikasi atas kelayakan pemberian kredit bagi pelanggan. 3. Distributor harus memiliki fungsi penagihan sebagai pihak yang melakukan penagihan pada saat piutang telah jatuh tempo, sehingga dapat meringankan tugas dari para sales. 4. Distributor bisa mempertimbangkan untuk menggunakan kuitansi sebagai bukti yang kuat atas pelunasan pembayaran piutang dari pelanggan dan bukti untuk pencatatan penerimaan kas. 5. Pihak distributor harusnya menggunakan metode pencadangan piutang untuk mengestimasi piutang usahanya yang memiliki resiko terjadinya kerugian piutang. DAFTAR PUSTAKA Arens, Alvin A., Elder, Randal J., Beasley, Mark S. Alih bahasa oleh Gina Gania. 2008. Auditing dan Jasa Assurance. Jilid 1. Edisi Keduabelas. Erlangga. Jakarta. Hery. 2008. Pengantar Akuntansi 1 . Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. 55 ____. 2009. Akuntansi Keuangan Menengah I . Edisi 1. Cetakan Pertama. PT. Bumi Aksara. Jakarta. Kieso, Donald E., Weygandt, Jerry J., Warfield, Terry D. Alih bahasa oleh Emil Salim SE. 2008. Akuntansi Intermediate. Jilid 1. Edisi Keduabelas. Erlangga. Jakarta. Libby, Robert., Libby, Patricia A.,Short, Daniel G. alih bahasa oleh J. Agus Seputro. 2008. Akuntansi Keuangan. Andi. Yogyakarta. Martani, Dwi., Veronica, Silvya NPS., Wardhani, R.,Farahmita, A., Tanujaya, E. 2012. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK .Buku 1. Salemba Empat. Jakarta. Setiawan. 2008. Analisis Pengaruh Manajemen Piutang dan Persediaan Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Yang Listing Di Jakarta Islamic Index tahun 2001-2006. Skripsi. UIN Sunan Kalijaga. Yogyakarta. http:digilib.uin-suka.ac.id1115 diakses pada 21 mei 2012. Soemarso,S.R.2009. Akuntansi Suatu Pengantar . Jilid 1. Salemba Empat. Jakarta. Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RD. Alfabeta. Bandung. Sumarsan, T. 2011. Akuntansi Dasar Aplikasi dalam Bisnis . Jilid 3. PT. Indeks. Jakarta. Tjahjono, A., Sulastiningsih. 2009. Akuntansi Pengantar 2 Pendekatan Komprehensip . Cetakan Pertama. Ganbika. Yogyakarta. Wicaksana. 2010. Analisis Pengaruh Pengendalian Piutang Terhadap Efektivitas Arus Kas Studi kasus pada PT. Z. Skripsi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. http:repository.ipb.ac.idhandle12345678947764 diakses pada 8 Juli 2011. 56 PENERAPAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT SENDIRI PRODUK SETENGAH JADI PADA UD. BERKAT ANUGERAH Phamela D Tampubolon David Paul Elia Saerang Agus Toni Poputra Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email : phameladesantiyahoo.com ABSTRAK Ditengah persaingan usaha yang begitu pesat dan keadaan perekonomian yang tidak menentu, setiap perusahaan dituntut untuk lebih efisien agar dapat bertahan dan semua itu tidak lepas dari peran manajemen. Ukuran yang dipakai manajemen untuk mengukur berhasil tidaknya perusahaan adalah laba. Untuk menghasilkan laba yang efisien manajemen memerlukan informasi akuntansi diferensial untuk memilih tindakan yang terbaik diantara alternatif yang tersedia. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan informasi akuntansi diferensial dalam pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri produk setengah jadi pada UD. Berkat Anugerah. Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif . Hasil analisis penelitian yang dilakukan pada UD. Berkat Anugerah dilihat dari biaya yang dikeluarkan menunjukan tentang peran akuntansi diferensial dalam pengambilan keputusan jangka pendek, dimana pihak perusahaan sebaiknya membeli produk setengah jadi dari pihak ketiga karena biaya yang dikeluarkan lebih rendah daripada memproduksi sendiri. Kata kunci : akuntansi diferensial, pengambilan keputusan. ABSTRACT Amid competition is so rapid and uncertain economic conditions, every company is required to be more efficient in order tobe more efficient in orderto survive and all of it can not be separated from the role of management. Management measure which is occupied to measure the success or failure of the company is profit. To produce an efficient profit differential accounting information requires management to select the best course of action among alternatives available. The purpose of this study is to analyze the application of differential accounting information in the decision to buy or make your own semi-finished products on UD. Berkat Anugerah. This study uses a descriptive research method. The result of the analysis of research conducted on UD. Berkat Anugerah seen from the cost accounting showed diferential role in the short-term decision making, where the company should buy semi-finished products from third party cost incurred due to lower than producing its own. Keywords : differential accounting, decision-making 57 PENDAHULUAN Latar Belakang Di tengah situasi perekonomian yang tidak menentu sekarang ini, setiap perusahaan dituntut untuk lebih efisien agar dapat bertahan. Sehubungan dengan keadaan ini peran manajemen sangat dibutuhkan dalam membantu perusahaan untuk mencapai tujuannya, yaitu untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dengan mengoptimalkan sumber-sumber daya yang dimiliki perusahaan. Dalam perencanaan, manajemen dihadapkan pada pengambilan keputusan yang menyangkut memilih satu pilihan yang terbaik dari berbagai macam alternatif pilihan. Dalam hal ini manajemen memerlukan informasi yang dapat mengurangi ketidakpastian, sehingga dapat menentukan pilihan yang terbaik bagi perusahaan. Salah satu jenis informasi yang dibutuhkan oleh manajemen sebagai dasar perencanaan dan pengambilan keputusan adalah informasi akuntansi diferensial differential accounting information . Manajemen membutuhkan informasi akuntansi diferensial ini untuk memilih altenatif tindakan yang terbaik diantara alternatif yang tersedia, pemilihan alternatif akuntansi diferensial mempunyai dua karakteristik, yaitu informasi masa yang akan datang dan informasi berbeda diantara alternatif yang akan diambil oleh pengambil keputusan. Pada informasi akuntansi diferensial, umumnya manajemen menghadapi empat macam pengambilan keputusan dalam jangka pendek, yaitu membeli atau membuat sendiri, menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk, menghentikan atau melanjutkan produksi produk tertentu atau kegiatan usaha suatu bagian perusahaan, menerima atau menolak pesanan khusus. Setiap keputusan yang diambil manajemen harus dapat dipertanggungjawabkan dan memiliki dasar yang relevan. UD. Berkat Anugerah yang menjadi objek dari penelitian ini memiliki tujuan usaha mengoptimalkan laba, sebagaimana usaha-usaha yang lain. Adakalanya perusahaan mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri produk setengah jadi, berupa rangka kayu untuk set kursi tamu. Dalam kondisi seperti ini manajemen memerlukan informasi akuntansi diferensial yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri, dengan taksiran penghematan biaya yang dapat dilakukan oleh perusahaan. Informasi akuntansi diferensial dapat mengukur seberapa besar biaya diferensial yang terjadi jika manajemen memilih suatu alternatif, sehingga manajemen dapat memperoleh perbandingan biaya yang terjadi dari alternatif-alternatif tersebut. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis penerapan informasi akuntansi diferensial dalam proses pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri produk setengah jadi pada UD. Berkat Anugerah. TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Manajemen Akuntansi manajemen adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, penghimpunan, penganalisisan, penyusunan, penafsiran dan pengkomunikasian informasi keuangan yang digunakan oleh manajemen untuk merencanakan, mengevaluasi, dan mengendalikan kegiatan usaha di dalam sebuah organisasi, serta untuk memastikan penggunaan dan akuntabilitas sumber daya yang tepat. Simamora 2012:13. Akuntansi Manajemen sebagai Suatu Tipe Informasi Informasi merupakan salah satu fakta, data, pengamatan, persepsi, atau suatu yang lain yang menambah pengetahuan. informasi akuntansi manajemen diperlukan pada seluruh tahap proses manajemen mulai dari perencanaan, koordinasi, pengendalian sampai dengan tahap pengambilan keputusan. Halim dkk . 2013:9, Pengambilan keputusan selalu menyangkut masa yang akan datang, yang mengandung ketidakpastian dan selalu menyangkut pemilihan suatu alternatif tindakan diantara sekian banyak alternatif yang tersedia. Oleh karena itu, pengambilan keputusan selalu berusaha mengumpulkan informasi untuk mengurangi ketidakpastian yang dihadapi dalam memilih alternatif tindakan tersebut. Mulyadi yang dikutip oleh Partomuan 2010 mengemukakan informasi akuntansi sebagai bahasa bisinis dikelompokkan menjadi tiga golongan,yaitu sebagai berikut. a. Informasi Operasi Untuk melaksanakan aktivitas perusahaan sehari-hari, manajemen memerlukan berbagai informasi seperti jumlah kilogram bahan baku yang dipakai dalam produksi, jumlah sediaan produk jadi yang ada digudang, jumlah produksi hari ini, jumlah jam kerja karyawan dalam satu minggu, dan jumlah produk 58 yang dijual hari ini. Informasi operasi ini merupakan bahan baku untuk mengolah tipe informasi akuntansi yang lain : informasi akuntansi keuangan dan informasi akuntansi manajemen. b. Informasi Akuntansi Keuangan Informasi akuntansi keuangan diperlukan baik oleh manajemen maupun pihak luar perusahaan untuk pengambilan keputusan guna menentukan hubungan antara pihak tersebut dengan perusahaan. Informasi akuntansi keuangan ini dihasilkan oleh sistem pengolahan informasi keuangan yang disebut akuntansi keuangan. c. Informasi Akuntansi Manajemen Informasi akuntansi manajemen diperlukan oleh manajemen untuk melaksanakan dua fungsi pokok manajemen, yaitu: perencanaan dan pengendalian aktivitas perusahaan. Jenis Informasi Akuntansi Manajemen Halim dkk . 2013:10 menjelaskan bahwa, informasi akuntansi manajemen dibagi menjadi 3 jenis yaitu: 1 informasi akuntansi penuhmenyeluruh full accounting information ; 2 informasi akuntansi pertanggungjawaban responsibility accounting ; dan 3 informasi akuntansi diferensial differential accounting. Penjelasannya sebagai berikut. a. Informasi Akuntansi Penuh Full Accounting Information Akuntansi penuh menyajikan informatika mengenai pendapatan total, biaya total dan atau aktiva total baik pada masa lalu maupun masa yang akan datang, terutama yang berkaitan dengan biaya atau disebut dengan informasi akuntansi biaya penuh. Informasi mengenai biaya penuh masa lalu historical full cost digunakan untuk penyusunan laporan keuangan umumnya berupa neraca dan laporan laba rugi. b. Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban Responsibility Accounting Information. Akuntansi pertanggungjawaban menyajikan informasi mengenai pendapatan, biaya atau aktiva yang dikaitkan dengan suatu bagian atau unit di dalam perusahaan. Informasi akuntansi pertanggungjawaban masa lalu bermanfaat untuk menganalisis prestasi dari masing-masing manajer pusat pertanggungjawaban. Informasi akuntansi pertanggungjawaban yang menyangkut masa yang akan datang digunakan dalam kegiatan perencanaan tahunan anggaranbudget. c. Informasi Akuntansi Diferensial Differential Accounting Information Akuntansi diferensial menyajikan informasi mengenai taksiran pendapatan, biaya dan atau aktiva yang berbeda jika suatu tindakan tertentu dipilih, dibandingkan dengan alternatif tindakan lain. Informasi akuntansi diferensial berkaitan dengan masa yang akan datang. Informasi Akuntansi Diferensial Informasi akuntansi diferensial merupakan informasi akuntansi yang dihubungkan dengan pemilihan alternatif. Informasi Akuntansi diferensial merupakan taksiran perbedaan aktiva, pendapatan, danatau biaya dalam alternatif tindakan yang lain. Sunarto 2008:57. Pengambilan Keputusan Syamsi 2009:10 menyatakan bahwa pengambilan keputusan merupakan tindakan pimpinan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam organisasi yang dipimpinnya dengan melalui pemilihan satu diantara alternatif-alternatif yang dimungkinkan. Tahap-tahap Pengambilan Keputusan Mulyadi 2007:108, mengungkapkan bahwa, pengambilan keputusan dilaksanakan melalui empat tahap, yaitu sebagai berikut. a. Pengakuan dan perumusan masalah atau kesempatan. b. Pencarian Tindakan Alternatif dan Kuantifikasi Konsekuensinya Masing-masing. c. Pemilihan Alternatif Optimum atau Alternatif yang Memuaskan d. Implementasi dan Penindaklanjutan Manfaat Akuntansi Diferensial Dalam Pengambilan Keputusan Jangka Pendek Bastian dan Nurlela 2007:175, menyatakan ada beberapa manfaat akuntansi diferensial dalam pengambilan keputusan jangka pendek yang pada umumnya dihadapi oleh manajemen dalam pengambilan keputusan yang umumnya terdiri dari empat macam keputusan, yaitu sebagai berikut. a. Menjual atau memproses lebih lanjut sell or process futher 59 Ada kalanya manajemen puncak dihadapkan pada pemilihan menjual produk tertentu pada kondisinya sekarang atau memprosesnya lebih lanjut menjadi produk yang lebih tinggi harga jualnya. Dalam pengambilan keputusan macam ini, informasi akuntansi diferensial yang diperlukan oleh manajemen adalah pendapatan diferensial dengan biaya diferensial jika alternatif memproses lebih lanjut dipilih. b. Menghentikan atau melanjutkan produksi produk tertentu atau kegiatan usaha departemen tertentu stop or continue product line . Dalam menghadapi kondisi ini, manajemen perlu mempertimbangkan keputusan menghentikan atau tetap melanjutkan produksinya. Dan informasi yang relevan untuk dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan ini adalah biaya diferensial dan pendapatan diferensial. c. Menerima atau menolak pesanan khusus special order decision . Penerapan analisis biaya diferensial juga dapat digunakan untuk membuat keputusan menerima atau menolak pesanan khusus apabila kapasitas mesin perusahaan masih terdapat kapasitas yang menganggur dan pada saat itu harga jualnya dibawah harga pokok produksi dalam hitungan biaya penuh. d. Membeli atau membuat sendiri make or buy decision Pertimbangan untuk membeli atau membuat sendiri dapat juga timbul sebagai akibat adanya taksiran penghematan biaya jika suatu komponen yang sebelumnya dibeli dari pemasok luar direncanakan akan dibuat sendiri oleh perusahaan. Keputusan Membeli atau Membuat Sendiri Produk Carter 2009:330 menyatakan, tujuan dari keputusan buat atau beli sebaiknya adalah penggunaan optimal atas sumberdaya produksi dan keuangan perusahaan. Masalah yang seringkali muncul dalam kaitannya dalam pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri adalah ruangan yang tak terpakai, buruh yang menganggur dan perhitungan biaya. Dalam kondisi ini manajer cenderung untuk mempertimbangkan pembuatan unit-unit tertentu dibanding membelinya dengan maksud untuk memanfaatkan fasilitas-fasilitas yang ada. Penelitian Terdahulu Tabel 1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Tahun Judul Tujuan Metode Penelitian Hasil Persamaan Perbedaan Maulida 2012 Analisis Informasi Akuntansi Diferensial dalam pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri bahan baku mie pada Usaha Mie ayam Wonogiri Menganalisis peranan informasi akuntansi diferensial dalam pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri bahan baku mie Deskriptif Peran dari akuntansi diferensial dalam pengambilan suatu keputusan jangka pendek, dimana pihak perusahaan membuat sendiri bahan baku Mie, karena biaya produksi yang dikeluarkan apabila membuat sendiri lebih rendah dari pada membeli dari luar Menggunakan analisis deskriptif serta menganalisis tentang akuntansi diferensial objek penelitian,latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang berbeda. 60 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan tingkat ekspalasi deskriptif yaitu pengumpulan data untuk mendeskripsikan suatu fenomena yang sama seperti pada waktu penelitian dilakukan. Analisis deskriptif digunakan untuk menjelaskan hasil penelitian berupa angka secara naratif. Sesuai dengan penelitian pengumpulan data didapatkan dalam bentuk angka-angka yang kemudian dijelaskan secara naratif sesuai hasil penelitian yang didapat dari objek penelitian yaitu UD. Berkat Anugerah. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat yang menjadi penelitian ini adalah UD.Berkat Anugerah yang bertempat di Jl.Santiago kompleks puskesmas Tuminting.,Kecamatan Tuminting . Waktu penelitian secara keseluruhan dilakukan selama 2 bulan, sejak bulan september 2013 sampai oktober 2013. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: a. Survei objek penelitian. b. Mengambil data-data perusahaan dan wawancara. c. Membandingkan dan mengolah data-data dan informasi perusahaan dengan dasar teori yang digunakan. d. Membuat kesimpulan dan memberikan saran. Metode Pengumpulan Data Jenis Data Kuncoro 2004:25 menyatakan jenis data dibedakan atas dua jenis yaitu data kuanitatif dan data kualitatif. Jenis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data kuantitaif dan data kualitatif. Data kualitatif dalam penelitan ini yaitu data yang diperoleh melalui berbagai macam teknik pengumpulan data misalnya wawancara, analisis dokumen, atau observasi., seperti wawancara mengenai proses pengambilan keputusan membeli atau memproduksi sendiri produk setengah jadi. Sedangkan data kuantitatif dalam penelitian ini berupa data-data biaya produksi dalam perusahaan. Jatmiko 2012 Analisis Informasi Akuntansi Diferensial dalam Pengambilan Keputusan Menerima atau Menolak Pesanan Khusus Sepatu pada Perusahaan Sepatu Asia Mengetahui dan memperoleh gambaran dengan jelas tentang penggunaan analisis informasi diferensial dalam pengambilan keputusan menerima atau menolak pesanan khusus sepatu apakah akan menimbulkan labarugi perusahaan Deskriptif Perusahaan memperoleh laba untuk pesanan khusus sepatu pada bulan november 2011, walaupun harga yang diminta perusahaan lebih rendah dari harga jual normal Menggunakan analisis deskriptif serta menganalisis tentang akuntansi diferensial Objek penelitian, latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang berbeda. 61 Sumber Data Kuncoro 2004:25 menyatakan, berdasarkan sumbernya data penelitian dapat dikelompokkan menjadi 2 yaitu data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh peneliti secara langsung dari sumber datanya. seperti wawancara dengan pemilik UD.Berkat Anugerah. Data Sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan peneliti dari berbagai sumber yang telah ada. pada penelitian ini diperoleh dari bahan-bahan yang tersedia di buku-buku dan sumber-sumber lain yang berhubungan dengan penelitian ini Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data adalah sebagai berikut. a. Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data yang dilakukan dan diperoleh dengan mengadakan tanya jawab sambil tatap muka antara pewawancara dengan informan. Seperti melakukan wawancara langsung dengan pemilik dan karyawan-karyawan pada UD. Berkat Anugerah mengenai proses produksi.. b. Observasi, yaitu mengadakan pengamatan langsung pada tempat penelitian untuk mendapatkan data-data yang diperlukan sehubungan dengan kepentingan penelitian. c. Studi kepustakaan, yaitu menggunakan buku-buku dari berbagai sumber untuk mendapatkan data yang bersifat teoritis Metode Analisis Data Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah, metode analisis deskriptif yaitu suatu metode pembahasan permasalahan yang sifatnya menguraikan, menggambarkan, membandingkan dan menerangkan suatu data atau keadaan yang bertujuan untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas dan terperinci mengenai suatu keadaan berdasarkan data atau informasi yang telah didapatkan, kemudian dikumpulkan sehingga didapatkan informasi yang diperlukan untuk menganalisa masalah yang ada. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat UD. Berkat Anugerah Perusahaan Meubel UD. Berkat Anugerah berdiri pada Tahun 2007, usaha ini merupakan usaha keluarga yang didirikan oleh Bapak Bony Husain dan Ibu Ribka Bulahari berlokasi di Kecamatan Tuminting Kota Manado. Pendirian usaha ini berdasarkan pemikiran untuk pengembangan usaha keluarga serta penyerapan tenaga kerja yang tersedia diwilayah tersebut. Produk yang dihasilkan Perusahaan Meubel UD. Berkat Anugerah diantaranya adalah sebagai berikut. a. Meja dan Kursi Tamu b. Lemari Pajangan c. 1 set meja makan d. Lemari Pakaian Deskripsi Kerja Perusahaan Meubel Berkat Anugerah mempunyai beberapa karyawan yang terdiri dari berikut ini. Tabel 2 Tenaga Kerja UD.Berkat Anugerah Uraian Jumlah Karyawan Bagian Administrasi dan Keuangan 2 orang Bagian Kontrol 1 orang Bagian Perakitan 2 orang Bagian Pemasangan 1 orang Bagian Penjahitan 2 orang Bagian Pengecatan 2 orang Bagian Finishing 1 orang TOTAL 11 orang Sumber : UD. Berkat Anugerah 62 Hasil Penelitian Peranan Informasi Akuntansi Diferensial dalam Pengambilan Keputusan Perusahaan Meubel UD. Berkat Anugerah dituntut untuk melakukan perencanaan dengan baik bagi kelancaran kegiatan perusahaan. Dalam perencanaan, perusahaan dihadapkan pada pengambilan keputusan yang menyangkut pemilihan berbagai alternatif. Untuk memutuskan alternatif mana yang harus dipilih, perusahaan dihadapkan pada ketidakpastian. Oleh karena itu manajemen perusahaan Meubel UD. Berkat Anugerah memerlukan informasi yang dapat mengurangi ketidakpastian sehingga memungkinkan perusahaan menentukan pilihan yang baik pada alternatif yang ada. Salah satu informasi yang diperlukan adalah informasi akuntansi diferensial. Perusahaan Meubel UD. Berkat Anugerah membutuhkan informasi akuntansi diferensial dalam setiap tahap pengambilan keputusan terutama menyangkut pengadaan produk setengah jadi pada perusahaan berkaitan dengan alternatif membeli atau membuat sendiri produk setengah jadi tersebut. Perusahaan Meubel UD. Berkat Anugrah memproduksi beberapa produk meubel berbahan kayu, namun yang akan penulis bahas dalam penulisan ini ada produk kursi dan meja tamu yang merupakan produk yang paling banyak diproduksi oleh perusahaan. Membeli Produk Setengah Jadi dari Ketiga Perusahaan membeli rangka kayu sebagai bahan baku utama dibeli dari Kota Jepara, dengan menggunakan konteiner dimana dalam satu konteiner berisi sebanyak 100 set kursi dan meja tamu. Adapun dalam sekali pengiriman biaya yang dikeluarkan Rp111.000.000,00. Tabel 3 Membeli Produk Setengah Jadi dari Ketiga Sumber : UD. Berkat Anugerah data diolah,2013 Tabel 4 Membuat Sendiri Produk Setengah Jadi Per set Rp 100 set Rp Biaya bahan baku Kayu ½ M 3 x Rp 1.800.000 Biaya tenaga kerja langsung : 4 hari x Rp 50.000 Biaya Overhead pabrik variabel : Listrik Biaya overhead pabrik tetap: Paku Biaya overhead pabrik tetap bersama : Pengawas 900.000 200.000 18.000 4.500 30.000 90.000.000 20.000.000 1.800.000 450.000 3.000.000 Jumlah biaya produksi 1.152.500 115.250.000 Sumber : UD. Berkat Anugerah data diolah,2013 Uraian Unit Harga Pembelian Konteiner Rp Kuantitas Harga per set Rp A B C D E=CD Rangka Kayu Set 111.000.000 100 1.110.000 63 Pembahasan Setiap perusahaan menjalankan usahanya tidak luput dari berbagai macam masalah. Masalah yang dihadapi tidak dapat diabaikan begitu saja, karena secara langsung ataupun tidak langsung dapat menghambat pencapaian tujuan perusahaan. Oleh karena itu sangat diperlukan pemecahan yang tepat atas masalah yang dihadapi. Perusahaan Meubel UD. Berkat Anugerah ini pun tidak terlepas dari masalah-masalah dalam menjalankan operasinya. Salah satu diantaranya membuat atau membeli produk setengah jadi. Dalam penyelesaian masalah ini diperlukan pertimbangan dan perhitungan yang cermat dari manajemen agar keputusan yang diambil tidak merugikan perusahaan. Sehubungan dengan kegiatan produksi produk setengah jadi yang dilakukan oleh perusahaan maka yang menjadi titik pokok dalam pembahasan ini adalah penerapan informasi akuntansi diferensial dalam pengambilan keputusan membuat atau membeli sendiri produk setengah jadi pada perusahaan Meubel UD.Berkat Anugerah. Dalam upaya untuk memperoleh laba yang optimal dari hasil produksinya, maka pihak manajemen perusahaan perlu mengelolah kegiatan produksinya secara efektif dan efisien, khususnya pada proses produksi produk setengah jadi sehingga dapat dijadikan sebagai alat pengambilan keputusan. Informasi akuntansi diferensial yang ada di perusahaan bukanlah semata-mata sebagai bahan pengambilan keputusan, akan tetapi lebih banyak berperan untuk mengumpulkan data informasi relevan dan menganalisa informasi tersebut, sehingga dapat disajikan informasi yang benar-benar siap untuk digunakan sebagai dasar pengambilan keputusan. Dengan semakin meningkatnya persaingan dan untuk mendapatkan keuntungan yang optimal, perusahaan mencoba menganalisis masalah ini. Dalam memecahkan masalah yang dihadapi ini, terdapat dua alternatif yang dapat dipilih oleh perusahaan yaitu sebagai berikut. 1. Perusahaan membuat sendiri produk setengah jadi, 2. Perusahaan membeli produk setengah jadi dari pemasok luar Untuk menganalisis kemungkinan perusahaan membeli dari pemasok luar atau membuat sendiri produk setengah jadi untuk memenuhi pesanan, perusahaan mengambil produk set meja tamu karena produk ini merupakan produk yang paling banyak diproduksi oleh perusahaan. Dalam hal ini penulis akan mencoba membantu pihak manajemen perusahaan Meubel UD.Berkat Anugerah dalam menganalisis apakah lebih baik membeli atau memproduksi sendiri produk setengah jadi untuk memenuhi pesanan. Keputusan membuat atau membeli sendiri dihadapi manajemen terutama dalam perusahaan yang produknya terdiri dari berbagai komponen dan yang memproduksi berbagai jenis produk. Tidak selamanya komponen yang membentuk produk harus diproduksi sendiri oleh perusahaan, jika memang pemasok dari luar dapat memasok komponen dengan harga yang lebih murah daripada biaya yang ditimbulkan dari membuat sendiri. Alternatif tersebut timbul karena penerapan informasi akuntansi diferensial seta adanya pemasok dari luar yang menyediakan produk setengah jadi dengan harga yang relatif. Ini pula yang memungkinkan manajemen perusahaan Meubel UD.Berkat Anugerah yang sebelumnya memproduksi sendiri produk setengah jadinya, kemudian mempertimbangkan membeli produk setengah jadi dari pemasok. Berdasarkan tabel 3 dan 4 terlihat perbedaan biaya apabila perusahaan membeli atau membuat sendiri produk setengah jadi seperti yang diperlihatkan seperti berikut. Tabel 5 Perbedaan biaya membeli atau membuat sendiri produk setengah jadi Sumber : UD. Berkat Anugerah data diolah,2013 Dari hasil analisis diatas,ternyata membeli produk setengah jadi dari pihak ketiga lebih menguntungkan dibandingkan dengan membuat sendiri produk setengah jadi. Biaya diferensial per set Biaya Diferensial Total 100 set Membuat Rp Membeli Rp Membuat Rp Membeli Rp 1.152.500 1.110.000 115.250.000 111.000.000 42.500 4.250.000 64 PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan keseluruhan penelitian yang dilakukan ditarik kesimpulan yaitu, UD. Berkat Anugerah telah memperhatikan aspek-aspek yang berperanpenting dalam pengambilan keputusan. sehingga keputusan yang diambil telah melalui berbagai pertimbangan. Penerapan Informasi akuntansi diferensial berperan dalam membantu manajemen untuk memilih alternatif terbaik sehingga diperoleh perbedaan biaya apabila UD. Berkat Anugerah memilih alternatif untuk memproduksi sendiri produk setengah jadinya maka perusahaan perlu menambah biaya sebesar Rp 42.500 per set produk setengah jadi dan Rp 4.250.000 untuk produksi 100 set. Saran Berdasarkan hasil pembahasan mengenai penerapan informasi akuntansi diferensial dalam pengambilan keputusan membeli atau membuati sendiri produk setengah jadi, maka dikemukakan saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan perusahaan untuk meningkatkan aktivitas perusahaan dalam mencapai tujuan perusahaan yaitu setelah penelitian ini dilakukan sebaiknya UD.Berkat Anugerah tetap pada keputusan untuk membeli sendiri produk setengah jadinya untuk produk tertentu, karena pertimbangan biaya yang dikeluarkan. Hal tersebut tentunya akan berpengaruh pada laba yang akan diperoleh oleh perusahaan. DAFTAR PUSTAKA Bastian, Bustami., Nurlela.2007. Akuntansi Biaya, Melalui Pendekatan Manajerial . Mitra Wacana. Yogyakarta. Carter, William K. 2009. Akuntansi Biaya . Salemba empat. Jakarta Halim, Abdul., Soepomo Bambang., Syam Kusufi Muhammad. 2013. Akuntansi Manajemen Edisi 2. BPFE. Yogyakarta Syamsi,Ibnu. 2009 . Pengambilan Keputusan dan Sistem Informasi. Bumi Aksara . Jakarta. Jatmiko, Agustinus. 2012. Analisis Informasi Akuntansi Diferensial dalam Pengambilan Keputusan Menerima atau Menolak Pesanan Khusus Sepatu pada Perusahaan Sepatu Asia Skripsi. Universitas Gunadarma.Cirebon. Kuncoro, Mudrajad. 2004 . Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi . Erlangga. Jakarta. Maulida, Yulita.2012. Analisis Informasi Akuntansi Diferensial dalam Keputusan Membeli atau Membuat Sendiri Bahan Baku Mie pada Usaha Ayam Mie Wonogiri . Skripsi . Universitas Gunadarma.Cirebon. Mulyadi. 2007. Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen . Edisi Ketiga. Salemba Empat. Jakarta.. Partomuan, Johanis. 2010. Analisis Penerapan Informasi Akuntansi Manajemen dalam Proses Pengambilan Keputusan pada PDAM Tirtamadi Medan. Skripsi. Universitas Sumatera Utara.Medan Simamora,H. 2012 . Akuntansi Manajemen . Edisi Ketiga. Star Gate Publisher. Riau Sunarto. 2008. Akuntansi Manajemen . Amus. Yogyakarta. . 65 PERBANDINGAN SISTEM PERPAJAKAN TERHADAP USAHA MIKRO KECIL MENENGAH PADA PT. BERKAT TEKNIK JAYA Sintya Clara Assa Jantje J. Tinangon Rudy Pusung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntasi Universitas Sam Ratulangi Manado email : sintyaassayahoo.com ABSTRAK Perkembangan ekonomi suatu negara, juga disebabkan oleh jumlah usaha mikro kecil dan menengah, begitu pula sistem perpajakan yang berlaku di Indonesia telah mengalami beberapa perubahan, untuk meningkatkan pendapatan negara lewat penerimaan sektor pajak. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan system perpajakan sesuai ketentuan umum dan PP nomor 46 yang baru diterapkan pada Juli 2013 dan mulai dibayar pada bulan Agustus 2013. Objek penelitian adalah PT. Berkat Teknik Jaya yang merupakan perusahaan UMKM yang bergerak dibidang pertanian dan dagang. Dengan mengambil data berupa SPT dan jumlah pendapatan dari perusahaan. Berdasarkan hasil perhitungan, dengan membandingkan jumlah pajak yang harus dibayar di tahun 2013 dengan menggunakan masing-masing system perpajakan maka diketahui jumlah pajak yang harus dibayar dengan system perpajakan sesuai ketentuan umum yaitu Rp.21.000.000 sedangkan dengan menggunakan PP Nomor 46 maka pajak yang harus di bayar sebesar Rp. 25.787.000. Berdasarkan perhitungan dan analisa, masing-masing system perpajakan untuk UMKM mempunyai kelebihan dan kekurangan, namun dari segi jumlah pajak yang harus dibayar maka lebih menguntungkan untuk penerapan system perpajakan sesuai ketentuan umum. Kata kunci : sistem perpajakan, UMKM ABSTRACT Economic development of a country , is also caused by a number of micro, small and medium enterprises , as well as existing tax system in Indonesia has undergone some changes , to increase state revenue through tax receipts . This study aims to compare the general taxation system in accordance with the Government Regulation number 46 where applied in July 2013 and began to be paid in August 2013. Object of research is PT Berkat Teknik Jaya is a micro, small and medium enterprises company engaged in agriculture and trade. By taking the information in the form and amount of the income tax returns of the company. Based on calculations, by comparing the amount of tax due in the year 2013 by using each system of taxation, it is known that the amount of tax to be paid in accordance with the general taxation system that is Rp.21.000.000 while using Government Regulation No. 46 then the tax should in the pay of Rp .25.787.000. Based on the calculation and analysis , each system of taxation for micro, small and medium enterprises have advantages and disadvantages , but by terms of the amount of tax to be paid then it is more advantageous for the application in accordance with the general taxation system. Keywords: taxaction system, micro, small and medium enterprises 66 PENDAHULUAN Latar Belakang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara tahun 2013, penerimaan negara dari sektor pajak ditargetkan sebesar Rp. 1.193,000,000,000 atau sebesar 77,99 dari seluruh total penerimaan negara Kementrian Keuangan,2013. Untuk mencapai target tersebut, Direktorat Jenderal Pajak sebagai suatu institusi yang memiliki wewenang dan tanggungjawab dalam melakukan administrasi perpajakan di Indonesia. Dengan meningkatkan jumlah wajib pajak dari segala lapisan masyarakat yang tentunya sudah termasuk dalam kategori sebagai wajib pajak. Salah satu sasaran yang mendapat perhatian dari Dirjen pajak adalah sektor usaha mikro,kecil dan menengah UMKM. Lepas dari hal tersebut, dalam rangka untuk memudahkan wajib pajak khususnya mereka yang bergerak dibidang usaha mikro, kecil dan menengah.Pemerintah mengeluarkan suatu kebijakan yang termuat dalam Peraturan Pemerintah No. 46 Tahun 2013. Peraturan ini menimbulkan pro dan kontra dikalangan pengusaha mikro, kecil dan menengah.Karena baik untuk maupun rugi wajib pajak harus tetap membayar pajak 1 dari omzet.Oleh karena itu saya tertarik untuk meneliti lebih lanjut, sejauh mana peran, manfaat, kerugian dan dampak dari peraturan ini.Penelitian ini, saya laksanakan di salah satu perusahaan menengah dengan omzet dibawah 4,8 milyar per-tahun yaitu PT. Berkat Teknik Jaya. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui perbandingan sistem perpajakan sesuai ketentuan umum dan PP nomor 46 Tahun 2013 pada PT. Berkat Teknik Jaya. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Pajak Pengertian Pajak Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.Mardiasmo, 2009:1 Fungsi Pajak Pajak memiliki beberapa fungsi yang penting bagi suatu negara, yaitufungsi budgetair dan fungsi regulerend Mardiasmo, 2009:1. Fungsi pajak selain budgetair dan fungsi regulerend , terdapat juga fungsi redistribusi pendapatan dan menanggulangi inflasi Suandy, 2011:12. Teori Pemungutan Pajak Terdapat beberapa teori yang menjelaskan atau memberika justifikasi pemberian hak kepada negara untuk memungut pajak. Teori-teori tersebut antara lain adalah teori asuransi, teori kepentingan, teori daya pikul, teori bakti, teori asas daya beli Mardiasmo,2009:3. Penggolongan Pajak Siti Resmi 2011:6, menyatakan pembagian pajak terbagi menjadi tiga golongan yaitu berdasarkan golongan, berdasarkan wewenang pemungut dan berdasarkan sifat. Wajib Pajak Wajib pajak adalah orang pribadi atau badan, meliputi pembayar pajak, pemotong pajak, dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan Anastasia dan Lilis, 2010: 4. Konsep Usaha Mikro Kecil dan Menengah Pengertian Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Industri usaha kecil dan menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau 67 usaha besar, dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang- Undang Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan menengah, 2008. Kriteria Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Industri usaha kecil dan menengah terbagi menjadi tiga golongan, yaitu usaha mikro, usaha kecil dan usaha menengah. Kriteria industri usaha kecil dan menengah akan dijelaskan dalam tabel 1. sebagai berikut: Tabel 1. Kriteria Industri Usaha Kecil dan Menengah Uraian Aset Omset Usaha Mikro 50 juta 300 juta Usaha Kecil 50 Juta-500 Juta 300 Juta- 2,5 Miliar Usaha Menengah 500 juta-10 Miliar 2,5 Miliar-50 Miliar Sumber: Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah, 2008 Konsep Sistem Perpajakan Sesuai Ketentuan Umum Tarif PPh Badan berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 menganut tarif tunggal yaitu sebesar 28 pada tahun 2009 atau 25 pada tahun 2010 dan seterusnya. Namun demikian, ternyata tarif PPh Badan juga harus memperhitungkan fasilitas pengurangan tarif sebagaimana diatur dalam Pasal 31E Undang- undang tersebut.Batasan peredaran usaha bagi Wajib Pajak badan yang berhak mendapatkan pengurangan tarif ini membuat tarif PPh Badan menjadi tidak sederhana.Sebagaimana kita ketahui, bahwa perubahan tarif PPh Badan berdasarkan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 mulai diberlakukan untuk tahun pajak 2009. Bila berdasarkan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000, tarif PPh Badan merupakan tarif progresif dengan menggunakan tiga lapisan tarif, maka Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008, dalam Pasal 17 ayat 1 huruf b dan Pasal 17 ayat 2a menyederhanakannya dengan memperkenalkan tarif tunggal yaitu 28 tahun pajak 2009 atau 25 untuk tahun pajak 2010 dan seterusnya. Peraturan Pemerintah No.46 Tahun 2013 Berdasarkan Peraturan Pemerintah no 46 Tahun 2013, Direktorat Jenderal Pajak memberikan penjelasan dan informasi mengenai peraturan perpajakan yang baru dikeluarkan di tahun 2013 ini, sebagai berikut: Ketentuan Pajak Penghasilan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah PP Nomor 46 Tahun 2013, merupakan kebijakan Pemerintah yang mengatur mengenai Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari Usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu. Kebijakan pemerintah dengan pemberlakuan PP ini didasari dengan: Maksud: 1. Untuk memberikan kemudahan dan penyederhanaan aturan perpajakan 2. Mengedukasi masyarakat untuk tertib administrasi 3. Mengedukasi masyarakat untuk transparansi 4. Memberikan kesempatan masyarakat untuk berkontribusi dalam penyelenggaraan negara. Tujuan: 1. Kemudahan bagi masyarakat dalam melaksanakan kewajiban perpajakan; 2. Meningkatnya pengetahuan tentang manfaat perpajakan bagi masyarakat; 3. Terciptanya kondisi control social dalam memenuhi kewajiban perpajakan Penghasilan dari usaha yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dengan peredaran bruto omzet yang tidak melebihi Rp. 4,8 miliar dalam 1 tahun pajak dikenakan pajak penghasilan PPh. Peredaran bruto omzet merupakan jumlah peredaran bruto omzet semua gerai counteroutlet atau sejenisnya baik pusat maupun cabangnya. Pajak yang terutang dan harus dibayar adalah: 1 dari jumlah peredaran bruto omzet Objek pajak yang tidak dikenai Pajak Penghasilan sesuai ketentuan PP Nomor 46 Tahun 2013 harus memenuhi kriteria sebagai berikut: a Penghasilan dari jasa sehubungan dengan pekerjaan bebas, seperti misalnya: dokter, advokatpengacara, akuntan, notaries, PPAT, arsitek, pemain musik, pembawa acara, dan sebagaimana diuraikan dalam penjelasan PP tersebut; b Penghasilan dari usaha yang dikenai PPh Final Pasal 4 ayat 2, seperti misalnya sewa kamar kos, sewa rumah, jasa kontruksi perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan, PPh usaha migas, dan lain sebagainya yang diatur berdasarkan Peraturan Pemerintah tersendiri. 68 c Penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri. Yang dikenai Pajak Penghasilan berdasarkan ketentuan PP nomor 46 Tahun 2013 adalah: a. Orang Pribadi b. Badan, tidak termasuk Bentuk Usaha Tetap BUT Penerima penghasilan dari usaha dengan peredaran bruto omzet adalah yang tidak melebihi Rp 4,8 miliar dalam 1 Tahun Pajak. PP Nomor 46 Tahun 2013 tidak mengenakan Pajak Penghasilan kepada: a. Orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha perdagangan danatau jasa yang menggunakan sarana yang dapat dibongkar pasang dan menggunakan sebagian atau seluruh tempat untuk kepentingan umum. Misalnya: pedagang keliling, pedagan asongan, warung tenda di area kaki-lima, dan sejenisnya. b. Badan yang belum beroperasi secara komersial atau yang dalam jangka waktu 1 satu tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh peredaran bruto omzet melebihi Rp 4,8 miliar. Pajak Penghasilan yang diatur oleh PP Nomor 46 Tahun 2013 termasuk dalam: PPh Pasal 4 ayat 2, bersifat Final Setoran bulanan dimaksud merupakan PPh Pasal 4 ayat 2, bukan PPh Pasal 25.Jika penghasilan semata-mata dikenai PPh final, tidak wajib PPh Pasal 25. Penelitian Terdahulu Peneliti Tahun Judul Penelitian Tujuan Metode Penelitian Hasil Penelitian Kesimpulan Persamaan Perbedaan Muffi Rahmatika2 010 Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kesadaran Kewajiban Perpajakan Pada Sektor Usaha Kecil dan Menengah 1 . Pengaruh pengetahuan wajib pajak terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah 2 . pengaruh pemahaman system self assessment terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah Deskriptif 1. Pengetahuan wajib pajak berpengaruh terhadap kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah. 2. Pemahaman self assessment system tidak berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kesadaran kewajiban perpajakan pada sektor usaha kecil dan menengah. Sama-sama mengadakan penelitian mengenai Usaha Kecil dan Menengah Perbedaanya terletak pada variable X yaitu, Perilaku wajib pajak, sedangkan penelitian ini mengambil variable tarif pajak 1 69 Choiriyatuz Zahidah 2010 Pengaruh Tingkat Pemahaman, Kepatuhan Dan Ketegasan Sanksi Perpajakan Terhadap Kewajiban Perpajakan Pengusaha Usaha Kecil Dan Menengah Ukm Di Wilayah JakartaSelatan a. Menganalisi s pengaruh tingkat pemahaman, kepatuhan dan ketegasan sanksi perpajakan terhadap kewajiban perpajakan pengusaha UKM. b. Menganalisi s variabel yang paling dominan mempengaru hi kewajiban perpajakan pengusaha UKM. Deskriptif a. Tingkat pemahaman pajak berpengaruh negatif signifikan terhadap kewajiban perpajakan pengusaha usaha kecil dan menengah b. Tingkat kepatuhan pajak berpengaruh negatif signifikan terhadap kewajiban perpajakan pengusaha usaha kecil dan menengah. c.Ketegasan sanksi perpajakan berpengaruh positif signifikan terhadap kewajiban perpajakan pengusaha usaha kecil dan menengah. Sama-sama meneliti tentang usaha kecil dan menengah Terletak pada variabelnya, kalau penelitian sebelumnya berbicara mengenai tingkat kepatuhan dan ketegasan, maka penelitian ini lebih berbicara dengan sistem perpajakan yang baru. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Sugiyono 2010:5 mengungkapkan jenis-jenis penelitian dapat dikelompokan menurut bidang, tujuan, metode, tingkat eksplanasi dan waktu. Metode Penelitian terbagi atas 2 metode yaitu: Metode Penelitian Kuantitatif, Metode Penelitian Kualitatif. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan pada suatu perusahaan menengah yaitu PT. Berkat Teknik Jaya yang berlokasi di area Manado. Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan Oktober 2013. Prosedur Penelitian 1. Tahap Awal penelitian inidengan mengumpulkan data, lewat data yang berasal dari situs internet, buku dan artikel serta jurnal yang memuat mengenaisistem perpajakan sesuai ketentuan umum dan PP nomor 46 yang baru diterapkan pada usaha mikro, kecil dan menengah. 2. Menentukan usaha yang akan digunakan sebagai objek penelitian 3. Mengambil data yang berkaitan dengan laporan keuangan perusahaan untuk melihat omzet dari perusahaan per bulannya 70 4. Membandingkan sistem perpajakan sesuai ketentuan umum dan PP nomor 46 terhadap usaha mikro kecil dan menengah. Sampel Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut Sugiyono, 2010:116. Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah NonProbability sampling, yaitu purposive sampling adalah metode pemilihan sampel berdasarkan pengambilan yang disengaja, dimana metode ini memilih sampel yang telah ditentukan lebih dahulu. Metode Pengumpulan Data Dalam pengumpulan data, penulis menggunakan beberapa metode atau teknik pengumpulan data, yaitu: 1. Observasi, yaitu dengan melakukan pengamatan langsung pada PT. Berkat Teknik Jaya mengenai sistem perpajakan pada perusahaan tersebut. 2. Wawancara, yaitu dengan melakukan tanya jawab dengan pihak perusahaan, khususnya pada bagian keuangan atau akuntansiperpajakan dan bagian lainnya yang berhubungan dengan objek penelitian. 3. Dokumentasi, yaitu teknik pengumpulan data dengan pengamatan langsung terhadap dokumen-dokumen yang ada pada PT. Berkat Teknik Jaya Metode Analisis Metode analisis penelitian ini menggunakan analisis deskriptif yang merupakan suatu metode mengenai pengumpulan, penyusunan , penyajian dan analisis data sehingga memberikan informasi yang berguna bagi pihak yang membutuhkan informasi. Data berupa informasi akuntansi yang digunakan oleh pihak pengusaha dalam bentuk laporan SPT, sehingga dapat memberikan hasil yang memberikan gambaran deskriptif berkaitan dengan pajak Usaha Mikro Kecil dan Menengah. HASIL PENELITIAN PEMBAHASAN Informasi Umum Objek Penelitian PT. Berkat Teknik Jaya adalah sebuah perusahaan yang beroperasi di area Manado dan sekitarnya.PT. Berkat Teknik Jaya didirikan dengan akte notaries pada tanggal 30 Januari 2012, dengan memakai nama Perseroan Terbatatas “PT. Berkat Teknik Jaya” dan bertempat kedudukan dan berkantor pusat di Manado, sebagimana ditetapkan oleh Direksi. Dengan persetujuan dari komisaris.Sesuai dengan Akte Notaris, perseroan ini didirikan untuk jangka waktu tidak terbatas.Perusahaan ini didirikan oleh Bapak Eko J. Tuppang, sebagai pemegang saham terbesar dalam perusahaan ini, sekaligus sebagai Direktur Utama. Bidang Usaha PT. Berkat Teknik Jaya didirikan dengan maksud dan tujuan yaitu untuk melaksanakan beberapa kegiatan usaha antara lain; 1. Menjalankan usaha lahan pertanian, pengukuran, pemetaan kulit bumi surveyor, agroindustri, pengelolaan lahan pertanian, peternakan, perikanan daratlaut dan pertambakan, perkebunan tanaman. 2. PT. Berkat Teknik Jaya juga menjalankan usaha bidang perbengkelan, pemeliharaan dan perbaikan, menjalankan usaha-usaha showroom, pemasangan dan penjualan asesoris kendaraan, perawatan pemeliharaan dan perbaikan alat-alat berat, pengecetan kendaraan bermotor, penyediaan suku cadang alat- alat berat. 3. Menjalankan usaha-usaha dalam bidang jasa, seperti konsultasi bidang bisnis, konsultasi bidang konstruksi sipil. 4. Menjalankan usaha tours and travel, yang melayani penjualan tiket dan dan perjalanan di luar dan di dalam negeri Permodalan dan Struktur Organisasi Perusahaan Dalam pembentukkan usaha ini, tentunya memerlukan modal. PT. Berkat Teknik Jaya mempunyai beberapa pemegang saham. Didalam menjalankan usaha ini, tentunya diperlukan juga pengurus atau struktur organisasi perusahaan, yang melaksanakan berbagai kewajiban dalam rangka untuk pengembangan perusahaan ini. 71 Deskripsi Tugas dari Struktur Organisasi Perusahaan 1. Direktur 2. Teknik 3. Keuangan 4. Administrasi 5. Staff Hasil Penelitian Sistem Perpajakan Pada PT. Berkat Teknik Jaya Berdasarkan hasil wawancara dengan pimpinan perusahaan, perusahaan ini membayar beberapa pajak antara lain PPn. Kemudian Perusahaan juga membayar PPh pasal 21 berkaitan dengan penghasilan kena pajak.Perusahaan juga membayar PPh Pasal 25 dalam memenuhi kewajiban membayar perpajakannya dan yang selanjutnya yaitu dengan membayar pajak PPh Pasal 29.Juga didalamnya dengan pajak dibayar dengan menggunakan tarif PPh Pasal 17.Berdasarkan laporan keuangan yang ada PT. Berkat Teknik Jaya mempunyai omset yang berbeda-beda setiap bulannya.Sebagai warga negara yang baik, PT. Berkat Teknik Jaya menjalankan kewajibannya untuk membayar pajak badan atas usaha yang perusahaan ini jalankan, sejak dikeluarkannya peraturan pemerintah nomor 43 Tahun 2013, maka perusahaan ini mulai menerapkan tarif pajak 1 atas omset yang mereka dapat setiap bulannya. Sistem PerpajakanBerdasarkan Ketentuan Umum . Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan pihak perusahaan, omset atau peredaran bruto bulan September tahun 2013 yang didapat perusahaan yaitu sejumlah Rp. 80.313.000,00 dan pada bulan Oktober 2013 mendapatkan omset Rp. 354.000.000,00 Penelitian ini tidak didapat laporan keuangan secara lengkap.Berdasarkan data penjualan yang didapatkan yaitu pada bulan September dan Oktober 2013.Maka pendapatan dibuat rata-rata agar dapat menunjukkan data penjualan selama tahun 2013. Misalkan. Penjualan Perusahaan tahun berjalan Berikut ini diasumsikan perhitungan untuk pelaporan SPT Tahun fiskal 2013, Peredaran Bruto Rp.2.605.878.000,00 Harga Pokok Penjualan Rp. 1.800.000.000,00 Laba Usaha Rp. 805.878.000,00 Biaya Rp. 500.000.000,00 Jumlah Penghasilan Neto Komersial Rp.305.878.000.,00 Penghasilan yang tidak termasuk objek pajak Rp.5.878.000,00 Penyesuaian Fiskal Positif Rp.150.000.000,00 Penghasilan Neto Fiskal Rp.150.000.000,00 Penghasilan Kena Pajak Penghasilan Neto Fiska l Rp. 150.000.000,00 Penghasilan Kena Pajak Rp. 150.000.000,00 PPh Terutang PPH TerhutangTarif PPh Ps. 17 X PKP 28 x Rp.150.000.000,00 Rp. 42.000.000,00 Kredit Pajak PPh Yang Harus dibayar Rp. 42.000.000,00 PPh Pasal 25112xPPh yang harus dibayarperbulan Rp. 3.500.000,00 PPh Yang Kurang dibayar PPh Ps 29 Rp. 38.500.000,00 Angsuran PPh Pasal 25 sesuai dengan tahun berjalan Penghasilan yang menjadi dasar penghitungan Rp. 150.000.000,00 PKP Rp. 150.000.000,00 PPh yang Terutang Rp. 42.000.000,00 PPh yang harus dibayar sendiri Rp. 42.000.000,00 PPh Pasal 25112 x PPh yang harus dibayar perbulan Rp. 3.500.00,00 = Rp2.605.878.000,00 72 Sistem Perpajakan berdasarkan PP Nomor 46 Tahun 2013 Berdasarkan peraturan pemerintah nomor 46 tahun 2013, maka perusahaan harus membayar pajak 1 dari omset atau peredaran bruto dari PT. Berkat Teknik Jaya.Seperti perhitungan menggunakan tarif pajak pasal 17, perhitungannya didasarkan pada pendapatan PT. Berkat Teknik Jaya pada bulan terakhir yaitu, bulan September dan Oktober. Seperti yang diketahui sebelumnya, jumlah omset pada bulan September dan Oktober 2013 yaitu Rp. 80.313.000,00 Rp. 354.000.000,00 sementara ada pendapatan atas jasa pekerjaan bebas sebesar Rp. 4.000.000,00pada bulan September dan Rp.1.500.000,00 pada bulan Oktober di dalamnya Maka perhitungannya untuk bulan September sebagai berikut: Pendapatan atau peredaran bruto PT. Berkat Teknik Jaya, PPh Final = DPP x Tarif PPh Final = Rp. 80.313.000,00 – Rp. 4.000.000,00 x 1 PPh Final = Rp. 76.313.000,00 x 1 PPh Final = Rp. 763.130,00 Maka PT. Berkat Teknik Jaya harus membayar PPh Final pajak UMKM sebesar Rp. 763.000,00 untuk omset bulan September. Maka perhitungannya untuk bulan Oktober sebagai berikut: Pendapatan atau peredaran bruto PT. Berkat Teknik Jaya, PPh Final = DPP x Tarif PPh Final = Rp. 354.000.000,00 – Rp. 1.500.000,00 x 1 PPh Final = Rp. 352.500.000,00 x 1 PPh Final = Rp. 3.525.000,00 Maka PT. Berkat Teknik Jaya harus membayar PPh Final pajak UMKM sebesar Rp. 3.525.000,00 untuk omset bulan Oktober.Apabila dirata-ratakan untuk pajak terutang dari perusahaan ini, maka akan didapat, Rp.763.130,00+ Rp.3.525.000,002 = Rp.2.144.065,00 per bulan, Rp.2.144.065,00 x 12 = Rp. 25.728.780,00 per tahun Ini merupakan asumsi perhitungan untuk 1 tahun fiskal dari PT. Berkat Teknik Jaya, Pembahasan Tabel 3. Perbandingan Sistem Perpajakan Sesuai Ketentuan Umum dan PP Nomor 46 Tahun 2013 Ketentuan Umum PP Nomor 46 Waktu pembayaran untuk 1 tahun fiscal Waktu pembayaran dilaksanakan setiap bulan Memperhitungkan penghasilan kena pajak Memperhitungkan omset atau pendapatan 1 bulan Untuk usaha badan dengan berbagai pendapatan penghasilan Untuk pengusaha dengan omset dibawah 4,8 milyar Menyertakan laporan keuangan dalam 1 tahun fiskal Langsung melaporkan pajak untuk 1 bulan PENUTUP Kesimpulan 1. Jadi secara sistematis atau teknis pembayaran, penggunaan tarif 1 dinilai lebih menguntungkan karena tidak perlu melaksanakan perhitungan, pembukuan yang dinilai terlalu rumit bagi wajib pajak usaha mikro kecil dan menengah. 2. Dilihat dari jumlah yang dibayarkan, pajak1 cenderung lebih besar untuk dibayar dibandingkan dengan berdasarkan ketentuan umum. 3. Pembayaran tarif pajak 1 ini dapat membuat wajib pajak secara aktif melaporkan dan membayar pajak, karena dilakukan setiap bulannya. Berbeda dengan sistem pajak sebelumnya yang menunggu sampai 1 tahun fiskal untuk melaksanakan pembayaran, yang membuat wajib pajak tidak aktif bahkan melalaikan kewajibannya untuk membayar pajak. 4. Dari segi pemungut pajak, pengenaan tarif ini cukup menguntungkan bagi pemungut pajak atau pemerintah. Karena dengan sistem yang lebih mudah, hanya dengan membayar 1 dari omset mendorong wajib pajak 73 khususnya usaha mikro kecil dan menengah, untuk melaksanakan kewajibannya dibandingkan dengan sistem yang diberlakukan sebelumnya yang dinilai lebih rumit. 5. Bagi pengusaha mikro kecil dan menengah, peraturan yang baru diterapkan ini, tidak selalu dipandang baik. Karena baik untung maupun rugi , pengusaha harus membayar pajak. Karena usaha mikro, kecil dan menengah tidak selalu mendapatkan kentungan dari usaha mereka tersebut. Saran Sebaiknya pihak-pihak yang terkait tersebut mempertimbangkan perbandingan-perbandingan, pengaruh, bahkan dampak dari perubahan sistem perpajakan untuk Usaha Mikro Kecil dan Menengah ini..Selain itu, bagi pemerintah kiranya semakin meningkatkan kinerjanya agar sistem yang dijalankan semakin baik lagi.Tentunya untuk semakin menumbuhkan keaktifan wajib pajak didalam melaksanakan kewajiban membayar pajak. Dan bagi wajib pajak sendiri, sistem yang dilaksanakan tentunya untuk mempermudah bagi wajib pajak untuk membayar pajak. Sebaiknya Perusahaan melaporakan pajaknya secara rutin agar tidak terkena sanksi-sanksi pajak. Dan menggunakan perhitungan PP Nomor 46 Tahun 2013, karena pelaporan dan pembayarannya lebih mudah dengan sistem perpajakan sebelumnya. DAFTAR PUSTAKA Diana, Anastasia dan Setiawati,Lilis. 2010. Perpajakan Indonesia Konsep, Aplikasi Penuntun Praktis. Edisi 3. CV. Andi Offset. Yogyakarta. Kementrian Keuangan. 2013. Media Keuangan Februari 2013. http:www.kemenkeu.go.idsitesdefaultfilesmediakeuangan 2013HTMLfilesassetsbasic-htmlpage13.html artikel diakses 30 Oktober 2013 Kementrian Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah. 2008. Kriteria Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Jakarta. http:www.depkop.go.idindex.php?option= com_contentview= articleid= 129 . Artikel diakses 30 Oktober 2013 Sugiyono.2010. Metode Penelitian Bisnis . Cetakan ke lima belas. Alfabeta. Bandung. Mardiasmo,2009. Perpajakan . Edisi Revisi. CV. Andi Offset.Yogyakarta. Rahmatika, Muffi. 2010. Analisis Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Terhadap Kesadaran Kewajiban Perpajakan Pada Sektor Usaha Kecil Dan Menengah UKM, Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Republik Indonesia. Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Ketentuan Umum dan Tatacara Perpajakan. Jakarta Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah no. 46 Tahun 2013 tentang Tarif 1 Terhadap Usaha dengan Omset dibawah 4,8 Milyar. Jakarta Resmi, Siti.2011. Perpajakan . buku 6 edisi 1. Salemba Empat. Jakarta. Suandy, Erly. 2011. Hukum Pajak . Salemba Empat. Jakarta. Zahidah, Choiriyatuz. 2010. Pengaruh Tingkat Pemahaman Kepatuhan dan Ketegasan Sanksi Perpajakan Terhadap Kewajiban Perpajakan Pengusaha Usaha Kecil dan Menengah UKM di Wilayah Jakarta Selatan , Skripsi Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. . 74 ANALISIS PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM STRUKTUR PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA MANADO Ali Kurniawan A. Suratinoyo Harijanto Sabijono Stanly Alexander Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email : ali_kurniawan78yahoo.com ABSTRAK Pendapatan Asli Daerah PAD merupakan penerimaan dari pungutan pajak daerah, retribusi daerah, pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan pendapatan lain-lain. Semakin tinggi PAD dalam pendapatan daerah merupakan cermin keberhasilan tingkat kemampuan daerah dalam pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Pajak daerah dan Retribusi Daerah merupakan sumber Penerimaan utama bagi Pendapatan Asli Daerah yang digunakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. Tujuan dilaksanakannya penelitian ini untuk mengetahui pertumbuhan pajak daerah dan retribusi daerah dalam struktur pendapatan asli daerah PAD Kota Manado. Data yang diolah adalah data dari DISPENDA Kota Manado dari tahun 2007-2011. Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif yaitu menganalisis data realisasi pajak daerah dan retribusi daerah tahun 2007-2011 yang didapat dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Manado. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kontribusi yang diberikan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap PAD dari tahun 2007-2011 yaitu sebesar 65,18 untuk pajak daerah dan 23,16 untuk retribusi daerah. Kurangnya jumlah penerimaan retribusi daerah jika dibandingkan dengan pajak daerah, maka sebaiknya pemerintah daerah Kota Manado lebih mengoptimalkan jasa layanan yang diberikan, baik yang sifatnya komersial maupun yang berbentuk layanan publik. Kata kunci : pendapatan asli daerah, pajak daerah dan retribusi daerah ABSTRACT Local Revenue constitutes acceptance of levy local taxes, retribution, separated management of regional assets and other income. The higher income of regional income was an image of success level ability in financing administering government and regional development. Local taxes and retribution is a major source of Acceptance for local revenue used to finance governance and development. Purpose of the implementation of this study to determine the growth of local taxes and retribution in the revenue structure of Manado. The processed data is the data from the Office of Manado City revenues from 2007 to 2011. Data analysis method used is descriptive method to analyze the data of actual local taxes and retribution years 2007-2011 were obtained from the Regional Revenue Office of Manado City. Results of this study indicate that the contribution of a given local taxes and retribution to revenue from 2007 to 2011 in the amount of 65.18 to 23.16 and local taxes for retribution. The lack of total revenues compared to retribution local taxes, the local government should further optimize Manado services rendered, whether commercial in nature or in the form of public service. Keywords : local revenue, local taxes and retribution 75 PENDAHULUAN Latar Belakang Sejak tanggal 1 januari 2001 era otonomi daerah secara resmi diberlakukan di Indonesia menghendaki daerah untuk berkreasi dalam mencari sumber penerimaan yang dapat membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam rangka menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan. Otonomi daerah yang diterapkan di Indonesia hingga saat ini merupakan wujud dari diberlakukannya desentralisasi. Otonomi merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan. Hal ini selaras dengan diberlakukannya UU No.32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah. Kinerja dan kemampuan keuangan daerah merupakan salah satu ukuran yang dapat digunakan untuk melihat kemampuan daerah dalam menjalankan otonomi daerah. Potensi daerah baik berupa sumber daya alam SDA maupun sumber daya manusia SDM tidak tersebar secara merata pada tiap-tiap daerah otonom. Pemberlakuan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang mulai diberlakukan sejak tanggal 1 Januari 2010 menandai reformasi perpajakan daerah dan retribusi daerah di Indonesia. Pajak daerah dan retribusi daerah yang adalah bagian dari pendapatan asli daerah diharapkan mampu menjadi salah satu sumber pembiayaan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemberlakuan pajak dan retribusi daerah sebagai sumber penerimaan daerah pada dasarnya tidak hanya menjadi urusan pemerintah daerah sebagai pihak yang menetapkan dan yang memungut pajak dan retribusi daerah, tetapi juga berkaitan dengan masyarakat pada umumnya. Upaya ke arah kemandirian daerah, memerlukan kemandirian sumber pendapatan asli daerah yang perlu ditingkatkan, terutama dalam mengantisipasi semakin terbatasnya kemampuan pemerintah pusat dalam penyedian dana bagi daerah. Untuk itu maka pemerintah daerah diharapkan untuk mampu menggali segenap potensi yang dimiliki oleh daerah tersebut baik potensi dari sumber daya alam dan sumber daya manusia berdasarkan asas keadilan dan asas manfaat. Dapat dilihat bahwa keunggulan kota Manado berasal dari beberapa bidang yang berupa pariwisata, pertanian, perkebunan, pertanian, perdagangan, perhotelan, dan restoran serat didukung oleh sumber daya manusia yang cukup memadai untuk mencapai kemandirian keuangan daerah. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui dan menganalisis pertumbuhan pajak daerah dan retribusi daerah dalam struktur pendapatan asli daerah PAD Kota Manado. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Akuntansi Pengertian Akuntansi Horngren, et al 2009 : 4 yang menyatakan akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, memproses informasi menjadi laporan keuangan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para pembuat keputusan. Weygandt, et al 2007 : 4 mendefinisikan akuntansi accounting adalah suatu sistem informasi yang mengidentifikasikan, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa-peristiwa ekonomi dari suatu organisasi kepada para pengguna yang berkepentingan. Akuntansi adalah sistem informasi yang menghasilkan laporan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan Agoes dan Trisnawati, 2010:2. Akuntansi Pemerintahan Bastian dalam Mursyidi 2009 : 1 mendefinisikan akuntansi sektor publik sebagai mekanisme teknik dan analisis akuntansi yang diterapkan pada pengelolaan dana masyarakat di lembaga-lembaga tinggi negara dan departemen-departemen dibawahnya, pemerintah daerah, BUMN, BUMD, LSM dan yayasan sosial, maupun pada proyek-proyek kerja sama sektor publik dan swasta. Akuntansi keuangan daerah adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, dan pelaporan transaksi ekonomi keuangan dari entitas pemerintah daerah kabupaten, kota, atau provinsi yang dijadikan sebagai informasi dalam rangka pengambilan keputusan ekonomi yang diperlukan oleh pihak-pihak eksternal entitas pemerintah daerah Halim, 2007 : 75. 76 Konsep Pajak Pengertian Pajak Banyak definisi pajak yang dikemukakan oleh para ahli. Ilyas dan Burton 2011:6 mengemukakan beberapa pendapat pakar tentang definisi pajak diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Soemitro, “Pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan Undang-Undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa-timbal kontraprestasi, yang langsung dapat ditunjukan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum.” 2. Soemahamidjaja, “Pajak adalah iuran wajib berupa uang atau barang, yang dipungut oleh penguasa berdasarkan norma-norma hukum, guna menutup biaya produksi barang-barang dan jasa-jasa kolektif dalam mencapai kesejahteraan umum.” 3. Smeet, “Pajak adalah prestasi kepada pemerintah yang terutang melalui norma-norma umum, dan yang dapat dipaksakannya, tanpa adanya kontra-prestasi yang dapat ditunjukan dalam hal yang individual; maksudnya adalah unt uk membiayai pengeluaran pemerintah.” Fungsi Pajak Mardiasmo 2011:1 menyatakan bahwa fungsi pajak terbagi atas dua fungsi yaitu sebagai berikut. 1. Fungsi Anggaran Budgetair 2. Fungsi Mengatur Regulered Sistem Pemungutan Pajak Mardiasmo 2011:7-8 menyatakan bahwa tiga macam sistem pemungutan pajak yaitu sebagai berikut. 1 . Official Assessment System 2 . Self Assessment System 3 . Witholding System Hambatan Pemungutan Pajak Mardiasmo 2011:8-9 menyatakan bahwa hambatan terhadap pemungutan pajak dapat dikelompokkan menjadi berikut ini. 1. Perlawanan pasif dimana masyarakat enggan pasif membayar pajak. 2. Perlawanan aktif meliputi semua usaha dan perbuatan yang secara langsung ditujukan kepada fiskus dengan tujuan untuk menghindari pajak. Asas Pemungutan Pajak Mardiasmo 2011:7 menyatakan bahwa asas pemungutan pajak antara lain sebagai berikut ini. 1. Asas Domisili asas tempat tinggal 2. Asas Sumber 3. Asas Kebangsaan Syarat Pemunggutan Pajak Mardiasmo 2011:2 menyatakan bahwa syarat pemungutan pajak adalah sebagai berikut. 1. Pemungutan pajak harus adil Syarat Keadilan 2. Pemungutan pajak harus berdasarkan undang-undang Syarat Yurids 3. Tidak mengganggu perekonomian Syarat Ekonomis 4. Pemungutan pajak harus efisien Syarat Finansiil 5. Sistem pemungutan pajak harus sederhana Teori-Teori yang Mendukung Pemungutan Pajak Terdapat beberapa teori yang menjelaskan atau memberikan justifikasi pemberian hak kepada negara untuk memungut pajak. Mardiasmo 2011:3 menyatakan bahwa teori-teori tersebut antara lain sebagai berikut. 1. Teori Asuransi 2. Teori Kepentingan 3. Pajak Daya Pikul 4. Teori Bakti 5. Teori Asas Daya Beli 77 Pengelompokan Pajak Mardiasmo 2011:5 menyatakan bahwa pengelompokan pajak terdiri atas tiga yaitu sebagai berikut. 1. Menurut golongannya a . Pajak langsung, yaitu pajak yang harus dipikul sendiri oleh wajib pajak dan tidak dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. b. Pajak tidak langsung, yaitu pajak yang pada akhirnya dapat dibebankan atau dilimpahkan kepada orang lain. 2. Menurut sifatnya a. Pajak Subjektif, yaitu pajak yang berpangkal atau berdasarkan pada subjeknya, dalam arti memperhatikan keadaan dari wajb pajak. b. Pajak Objektif, yaitu pajak yang berpangkal pada objeknya, tanpa memperhatikan keadaan diri wajb pajak. 3. Menurut lembaga pemungutan a. Pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dan digunakan untuk membiayai rumah tangga negara. b. Pajak daerah, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dan digunakan untuk membiayai rumah tangga daerah. Tarif Pajak Mardiasmo 2011:9 menyatakan bahwa ada empat tarif pajak yaitu sebagai berikut. 1. Tarif sebandingproporsional 2. Tarif tetap 3. Tarif progresif 4. Tarif degresif Pajak Daerah Siahaan 2010:9 menyatakan bahwa pajak daerah merupakan pajak yang ditetapkan oleh pemerintah daerah dengan Peraturan Daerah Perda, yang wewenang pemungutannya dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran pemerintah daerah dalam melaksanakan penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan di daerah. Pajak Daerah diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 28 tahun 2009. Adapun pembagian pajak daerah KabupatenKota terdiri dari berikut ini. 1. Pajak Hotel adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh hotel. Hotel adalah fasilitas penyedia jasa penginapanperistirahatan termasuk jasa terkait lainnya dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga motel, losmen, gubuk pariwisata, wisma pariwisata, pesanggrahan, rumah penginapan dan sejenisnya, serta rumah kos dengan jumlah kamar lebih dari 10 sepuluh. 2. Pajak Restoran adalah pajak atas pelayanan yang disediakan oleh restoran. Restoran adalah fasilitas penyedia makanan danatau minuman dengan dipungut bayaran, yang mencakup juga rumah makan, kafetaria, kantin, warung, bar, dansejenisnya termasuk jasa bogakatering. 3. Pajak Hiburan adalah pajak atas penyelenggaraan hiburan. Hiburan adalah semua jenis tontonan, pertunjukan, permainan, danatau keramaian yang dinikmati dengan dipungut bayaran. 4. Pajak Reklame adalah pajak atas penyelenggaraan reklame. Reklame adalah benda, alat, perbuatan, atau media yang bentuk dan corak ragamnya dirancang untuk tujuan komersial memperkenalkan, menganjurkan, mempromosikan, atau untuk menarik perhatian umum terhadap barang, jasa, orang, atau badan, yang dapat dilihat, dibaca, didengar, dirasakan, danatau dinikmati oleh umum. 5. Pajak Penerangan Jalan adalah pajak atas penggunaan tenaga listrik, baik yang dihasilkan sendiri maupun diperoleh dari sumber lain. 6. Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah pajak atas kegiatan pengambilan mineral bukan logam dan batuan, baik dari sumber alam di dalam danatau permukaan bumi untuk dimanfaatkan. Mineral Bukan Logam dan Batuan adalah mineral bukan logam dan batuan sebagaimana dimaksud di dalam peraturan perundang-undangan di bidang mineral dan batubara. 78 7. Pajak Parkir adalah pajak atas penyelenggaraan tempat parkir di luar badan jalan, baik yang disediakan berkaitan dengan pokok usaha maupun yang disediakan sebagai suatu usaha, termasuk penyediaan tempat penitipan kendaraan bermotor. 8. Pajak Air Tanah adalah pajak atas pengambilan danatau pemanfaatan air tanah. Air Tanah adalah air yang terdapat dalam lapisan tanahatau batuan di bawah permukaan tanah. 9. Pajak Sarang Burung Walet adalah pajak atas kegiatan pengambilan danatau pengusahaan sarang burung walet. Burung Walet adalah satwa yang termasuk marga collocalia , yaitu collocalia fuchliap haga, collocalia maxina,collocalia esculanta, dan collocalia linchi . 10. Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan adalah pajak atas bumi danatau bangunan yang dimiliki, dikuasai, danatau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau Badan, kecuali kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkebunan, perhutanan, dan pertambangan. Bumi adalah permukaan bumi yang meliputi tanah dan perairan pedalaman serta laut wilayah kabupatenkota. Bangunan adalah konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah danatau perairan pedalaman danatau laut. 11. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan adalah pajak atas perolehan hak atas tanah danatau bangunan. Perolehan Hak atas Tanah danatau Bangunan adalah perbuatan atau peristiwa hukum yang mengakibatkandiperolehnya hak atas tanah danatau bangunan oleh orang pribadi atau Badan. Hak atas Tanah danatau Bangunan adalah hak atas tanah, termasuk hak pengelolaan, beserta bangunan diatasnya, sebagaimana dimaksud dalam undang-undang di bidang pertanahan dan bangunan. Pengertian Retribusi Retribusi menurut Siahaan 2010:5 adalah pembayaran wajib dari penduduk kepada Negara karena adnya jasa tertentu yang diberikan oleh Negara bagi penduduknya secara perorangan. Menurut Pasal 1 ayat UU No. 28 Tahun 2009 pengertian retribusi daerah yaitu retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan danatau diberikan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan. Ciri-Ciri Retribusi Daerah Beberapa ciri yang melekat pada retribusi daerah yang saat ini dipungut di Indonesia menurut siahaan 2010:6-7 adalah sebagai berikut. 1. Retribusi merupakan pungutan yang dipungut berdasarkan undang-undang dan peraturan daerah yang berkenaan. 2. Hasil penerimaan retribusi masuk ke kas pemerintah daerah. 3. Pihak yang membayar retribusi mendapatkan kontra prestasi balas Jasa secara langsung dari pemerintah daerah atas pembayaran yang dilakukannya. 4. Retribusi terutang apabila ada jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah yang dinikmati oleh orang atau badan. 5. Sanksi yang dikenakan pada retribusi adalah sanksi secara ekonomis, yaitu jika tidak membayar retribusi, tidak akan memperoleh jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Penggolongan Retribusi Daerah 1. Retribusi Jasa Umum, Obyeknya adalah pelayanan yang disediakan oleh Pemerintah daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh orang pribadi atau badan. Sedangkan subjeknya adalah orang pribadi atau badan yang menggunakan menikmati pelayanan jasa umum yang bersangkutan. Jenis-jenis retribusi jasa umum adalah retribusi. a. Pelayanan kesehatan b. Pelayanan persampahan kebersihan c. Penggatian biaya cetak Kartu Tanda Penduduk dan Akte Catatan Sipil d. Pelayanan pemakaman dan pengabuan mayat e. Pelayanan parkir di tepi jalan umum f. Pelayanan pasar 79 g. Pengujian kendaraan bermotor h. Pemeriksaan alat pemadam kebakaran i. Penggantian biaya cetak peta j. Penyediaan dan atau penyedotan kakus k. Pengolahan limbah cair l. Pelayanan teratera ulang m. Pelayanan pendidikan n. Pengendalian menara telekomunikasi. 2. Retribusi Jasa Usaha, obyeknya adalah pelayanan yang diberikan oleh Pemerintah Daerah dengan menganut prinsip komersial, sedangkan subjeknya adalah orang pribadi atau badan yang menikmatimenggunakan jasa usaha yang bersangkutan. Jenis – jenis retribusi jasa usaha adalah retribusi. a. Pemakaian kekayaan daerah b. Pasar grosir dan pertokoan c. Tempat pelelangan d. Terminal e. Tempat khusus parker f. Tempar penginapan pesanggrahan villa g. Rumah potong hewan h. Pelayanan pelabuhan kapal i. Tempat rekreasi dan olah raga j. Penyeberangan di atas air k. Penjualan produksi usaha daerah 3. Retribusi Perizinan Tertentu, obyeknya adalah kegiatan tertentu Pemerintah daerah dalam rangka pemberian izin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian dan pengawsan atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumber daya alam, barang prasarana, atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan. Sedangkan subjeknya adalah orang pribadi atau badan yang memperoleh izin tertentu dari pemerintah daerah. Jenis – jenis retribusi perizinan tertentu adalah retribusi. a. Izin mendirikan bangunan b. Izin Tempat penjualan minuman beralkohol c. Izin gangguan d. Izin trayek, dan e. Izin usaha perikanan. Pendapatan Asli daerah Pendapatan asli daerah adalah penerimaan daerah dari berbagai usaha pemerintah daerah untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah yang bersangkutan dalam membiayai kegiatan rutin maupun pembangunannya, yang terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha milik daerah, dan lain-lain penerimaan asli daerah yang sah. Pasal 6 Undang-undang No. 32 tahun 2004 menyatakan pendapatan asli daerah berasal dari berikut ini yaitu sebagai berikut. 1. Hasil pajak daerah 2. Hasil retribusi daerah 3. Hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan 4. Penerimaan dari dinas dan lain-lain pendapatan daerah yang sah. 80 Tabel 1 Penelitian Terdahulu N O Nama Peneliti Tahun Judul Motode Analisis Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 1 Amri Siregar 2009 Analisis Tingkat Efektivitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah PAD Sumatera Utara Deskriptif Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat efektivitas penerimaan pajak dari tahun 2003-2007 adalah tinggi yaitu berada di atas 100 sedangkan kontribusi penerimaan pajak dan retribusi daerah dari tahun 2003- 2007 terus menunjukkan angka penurunan yang berarti. Peneliti melakukan penelitian pada jenis pajak dan retribusi daerah Peneliti menganalisis beberapa variabel – variabel seperti Pendapatan Domestik Regional Bruto PDRB dan Penanaman Modal Dalam Negeri PMDN. 2 Septian Dwi Kurniawan 2010 Pengaruh Penerimaan Pajak Dan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Ponorogo Kuantitatif Hasil penelitian menunjukan bahwa pajak daerah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 1,90 dan retribusi daerah berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi sebesar 0,873. Peneliti melakukan penelitian pada jenis pajak dan retribusi daerah Peneliti menganalisis prosedur pemungutan pada objek yang berbeda METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif dimana peneliti secara langsung mendatangi objek penelitian yaitu, Dinas Pendapatan Asli Dearah Kota Manado untuk memperoleh data-data dan informasi yang dibutuhkan. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Observasi langsung ke objek penelitian guna untuk mengetahui perkembangan pertumbuhan pajak daerah dan retribusi daerah dalam struktur Pendapatan Asli Daerah Kota Manado. 2. Mengidentifikasi pajak daerah dan retribusi daerah. 3. Mengumpulkan literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian untuk dijadikan sebagai dasar acuan dalam menganalisa permasalahan yang ada. 4. Mempelajari data yang diterima dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Manado 5. Mengolah data yang diterima dari Dinas Pendapatan daerah Kota Manado 6. Membandingkan hasil yang diperolah dengan teori yang ada. 7. Penarikan kesimpulan dari hasil penelitian dan memberikan saran-saran yang dianggap perlu. Metode Pengumpulan Data Salah satu kegiatan dalam penelitian ini adalah merumuskan teknik pengumpulan data sesuai dengan masalah yang diteliti. Agar diperoleh data dan keterangan yang lengkap maka harus menggunakan teknik pengumpulan data yang tepat. Untuk itu teknik yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi lapangan, dimana dilakukan melalui studi lapangan terhadap Dinas Pendapatan Daerah yang merupakan objek penelitian, untuk mendapatkan data yang diperlukan serta peninjauan langsung ke lokasi penelitian. 81 Jenis Data Data yang digunakan dalam penelitian ini sebagian besar menggunakan data kuantitatif berupa Daftar Rincian Penerimaan Pendapatan Daerah Kota Manado 2007-2011. Di sisi lain, data kualitatif berupa struktur organisasi, tugas, visi, misi, tujuan, saran dan kepegaiwaian dari Dinas Pendapatan Daerah Kota Manado. Sumber Data Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data sekunder, berupa target dan realisasi penerimaan Pendapatan Asli Daerah mulai tahun 2007-2011 yang dapat diperoleh pada Dinas Pendapatan Daerah Kota Manado. Metode Analisis Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis deskriptif. Metode deskriptif adalah suatu analisis yang mengumpulkan, menyusun, mengolah, dan menganalisis data angka, agar dapat memberikan gambaran mengenai suatu keadaan tertentu sehingga dapat ditarik kesimpulan. Perhitungan angka-angka menggunakan rumus Analisis kontribusi. Definisi Operasional Dalam penelitian ini menggunakan beberapa variabel yang terkait, antara lain sebagai berikut. 1. Pajak daerah adalah iuran wajib yang dibayarkan oleh orang pribadi atau badan kepada daerah tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku yang dikenakan untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan daerah. 2. Retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin tertentu yang khusus disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. 3. Pendapatan Asli Daerah adalah penerimaan daerah dari berbagai usaha pemerintah daerah untuk mengumpulkan dana guna keperluan daerah yang bersangkutan dalam membiayai kegiatan rutin maupun pembangunannya, yang terdiri atas pajak daerah, retribusi daerah, bagian laba usaha milik daerah, dan lain- lain penerimaan asli daerah yang sah. 4. Kontribusi digunakan untuk mengetahui sejauh mana pajak daerah dan retribusi daerah memberikan sumbangan dalam penerimaan Pendapatan Asli Daerah. Dalam mengetahui kontribusi dilakukan dengan membandingkan penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah periode tertentu dengan penerimaan Pendapatan Asli Daerah periode tertentu pula. Semakin besar hasilnya berarti semakin besar pula peranan pajak daerah dan retribusi daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah, begitu pula sebaliknya. HASIL PENELITAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Tabel 2 Kontribusi Pajak daerah dan retribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah Kota Manado Tahun Anggaran 2007-2011 Tahun PAD Pajak Daerah Retribusi Daerah Jumlah Rp Kontribusi Jumlah Rp Kontribusi 2007 54,715,561,525 33,769,067,697 61,71 14,809,965,888 27,06 2008 73,468,557,485 39,673,622,883 54,00 19,446,859,763 26,46 2009 68,199,913,422 44,486,883,614 65,23 16,652,529,750 24,41 2010 92,123,349,135 58,553,045,704 63,55 23,789,704,710 25,82 2011 135,204,783,496 99,733,466,374 73,76 23,457,737,987 17,34 Total 423,712,165,063 276,216,086,272 65,18 98,156,798,098 23,16 Sumber Data : DISPENDA diolah 82 Dilihat dari kontribusi pajak daerah terhadap Pendapatan Asli Daerah di tahun 2007 sebesar 61,71 dari total penerimaan PAD Kota Manado sebesar Rp. 54,715,561,525, pada tahun 2008 memberikan kontribusi sebesar 54 dari total PAD Rp. 73,468,557,485, tahun 2009 sebesar 65,23 dari total PAD sebesar Rp. 68,199,913,422, di tahun 2010 kontibusi sebesar 63,55 dari total PAD sebesar Rp. 92,123,349,135, dan pada tahun 2011 pajak daerah memberikan kontribusi sebesar 73,76 dari total PAD Rp. 135,204,783,496. Gambar 1 Penerimaan Terbesar Pajak Daerah Kota Manado Gambar di atas dapat dilihat bahwa Kota Manado terdapat tiga jenis pajak yang selalu menonjol setiap tahunnya. Pajak tersebut adalah pajak penerangan jalan, pajak restoran dan pajak hotel. Pajak penerangan jalan yang dikelola oleh PT. Perusahaan Listrik Negara PLN Kota Manado merupakan pajak yang memberikan kontibusi paling besar dalam stuktur pajak daerah selama jangka waktu 5 tahun. Secara umum, grafik yang ditunjukkan oleh ketiga pajak ini cenderung naik setiap tahunnya. Untuk pajak penerangan jalan, tahun 2007 merupakan titik terendah karena hanya berjumlah Rp. 14.504.397.139. Dalam tahun 2008 terjadi peningkatan sebesar Rp. 1.925.453.390 sehingga menjadi Rp. 16.429.850.529. Pajak penerangan jalan terus meningkat pada tahun 2009, 2010 dan tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 17.611.584.335, Rp. 22.463.485.520 dan Rp. 24.855.630.304. Meningkatnya fasilitas jalan yang ada di Kota Manado untuk mencapai visi dan misi Manado Kota Ekowisata menjadi faktor peningkatan kontribusi pajak penerangan jalan sehingga ditahun 2011 merupakan capaian tertinggi dari pajak penerangan jalan. Untuk pajak restoran dan pajak hotel berlaku juga hal yang sama dimana tidak pernah terjadi penurunan jumlah kontribusi yang diberikan oleh kedua jenis pajak tersebut. Pajak restoran titik terendah terjadi pada tahun 2007 dengan jumlah Rp. 11.542.143.218 dan untuk tahun anggaran berikutnya yaitu tahun 2008, 2009 dan 2010 terus terjadi kenaikan yaitu sebesar Rp. 14.923.639.490, Rp. 16.690.662.230 dan Rp.21.464.517.254. Semakin bertambah banyak dan berkembangnya restoran-restoran di Kota Manado diyakini menjadi faktor peningkatan kontibusi dari pajak restoran sehingga ditahun 2011 merupakan titik tertinggi yang dicapai pajak ini, mampu memberikan masukan dalam struktur pajak daerah sebesar Rp.26.715.829.539. Pajak hotel memberikan kontibusi sebesar Rp.3.062.855.021 pada tahun 2007, dan terus meningkat pada tahun 2008, 2009 dan 2010 yaitu sebesar Rp.3.950.924.990, Rp.5.205.091.655 dan Rp.7.569.391.053. Adanya event-event dan acara besar mengakibatkan banyaknya pengunjung yang datang di Kota Manado sehingga pada tahun 2011 merupakan titik tertinggi dari pajak hotel sebesar Rp.10.424.824.091. Rp- Rp5,000,000,000 Rp10,000,000,000 Rp15,000,000,000 Rp20,000,000,000 Rp25,000,000,000 Rp30,000,000,000 THN 2007 THN 2008 THN 2009 THN 2010 THN 2011 Pajak Hotel Pajak Restoran .Pajak Penerangan Jalan Sumber data : DISPENDA diolah 83 Gambar 2 Penerimaan Terbesar Retribusi Daerah Kota Manado Belum dimilikinya kesadaran masyarakat akan kebersihan Kota Manado mengakibatkan retribusi kebersihan berfluktuatif seperti terlihat pada grafik di atas, pada tahun 2007 sebesar Rp. 2.469.697.250 meningkat tahun 2008 sebesar Rp. 2.977.224.000, kemudian terjadi penurunan tahun 2009 sebesar Rp. 2.690.444.000 dan 2010 sebesar Rp. 2.507.025.000 serta tahun 2011 sebesar Rp 2.496.591.512. Retribusi pengujian kendaraan bermotor mengalami peningkatan dari tahun 2007 sebesar Rp.602.242.500 sampai 2010 sebesar Rp.772.717.765 dan 2011 Rp.956.763.400 walaupun ada penurunan pada tahun 2008 sebesar Rp.360.770.433 dan 2009 sebesar Rp.365.743.425. Hal ini diakibatkan semakin banyaknya pengguna kendaraan bermotor di Kota Manado. Gambar di atas menunjukan bahwa retribusi jasa usaha terminal terlihat stabil dikarenakan pengguna jasa usaha ini tidak meningkat atau menurun secara signifikan. Pemasukan retribusi jasa usaha terminal tertinggi terjadi pada tahun 2008 sebesar Rp.1.169.288.000 dan terendah pada tahun 2007 Rp.977.645.100. sedangkan tahun 2011 merupakan penurunan sebesar Rp.1.040.620.000 dari tahun 2009 sebesar Rp. 1.127.071.100 dan 2010 sebesar 1.154.640.000. Peningkatan yang terjadi pada retribusi izin mendirikan bangunan pada tahun 2007 sebesar Rp. 4.262.845.822 menjadi Rp.11.109.643.270 tahun 2010 dan 2011 sebesar Rp.15.341.502.800, meskipun ada penurunan 2009 sebesar Rp.5.431.020.100 dari Rp.7.774.941.250 tahun 2008. Hal ini disebabkan karena banyaknya pembangunan di Kota Manado. Penggantian biaya cetak KTP dan akte capil tahun 2007 sebesar Rp.461.918.500 meningkat Rp.897.959.000 dan Rp.1.074.515.000 tahun 2008 dan 2009, kemudian menurun tahun 2007 sebesar Rp.741.149.000 dan Rp.711.540.000 tahun 2011. Peningkatan yang terjadi karena diantaranya peningkatan angka kelahiran dan penduduk yang menikah di Kota Manado. PENUTUP Kesimpulan 1. Dalam struktur pendapatan asli daerah di Kota Manado, pajak daerah dan retribusi daerah merupakan dua pos penerimaan yang paling dominan, maka jumlah total kontribusi pajak daerah dari tahun 2007 sampai tahun 2011 yaitu sebesar 65,18 dan jumlah total kontribusi retribusi daerah dari tahun 2007 sampai tahun 2011 adalah sebesar 23,16. Terjadinya peningkatan setiap tahun berarti pembiayaan untuk pembangunan daerah akan terpenuhi, hal ini menunjukkan ada kesadaran dari masyarakat untuk membayar pajak. 2. Kondisi yang ditimbulkan akibat dominannya pajak daerah dan retribusi daerah sebenarnya kurang baik, karena dapat menyebabkan ketergantungan keuangan daerah pada kedua pos penerimaan tersebut. Hal ini dapat membuat pos-pos penerimaan yang lain kurang dioptimalkan. Rp- Rp2,000,000,000 Rp4,000,000,000 Rp6,000,000,000 Rp8,000,000,000 Rp10,000,000,000 Rp12,000,000,000 Rp14,000,000,000 Rp16,000,000,000 Rp18,000,000,000 THN 2007 THN 2008 THN 2009 THN 2010 THN 2011 1 Kebersihan 2 Pengujian Kendaraan bermotor 3 Jasa usaha terminal 4 Izin mendirikan bangunan 5 Pengg. Biaya ctk KTP dan akte capil Sumber data : DISPENDA diolah 84 3. Jumlah penerimaan Pajak daerah dan Retribusi daerah Kota Manado memberikan kontribusi yang baik terhadap PAD sehingga dapat mempengaruhi jumlah PAD yang diterima. Kontribusi terbesar pajak daerah yaitu pada tahun 2011 yaitu 73,76 dan yang terendah pada tahun 2008 yaitu 54 sedangkan kontribusi terbesar retribusi daerah terjadi pada tahun 2007 yaitu 27,06 dan terendah pada tahun 2011 hanya sebesar 17,34. Saran 1. Ketergantungan pembiayaan dalam struktur keuangan daerah pada satu atau dua pos penerimaan dapat menyebabkan terganggunya pendapatan asli daerah jika terjadi gejolak ekonomi. Untuk itu sebaiknya pemerintah daerah lebih menggali, mengupayakan dan mengefektifkan dua pos penerimaan lainnya yaitu pos hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan pos penerimaan lain-lain PAD yang sah. 2. Kontribusi Pajak daerah dan retribusi daerah sudah cukup baik sehingga harus dipertahankan dan akan lebih baik jika lebih ditingkatkan agar kontribusi pajak daerah dan retribusi daerah terhadap PAD semakin besar. 3. Kurangnya jumlah penerimaan retribusi daerah dari tahun anggaran 2007-2011 jika dibandingkan dengan pajak daerah, maka sebaiknya pemerintah daerah Kota Manado lebih mengoptimalkan jasa layanan yang diberikan, baik yang sifatnya komersial maupun yang berbentuk layanan publik. DAFTAR PUSTAKA Agoes, Sukrisno., Trisnawati. 2010. Akuntansi Perpajakan . Edisi 2 Revisi. Salemba Empat. Jakarta. Dinas Pendapatan Daerah Kota Manado. Rencana Strategis Satuan Kerja Perangkat Daerah 2011-2016 Halim. H. 2007. Akuntansi dan Pengendalian Pengelolaan Keuangan Daerah. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Horngren, Charles., Harrison, Walter., Bamber, Linda., 2009 Akuntansi Accounting. PT Indeks. Jakarta. Ilyas,W., Burton, R. 2011. Hukum Pajak . Salemba Empat.Jakarta. Kurniawan. Septian Dwi. 2010. Pengaruh Penerimaan Pajak Dan Retribusi Daerah Terhadap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Ponorogo. Skripsi . Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. httpjournal.unsil.ac.id. 28 April 2010 Mardiasmo. 2011 , Perpajakan . Edisi Revisi 2011. Andi. Yogyakarta Mursyidi. 2009. Akuntasi Pemerintahan di Indonesia. PT Refika Aditama. Bandung. Siahaan. Marihot. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah . PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta Siregar. Amri. 2009. Analisis Tingkat Efektivitas Pajak dan Retribusi Daerah Sebagai Pendapatan Asli Daerah PAD Sumatera Utara. Skripsi. Universitas Sumatera Utara, Medan. httprepository.usu.ac.idbitstream12345678910971110e00047.pdf. 6 Maret 2012 Weygandt, Jerry., Kieso, Donald., Kimmel, Paul., 2007. Accounting Principles Pengantar Akuntansi. Salemba Empat Jakarta Republik Indonesia 2009, Undang-undang No. 28 tahun 2009, Pajak dan Retribusi Daerah Manado _____ 2004, Undang-undang No. 32. Tahun 2004, Pemerintah Daerah, Manado 85 ANALISIS PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT SENDIRI FLA KUE SUSEN PADA DOLPHIN DONUTS BAKERY . Intan Zuriati Agustina Muhamad Ventje Ilat Harijanto Sabijono Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email: intanz.agustinagmail.com ABSTRAK Dalam menjalankan usahanya setiap perusahaan selalu dihadapkan dengan berbagai macam permasalahan. Permasalahan yang timbul sangat beragam, termasuk didalamya permasalahan pengambilan keputusan. Berbagai informasi diperlukan oleh manajemen dalam memilih keputusan yang tepat. Salah satu jenis informasi yang dibutuhkan oleh manajemen sebagai dasar perencanaan dan pengambilan keputusan adalah informasi akuntansi diferensial. Analisis biaya diferensial sangat diperlukan sesuai dengan masalah yang dihadapi oleh perusahaan dalam usaha meningkatkan laba dan mengurangi kerugian, yaitu dengan mengambil keputusan apakah membuat sendiri atau membeli bahan baku. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keputusan yang paling tepat yang bisa diambil oleh manajemen dalam pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri fla menggunakan informasi akuntansi diferensial yaitu dengan membandingkan antara biaya diferensial yang akan dikeluarkan saat membuat sendiri dan membeli dari pemasok. Hasil dari pengamatan analisis yang dilakukan pada Dolphin Donuts bakery dilihat dari biaya yang dikeluarkan menunjukkan bahwa gambaran tentang peran dari akuntansi diferensial dalam pengambilan suatu keputusan jangka pendek, dimana pihak perusahaan lebih baik membuat sendiri fla sebagai bahan baku pembuatan kue susen, karena biaya produksi yang dikeluarkan apabila membuat sendiri lebih rendah dari pada membeli dari luar. Kata kunci : informasi akuntansi diferensial, pengambilan keputusan, membuat sendiri atau membeli ABSTRACT In running a business every company always faced with many issues. There are many kinds of issues, decison making was one of them. Many informations are needed for the management in order to chose the right decision. Differential accounting information was one of the information that the management need as basis of palnning and decisions making. Differential cost analysis was a ppropiate for the issue in ways for the company to increase the profit and reduce the loss, which to make the decision to make or buy the material. The purpose of this research is to find out what was the right decision that the manager could took, either to make or to buy the fla using differential accounting information with comparing the differential cost within to buy or to make the fla.The result of the analysist at Dolphin Donuts bakery from differential cost showing that differential accounting information in short-term decision indicating the company better make their own fla as the material of susen, cause the production cost was more cheaper comparing if the company buy from supplier . Keywords : differential accounting information, decision making, to make or to buy. 86 PENDAHULUAN Latar Belakang Informasi diperlukan oleh pihak manajemen untuk mengurangi ketidakpastian dalam pengambilan keputusan. Manajemen membutuhkan informasi akuntansi diferensial ini untuk memilih altenatif tindakan yang terbaik diantara alternatif yang tersedia. Akuntansi diferensial membandingkan informasi masa yang akan datang yang berbeda untuk setiap altematif, sehingga memungkinkan manajemen perusahaan memiliki dasar yang dapat dipertanggung jawabkan dalam hal pengambilan keputusan. Pada informasi akuntansi diferensial, umumnya manajemen menghadapi empat macam pengambilan keputusan dalam jangka pendek, yaitu membeli atau membuat sendiri, menerima atau menolak pesanan khusus, menjual atau memproses lebih lanjut suatu produk, menghentikan atau melanjutkan produksi produk tertentu atau kegiatan usaha suatu bagian perusahaan. Salah satu keputusan yang perlu diambil dalam perencanaan pada setiap alternatif adalah membeli atau membuat sendiri make-or-buy decision suatu komponen bahan baku. Keputusan membuat atau membeli adalah keputusan manajemen menyangkut apakah sebuah komponen harus dibuat sendiri ataukah dibeli dari pemasok luar. Dalam membuat keputusan mengenai masalah ini, manajer harus dapat menganalisis dan mempertimbangkan dengan matang antara harga beli per unit dengan biaya produksi per unit, sehingga diperlukan data-data yang menyajikan biaya diferensial dari produk tersebut guna terhindar dari kesalahan - kesalahan dalam mengambil keputusan yang dapat mengakibatkan perusahaan akan kehilangan laba atau rugi. Saat mengambil keputusan manfaat yang didapat oleh perusahaan saat memilih sebuah alternatif harus lebih besar dari pengorbanan yang dilakukan.Untuk itu pihak manajemen harus berhati - hati dalam menentukan suatu keputusan. Kesalahan dapat terhindarkan dengan mengadakan analisa untuk memilih alternatif yang lebih baik. Hampir semua unit usaha bisa mengalami permasalahan dalam pengambilan keputusan dalam menjalani usahanya, tidak terkecuali pada Dolphin Donuts bakery, suatu usaha yang bergerak dibidang produksi berbagai jenis roti dan kue. Dalam menjalani usahanya pihak manajemen dihadapkan pada pengambilan keputusan untuk membeli atau membuat sendiri fla sebagai salah satu bahan baku pembuatan kue susen. Tujuan Penelitian Tujuan dilakukan penelitian ini yaitu untuk mengetahui untuk mengetahui keputusan yang paling tepat yang bisa diambil oleh manajemen Dolphin Donuts bakery dalam menggunakan informasi akuntansi diferensial membeli atau membuat sendiri fla kue susen. TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Manajemen Ahmad 2013:5 menyatakan akuntansi manajemen merupakan penerapan teknik-teknik dan konsep yang tepat dalam pengolahan data ekonomi historikal dan dapat diproyeksikan dari suatu satuan usaha untuk membantu manajemen dalam penyusunan rencana untuk tujuan-tujuan ekonomi yang rasional dan dalam membuat keputusan- keputusan rasional dengan suatu pandangan ke arah pencapaian tujuan tersebut.Informasi akuntansi manajemen disusun untuk keperluan spesifik para pembuat keputusan dan jarang disebarkan ke pihak luar organisasi. Atkinson, et al . 2009:3 Akuntansi Manajemen sebagai Suatu Tipe Informasi Simamora 2012:9, Informasi akuntansi biasanya merupakan satu-satunya sumber informasi kuantitatif yang menggabungkan hasil aktivitas semua unit perusahaan. Informasi akuntansi berfungsi sebagai mekanisme integratif yang dipakai untuk mengkoordinasikan bermacam-macam aktivitas, dan sebagai suatu ukuran seluruh kinerja dan kelangsungan hidup perusahaan. Warindrani 2006:1 Informasi akuntansi adalah proses pengukuran, analisis, pencatatan dan pelaporan terhadap seluruh kejadian ekonomi yang mempengaruhi aktiva suatu perusahaan. Halim, dkk 2013:8 Mengemukakan informasi akuntansi sebagai bahasa bisinis dikelompokkan menjadi tiga golongan, yaitu: 1. Informasi Operasi. Data yang bersal dari informasi operasi diseleksi sesuai dengan kepada pihak mana informasi tersebut akan disajikan, serta sesuai dengan tingkat pengambilan keputusan dalam manajemen. Dalam informasi operasi ini 87 sebenarnya juga mengandung informasi nonkeuangan yang banyak digunakan oleh sistem informasi akuntansi keuangan. 2. Informasi Akuntansi Keuangan Merupakan hasil dari proses akuntansi keuangan, dan disajikan untuk pihak eksterbal perusahaan. Laporan tersebut pada dasarnya berisi mengenai posisi keuangan dan hasil yang diperoleh perusahaan secara keseluruhan. Laporan keuangan untuk pihak eksternal perusahaan dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi keuangan. 3. Informasi Akuntansi Manajemen Informasi akuntansi manajemen memberikan informasi keuangan dan nonkeuangan yang berguna untuk pengambilan keputusan manajemen. Dalam hal kebutuhan informasi keuangan, akuntansi manajemen memerlukan informasi yang lebih terinci dibandingkan dengan informasi akuntansi keuangan. Informasi akuntansi manajemen dihasilkan oleh sistem informasi akuntansi manajemen. Informasi Akuntansi Manajemen Informasi akuntansi manajemen sangat bermanfaat bagi manajemen terutama pada tahap penganalisaan konsekuensi setiap alternatif tindakan yang mungkin ada dalam proses pengambilan keputusan tersebut. Halim, dkk 2013:10 menyatakan informasi akuntansi manajemen dibagi menjadi tiga tipe yaitu: 1. Informasi Akuntansi Penuh. Akuntansi penuh menyajikan informatika mengenai pendapatan total, biaya total dan atau aktiva total baik pada masa lalu maupun masa yang akan datang, terutama yang berkaitan dengan biaya atau disebut dengan informasi akuntansi biaya penuh. Informasi mengenai biaya penuh masa lalu historical full cost digunakan untuk penyusunan laporan keuangan umumnya berupa neraca dan laporan laba rugi. 2. Informasi Akuntansi Pertanggungjawaban. Akuntansi pertanggungjawaban menyajikan informasi mengenai pendapatan, biaya atau aktiva yang dikaitkan dengan suatu bagian atau unit di dalam perusahaan. Informasi akuntansi pertanggungjawaban masa lalu bermanfaat untuk menganalisis prestasi dari masing-masing manajer pusat pertanggungjawaban. Informasi akuntansi pertanggungjawaban yang menyangkut masa yang akan datang digunakan dalam kegiatan perencanaan tahunan anggaranbudget. 3. Informasi Akuntansi Diferensial. Akuntansi diferensial menyajikan informasi mengenai taksiran pendapatan, biaya dan atau aktiva yang berbeda jika suatu tindakan tertentu dipilih, dibandingkan dengan alternatif tindakan lain. Informasi akuntansi diferensial berkaitan dengan masa yang akan datang. Informasi Akuntansi Diferensial Halim, dkk 2013:11 mendefinisikan informasi akuntansi diferensial menyajikan informasi mengenai taksiran aktiva, pendapatan, dan biaya yang berbeda jika suatu tindakan tertentu dipilih, dibandingkan dengan alternatif tindakan yang lain. Informasi akuntansi diferensial diperlukan oleh pihak manajemen untuk pengambilan keputusan mengenai pemilihan alternatif tindakan yang terbaik diantara beberapa alternatif keputusan yang tersedia Menurut Halim, dkk 2013: 103 Informasi akuntansi diferensial terdiri dari : 1. Pendapatan diferensial Pendpatan diferensial merupakan pendpatan yang berbeda dalam suatu kondisi, dibandingkan dengan kondis- kondisi yang lain. Pendapatan masa lalu atau masa yang akan datang yang tidak berbeda diantara berbagai alternatif keputusan yang mungkin dipilih bukan merupakan pendapatan diferensial. 2. Biaya diferensial Biaya diferensial adalah biaya yang berbeda dalam suatu kondisi, dibandingkan dengan kondisi-kondisi yang lain. Besarnya biaya diferensial dihitung dari perbedaan biaya pada alternatif tertentu dibandingkan dengan biaya pada alternatif lainnya. Darsono dan Purwanti 2009:259 menyatakan biaya diferensial yaitu biaya yang berbeda – beda akibat adanya tingkat produksi yang berbeda yang mengakibatkan perbedaan biaya tetap 3. Laba Diferensial Erat hubungannya dengan pengertian pendapatan diferensial dan biaya diferensial. Laba diferensial adalah laba yang akan datang yang berbeda diantara berbagai alternatif yang mungkin dipilih. Besarnya laba diferensial dihitung dari perbedaan antara laba pada alternatif tertentu dibandingkan dengan laba pada alternatif lainnya. 88 Manfaat Akuntansi Diferensial dalam Pengambilan Keputusan Jangka Pendek Bustami dan Nurlela 2006:175 ada beberapa manfaat informasi akuntansi diferensial dalam pengambilan keputusan jangka pendek yang pada umumnya dihadapi oleh manajemen dalam pengambilan keputusan yang umumnya terdiri dari empat macam keputusan, yaitu : 1. Menjual atau memproses lebih lanjut sell or process futher Ada kalanya manajemen puncak dihadapkan pada pemilihan menjual produk tertentu pada kondisinya sekarang atau memprosesnya lebih lanjut menjadi produk yang lebih tinggi harga jualnya. Dalam pengambilan keputusan macam ini, informasi akuntansi diferensial yang diperlukan oleh manajemen adalah pendapatan diferensial dengan biaya diferensial jika alternatif memproses lebih lanjut dipilih. 2. Menghentikan atau melanjutkan produksi produk tertentu atau kegiatan usaha departemen tertentu stop or continue product line Dalam menghadapi kondisi ini, manajemen perlu mempertimbangkan keputusan menghentikan atau tetap melanjutkan produksinya. Dan informasi yang relevan untuk dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan ini adalah biaya diferensial dan pendapatan diferensial. 3. Menerima atau menolak pesanan khusus special order decision Penerapan analisis biaya diferensial juga dapat digunakan untuk membuat keputusan menerima atau menolak pesanan khusus apabila kapasitas mesin perusahaan masih terdapat kapasitas yang menganggur dan pada saat itu harga jualnya dibawah harga pokok produksi dalam hitungan biaya penuh. 4. Membeli atau membuat sendiri make or buy decision Pertimbangan untuk membeli atau membuat sendiri dapat juga timbul sebagai akibat adanya taksiran penghematan biaya jika suatu komponen yang sebelumnya dibeli dari pemasok luar direncanakan akan dibuat sendiri oleh perusahaan. Keputusan Membeli atau Membuat Sendiri Saat para manajer berusaha mengurangi biaya dan meningkatkan daya saing produknya, mereka dihadapkan pada keputusan apakah membuat produknya sendiri atau meminta perusahaan lainnya untuk menyediakan suku cadang dan komponen tersebut. Keputusan membuat atau membeli semacam ini mengilustrasikan sekali lagi cara mengidentifikasikan biaya dan pendapatan relevan. Atkinson, et al. 2009:255 Simamora 2012:235 menyatakan manajemen mempertimbangkan keputusan membuat atau membeli karena berbagai macam alasan, yaitu untuk: a. Mengurangi biaya b. Memanfaatkan atau membebaskan kapasitas c. Memperbaiki mutu atau kinerja pengiriman d. Mendorong produktivitas kegiatan internal yang lebih tinggi dengan memaksa persaingan dengan pihak luar e. Mengadopsi teknologi baru f. Membebaskan dana investasi langka bagi keperluan lainnya 89 Tabel 1 Penelitian Terdahulu METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu metode yang menganalisis masalah dengan cara mendeskripsikannya pada data-data yang sudah ada, berupa tabel perhitungan biaya produksi untuk mengetahui perbandingan biaya produksi fla yang dapat memberikan gambaran maupun uraian jelas mengenai analisis penggunaan informasi akuntansi diferensial dalam pengambilan keputusan membeli atau membuat sendiri fla kue susen pada Dolphin Donuts bakery. No. Nama Peneliti Tahun Judul Tujuan Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Togito Anita 2005 Peranan Analisis Biaya Diferensial dalam Pengambilan Keputusan Membuat Sendiri atau Membeli Bahan Baku untuk Meningkatkan Laba Perusahaan Mengetahui Peranan Analisis Biaya Diferensial dalam pengambilan Keputusan Membuat Sendiri atau Membeli Bahan Baku untuk Meningkatka n Laba. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode d eskriptif analitik dengan pendekatan survei. Adanya hubungan antara analisis biaya diferensial dalam pengambilan keputusan membuat sendiri atau membeli bahan baku yang memadai dengan laba perusahaan yang meningkat Sama dengan point yang ditulis diatas, persamaan dalam penelitian terdahulu ini terdapat pada topik yang di bahas dan landaan teoritis. Perbedaan dalam penelitian terdahulu ini yaitu penulis mencoba memaparkan peranan biaya diferensial untuk meningkatkan laba perusahaan. 2. Moha mmad Iqbal 2013 Pengaruh Biaya Diferensial terhadap Proses Pengambilan Keputusan Manajemen Memproduksi Sendiri atau Membeli Produk pada PT. Fintex Mengetahui penerapan biaya dierensial dan Pengaruh biaya diferensial terhadap pengambilan keputusan membeli atau memproduksi sendiri produk pada PT. Fintex. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kuantitatif Dari hasil penelitian dengan menggunakan pengujian hipotesis menunjukkan terdapat pengaruh yang signifikan antara Biaya Diferensial terhadap Keputusan Memproduksi Sendiri atau Membeli Produk. Persamaan dari penelitian ini terdapat pada topik yang dibahas yaitu pengambilan keputusan Membeli atau Membuat sendiri produk. Perbedaan yang terdapat pada metode penelitian yaitu penelitian ini menggunak an medote kuantitatif. 90 Tempat dan Waktu Penelitian Objek penelitian pada Dolphin Donuts bakery yang bertempat di Jl. Dr Sam Ratulangi No. 45 Manado. Perusahaan ini bergerak dibidang Restaurant dan bakery. Waktu penelitian, dimulai pada bulan september 2013. Prosedur Penelitian Prosedur yang digunakan penulis untuk membahas serta memecahkan permasalahan yang ada pada penelitian ini adalah teknik analisis perbandingan yang melliputi beberapa tahapan, yaitu dapat di ilustrasikan melalui gambar berikut: 1. Permohonan mengadakan penelitian pada Dolphin Donuts Bakery 2. Pengumpulan data melalui wawancara dan Observasi dengan mendatangi objek yang diteliti. 3. Mengolah data dan menginterpretasikan hasil pengolahan data. 4. Pengambilan kesimpulan berdasarkan hasil pembahasan. 5. Pemberian saran Metode Pengumpulan Data Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitan ini adalah data kuantitaif dan data kualitatif. Data kualitatif dalam penelitan ini yaitu berupa gambaran umum perusahaan dan struktur organisasi. Sedangkan data kuantitatif dalam penelitian ini berupa data-data biaya produksi dalam perusahaan. Sumber Data Data primer adalah data yang diperoleh dengan survei lapangan yang menggunakan semua metode pengumpulan data original. Sedangkan data sekunder adalah data yang dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Indriantoro dan Supomo, 2012:146. Sumber data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah dalam bentuk data primer yang merupakan data asli yang diperoleh langsung dari objek penelitian pada Dolphin Donuts bakery. Teknik Pengumpulan Data Untuk memudahkan pengumpulan data sehingga dapat mendekati kesempurnaan dalam penyajian, maka perlu metode yang baik, mudah dan cepat diperoleh dalam rangka penyelesaian penulisan skripsi sesuai dengan objek yang diteliti. Dengan demikian dalam penyusunan skripsi ini, penulis menggunakan beberapa metode penelitian sebagai berikut : a Observasi Yaitu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan cara terjun langsung ke objek yang diteliti dengan mengamati apa yang menjadi sasaran dalam pengambilan data sesuai dengan apa yang diperlukan. b Wawancara Yaitu metode penelitian yang dilakukan dengan cara komunikasi langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan objek penelitian dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan terlebih dahulu mengenai masalah-masalah yang akan diteliti kepada pihak yang menangani pembuatan fla susen untuk mendapatkan data biaya yang diperlukan. c Penelitian Kepustakaan Library Research Metode kepustakaan yaitu penyusunan laporan skripsi dengan cara kepustakaan. Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh landasan teori guna mendukung data primer yang diperoleh selama penelitian, data ini diperoleh dari buku-buku serta referensi lainnya yang berhubungan dengan topik yang dibahas. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan penulis adalah metode deskriptif. Metode ini betujuan untuk memberikan gambaran keadaan perusahaan yang sebenarnya, dimana data yang dikumpulkan, disusun, kemudian dianalisis dan dijelaskan dengan teori-teori yang ada dan akhirnya membuat kesimpulan dan saran. Pada penelitian ini penulis juga menggunakan analisis kuantitatif, analisis kuantitatif yang digunakan oleh penulis adalah informasi akuntansi diferensial karena menghitung biaya produksi perusahaan, dengan cara membandingkan biaya produksi pada saat membuat sendiri fla kue susen dengan harga fla yang ditawarkan oleh pemasok. 91 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan Dolphin Donuts merupakan suatu unit usaha yang bergerak dibidang bakery dan pastry didirikan pada tahun 1 Maret 1997 oleh Bapak Hamiko Irwan. Pada awal tahun 2000 pemilik perusahaan mulai melakukan pengembangan bangunan usaha. Pembangunan berjalan lancar sehingga pada akhir tahun 2000 perusahaan sudah mulai berproduksi dengan kapasitas lebih banyak dan menambah cabang gerai counter di beberapa swalayan dan tempat lainnya, seperti Jumbo, Golden dan Gramedia. Selain memproduksi roti untuk harian perusahaan ini juga menerima pesanan khusus dengan berbagai macam cake dan roti, baik untuk acara ulang tahun, perkawinan maupun acara lainnya. Hasil Penelitian Dibawah ini adalah hasil perhitungan total penjualan beserta harga jual bulan Oktober 2013 yang telah diperoleh oleh penulis dari pihak Dolphin Donuts bakery sebagai berikut: Tabel 2 Hasil Perhitungan Total Penjualan per Bulan Total Jenis Produk Total Unit Penjualan Total Harga Per Unit Total Penjualan 23 60.000 Rp. 587.500 Rp. 702.150.000 Sumber: hasil olah data 2013 Berdasarkan data diatas kemudian dihitung berapa presentasi yang akan diakumulasikan untuk perhitungan harga pokok produksi pada fla khususnya pada biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Presentase tersebut dapat dihitung dengan rumus berikut: Harga Jual Produk Presentase Produk = X100 Total Keseluruhan Harga Jual Produk Setiap bulannya Dolphin Donuts bakery memproduksi 6000 unit susen dengan harga per unit yaitu Rp.4.500. Jadi total penjualan susen perbulannya yaitu Rp. 27.000.000. Maka presentasi penjualan untuk menghitung harga pokok produksi fla kue susen dapat dihitung sebagai berikut: Rp. 27.000.000 Presentase fla kue susen = X 100 = 3,8 Rp. 702.150.000 Biaya produksi Berikut akan dijelaskan perincian biaya yang harus dikeluarkan oleh perusahaan untuk pembuatan fla yang diperlukan untuk memberi isi di dalam kue susen untuk persediaan selama 1 bulan yang datanya diambil pada bulan oktober 2013. Fla yang diperlukan untuk mengisi 6.000 buah susen adalah sebanyak 480 kg. Rincian biaya tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 3 Biaya bahan baku fla Nama Bahan Harga Satuan Banyaknya Jumlah Biaya Susu Segar Rp. 11.000Liter 30 Liter Rp. 330.000 Susu Kental Manis Rp. 6.500Kaleng 30 kaleng Rp. 195.000 Telur Rp. 15.000Lusin 50 Lusin Rp. 750.000 Tepung Rp. 7.000kg 75 Kg Rp. 525.000 Gula Pasir Rp. 12.000kg 60 Kg Rp. 720.000 Margarin Rp. 20.000kg 24 Kg Rp. 480.000 Total Biaya Bahan Baku Rp. 3.000.000 Sumber: Dolphin Donuts bakery, Oktober 2013 92 Biaya Tenaga Kerja Langsung Dolphin Donuts bakery memiliki delapan orang pekerja dibagian produksinya yang bekerja berdasarkan tugas masing-masing total gaji yang dibayarkan khusus untuk tenaga kerja langsung yaitu Rp.12.000.000. Berdasarkan presentase harga jual yang telah dihitung sebelumya yaitu 3,8 maka jumlah biaya tenaga kerja yang dikeluarkan untuk membuat persediaan fla kue susen selama 1 bulan adalah : Rp 12.000.000 × 3.8 = Rp 456.000 Tabel 4 Rincian biaya tenaga kerja langsung khusus pembuatan fla kue susen Keterangan Jumlah tenaga kerja Biaya per bulan Koki Pembantu 2 Rp. 152.000 Baker 4 Rp. 228.000 Pembantu 2 Rp. 76.000 Total 8 Rp 456.000 Sumber: hasil olah data 2013 Biaya Overhead Pabrik Berikut adalah rincian Biaya Overhead Pabrik, dimana untuk biaya penyusutan menggunakan metode garis lurus. a Biaya bahan bakar gas yang digunakan selama satu bulan yaitu Rp 4.550.000 b Biaya listrik yang dibayarkan setiap bulannya sebesar Rp 13.000.000 c Biaya pulsa telepon setiap bulannya sebesar Rp 500.000 d Biaya sewa bangunan setiap bulannya sebesar Rp 8.333.333 e Biaya penyusutan perlengkapan pabrik setiap bulan mengunakan metode rata-rata: - Penyusutan mixer = 4.000.000 ÷ 12 bulan = 333.333bulan - Penyusutan oven = 16.800.000 ÷ 12 bulan = 1.400.000bulan. - Penyusutan cooler = 18.0000.000 ÷ 12 bulan = 1.500.000bulan Total Biaya penyusutan perlengkapan pabrik yaitu sebesar Rp. 3.233.333 f Biaya karyawan tetap Total gaji yang dibayarkan untuk karyawan tetap setiap bulannya yaitu sejumlah Rp. 26.000.000 Berdasarkan uraian diatas maka dapat diketahui total jumlah biaya overhead pabrik yang dikeluarkan oleh pihak perusahaan untuk proses prodsi perbulannya adalah: - Biaya bahan bakar gas : Rp. 4.550.000 - Biaya listrik : Rp.13.000.000 - Biaya telepon : Rp. 500.000 - Biaya sewa bangunan : Rp. 8.333.333 - Biaya penyusutan perlengkapan pabrik : Rp. 3.233.333 - Biaya karyawan tetap : Rp.26.000.000 Total biaya overhead pabrik Rp.55.616.666 Presentase biaya overhead yang dikeluarkan oleh perusahaan khusus untuk produksi fla kue susen perbulannya yaitu sejumlah Rp. 55.616.666 x 3.8 = Rp. 2.113.433,3 Berikut adalah rincian akumulasi biaya overhead pabrik khusus untuk memproduksi fla kue susen setiap bulannya berdasarkan presentase 3.8 93 Tabel 5 Biaya overhead pabrik khusus pembuatan fla kue susen Sumber: hasil olah data 2013 Perhitungan HPP fla membuat sendiri Harga Pokok Produksi fla susen Oktober 2013 1. Biaya bahan baku - Susu Segar Rp. 330.000 - Susu kental manis Rp. 195.000 - Telur Rp. 750.000 - Tepung Rp. 525.000 - Gula pasir Rp. 720.000 - Margarin Rp. 480.000 Total bahan baku langsung Rp. 3.000.000

2. Biaya Tenaga Kerja Langsung - Koki Pembantu

Rp. 152.000 - Baker Rp. 228.000 - Pembantu Rp. 76.000 Total BTK Langsung Rp. 456.000

3. Biaya

Overhead Pabrik - Biaya bahan bakar gas Rp. 172.900 - Biaya listrik Rp. 494.000 - Biaya telepon Rp. 19.000 - Biaya sewa bangunan Rp. 316.666,7 - Biaya peny. perlengkapan pabrik Rp. 122.866,6 - Biaya karyawan tetap Rp. 988.000 Total biaya overhead pabrik Rp. 2.113.433,3 Total Harga Pokok Produksi Rp. 5.569.433,3 Sumber: hasil olah data 2013 Jadi berdasarkan perhitungan yang telah dilakukan di atas, untuk memproduksi fla sebanyak 480 kg peruahaan perlu mengeluarkan biaya sebesar Rp. 5.569.433,3 atau kurang lebih Rp. 11.600 per kilogram fla. HPP fla jika Membeli dari Pemasok Alternatif selain membuat sendiri fla peruahaan bisa membeli dari pemasok luar. Ada beberapa pemasok yang menawarkan fla sebagai bahan baku pembuatan kue susen kepada perusahaan dengan harga yang beragam, pemasok juga menawarkan untuk mengantarkan fla langsung ke pabrik persahaan jadi pihak perusahaan bisa menghemat biaya angkut. Harga beli per kg fla yang ditawarkan oleh pemasok rata-ratanya adalah sebesar Rp. 20.000,-. Jadi jika peusahaan memutuskan untuk membeli fla dari pemasok maka untuk memenuhi kebutuhan fla perbulannya yaitu sebanyak 480kg fla perusahaan perlu mengeluarkan total biaya sejumlah Rp. 9.600.000. Keterangan Jumlah Biaya bahan bakar gas Rp. 172.900 Biaya listrik Rp. 494.000 Biaya telepon Rp. 19.000 Biaya sewa bangunan Rp. 316.666,7 Biaya penyusutan perlengkapan pabrik Rp. 122.866,6 Biaya karyawan tetap Rp. 988.000 Total biaya overhead pabrik Rp. 2.113.433,3 94 Pembahasan Perbandingan biaya jika membuat sendiri dan membeli sendiri menggunakan analisis biaya diferensial. Dalam pengambilan keputusan membuat sendiri atau membeli dari luar fla tersebut informasi akuntansi yang relevan adalah dengan menggunakan biaya diferensialnya, dapat dilihat dari tabel di bawah ini : Tabel 6 Perbandingan Biaya Differensial Membeli atau Membuat Sendiri Keterangan Membuat Sendiri Membeli Biaya bahan baku Rp. 3.000.000 Biaya tenaga kerja langsung Rp. 456.000 Biaya overhead pabrik Rp.2.113.433,3 Harga Beli Rp. 9.600.000. Total Biaya Diferensial Rp. 5.569.433,3 Rp. 9.600.000. Penghematan Biaya Rp. 4.030.566,7 Sumber: hasil olah data 2013 Berdasarkan perhandingan biaya diferensial yang telah disajikan pada tabel diatas, diketahui bahwa ada beberapa biaya diferensial yang muncul saat perusahaan memilih alternatif untuk membuat sendiri yaitu, biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik. Total biaya yang akan dikeluarkan oleh pihak perusahaan jika memutuskan untuk membuat sendiri fla kue susen setiap bulannya yaitu senilai Rp. 5.569.433,3 atau sebesar Rp. 11.600 per kilogramnya. Sedangkan biaya yang akan dikeluarkan oleh pihak perusahaan jika memilih alternatif untuk membeli dari pemasok yaitu sejumlah Rp. 9.600.000 atau sebesar Rp. 20.000 perkilogramnya. Dari perbandingan analisis akuntansi diferensial menggunakan biaya diferensial dapat diputuskan bahwa perusahaan lebih baik memilih untuk membuat sendiri fla, karena dengan membuat sendiri fla susen perusahaan dapat menghemat biaya sebesar Rp. 4.030.566,7 atau sebesar Rp 8.600 untuk tiap 1 kg fla. PENUTUP Kesimpulan Dari penelitian yang sudah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa keputusan yang lebih baik diambil oleh pihak manajemen Dolphin Donuts bakery adalah membuat sendiri fla kue susen karena biaya yang dikeluarkan lebih kecil atau lebih hemat jika dibandingkan dengan membeli dari pemasok. Setiap bulannya untuk memproduksi 480 kg fla, biaya yang dikeluarkan adalah sebesar Rp. 5.569.433,3 atau sejumlah Rp. Rp. 11.600 per kilogramnya, sedangkan apabila perusahaan membeli dari luar maka biaya yang dikeluarkan sebesar Rp. 9.600.000 atau sejumlah Rp. 20.000 per kilogramnya sehingga akan timbul selisih penghematan biaya perusahaan sebesar Rp. 4.030.566,7 atau sejumlah Rp 8.600 untuk setiap 1 kg fla jika persahaan memilih untuk membuat sendiri fla kue susen. Dengan demikian diketahui bahwa biaya diferensial yang diperoleh oleh Dolphin Donuts bakery jika membeli fla dari pemasok luar lebih besar dibandingkan dengan jika perusahaan membuat sendiri. Saran Pihak manajemen Dolphin Donuts bakery sebaiknya mengambil keputusan untuk membuat sendiri fla mengingat biaya yang dikeluarkan lebih rendah daripada membeli dari luar karena lebih menguntungkan dan juga dapat melakukan penghematan biaya. Selain itu keuntungan lain membuat sendiri perusahaan bisa lebih menjaga mutu, rasa serta kualitas dari fla yang dibuat. 95 DAFTAR PUSTAKA Ahmad, Kamaruddin. 2013. Akuntansi Manajemen: Dasar-dasar, konsep, biaya dan pengambilan keputusan . Edisi Revisi ke Delapan. RajaGrafindo Persada. Jakarta . Atkinson, Anthony., Kaplan, Robert R., Matsumura, Ella Mae., Young, S Mark . 2009. Akuntansi Manajemen . Jilid Satu. Edisi ke Lima. Indeks. Jakarta. Bustami, Bastian., Nurlela. 2006. Akuntansi Biaya, Melalui Pendekatan Manajerial . Mitra Wancana. Yogyakarta. Darsono, Prawironegoro., Purwanti, Ari. 2009. Akuntansi Manajemen . Edisi ketiga. Mitra Wacana Media. Jakarta. Halim, Abdul., Bambang, Supomo., Kusufi, Syam Muhammad. 2013. Akuntansi Manajemen . Edisi ke Dua. BPFE. Yogyakarta. Indriantoro, Nur., Supomo, Bambang. 2012. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi Manajemen . BPFE . Yogyakarta. Mohamad, Iqbal. 2013. Pengaruh Biaya Diferensial terhadap Proses Pengambilan Keputusan Manajemen Memproduksi Sendiri Atau Membeli Produk. Skripsi. Universitas Pasundan. Cirebon. http:diglib.unpas.ac.iddownload-mohammadiq-2650-1-skripsi.pdf Simamora, Henry. 2012. Akuntansi Manajemen . Edisi ke Tiga. Star Gate Publisher. Riau. Togito, Anita. 2005. Peranan Analisis Biaya Diferensial dalam Pengambilan Keputusan Membuat Sendiri atau Membeli Bahan Baku Untuk Meningkatkan Laba Perusahaan. Jurnal. Universitas Widyatama. Bandung.. http:repository.widyatama.ac.idxmluibitsreamhandle103641065cover.pdf Warindrani, Armila Krisna. 2006. Akuntansi Manajemen . Graha Ilmu. Yogyakarta. 96 ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PT. GATRA KALTIM JAYA KOTA BALIKPAPAN Pandu Dewanata Jantje J. Tinangon Heince R. N. Wokas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email : pandu_dewanata29yahoo.co.id ABSTRAK Perusahaan sebagai pemotong pajak memiliki peranan yang sangat besar bagi pemerintah. Saat ini tidak sedikit perusahaan yang melaksanakan pemotongan pajak yang tidak sesuai ketentuan yang berlaku. Hal ini disebabkan perusahaan menganggap pajak sebagai biaya sehingga perusahaan akan meminimalkan biaya tersebut untuk mengoptimalkan laba. Oleh karena itu demi kelancaran pemotongan pajak diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah dengan perusahaan. PT. GATRA KALTIM JAYA bergerak dalam bidang perdagangan Umum di Kota Balikpapan telah memberikan kepuasan tertinggi untuk para pelanggan dengan memberikan kualitas produk yang terbaik dan pelayanan inovatif yang tepat waktu. Dalam memberikan kepuasan ini PT. GATRA KALTIM JAYA membutuhkan pegawai-pegawai yang berkualitas agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Oleh karena itu sebagai bentuk penghargaan atas jasa yang telah diberikan oleh para pegawainya, perusahaan memberikan kontraprestasi berupa gaji, tunjangan serta beberapa bonus tambahan. Dengan begitu PT. GATRA KALTIM JAYA wajib memotong Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawainya. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Hasil penelitian yaitu PT. GATRA KALTIM JAYA Balikpapan dalam melakukan perhitungan, pemotongan dan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 atas karyawan tetap telah sesuai dengan ketentuan Undang-undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008. Kata kunci : pajak, pajak penghasilan, wajib pajak, objek pajak. ABSTRACT Company as a tax cutter has a very big role for the government. Currently theres a few companies that implement the tax deductions are not consistent with applicable regulations. This is caused by the company which considers the tax as a cost that the company will minimize the costs to optimize their profit. It is necessary good cooperation between the government and the company for the sake of continuity of the tax deduction . PT. GATRA KALTIM JAYA engaged in General trading in Balikpapan City has provided the highest satisfaction to the customers by providing the best quality products and innovative services on time. In this satisfying PT. GATRA KALTIM JAYA need qualified employees in order to achieve company goals. Therefore as an appreciation for services provided by its employees, the company gave contra such as wages and salaries also benefits as well as some additional bonuses. So, PT. GATRA KALTIM JAYA is obliged to withhold income tax of salary employees salary Article 21. The analytical method used in this research is descriptive research. The results are PT. News in Brief KALTIM JAYA Balikpapan in doing calculations, deductions and tax reporting of Income Tax Article 21 of the employee already complianced with the provisions of Law Taxation. No. 36 of 2008. Keywords: tax, income tax, assessable, ta x object. 97 PENDAHULUAN Latar Belakang Perusahaan sebagai pemotong pajak memiliki peranan yang sangat besar bagi pemerintah. Mengingat saat ini tidak sedikit perusahaan yang melaksanakan pemotongan pajak tidak sesuai ketentuan yang berlaku. Hal ini disebabkan perusahaan menganggap pajak sebagai biaya sehingga perusahaan akan meminimalkan biaya tersebut untuk mengoptimalkan laba. Oleh karena itu demi kelancaran pemotongan pajak diperlukan kerjasama yang baik antara pemerintah dengan perusahaan. PT. GATRA KALTIM JAYA bergerak dalam bidang perdagangan Umum Leveransir Distributor dan Dealer Kendaraan Bermotor, termasuk penjualan sparepart kendaraan bermotor serta variasinya, Agen Perwakilan perusahaan lokal dan luar negeri, penyewaan kendaraan bermotor, pengangkutan, perbengkelan dan kontraktor di Kota Balikpapan telah memberikan kepuasan tertinggi untuk para pelanggan dengan memberikan kualitas produk yang terbaik dan pelayanan inovatif yang tepat waktu. Dalam memberikan kepuasan ini PT. GATRA KALTIM JAYA membutuhkan pegawai- pegawai yang berkualitas agar tujuan perusahaan dapat tercapai. Oleh karena itu sebagai bentuk penghargaan atas jasa yang telah diberikan oleh para pegawainya, perusahaan memberikan kontra prestasi berupa gaji, tunjangan serta beberapa bonus tambahan yang disesuaikan dengan kinerjanya. Dengan begitu PT. GATRA KALTIM JAYA wajib memotong Pajak Penghasilan Pasal 21 atas gaji pegawainya, dengan berpedoman pada peraturan perpajakan yang berlaku. Penulis memilih PT. GATRA KALTIM JAYA karena perusahaan ini merupakan salah satu yang cukup besar di Kalimantan Timur dan memiliki jumlah karyawan yang besar pula. Sehingga menarik untuk dilakukan penelitian mengenai tata cara perusahaan dalam melaksanakan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan pada karyawan. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah bagaimana mekanisme perhitungan, pemotongan serta pelaporan pajak penghasilan pasal 21 pada karyawan PT. GATRA KALTIM JAYA menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan? TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan lain untuk membuat alokasi sumber daya keputusan di dalam perusahaan, organisasi, dan lembaga pemerintah. Akuntansi adalah seni dalam mengukur, berkomunikasi dan menginterpretasikan aktivitas keuangan. Secara luas, akuntansi juga dikenal sebagai bahasa bisnis. Akuntansi bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan, dan pihak berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, atau pemilik Harahap, 2005:2 American Accounting Association , mendefinisikan akuntansi sebagai proses mengidentifikasikan, mengukur, dan melaporkan informasi ekonomi, untuk memungkinkan adanya penilaian dan keputusan yang tegas bagi mereka yang menggunakan informasi tersebut. Waluyo, 2009:20 Akuntansi adalah sistem informasi yang mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa ekonomi dari suatu organisasi untuk pengguna yang tertarik. Akuntansi terdiri dari tiga kegiatan dasar itu mengidentifikasi, mencatat, dan mengkomunikasikan peristiwa ekonomi dari suatu organisasi untuk pengguna yang tertarik. Untuk mengidentifikasi peristiwa ekonomi, perusahaan memilih peristiwa ekonomi yang relevan dengan bisnis. Weygandt, et al 2011 98 Definisi-definisi diatas menjelaskan akuntansi sebagai suatu seni atau aktivitas jasa dan mengartikan bahwa akuntansi meliputi beragam teknik yang dianggap berguna untuk bidang-bidang tertentu. Belkaoui, 2011:5 Konsep Dasar Akuntansi Perpajakan Pajak Soemitro menyatakan bahwa, pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tiada mendapat jasa timbal balik kontraprestasi yang langsung dapat ditunjukkan, dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum. Mardiasmo, 2009:1 Pajak menurut Andriani yang dikutip oleh Rahayu 2010:22 adalah iuran kepada negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh wajib pajak membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali, yang langsung dapat ditunjuk yang kegunaannya untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran mum berhubungan langsung dengan tugas negara untuk menyelenggarakan pemerintahan Fungsi Pajak Ada dua fungsi pajak Mardiasmo, 2011:1, yaitu: 1. Fungsi Budgetair Pajak sebagai sumber dana bagi pemerintah untuk membiayai pengeluaran- pengeluarannya. 2. Fungsi mengatur regulerend Pajak sebagai alat untuk mengatur dan melaksanakan kebijaksanaan pemerintah dalam bidang sosial dan ekonomi. Pajak Penghasilan Resmi 2011:74 Pajak Penghasilan PPh adalah pajak yang dikenakan terhadap Subjek Pajak atas penghasilan yang diterima atau diperolehnya dalam satu tahun pajak. Dasar Hukum Resmi 2011:74 Peraturan perundangan yang mengatur Pajak Penghasilan di Indonesia adalah UU No.7 Tahun 1983 yang telah disempurnakan dengan UU No. 7 Tahun 1991, UU No. 10 Tahun 1994, UU No. 17 Tahun 2000, UU No.36 Tahun 2008, Peraturan Pemerintah, Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Keuangan, Keputusan Direktur Jendral Pajak maupun Surat Edaran Direktur Jendral Pajak. Pajak Penghasilan Pasal 21 Resmi 2011:163 Pajak Penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa , dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Subjek Pajak Dalam Negeri, yang selanjutnya disebut PPh Pasal 21, merupakan pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan pekerjaan atau jabatan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri. Dasar Hukum Pemotongan PPh Pasal 21 Suhartono dan Ilyas 2010:205 1. Pasal 21 UU Nomor 7 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. 2. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 252PMK.032008 tentang Petunjuk Pelakasanaan Pemotongan Pajak atas Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan, Jasa dan Kegiatan Orang Pribadi. 3. Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor 31PJ2009 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Nomor 57PJ2009 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemotongan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 dan Pasal 26 sehubungan dengan Pekerjaan, Jasa, dan Kegiatan Orang Pribadi. 99 Tarif Pajak Penghasilan Orang Pribadi Lubis, dkk 2010;45 Dalam pemungutan pajak, tarif merupakan tolok ukur untuk menetepkan beban pajak, selain pembagian peghasilan kena pajak income bracket . Undang-Undang Pajak Penghasilan menganut pendekatan tarif berbeda antara Tarif Pajak Penghasilan Terhadap Orang Pribadi maupun Badan. 1. PPh terutang dari suatu Wajib Pajak dalam satu tahun pajak untuk Wajib Pajak dalam negeri yang menjalakan usaha melalui bentuk usaha tetap BUT di Indonesia dihitung dengan menerapkan tarif pajak dikalikan terhadap penghasilan kena pajak. 2. Sebelum diterapkan tarif pajak, PKP tersebut terlebih dahulu dibulatkan ke bawah dalam ribuan penuh. 3. Tarif Pajak Orang Pribadi menurut Pasal 17 UU No. 36 Tahun 2008 tersebut adalah sebagai berikut: Tabel 1 Tarif PPh Pasal 21 Lapisan Penghasilan Kena Pajak Tarif Pajak Sampai dengan Rp 50.000.000 5 Di atas Rp 50.000.000 – Rp 250.000.000 15 Di atas Rp 250.000.000 – Rp 500.000.000 25 Di atas Rp 500.000.000 30 Pasal 17 UU No. 36 Tahun 2008 Sumber : Irwansyah Lubis, et al I 2010:45 SPT Suhartono dan Ilyas 2010:56 Pasal 1 angka 11 UU KUP menegakan bahwa SPT adalah surat yang oleh WP digunakan untuk melaporkan penghitungan danatau pembayaran pajak, objek pajak danatau bukan objek pajak, danatau harta dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif yaitu berupa studi kasus dan studi pustaka. Studi kasus dilakukan pada PT. GATRA KALTIM JAYA Kota Balikpapan, sedangkan studi pustaka dilakukan dengan mengumpulkan data-data dari literatur-literatur yang relevan dengan permasalahan Pajak Penghasilan. Tempat dan Waktu Penelitian Pemilihan Lokasi yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pada PT. GATRA KALTIM JAYA yang berkedudukan di Jl. Mayjend Sutoyo No. 5-6 Balikpapan. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 17 - 18 Oktober 2013. Dipilihnya tempat ini sebagai lokasi penelitian dikarenakan perusahaan ini memiliki jumlah karyawan yang memadai sehingga menarik untuk dilakukan penelitian mengenai tata cara perusahaan dalam melaksanakan pemotongan, penyetoran, dan pelaporan pajak penghasilan pasal 21 pada karyawan. Prosedur Penelitian Prosedur yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Menentukan judul dan merumuskan masalah. 2. Mengumpulkan data sesuai permasalahan yang diangkat. 3. Pengumpulan data melalui wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait serta pengambilan data- data pada PT.GATRA KALTIM JAYA untuk mengetahui bagaimana mekanisme perhitungan dan pelaporan PPh 21 dan apakah perhitungan dan pemotongan serta pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 pada PT. GATRA KALTIM JAYA telah sesuai dengan ketentuan Undang- undang Perpajakan No. 36 Tahun 2008 4. Mengolah data dan menginterpretasikan hasil pengolahan data. 100 5. Menarik kesimpulan dan memberikan saran yang dianggap perlu sebagai perbaikan dalam masalah yang ada. Jenis Data dan Sumber Data Jenis Data Data Primer yaitu data yang diperoleh langsung dari perusahaan atau data yang terjadi di lapangan penelitian, yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan kemudian akan diolah oleh penulis. Data sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip data dokumenter yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan. Sumber Data a. Data primer Merupakan data yang diproses secara langsung dari sumbernyalangsung dari perusahaan atau data yang terjadi di lapangan penelitian, yang diperoleh dari wawancara, observasi, dan kemudian akan diolah oleh penulis. b. Data Sekunder Merupakan data pendukung dan pelengkap yang tidak diusahakan sendiri pengumpulannya oleh penulis penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Data sekunder umumnya berupa bukti, catatan atau laporan historis yang telah tersusun dalam arsip data dokumenter yang dipublikasikan dan yang tidak dipublikasikan Metode Pengumpulan Data Adapun teknik atau cara pengumpulan data yang dilakukan penulis adalah sebagai berikut : 1. Penelitian Lapangan Field Research Penelitian ini melakukan pengumpulan data dengan : 1. Teknik wawancara. Metode wawancara adalah suatu metode pengumpulan data yang diperoleh dengan cara tanya jawab langsung dengan orang yang mempunyai hubungan langsung dengan masalah yang diteliti. Tanya jawab dilakukan terhadap staf perpajakan perusahaan. 2. Metode observasi Metode observasi adalah suatu metode pengumpulan data dan penyimpulan data dengan cara mengadakan penelitian langsung terhadap objek penelitian. 3. Dokumentasi. Yaitu metode pengumpulan data dengan cara mempelajari dokumen, bukti-bukti atau catatan yang berhubungan dengan objek yang diteliti. Penelitian ditujukan pada dokumen-dokumen yang berhubungan dengan data yang diperlukan. Pengumpulan data dokumentasi menggunakan alat tulis manual maupun elektronik. Metode Analisis Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif yaitu suatu metode pembahasan yang sifatnya menguraikan, menggambarkan suatu keadaan atau data serta melukiskan dan menerapkan suatu keadaan sedemikian rupa sehingga dapat ditarik kesimpulan untuk menjawab permasalahan yang ada. Definisi Operasional Sugiyono 2010:38 mengatakan definisi operasional adalah penentuan konstruk sehingga menjadi variabel yang dapat diukur. Variabel dapat diukur dengan berbagai macam konstruk yang diwakilinya, yang dapat berupa angka atau berupa atribut yang menggunakan ukuran atau skala dalam penelitian. 1. Penghitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 adalah suatu penghitungan untuk menentukan jumlah pajak yang terutang oleh wajib pajak sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku. 101 2. Penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 adalah pembayaran pajak yang di lakukan pemotong pajak dengan menyetor pajak ke kantor pos atau bank. Penyetoran dilakukan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. 3. Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 menurut Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 adalah melaporkan pembayaran pajak melalui penyampaian SPT Masa PPh Pasal 21 ke Kantor Pelayanan Pajak. Pelaporan dilakukan paling lambat tanggal 20 bulan berikutnya setelah Masa Pajak berakhir. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Profil Perusahaan Berawal pada tanggal 24 Desember 1990, manakala Bapak Hendarman Muljono bersama dengan Bapak Ignatius Yudas Tadius Suyanto mendirikan suatu perseroan Komanditer, maka berdasarkan akte No.163 yang dibuat dihadapan Adi Gunawan Sarjana Hukum, Notaris di Balikpapan, didirikan Perseroan Komanditer CV. GRAND KALTIM JAYA, maksud dan tujuan perusahaan adalah bergerak dalam bidang perdagangan Umum Leveransir Distributor dan Dealer Kendaraan Bermotor, termasuk penjualan sparepart kendaraan bermotor serta variasinya, Agen Perwakilan peruahasan lokal dan luar negeri, penyewaan kendaraan bermotor, pengangkutan, perbengkelan dan kontraktor. Sebagai dealer penjualan kendaraan bermotor khususnya kendaraan roda dua, kegiatan usaha dalam bidang tersebut ternyata berkembang dengan pesat dan seiring dengan perkembangannya, perusahaan selalu berupaya untuk memberikan pelayanan yang terbaik kepada para pelanggan, maka untuk mencerminkan keinginan tersebut, pengurus perusahaan pada tanggal 15 Desember 1995 mengubah nama CV. GRAND KALTIM JAYA menjadi CV. GATRA KALTIM JAYA. Perubahan nama tersebut dilakukan berdasarkan Akta Perubahan Nomor 70, tertanggal 15 Desember 1995 dibuat dihadapan Adi Gunawan Sarjana Hukum, Notaris di Balikpapan, dan sejak itu nama CV. GATRA KALTIM JAYA dengan bidang usaha yang sama secara resmi mulai berkibar. Sejalan dengan kemajuan perusahaan dan permintaan masyarakat terhadap kendaraan roda dua semakin meningkat ternyata pula animo masyarakat dan Perusahaan di wilayah Kota Balikpapan terhadap kebutuhan kendaraan roda empat mulai tumbuh, maka mulai tahun 1996 usaha CV. GATRA KALTIM JAYA elain menjual kendaraan roda dua, juga mulai menjual kendaraan roda empat dan juga menyewakan kendaraan roda empat serta jasa penyediaan tenaga kerja pengemudi Labor Supply. Bertitik tolak dari perkembangan usaha yang semakin maju dan pesat tersebut, maka CV. GATRA KALTIM JAYA yang semula berbentuk Perusahaan Komanditer CV ditingkatkan bentuknya menjadi Perseroan Terbatas PT, maka berdasarkan Akta Notaris Nomor 15, tertanggal 8 Januari 2004 yang dibuat dihadapan Notaris Hengky Ribowo Sarjana Hukum, Notaris di Balikpapan, CV. GATRA KALTIM JAYA berubah menjadi PT. GATRA KALTIM JAYA, dan selanjutnya Akta terebut telah mendapat pengesahan dari Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Nomor 117, tertanggal 31 Juli 2008 yang dibuat dihadapan Notaris Rudi Muljono Sarjana Hukum, dan selanjutnya Akta tersebut telah mendapat pengesahan dari Departemen Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Nomor AHU-57647 AH.01.02. Tahun 2008 tertanggal 1 September 2008. Sehubungan dengan perubahan tersebut maka untuk selanjutnya perusahaan memakai nama PT. GATRA KALTIM JAYA, yang berkedudukan di Balikpapan dan bilamana dipandang perlu maka perusahaan akan membuka cabang-cabang atau perwakilan di daerah lainnya, dan perseroan ini didirikan untuk jangka waktu yang tidak ditentukan lamanya. Maksud didirikannya PT. GATRA KALTIM JAYA adalah untuk melanjutkan dan meneruskan usaha dari Perseroan Komanditer CV. GATRA KALTIM JAYA yang berkedudukan di Balikpapan. PT. GATRA KALTM JAYA juga mengembangkan sub-divisinya terutama di bidang IT and Computer Retail. Divisi ini dibentuk pada tanggal 1 Agustus 2006 dengan dibukanya toko retail computer, GATRA KOMPUTER di Jl. Ahmad Yani Balikpapan yang menjadi kantor divisi baru PT. 102 GATRA KALTIM JAYA. Sub-divisi komputer ini menangani penjualan retail, penyewaan alat-alat IT, IT konsultan sampai ke IT service maintenance. Pada saat ini kantor pusat PT. GATRA KALTIM JAYA berdomisili dan berkantor di Jalan MayJend Sutoyo No 0506 RT 42 Balikpapan, Telepon 0542 422715, Faximile 0542 733636. Hasil Penelitian Pajak penghasilan merupakan pajak yang dibebankan pada penghasilan perorangan, perusahaan atau badan hukum lainnya. Pegawaikaryawan adalah orang yang bekerja pada pemberi kerja, baik sebagai karyawan tetap atau karyawan tidak tetaptenaga kerja lepas berdasarkan perjanjian atau kesepakatan kerja baik secara tertulis maupun tidak tertulis, untuk melaksanakan suatu pekerjaan dalam jabatan atau kegiatan tertentu dengan memperoleh imbalanpenghasilan yang dibayarkan berdasarkan periode tertentu, penyelesaian pekerjaan atau ketentuan lain yang ditetapkan pemberi kerja. Penelitian ini dilakukan pada PT. GATRA KALTIM JAYA Kota Balikpapan yang adalah perusahaan yang menjadi objek penelitian penulis. Dalam penelitian ini dapat dilihat bagaimana mekanisme perhitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 yang dilakukan oleh perusahaan terhadap gaji karyawan pada perusahaan ini. Di bawah ini disajikan tabel flowchart tentang mekanisme perhitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 Pada PT. GATRA KALTIM JAYA Kota Balikpapan. Gambar 1 Mekanisme Perhitungan Dan Pelaporan PPh Pasal 21 Pada PT. GATRA KALTIM JAYA Pendaftaran Perhitungan Penyetoran dan Pelaporan 103 Sumber : PT. GATRA KALTIM JAYA Deskripsi penjelasan Mekanisme Perhitungan Dan Pelaporan PPh Pasal 21 Pada PT. GATRA KALTIM JAYA: a. Pendaftaran 1. Wajib pajak yang memenuhi syarat subjektif dan objektif mendaftarkan diri ke KPPwww.pajak.go.id 2. Menerima NPWP b. Perhitungan 1. Manager AccountingTax pada peruahaan melakukan perhitungan PPh Pasal 21 terhadap gaji karyawan. 2. Setelah dihitung manager menyetor PPh 21 ke Bendahara perusahaan c. Penyetoran dan Pelaporan 1. Wajib pajak melakukan pengisian SPT dengan benar, lengkap, dan jelas. 2. Melakukan pengisian SSP Surat Setoran Pajak 3. Menyetorkan PPh Pasal 21 ke BankKantor Pos 4. Wajib Pajak memperoleh tanda terima Penyampaian SPT Perhitungan PPh 21 Berdasarkan tabel perhitungan di atas maka di bawah ini disajikan contoh rincian penjelasan mengenai perhitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 pada karywan PT. GATRA KALTIM JAYA Manager AccountingTax Melakukan Perhitungan PPh Pa sal 21 pada gaji karyawan Memenuhi syarat subjektif dan objektif Mendaftarkan diri ke KPPwww.pajak.g o.id Melakukan Pengi sian SPT WP Bendahara Benar, lengkap, dan, jela s Pengi sian SSP WP Pembayaran ke kantor Po s Bank Kas Negara 104 Tabel 3 Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 21 Nama Status Teori PPh Pasal 21 Perhitungan PPh Pasal 21 Realisasi Perusahaan Ket. RB K2 Penghasilan bruto sebulan – biaya jabatan = penghasilan neto sebulan x 12 bulan = penghasilan neto setahun – PTKP = PKP x tarif pajak pasal 21 = PPh Pasal 21 setahun : 12 bulan = PPh Pasal 21 sebulan Rp 5.746.615 Rp 287.331 Rp 5.459.284 12 bln Rp 65.511.408 Rp 30.375.000 Rp 35.708.950 5 Rp 1.756.820 12 bln Rp 146.402 Rp 5.746.615 Rp 287.331 Rp 5.459.284 12 bln Rp 65.511.408 Rp 30.375.000 Rp 35.708.950 5 Rp 1.756.820 12 bln Rp 146.402 SAMA Sumber : PT. GATRA KALTIM JAYA Perlakuan Akuntansi Terhadap PPh Pasal 21 atas Gaji Pegawai Lewat informasi yang didapatkan melalui wawancara dan data yang diperoleh dengan salah satu pegawai bidang yang menangani tentang Pajak Penghasilan Pasal 21 di PT. GATRA KALTIM JAYA wilayah Balikpapan diketahui bahwa PPh Pasal 21 atas gaji pegawai ditanggung oleh perusahaan. PT. GATRA KALTIM JAYA melakukan perhitungan dan penyetoran PPh Pasal 21 setiap bulan paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir dan melakukan pembayaran ke Kantor Pos atau Bank dengan menggunakan Surat Setoran Pajak SSP. Pada akhir tahun diadakan perhitungan kembali atas seluruh PPH Pasal 21 untuk 12 bulan dalam tahun tersebut, agar dapat diketahui apakah jumlah pajak yang telah disetorkan terjadi kurang bayar atau lebih bayar, sehingga dapat segera dilakukan penyesuaian dan kemudian akan dilaporkan kembali dalam SPT tahunan PPh Pasal 21. Adapun kebijakan atau perlakuan akuntansi yang ditetapkan oleh PT. GATRA KALTIM JAYA wilayah Balikpapan atas biaya gaji pegawai dan PPh Pasal 21 adalah sebagai berikut: Pada saat pembayaran gaji dan perhitungan PPh Pasal 21, an RB adalah : Beban Gaji Rp 5.746.615 Beban PPh 21 ditanggung Rp 148.787 Hutang PPh 21 Pegawai Rp 148.787 KasBank Rp 5.746.615 Pada saat penyetoran pajak, an Ranto Bastian ke Kas Negara Hutang PPh 21 Rp 148.787 KasBank Rp 148.787 Penyajiannya dalam laporan keuangan khususnya Neraca, Pajak Peghasilan Pasal 21 atas gaji pegawai yang belum disetor ke Kas Negara masuk dalam kelompok Hutang Pajak, dimana Hutang PPh Pasal 21 digabung dengan hutang pajak lainnya seperti hutang PPh pasal 22, hutang PPh pasal 23, hutang PPn dan lain-lain. Namun dari informasi yang didapatkan, pihak perusahaan selalu langsung menyetorkan PPh Pasal 21 ke Kas Negara setiap bulannya, sehingga kecil kemungkinan adanya hutang PPh Pasal 21. 105 Tabel 4 Penyetoran PPh Pasal 21 Ke Kas Negara SSP Jumlah Setoran Rp Tanggal Penyetoran Januari Rp 5.003.950 07 Februari 2013 Februari Rp 6.519.000 08 Maret 2013 Maret Rp 6.656.500 09 April 2013 April Rp 6.785.350 08 Mei 2013 Mei Rp 6.828.700 10 Juni 2013 Juni Rp 6.900.850 09 Juli 2013 Juli Rp 17.298.150 06 Agustus 2013 Agustus Rp 6.495.250 09 September 2013 September Rp 6.918.600 09 Oktober 2013 Oktober Rp 7.210.280 08 November 2013 Sumber : PT. GATRA KALTIM JAYA BALIKPAPAN Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21 Pada PT. GATRA KALTIM JAYA Balikpapan Secara keseluruhan pelaporan pajak pada PT. GATRA KALTIM JAYA Balikpapan telah tertib. Pelaporan pajak mempunyai batas tanggal jatuh tempo, yang diatur dalam Pasal 9 UU No. 28 Tahun 2007 Ketentuan Perpajakan. PT. GATRA KALTIM JAYA telah menyetor pajak yang terutang sebelum tanggal 10 bulan takwim berikutnya dan kemudian melakukan kewajiban pelaporan sebelum tanggal 20 bulan takwim berikutnya setelah masa pajak berakhir. Pembahasan Evaluasi Pelaksanaan Perhitungan, Pemotongan serta Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21 Pada PT. GATRA KALTIM JAYA Dari data yang diteliti dan diolah oleh penulis, didapati bahwa PT. GATRA KALTIM JAYA Kota Balikpapan sudah melaksanakan perhitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 dengan baik dan sesuai dengan UU No. 36 Tahun 2008 tentang pembayaran pajak dalam tahun pajak melalui perhitungan, pemotongan dan pelaporan pajak atas penghasilan yang diterimaatau diperoleh oleh Wajib Pajak Orang Pribadi Dalam Negeri sehubungan dengan pekerjaan, jasa dan kegiatan lainnya. Di bawah ini dapat kita lihat tabel evaluasi pelaksanaan perhitungan, pemotongan serta penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 Pada PT. GATRA KALTIM JAYA Tabel 5 Evaluasi Pelaksanaan Perhitungan, Pemotongan serta Penyetoran dan Pelaporan PPh Pasal 21 Pada PT. GATRA KALTIM JAYA Deskripsi Pelaksanaan Keterangan Perhitungan Penghasilan bruto sebulan – biaya jabatan, jaminan hari tua 2 = penghasilan neto sebulan x 12 bulan = penghasilan neto setahun – PTKP = PKP x tarif pajak pasal 21 = PPh Pasal 21 setahun : 12 bulan = PPh Pasal 21 sebulan Sesuai dengan Undang- Undang Perpajakan yang berlaku yaitu UU Nomor 36 Tahun 2008 Pemotongan Pemotongan PPh Pasal 21 dilakukan atas penghasilan berupa pesangon, uang tebus pensiun, dan tunjangan hari tua atau jaminan hari tua yang pengenaannya bersifat final diatur dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 112KMK.032001Tanggal 6 Maret 2001. Sesuai dengan Undang- Undang Perpajakan yang berlaku yaitu UU Nomor 36 Tahun 2008 Penyetoran dan pelaporan Penyetoran: - Ke Kas Negara melalui Kantor Sesuai dengan Undang- Undang Perpajakan yang 106 PosBank Persepsi penerima pembayaran. - Menggunakan Surat Setoran Pajak SSP. - Menyetorkan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan UU yaitu tanggal 10 bulan berikutnya. Pelaporan: - Penghitungan dan pelaporan pajak - Dengan Surat Pemberitahuan SPT - Melaporkan sesuai dengan batas waktu yang ditentukan UU yaitu tanggal 20 bulan berikutnya. berlaku yaitu UU Nomor 36 Tahun 2008 Setelah melihat tabel di atas dan dari data mengenai perhitungan, pemotongan dan pelaporan PPh 21 pada PT. GATRA KALTIM JAYA, maka mekanisme perhitungan dan pelaporan PPh Pasal 21 pada PT. GATRA KALTIM JAYA telah sesuai dengan peraturan perpajakan yang berlaku dalam hal ini UU Nomor 36 Tahun 2008 dan PSAK No. 46 tentang akuntansi Pajak Penghasilan. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan dari hasil penelitian dan data yang diperoleh, maka penulis dapat mengambil keimpulan bahwa : 1. PT. GATRA KALTIM JAYA Balikpapan dalam melakukan perhitungan Pajak Penghasilan PPh Pasal 21 atas karyawan tetap telah sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. 2. Pelaporan PPh Pasal 21 yang dicatatkan oleh Staff Accounting pada PT. GATRA KALTIM JAYA Balikpapan telah dilaksanakan dengan tepat waktu sesuai dengan Undang-Undang No. 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan. 3. Pelaksanaan PPh Pasal 21 pada PT. GATRA KALTIM JAYA Balikpapan telah sesuai dengan Keputusan Direktur Jendral Pajak No. KEP-545PJ2000 seagaimana telah diubah dengan Peraturan Jendral Pajak No. 15PJ2006 tentang pelaksanaan pemotongan, penyetoran dan pelaporan PPh Pasal 21 sehubungan dengan pekerjaan jasa dan kegiatan orang pribadi. Saran Adapun saran-saran yang perlu penulis sampaikan adalah sebagai berikut: 1. Pihak perusahaan harus peka terhadap setiap perubahan-perubahan peraturan perpajakan. 2. Pihak perusahaan tidak perlu takut dalam memberikan data-data atau informasi-informasi yang dibutuhkan oleh para peneliti, karena peneliti hanya membandingkan antara teori dan prakteknya dilapangan. Apabila ditemukan kekeliruan, peneliti hanya dapat memberikan informasi dimana letak kekeliruan tersebut. 3. Pihak perusahaan hendaknya dengan senang hati menerima para peneliti untuk melakukan riset di perusahaannya, karena perusahaan akan memperoleh informasi-informasi yang baru seputar objek yang diteliti. 107 DAFTAR PUSTAKA Harahap,Sofyan Syafri. 2005. Teori Akuntansi . PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Belkaoui, Ahmed Riahi. 2011. Teori Akuntansi. Salemba Empat. Jakarta. Waluyo. 2009, Akuntansi Pajak . Salemba Empat. Jakarta. Resmi Siti. 2011. Perpajakan Teori Dan Kasus. Salemba Empat, Jakarta. Waluyo . 2011. Perpajakan Indonesia . Salemba Empat. Jakarta. Irwansyah Lubis. Gustian Djuanda, Ardiansyah Lubis. 2010. Review Pajak Orang Pribadi Dan Orang Asing . Salemba Empat. Jakarta. Mardiasmo. 2011 , Perpajakan . Andi. Yogyakarta. Mardiasmo. 2009 . Perpajakan . Andi. Yogyakarta. Rahayu Siti. 2010. Perpajakan Indonesia . Graha Ilmu. Yogyakarta. Suhartono Rudy, Ilyas B. Wirawan. 2010. Ensiklopedia Perpajakan Indonesia . Salemba Empat. Jakarta. Suhartono Rudy, Ilyas B. Wirawan . 2010. Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan . Salemba Empat. Jakarta. Weygandt, Kimmel, Kieso. 2011. Financial Accounting. IFRS Edition. Courier Kendallville. United States of America. Sugyono. 2010. Metode Penelitian dan Bisnis. Alfabeta. Bandung. Ilyas B. Wirawan, Richard Burton. 2010. Hukum Pajak . Salemba Empat. Jakarta 108 ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN EARMARKING TAX PADA PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI PROVINSI SULAWESI UTARA Andre Stevan Masihor David Paul Elia Saerang Herman Karamoy Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email: masihor_andreyahoo.com ABSTRAK Pengaturan otonomi daerah dan desentralisasi memberikan kewenangan bagi setiap daerah dalam kemandiriannya untuk meningkatkan potensi dan mewujudkan kesejahteraan rakyat. Salah satu potensi daerah yang sangat berkembang adalah pajak daerah, dimana saat ini pengaturannya berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009. Dalam hal kesejahteraan rakyat undang-undang tersebut mengamanatkan untuk mengalokasikan sejumlah dana untuk pembangunan kegiatan sektor pajak yang dipungut, kebijakan ini dikenal dengan earmarking tax. Pajak kendaraan bermotor adalah salah satu pajak yang termasuk dalam kebijakan ini dimana besaran alokasinya yaitu minimal 10 dari hasil dan digunakan untuk pembangunan sarana prasarana transportasi. Di SULUT ketentuan ini dijabarkan dalam Perda Nomor 7 tahun 2009 dimana isi amanatnya sesuai dengan ketentuan tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penerapan kebijakan earmarking tax pajak kendaraan bermotor di provinsi Sulawesi Utara sesuai dengan amanat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. Metode analisis yang dipakai adalah analisis deskriptif. Hasil temuan penelitian ini adalah kebijakan earmarking tax di SULUT berjalan beriringan dengan sistem APBD SULUT dimana pendapatan dan pengeluaran dilakukan melalui satu kas umum daerah. Pada tahun 2012 belanja untuk peningkatan sarana prasarana jalan telah lebih dari 10 yaitu mencapai 90 dari jumlah pajak kendaraan bermotor yang masuk, sehingga alokasi dananya sudah sesuai dengan peraturan yang berlaku. Kata kunci : earmarking tax, pajak kendaraan bermotor ABSTRACT Regional autonomy and decentralization setting authority for every area in their independence and realize the potential to improve peoples welfare. One potential area that is growing is a local tax , which is currently setting based on Undang-Undang No. 28 tahun 2009. In terms of social welfare legislation is mandated to allocate some funds for the construction sector activities withholding tax , this policy is known as earmarking tax. Motor vehicle tax is one tax that is included in this policy where the amount of the allocation that is at least 10 of the proceeds and used for the construction of transportation infrastructure. In SULUT terms are defined in Perda No. 7 tahun 2009 in which the contents of its mandate in accordance with such provisions. The purpose of this study is to analyze the implementation of earmarking tax policy of motor vehicle tax in the province of North Sulawesi in accordance with the mandate of the legislation in force. The analytical method that used is descriptive analysis. The findings of this study are earmarking tax policy in SULUT go hand in hand with SULUT budget system where revenues and expenditures through the general treasury area. In 2012 spending on road infrastructure has increased more than 10 , reaching 90 of total motor vehicle tax that go, so that the allocation of funds is in compliance with applicable regulations. Keywords : earmarking tax, motor vehicle tax 109 PENDAHULUAN Latar Belakang Otonomi daerah dan desentralisasi merupakan kebijakan pemerintah yang memberikan yang memberi kewenangan bagi masing-masing daerah dalam hal kemandiriannya untuk mengatur pemerintahannya untuk terwujudnya kesejahteraan rakyat serta mengoptimalkan potensi masing-masing khususnya Pendapatan Asli Daerah PAD. selain PAD daerah juga harus mengatur pemerintahannya untuk terwujudnya kesejahteraan rakyat. Pendapatan Asli Daerah PAD merupakan sebuah komponen pembiayaan yang penting dalam pelaksanaan kegiatan pemerintahan daerah sebagai bagian dari implementasi desentralisasi fiskal. Salah satu sumber pendapatan yang besar untuk PAD adalah pajak daerah dimana saat ini pengaturaannya berdasarkan Undang-undang Nomor 28 tahun 2009. Peraturan ini merupakan perubahan dari undang-undang sebelumnya yang memiliki beberapa perbedaan dari undang-undang sebelumnya salah satunya adalah ditetapkannya kebijakan earmarking tax. Earmarking tax merupakan kebijakan pengalokasian dana pajak yang digunakan untuk membiayai kegiatan-kegiatan yang berkaitan dengan pajak yang dipungut. jenis pajak yang termasuk dalam konsep ini adalah pajak kendaraan bermotor, pajak penerangan jalan dan pajak rokok. Dengan adanya pengalokasian dana tersebut maka akan tersedia jaminan untuk anggaran peningkatan kualitas pelayanan publik. Pemenuhan pelayanan publik berlaku juga bagi pelaksanaan pemerintahan provinsi Sulawesi Utara SULUT mengingat semakin berkembangnya daerah ini dalam hal globalisasi dan moderenisasi termasuk pemasukan dana pajak kendaraan bermotor SULUT yang untuk tiap tahunnya bertambah, sehingga menggambarkan keadaan kendaraan bermotor di SULUT makin bertambah pula. Selain memberikan kontribusi baik bagi PAD SULUT, keadaan kendaraan bermotor ini juga menimbulkan hal buruk seperti kemacetan dan kerusakan jalan. Pengaturan pajak daerah SULUT, Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 dijabarkan kedalam Peraturan daerah SULUT Nomor 7 tahun 2011. Peraturan daerah ini memiliki kesamaan dengan undang-undang tersebut termasuk kebijakan earmarking tax- nya. Peraturan daerah ini masih tergolong baru bagi SULUT, Karena baru diberlakukan pada januari 2012. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini untuk menganalisis penerapan kebijakan earmarking tax pajak kendaraan bermotor di provinsi Sulawesi Utara sesuai dengan amanat dalam peraturan perundang-undangan yang berlaku. TINJAUAN PUSTAKA Otonomi Daerah dan Desentralisasi Waluyo 2011: 235 memaparkan bahwa secara resmi era otonomi daerah berlaku di Indonesia sejak 1 januari 2001. Sehingga daerah dituntut mencari berbagai alternatif sumber penerimaan yang dapat digunakan membiayai pengeluaran atau belanja daerah. Kebijakan ini merupakan penyelenggaraan pemerintahan dari yang sebelumnya bersifat terpusat menjadi terdesentralisasi. Kerangka otonomi daerah dan desentralisasi fiskal telah memberikan dimensi yang lebih jelas bagi Daerah dalam menyelenggarakan pemerintahan dan pelayanan serta pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip transparansi, partisipasi dan akuntabilitas. Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan RI, 2012: 13 Pajak Daerah Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 angka 10 menjelaskan bahwa pajak daerah, yang selanjutnya disebut pajak, adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan undang-undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak daerah dibagi atas Pajak provinsi dan pajak kabupaten kota. 110 Bagi Hasil Pajak Provinsi Undang-undang Nomor 28 tahun 2009 meyatakan bahwa hasil pungutan pajak daerah tepatnya jenis pajak provinsi harus dibagi hasil dengan kabupatenkota. Hal ini dilaksanakan dalam rangka pemerataan pembangunan dan peningkatan kemampuan keuangan kabupatenkota dalam membiayai fungsi pelayanan kepada masyarakat, pajak provinsi dibagihasilkan kepada kabupatenkota, dengan proporsi sebagai berikut: Tabel 1. Proporsi Pembagian Dana Pajak antara Provinsi dengan KabupatenKota Jenis Pajak Provinsi KabKota Pajak Kendaraan Bermotor 70 30 Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor 70 30 Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor 30 70 Pajak Air Permukaan 50 50 Pajak Rokok 30 70 Sumber: Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 Earmarking Tax Michael 2012: 2, menyatakan Earmarking is the budgeting practice of dedicating tax or other revenues to a specific program or purpose. This practice typically involves depositing tax or other revenues into a special account from which the legislature appropriates money for the designated purpose. Kutipan ini memaparkan bahwa earmarking merupakan praktek penganggaran mendedikasikan pendapatan pajak atau pendapatan lainnya untuk program tertentu, dan praktek ini melibatkan penyetoran pajak atau pendapatan lainnya ke rekening khusus. Earmarking dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas pelayanan secara bertahap dan terus menerus dan sekaligus menciptakan good governance dan clean government Siahaan, 2010: 179. Penerapan kebijakan earmarking tax untuk setiap jenis pajak yang termasuk dalam konsep ini, memiliki besaran yang berbeda-beda untuk setiap jenis pajaknya yang akan di- earmark , bahkan berbeda juga tujuan alokasinya, seperti yang terlihat dalam tabel berikut ini: Tabel 2. Pengalokasian earmarked beberapa jenis pajak yang diamanatkan dalam UU No. 28 tahun 2009 Jenis Pajak Daerah yang di-earmark Amanat earmarking tax dalam UU No. 282009 Pasal, ayat Besarnya Alokasi Tujuan Alokasi Pajak Kendaraan Bermotor Pasal 8, ayat 5 Minimal 10 Pembangunan danatau pemeliharaan jalan Peningkatan moda dan sarana transportasi Pajak Rokok Pasal 31 Minimal 50 mendanai pelayanan kesehatan masyarakat Penegakan hukum oleh aparat yang berwenang Pajak Penerangan Jalan Pasal 56, ayat 3 Sebagian Penyediaan penerangan jalan Sumber: UU No. 28 tahun 2009 diolah peneliti Tabel 2. menunjukan bahwa untuk pajak kendaraam bermotor besaran alokasi dananya yaitu 10 digunakan untuk peningkatansarana prasarana transportasi. Pajak Kendaraan Bermotor Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang PDRD menyatakan bahwa Pajak Kendaraan Bermotor PKB adalah pajak atas kepemilikan danatau penguasaan kendaraan bermotor. Kendaraan bermotor adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air. UU No 28 thn 2009, Pasal 1, angka 12 dan 13. 111 Penelitian Terdahulu Tabel 3. Matriks Perbandingan Penelitian ini dengan penelitian terdahulu Nama Peneliti tahun Judul Tujuan Metode Penelitian Hasil penelitian persamaan perbedaan Poetri Mutiara Bela 2010 Analisis Earmarking Tax atas Pajak Kendaraan Bermotor Studi Earmarking Tax di DKI Jakarta 1. menganalisis alasan-alasan diterapkannya konsep earmarking tax atas pajak kendaraan bermotor dalam Undang-undang pajak Daerah dan Retribusi Daerah No. 28 tahun 2009. 2.mengidentifikasi upaya-upaya pemerintah terkait dengan persiapan penerapan konsep earmarking tax atas Pajak Kendaraan Bermotor. 3. Mengudentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat yang mungkin akan dihadapi Pemerintah Daerah Jakarta terkait dengan penerapan kosep earmarking tax atas Pajak Kendaraan Bermotor. 4. Menganalisis alasan-alasan ditetapkannya besaran minimal 10 atas earmarking tax atas Pajak Kendaraan Bermotor. Pendekatan Kualitatif dengan studi lapangan dan studi kepustakaan 1.justifikasi penerapan earmarkin g tax meliputi: apenerapan prinsip manfaat, bpermasalahan kemacetan DKI Jakarta, cadanya kepastian sumber pendanaan, d kestabilan dan kontinuitas dalam pendanaan 2.Upaya pemerintah DKI Jakarta dalam pelaksanaan earmarking tax : apenyiapan peraturan daerah, bpemilihan program disektor jalan dan transportasi, c koordinasi pihak-pihak yang terkait. 3.faktor penghambat maupun pendukung dalam earmarking tax. Faktor penghambat: asistem penganggaran di DKI Jakarta, b kesiapan pihak yang terkait dengan earmarking tax PKB, c earmarking tax pada PKB tidak akan bekerja. Faktor pendukungnya: amasyarakat yang menerima manfaat earmarking tax, bperaturan mengenai earmarking tax atas PKB 4.Besaran earmarking tax 10 dibuat minimal agar masih dapat memberikan ruang bagi Pemda untuk menentukan prioritas pendanaan dan anggaran belanjanya. Selain itu angka 10 diambil dari simulasi matematis yang diajukan pemerintah sewaktu pengajuan RUU PDRD. Persamaannya terdapat pada subjek jenis pajak yaitu PKB, dan analisis earmarking tax. Selain itu persamaan metode penelitian juga, yaitu kualitatif Perbedaannya terdapat pada objek penelitian dimana peneliti sebelumnya mengangkat sebagai objeknya yaitu DKI Jakarta, sedangkan dalam penelitian ini adalah provinsi SULUT. Selain itu perbedaan dari beberapa tujuan penelitian yang secara langsung juga membedakan perumusan masalahnya. Murdiyana Setyani 2012 Analisis Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Kontribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah PAD Provinsi Sulawesi Utara untuk mengetahui seberapa besar kontribusi dan realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor terhadap PAD Provisi Sulawesi Utara. Metode kualitatif, dengan menggunakan metode analisis kontribusi dan analisis trend. Dapat diketahui bahwa kontribusi pajak kendaraan bermotor terhadap pendapatan asli daerah provinsi Sulawesi Utara mengalami fluktuasi yang relatif menyebar mulai tahun 2007-2011. Kontribusi tertinggi terjadi pada tahun 2009 yaitu sebesar 0,48 Persamaan terdapat pada subjek jenis pajaknya yaitu Pajak Kendaraan Bermotor dan Objeknya yaitu Sulawesi Utara. Perbedaannya terdapat pada metode analisis, dimana peneliti sebelumnya menggunakan analisis kontribusi dan trend, sedangkan penelitian ini menggunakan metode analisis kualitatif deskriptif. Selain itu perbedaan dalam hal tujuan penelitiannya. 112 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian terhadap masalah- masalah berupa fakta-fakta saat ini dari suatu populasi Indriantoro dan Supomo, 2012: 26 Tempat dan Waktu Penelitian Tempat Penelitian adalah Dinas Pendapatan Provinsi Sulawesi Utara dan Dinas Pekerjaan Umum Provinsi Sulawesi Utara. Waktu penelitian dilakukan pada bulan oktober sampai november. Prosedur Penelitian 1. Mengajukan Permohonan Penelitian: Memasukan surat permohonan penelitian dengan persetujuan dari Fakultas Ekonomi untuk melakukan penelitian pada objek atau instansi yang dipakai dalam penyusunan skripsi. 2. Disposisi Pimpinan Instansi: Setelah pemasukan surat permohonan penelitian, Bidang Umum dan Kerjasama, menindak lanjuti pembuatan surat perintah yang menjelaskan tentang izin penelitian pada instansi tersebut dengan persetujuan pimpinan instansi. 3. Pengumpulan Data: Dalam tahap ini peneliti melaksanakan proses pengumpulan data yang akan dipakai dalam penelitian dan penyusunan skripsi, yaitu melaksanakan wawancara dengan beberapa pimpinan Dispenda SULUT, pengumpulan data mengenai laporan realisasi penerimaan pajak kendaraan bermotor tahun 2012- Agustus 2013. Dan laporan bagi hasil pajak kendaraan bermotor. Kemuadian laporan keuangan dari Dinas Pekerjaan Umum untuk melihat pengeluaran untuk pembangunan jalan daerah. 4. Analisis Data Penelitian dan Pembahasan: Dalam tahap ini dilakukan analisis data yang telah dikumpulkan dan melakukan pembahasan tentang rumusan masalah dalam penelitian dan menentukan hasil penelitian. 5. Menarik Kesimpulan: Pada tahap ini peneliti menarik kesimpulan dari penelitian yang dilakukan sebagai akhir dari penelitian ini. Metode Pengumpulan Data Jenis Data Data adalah sekumpulan fakta yang diperoleh melalui pengamatan observasi langsung atau survei Indriantoro dan Supomo, 2012: 10. Dalam penelitian ini menggunakan dua jenis data yaitu: a. Data Kuantitatif adalah data penelitian berupa angka-angka atau numerik dan analisis menggunakan statistik. b. Data Kualitatif adalah data yang disajikan secara deskriptif dan tidak dapat diukur dengan skala numerik. Sumber Data 1. Data Primer, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung dari sumber asli atau tidak melalui media perantara Indriantoro dan Supomo, 2012: 146. 2. Data Sekunder, merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain Indriantoro dan Supomo, 2012: 147. Teknik Pengumpulan Data 1. Penelitian Lapangan field research , merupakan kegiatan kunjungan serta kegiatan pengumpulan data ditempat atau objek yang memiliki sumber data yang sesuai dengan penelitian, dan data diperoleh melalui cara: a. Wawancara, adalah teknik pengumpulan data dengan cara mengadakan kegiatan komunikasi langsung dengan pihak-pihak instansi yang terkait, dan membahas masalah-masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini. b. Dokumenter, merupakan cara pengumpulan data dengan menggunakan arsip atau dokumen-dokumen yang bersifat tulisan dari instansi yang bersangkutan. 2. Penelitian Kepustakaan library Research , merupakan cara pengumpulan yang dilakukan dengan mengumpulkan data dari teori-teori yang diperoleh dan dipelajari dari buku-buku, literatur, jurnal, serta bahan-bahan informasi lainnya yang berhungan dengan masalah yang diteliti untuk digunakan sebagai landasan pemikiran teoritis bagi penulis didalam membahas penelitian ini. 113 Metode Analisis Penelitian ini menggunakan metode analisis yaitu analisis kualitatif, adalah bersifat induktif, yaitu suatu analisis berdasarkan data yang diperoleh, selanjutnya dikembangkan pola hubungan tertentu atau menjadi hipotesis Sugiyono, 2010: 428 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Objek Penelitian Provinsi Sulawesi Utara terletak di ujung utara pulau Sulawesi Indonesia, dengan ibukotanya adalah kota Manado. Provinsi Sulawesi Utara dibentuk berdasarkan Undang-undang Nomor 13 Tahun 1964 tentang Pembentukan Provinsi Sulawesi Utara pada tanggal 23 September 1964. Dengan visinya yaitu, “ Menuju Sulawesi Utara yang Berbudaya, Berdaya Saing dan Sejahtera”. Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara dalam kerangka otonomi daerah memiliki strategis dalam mendukung pembiayaan kegiatan pemerintahan di daerah yang sangat kompleks, yang dapat dioperasionalkan jika memiliki ketersediaan anggaran yang memadai.Visi Dinas Pendapatan Daerah yaitu: “Terdepan dalam pengelolaan pendapatan daerah dan pelayanan prima”. Visi ini mencerminkan bahwa Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara mengedepankan kualitas pengelolaan pendapatan daerah dan kualitas pelayanan kepada wajib pajak serta bertindak sebagai leader dalam pengkoordinasian pemungutan pendapatan daerah bersama Satuan Kerja Perangkat Daerah SKPD pengelola pendapatan daerah. Dinas Pekerjaan Umum sebagai institusi teknis yang melaksanakan kebijakan pemerintah Provinsi Sulawesi Utara, mengedepankan visi yaitu: ”Tersedianya Prasarana Jalan dan Jembatan serta Permukiman berdasarkan Tata Ruang yang handal, bermanfaat agar terwujud Sulawesi Utara yang berbudaya, berdaya saing dan sejahtera”. Hasil Penelitian Pengaturan Alokasi Dana Pajak Kendaraan Bermotor Provinsi Sulawesi Utara Pengalokasian dan pembagian dana pajak dari pungutan jenis pajak provinsi di SULUT, diatur dalam Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Perda Nomor 7 tahun 2011 tentang Pajak Daerah. pengaturan pengalokasian dan pembagian dana pajak kendaraan bermotor termuat pada: 1. BAB III, Bagian Kelima tentang Alokasi Dalam APBD, Pasal 14 yang mengatakan bahwa: “Hasil Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor paling sedikit dialokasikan 10 sepuluh persen untuk meningkatkan sarana dan prasarana jalan serta peningkatan moda transportasi”. 2. BAB XII, Bagian Kesatu tentang Bagi Hasil dan Biaya Operasional, Pasal 67 ayat 1 mengatakan bahwa: “Hasil penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor diserahkan kepada pemerintah kabupaten dan kota sebesar 30 tiga puluh persen”. Kemudian dalam Pasal 67 ayat 2 mengatakan bahwa : “pembagian sebagaimana dimaksud pada ayat 1 untuk pajak kendaraan bermotor dibagi sebesar 30 tiga puluh persen berdasarkan pemerataan dan sebesar 70 tujuh puluh persen berdasarkan potensi”. Pemungutan pajak kendaraan bermotor dilakukan oleh masing-masing Unit Pelaksana Teknis Daerah UPTD yang terbagi di tiap KabupatenKota, dimana penyetorannya dilakukan ke Bank Pembangunan Daerah dalam hal ini Bank SULUT, serta masing-masing UPTD wajib mengirimkan laporan pemasukan dan penyetoran pajak ke Dinas Pendapatan Daerah SULUT. Dalam hal kegiatan pemasukan dan pengeluaran SULUT dijalankan berdasarkan APBD yang berlaku, dimana masing-masing SKPD akan memasukkan berbagai rancangan anggaran dan belanja berdasarkan tugas dan kewajibannya. Dalam konsep earmarking tax, dana pajak yang akan dialokasikan dari pajak kendaraan bermotor digunakan untuk peningkatan sarana prasarana transportasi. Untuk pemeliharaan dan peningkatan jalan, belanja ini diatur oleh Dinas Pekerjaan Umum SULUT. Dalam membiayai belanja tersebut digunakanlah dana pendapatan yang sudah dirancangkan dalam APBD juga, dalam hal ini Badan Pengelola Keuangan dan Barang Milik Daerah SULUT akan menyetorkan dana ke masing-masing instansi untuk belanjannya. Selain itu dana pajak kendaraan bermotor masuk secara keseluruhan bersama-sama dengan Pendapatan Asli Daerah PAD lainnya dan penyetoran dana pun didasarkan kepada jumlah anggaran untuk masing-masing SKPD. Penerimaan dan Bagi hasil Pajak Kendaraan Bermotor SULUT tahun 2012 Pemasukan pendapatan asli daerah tahun 2012 dalam hal ini pajak kendaraan bermotor dapat dilihat dalam tabel berikut ini: 114 Tabel 4. Penerimaan PKB SULUT tahun 2012 Unit Kerja Target TA. 2012 Realisasi tahun 2012 dari target potensi UPTD Manado Rp 89.153.513.000 Rp 91.542.765.741 102.68 51,97397128 UPTD Tondano Rp 10.671.000.000 Rp 10.990.685.600 103.00 6,240029707 UPTD Bitung Rp 17.911.000.000 Rp 17.607.728.100 98.31 9,996896501 UPTD Tahuna Rp 2.565.000.000 Rp 2.640.948.050 102.96 1,499414585 UPTD Kotamobagu Rp 7.985.000.000 Rp 8.622.270.200 107.98 4,895347219 UPTD Amurang Rp 8.226.790.000 Rp 8.322.380.700 101.16 4,725083101 UPTD Airmadidi Rp 14.085.000.000 Rp 14.641.310.440 103.95 8,312694533 UPTD Tomohon Rp 7.750.000.000 Rp 7.313.931.000 94.37 4,152529549 UPTD Mitra Rp 3.058.548.750 Rp 3.402.464.800 111.24 2 UPTD Bolmong Rp 6.744.000.000 Rp 5.830.897.700 86.46 3,310528223 UPTD Bolmut Rp 3.092.000.000 Rp 1.347.176.500 43.57 0,764867788 UPTD Boltim Rp 1.847.500.000 Rp 1.630.543.700 88.26 0,925751268 UPTD Bolsel Rp 1.368.000.000 Rp 865.389.600 63.26 0,491330296 UPTD Talaud Rp 1.055.000.000 Rp 747.992.850 70.90 0,424677566 UPTD Sitaro Rp 1.255.000.000 Rp 625.458.550 49.84 0,355107959 Jumlah Rp176.767.351.750 Rp176.131.943.531 99.64 100 Sumber: Dinas Pendapatan Daerah Sulawesi Utara diolah kembali oleh penulis Tabel 4 menunjukan bahwa penerimaan pajak kendaraan bermotor SULUT pada tahun 2012 adalah sebesar Rp 176.131.943.531 atau 99.64 dari target untuk tahun anggaran 2012. Dana pajak kendaraan bermotor dibagi hasilkan untuk provinsi maupun Kabupatenkota pada tiap bulan berjalan di tahun 2012, pembagianya didasarkan pada formulasi bagi hasil pajak pada tabel 4. Nominal bagi hasil pajak kendaraan bermotor SULUT untuk tahun 2012 ditunjukan dalam rumusan berikut: PKB tahun 2012 : Rp 176.131.943.531 Untuk pemungut : 3 x Rp 176.131.943.531 = Rp 5.283.958.306 Sisa yang akan dibagihasilkan ke Provinsi dan KabupatenKota : Rp 176.131.943.531 - Rp 5.283.958.306 = Rp 170.847.985.225 Provinsi : 70 x Rp 170.847.985.225 = Rp 119.593.589.657 KabupatenKota : 30 x Rp 170.847.985.225 = Rp 51.254.395.568 Terlihat bahwa dana bagi hasil pajak kendaraan bermotor yang masuk di kas daerah provinsi Sulawesi Utara untuk tahun 2012 adalah senilai Rp119.593.589.657. dalam kaitannya dengan konsep earmarking tax maka untuk melihat nilai minimum yang akan dialokasikan akan dikalikan dengan 10: Earmarking tax : 10 x Rp 119.593.589.657 = Rp 11.959.358.965 Perhitungan tersebut menunjukan bahwa anggaran untuk belanja dalam hal pembangunan sarana transportasi harus bernilai minimal Rp 11.959.358.965 atau lebih. Belanja untuk Peningkatan Sarana Prasarana Jalan Provinsi SULUT tahun 2012. Provinsi Sulawesi Utara, dalam pengaturan urusan belanja langsung untuk peningkatan jalan, diatur oleh Dinas Pekerjaan Umum. Pembiayaan peningkatan sarana prasarana jalan di Sulawesi Utara didasarkan atas kebutuhan dari daerah, sehingga besaran dana yang dikeluarkan merupakan jumlah nominal yang dibutuhkan daerah dalam hal peningkatan jalan tersebut. Namun besaran nominal 10 dari pemasukan pajak kendaraan bermotor di kas provinsi telah menjadi jaminan ketersediaan dana bagi provinsi dalam pembiayaan sektor tersebut. Besaran belanja langsung untuk peningkatan sarana prasarana jalan dalam hal rehabilitas pemeliharaan dan peningkatan jalan serta jembatan di SULUT pada tahun 2012 terlihat dalam tabel berikut ini: 115 Tabel 5. Pengeluaran untuk Program Rehabilitas pemeliharaan dan peningkatan jalan dan jembatan SULUT tahun 2012 Uraian Anggaran 2012 Realisasi 2012 1. Program Rehabilitas pemeliharaan Jalan dan Jembatan Rp115.234.970.450 Rp105.198.578.268 91,29 Honorarium Pegawai Honorer tidak tetap Rp 1.478.059.000 Rp 1.326.712.500 89,76 Belanja barang habis pakai belanja alat tulis kantor Rp 95.000.000 Rp 87.011.935 91,59 Belanja bahan material Belanja bahan baku bangunan Rp 20.893.500.000 Rp20.869.447.978 99,88 Belanja cetak dan penggandaan Rp 295.000.000 Rp 242.078.873 82,06 Belanja Perjalanan Dinas Rp 145.000.000 Rp - Belanja jasa konsultansi perencanaan Rp 1.954.519.000 Rp 1.943.269.000 99,42 Belanja modal pengadaan konstruksi jalan Rp 89.773.892.450 Rp80.163.821.130 89,3 Belanja modal pengadaan konstruksi jembatan Rp 600.000.000 Rp 566.236.852 94,37

2. Program peningkatan jalan jembatan Rp 3.437.180.150

Rp 2.393.387.538 70 Belanja Modal Pengadaan Konstruksi jalan Rp 359.365.500 Rp 210.000.000 58,44 Belanja modal pengadaan konstruksi jembatan Rp 3.077.814.650 Rp 2.183.387.538 70,94 Jumlah Rp118.672.150.600 Rp107.591.965.806 90,66 Sumber: Dinas Pekerjaan Umum SULUT Tabel 5 menunjukan bahwa jumlah pengeluaran atau realisasi untuk belanja langsung dalam peningkatan sarana prasarana jalan di SULUT pada tahun 2012 adalah sebesar Rp 107.591.965.806. Rancangan APBD Untuk Tahun 2013 dalam kaitannya dengan alokasi dana pajak kendaraan bermotor Untuk Tahun Anggaran TA 2013 Pemerintah Provinsi Sulawesi Utara dalam hal ini Dinas Pendapatan Daerah, telah menetapkan target dari penerimaan pajak daerah termasuk didalamnya pajak kendaraan bermotor. Jumlah nominal yang ditargetkan adalah sebagai berikut: Tabel 6. Target Penerimaan Pajak Daerah SULUT Tahun Anggaran 2013 Jenis Penerimaan Target TA. 2013 PKB Rp. 188.714.175.750 BBN – KB Rp. 245.808.359.000 PBB – KB Rp. 143.240.000.000 P3AP Rp 1.800.930.000 Jumlah Rp 579.563.464.750 Sumber: Website Resmi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara. 116 Tabel 6 menunjukan bahwa target dari penerimaan pajak kendaraan bermotor adalah sebesar Rp. 188.714.175.750 atau 32 dari jumlah keseluruhan target. Dari penerimaan pajak kendaraan bermotor tersebut akan dibagi sebesar 70 untuk provinsi dan 30 untuk kabupatenkota, sehingga nominal pembagiannya yaitu: Target tahun 2013 : Rp 188.714.175.750 Untuk Pemungut : 3 x Rp 188.714.175.750 = Rp 5.661.425.273 Sisa yang akan dibagihasilkan ke Provinsi dan KabupatenKota : Rp 188.714.175.750 – Rp 5.661.425.273 = Rp 183.052.750.478 Provinsi : 70 x Rp Rp 183.052.750.478 = Rp 128.136.925.334 Kota : 30 x Rp Rp 183.052.750.478 = Rp 54.915.825.143 Terlihat bahwa dana yang ditargetkan masuk ke kas provinsi dari bagi hasil pajak kendaraan bermotor adalah Rp.128.136.925.334. Dari besaran tersebut yang menjadi dasar yang akan dialokasikan earmark akan dikalikan 10 sebagai nilai minimum yang akan di alokasikan. Earmarking Tax = 10 x Rp 128.136.925.334 = Rp 12.813.692.533 Perhitungan tersebut menunjukan bahwa anggaran untuk belanja dalam hal pembangunan sarana transportasi harus bernilai Rp 12.813.692.533 atau lebih. Rancangan APBD dalam kaitannya dengan kebijakan earmarking tax pajak kendaraan bermotor adalah mengenai biaya untuk pembangunan sarana prasarana transportasi dalam hal ini jalan raya. Rancangan APBD nya masuk dalam SKPD Dinas Pekerjaan Umum. Berdasarkan APBD TA. 2013 anggaran untuk rehabilitas, pemeliharaan dan peningkatan jalan SULUT adalah sebesar Rp84.070.401.700 Pembahasan Pelaksanaan kebijakan earmarking tax provinsi Sulawesi Utara didasarkan pada Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, kemudian dijabarkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 7 tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Sistem APBD SULUT dalam rangka pelaksanaan kegiatan pemerintahan untuk pelayanan publik menggambarkan suatu sistem yang bersifat terarah dalam penganggaran dan penyetoran dananya. Tidak ada spesifikasi pengaturan dana dari pendapatan tertentu akan di khususkan untuk pengeluaran tertentu. Hal ini menunjukan bahwa nilai minimal 10 yang harus dialokasikan dananya untuk sarana dan prasarana transportasi tidak akan terlihat, karena dana pajak kendaraan bermotor ini di setorkan ke kas daerah secara keseluruhan. Keberadaan besaran minimal 10 ini yang diatur juga dalam Perda No 7 tahun 2011 dijadikan sebagai jaminan bagi ketersediaan dana untuk peningkatan sarana dan prasarana transportasi di SULUT. Namun pembiayaan untuk pengeluaran tersebut juga didasarkan atas keperluan dari daerah, jadi dengan kata lain jumlah pengeluarannya bisa lebih dari besaran 10 tersebut. Tabel 7. Penerimaan PKB dan belanja untuk sarana prasarana jalan SULUT 2012 Penerimaan PKB keseluruhan Bagi Hasil ke Provinsi 70 Earmarking tax minimal 10 Pengeluaran untuk sarana prasarana jalan Rp176.131.943.531 Rp119.593.589.657 Rp11.959.358.965 Rp107.591.965.806. Dikelola Penulis Tabel 7 menunjukan bahwa besaran earmarking tax sebesar 10 yaitu Rp11.959.358.965 merupakan nilai minimal yang harus digunakan untuk belanja peningkatan sarana dan prasarana transportasi dalam hal ini jalan. Namun besaran pengeluaran untuk belanja tersebut adalah senilai Rp107.591.965.806. hal ini menunjukan bahwa dana yang digunakan untuk belanja peningkatan sarana dan prasarana jalan sudah lebih dari minimal besaran alokasi dana pajak kendaraan bermotor. Sehingga dapat dikatakan bahwa SULUT telah mengeluarkan dana untuk belanja peningkatan sarana dan prasarana jalan mencapai 90 dari penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor yang di bagi hasilkan ke kas daerah SULUT atau sekitar 61 dari penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor SULUT secara keseluruhan untuk tahun 2012. 117 PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan untuk penelitian ini yaitu sebagai berikut: Pelaksanaan kebijakan earmarking tax pajak kendaraan bermotor di Provinsi Sulawesi Utara, berjalan bersamaan dengan sistem penganggaran dalam APBD, dimana alur pendapatan sampai pada pengeluaran dilaksanakan dalam satu pot besar yaitu APBD melalui kas umum daerah. Dalam hasil dan pembahasan penelitian terlihat bahwa pada tahun 2012 belanja untuk peningkatan dan pemeliharaan jalan di SULUT telah melebihi minimal 10 dari penerimaan pajak kendaraan bermotor yaitu mencapai 90. Berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara No. 7 tahun 2011 tentang Pajak Daerah, menunjukan bahwa kebijakan earmarking tax di SULUT telah sesuai dengan ketentuan tersebut dalam hal nilai atau jumlah alokasi dana yang diamanatkan, dimana jumlah dana yang digunakan dalam belanja peningkatan dan pemeliharaan jalan tersebut telah melebihi minimal 10 penerimaan pajak kendaraan bermotor. Saran Berdasarkan kesimpulan yang ada maka yang menjadi saran dari penulis yaitu pemerintah daerah Sulawesi Utara harus mempertahankan bahkan meningkatkan kebijakan pemenuhan pelayanan publik dalam hal peningkatan sarana prasarana transportasi sebagai wujud alokasi dana pajak kendaraan bermotor, dimana wajib pajak memilik hak untuk menikmati pelayanan publik tersebut. Mengingat perkembangan pertumbuhan dana pungutan pajak yang terus meningkat pada tiap tahun berjalan, maka harus disesuaikan juga kebutuhan dari penggunaan objek pajak tersebut. Selain itu, diupayakan agar memprioritaskan rehabilitas ataupun pemeliharaan jalan yang berada dilingkungan sektor perekonomian ataupun pemerintahan, hal ini dikarenakan banyaknya kendaraan yang melintasi jalan-jalan di lingkungan tersebut, sehingga tinggi pula tingkat akibat yang ditimbulkan seperti kerusakan jalan, ataupun kemacetan. DAFTAR PUSTAKA Bela, Poetri Mutiara, 2010. Analisis Earmarking Tax Atas Pajak Kendaraan Bermotor Studi Earmarking Tax di DKI Jakarta : Universitas Indonesia. Depok. http:lib.ui.ac.idharvestindex.phprecordview425159. Diakses 25 Agustus 2013. Indriantoro, Supomo, 2012. Metode Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen . Edisi Pertama. BPFE- Yogyakarta : Yogyakarta. Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan, Kementrian Keuangan Republik Indonesia, 2012. Pelengkap Buku Pegangan Penyelenggaraan Pemerintahan dan Pembangunan Daerah : Jakarta. Republik Indonesia. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009. tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah PDRD . Jakarta. . Peraturan Daerah PERDA Provinsi Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah . Manado. Setyani, Murdiyana, 2012. Analisis Penerimaan Pajak Kendaraan Bermotor dan Kontribusi Terhadap Pendapatan Asli Daerah PAD Provinsi Sulawesi Utara : Universitas Sam Ratulangi, Manado. Siahaan Marihot Pahala. 2010. Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Edisi revisi. Rajawali pers : Jakarta. Sugiyono, 2010. Metode Penelitian Bisnis . Alfabeta : Bandung. Waluyo, 2011. Perpajakan Indonesia . edisi 10. Salemba Empat : Jakarta. Dinas Pendapatan Daerah Sulawesi Utara, 2013. Target Pendapatan Asli Daerah PAD SULUT TA. 2013. Manado. http:dispenda.sulutprov.go.idindex.phpwebdata15.1. Diakses 4 September 2013. 118 ANALISIS PERBANDINGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENGENAAN TARIF PAJAK PROGRESIF PADA KENDARAAN BERMOTOR BERDASARKAN “THE FOUR MAXIMS” DI KOTA MANADO Eugenia Rosalie Jantje Tinangon Rudy Pusung Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi email : NiaRantunggmail.com ABSTRAK Pajak kendaraan bermotor merupakan salah satu sumber pendapatan yang memberikan kontirbusi penting. Dengan mulai diberlakukannya pajak progresif pada kendaraan bermotor awal tahun 2012 yang berdasarkan Undang-Undang Nomor 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah serta Perda Provinsi Sulut Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Provinsi Sulut bahwa kepemilikan kendaraan bermotor pribadi kedua dan seterusnya tarif pajaknya ditetapkan secara progresif. Pada awal diberlakukanya pajak progresif tersebut, banyak masyarakat yang merasa tidak nyaman dan terbebani, mungkin hal ini disebabkan karena kurangnya informasi mengenai pemberlakuan tarif progresif tersebut. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah bagaimana pengenaan tarif progresif pada kendaraan bermotor berdasarkan asas pemungutan pajak di Kota Manado serta mengetahui dampak dari membandingkan sebelum dan sesudah pengenaan. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitis , yaitu suatu metode penelitian dengan mengungkapkan masalah yang ada di Kantor pemerintahan, mengolah data, menganalisis, meneliti dan menginterprestasikan serta membuat kesimpulan dan memberi saran yang kemudian disusun pembahasannya secara sistematis sehingga masalah yang ada di perusahaan dapat dipahami. Hasil penelitian dapat dilihat pengenaan pajak progresif masih sangat sesuai dengan “The Four Maxims”yaitu asas pemungutan pajak yang dikemukakan oleh Adam Smith yang terdiri dari kesamaan dan keseimbangan Equality, kepastian hukum certainty; c asas tepat waktu convenient of payment; dan d asas economic of collection.pajak progresif memiliki dampak positif lainnya yaitu meningkatkan penerimaan PKB dan BBNKB yang dengan otomatis meningkatkan penerimaan PAD yang sebagian besar memang merupakan sumber dari Pajak Daerah. Pengenaan Tarif Pajak Progresif sudah berjalan sebagaimana tujuan awal pemerintah memberlakukannya dan sangat sesuai dengan fungsi pajak yaitu Fungsi Budgetair. Kata kunci : pajak kendaraan bermotor, tarif pajak progresif, the four maxims. ABSTRACT Motor vehicle tax is one source of revenue that provides kontirbusi important. With the entry into force of a progressive tax on motor vehicles beginning in 2012 based on Law No. 28 of 2009 on Regional Taxes and Levies as well as the North Sulawesi Provincial Regulation No. 7 of 2011 on Local Taxes North Sulawesi province that both private vehicle ownership and tax rates set forth progressively. At the beginning of the adoption of the progressive tax, many people who feel uncomfortable and overwhelmed, perhaps this was due to lack of information regarding the application of progressive rates. The purpose of this study is how the progressive tariffs on motor vehicles based principle of taxation in the city of Manado, and determine the impact of comparing before and after imposition. The method used is descriptive analytical method, which is a research method to reveal the existing problems in office administration, data processing, analyzing, researching and interpret and make conclusions and give suggestions which are then arranged in a systematic discussion so that problems that exist in the company can be understood. From the results of the research can be seen still highly progressive taxation in accordance with The Four Maxims that principle of taxation proposed by Adam Smith which consists of similarity and balance Equality, legal certainty certainty, c a timely basis convenient of payment, and d the principle of economies of collection. progressive taxation has other positive effects which increase the acceptance of PKB and BBNKB which automatically increases the acceptance of the PAD that most of it is the source of Local Taxes. Imposition of Tax Rate has been running as a Progressive government enforce the original purpose and is in accordance with the tax function is budgetair function. Keywords : motor vehicles tax, progresive tax rate, the four maxims 119 PENDAHULUAN Latar Belakang Pajak merupakan alat bagi pemerintahan dalam mencapai tujuan untuk mendapatkan peneriamaan baik yang bersifat langsung maupun tidak langsung untuk membiayai pengeluaran rutin negara serta untuk membiayai pembangunan nasional dan ekonomi masyarakat. Pajak adalah iuran wajib rakyat kepada negara yang manfaatnya tidak dapat secara langsung dirasakan. Secara teoritis alasan pengenaan pajak kendaraan bermotor PKB adalah penggunaan jalan raya yang merupakan barang publik public goods –tidak murni oleh masyarakat. Dalam UU No. 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, tarif pajak Kendaraan Bermotor dikenakan secara progresif, yakni 1,5 terhadap nilai jual untuk pembelian Kendaraan Bermotor pertama dan 2-10 terhadap kendaraan kedua dan seterusnya. Seiring dengan berlakunya tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor yang adalah aturan baru, masyarakat merasa semakin terbebani karena biaya yang dikeluarkan untuk membayar pajak kendaraan semakin bertambah. Sistem otonomi daerah yang diberlakukan di Indonesia sejak 1 Januari 2007, menuntut daerah- daerah mencari baerbagai alternatif sumber penerimaan yang dapat digunkan membiayai pengeluaran dan belanja daerah. Pemberian kewenangan kepada daerah untuk memungut pajak dan retribusi daerah diperlukan adanya landasan hukum yang merupakan dasar hukum pemungutan pajak Daerah dan Retribusi Daerah yaitu Undang- Undang No. 18 Tahun 1977 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah menjadi Undang- Undang No. 28 Tahun 2009 yang berlauk sejak Januari 2010 Waluyo,2011:23. Peranan pemerintah daerah dalam penyelenggaran pemerintah dan pembangunan serta pelayanan masyarakat dalam pelaksanaan otonomi daerah akan semakin meningkat, peningkatan peranan ini dilandasi dengan kemampuan daerah untuk mengelola secara optimal potensi daerahnya sendiri termasuk dalam pengelolaan sumber- sumber Pendapatan Asli. Sesuai dengan tujuan ditambahkannya tarif pajak progresif adalah untuk mengurangi antusiasme masyarakat terhadap pembelian kendaraan bermotor dan untuk meningkatkan sumber penerimaan negara. Tujuan pemerintah ini sesuai dengan fungsi pajak itu sendiri yaitu Fungsi Regulerend atau mengatur dan Fungsi Budgetair . Seiring dengan berlakunya tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor, penulis ingin mengetahui efektifitas dari tujuan pemerintah tersebut. Apakah sudah seuai dengan kedua fungsi tersebut. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dala penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui penerapan tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor di Kota Manado. 2. Untuk mengetahui penerapan tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor berdasarkan asas-asas pemungutan pajak. 3. Untuk mengetahui efektifitas tujuan pengenaan pajak progresif terhadap fungsi dari pajak yaitu sebagai Budgetair atau Regulerend . TINJAUAN PUSTAKA Pajak Pajak Menurut Pasal 1 angka 1 UU No.28 th 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan: “Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar- besarnya kemamakmuran rakyat” Muljono 2009 : 1 menyatakan bahwa pajak adalah iuran kepada kas negara yang dapat dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan gunanya adalah untuk membiayai pengeluaran-pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas negara yang menyelenggarakan pemerintahan. 120 Soemitro dalam Mardiasmo 2011:1 menyatakan bahwa pajak adalah iuran rakyat kepada kas negara berdasarkan undang-undang yang dapat dipaksakan dengan tidak mendapat jasa timbal kontraprestasi, yang langsung dapat ditunjukkan dan yang digunakan untuk membayar pengeluaran umum, dengan penjelasan sebagai berikut: “dapat dipaksakan” artinya: bila utang pajak tidak dibayar, utang itu dapat ditagih dengan menggunakan kekerasan, seperti surat paksa dan sita, dan juga penyanderaan terhadap pembayaran pajak, tidak dapat ditunjukkan jasa timbal balik tertentu seperti halnya dengan retribusi. Andriani dalam bukunya Waluyo,2011 : 2 menyatakan pajak adalah iuran masyarakat kepada Negara yang dipaksakan yang terutang oleh yang wajib membayarnya menurut peraturan-peraturan umum undang- undang dengan tidak mendapat prestasi kembali yang langsung dapat ditunjuk dan yang gunanya adalah untuk membiayai pengeluaranpengeluaran umum berhubung tugas Negara untuk menyelenggarakan pemerintahan. Unsur Pajak 1. Pajak merupakan iuran wajib dari rakyat kepada kas negara yang berupa uang. 2. Pajak bersifat memaksa karena pemungutannya berdasarkan dengan undang-undang. 3. Dalam pembayaran pajak tidak dapat langsung dirasakan manfaatnya. 4. Digunakan untuk membiayai rumah tangga negara, yakni pengeluaran- pengeluaran yang bermanfaat bagi masyarakat luas.Unsur Pajak Fungsi Pajak 1. Fungsi Budgetair Finansial Dalam fungsi budgetair ini pajak digunakan untuk membiayai keperluan keperluan rutin negara, seperti pembangunan, pembelanjaan rumah tangga negara, pembayaran gaji pegawai negeri sipil, dll. 2. Fungsi Regulerend Mengatur Dalam fungsi regulerend atau fungsi mengatur ini pajak digunakan sebagai alat untuk mengatur baik masyarakat baik di bidang ekonomi, sosial, maupun politik dengan tujuan tertentu dengan mengunakan kebijakan pajak. Jenis Pajak Jenis pajak dapat digolongkan menjadi 3 macam yaitu: 1. Menurut Golongannya : a. Pajak Langsung adalah pajak yang bebannya harus ditanggung sendiri oleh Wajib Pajak yang bersangkutan dan tidak dapat dibebankan kepada pihak lain. b. Pajak Tidak Langsung adalah pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kan atau dibebankan kepada pihak lain. 2. Berdasarkan Lembaga pemungut : a. Pajak PusatPajak Negara adalah pajak yang lembaga pemungut yang berwenang ada pada pemerintah pusat yang pelaksanaannya dilakukan oleh Departemen Keuangan melalui Direktorat Jendral Pajak. Contohnya : Pajak penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah, Pajak Bumi dan Bangunan, dan Bea Materai. b. Pajak Daerah adalah pajak yang lembaga pemungut yang berwenang ada pada pemerintah daerah yang pelaksanaannya dilakukan oleh Dinas Pendapatan Daerah. Dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, terdiri dari 5 jenis Pajak Daerah Propinsi dan 11 jenis Pajak Daerah KabupatenKota. 3. Berdasarkan Sifat a. Pajak Subjektif adalah pajak yang memperhatikan kondisikeadaan Wajib Pajak. Dalam menentukan pajaknya harus ada alasan-alasan objektif yang berhubungan erat dengan keadaan materialnya yaitu gaya pikul. b. Pajak Objektif adalah pajak yang pada awalnya memerhatikan objek yang menyebabkan timbulnya kewajiban membayar, kemudian baru dicari subjeknya baik Orang Pribadi maupun badan. Jadi dengan kata lain, pajak objektif adalah pengenaan pajak yang hanya memerhatikan kondisi objeknya saja. 121 Tarif Pajak Tarif pajak didefinisikan sebagai angka tertentu yang digunakan sebagai dasar pengenaan pajak, yaitu Mardiasmo,2009:9 : 1. Tarif SebandingProporsional yaitu tarif berupa persentase yang tetap, terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang proporsional terhadap besarnya nilai yang dikenai pajak. 2. Tarif Tetap yaitu tarif berupa jumlah yang tetap sama terhadap berapapun jumlah yang dikenai pajak sehingga besarnya pajak yang terutang tetap. 3. Tarif Progresif yaitu persentase tarif yang digunakan semakin besar bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar. Menurut kenaikan persentase tarifnya, tarif progresif dibagi: a. Tarif progresif progresif : kenaikan persentase semakin besar b. Tarif progresif tetap : kenaikan persentase tetap c. Tarif progresif degresif : kenaikan persentase semakin kecil 4. Tarif Degresif yaitu tarif yang digunakan semakin kecil bila jumlah yang dikenai pajak semakin besar. Asas- asas Pemungutan Pajak Sekitar abad 18 seorang ahli Ekonomi yang kini disebut sebagai Bapak Ekonomi yaitu Adam Smith 1723-1790 dalam bukunya An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations terkenal dengan nama Wealth of Nations mengemukakan empat asas pemungutan pajak yang lazim disebut “ The Four Cannons Maxims Taxation “. Suatu aturan hukum tentang pajak yang adil harus memenuhi syarat yaitu a. Asas kesamaan equality dan keadilan equity b. Asas kepastian hukum certainty c. Asas tepat waktu convenient of payment d. Asas economic of collection yang mengharuskan biaya pemungutan pajak harus relatif kecil dibandingkan dengan pajak yang masuk. Pajak Daerah Berdasarkan peraturan daerah Propinsi Sulawesi Utara tentang Pajak Daerah Bab 1 Ketentuan Umum, Pajak Daerah yang selanjutnya disebut pajak adalah kontribusi wajib kepada daerah yang terhutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan Daerah bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Pajak Kendaraan Bermotor Beberapa jenis pajak yang diatur dalam pajak daerah salah satunya adalah pajak kendaraan bermotor. Definisi Kendaraan Bermotor berdasarkan UU No 28 tahun 2009 adalah semua kendaraan beroda beserta gandengannya yang digunakan di semua jenis jalan darat, dan digerakkan oleh peralatan teknik berupa motor atau peralatan lainnya yang berfungsi untuk mengubah suatu sumber daya energi tertentu menjadi tenaga gerak kendaraan bermotor yang bersangkutan, termasuk alat-alat berat dan alat-alat besar yang dalam operasinya menggunakan roda dan motor dan tidak melekat secara permanen serta kendaraan bermotor yang dioperasikan di air. Subjek dan Wajib Pajak 1. Subjek Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki danatau menguasai kendaraan bermotor. 2. Wajib Pajak Kendaraan Bermotor adalah orang pribadi atau badan yang memiliki kendaraan bermotor. 3. Yang bertanggungjawab atas pembayaran pajak adalah : a. untuk orang pribadi adalah orang yang bersangkutan, kuasanya atau ahli warisnya. b. untuk badan adalah pengurus atau kuasanya. 122 Dasar Pengenaan dan Cara Menghitung Dasar pengenaan Pajak Kendaraan Bermotor adalah hasil perkalian dari 2 dua unsur pokok: 1. Nilai Jual Kendaraan Bermotor; dan 2. Bobot yang mencerminkan secara relatif kadar kerusakan jalan danatau pencemaran lingkungan akibat penggunaan kendaraan bermotor. Presentase Tarif Pajak Progresif Berikut adalah presentase pengenaan tarif progresif bagi kendaraan bermotor berdasarkan PERDA Sulawesi Utara. 1. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor pribadi ditetapkan dengan cara sebagai berikut: a. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama sebesar 1,5 satu koma lima persen; b. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya ditetapkan secara progresif yaitu, 1 kendaraan kepemilikan kedua sebesar 2 dua persen; 2 kendaraan kepemilikan ketiga sebesar 2,5 dua koma lima persen; 3 kendaraan kepemilikan keempat sebesar 3 tiga persen; 4 kendaraan kepemilikan kelima dan seterusnya 3,5 tiga koma lima persen. 2. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor angkutan umum, ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan, PemerintahTNIPOLRI, Pemerintah Daerah ditetapkan sebagai berikut. a. Kendaraan bermotor angkutan umum sebesar 1 satu persen. b. Kendaraan bermotor ambulans, pemadam kebakaran, sosial keagamaan, lembaga sosial dan keagamaan PemerintahTNIPOLRI, Pemerintah Daerah sebesar 0,5 nol koma lima persen. 3. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor alat-alat berat dan alat-alat besar ditetapkan sebesar 0,2 nol koma dua persen. 4. Tarif Pajak Kendaraan Bermotor di air ditetapkan sebesar 1,5 satu koma lima persen. 123 Peneliti Terdahulu Tabel 1 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti Tahun Judul Tujuan Metode penelitian Hasil penelitian Persamaan Perbedaan Nugraha 2010 Penerapan Pajak Progresif Terhadap Wajib Pajak Kendaraan Bermotor Berdasarkan Peraturan Daerah Jawa Timur Nomor Tahun 2010 tentang Pajak Daerah Bertujuan untuk mengetahui penerapan pajak Progresif terhadap wajib pajak kendaraan bermotor berdasarkan peraturan daerah Jawa Timur Nomor 9 tahun 2010 tentang pajak daerah. Pengembangan deskripsi kasus Penerapan Pajak Progresif untuk Kendaraan Bermotor menimbulkan dampak positif dan negatif. Dampak positif yaitu berkurangnya jumlah kendaraan, dan dampak negatif masyarakat melakukan penyelundupan hukum. Peneliti sebelumnya melakukan penelitian terhadap faktor yang sama yaitu tarif pajak progresif Peneliti mencoba mengkaji penerepan pajak progresif berdasar peraturan daerah Jawa Timur Nomor 9 tahun 2010 Fajariani 2013 Analisis Pengenaan Tarif Pajak Progresif Pada PajakKendaraan Bermotor Berdasarkan “The Four Maxims ” Untuk mengetahui penerapan tarif pajak progresif pada kendaraanber motor di Provinsi jawa Timur, apakah pengenaan tarif progresif tersebut sudahsesuai dengan asas- asas pemungutan pajak Deskripsi Asas dalam “The Four Maxims ” yang dikemukakan oleh Adam Smithkelihatann ya masih relevan untuk diterapkan Peneliti melakukan penelitian terhadap faktor yang sama yaitu tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor. Tempat dilakukannya penelitian dan perubahan perundang- undangan. 124 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, membandingkan sebelum dan sesudah pengenaan tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor berdasarkan The Four Maxims, hasil dari pencaraian data- data kemudian akan di analisis dan dideskripsikan kemudian disimpulkan sesuai dengan tujuan penelitian ini. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di Kantor UPTD Manado SAMSAT jalan 17 Agustus No.123 Kota Manado. Penelitian ini dilangsungkan selama 2 minggu yaitu dari tanggal 23 – 7 Oktober 2013. Prosedur Penelitian Susunan prosedur penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Melakukan observasi langsung ke objek penelitian untuk mengetaui gambaran umum mekanisme kegiatan pemungutan pajak yang ditetapkan Kantor. Kemudian ke bagian Humas untuk mendapatkan penjelasan mengenai profil kantor dan jumlah pegawai yang ada. 2. Mengumpulkan data- data yang diperlukan sehubungan dengan penelitian ini untuk menjadikan dasar acauan dalam penelitian. 3. Menganalisi apakah pengenaan tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor sudah sesuai dengan asas – asas pemungutan pajak atau tidak. 4. Menarik kesimpulan dari hasil penelitian yang dilakukan. Metode Pengumpulan Data a. Data Primer Pengumpulan data primer dalam penelitian diperoleh dengan cara wawancara langsung dengan pihak Kantor UPTD Samsat Kota Manado yang bebas terpimpin, yaitu dilakukan dengan mempersiapkan terlebih dahulu pertanyaan- pertanyaan sebagai pedoman, tetapi masih memungkinkan melakukan variasi-variasi pertanyaan yang disesuaikan dengan jawaban dari responden dan situasi ketika wawancara. Dalam hal ini mewawancarai langsung Kepala SIE Pajak UPTD Manado. b. Data sekunder Pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara studi kepustakaan yaitu suatu cara untuk mendapatkan data yang terdapat di dalam buku di Perpusatakaan Daerah Kota Manado dan Perpustakaan Fakultas Ekonomi Universitas Sam Ratulangi Kota Manado. Hal ini dilakukan dengan mengumpulkan data melalui penelusuran bahan pustaka, mempelajari dan mengutip dari beberapa sumber data yang ada, studi dokumentasi berkas- berkas dari pejabat Kantor Bersama SAMSAT Kota Manado. Selain itu juga dari penelusuran peraturan perundang- undangan dan penelusuran situs-situs internet yang berkaitan dengan penelitian ini. Seperti buku- buku perpajakan dan Undang Undang atau Perda. Serta berupa laporan realisasi PKB dan BBNKB, laporan perincian jenis Kendaraan Bermotor, dan Laporan Perbandingan Realisasi Penerimaan PAD UPTD Manado. Metode Analisis Data Berdasarkan rumusan tujuan sebelumnya, metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis , yaitu suatu metode penelitian dengan mengungkapkan masalah yang ada di Kantor pemerintahan, mengolah data, menganalisis, meneliti dan menginterprestasikan serta membuat kesimpulan dan memberi saran yang kemudian disusun pembahasannya secara sistematis sehingga masalah yang ada di perusahaan dapat dipahami . 125 Pengertian dari metode deskriptif analitis menurut Sugiyono 2009: 29 adalah “Metode Deskriptif adalah suatu metode yang berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum .” HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Kantor UPTD Manado SAMSAT UPTD Manado Samsat merupakan salah satu dari bagian atau perpanjangan tangan dari Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara. UPTD Manado merupakan satu dari 15 UPTD yang ada di Provinsi Sulut. Yang membantu Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara dalam memungut pajak dari masyarakat khususnya untuk Pajak Kendaraan Bermotor dan yang berhubungan dengan PKB tersebut. Berawal dengan adanya Undang-undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, Undang-undang Nomor 33 tahun 2004 Tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah, Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 18 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, serta Peraturan daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 3 Tahun 2008 yang dijabarkan melalui Peraturan Gubernur Nomor 62 tahun 2008, Struktur Organisasi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Sulawesi Utara dititik beratkan pada kegiatan teknis operasional yang dilaksanakan oleh Unit Pelaksana Teknis Dinas UPTD. Dalam menjalankan tugas dan fungsi tersebut UPTD Manado Samsat berorientasi pada visi dan misi sebagai berikut : Visi : ”Terwujudnya Pendapatan Asli Daerah PAD Sebagai Sumber Utama Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD” Misi : 1. Meningkatkan pelayanan kepada masyarakat. 2. Mengoptimalkan pemungutan Pendapatan Asli Daerah dan Pengelolaan Dana Perimbangan. 3. Meningkatkan tertib administrasi pengelolaan pendapatan daerah. 4. Mengingkatkan koordinasi dengan mitra kerja. 5. Mengembangkan pemanfaatan informatikan dan telematika pendapatan daerah. Hasil Penelitian 1. Pajak progresif untuk kendaraan bermotor mulai berlaku di Sulawesi Utara sejak 1 Januari 2012. Berlakunya Pajak progresif ini merupakan penerapan pasal 8 Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang pelaksanaannya ditetapkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Pajak progresif ini berlaku pada kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya, kendaraan roda 2 dua dan kendaraan roda 4 empat kecuali pada kendaraan jenis pick up dan Dumb Truck. 2. Dalam Undang-undang No. 28 Tahun 2009 Pasal 6, disebutkan bahwa tarif Pajak kendaraan bermotor pribadi ditetapkan sebagai berikut: a. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor pertama paling rendah sebesar 1 satu persen dan atau paling tinggi sebesar 2 dua persen. b. Untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya dapat ditetapkan secara progresif paling rendah 2 dua persen dan paling tinggi 10 sepuluh persen. 3. Dalam Pasal 7 Peraturan Daerah Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah. Adapun untuk kepemilikan kendaraan bermotor kedua dan seterusnya ditetapkan secara progresif yaitu : a. Kendaraan kepemilikan pertama sebesar 1,5 satu koma lima persen b. kendaraan kepemilikan kedua sebesar 2 dua persen; c. kendaraan kepemilikan ketiga sebesar 2,5 dua koma lima persen; d. kendaraan kepemilikan keempat sebesar 3 tiga persen; e. kendaraan kepemilikan kelima dan seterusnya 3,5 tiga koma lima persen. 4. Asas –asas pemungutan Pajak yang dikemukakan oleh Adam Smith yaitu The Four Maxims. 126 Pembahasan Pengenaan Tarif Pajak Progresif Pada Kendaraan Bermotor di Kota Manado Penerapannya tarif pajak progresif di Sulawesi Utara sejak 1 Januari 2012. Pemberlakuannya di dasari oleh UU no 28 tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang pelaksanaanya ditetapkan dalam Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2011 Tentang pajak Daerah. Pajak Progresif Berlaku pada kepemilikan kedua dan seterusnya. Pengenaan tarif pajak progresif sendiri pada 2012 belum begitu maksimal, karena masih pihak pemerintah dan masyarakat masih dalam tahap penyesuaian dengan aturan baru ini. Oleh karena itu pada awalnya, pemerintah memberikan keringanan dengan jalan, masyarakat diperbolehkan mengatur susunan kendaraan yang akan dikenakan pajak progresif. Selanjutnya pengenaan tarif pajak progresif akan disesuaikan dengan urutan tanggal pembelian.Kepemilikan kendaraan bermotor untuk penetapan pajak progresif kendaraan bermotor didasarkan atas nama danatau alamat yang sama. Penerapan pajak progresif terhadap kendaraan bermotor ini diharapkan juga mampu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah PAD kota Manado. Karena dengan meningkatnya jumlah pajak yang harus dibayarkan oleh wajib pajak, tentu saja berpengaruh terhadap PAD kota Manado dan mengurangi minat masyarakat dalam membeli Kendaraan bermotor sehingga kemacetan dalam kota dapat berkurang. Berikut adalah tarif pajak progresif yang berlaku di Sulawesi Utara : a. Kendaraan kepemilikan pertama sebesar 1,5 satu koma lima persen b. kendaraan kepemilikan kedua sebesar 2 dua persen; c. kendaraan kepemilikan ketiga sebesar 2,5 dua koma lima persen; d. kendaraan kepemilikan keempat sebesar 3 tiga persen; e. kendaraan kepemilikan kelima dan seterusnya 3,5 tiga koma lima persen. Tabel 2 Contoh Perbandingan Perhitungan Sebelum dan Sesudah Pengenaan Tarif Pajak Progresif pada Kendaraan Bermotor di Kota Manado Sumber : hasil Olahan Penulis Tabel perhitungan diatas dapat dilihat perbedaan jumlah Pajak yang harus dibayarkan pada sebelum dan sesudah dikenakan tarif pajak progresif. Pengenaan Tarif Pajak Progresif pada Kendaraan Bermotor Berdasarkan The Four Maxims Berdasarkan asas Pemungutan Pajak yang dikemukan oleh Adam Smith, pengenaan tarif pajak progresif masih dianggap relevan berikut adalah penjelasannya : 1. Equality , yaitu pembebanan pajak harus sesuai dengan kemampuan wajib pajak. Berdasarkan asas ini penerapan pemberlakuan tarif pajak progresif bagi kendaraan kedua ini dilakukan karena diasumikan bahwa wajib pajak yang memiliki kendaraan bermotor lebih dari satu maka dapat dikategorikan sebagai kelompok masyarakat yang mempunyai penghasilan lebih dari cukup bahkan bisa dikategorikan berpenghasilan tinggi, sehingga pemungutan pajaknya harus lebih besar. Jenis Kendaraan Tahun Sebelum Pengenaan Tarif Pajak Progresif Sesudah Pengenaan Tarif Pajak Progresif Jazz 2003 NJKB X 1.5 = Rp 140.000.000,- X 1.5 = Rp 2.100.000,- NJKB X 1.5 = Rp 140.000.000,- X 1.5 = Rp 2.100.000,- City 2005 NJKB X 1.5 = Rp 126.000.000,- X 1.5 = Rp 1.890.000,- NJKB X 2 = Rp 126.000.000,- X 2 = Rp 2.520.000,- Fortuner 2007 NJKB X 1.5 = Rp 271.000.000,- X 1.5 = Rp 4.065.000,- NJKB X 2.5 = Rp 271.000.000,- X 2.5 = Rp 6.775.000,- 127 2. Certainty , yaitu pembebanan pajak yang ada kepastian hukumnya mengenai pengaturan subjek pajak,objek pajaka dan ketentuan pajak lainnya. Berdasarkan asas ini tarif pajak progresif pada kendaraan bermotor dipungut berdasarkan Peraturan Daerah No. 7 tahun 2011 tentang Pajak Daerah. 3. Menurut asas convenience of payment , pajak hendaknya dipungut pada saat yang paling baik, yaitu pada saat yang paling dekat dengan diterimanya pendapatanpenghasilan yang dikenakan pajak. Sedangkan untuk pembayaran Pajak Kendaraan bermotor pemungutan pajaknya yaitu sesuai dengan tanggal pada saat pembelian kendaraan bermotor tersebut. 4. Sedangkan asas yang terakhir adalah Economic of Collections , dalam asas ini dijelaskan mengenai effisiensi penggunaan pajak itu sendiri, di mana asas ini lebih kepada yang menggunakan pajak yang telah diperoleh dalam hal ini pemerintah. Agar lebih berhati- hati dengan mengadakan pengeluaran pembiayaan yang dihasilkan dari peneriamaan pajak Dampak Pengenaan Tarif Pajak Progresif Tabel 3 Perbandingan Realisasi Penerimaan PAD Tahun Anggaran 2011, 2012 dan Tahun Anggaran 2013 UPTD Manado Bulan 2011 Rp 2012 Rp 2013 Rp Januari 7,207,932,200 11,087,908,025 21,273,414,400 Februari 5,605,505,000 15,745,354,700 20,358,530,080 Maret 6,869,095,000 18,707,279,400 19,319,722,300 April 6,751,783,150 16,747,267,800 21,374,236,900 Mei 6,970,219,650 18,932,228,200 25,763,017,900 Juni 6,487,125,965 17,860,262,300 18,903,533,400 Juli 7,220,682,700 19,327,774,139 23,456,859,200 Agustus 6,991,777,407 16,421,717,500 19,561,461,300 September 8,751,133,500 17,073,330,700 20,538,502,758 1Oktober 7,272,148,900 20,042,811,500 - November 7,767,711,375 19,263,223,050 - Desember 7,085,161,400 16,353,566,016 - Sumber : Hasil olahan penulis Perbandingan di atas dapat di lihat pada tahun 2011 di mana jumlah realisasi penerimaan PAD sepanjang tahun 2011 hanya berada dikisaran di bawah 10 milyar, pada tahun 2012 yang merupakan tahun awal pemberlakuan tarif pajak progresif telah mengalami peningkatan penerimaan pada kisaran 20 milyar. Namun jika dibandingkan dengan penerimaan pada hampir sepanjang tahun 2013 penerimaan meningkat drastis. Hal ini disebabkan pada tahun 2012 telah diberlakukannya pajak progresif, tetapi belum efektif dan maksimal seperti pada tahun 2013 yang kisaran penerimaan mencapai 25 milyar. Dapat dilihat juga chart diagram yang bersifat fluktuatif karena tidak semua kendaraan bermotor dikenakan pajak progresif, seusai UU dan Perda hanya kendaraan kedua dan seterusnya yang dikenakan pajak progresif. Kendaraan pertama masih dikenakan tarif normal yaitu 1,5 . Perbandingan beberapa perbandingan yang telah di sajikan dan dibahas di atas, dapat dilihat dampak yang dapat dirasakan yaitu meningkatnya penerimaan PAD yang nantinya akan diolah untuk pembangunan Daerah. 128 Tabel 4 Perbandingan Jumlah Kendaraan dan Penerimaan PKB dan BBN-KB pada Bulan Januari, Februari dan Maret di Tahun Anggaran 2012 dan 2013 2012 2013 Bulan Jumlah Kendaraan Bermotor Penerimaan PKB Jumlah Kendaraan Bermotor Penerimaan PKB dan BBNKB Januari 10.119 11.075.889.325 11.756 20.438.693.400 Februari 505 3.514.214.600 10.790 21.358.530.080 Maret 11.441 18.697.279.400 11.441 18.697.279.400 Sumber : Hasil Olahan Penulis Tabel 5 Presentase Perubahan Jumlah Kendaraan Bermotor dan Penerimaan PKB dan BBNKB Tahun 2012 ke Tahun 2013 Sumber : Hasil Olahan Penulis Tabel 4 dan tabel 5 merupakan sampel dari perbandingan Jumlah Kendaraan Bermotor dan Jumlah Penerimaan PKB dan BBNKB serta persentase perubahannya yang terjadii pada tahun 2012 sampai 2013. Dari kedua tabel di atas dapat diketahui kecenderungan jumlah kendaraan bermotor dari tahun ke tahun meningkat dengan presentase pada bulan januari Tahun 2012 ke 2013 sebesar 16,17 yang membuat penerimaan PKB dan BBNKB meningkat sebesar 84, pada bulan februari dapat di lihat terjadi lonjakan jumlah kendaraan pada 2013 sebesar 2036,63 tetapi disertai dengan menurunnya jumlah kendaraan yang membayar PKB dan BBNKB pada bulan Februari tahun 2012 yaitu sebesar 507,77. Kemungkinan besar hal ini terjadi disebabkan perpindahan kendaraan ke daerah lain atau terjadi penunggakan pembayaran PKB. Namun pada bulan Maret 2012 dan bulan Maret 2013 tidak terjadi perubahan apapun atau presentase perubahan 0. Dari hasil perbandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa tujuan awal pemerintah menerapkan atau memberlakukan tarif pajak progresif ini sangat sesuai dengan fungsi pajak yaitu Fungsi Budgetair yang adalah pajak digunakan untuk membiayai keperluan rumah tangga negara, dalam hal ini dengan menerapkan tarif pajak progresif pemerintah dapat meningkatkan penerimaan PAD yang nantinya akan digunakan untuk membiayai keperluan rutin negara. PENUTUP Kesimpulan Penulis dapat menyimpulkan beberapa hal, yaitu sebagai berikut : 1. Pengenaan pajak progresif sesuai dengan UU No. 28 tahun 2009 dan Perda Sulawesi Utara No 7 tahun 2011. 2. Sebelum pengenaan pajak progresif wajib pajak yang mempunyai kendaraan bermotor lebih dari satu, masing kendaraan yang dimiliki dikenakan tarif yang sama yaitu 1.5 . Sedangkan sesudah pengenaan, masing- masing kendaraan kedua dan seterusnya dikenakan tarif 2 dan seterusnya. Jumlah Kendaraan Penerimaan PKB dan BBNKB Januari 16,80 84 Februari 2036,63 507,77 Maret 129 3. Pemberlakuan Tarif Pajak Progresif di Kota Manado mulai diberlakukan pada tahun 2012 meskipun masih belum efektif dan masih terus melakukan penyesuaian terhadap aturan baru tersebut. Efektivitas pemberlakuan pajak progresif terjadi pada tahun 2013. 4. Pengenaan pajak progres if masih sangat sesuai dengan “ The Four Maxims ”yaitu asas pemungutan pajak yang dikemukakan oleh Adam Smith yang terdiri dari kesamaan dan keseimbangan Equality , kepastian hukum certainty ; c asas tepat waktu convenient of payment ; dan d asas economic of collection . 5. Pengenaan pajak progresif pada awalnya diharapkan dapat berdampak baik yaitu untuk menekan laju peningkatan volume kendaraan yang dapat mengakibatkan kemacetan dan ketidaknyamanan di jalan raya. Namun seiring dengan berjalan pengenaannya, pajak progresif memiliki dampak positif lainnya yaitu meningkatkan penerimaan PKB dan BBNKB yang dengan otomatis meningkatkan penerimaan PAD yang sebagian besar memang merupakan sumber dari Pajak Daerah. 6. Pengenaan Tarif Pajak Progresif sudah berjalan sebagaimana tujuan awal pemerintah memberlakukannya dan sangat sesuai dengan fungsi pajak yaitu Fungsi Budgetair . Saran Penulis ingin memberikan saran pada pihak yang terkait dengan pemberlakuan pajak progresif ini. 1. Perlu diadakan penyuluhan dan seminar atau pemberitahuan melalui media cetak maupun elektronik. Agar para wajib pajak dapat mengerti dan menerima dengan baik pemberlakuan aturan baru ini. 2. Tidak hanya masyarakat yang perlu memahami tentang pajak progresif ini, para pegawai pemerintah yang terkait pun perlu memahami dengan baik agar dapat memberikan penjelasan yang memuaskan pada wajib pajak yang bertanya. 3. Dengan meningkatnya pembayaran pajak kendaraan bermotor perlu juga diimbangi dengan upaya peningkatan pelayanan pemerintah di Kantor Samsat maupun di dinas- dinas terkait. Seperti kenyamanan dalam mengantri, menambah loket kasir dan loket konsultasi. DAFTAR PUSTAKA Fajriani. 2013. Pengenaan Tarif Pajak Progresif pada Kendaraan Bermotor berdasarkan “ The Four Maxims ”. Jurnal Vol 1 No 2 . Universitas Surabaya. Surabaya. Http:ejournal.unesa.ac.idindex.phpjurnal- akuntansiarticleview739baca-artikel . Diakses 28 Agustus 2013. Mardiasmo. 2009. Perpajakan . ANDI. Yogyakarta. Mardiasmo. 2011. Perpajakan . ANDI. Yogyakarta. Muljono. Djoko. 2009. Ketentuan Umum Perpajakan . ANDI. Yogyakarta. Nugraha. Haris. 2010. Penerapan Pajak Progresif terhadap Wajib Pajak Kendaraan Bermotor berdasarkan peraturan daerah Jawa Timur Nomor 9 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah. Jurnal Ilmiah . Universitas Brawijaya. Malang. http:hukum.ub.ac.idwp-contentuploads201301Jurnal-Harist-Agung-Nugraha- 0810113287.pdf . Diakses 28 Agustus 2013. Republik Indonesia. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2000 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan sebagaimana diubah dengan Undang- Undang Nomor 28 Tahun 2007. Jakarta Republik Indobesia Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Jakarta Republik Indonesia. Peraturan Daerah Provinsi Sulawesi Utara Nomor 7 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah Provinsi Sulut. Manado Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif . Kualitatif Dan RD . Alfabeta. Bandung. Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia . Edisi 10. Salemba Empat. Jakarta. 130 ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN TRADISIONAL COSTING CONCEPT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING STUDI KASUS PADA RUMAH SAKIT SILOAM DI MANADO Olivia H.S. Sumendap David Paul Elia Saerang Sifrid Sonny Pangemanan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universita Sam Ratulangi Manado Email: oliviaheidyyahoo.com ABSTRAK Penelitian ini membandingkan perhitungan biaya metode tradisional dengan perhitungan biaya berdasarkan aktivity ABC dalam menentukan tarif kamar rawat inap pada Rumah Sakit Siloam di Manado. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif. Data diperoleh dengan menganalisa dokumen, observasi partisipan, serta wawancara dengan kepala akuntansi perusahaan kemudian dibandingakan dengan literature yang ada. Penerapan metode biaya berdasarkan aktivitas ABC memberikan dampak yang sangat baik dalam meningkatkan efiensi dan aktivitas sumber daya. Perhitungan biaya dangan ABC mampu menghasilkan biaya yang lebih murah dan lebi akurat bila dibandingkan dengan pendekatan tradisional. Pada akhirnya Rumah Sakit Siloam di Manado mampu menyediakan tarif yang terjangkau pada pasien. Kata kunci: akuntansi biaya, perhitungan biaya metode tradisional, perhitungan biaya berdasarkan aktivitas. ABSTRACT This research compared the traditional method of cost calculation with activity based costing ABC in determining the inpatient room rate at Siloam Hospital. This research uses descriptive analytical method. Data obtained by analyzing documents, participant observation, interviews with chief accounting company then comparated with the existing literature. Implementation of activity based costing ABC provides an excellent effect in improving efficiency and resource activities. Calculation of costs with ABC is able to produce cheaper and more accurate when compared with traditional approaches. In the end Siloam Hospital is able to provide affordable rates for patients. Keywords : accounting cost, traditional costing method, activity based costing. 131 PENDAHULUAN Latar Belakang Regionalisasi ekonomi di Asia Tenggara dan kemunculan Asia Free Trade Area AFTA sejak tahun 1980-an, telah terjadi serangkaian perubahan fundamental di dunia, antara lain: 1. Munculnya lingkungan ekonomi dunia yang kompetitif dan terjadinya perubahan cepat menuju ekonomi berorientasi pasar khususnya di Eropa eks-sosialis dan juga di Asia yang ditandai dengan adanya reformasi ekonomi melalui privatisasi, deregulasi dan liberalisasi. 2. Terjadinya revolusi teknologi informasi yang memungkinkan peningkatan secara luar biasa transaksi perdagangan dan saling ketergantungan antar negara di dunia. 3. Meningkatnya regionalisasi yang ditandai dengan munculnya pengaturan perdagangan dan investasi dalam lingkup regional di berbagai belahan dunia. Berbagai kecendurungan tersebut kemudian mendorong para pemimpin negara Asia, khususnya negara- negara anggota ASEAN, untuk mendirikan suatu organisasi ekonomi regional di Asia Tenggara. Setelah melalui serangkaian negonisasi dan perdebatan yng panjang. Pada Millenium Summit ke-4 ASEAN di Singapura tahun 1992, ASEAN yang saat itu masih beranggotakan 6 negara Brunei, Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, dan Thailand sepakat membentuk kawasan perdagangan bebas ASEAN AFTA dalam rentang waktu 15 tahun dimulai sejak 1 Januari 1993 dan dengan adanya kawasan perdagangan bebas tersebut maka seluruh negara anggota ASEAN akan mengurangi hambatan arus perdagangan dan investasi antara mereka secara bertahap pada tahun 2008 yang di letakan dalam skema Common Effective Preferential Tarif CEPT. Inti dari CEPT dalam persetujuan AFTA adalah pengurangan berbagai tarif impor dan penghapusan hambatan non-tarif atas perdagangan dalam lingkup ASEAN. Hal ini membawa implikasi bagi indonesia berupa perubahan harga relatif produk-produk indonesia yang di ekspor ke negara-negara ASEAN disamping akan menjadi intensif bagi masuknya investasi asing yang selama ini menjadi salah satu pilar untuk memutar roda perekonomian nasional. Oleh karena itu, dalam hal ini profil perdagangan dan investasi indonesia, dengan perbandingan profil negara- negara anggota lainnya, sangat penting diketahui guna melihat sejauh mana AFTA akan membawa dampak positif bagi indonesia. Pertama dan yang paling penting dalam sistem ekonomi pasar adalah perdagangan Ariyanto, 2010:3. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah metode activity based costing akan menghasilkan perhitungan biaya yang lebih akurat dibandingkan dengan traditional costing method. TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Biaya A kuntansi biaya menurut Mulyadi 2005:7 adalah “akuntansi biaya sebagai proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya pembuatan dan penjualan produk atau jasa dengan cara-cara tertentu serta penafsiran-pen afsiran terhadapnya”. Carter dan Usry 2006:11 menyebutkan bahwa “akuntansi biaya melengkapi manajemen dengan alat yang diperlukan untuk aktivitas-aktivitas perencanaan dan pengendalian, memperbaiki kualitas dan efisiensi, serta membuat kepuusan-keputusan yang bersifat rutin maupun strategis” Klasifikasi Umum Biaya Klasifikasi biaya sangat penting guna membuat ikhtisar atas data biaya untuk tujuan penyusunan laporan keuangan, untuk memprediksi perilaku biaya, untuk pembebanan biaya ke objek biaya, serta untuk pembuatan keputusan. Garrison dan Norren 2006:50, mengklasifikasikan biaya sebagai berikut: a. Biaya produksi Manufacturing Cost Yaitu semua biaya untuk merubah bahan mentah menjadi produk jadi. Biaya ini dikalsifikasikan menjadi: 1 Bahan Langsung 2 Tenaga Kerja Langsung 3 Overhead Pabrik 132 a. Biaya Non Produksi Non-manufacturing Umumnya, dibagi menjadi dua yaitu biaya pemasaran dan biaya administrasi. Biaya pemasaran meliputi semua biaya yang diperlukan untuk menangani pesanan konsumen dan memperoleh produk atau jasa untuk disampaikan kepada konsumen. c. Biaya Variabel Biaya variabel adalah biaya yang berubah secara proporsional dengan perubahan aktivitas. d. Biaya Tetap Biaya tetap adalah biaya yang selalu tetap secara keseluruhan tanpa terpengaruh oleh tingkat aktivitas.. e. Biaya Langsung Biaya langsung direct cost adalah biaya yang dapat ditelusuri dengan mudah ke objek biaya yang bersangkutan. f. Biaya Tidak Langsung Biaya langsung direct cost adalah biaya yang tidak dapat ditelusuri dengan mudah ke objek biaya yang bersangkutan. g. Biaya Diferensiasi Biaya diferensiasi differential cost adalah keputusan melibatkan proses pemilihan dari berbagai alternatif yang ada.. h. Opportunity Cost Biaya kesempatan atau biaya peluang opportunity cost adalah manfaat petensial yang akan hilang bial salah satu alternatif telah dipilih sejumlah alternatif yang tersedia. i.. Sunk Cost Biaya tertanam sunk cost adalah biaya yang telah terjadi dan tidak dapat diubah oleh keputusan apapun yang dibuatsaat ini atau pu masa yang datang. Karena biaya tertanam tidak dapat diubah oleh keputusan apapun, biaya tertanam bukanlah biaya diferensial. Tradisional Costing Method sistem biaya tradisional menurut Bastian dan Nurlela 2009:23 adalah di mana biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik baik yang bersifat variabel maupun tetap, menjadi biaya produk. Sistem Activity Based Costing Bastian dan Nurlela 2009:24 menyatakan activity based costing adalah metode membebankan biaya aktivitas-aktivitas berdasarkan besarnya pemakaian sumber daya, dan membebankan biaya pada objek biaya, seperti produk atau pelanggan, berdasarkan besarnya pemakaian aktivitas, serta untuk mengukur biaya dan kinerja dari aktivitas yang terkait dengan proses dan objek biaya. Prosedur pembebanan biaya dua tahap Pembebanan biaya dua tahap two stage cost assigment membebankan biaya sumber daya seperti biaya overhead pabrik ke pusat biaya aktivitas atau tempat penampungan biaya dan kemudian ke objek biaya untuk menentukan jumlah biaya sumber daya bagi setiap objek biaya. Sistem perhitungan biaya berdasarkan tradisional membebankan biaya overhead pabrik pertama, ke tempat penampungan biaya departemen atau pabrik, dan kedua ke produk atau jasa. Meskipum demikian, prosedur pembebanan biaya tradisional kemungkinan mendistorsi biaya produk atau jasa. Distorsi akan semakin serius khususnya ketika bagian yang penting dari biaya overhead pabrik tidak terkait dengan volume outputdan perusahaan memproduksi produk dengan kombinasi yang beragam dengan perbedaan pada volume, ukuran, atau kompleksitas Sistem activity based costing ABC berbeda dari sistem perhitungan biaya tradisional dalam hal menelusuri penggunaan sumber daya pada aktivitas dan mengaitkan biaya aktivitas pada produk, jasa, atau pelanggan Blocher, 2006:224. Tahap pertama membebankan biaya overhead pabrik ke aktivitas atau pusat biaya aktivitas. Tahap kedua membebankan biaya atau aktivitas dari tempat penampungan biaya aktivitas ke objek biaya dengan menggunakan penggerak biaya konsumsi aktivitas yang tepat yang mengukur permintaan objek biaya yang ditempatkan pada aktivitas atau tempat penampungan aktivitas. Prosedur alokasi dua tahap pada ABC mengidentifikasi dengan jelas biaya-biaya dari aktivitas suatu perusahaan. Pembebanan biaya aktivitas ke objek biaya menggunakan suatu ukuran atau ukuran-ukuran yang mencerminkan permintaan objek 133 biaya atas aktivitas perusahaan. Dengan demikian, ABC melaporkan biaya produk atau jasa dengan lebih akurat dibandingkan dengan sistem biaya tradisional. Penelitian Terdahulu Industry yang akan diteliti pada penelitian ini adalah industry jasa. Industry jasa adalah suatu jenis usaha yang outputnya berupa pelayanan kepada pelanggan. Tabel 1. Penelitian terdahulu Peneliti Tahun Judul Persamaan Perbedaan Hasil penelitian MehmetC. Kocakulah, Ph.D.2007 Using Activity- Based costing ABC Measure Profibility on a Commercial Loan Portofolio Persamaan penelitian yang dilakukan oleh Mehmet C. Kocakulah dengan penelitian sekarang adalah sama- sama menggunakan activity based costing dalam sistem perhitungan biaya. Penelitian yang dilakukan oleh Mehmet C. kocakulah dilakukan pada industry perbankan sedangkan penelitian sekarang dilakukan pada industry jasa ABC mampu memberikan informasi yang akurat mengenai biaya dan profitabilitas, sehingga manajemen dapat mengambil keputusan untuk meningkatkan keuntungannya Nunik L.D.2007 ABC Sistem: Sistem Biaya Dalam Mengatasi Kelemahan Kekurangan Sistem Biaya Tradisional Menggunakan variable activity based costing dan traditional costing consept. Penelitian Nunik adalah penelitian kepustakaan sedangkan penelitian sekarang adalah penelitian lapangan pada dua jenis industri yang berbeda ABC sistem membantu sistem biaya tradisional dalam menentukan biaya overhead agar lebih tepat dan akurat yaitu dengan cara penentuan biaya atas dasar aktivitas yang dilakukan untuk menghasilkan produk dan jasa Cheisvyany 2007 Penerapan Activity Based Costing Untuk Analisis Profitabilitas Pelanggan Menggunakan activity based costing untuk membebankan biaya aktivitas pada produk. Persamaan lainnya ialah menggunakan metode field research. Penelitian Charoline membahas tentang penerapan ABC pengaplikasian konsep customer relationship management CRM dalam menganalisa profitabilitas. Secara jangka panjang analisis ini dapat memberikan future growth bagi perusahaan dengan pencapaian visi dan misi 134 Widyaningsih 2009 Peranan dan Kendala Penerapan Activity Based costing ABC dalam Industry Jasa Meneliti peranan ABC pada industry jasa Penelitian Aristanti menggunakan activity based management, total quality of management, serta strategi kualitas untuk mendukung penelitian ABC nya intinya dapat disimpulkan bahwa ABC tidak hanya dapat diterapkan pada perusahaan manufaktur tetapi juga dapat diterapkan pada industry jasa. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis penelitian pada penelitian ini adalah studi komparatif tentang penerapan traditional costing concept dengan activity based costing ABC pada jenis industri jasa. Industri jasa yang akan diteliti adalah RS. Siloam di Manado yang beralamat di Jl. Samrat No. 22 Manado dengan objek penelitian penentuan tarif kamar rawat inap. Data yang dibutuhkan untuk penelitian ABC ini adalah laporan laba rugi untuk tahun yang berakhir 31 Desember 2012, direct cost, direct labor , dan biaya overhead yang terkait dengan kamar rawat. Tempat dan Waktu Penelitian Tempat dan waktu yang menjadi penelitian ini adalah Rumah Sakit Siloam Manado yang bertempat di Jl. Samrat No. 22 Manado. Waktu dalam melakukan penelitian ini adalah 2 bulan yaitu dari bulan oktober sampai dengan November 2013. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang di lakukan adalah sebagai berikut : a. Survey objek penelitian. b. Mengambil data-data perusahaan dan wawancara. c. Membandingkan dan mengolah data-data dan informasi perusahaan dengan dasar teori yang di gunakan. d. Membuat kesimpulan dan memberikan saran. Metode Pengumpulan Data Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analisis Deskiptif. Peneliti menganalisa seluruh data yang relevan dengan objek penelitian, baik itu catatan berupa hasil interview, dokumen serta laporan- laporan yang diberikan oleh perusahaan. Saat melakukan interview , observasi, dan analisis dokumen, peneliti melakukan pertanyaan-pertanyaan yang mearahkannya untuk mengambil data yang diperlukan serta data didapatkan kembali dibandingkan dengan teori theoritical comparison yang digunakan dan ditariklah suatu kesimpulan sebagai hasil penelitian. Teknik Pengumpulan Data Proses penelitian dan penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode pengumpulan data adalah sebagai berikut: 1. Interview wawancara 2. Observas. 3. Analisis Dokumen Metode Analisa Data 135 Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian analisis Deskiptif. Peneliti menganalisa seluruh data yang relevan dengan objek penelitian, baik itu catatan berupa hasil interview, dokumen serta laporan- laporan yang diberikan oleh perusahaan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Singkat Rumah Sakit Siloam Manado Dibuka pada tahun 2012 , SHMN adalah rumah sakit swasta terkemuka di Manado , Sulawesi Utara. Terletak di Central Business District di Manado, SHMN dapat dengan mudah diakses oleh transportasi umum. Karena lokasi utama, SHMN adalah tujuan pelayanan kesehatan untuk seluruh tenaga kerja perusahaan serta wisatawan dan warga sipil di Manado Visi dan Misi Rumah Sakit Siloam Our Vision: International Quality, Scale, Reach, Godly Compassion. Our Mission: The trusted destination of choice for holistic world class healthcare, health education and research. Hasil Penelitian Rumah sakit siloam adalah salah satu rumah sakit swasta yang memberikan palayanan kesehatan yang berkualitas, lengkap, dan terjangkau karena rumah sakit siloam tedak hanya memiliki fungsi komersial tetapi juga mengutamakan fungsi sosialnya. Ini merupakan tantangan bagi rumah sakit untuk dapat memberikan pelayanan yang maksimal dengan biaya yang seminimal mungkin khususnya mengenai pelayanan rawat inap. Tabel 2. Perhitungan Tarif Kamar Rawat Inap Menggunakan Activity Based Costing Keterangan VIP Kelas I Kelas II Kelas III DIRECT COST Bahan medis Rp. 1,828.57 Rp. 1,799.43 Rp. 1,463.21 Rp. 880.53 makan dan minum pasien Rp. 31.593.00 Rp. 31,593.00 Rp. 24,745.00 Rp. 20,305.00 Total direct cost Rp. 33,421.57 Rp. 33,392.43 Rp. 26,208.21 Rp. 66,513.53 DIRECT LABOR Gaji dan tunjangan perawat Rp. 182,224.08 Rp. 137,817.72 Rp. 215,260.80 Rp. 135,427.20 Total direct labor Rp. 182,224.08 Rp. 137,817.72 Rp. 215,260.80 Rp. 135,427.20 OVERHEAD Registrasi pasien Rp. 2,878.42 Rp. 2,370.56 Rp. 862.58 Rp. 1,021.57 Keterangan VIP Kelas I Kelas II Kelas III OVERHEAD Desain layanan Rp. 1,930.85 Rp. 1,815.18 Rp. 1,528.17 Rp. 3,610.63 Pelayanan pasien Rp. 7,199.17 Rp. 6,761.96 Rp. 5,167.74 Rp. 4,664.82 Total overhead Rp. 12,008.44 Rp. 10,947.69 Rp. 7,558.49 Rp. 9,297.02 COGS Rp. 227,654.0859 Rp. 182,157.8415 Rp. 249,027.5026 Rp. 165,909.5461 inflasi 10 Rp. 22,765.40 Rp. 18,215.78 Rp. 24,902.75 Rp. 16,590.95 Margin kontribusi Rp. 68,296.224 Rp. 54,647.352 Rp. 62,256.875 Rp. 33,181.908 Tarif Rp. 318,715.7099 Rp. 255,020.9735 Rp. 336,187.1276 Rp. 215,682.1041 Sumber data di olah 136 Tabel 3. Direct Cost, Direct Labor, Overhead Per Hari Per Ruang Perawatan Dengan Menggunakan Traditional Costing Method Keterangan VIP Kelas I Kelas II Kelas III DIRECT COST Bahan medis Rp. 1,828.57 Rp. 1,799.43 Rp. 1,463.21 Rp. 880.53 Makan dan minum pasien Rp. 31,593.00 Rp. 31,593.00 Rp. 24,745.00 Rp. 20,305.00 Total direct cost Rp. 33.421.57 Rp. 33,392.43 Rp. 26,208.21 Rp. 21,185.53 DIRECT LABOR Gaji dan tunjangan perawat Rp. 182,224.08 Rp. 137,817.72 Rp. 215,260.80 Rp. 135,427.20 Total direct labor Rp. 182,224.08 Rp. 137,817.72 Rp. 215,260.80 Rp. 135,427.20 OVERHEAD Beban penyusutan perawatan Rp. 46,964.38 Rp. 44,293.15 Rp. 35,663.01 Rp. 30,320.54 Linen Rp. 1,988.77 Rp. 108,854.00 Rp. 1,331.61 Rp. 626.73 Biaya pemakaian perlengkapan Rp. 7,702.38 Rp. 7,599.43 Rp. 6,922.07 Rp. 6,359.91 Gas loundry dan bahan Rp. 4,778.91 Rp. 549.55 Rp. 579.29 Rp. 506.42 Kebersihan Rp. 4,268.97 Rp. 6,990.44 Rp. 1,999.73 Rp. 5,873.32 Biaya pemeliharan Rp. 1,142.85 Rp. 1,934.52 Rp. 1,345.13 Rp. 600.00 Biaya material unit Rp. 45.31 Rp. 753.96 Rp. 581.87 Rp. 106.61 Biaya listrik Rp. 1,886.74 Rp. 1,453.22 Rp. 1,630.62 Rp. 934.47 Total overhead Rp. 68,778.31 Rp. 64,662.81 Rp. 50,033.33 Rp. 45,328.00 COGS Rp. 284.423.96 Rp. 235,872.96 Rp. 291,502.34 Rp. 201,940.73 Sumber: Data di olah Perbandingan Tarif Kamar Rawat Inap Antara Pendekatan Saat Ini Tradisional Costing Method, dan Activity Based Costing. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, bahwa Rumah Sakit Siloam memiliki perhitungan baku dalam menetapkan sebuah tarif kamar rawat. Dibawah ini adalah perhitungan tarif berdasarkan tradisional costing method. Perusahaan hanya melakukan estimasi apakah pendapatan dari sewa kamar mampu menanggung seluruh beban yang dikeluarkan. Berdasarkan perhitungann dan analisa yang telah dilakukan dengan metode tradisional dan ABC maka hasil akhir dari penelitian ini adalah ABC terbukti mampu memberikan perhitungan tarif yang lebih murah dibandingkan dengan metode tradisional. Dibawah ini adalah tabel yang menunjukan perbandingan antara kedua pendekatan, yaitu pendekatan saat ini dan pendekatan ABC. Tabel 4. Perbandingan Tarif Kamar Rawat Inap Antara Pendekatan Saat Ini Traditional Costing Method, dan Activity Based Costing Kamar Rawat Inap Existing ABC Kenaikanpenurunan VIP Rp. 550,000.00 Rp. 318,715.71 Naik KELAS I Rp. 425,000.00 Rp. 225,020.91 Naik KELAS II Rp. 300,000.00 Rp. 336,187.13 Turun KELAS III Rp. 100,000.00 Rp. 215,682.40 Turun Sumber: data di olah 137 Tabel di atas menggambarkan secara jelas bahwa sistem activity based costing mampu menyajikan perhitungan lebih akurat dan lebih murah dari metode tradisional. Pembahasan Hasil akhir dari penelitian ini adalah sistem activity based costing ABC terbukti mampu memberikan perhitungan tarif yang lebih murah dibandingkan dengan metode tradisional. Berdasarkan hal tersebut, penerapan system ABC di rumah sakit siloam ini masih dapat memberikan manfaat yang dirasakan oleh manajemen, walaupun itu akan mempengaruhi aspek budaya dan keuangan perusahaan. Ditinjau dari aspek budaya, system ABC dengan konsep value added- nya akan merombak budaya. Selama ini kebijakan perusahaan dalam menetapkan tarif kamar rawat inap hanya berdasarkan analisa semata, tanpa menghitung biaya yang memang seharusnya dibebankan ke pasien. Oleh karena itu, hasil tarif yang ditetapkan manajemen selama ini menjadi tidak akurat, yang pada akhirnya menetapkan perusahaan pada posisi yang kurang memuaskan dalam daya saing masyarakat. Dari aspek keuangan, menyangkut cost of implementation dari ABC sendiri yang meliputi perancangan sistem baru, pendidikan dan training tentang sistem baru. Tentunya selain cost , benefit yang akan diterima dari penerapan ABC juga harus dihitung. Cost mungkin dapat dihitung dengan segera, tetapi benefit baru dirasakan 5 tahun yang akan datang. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan data yang diperoleh dan penelitian lebih lanjut, dapat diambil kesimpulan bahwa Perhitungan tarif kamar dengan menggunakan ABC terbukti mampu menghasilkan biaya yang lebih murah bila dibandingkan dengan pendekatan tradisional. Perlu diingat, bahwa rumah sakit adalah organisasi sosial yang tidak berorientasi pada keuntungan sehingga pada akhirnya penyediakan tarif yang mampu dijangkau oleh masyarakat golongan ekonomi lemah. Saran Berdasarkan kesimpulan dan implikasi di atas, saran-saran yang di ajukan dalam penelitian ini adalah: 1. Diharapkan perusahaan melakukan pengklasifikasian unsur-unsur biaya produksi sesuai dengan kaidah yang berlaku. 2. Diharapkan mengaplikasikan ABC segera mungkin untuk meningkatkan daya saing perusahaan. 3. Peningkatan peluang kinerja perusahaan, dengan meningkatkan efektivitas dan efisiensi penggunaan sumber daya yang terkait dengan tarif kamar rawat. 4. Diharapkan penelitian ini dikembangkan dengan variabel yang berbeda. DAFTAR PUSTAKA Aristanti, Widyaningsih,” Peranan dan Kendala Penerapan Activity Based Costing ABC Dalam Industri Jasa ”, Percikan, Vol 103, Edisi Agustus, 2009.. http:isjd.pdii.lipi.go.idindex.phpSearch.html?act=tampilid=70736idc=28. Tanggal akses: 25 oktober 2013. Bastian, Bustami.,Nurlela. 2009. Akuntasi Biaya . Mitra Wacana Media. Jakarta. Blocher, Chen., Cokins., Lin. 2006. Cost Management. Management Biaya Penekanan Strategis . Buku 1. Edisi 3. Salemba Empat.Jakarta. Blocher, Stout, Cokins, Chen,” Cost Management . A Strategic Emphasis”. Internasional Edition, Mc. Graw Hill Companies, Ins, New York, 2008. Carter , Usry.2006. Akuntansi Biaya . Edisi 13.Salemba Empat. Jakarta. Carter, William K, Akuntansi Biaya . Buku 1, Edisi 14, Salemba Empat, Jakarta, 2009. Charoline, Cheisviyanny, Penerapan Activity Based Costing Untuk Analisis Pelanggan. Jurnal Economic, Vol 7, April, Hal. 39-44, 2007. 138 http:isjd.pdii.lipi.go.idindex.phpSearch.html?act=tampilid=75454idc=28. Tanggal akses: 19 oktober 2013 Garrison, Noreen., brewer.2006. Managerial Accounting . Edisi 11. Salemba Empat. Jakarta. Mehmet C. Kocakulah., Ph.D. Using Activity-Based Costing ABC to Measure Profitability on a commercial Loan Portofolio. Journal of Performance Management . ABIINFORM Global pg. 29. 2007. Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya . Edisi 5. Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. Nunik, L. ABC System: Sistem Biaya Dalam Mengatasi KelemahanKekurangan Sistem Biaya Tradisional . Jurnal Ilmiah Akuntansi. Vol 6. no. 2 November. Hal. 88-100, 2007. http:repository.ipb.ac.idbitstreamhandle12345678947731h11waw. Tanggal akses: 25 oktober 2013 139 ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE VARIABLE COSTING PADA PT. CELEBES MINAPRATAMA BITUNG Dewi Sartika Kiay Jenny Morasa Winston Pontoh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email: dedew_thikayahoo.co.id ABSTRAK Harga Pokok Produksi merupakan kumpulan dari biaya-biaya yang dikeluarkan untuk mengolah bahan baku menjadi bahan jadi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui analisis perhitungan harga pokok produksi pengolahan ikan kayu pada PT. Celebes Minapratam Bitung. Perusahaan ini merupakan perusahaan manufaktur yang juga tidak luput dari masalah perhitungan biaya produksi dan dalam menentukan harga pokok produksi perusahaan menggunakan metode biaya penuh dimana pemisahan unsur biaya produksi yang bersifat variable dan tetap belum dilakukan. Hal ini mengakibatkan ketidaktepatan dalam perhitungan harga pokok produk yang akan berpengaruh terhadap penetapan harga jual dan laba perusahaan. Analisis data penlelitian ini yaitu, proses produksi, laporan biaya bahan, laporan biaya tenaga kerja, laporan biaya overhead. Hasil penelitian penentuan harga pokok produksi menggunakan metode dimana biaya dihitung berdasarkan metode biaya penuh ada baiknya perhitungan yang digunakan menurut metode variable costing . Perhitungan ini menghasilkan selisih yang berpengaruh terhadap penetapan harga jual. Untuk itu perusahaan hendaknya memisahkan biaya produksi sehingga menghasilkan biaya produksi yang tepat. Kata kunci : harga pokok produksi, variable costing ABSTRACT Cost of Production is a collection of the costs incurred to process raw materials into finished materials . This study aims to determine the analytical calculation of the cost of production of fish processing wood at PT . Celebes Minapratam Bitung . This company is a manufacturing company was not immune from the problem and the calculation of production costs in determining the cost of production companies using the full cost method of separating elements where production costs are variable and fixed yet done . This has led to inaccuracies in the calculation of the cost of the product will affect the determination of the selling price and profit . The data analysis penlelitian ie, production processes , material cost report , report labor costs , overhead cost report . The results of determining the cost of production using the method in which the cost is calculated based on the full cost method is better according to the method of calculation used variable costing . This results in differences that affect the determination of the selling price . For that the company should separate the production costs resulting in proper production costs . Keywords : cost of production , variable costing 140 PENDAHULUAN Latar Belakang Perusahaan sebagai badan usaha mempunyai beberapa bentuk tujuan. Tujuan-tujuan tersebut berdasarkan perencanaan yang telah disusun sebelumnya dalam perusahaan. Diantara tujuan tersebut yang terpenting adalah mendapatkan laba optimum. Hal ini dimaksudkan untuk menunjang kelangsungan hidup dan perluasan usaha. Bagi perusahaan industri, informasi mengenai biaya produksi merupakan salah satu jenis infromasi yang penting. Informasi ini dapat digunakan untuk berbagai tujuan, seperti pengendalian biaya demi tercapainya efisiensi, penentuan harga jual produk, pengambilan keputusan- keputusan khusus seperti apakah suatu produk akan tetap diproduksi atau apakah suatu produk akan dibeli dari luar ataupun diproduksi sendiri oleh perusahaan, serta berbagai tujuan lainnya. Dalam menghitung harga pokok produksi, perlu dijelaskan terlebih dahulu pengertian dan perbedaan metode full costing dan variabel costing. Metode full costing adalah salah satu metode penentuan biaya produk yang membebankan seluruh biaya produksi sebagai biaya produk, baik biaya produksi yang berperilaku tetap maupun yang berperilaku variabel. Perusahaan yang menggunakan metode ini, menghitung harga pokok produksinya dengan menjumlahkan biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap. Perusahaan hendaknya mampu menetapkan harga pokok produksi yang tepat sehingga nantinya dapat bersaing dengan perusahaan lain yang sejenis. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis perhitungan harga pokok produksi menggunakan metode variable costing pada PT. Celebes Minapratama Bitung. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Akuntasi Secara umum, akuntansi accounting dapat diartikan sebagai sistem informasi yang menyediakan laporan untuk para pemangku kepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan. Reeve 2009:9. Sistem Akuntansi Sistem akuntansi mencatat kejadian serta transaksi ekonomi, seperti penjualan dan pembelian bahan, dan memroses data dalam transaksi tersebut menjadi informasi yang berguna bagi maanjer, tenaga penjual, penyelia produksi, dan pihak lainnya. Pemrosesan setiap transaksi ekonomi meliputi pengumpulan collecting, pengategorian categorizing, peringkasan summarizing, dan penganalisisan analyzing. Sistem akuntansi menyajikan informasi yang ditemukan dalam laporan rugi-laba, neraca, serta laporan arus kas dan dalam laporan kinerja, seperti biaya operasi suatu pabrik atau biaya pemberian jasa. Hongren 2008:2. Pengertian Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi Mulyadi 2007:10 merupakan pengorbanan sumber ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah terjadi atau kemungkinan terjadi untuk memperoleh penghasilan. Harga pokok produksi cost of goods manufactured adalah jumlah biaya produksi yang diserap oleh seluruh produk jadi yang telah selesai diproduksi selama satu periode tertentu. Marbun 2003: 91. Harga pokok produksi adalah kumpulan biaya produksi yang terdiri dari bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, 141 dan biaya overhead pabrik ditambah persediaan produk dalam proses awal dan dikurang persediaan produk dalam proses akhir Bustami dkk 2006: 60. Sedangkan menurut Supriyono 2011: 144 harga pokok produksi adalah aktiva atau jasa yang dikorbankan atau diserahkan dalam proses produksi yang meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik dan termasuk biaya produksi. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Metode penentuan harga pokok produksi adalah cara memperhitungkan unsur-unsur biaya ke dalam harga pokok produksi. Dalam memperhitungkan unsur biaya ini, terdapat dua pendekatan yaitu: 1.Full costing Mulyadi 2009:17 full costing merupakan metode penentuan kos produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik, baik yang berperilaku variabel maupun tetap. Dapat dikatakan bahwa metode full costing merupakan metode penentuan harga pokok yang memasukan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku tetap maupun variabel, dibebankan kepada produk yang diproduksi atas dasar tarif yang ditentukan di muka pada biaya overhead sesungguhnya. 2.Variabel costing Variabel costing merupakan metode penentuan kos produksi yanghanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam kos produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variable. Mulyadi 2009:18. Penelitian Terdahulu Sebagai bahan referensi dan rujukan terhadap analisis hasil penelitian ini, maka diperlukan beberapa peneliti terdahulu diantaranya terlampir dalam tabel 1 dibawah ini: 142 Tabel 1. Penelitian Terdahulu Sumber: Sihombing 2003 dan Sihite 2012. METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Jenis peneltian ini bersifat deskriptif kuantitatif, yaitu penggambaran tentang objek penelitian yang dilihat dari sumber atau informasi keuangan berupa, laporan biaya produksi PT. Celebes Minapratama dan informasi mengenai gambaran umum perusahaan. Penelitian ini merupakan penelitian Komparatif. Dimana dalam penelitian ini ingin membandingkan nilai harga pokok produksi yang paling efisien menggunakan metode perhitungan full costing atau menggunakan metode perhitungan variable costing. Nama Peneliti Tahun Judul Tujuan Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan Sihombing 2003 Penerapan metode variable costing dalam perhitungan harga pokok produksi pada PT. Mututama Agung Lestari Medan Untuk melihat dan menilai apakah terdapat kesesuain antara teori dan praktek Deskripftif Kuantitatif Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai penentuan harga pokok produksi yang benar Penelitian dengan menggunaka n metode variable costing untuk menghitung harga pokok produksi Penelitian ini melihat sejauh mana penerapan metode variable costing yang telah digunakan oleh perusahaan dalam menghitung harga pokok produksi sedangkan penelitian selanjutnya menganalisa metode perusahaan kemudian dianalisa kembali sesuai metode variable costing Sihite 2012 Analisis penentuan harga pokok produksi pada perusahaan garam beryodium studi kasus pada UD. Empat Mutiara Untuk melihat bagaimana penentuan harga pokok produksi dalam perusahaan Kuantitatif Dapat diketahui penentuan harga pokok produksi dalam perusahaan Untuk menghitung harga pokok produksi tentunya dibutuhkan informasi mengenai biaya bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik Penelitian ini menghitung harga pokok produksi tanpa memanfaatkan metode full costing atau variable costing sedangkan penelitian selanjutnya secara lebih spesifik menghitung harga pokok produksi sesuai dengan metode variable costing 143 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan diperusahaan manufaktur pengolahan ikan kemasan yaitu PT. Celebes Minapratama yang terletak di kota bitung provinsi sulawesi utara. Waktu penelitian dilaksanakan pada haritanggal, kamis 11 april tahun 2013. Dengan menggunakan analisa berdasarkan metode analisis data deskriptif dengan mengumpulkan data-data sesuai dengan sebenarnya kemudian data tersebut disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah yang ada. Penelitian dengan metode analisis deskriptif ini mengukur antara toeri pendukung dengan hasil senyatanya yang ada dalam perusahaan. Dalam hal ini yang berkaitan dengan harga pokok produksi pengolahan ikan di PT. Celebes Minapratama Bitung. Populasi dan Sampel Populasi adalah semua nilai baik hasil perhitugan maupun pengukuran, baik kuantitatif maupun kualitatif, dari pada karakteristik tertentu mengenai sekelompok obyek yang lengkap dan jelas. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah laporan biaya produksi PT. Celebes Minapratama Bitung. Sampel adalah suatu himpunan bagian subset dari unit populasi. Adapun sampel dalam yang digunakan adalah laporan biaya produksi PT Celebes Minapratama Bitung di tahun 2011. Metode Pengumpulan Data Metode penelitian dengan cara mengumpulkan data-data sesuai dengan yang sebenarnya kemudian data-data tersebut disusun, diolah dan dianalisis untuk dapat memberikan gambaran mengenai masalah yang ada. Metode Analisis Analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode deskriptif karena penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan perbandingan nilai harga pokok produksi apabila menggunakan metode full costing dan variable costing serta melihat manakah di antara kedua metode tersebut yang paling efektif digunakan. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan PT. Celebes Minapratama merupakan salah satu perusahaan yang bergerak dibidang perikanan pengolahan ikan kayuarahon bushi atau dalam bahasa inggrisnya dried smoke fish yang terdapat di bitung, Sulawesi utara. Sejarah berdirinya adalah sebagai berikut: pada akhir tahun 1999, bapak Albert O. Worang yang pada saat itu menjabat direktur utama PT. Manado Mina Citrataruna melihat bahwa pengolahan ikan kayu sangat laris dipasarkan bahkan niat pembeli khususnya dari jepang sangat banyak. Dengan melihat peluang yang sangat besar ini, muncul ide untuk melakukan pengembangan usaha pada bidang pengolahan ikan kayu sekalipun keadaan perekonomian pada waktu itu tidak begitu menguntungkan bagi eksportir, bahkan persaingan semakin ketat. Tetapi karena keinginan yang sangat besar untuk melakukan perluasan usaha, maka pada akhir tahun 1999, bapak Albert O. Worang menyerahkan jabatannya sebagai direktur utama PT. Manado mina Citrataruna dan langsung mendirikan perusahaan yang beru bersama-sama dengan bapak Kornelius Kilapong, bapak Jefry Pangkerego keduanya eks staf PT, Manado mina Citrataruna dan ibu Rine Kaunang. Pendirian perusahaan ini berdasarkan akte notaris nomor 76 tanggal 24 oktober 2000. 144 Hasil Penelitian Hasil Produksi PT. Celebes Minapratama merupakan industri pengolah ikan arabushi, hasil produksinya diekspor ke jepang. Kapasitas produksi sekitar 30 ton per hari. Perusahaan ini selama sebulan bekerja selama 22 hari. Informasi Biaya Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku yaitu ikan segar menjadi produk jadi berupa ikan olahan yang telah dikemas dan siap untuk dijual. Pada umumnya biaya produksi dibedakan menjadi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja dan biaya overhead pabrik. Biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung disebut biaya utama, sedangkan biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya overhead pabrik disebut biaya konversi. Pada PT. Celebes Minapratama Bitung, biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik digolongkan sebagai biaya produksi.Perhitungan harga pokok produksi ikan olahan yang telah dilakukan perusahaan selama ini menggunakan metode full costing. Dimana biaya-biaya yang diperhitungkan dlam penetapan harga pokok produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung da biaya overhead pabrik. Perhitungan biaya-biaya produksi terlampir pada tabel 2 dibawah ini: 1. Biaya bahan Sumbe Sumber: PT. Celebes Minapratama Bitung 2011 Tabel 2. Biaya Bahan Keterangan Total Persediaan awal Rp 1,514,477,371 Masukpembelian Rp 29,787,858,720 Persediaan yang tersedia untuk dipakai Rp 31,302,336,091 Persediaan Akhir Rp 1,152,980,663 Harga pokok bahan yang dipakai Rp 30,149,355,428 Berdasarkan perhitungan biaya bahan maka jumlah biaya bahan yang digunakan untuk untuk produksi untuk di ahun 2011 adalah Rp. 30,149,355,428 2. Biaya Tenaga Kerja Langsung biaya tenaga kerja langsung merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah, thr, pesangon, tunjangan kesehatan dan pajak penghasilan. Berikut ini akan dilampirkan pada tebel 3 di bawah ini: Sumber: PT. Celebes Sumber Minapratama Bitung 2011 Tabel 3. Biaya Tenaga Kerja Langsung Keterangan Total Upah Rp 2,210,089,330 THR Rp 106,325,001 Pesangon Rp 330,892,500 Jamsostek perusahaan Rp 123,834,109 Jamsostek pribadi Rp 23,830,700 pph 21 Rp 18,856,431 JUMLAH Rp 2,813,828,071 145 Berdasarkan perhitungan maka jumlah biaya tenaga kerja langsung sesuai yang dikategorikan oleh perusahaan sebanyak Rp. 2,813,828,071 1. Biaya Overhead Pabrik PT. Celebes Minapratama Bitung membebankan biaya overhead pada produk berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, baik biaya yang terjadi di pabrik maupun kantor. Berikut akan dilampirkan pada tabel 4 dibawah ini: Tabel 4. Biaya Overhead Pabrik Keterangan Total Solar Rp 1,594,548,724 Kayu Bakar Rp 629,133,703 Dos Packing Rp 244,343,033 Plastik produk 26 Rp 11,092,200 Kawat loket Rp 9,000,000 Oxygen absorber Rp 75,944,550 Tenaga kerja tak langsung Rp 521,115,186 Listrik Rp 275,898,380 BengkelReparasi Rp 37,125,500 Penyusutan bangunan pabrik Rp 23,303,100 Penyusutan rehab bangunan pabrik Rp 24,563,270 Penyusutan mesin produksi Rp 480,197,230 penyusutan gudang kayu Rp 4,405,804 PBB Pabrik bangunan Rp 7,232,200 pph BBM Rp 4,620,750 Sanksi Adm Rp 51,659,815 pph pasal 23 Rp 258,000 Penyusutan bangunan slice fish meal Rp 98,100,125 Penyusutan Rehab bangunan slice meal Rp 5,063,035 Asuransi Rp 8,597,717 Penyusutan rehab gudang kayu Rp 1,863,350 Ekspedisi Rp 281,061,365 Kontainer export Rp 1,699,444,710 PerlengkapanPeralatan produksi Rp 259,885,259 Bahan bakarbhn Pembantu Rp 329,529,555 Biaya lain-lain Rp 10,048,000 JUMLAH Rp 6,688,034,561 Sumber: PT. Celebes Minapratama Bitung 2011 Berdasarkan laporan biaya produksi PT. Celebes Minapratama Bitung yang sudah dihitung dengan jumlah ikan olahan yang dihasilkan, maka dapat dihitung harga pokok produksi ikan olahan di tahun 2011 dengan metode perusahaan yaitu metode full costing adalah sebagai berikut. Biaya bahan Rp 30,149,355,428 Biaya tenaga kerja langsung Rp 2,813,828,071 Biaya overhead pabrik Rp 6,688,034,561 Total harga pokok produksi Rp 39,651,218,060 Total produksi 900,000 Harga pokok produksi per unit Rp 44,057 146 Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh harga pokok produksi untuk setiap kilogram ikan olahan adalah Rp. 44,057. Pembahasan Mulyadi 2012: 121 mengungkapkan full costing dan variable costing sesungguhnya merupakan metode penentuan harga pokok produksi. Perbedaan pokok yang ada di antara kedua metode tersebut adalah terletak pada perlakuan terhadap biaya produksi yang berperilaku tetap. Adanya perbedaan perlakuan terhadap biaya produksi tetap ini akan mempunyai akibat pada perhitungan harga pokok produksi dan penyajian laporan laba rugi. Perhitungan harga pokok produksi dengan menggunakan metode perusahaan yaitu full costing belum dapat dikatakan akurat dalam menghitung harga pokok produksi dikarenkan dalam metode yang dipakai perusahaan dihitung undur biaya yang bersifat tetap dan variabel. Dan dalam pembahasan nantinya penulis akan menghitung unsur-unsur biaya produksi berdasarkan metode variable costing , dimana tidak semua unsur-unsur biaya produksi yang dimasukkan akan menjadi hasil dari perhitungan harga pokok produksi tetapi hanya unsur biaya produksi yang bersifat variabel saja yang akan digunakan sebagai dasar pembentukan harga pokok produksi. 1. Biaya Bahan Untuk menghitung biaya bahan atau harga pokok bahan adalah sebagai berikut. Persediaan awal Rp 1,514,477,371 Masukpembelian Rp 29,787,858,720 Persediaan yang tersedia untuk dipakai Rp 31,302,336,091 Persediaan Akhir Rp 1,152,980,663 Harga pokok bahan yang dipakai Rp 30,149,355,428 2. Biaya Tenaga Kerja Dari pengelompokkan biaya khususnya untuk tenaga kerja langsung maka yang akan dihitung nantinya biaya upah langsung di tahun 2011 yaitu sebesar Rp. 2,813.828,071 3. Biaya overhead pabrik PT. Celebes Minapratama bitung membebankan biaya overhead pada produk berdasarkan biaya yang sesungguhnya terjadi, baik biaya yang terjadi dipabrik maupun kantor. Namun penelitian ini akan mengalokasikan biaya overhead pabrik ke produk yang memiliki biaya overhead variabel, dikarenakan biaya overhead variabel dialokasikan berdasarkan satuan unit produksi melihat karena perushaan memproduksi satu jenis produk saja. 147 Keterangan Tetap Variabel Total Solar 128,840.00 Rp 1,594,677,564.00 Rp 1,594,806,404.00 Rp Kayu Bakar 16,297.00 Rp 629,150,000.00 Rp 629,166,297.00 Rp Dos Packing 6,967.00 Rp 244,350,000.00 Rp 244,356,967.00 Rp Plastik produk 26 7,800.00 Rp 11,100,000.00 Rp 11,107,800.00 Rp Kawat loket - Rp 9,000,000.00 Rp 9,000,000.00 Rp Oxygen absorber 5,450.00 Rp 75,950,000.00 Rp 75,955,450.00 Rp Tenaga kerja tak langsung 15,186 Rp 521,100,000.00 Rp 521,115,186.00 Rp Listrik 1,620.00 275,900,000.00 Rp 275,901,620.00 Rp BengkelReparasi 24,500.00 Rp 37,150,000.00 Rp 37,174,500.00 Rp Penyusutan bangunan pabrik 23,303,100.00 Rp - Rp 23,303,100.00 Rp Penyusutan rehab bangunan pabrik 24,563,270.00 Rp - Rp 24,563,270.00 Rp Penyusutan mesin produksi 480,197,230.00 Rp - Rp 480,197,230.00 Rp penyusutan gudang kayu 4,405,804.00 Rp - Rp 4,405,804.00 Rp PBB Pabrik bangunan 7,232,200.00 Rp - Rp 7,232,200.00 Rp pph BBM 4,620,750.00 Rp - Rp 4,620,750.00 Rp Sanksi Adm 51,659,815.00 Rp - Rp 51,659,815.00 Rp pph pasal 23 258,000.00 Rp - Rp 258,000.00 Rp Penyusutan bangunan slice fish meal 98,100,125.00 Rp - Rp 98,100,125.00 Rp Penyusutan Rehab bangunan slice meal 5,063,035.00 Rp - Rp 5,063,035.00 Rp Asuransi 8,597,717.00 Rp - Rp 8,597,717.00 Rp Penyusutan rehab gudang kayu 1,863,350.00 Rp - Rp 1,863,350.00 Rp Ekspedisi 281,061,365.00 Rp - Rp 281,061,365.00 Rp Kontainer export 1,699,444,710.00 Rp - Rp 1,699,444,710.00 Rp PerlengkapanPeralatan produksi 14,983.00 Rp 259,900,000.00 Rp 259,914,983.00 Rp Bahan bakarbhn Pembantu 32,529,555.00 Rp - Rp 32,529,555.00 Rp Biaya lain-lain 10,048,000.00 Rp - Rp 10,048,000.00 Rp Jumlah 2,733,169,669.00 Rp 3,658,277,564.00 Rp 6,391,447,233.00 Rp Tabel 5. Biaya Overhead Pabrik Sumber: Data diolah tahun 2013 Berdasarkan hasil perhitungan di atas, maka dapat dihitung harga pokok produksi PT. Celebes Minapratama berdasarkan metode variable costing seperti yang terdapat di bawah ini. Biaya bahan Rp 30,149,355,428.00 Biaya tenaga kerja langsung Rp 2,813,828,071.00 Biaya overhead pabrik variabel Rp 3,658,277,564.00 Total harga pokok produksi Rp 36,621,461,063.00 Total produksi unit 900,000.00 Harga pokok produksi Unit Rp 40,690.51 Berdasarkan perhitungan harga pokok produksi di atas maka di dapat hasil perbandingan harga pokok produksi per unit antara yang diperoleh dari PT. Celebes Minapratama dengan hasil pembahasan. Perbandingan dapat dilihat sebagai berikut. 148 Tabel 6. Perbandingan Harga Pokok Produksi Keterangan Metode Perushaan Full Costing Metode Variable Costing Hasil yang diperoleh Rp 44,057.00 Rp 40,690.51 Selisih Rp 3,366.49 Sumber: Data diolah tahun 2013 Berdasarkan table 6 dapat dilihat bahwa terdapat perbedaan antara metode yang digunakan perusahaan dengan metode yang dipakai peneliti yaitu metode variable costing . Perhitungan dengan menggunakan metode perusahaan full costing menghasilkan harga pokok yang lebih besar, sedangkan metode variable costing menghasilkan harga pokok produksi yang lebih kecil dikarenakan variable costing menelusuri biaya-biaya yang berkaitan langsung dengan proses produksi yang sifatnya variabel atau berubah seiring dengan perubahan volume kegiatan produksi. Perhitungan dengan metode variable costing akan berguna bagi perusahaan untuk melakukan efisiensi sumber daya yang digunakan dalam kegiatan produksi di PT. Celebes Minapratama dan untuk penetapan harga jual sesuai dengan keuntungan yang diharapkan perusahaan. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada PT. Celebes Minaprtama Bitung mengenai analisis perhitungan biaya produksi dengan menggunakan metode perusahaan yang dapat disimpulkan sebagai berikut. 1. Perbedaan antara full costing dan variable costing . Full costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitung akan semua unsu biaya produksi kedalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik baik yang berperilaku tetap maupun yang berperilaku variabel. Sedangkan variable costing meruapakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variable kedalam harga pokok produksi yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik variabel. 2. Perhitungan biaya pada perusahaan masih belum memadai karena belum dibuatnya laporan perhitungan biaya produksi untuk metode variable costing . 3. Perusahaan dalam menghitung biaya produksinya menggunakan system biaya sesungguhnya dan bukan system biaya standar, sehingga perusahaan tidak dapat mengadakan analisa biaya variable dalam hal pengawasan biaya untuk dapat menilai efisiensi serta penyimpangan-penyimpangan yang terjadi dalam proses produksi. 4. Perusahaan mengalami kesulitan dalam memisahkan unsur-unsur biaya tetap dan biaya variable dari biaya yang tergolong semi-variabel. Hal ini tentunya menyulitkan perusahaan dalam mencari hubungan antara biaya-biaya tersebut. Saran Agar PT. Celebes Minapratama Bitung dalam menentukan harga pokok produksinya dapat lebih tepat dan lebih teliti maka penulis memberikan saran sebagai berikut. 1. Perusahaan sebaiknya memakai metode variable costing dalam menghitung harga pokok produksi, karena metode variable costing memperhitungkan biaya-biaya yang langsung berkaitan dengan produk yang di produksi, sedangkan metode full costing menghitung biaya overhead variable dan biaya overhead tetap 149 2. Perusahaan hendaknya dapat menentukan harga pokok produksi yang lebih ekonomis dengan melakukan kegiatan produksi secara lebih optimal, sehingga harga jual yang dicapai perusahaan bisa bersaing dengan perusahaan lain yang memproduksi produk sejenis di pasaran. DAFTAR PUSTAKA Bustami., Bastian., Nurlela., 2006. Akuntansi Biaya, Teori dan Aplikasi , Edisi Pertama. Graha Ilmiah. Yogyakarta. Hongren. 2008. Akuntansi Biaya: Penekanan Manajerial . Jilid 1. PT. INDEKS. Jakarta. Sihite, Lundur Bontor 2012. Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi pada Perusahaan Garam Beryodium Studi pada UD. Empat Mutiara. Jurnal Volume 1, Nomor 1. Universitas Sumatera Utara. Medan. http:ejournal-s1.undip.ac.idindex.phpaccountingissueview3 . 10 desember 2012. Marbun,B.N. 2003. Kamus Manajemen , Cetakan I. Pusaka Sinar Harapan. Jakarta. Mulyadi. 2007. Sistem Akuntansi . Salemba Empat. Jakarta. Mulyadi. 2009. Akuntansi Biaya . Aditya Media. Yogyakarta. Mulyadi. 2012. Akuntansi Biaya. Unit penerbit dan percetakan Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Yogyakarta. Reeve. 2009. Pengantar Akuntansi : Adaptasi Indonesia . Buku 1. Salemba Empat: Jakarta Sihombing, Posma. 2003. Penerapan Metode Variable Costing dalam Perhitungan Harga Pokok Produksi pada PT. Mututama Agung Lestari Medan. Skripsi karya ilmiah Universitas Negeri Medan. Medan. www.tuugo.netCompaniesmututama-agung-lestari-pt0160001044786 10 desember 2012. Supriyono, R. A. 2011. Akuntansi Biaya . BPFE. Yogyakarta. 150 PENERAPAN AKUNTANSI PERPAJAKAN ATAS KEPEMILIKAN AKTIVA KENDARAAN DENGAN METODE SEWA PEMBIAYAAN PADA CV. KARYA WENANG Stephany Florence Claudia Grace Mogi Nangoi Heince Wokas Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado Email : fannyabidinyahoo.co.id ABSTRAK Untuk mendanai aktivitas bisnisnya terutama untuk pengadaan barang modal, perusahaan memiliki alternatif pembiayaan yang bersumber dari dalam perusahaan dan pembiayaan yang bersumber dari luar perusahaan. Pembiayaan yang bersumber dari dalam perusahaan, diantaranya adalah modal saham, penerbitan obligasi, dan laba ditahan. Sementara itu pembiayaan yang bersumber dari luar perusahaan, diantaranya adalah pinjaman bank dan sewa guna usaha leasing. Bagi perusahaan yang tidak mempunyai cukup modal, alternatif yang sering digunakan adalah pembiayaan dari luar perusahaan yaitu sewa pembiayaan capital lease. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan akuntansi perpajakan atas kepemilikan aktiva kendaraan dengan metode sewa pembiayaan capital lease pada CV. Karya Wenang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode deskriptif. Hasil penelitian pada CV. Karya Wenang yaitu CV Karya Wenang belum sepenuhnya menerapkan akuntansi perpajakan atas transaksi sewa pembiayaan yang dilakukan. Seperti dalam hal penyusutan, perusahaan masih menerapkan akuntansi komersial. Kata Kunci : sewa pembiayaan, aktiva tetap, akuntansi komersial, akuntansi pajak ABSTRACT To fund the business a ctivities especia lly for the pr ocur ement of ca pita l goods, the compa ny ha s a lter na tive sour ces of fina ncing in the cor por a te a nd fina nce s our ced fr om outside the compa ny. F unding is sour ced fr om within the compa ny including the ca pita l stock, issua nce of bonds, a nd r eta ined ea r nings. While the funding is sour ced fr om outside the compa ny such a s ba nk loa ns a nd lea sing. F or compa nies tha t not ha ve enough ca pita l, the a lter na tive is often used outside fina ncing compa nies tha t fina nce lea sesca pita l lea se . The pur pose of this study is to investiga te the a pplica tion of a ccounting ta xa tion on the owner ship of a ssets by the method of vehicle fina ncing lea se c a pita l lea se on the CV. Ka r ya Wena ng. The method used in this r esea r ch is descr iptive method. The r esults of the study on the CV. Ka r ya Wena ng is the CV Ka r ya Wena ng not fully implement the a ccounting ta xa tion of fina n ce lea se tr a nsa ctions tha t do. As in the ca se of depr ecia tion, the compa ny still a pply to commer cia l a ccounting Keywords: ca pita l lea se, fixed a sset, commer cia l a ccounting, ta x a ccounting 151 PENDAHULUAN Latar Belakang Seiring dengan perkembangan zaman, dunia bisnis pun menjadi semakin marak. Namun bagaimanapun keadaan perekonomian yang ada, setiap usaha tentunya berkeinginan untuk tetap mempertahankan kelangsungan hidupnya. Oleh karena itu, untuk mendanai aktivitas bisnisnya terutama untuk pengadaan barang modal seperti mesin dan kendaraan operasional, maka perusahaan memiliki alternatif pembiayaan yang bersumber dari dalam internal perusahaan seperti laba ditahan dan penerbitan obligasi dan pembiayaan yang bersumber dari luar eksternal perusahaan seperti pinjaman bank dan sewa guna usaha. Bagi perusahaan yang tidak mempunyai cukup modal, alternatif yang dipilih adalah pembiayaan dari luar perusahaan. Sekarang ini salah satu jenis pembiayaan barang modal yang mulai banyak digunakan perusahaan di Indonesia selain pinjaman dari bank adalah pembiayaan sewa guna usaha Azhari, 2007:1. Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal oleh lessor pemiliki barang modal yang kemudian disewagunausahakan kepada lessee penyewa untuk digunakan selama jangka waktu tertentu dan sebagai imbalan lessee harus membayar secara berkala sejumlah yang telah ditetapkan pada awal transaksi, kemudian pada akhir masa sewa lessee bisa memiliki hak opsi untuk membeli barang modal tersebut. Sewa guna usaha leasing dibedakan menjadi 2 dua jenis yaitu sewa guna usaha dengan hak opsi atau disebut dengan sewa pembiayaan capital lease dan sewa guna usaha tanpa hak opsi operating lease. Sewa pembiayaan capital lease yaitu apabila dalam transaksi perusahaan lessor bertindak sebagai pihak yang membiayai barang modal dimana lessee akan membayar secara berkala sejumlah yang telah disepakati bersama kepada lessor sebagai imbalan dan di akhir masa sewa terdapat hak opsi bagi lessee . Hak opsi adalah hak lessee untuk membeli barang modal yang disewagunausahakan atau memperpanjang jangka waktu perjanjian sewa guna usaha pada akhir masa sewa. Sedangkan sewa guna usaha tanpa hak opsi operating lease yaitu apabila dalam transaksi lessor membeli barang modal langsung dari pemasok supplier dan kemudian menyewa guna usahakannya kepada lessee namun lessee tidak mempunyai hak opsi untuk membeli atau memperpanjang transaksi sewa guna usaha tersebut pada akhir masa sewa. Pada setiap akhir periode, perusahaan akan membuat laporan keuangan di mana dalam membuat laporan keuangan tersebut transaksi sewa guna usaha diperlakukan dan dicatat sebagai aktiva tetap dan kewajiban pada awal masa sewa guna usaha sebesar nilai tunai dari seluruh pembayaran sewa guna usaha ditambah nilai sisa harga opsi yang harus dibayar oleh penyewa guna usaha pada akhir masa sewa guna usaha. Perlakuan tersebut adalah perlakuan yang terjadi pada akuntansi komersial, sementara itu akuntansi pajak memiliki perlakuan yang berbeda dari perlakuan akuntansi komersial. Perbedaan tersebut dikarenakan adanya aturan-aturan dan ketentuan-ketentuan perpajakan yang mengaturnya. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan akuntansi perpajakan atas kepemilikan aktiva kendaraan dengan metode sewa pembiayaan pada CV. Karya Wenang. TINJAUAN PUSTAKA Konsep Akuntansi Akuntansi merupakan sebuah system yang mengumpulkan dan memproses menganalisis, menghitung, dan mencatat informasi keuangan mengenai sebuah organisasi dan melaporkan informasi tersebut kepada pengambil keputusan Libby, dkk. Terjemahan oleh Seputro. 2007:4. Rudianto 2009:4 mengemukakan bahwa akuntansi adalah sebuah system informasi yang menghasilkan informasi keuangan kepada pihak-pihak yang berkepentingan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi suatu perusahaan. Akuntansi Keuangan Financial accounting provides information for decision makers outside the entity, such as investors, creditors, government agencies, and the public Harrison, et al . 2010:4 . Akuntansi Manajemen Managerial accounting focuses on information for internal decision makers, such as the company’s manager s Horngren, et al . 2012:2. 152 Konsep Pajak Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Perubahan Ketiga Atas Undang- Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum Dan Tata Cara Perpajakan mengemukakan bahwa pajak adalah kontribusi wajib kepada negara yang terutang oleh orang pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan secara langsung dan digunakan untuk keperluan negara bagi sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Laporan Keuangan Laporan keuangan komersial adalah bagian dari proses pelaporan keuangan lengkap yang biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan yang dapat disajikan dalam berbagai cara seperti, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana, catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan. Sementara itu, laporan keuangan fiskal adalah laporan keuangan yang disusun sesuai peraturan perpajakan dan digunakan untuk keperluan penghitugan pajak Suandy, 2008:81. Konsep Akuntansi Pajak Akuntansi perpajakan adalah suatu proses pencatatan, penggolongan dan pengikhtisaran suatu transaksi keuangan kaitannya dengan kewajiban perpajakan dan diakhiri dengan pembuatan laporan keuangan fiskal sesuai dengan ketentuan dan peraturan perpajakan yang terkait sebagai dasar pembuatan Surat Pemberitahuan Tahunan Supriyanto, 2011:2-3. Konsep Aktiva Tetap IAI yang dikutip oleh Suandy 2008:34 aset tetap adalah aset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dibangun lebih dulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam rangka kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun. Penyusutan Aktiva Tetap Penyusutan menurut akuntansi komersial dapat dilakukan dengan berbagai metode yang dapat dikelompokkan menurut kriteria berikut : 1. Berdasarkan waktu : a. Metode garis lurus str a ight line method b. Metode pembebanan yang menurun : i. Metode jumlah angka tahun sum of the yea r digit method ii. Metode saldo menurunsaldo menurun ganda decliningdouble declining ba la nce method 2. Berdasarkan penggunaan a. Metode jam jasa ser vice hour s method b. Metode jumlah unit produksi pr oductive output method 3. Berdasarkan kriteria lainnya a. Metode berdasarkan jenis dan kelompok gr oup a nd composite method ; b. Metode anuitas a nnuity method c. Sistem persediaan inventor y system Sementara itu metode penyusutan menurut peraturan perpajakan yang diatur Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang -Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan adalah: 1. Metode garis lurus atau straight line method 2. Metode saldo menurun atau declining balance method Penyusutan untuk harta berwujud berupa bangunan hanya dapat dilakukan dengan metode garis lurus. Sementara untuk harta berwujud selain bangunan seperti mesin dan kendaraan dapat disusutkan dengan metode garis lurus atau metode saldo menurun. Sewa Guna Usaha Leasing Sewa guna usaha adalah perjanjian antara perusahaan sewa guna usahayang menyewakan lessor dan penyewa guna usahayang menyewa lessee , untuk menyewagunausahakan suatu jenis barang modal tertentu 153 yang dipilih atau ditentukan oleh penyewa guna usaha Sugiono, 2009:179. Sewa guna usaha dibedakan menjadi sewa guna usaha dengan hak opsi sewa pembiayaan dan sewa guna usaha tanpa hak opsi. Sewa guna usaha dengan hak opsisewa pembiayaan capital lease adalah sewa guna usaha di mana penyewa lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati sedangkan sewa guna usaha tanpa hak opsi operating lease adalah sewa guna usaha di mana penyewa lessee pada akhir masa kontrak tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha tersebut Suandy, 2008:49. Penelitian Terdahulu Tabel Penelitian Terdahulu No Nama Penelitia n Tahun Judul Tujuan Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Hadiyan to Azhari 2007 Penerapan Akuntansi Pajak Atas Kepemilik an Aktiva Kendaraan Dengan Metode Capital Lease Pada PT.Iglas Sebagai Lessee Untuk mengetahui dan menerapkan perlakuan akuntansi perpajakan yang tepat atas transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi capital lease pada PT. Iglas Deskriptif Perlakuan Akuntansi Sewa Guna Usaha atas kendaraan dinas selama tahun 2000- 2004 di PT.IGLAS Persero hanya dari sisi akuntansi komersial saja, sedangkan dari sisi fiskal belum diterapkan. Peneliti sebelumnya melakukan penelitian terhadap faktor yang sama yaitu perlakuan akuntansi atas kepemilikan aktiva kendaraan dengan metode capital lease dan menggunakan metode penelitian yang sama Objek penelitian sebelumnya adalah perusahaan yang bergerak di bidang pengolahan gelas kemasan sedangkan objek penelitian penulis adalah CV. Karya Wenang yang bergerak dalam bidang advertising dan printing 2. Aryanti Setiawa n 2012 Penerapan Akuntansi Pajak Atas Aktiva Kendaraan Dengan Metode Capital Lease Pada PT. Kedaung Indah Can untuk mengetahui dan menerapan perlakuan akuntansi perpajakan yang tepat atas transaksi sewa guna usaha dengan hak opsi capital lease pada PT. Kedaung Indah Can Deskriptif Jumlah angsuran selama masa sewa guna usaha telah memenuhi semua kriteria yang dipersyaratk an oleh ketentuan pajak sehingga dapat dikategorika n sebagai transaksi capital lease Peneliti sebelumnya melakukan penelitian terhadap faktor yang sama yaitu perlakuan akuntansi atas kepemilikan aktiva kendaraan dengan metode capital lease dan menggunakan metode penelitian yang sama. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya terletak pada objek penelitian yang berbeda. Peneliti sebelumnya melakukan penelitian pada PT. Kedaung Indah Can sedangkan penulis meneliti pada CV. Karya Wenang 154 METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, dimana penelitian ini berdasarkan pada data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari objek yang diamati. Dengan tujuan untuk memahami suatu fenomena dalam konteks sosial secara alamiah dengan mengedepankan proses interaksi komunikasi antara peneliti dengan fenomena yang diteliti. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di CV. Karya Wenang yang berlokasi di Jln. Arnold Mononutu No. 5, Kelurahan Wanea, Kecamatan Wanea, Kota Manado. Penelitian dilakukan dari bulan Oktober sampai November 2013. Prosedur Penelitian Prosedur penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Identifikasi masalah 2. Menentukan tujuan penelitian 3. Tinjauan pustaka 4. Penelitian lapangan 5. Analisis data 6. Kesimpulan Metode Pengumpulan Data Jenis Data Data kuantitatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah laporan keuangan CV. Karya Wenang tahun 2007-2012. Sedangkan data kualitatif yang digunakan adalah informasi yang diperoleh dari hasil wawancara kepada pimpinan dan pegawai yang bekerja di objek penelitian, yakni CV. Karya Wenang. Sumber Data Data primer yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dengan cara tanya jawab wawancara secara langsung dengan pihak CV. Karya Wenang. Sedangkan data sekunder yang digunakan berupa laporan keuangan perusahaan yang didapat dari internal perusahaan. Teknik Pengumpulan Data A dapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah: 1. Interview wawancara, yakni melakukan tanya-jawab dengan pihak-pihak yang terkait, dalam hal ini adalah bagian akuntansi dan pajak. Wawancara dilakukan untuk mengetahui kebijakan akuntansi perusahaan. 2. Dokumentasi mengumpulkan data , y aitu dengan cara mengumpulkan dan memeriksa secara langsung data-data yang diperoleh di perusahaan. Metode Analisis Adapun langkah-langkah yang digunakan dalam analisis data adalah sebagai berikut : 1. Menguraikan transaksi sewa guna usaha yang terjadi di CV. Karya Wenang. 2. Menghitung penyusutan berdasarkan kebijakan akuntansi perusahaan. 3. Menganalisis transaksi sesuai dengan ketentuan perpajakan. 4. Menghitung biaya angsuran yang mengurangi laba perusahaan 5. Menghitung penyusutan sesuai ketentuan perpajakan 155 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum Perusahaan CV. Karya Wenang merupakan usaha yang bergerak dalam bidang advertising dan digital printing . Bertempat di Jl. Arnold Mononutu No. 5 Manado. Perusahaan ini dirintis seorang pengusaha bernama Nova Kaunang sejak tahun 1997 hingga sekarang ini. Perusahaan ini bergerak dalam bidang penyedia jasa advertising dan printing. Untuk menjaga kelangsungan hidup perusahaan, maka perusahaan selalu menggunakan perlengkapan dan peralatan yang lebih modern dan lebih canggih dari hari ke hari untuk digunakan dalam proses produksi agar perusahaan dapat menghasilkan produk yang berkualitas. Tak hanya dari sisi peralatan dan bahan baku produksi, sumber daya manusia pun selalu ditingkatkan demi meningkatkan kualitas serta kepuasan para klien. CV. Karya Wenang memiliki komitmen Menjamin Kepu asan Klien”. Adapun bidang pekerjaan CV. Karya Wenang meliputi bidang advertising yang melayani pembuatan dan pemasangan neon box, pembuatan dan pemasangan billboard, Wallpainting, floorpainting dan airbrush, pembuatan dan pemasangan letter timbul , pembuatan dan pemasangan neonsign , pembuatan dan pemasangan panel press, pembuatan dan pemasangan alcupan , pembuatan dan pemasangan bando jalan , pembuatan dan pemasangan baliho, spanduk, dan umbul-umbul dan memberikan jasa percetakan gambar dengan h ight resolution dengan keakuratan warna yang kuat di dukung oleh Sumber Daya Manusia yang berkompeten dan terampil. Hasil Penelitian Transaksi Sewa Pembiayaan CV. Karya Wenang 1. Satu unit Izuzu Panther. Transaksi dilakukan pada bulan Januari 2007 dengan jangka waktu perjanjian selama 4 tahun. Kendaraan tersebut digunakan untuk menunjang kegiatan operasional perusahaan. Harga Barang : Rp. 182.000.000,- Jaminan 20 : Rp. 36.400.000,- Bunga 4 tahun 7.5 : Rp. 23.381.510,- Angsuran per bulan : Rp. 3.520.448,12,- Keterangan: jaminan akan dikompensasikan sebagai nilai opsi pada akhir masa sewa jika lessee ingin menggunakan hak opsi untuk membeli kendaraan tersebut 2. Satu unit Nissan Navara. Transaksi dilakukan pada bulan Agustus 2008 dengan jangka waktu perjanjian selama 4 tahun. Kendaraan tersebut digunakan oleh pemilik perusahaan untuk kepentingan perusahaan. Harga Barang : Rp. 270.000.000,- Jaminan 30 : Rp 81.000.000,- Bunga 4 tahun 10 : Rp. 41.089.357,- Angsuran per bulan : Rp. 4.793.528,27,- Keterangan: jaminan akan dikompensasikan sebagai nilai opsi pada akhir masa sewa jika lessee ingin menggunakan hak opsi untuk membeli kendaraan tersebut. Penyusutan Aktiva Sewa Pembiayaan Menurut Kebijakan CV. Karya Wenang Menurut akuntansi komersial, lessee boleh melakukan penyusutan sejak perjanjian sewa guna usaha ditandatangani dengan dasar penyusutan adalah nilai perolehan aktiva. Berdasarkan ketentuan tersebut, CV. Karya Wenang melakukan penyusutan atas aktiva tetap berdasarkan nilai perolehan barang dan dimulai sejak diperolehnya barang tersebut. Penyusutan dilakukan dengan metode garis lurus dan umur ekonomis 8 delapan tahun. Berikut adalah penyusutan yang dilakukan oleh perusahaan: 156 Tabel Penyusutan Menururt Kebijakan Perusahaan Tahun Penyusutan Atas Satu Unit Isuzu Panther Penyusutan Atas Satu Unit Nissan Navara 2007 182.000.000 X 11 8 12 = Rp. 20.854.166,67 2008 182.000.000 270.000.000 X 4 8 8 12 = Rp. 22.750.000 = Rp 11.250.000 2009 182.000.000 270.000.000 8 8 = Rp. 22.750.000 = Rp 33.750.000 2010 182.000.000 270.000.000 8 8 = Rp. 22.750.000 = Rp. 33.750.000 2011 182.000.000 270.000.000 8 8 = Rp. 22.750.000 = Rp. 33.750.000 2012 182.000.000 270.000.000 8 8 = Rp. 22.750.000 = Rp. 33 750 000 2013 182.000.000 270.000.000 8 8 = Rp. 22.750.000 = Rp. 33.750.000 2014 182.000.000 270.000.000 8 8 = Rp. 22.750.000 = Rp. 33.750.000 2015 182.000.000 X 1 270.000.000 8 12 8 = Rp. 1.895.833,33 = Rp. 33.750.000 2016 270000000 X 8 8 12 = Rp. 22.500.000 Pelaksanaan Opsi Dalam transaksi sewa guna usaha yang dilakukan CV. Karya Wenang, pihak perusahaan bertindak sebagai lessee melakukan opsi pembelian atas aktiva sewa guna usahanya yaitu 1 satu unit Isuzu Panther pada bulan Februari 2011 sebesar nilai jaminan yang dikompensasikan sebagai nilai opsi yaitu Rp. 36.400.000,- dan 1 satu unit Nissan Navara pada bulan September 2012 sebesar nilai jaminan yang dikompensasikan sebagai nilai opsi yaitu Rp.81.000.000, -. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Keuangan No. 1169KMK.011991, CV. Karya Wenang diperkenankan untuk melakukan penyusutan atas aktiva kendaraan setelah dilakukan hak opsi untuk membeli aktiva kendaraan tersebut. Penyusutan dilakukan berdasarkan nilai opsi aktiva dalam hal ini adalah kendaraan yang bersangkutan dengan umur ekonomis 8 delapan tahun untuk golongan II dan menggunakan metode garis lurus. Penyusutan tersebut penulis gambarkan dalam tabel di bawah ini: 157 Tabel Penyusutan Menurut Ketentuan Perpajakan Tahun Penyusutan Atas Satu Unit Isuzu Panther Penyusutan Atas Satu Unit Nissan Navara 2011 36400000 X 11 8 12 4170833.333 2012 36400000 81000000 X 4 8 8 12 4550000 3375000 2103 36400000 81000000 8 8 4550000 10125000 2014 36400000 81000000 8 8 4550000 10125000 2015 36400000 81000000 8 8 4550000 10125000 2016 36400000 81000000 8 8 4550000 10125000 2017 36400000 81000000 8 8 4550000 10125000 2018 36400000 81000000 8 8 4550000 10125000 2019 182000000 X 1 81000000 8 12 8 = Rp. 1.895.833,33 10125000 2020 81000000 X 8 8 12 6750000 Pembahasan Perbedaan perlakuan antara kebijakan akuntansi komersial dan ketentuan perpajakan yang tergambar di atas akan berdampak pada Pajak Penghasilan terhutang CV. Karya Wenang. Dampak tersebut adalah Pajak Penghasilan terhutang CV. Karya Wenang akan mengalami koreksi fiskal berupa koreksi positif dan koreksi negatif selama tahun pajak 2007 sampai 2020. Koreksi positif yaitu apabila biaya penyusutan menurut akuntansi komersial lebih besar dari pada biaya penyusutan menurut ketentuan perpajakan. Dalam kasus ini, koreksi positif akan menyebabkan penambahan pajak penghasilan atau dengan kata lain Pajak Penghasilan CV. Karya Wenang yang terhutang menjadi lebih besar. Sedangkan koreksi negatif yaitu apabila biaya penyusutan menurut akuntansi komersial lebih kecil daripada biaya penyusutan menurut ketentuan perpajakan. Dalam kasus ini, koreksi negatif ini akan menyebabkan Pajak Penghasilan CV. Karya Wenang yang terhutang menjadi berkurang. Ilustrasi kedua koreksi tersebut penulis gambarkan dalam tabel di bawah ini : 158 Tabel Koreksi Fiskal Atas Transaksi Sewa Pembiayaan Pada CV. Karya Wenang Tahun Aktiva SGU Komersial Koreksi Fiskal Fiskal Positif Negatif 2007 1 unit Isuzu Panther Rp. 20,854,166.67 Rp .20,854,166.67 Tidak ada penyusutan 2008 1 unit Isuzu Panther Rp. 22,750,000 Rp. 34,000,000 Tidak ada penyusutan 1 unit Nissan Navara Rp.11,250,000 Rp. 34,000,000 2009 1 unit Isuzu Panther Rp. 22,750,000 Rp. 56,500,000 Tidak ada penyusutan 1 unit Nissan Navara Rp. 33,750,000 Rp. 56,500,000 2010 1 unit Isuzu Panther Rp. 22,750,000 Rp. 56,500,000 Tidak ada penyusutan 1 unit Nissan Navara Rp. 33,750,000 Rp. 56,500,000 2011 1 unit Isuzu Panther Rp. 22,750,000 Rp. 52,329,166.67 Rp. 4,170,833.33 1 unit Nissan Navara Rp. 33,750,000 Rp. 56,500,000 2012 1 unit Isuzu Panther Rp. 22,750,000 Rp. 48,575,000 Rp. 4,550,000 1 unit Nissan Navara Rp. 33,750,000 Rp. 3,375,000. Rp. 56,500,000 Rp. 7,925,000 2013 1 unit Isuzu Panther Rp. 22,750,000 Rp. 41,825,000 Rp. 4,550,000 1 unit Nissan Navara Rp. 33,750,000 Rp 10,125,000 Rp. 56,500,000 Rp. 14,675,000 2014 1 unit Isuzu Panther Rp. 22,750,000 Rp. 41,825,000 Rp. 4,550,000 1 unit Nissan Navara Rp. 33,750,000 Rp. 10,125,000 Rp. 56,500,000 Rp. 14,675,000 2015 1 unit Isuzu Panther Rp. 1,895,833.33 Rp. 20,970,833.33 Rp. 4,550,000 1 unit Nissan Navara Rp. 33,750,000 Rp. 10,125,000 Rp. 35,645,833.33 Rp. 14,675,000 2016 1 unit Isuzu Panther Rp 4,550,000 1 unit Nissan Navara Rp. 22,500,000 Rp. 7,825,000 Rp. 10,125,000 Rp. 14,675,000 2017 1 unit Isuzu Panther Tidak ada peyusutan Rp. -14,675,000 Rp. 4,550,000 1 unit Nissan Navara Rp. 10,125,000 Rp. 14,675,000 2018 1 unit Isuzu Panther Tidak ada penyusutan Rp. -14,675,000 Rp. 4,550,000 1 unit Nissan Navara Rp. 10,125,000 Rp. 14,675,000 2019 1 unit Isuzu Panther Tidak ada penyusutan Rp. - 10,504,166.67 Rp. 379,166.67 1 unit Nissan Navara Rp. 10,125,000 Rp. 10,504,166.67 2020 1 unit Nissan Navara Tidak ada penyusutan Rp. -6,750,000 Rp. 6,750,000 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Berdasarkan perhitungan dan analisis yang telah diuraikan pada Bab 4 maka penulis menarik kesimpulan bahwa transaksi sewa pembiayaan kendaraan pada CV. Karya Wenang belum sepenuhnya menerapkan akuntansi pajak. Dalam beberapa aspek CV. Karya Wenang masih menerapkan akuntansi komersial, seperti dalam masalah penyusutan. Menurut ketentuan perpajakan, penyusutan dilakukan setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli aktiva tersebut dan penyusutannya dihitung berdasarkan nilai opsi. Namun berdasarkan akuntansi komersial, CV. Karya Wenang mengakui adanya penyusutan atas aktiva sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha dengan nilai perolehan sebagai 159 dasar penyusutan. Perbedaan ini menyebabkan adanya koreksi fiskal atas Pajak Penghasilan CV. Karya Wenang selama tahun 2007 sampai tahun 2020. Saran Saran yang dapat penulis berikan pada CV. Karya Wenang sehubungan dengan Sewa Guna Usaha atas aktiva kendaraan sesuai ketentuan perpajakan adalah alangkah baiknya CV. Karya Wenang selalu mengikuti peraturan-peraturan perpajakan terbaru yang berlaku sehubungan dengan transaksi sewa pembiayaan agar dapat menerapkan transaksi sewa pembiayaan menurut akuntansi paja k sehingga dapat mempermudah CV. Karya Wenang dalam menghitung Penghasilan Kena Pajak. DAFTAR PUSTAKA Azhari, Hadiyanto. 2007. Penerapan Akuntansi Pajak Atas Kepemilikan Aktiva Kendaraan Dengan Metode Capital Lease Pada PT Iglas Sebagai Lessee . Universitas Airlangga Surabaya. Surabaya. http:wordskripsi.blogspot.com201002penerapan-akuntansi-pajak-atas.html Harrison, Walter T., Charles T Horngren C William Thomas. 2010. F ina ncia l Accounting. 8 th ed . Pearson Education. Horngren, Charles T, Walter T Harrison M Suzanne Oliver. 2012. Accounting . 9 th ed . Pearson Education. Libby, Robbert., Libby, Paricia A Daniel G. Short, 2007. Akuntansi Keuangan . Edisi Kelima. Diterjemahkan oleh: J. Agung Seputro. Andi. Yogyakarta. Rudianto, 2010. Pengantar Akuntansi . Erlangga. Jakarta Setiawan, Aryanti. 2012 Penerapan Akuntansi Pajak Atas Kepemilikan Aktiva Kendaraan Dengan Metode Capital Lease Pada PT Kedaung Indah Can Sebagai Lessee . Universitas Gunadarma. http:library.gunadarma.ac.idrepositoryview28010penerapan-akuntansi-pajak-atas-aktiva- kendaraan-dengan-metode-capital-lease-pada-pt-kedaung-indah-can.html Suandy, Erly, 2008. P erencanaan Pajak . Edisi Empat. Salemba Empat. Jakarta. Sugiono, Arief, 2009. Manajemen Keuangan untuk Praktisi Keuangan . Grasindo. Jakarta. Supriyanto, Eddy, 2011. Akuntansi Perpajakan . Edisi Pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008 Tentang Perubahan Keempat Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 Tentang Pajak Penghasilan. 160 ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PRODUK SPRING BED PADA PT. MASSINDO SINAR PRATAMA Eric Joseph Taroreh Jantje J. Tinangon Inggriani Elim Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado email: Taroreh.eric89gmail.com ABSTRAK Penentuan harga pokok produksi merupakan masalah penting dalam perusahaan manufaktur dimana kegiatannya adalah mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi selanjutnya dijual ke konsumen untuk memperoleh laba.Harga pokok produksi adalah biaya produksi yang diterapkan oleh seluruh produk jadi yang telah selesai diproduksi selama suatu periode tertentu.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi pada PT. Massindo Sinar Pratama.Analisis dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yang di kualitatifkan menjadi suatu metode dengan mengumpulkan data, disusun, diinterpretasikan, dan dianalisis sehingga memberikan gambaran mengenai keadaan subjek dan objek yang diteliti berdasarkan fakta yang ada. Dari hasil penelitian ini dapat diketahui dalam proses produksi springbed, pembebanan biaya produksi berdasarkan tipe dan ukurannya yang dihasilkan pada periode satu bulan. Dengan membebankan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. Bahan baku langsung yang digunakan meliputi; Busa, Kain springbed, Spriral besi, Kayu,dan Kaki plastik. Pembebanan biaya tenaga kerja langsung berdasarkan tarif unit produksi yang dihasilkan.Pembebanan biaya overhead pabrik pada produk berdasarkan biaya overhead ditentukan dimuka. Kata kunci : Harga pokok produksi ABSTRACT Determination of the cost of production is an important problem in a manufacturing company where the activity is to process the raw materials into finished materials subsequently sold to consumers for a profit. Cost of production is the cost of production which has applied to all finished products are being manufactured during a certain period. This study aims to determine the calculation of the cost of production at PT. Massindo Sinar Pratama. Analyses were performed using the descriptive method in qualitative to be a method to collect data, compiled, interpreted, and analyzed so as to provide an overview of the state of the subject and the object under study is based on facts. From these results it can be seen in the production process of spring, charging based on the type and size of production resulting in a period of one month. With the charge of direct materials, direct labor costs and factory overhead costs. Direct materials used include; Foam, Cloth spring, Spriral iron, wood, and plastic legs. The imposition of direct labor costs based on rates of production units produced. Imposition of factory overhead costs to products ba sed on the overhead costs are determined upfront. Keyword : Cost of production 161 PENDAHULUAN LatarBelakang Di tengah-tengah persaingan dunia bisnis sekarang ini maka manajemen perusaahaan perlu mempunyai perencanaan dan pengendalian yang matang agar dapat mencapai tujuan perusahaan itu sendiri dan dapat menentukan arah perusahaan jangka panjang. Hansen Mowen 2009:422, mengatakan perencanaan adalah pandangan ke depan untuk melihat tindakan apa yang seharusnya dilakukan agar dapat mewujudkan tujuan- tujuan tertentu. Pengendalian adalah melihat kebelakang, menentukan apakah yang sebenarnya telah terjadi, dan membandingkannya dengan hasil yang direncanakan sebelumnya. Kemudian perbandingan ini dapat digunakan untuk menyesuaikan anggaran yaitu melihat ke masa depan sekali lagi. Perencanaan dan pengendalian merupakan aktifitas yang berbeda, namun terkait sangat erat.Untuk memaksimalkan manfaat perencanaan misalnya anggaran biaya, manajer harus menggunakan rencana tersebut untuk melakukan pengendalian.Sulit sekali melakukan pengendalian biaya tanpa sebuah rencana Horngren, et al. 2008:9. Dalam perencanaan tersebut manajemen selalu diperhadapkan pada pengambilan keputusan dari berbagai alternatif tindakan yang tersedia. Dalam proses pengambilan keputusan yang diambil haruslah merupakan keputusan yang paling menguntungkan bagi perusahaan. Salah satunya kebutuhan manajemen terhadap informasi keuangan yang berhubungan dengan penentuan harga pokok produksi. Penentuan harga pokok produksi merupakan masalah penting dalam perusahaan manufaktur dimana kegiatannya adalah mengolah bahan mentah menjadi bahan jadi selanjutnya dijual ke konsumen untuk memperoleh laba.Harga pokok merupakan gambaran kwalitatif dari pengorbanan yang harus dilakukan pada penukaran barang atau jasa yang dilakukan di pasar. Produk yang mempunyai harga pokok produksi lebih tinggi dari produk lainnya yang sejenis di pasar akan menyebabkan kesulitan bagi manajemen perusahaan dalam mengantisipasi permainan harga yang dilakukan oleh pesaingnya. Tingginya harga pokok produksi dalam suatu produk biasanya disebabkan oleh beberapa hal, antara lain : yang pertama, kesalahan dalam menghitung harga pokok produksinya dan membengkaknya biaya produksi akibat terjadinya pemborosan pemakaian sumber daya perusahaan karena kurangnya pengawasan dalam proses produksi. Kedua, hal ini pada dasarnya sangat dipengaruhi oleh kurang tepatnya metode harga pokok produksi yang diterapkan oleh perusahaan. Krismiaji Aryani 2011:325, penentuan harga jual adalah menambahkan angka perkiraan laba Markup pada angka harga pokok .Markup adalah selisih antara harga jual dengan harga pokok produk. Markup biasanya berupa presentase tertentu dari harga pokok produk. Kesalahan penentuan harga akan berakibat fatal. Jika harga ditentukan terlalu mahal, pelanggan akan enggan membeli produk perusahaan dan akan berpindah ke perusahaan lain. Jika harga jual ditentukan terlalu murah, maka biaya produksi yang dikeluarkan oleh perusahaan tidak akan tertutup sehingga perusahaan akan mengalami kerugian. Dalam banyak hal, keberhasilan suatu usaha tergantung pada informasi harga pokok. Harga pokok produksi merupakan elemen penting dalam penentuan harga jual yang layak dan kompetitif untuk suatu produk. Walaupun harga pokok produksi bukan satu-satunya informasi yang digunakan untuk penetapan harga, akan tetapi jika harga suatu produk tidak dapat menutupi biaya produk, maka perusahaan tidak akan mendapatkan, menghasilkan atau memperoleh laba tetapi menderita rugi. Perusahaan-perusahaan hanya mampu menghasilkan produk-produk yang mempunyai mutu yang lebih baik dengan harga yang rendah dengan berpedoman bahwa konsumen hanya dibebani dengan biaya-biaya untuk menambah nilai value-added-activities , dengan demikian manajemen perusahaan memerlukan informasi biaya yang teliti, yang memperhitungkan secara cermat sumber data yang dikorbankan untuk aktivitas menambah nilai bagi konsumen. Informasi harga pokok sering dijadikan dasar untuk peramalan biaya dimasa yang akan datang. Dengan dilengkapi beberapa metode penentuan harga pokok produksi seperti full costing, variabel costing, activity based costing memudahkan manajemen perusahaan menentukan tarif produksi. Selanjutnya dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode full costing untuk membuat perhitungan harga pokok produksi. PT. Massindo Sinar Pratama adalah perusahaan meubel yang berpartisipasi secara massa dimana proses produksinya dilakukan secara terus menerus continue untuk mengisi persediaan. Proses produksi yang dilakukan oleh PT. Massindo Sinar Pratama menghasilkan salah satu produknya adalah spring bed, dimana hasil dari produksi spring bed tersebut yang kemudian akan dijual kepada konsumen atau perusahaan lain. Keberhasilan suatu usaha akan timbul apabila perusahaan membuat laporan biaya produksi yang lebih tepat, dengan memasukkan semua unsur biaya kedalam harga pokok produksi baik yang bersifat variabel maupun yang bersifat tetap. 162 TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Akuntansi adalah suatu sistem untuk mengukur aktivitas bisnis, sebagai proses pencatatan yang menghasilkan laporan mengenai aktivitas ekonomi dan kondisi perusahaan serta mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak berkepentingan sebagai cara untuk pengambilan keputusan bisnis. Tipe Akuntansi Akuntansi dalam suatu organisasi atau perusahaan dibagi menjadi dua tipe, yaitu akuntansi keuangan dan akuntasi manajemen.Akuntansi keuangan lebih difokuskan pada laporan secara menyeluruh tentang keuangan suatu organisasi yang dapat dipergunakan oleh pihak-pihak eksternal, sedangkan akuntansi manajemen menitikberatkan pada penyusunan laporan keuangan perbagian dalam suatu organisasi, yang dipergunakan oleh pihak intern seperti direktur, sehingga akuntansi manajemen disebut pula akuntansi intern. Tipe dan Manfaat Akuntansi Manajemen 1. Tipe Informasi Akuntansi Manajemen Mulyadi 2011:17, Berdasarkan hubungan dengan obkjek informasi, alternatif yang akan dipilih, dan wewenang manajer, informasi akuntansi manajemen dapat dibagi atas tiga tipe informasi akuntansi yaitu : a. Jika akuntansi manajemen dihubungkan dengan objek informasi, seperti produk, departemen, atau aktivitas, maka akan dihasilkan konsep informasi akuntansi penuh. b. Jika informasi akuntansi manajemen dihubungkan dengan alternatif yang akan dipilih, maka akan dihasilakan konsep informasi akuntansi diferensial, yang sangat diperlukan oleh manajemen dalam pengambilan keputusan pemilihan alternatif. c. Jika informasi akuntansi manajemen dihubungkan dengan wewenang manajer, dihasilkan konsep informasi akuntansi pertanggungjawaban, yang terutama bermanfaat untuk mempengaruhi perilaku manusia dalam organisasi . 2. Manfaat Informasi Akuntansi Manajemen Ketiga tipe informasi akuntansi manajemen tersebut dapat meliputi aktiva, pendapatan, dan biaya. Informasi akuntansi manajemen menyangkut informasi masa lalu dan informasi masa yang akan datang, tergantung untuk apa informasi tersebut disajikan. Informasi akuntansi penuh yang berisi informasi masa yang lalu bermanfaat untuk pelaporan informasi keuangan kepada manajemen puncak dan pihak luar perusahaan, analisis kemampuan untuk menghasilkan laba, pemberian jawaban atas pertanyaan “berapa biaya yang dikeluarkan untuk sesuatu?” dan penentuan harga jual dalam cost type contract, informasi akuntansi penuh yang berisi informasi mana yang akan datang bermanfaat untuk penyusunan program, penentuan harga jual normal, penentuan harga transfer, dan penentuan harga jual yang diatur dengan peraturan pemerintah. Informasi akuntansi diferensial mempunyai dua unsur pokok yaitu meurupakan informasi masa yang akan datang dan informasi yang berbeda diantara alternatif yang akan dipilih. Informasi ini diperlukan oleh manajemen untuk pengambilan keputusan mengenai pemilihan alternatif tindakan yang terbaik diantara alternatif yang tersedia. Karena pengambilan keputusan selalu menyangkut masa depan, maka informasi akuntansi yang relevan adalah informasi masa yang akan datang. Informasi akuntansi pertanggung jawaban merupakan informasi aktiva, pendapatan danatau biaya yang dihubungkan dengan manajer yang bertanggung jawab atas pusat pertanggungjawaban tertentu. Informasi akuntansi pertanggungjawaban yang berisi informasi masa lalu bermanfaat untuk penilaian kinerja manajer dan pemotivasian manajer. Sedangkan informasi masa yang akan datang bermanfaat untuk penyusunan anggaran Akuntansi Manajemen Akuntansi manajemen adalah sebagai alat untuk penyediaan informasi yang diperlukan secara spesifik baik keuangan maupun non keuangan kepada pihak intern perusahaan yaitu pihak manajemen dalam pembuatan keputusan dan karyawan yang jarang disebarkan kepada pihak-pihak lain. 163 Akuntansi Biaya Mulyadi 2012:7, Akuntansi Biaya adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan dan penyajian biaya, pembuatan dan penjualan produk atau jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran terhadapnya. Akuntansi biaya yakni suatu proses untuk menganalisis biaya organisasi atau perusahaan dalam pembuatan dan penjualan produk atau jasa serta dapat membantu manajemen dalam pengawasan biaya. Akuntansi biaya ditekankan pada biaya produksi. TujuanAkuntansi Biaya Tujuan akuntansi biaya adalah menyediakan salah satu informasi yang diperlukan oleh manajemen dalam mengelola perusahaan, yaitu untuk : 1. Penentuan harga pokok produksi. Untuk memenuhi tujuan penentuan harga pokok produk dilakukan pencatatan, penggolongan, dan peringkasan biaya-biaya yang pembuatan produk atau penyerahan jasa dengan cara-cara tertentu. 2. Pengendalian biaya. Untuk memenuhi tujuan pengendalian biaya, maka biaya pembuatan produkyang seharusnya terjadi ditetapkan lebih dahulu. 3. Pengambilan Keputusan oleh Manajemen. Untuk pengambilan keputusan, akuntansi biaya menyediakan informasi masa yana akan datang karena pengambilan keputusan berhubungan dengan masa depan . Biaya Mulyadi 2012:8, dalam arti luas biaya adalah pengorbanan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk tujuan tertentu. Jadi biaya bisa dikatakan sebagai nilai pengorbanan untuk mencapai tujuan tertentu yang diukur dalam satuan uang dan bisa memberi manfaat dimasa yang akan datang bagi organisasi atau perusahaan. Pengambilan Biaya Produksi Hansen Mowen 2009:56, mengatakan biaya produksi adalah biaya yang berkaitan dengan pembuatan barang dan penyediaan jasa. Biaya produksi terbagi atas tiga bagian yaitu: 1. Bahan baku langsung adalah bahan baku yang dapat ditetelusuri pada barang atau jasa yang dihasilkan. Misalnya baja pada mobil, kayu pada perabotan. 2. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau pelayanan yang dihasilkan. 3. Overhead pabrik meliputi semua biaya produksi langsung selau bahan baku langsung dan tenaga kerja langsung. Contohnya penyusutan bangunan, peralatan dan pemeliharaan. Berkaitan dengan pengertian diatas penulis mengambil kesimpulan untuk pengambilan biaya produksi melalui biaya yang relative mudah untuk dikendalikan untuk menghasilkan sebuah produk jadi yang siap untuk dipasarkan. Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi adalah biaya produksi yang diterapkan oleh seluruh produk jadi yang telah selesai diproduksi selama suatu periode tertentusedangkan biaya produksi yang melekat pada barang yang belum selesai tidak dapat dimasukkan sebagai harga produksi, dimana biaya produksi tersebut terdiri dari bahan baku, tenaga keja, dan overhead pabrik. Elemen Harga Pokok Produksi Elemen-elemen dalam harga pokok produksi adalah sebagai berikut: a. Biaya Bahan Baku Langsung Biaya bahan baku langsung adalah bahan baku yang dapat ditelusuri pada barang atau jasa yang dihasilkan. Biaya dari bahan-bahan dapat dikenakan pada produk karena pengamatan fisik dapat digunakan untuk mengukur jumlah yang dikonsumsi oleh tiap produk. b. Biaya Tenaga Kerja Langsung Muyadi 2012:319, biaya tenaga kerja adalah harga yang dibebankan untuk penggunaan tenaga kerja manusia tersebut. Tenaga kerja langsung adalah tenaga kerja yang dapat ditelusuri pada barang atau pelayanan 164 yang dihasilkan. Karyawan yang mengubah bahan mentah menjadi produk atau yang menyediakan jasa pelayanan pada pelanggan diklasifikasikan sebagai tenaga kerja langsung. c. Biaya Overhead Pabrik Biaya overhead pabrik adalah semua biaya produksi selain dari bahan baku langsung atau tenaga kerja langsung dikumpulkan menjadi satu kategori. Dalam biaya overhead pabrik tidak termasuk biaya penjualan dan biaya administrasi dan umum, karena biaya penjualan dan biaya administrasi dan umum tidak timbul dalam proses produksi secara tidak langsung. Namun biaya jenis ini dapat pula dicatat dalam laporan biaya overhead pabrik. Tujuan Penentuan Harga Pokok Produksi Penentuan harga pokok produksi bertujuan untuk mengetahui seberapa besar biaya yang telah dikorbankan dalam hubungannya dengan pengolahan bahan baku menjadi barang jadi yang siap untuk dijual. Penentuan harga pokok sangat penting dalam suatu perusahaan, karena merupakan salah satu elemen dasar yang dapat digunakan sebagai sumber informasi bagi manajemen dalam mengambil keputusan yang tepat untuk kelangsungan proses produksi perusahaan. Penentuan Harga Pokok Produksi Harga pokok produksi merupakan dasar penentuan harga jual produk. Harga pokok adalah elemen penting dalam mempengaruhi laba. Untuk menentukan harga pokok produk, perlu adanya penggolongan biaya pada perusahaan manufaktur kedalam biaya produksi dan biaya non produksi. Ini disebabkan oleh karena biaya-biaya produksi saja yang melekat pada produk. Metode Penentuan Harga Pokok Produksi Ketidaktepatan dalam perhitungan Harga Pokok Produksi membawa dampak yang merugikan bagi perusahaan, karena Harga Pokok Produksi berfungsi sebagai dasar untuk menetapkan harga jual dan laba, sebagai alat untuk mengukur efisiensi pelaksanaan proses produksi serta sebagai dasar untuk pengambilan keputusan bagi manajemen perusahaan. Oleh karena itu, ada tiga konsep metode penentuan harga pokok produksi yaitu: 1. Metode Activity Based Costing ABC Metode ABC adalah sistern akurnolasi dan alokasi biaya yang rnenelusuri biaya-biaya ke produk rnenurut aktivitas-aktivitas yang dilakukan terhadap produk, dirnaksudkan untuk rnenghasilkan informasi biaya bagi keputusan strategis, perancangan, dan pengendalian operasional. Sehingga harga pokok yang dihitung dengan pendekatan rnetode ABC klasifikasi biaya terdiri dari: biaya tingkat unit, biaya tingkat batch, biaya tingkat produk dan biaya tingkat fasilitas. 2. Metode Full Costing Merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang memperhitungkan semua unsur biaya produksi kedalam harga pokok produksi. Harga pokok produksi yang dihitung dengan pendekatan full costing terdiri dari unsur harga pokok produksi Biaya bahan baku, Biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik variabel dan biaya overhead pabrik tetap ditambah dengan biaya non produksi biaya pemasaran, biaya administrasi dan umum. 3. Metode Variable Costing Variabel Costing merupakan metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang berperilaku variabel. Penelitian Terdahulu No Nama Peneliti Tahun Judul Tujuan Metode Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan 1. Irma sari 2012 Analisis harga pokok pesanan meubel dengan Untuk mengetahui dengan menggunak an metode Deskriptif, dengan menggunaka n data pesanan diketahui bahwa dari perhitungan harga pokok pesanan berdasarkan teori Penelitian sebelumnya menggunaka n metode full Penelitian sebelumnya ini lebih menekankan full costing 165 metode full costing pada CV. Sarana interior di Samarinda full costing dalam perhitungan harga pokok produk tiap pesanan meubel pada CV Sarana Interior di Samarinda masih menghasilk an laba atau tidak. yang diterima perusaahaan selama bulan maret 2012 dengan menggunakan metode full costing pada tiap produk pesanan selama bulan Maret 2012 masih dapat menghasilkan laba atau keuntungan. costing terha dap perhitungan harga pokok produksi dalam harga pokok pesanan METODE PENELITIAN Jenis Penelitian Bentuk penelitian ini yang digunakan oleh penulis adalah metode deskriptif yaitu menjelaskan dengan sistematis, aktual, dan pemecahan masalah dengan menggambarkan keadaan subjek dan objek penelitian berdasarkan fakta yang ada. Metode Pengumpulan Data 1. Observasi Yaitu metode pengumpulan data yang diambil dengan melakukan pengamatan terhadap objek yang diteliti 2. Wawancara Mengadakan wawancara secara langsung atau lisan dengan karyawan yang berwenang, terutama pada saat pengambilan data yang dibutuhkan. 3. Dokumentasi Metode pengumpulan data dengan mencatat informasi yang didapatkan melalui proses wawancara pada pimpinan PT. Massindo Sinar Pratama. 4. Kepustakaan Mengumpulkan beberapa konsep teori secara kepustakaan yang diperlukan untuk penelitian ini. Metode Analisis Analisis dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif yang di kualitatifkan yaitu suatu metode dengan mengumpulkan data, disusun, diinterpretasikan, dan dianalisis sehingga memberikan keterangan bagi pemecahan masalah yang dihadapi. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Sejarah Perusahaan PT. Massindo Sinar Pratama adalah salah satu perusahaan swasta yang ada di Manado, Sulawesi Utara yang bergerak di bidang manufaktur.Ada empat jenis produk yang dihasilkan yaitu Kasur Busa, Plastik Rabbit, Sofa dan Spring Bed.Perusahaan ini didirikan pada bulan Januari tahun 1984 oleh seorang pengusaha bernama William Massie dan pada awalnya perusahaan ini bernama CV. Abadi Jaya Bersama. Produk awalnya pada waktu itu adalah Busa dan Sofa kemudian berkembang dengan didirikannya pabrik Plastik Intection pada tahun 1989 yang memproduksi barang-barang plastik dengan Rabbit Star yang digunakan untuk keperluan rumah tangga dan diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia Bapak Soeharto yang diwakili oleh Menteri Perindustrian Republik Indonesia Bapak Hartanto pada tahun 1993. Dengan adanya upaya-upaya yang dilakukan oleh perusahaan dalam rangka mengembangkan serta meningkatkan produktifvtas ini maka pada tahun 1995 perusahaan ini dinilai layak oleh pemerintah untuk 166 menerima penghargaan di bidang produktivitas berupa trophy “Sidakarya”. Di dalam menghadapi persaingan di pasar internasional maka pada tanggal 10 Desember 1998 di kantor Notaris Thressje Sembung, SH perusahaan berganti nama menjadi PT. Massindo Sinar Pratama dan perusahaan ini dipegang oleh Massindo Group yang memiliki kantor pusat di Jakarta, hal ini disebabkan ibukota Negara Republik Indonesia. Perusahaan ini bekerja sama dengan top USA seprai perusahaan dalam membawa kasur terbaik merek dan inovasi produk untuk keluarga Indonesia dan berbagai jaringan hotel internasional. Perusahaan memenangkan Rekor Bisnis Indonesia Indonesia Rekor Bisnis sebagai pertama tidur perusahaan dengan jumlah terbesar dealer aktif pada tahun 2011 dari Yayasan Tera dan surat kabar nasional Seputar Indonesia. Massindo Group juga menerima Penghargaan Pemasaran untuk Inovasi Produk dan Pemasaran Experiental tahun 2012 oleh Majalah Marketing. Salah satu merek, nyaman, menerima The Most Preferred Brand dalam Bedding berdasarkan survei konsumen independen pada tahun 2011 dan kemudian sekali lagi pada tahun 2012. Massindo Group memiliki kasur kelas dunia pabrik di berbagai kota di Indonesia .Pabrik terbesar di Bekasi disertifikasi oleh ISO 9001 oleh SGS United Kingdom Ltd Sistem dan Jasa Sertifikasi. Letak dan Lokasi Perusahaan PT. Massindo Sinar Pratama terletak di penghujung kota manado, yaitu di jalan cereme kelurahan Tuminting kota Manado, Provinsi Sulawesi Utara. Website: www.massindo.com Lokasi dari PT. Massindo Sinar Pratama itu sendiri, sangat baik untuk sebuah perusahaan manufaktur karena memiliki area yang besar dan memiliki jarak yang cukup jauh dari pusat kota sehingga tidak mengganggu aktifitas warga masyarakat perkotaan dan perusahaan lebih leluasa untuk melakukan aktivitasnya untuk memproduksi barang dan memasarkannya. Proses Produksi Proses produksi pembuatan produk spring bed dibagi ke dalam tiga bagian yaitu: a. Proses Produksi Rangka Bahan dasar untuk memproduksi rangka produk spring bed ini adalah Kayu Merah. Kayu Merah itu sendiri berasal dari daerah Kotamobagu yang diambil oleh cabang perusahaan Massindo grup Kotamobagu kemudian di kirimkan ke Manado yang digunakan untuk proses pembuatan rangka. Proses pembuatan rangka dimulai dengan pemotongan kayu merah sesuai dengan model yang ingin dihasilkan. Dengan membuat difan atau sandaran tempat tidur dengan kayu merah yang telah dihaluskan dan dipotong membentuk sandaran tempat tidur. Pegangan-pegangan yang telah di potong rapi lalu disambungkan dengan difan hingga membentuk potongan suatu rangka tempat tidur dengan bantuan lem, kawat dan paku di setiap sambungan yang ada. b. Proses penjahitan Bagian ini bertugas untuk menghasilkan kasur-kasur yang akan dipasangkan pada rangka spring bed. Pada bagian penjahitan ini, terlebih dahulu busa yang ada akan dipotong-potong sesuai dengan ukurannya menggunakan alat pemotong busa. Kemudian didalam busa akan dipasangkan Pocketed Spring atau pegas yang terbungkus secara independen satu persatu yang berfungsi untuk memberikan support yang lebih kuat, lebih tahan lama dan lebih anti goncangan dari pasangan tidur dan juga mereka menambahkan side support rangkaian kawat baja untuk memperkuat setiap sisi kasur agar lebih tahan lama dan kuat menahan berat badan manusia. Setelah itu, akan dijahit dengan kain sesuai kebutuhan dan model atau motif yang diinginkan menggunakan mesin jahit sehingga menjadi sebuah kasur yang siap untuk dipakai. c. Proses akhir Yang dimaksud dengan proses akhir ini adalah merupakan tahap penyelesaian produksi dari rangka hingga menjadi spring bed yang siap untuk di pasarkan. Kasur yang telah jadi akan dipasangkan pada rangka spring bed, dan rangka tersebut akan dilapisi kain sesuai dengan model atau motifnya dengan menggunakan paku dan lem. Dan di bagian bawah rangka spring bed akan dipasangkan kaki spring yang terbuat dari plastik. Produk spring bed yang telah jadi dicatat oleh bagian administrasi produksi dan disimpan dalam gudang barang jadi dan disiap untuk dipasarkan. Hasil Penelitian dan Pembahasan Pada penelitian ini hanya difokuskan pada penentuan harga pokok produksi dari produk Spring Bed. Perusahaan ini memproduksi berbagai tipe spring bed dan berbagai ukuran yang meliputi: special anak, ukuran 100X200, ukuran 120X200, ukuran 160X200, ukuran 180X200, dan ukuran 200X200. Untuk memproduksi 167 produk tersebut, perusahaan mengeluarkan biaya-biaya produksi meliputi: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik. Untuk memproduksi produk ini memerlukan bahan baku utama yang meliputi bahan-bahan sebagai berikut: 1. Busa 2. Kain springbed 3. Spiral besi pocketed spring 4. Kayu merah dalam berbagai ukuran dan 5. Kaki plastik Kebutuhan bahan baku bergantung pada berbagai ukuran yang ada. Hal ini karena tipe dari masing- masing springbed berbeda-beda. Ukuran 120X200 misalnya, akan lebih sedikit jika dibandingkan dengan ukuran 200X200. Dalam pembuatan produk tersebut di atas, perusahaan menggunakan tenaga kerja yang akan merakit springbed, difan, dan sandarannya. Pengeluaran biaya ini berdasarkan tarif yang telah ditentukan oleh perusahaan. Sehingga besarnya biaya tenaga kerja bersesuaian dengan besarnya ukuran springbed tersebut. Dalam proses produksi produk-produk tersebut, perusahaan juga mengeluarkan biaya-biaya yang tidak dapat digolongkan sebagai biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung. Biaya-biaya yang dimaksudkan ini disebut biaya overhead pabrik. Adapun biaya-biaya tersebut meliputi : biaya penyusutan mesin dan peralatan, biaya penyusutan gedung pabrik, biaya gaji supervisor, biaya gaji petugas pabrik, biaya bbm solar, dan biaya bahan baku tidak langsung. Adapun biaya bahan baku tidak langsung meliputi: paku, lem, benang, kertas, dan plastik. Dalam menganalisa harga pokok produksi, ada beberapa metode yang dapat digunakan yaitu biaya penuh, biaya variabel, dan biaya berdasarkan aktivitas. Pada pembahasan ini menggunakan biaya penuh. Pada metode biaya penuh, biaya produksi dari suatu produk meliputi biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik biaya tidak langsung pabrik. Pembebanan Biaya Bahan Baku Pembebanan biaya bahan baku langsung pada ukuran 100X200 untuk masing-masing bahan baku langsung adalah sebagai berikut : pemakain busa dibebankan dengan cara jumlah lembar busa yang di pakai dikalikan dengan harga perlembar perusahaan menggunakan metode FIFO untuk arus biaya bahan; pemakaian kain springbed dibebankan dengan cara jumlah meter kain yang digunakan dikalikan dengan harga permeter kain; spiral besi dibebankan dengan cara jumlah spiral dikalikan dengan harga spiral besi perbuah; pemakaian kayu dibebankan dengan cara jumlah potong kayu biasanya perujung dikalikan dengan harga perpotong; sedangkan kaki plastik dibebankan dengan cara jumlah kaki plastik dikalikan dengan harga perbuah kaki plastik. Hal yang sama dilakukan pada tipe dan ukuran seperti yang disebutkan di atas. Jadi biaya bahan baku langsung yang dibebankan pada masing-masing produk besarnya akan bergantung pada ukuran dan jenis bahan yang di pakai. Bila memperhatikan pembebanan biaya bahan baku langsung tersebut di atas maka perhitungan harga pokok produksi dari produk yang dihasilkan sudah menggolongkan biaya-biaya produk yang sesuai. Hal ini karena biaya bahan baku langsung dapat diidentifikasi jumlah volume yang digunakan. Atau dengan kata lain biaya bahan baku langsung dapat ditelusuri jumlah volume yang digunakan. Pemakaian Busa, Kain springbed, Spiral besi, Kayu, dan Kaki plastik pada produk berdasarkan ukuran-ukuran yang ada. Biaya bahan baku langsung yang dibebankan pada masing-masing produk berdasarkan tipe ukuran dari springbed tersebut. Pembebanan Biaya Tenaga Kerja Untuk biaya tenaga kerja, perusahaan membebanan biaya tenaga kerja langsung pada masing-masing produk adalah berdasarkan tarif unit produksi yang dihasilkan. Hal ini dilakukan karna perusahaan dapat mengidentifikasi pekerja-pekerja yang melakukan kegiatan produksi pada jenis atau tipe produk yang dihasilkan. Untuk satu jenis ukuran misalkan, perusahaan menempatkan satu kelompok kerja yang melakukan pekerjaan dari awal sampai selesai dengan masing-masing tugas yang ada. Ini dilakukan untuk memudahkan proses perhitungan biaya dan pembayarannya. Sehingga pembebanannya sesuai dengan tipe dan ukuran yang di produksi. Bila dikaitkan dengan teori yang ada maka pembebanan biaya tenaga kerja langsung tersebut dapat dikatakan memadai. Artinya bahwa pembebanan biaya tenaga kerja berdasarkan tarif perunit untuk tipe dan ukuran yang di produksi dapat diandalkan. 168 Pembebanan Biaya Overhead Pabrik Unsur biaya produksi yang dibebankan perusahaan berikutnya adalah biaya overhead pabrik. Sebagaimana diuraikan di atas bahwa biaya-biaya overhead pabrik biaya-biaya tidak langsung adalah meliputi biaya penyusutan mesin dan peralatan, biaya penyusutan gedung pabrik, biaya gaji supervisor, biaya gaji petugas pabrik, biaya bbm solar, dan biaya bahan baku tidak langsung. Adapun biaya bahan baku tidak langsung meliputi: paku, lem, benang, kertas, dan plastik. Perusahaan membebankan biaya overhead berdasarkan biaya yang ditentukan dimuka. Dengan cara menghitung semua biaya overhead dalam satu bulan perusahaan menggunakan satu bulan sama dengan 25 hari. Untuk mendapatkan biaya overhead perhari di hitung dengan cara membagi total biaya overhead perbulan dengan jumlah hari dalam sebulan. Dalam pembuatan produk, perusahaan telah menetapkan jumlah produksi tiap hari. Pembebanan Selisih Biaya Overhead Pabrik Dalam situasi tertentu perusahaan memproduksi di bawah target tetapi kemudian akan di isi kembali dengan melakukan kerja lembur. Keadaaan ini akan mempengaruhi besarnya biaya produksi. Terutama biaya overhead yang semi variabel misalnya biaya bahan bakar dan biaya listrik.Kelebihan atau kekurangan pembebanan biaya overhead diperlakukan sebagai pengurangan dan penambahan pada harga pokok produk yang diselesaikan pada periode tersebut.Situasi ini bila dikaitkan dengan teori maka dapat dikatakan memadai karena pembebanan dilakukan pada produk yang dihasilkan untuk periode tersebut. Ini juga memungkinkan manajer produksi menganalisa apa penyebabnya. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan di atas maka dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut: 1. Dalam tiga metode penentuan harga pokok produksi yaitu full costing , variabel costing , activity based costing . Metode full costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang tepat bagi PT. Massindo Sinar Pratama. 2. Dalam proses produksi springbed, pembebanan biaya produksi berdasarkan tipe dan ukuran yang dihasilkan pada periode satu bulan. Dengan membebankan biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. 3. Pembebanan biaya bahan baku langsung yaitu menjumlahkan semua komponen bahan dengan harga persatuan dari bahan tersebut. Bahan baku langsung yang digunakan meliputi; Busa, Kain springbed, Spriral besi, Kayu,dan Kaki plastik. 4. Pembebanan biaya tenaga kerja langsung berdasarkan tarif unit produksi yang dihasilkan. 5. Pembebanan biaya overhead pabrik pada produk berdasarkan biaya overhead ditentukan dimuka. 6. Pembebanan selisih biaya overhead dilakukan pada periode dimana terjadi selisih tersebut. Saran Dengan memperhatikan proses produksi dan pembebanan biaya produk pada produk yang dihasilkan maka hal yang perlu mendapat perhatian utama adalah pembebanan biaya overhead pabrik. Perusahaan dapat menganalisa berapa pemakaian listrik dan bahan bakar minyak perjam. Karena kapasitas terpasang sudah di ketahui. DAFTAR PUSTAKA Arfan Ikhsan, 2009. Pengantar Praktis Akuntansi. Edisi pertama.Cetakan pertama. Graha Ilmu. Yogyakarta. Carles T. Horngren, Srikant M. Datar, George Foster, 2008. Akuntansi Biaya, Penekanan Manajerial . Jilid 1.Erlangga. Jakarta. Don R. Hansen, Maryanne M. Mowen, 2009. Akuntansi Manajerial . Edisi 8. Salemba Empat. Jakarta. 169 Eka Nur Khasanah, 2011. Penerapan Metode Full Costing Dalam Menentukan Harga Jual Batu Bara Pada PT. Energy Alam Sejahtera Di Samarinda . Jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas Mulawarman. Firdaus A. Dunia, Wasilah Abdulah, 2009. Akuntansi Biaya . Salemba Empat. Jakarta. Horngren, Harrison, 2007. Akuntansi. Edisi Ketujuh. Jilid 1.Erlangga. Jakarta. Irma Sari, 2012. Analisis Harga Pokok Pesanan Meubel Dengan Metode Full Costing pada CV. Sarana Interior di Samarinda . Jurnal Fakultas Ekonomi, Universitas Mulawarman. Krismiaji, Y Anny Aryani, 2011. Akuntansi Manajemen . Edisi kedua. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. Kadir, Abdul, 2011. Panduan Menyusun Laporan Tugas Akhir, Skripsi, dan Tesis Menggunakan Microsoft Word . Mediakom.Yogyakarta. Mulyadi, 2012. Akuntansi Biaya . Edisi kelima.Cetakan sebelas. UPP STIM YKPN. Yogyakarta. P. Siagian masihdalam Nanang Fatah 2007. Manajemen Keuangan . Jilid 1.Gramediana. Bandung. Sugiono, 2009. Memahami Penelitian Kualitatif . Alfabeta. Bandung. Warren, Reevefess, 2008. Pengantar Akuntansi . Salemba empat. Jakarta. Website: www.massindo.com 170 ANALISIS PENERAPAN PSAK NO.102 ATAS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI CABANG MANADO Sri Wahyuni Muklis Sifrid Sonny Pangemanan Lidia Mawikere Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email : yhunie.muhlisyahoo.com ABSTRAK Produk pembiayaan murabahah adalah salah satu produk unggulan pembiayaan perbankan syariah. Ikatan Akuntansi Indonesia IAI telah menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 102 yang bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi murabahah. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesesuaian penerapan pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado dengan PSAK No. 102. Jenis penelitian yang digunakan adalah jenis penelitian yang bersifat deskriptif, yaitu data yang telah dikumpulkan, kemudian disusun, diinterprestasikan, dan dianalisa sehingga memberikan keterangan yang lengkap atau gambaran yang sebenarnya tentang pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado dalam hal pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapannya telah sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 102. Kata kunci: PSAK No. 102, Pembiayaan Murabahah. ABSTRACT Funding product “Murabahah” is one of upscale for syariah banking. IAI Indonesia Accountant Association has published Accountant funding standard statement PSAK No. 102, which admission, transparency, measuring and explanation from “Murabahah” transaction. the other purpose from this research is to know adjustment of “Murabahah” in PT. Bank Syariah Mandiri, Manado Branch with PSAK No. 102. Descriptive theory is been used for this research, which is the data has been gathered, arranged, interpret, and analysed, so it can give full information or picture about “Murabahah” funding in PT. Bank Syariah Mandiri, Manado Branch, where this presentation has been standardized based from standard accountant funding statement No. 102. Keywords: PSAK No. 102, Murabahah Funding. 171 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Kegiatan usaha yang paling dominan dan sangat dibutuhkan keberadaannya di dunia ekonomi saat ini adalah kegiatan usaha lembaga keuangan perbankan, oleh karena fungsinya sebagai pengumpul dana yang sangat berperan demi menunjang pertumbuhan ekonomi suatu bangsa. Lembaga keuangan perbankan merupakan lembaga keuangan yang bertugas menghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali ke masyarakat guna memenuhi kebutuhan dana bagi pihak yang membutuhkan, baik untuk kegiatan produktif maupun konsumtif. Ghaffar, 2009 Lembaga perbankan di Indonesia telah terbagi menjadi dua jenis yaitu, bank yang bersifat konvensional dan bank yang bersifat syariah. Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2008, Bank Konvensional adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya secara konvensional dan berdasarkan jenisnya terdiri atas Bank Umum Konvensional dan Bank Perkreditan Rakyat. Sedangkan Bank Syariah adalah bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Perkembangan Bank Syariah di Indonesia mulai sangat terlihat. Tidak hanya Bank Muamalat Indonesia BMI, saat ini mulai banyak berdirinya Bank Syariah sebagai cabang dari bank konvensional. Salah satunya yakni PT. Bank Syariah Mandiri yang secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999. PT Bank Syariah Mandiri hadir, tampil dan tumbuh sebagai bank yang mampu memadukan idealisme usaha dengan nilai-nilai rohani, yang melandasi kegiatan operasionalnya. Harmoni antara idealisme usaha dan nilai-nilai rohani inilah yang menjadi salah satu keunggulan Bank Syariah Mandiri dalam kiprahnya di perbankan Indonesia. BSM hadir untuk bersama membangun Indonesia menuju Indonesia yang lebih baik. Bank syariah mulai berkembang dalam skala besar dengan menawarkan berbagai produk pembiayaan dengan istilah-istilah yang masih belum dipahami oleh masyarakat pada umumnya. Pembiayaan merupakan salah satu kegiatan utama dan menjadi sumber utama pendapatan bagi bank syariah. Ada beberapa bentuk pembiayaan perbankan berdasarkan prinsip syariah, namun yang menjadi salah satu produk unggulan pembiayaan perbankan syariah adalah produk pembiayaan murabahah . Kata al-Murabahah diambil dari bahasa Arab dari kata ar-ribhu yang berarti kelebihan dan tambahan keuntungan. Sedangkan dalam definisi para ulama terdahulu adalah jual beli dengan modal ditambah keuntungan yang diketahui. Dalam buku Islamic Financial Management 2008: 145 definisi Murabahah adalah akad jual beli atas suatu barang, dengan harga yang disepakati antara penjual dan pembeli, setelah sebelumnya penjual menyebutkan dengan sebenarnya harga perolehan atas barang tersebut dan besarnya keuntungan yang diperolehnya. Ikatan Akuntansi Indonesia IAI menerbitkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan PSAK No. 102 yang bertujuan untuk mengatur pengakuan, pengukuran, penyajian dan pengungkapan transaksi murabahah yang diberlakukan secara efektif sejak tanggal 1 Januari 2008. Penerapan standar-standar akuntansi tersebut dapat menjaga konsistensi, baik yang bersifat internal maupun eksternal perusahaan, bahkan untuk menjamin kesesuaiannya dengan syariat islam. Dengan adanya standar yang ditetapkan mengenai pembiayaan murabahah, maka penulis merasa penting untuk membahas masalah akuntansi pembiayaan murabahah secara teori dengan meninjau penerapannya pada bank syariah. Untuk mengetahui kesesuaian penerapan pembiayaan murabahah yang telah diterapkan pada bank syariah dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 102, mulai dari proses pengakuan, pengukuran sampai pada proses penyajian. Untuk itu penulis melakukan penelitian yang berjudul “Analisis Penerapan PSAK No. 102 atas Pembiayaan Murabahah Pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado”.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian, maka penulis merumuskan masalah dalam bentuk pertanyaan yaitu : Apakah penerapan perlakuan akuntansi pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Manado telah sesuai dengan PSAK No. 102 ?

1.3 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesesuaian penerapan pembiayaan murabahah pada PT. Bank Syariah Mandiri Syariah Cabang Manado dengan PSAK No. 102. 172

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat antara lain : 1. Bagi penulis yaitu sebagai bahan masukan untuk memperluas wawasan mengenai penerapan pembiayaan pada bank syariah, khususnya pembiayaan murabahah. 2. Bagi perusahaan yaitu sebagai bahan evaluasi dan penilaian bagi perusahaan mengenai akuntansi pembiayaan murabahah yang sudah diterapkan. 3. Bagi peneliti lain yaitu sebagai bahan masukan untuk menyempurnakan penulisan yang berhubungan dengan pembiayaan murabahah yang merupakan salah satu produk pembiayaan yang berlandaskan syariat islam. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Akuntansi Definisi akuntansi dari berbagai pendapat yaitu menurut American Insitute of Certified Public Accounting AICPA dalam Harahap 2012: 5 mendefinisikan akuntansi sebagai seni pencatatan, penggolongan, dan pengikhtisaran dengan cara tertentu dalam ukuran moneter, transaksi, dan kejadian-kejadian yang umumnya bersifat keuangan termasuk menafsirkan hasil-hasilnya. Definisi akuntansi yang dimuat dalam Accounting Terminology Bulletin No. 1 yang diterbitkan oleh Accounting Principles Board APB menyatakan bahwa akuntansi adalah seni pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi dan kejadian yang bersifat keuangan dengan cara yang berdaya guna dan dalam bentuk satuan uang, dan penginterpretasian hasil proses tersebut. Suwardjono, 2013: 5

2.2 Akuntansi Konvensional