winston | pontoh | JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN 3441 6462 1 SM
SEGMENT PERFORMANCE REPORT SEBAGAI ALAT PENILAIAN PRESTASI MANAJER PADA PT. JANUR KAWANUA INDONESIA
Eric Ricardo Go, Grace Mogi, Rudy Pusung
ANALISIS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT.MULTISARANA BAHTERA MANDIRI BERDASARKAN PSAK NO.1 & 2 Mizaco Ofayda Darmawan, Agus Toni Poputra, Winston Pontoh
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEUANGAN YANG MEMPENGARUHI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI
Rima D. Mangundap, Herman Karamoy, Stanly Alexander
ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KANTOR PAJAK PRATAMA MANADO
Javier Sondakh, Jenny Morasa, Heince Wokas
EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PIUTANG PADA DISTRIBUTOR UNILEVER INDONESIA AREA MANADO Jones H. Yr Pondaag, David Paul Elia Saerang, Dhullo Affandi
PENERAPAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT SENDIRI PRODUK SETENGAH JADI PADA UD. BERKAT ANUGERAH
Phamela D Tampubolon, David Paul Elia Saerang, Agus Toni Poputra
PERBANDINGAN SISTEM PERPAJAKAN TERHADAP USAHA MIKRO KECIL MENENGAH PADA PT. BERKAT TEKNIK JAYA Sintya Clara Assa, Jantje J. Tinangon, Rudy Pusung
ANALISIS PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM STRUKTUR PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA MANADO Ali Kurniawan A. Suratinoyo, Harijanto Sabijono, Stanly Alexander
ANALISIS PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT SENDIRI FLA KUE SUSEN PADA DOLPHIN DONUTS BAKERY.
Intan Zuriati Agustina Muhamad, Ventje Ilat, Harijanto Sabijono
ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PT. GATRA KALTIM JAYA KOTA BALIKPAPAN
Pandu Dewanata, Jantje J. Tinangon, Heince R. N. Wokas
ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN EARMARKING TAX PADA PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI PROVINSI SULAWESI UTARA
Andre Stevan Masihor, David Paul Elia Saerang, Herman Karamoy
ANALISIS PERBANDINGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENGENAAN TARIF PAJAK PROGRESIF PADA KENDARAAN
BERMOTOR BERDASARKAN “THE FOUR MAXIMS” DI KOTA MANADO
Eugenia Rosalie, Jantje Tinangon, Rudy Pusung
ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN TRADISIONAL COSTING CONCEPT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING (STUDI KASUS PADA RUMAH SAKIT SILOAM DI MANADO)
Olivia H.S. Sumendap, David Paul Elia Saerang, Sifrid Sonny Pangemanan
ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE VARIABLE COSTING PADA PT. CELEBES MINAPRATAMA BITUNG
Dewi Sartika Kiay, Jenny Morasa, Winston Pontoh
PENERAPAN AKUNTANSI PERPAJAKAN ATAS KEPEMILIKAN AKTIVA KENDARAAN DENGAN METODE SEWA PEMBIAYAAN PADA CV. KARYA WENANG
Stephany Florence Claudia, Grace Mogi Nangoi, Heince Wokas
ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PRODUK SPRING BED PADA PT. MASSINDO SINAR PRATAMA Eric Joseph Taroreh, Jantje J. Tinangon, Inggriani Elim
ANALISIS PENERAPAN PSAK NO.102 ATAS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI CAB. MANADO Sri Wahyuni Muklis, Sifrid Sonny Pangemanan, Lidia Mawikere
IDENTIFIKASI NON VALUE ADDED ACTIVITY MELALUI ACTIVITY-BASED MANAGEMENT UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI HOTEL TRAVELLO MANADO
Irna Prisye Daleno, David Paul Elia Saerang, Inggriani Elim
ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN PADA PERUM BULOG DIVRE SULUT Julian Biga, Ventje Ilat, Inggriani Elim
EFEKTIVITAS PENYELESAIAN DAN PENERIMAAN ATAS HASIL PEMERIKSAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI (STUDI KASUS KPP PRATAMA MANADO)
Fino Indra Sumampouw, Inggriani Elim, Heince Wokas
Vol. 8 No. 4, Desember 2013
ISSN. 1907-9737
JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO
(2)
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT i
Vol.8,No.4,Desember 2013
ISSN.1907-9737
GOING CONCERN
JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN
Pelindung
Rektor Universitas Sam Ratulangi
Penanggung Jawab
Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNSRAT
Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNSRAT
Pemimpin Redaksi
Prof. DR. David. P.E. Saerang,SE,M.Com(Hons)
Redaksi Pelaksana
Harijanto Sabijono,SE,MSi,Ak
Lidia Mawikere,SE,MSi,Ak
Hendrik Manossoh,SE,MSi,Ak
Imelda Najoan,SE,MSi,Ak
Dewan Redaksi
DR. Grace Nangoy,SE,MSAc,Ak,CPA
Sifrid S. Pangemanan,SE,MSA
DR. Jullie J. Sondakh,SE,MSi,Ak,CPA
DR.Ventje Ilat,SE,MSi
DR. Herman Karamoy,SE,MSi,Ak
DR. Jenny Morasa,SE,MSi,Ak
DR. Agus T. Poputra,SE,MM,MA,Ak
Victorina Tirayoh,SE,MM,Ak
Linda Lambey,SE,MBA,MA,Ak
Margaretha Bolang,SE,MA,Ak
Peter Kapojos,SE,MSi,Ak
Administrasi & Sirkulasi DR. Jantje Tinangon,SE,MM,Ak
DR. Lintje Kalangi,SE,ME,Ak
Winston Pontoh,SE,MM,Ak
Christian Datu,SE,MSA,Ak
Alamat Redaksi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado
Jl. Kampus Bahu
–
Manado, Sulawesi Utara
Telp. (0431) 847472, Fax. (0431) 853584
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado, dimaksudkan sebagai media pertukaran informasi, penelitian dan karya ilmiah antara pengajar, alumni, mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Jurnal ini terbit empat kali setahun yaitu bulan Maret, Juni, September, Desember.
Redaksi menerima naskah yang belum pernah diterbitkan oleh media dan tinjauan atas buku-buku akuntansi terbitan dalam dan luar negeri yang baru serta catatan/komentar atas artikel yang dimuat dalam jurnal ini.
Surat menyurat mengenai naskah yang akan diterbitkan langganan, keagenan, dan lainnya dapat dialamatkan langsung ke alamat redaksi atau melalui email : goingconcern2013@yahoo.com
(3)
Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT ii
Vol.8,No.4,Desember 2013
ISSN.1907-9737
GOING CONCERN
JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN
DAFTAR ISI
SEGMENT PERFORMANCE REPORT SEBAGAI ALAT PENILAIAN PRESTASI MANAJER PADA PT. JANUR KAWANUA INDONESIA Eric Ricardo Go, Grace Mogi Nangoi, Rudy Pusung ... 1-11 ANALISIS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT. MULTISARANA BAHTERA MANDIRI BERDASARKAN PSAK NO.1 & 2 Mizaco Ofayda Darmawan, Agus Toni Poputra, Winston Pontoh ... 12-23 ANALISIS FAKTOR-FAKTOR KEUANGAN YANG MEMPENGARUHI KINERJA KEUANGAN PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BEI
Rima D. Mangundap, Herman Karamoy, Stanly Alexander ... 24-32 ANALISIS TINGKAT KEPATUHAN WAJIB PAJAK DALAM MEMBAYAR PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KANTOR PAJAK PRATAMA MANADO
Javier Sondakh, Jenny Morasa, Heince Wokas ... 33-43 EVALUASI SISTEM PENGENDALIAN INTERNAL PIUTANG PADA DISTRIBUTOR UNILEVER INDONESIA AREA MANADO
Jones H. Yr Pondaag, David Paul Elia Saerang, Dhullo Affandi ... 45-55 PENERAPAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT SENDIRI PRODUK SETENGAH JADI PADA UD. BERKAT ANUGERAH
Phamela D Tampubolon, David Paul Elia Saerang, Agus Toni Poputra ... 56-64 PERBANDINGAN SISTEM PERPAJAKAN TERHADAP USAHA MIKRO KECIL MENENGAH PADA PT. BERKAT TEKNIK JAYA
Sintya Clara Assa, Jantje J. Tinangon, Rudy Pusung ... 65-73 ANALISIS PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DALAM STRUKTUR PENDAPATAN ASLI DAERAH KOTA MANADO
Ali Kurniawan A. Suratinoyo, Harijanto Sabijono, Stanly Alexander ... 74-84 ANALISIS PENGGUNAAN INFORMASI AKUNTANSI DIFERENSIAL DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN MEMBELI ATAU MEMBUAT SENDIRI FLA KUE SUSEN PADA DOLPHIN DONUTS BAKERY
Intan Zuriati Agustina Muhamad, Ventje Ilat, Harijanto Sabijono ... 85-95 ANALISIS PERHITUNGAN DAN PELAPORAN PAJAK PENGHASILAN PASAL 21 PADA PT. GATRA KALTIM JAYA KOTA BALIKPAPAN Pandu Dewanata, Jantje J. Tinangon, Heince R. N. Wokas ... 96-107 ANALISIS PENERAPAN KEBIJAKAN EARMARKING TAX PADA PEMUNGUTAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR DI PROVINSI SULAWESI UTARA
Andre Stevan Masihor, David Paul Elia Saerang, Herman Karamoy ... 108-117 ANALISIS PERBANDINGAN SEBELUM DAN SESUDAH PENGENAAN TARIF PAJAK PROGRESIF PADA KENDARAAN BERMOTOR
BERDASARKAN “THE FOUR MAXIMS” DI KOTA MANADO
Eugenia Rosalie, Jantje Tinangon, Rudy Pusung ... 118-129 ANALISIS STUDI KOMPARATIF TENTANG PENERAPAN TRADISIONAL COSTING CONCEPT DENGAN ACTIVITY BASED COSTING (STUDI KASUS PADA RUMAH SAKIT SILOAM DI MANADO)
Olivia H.S. Sumendap, David Paul Elia Saerang, Sifrid Sonny Pangemanan ... 130-138 ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE VARIABLE COSTING PADA PT. CELEBES MINAPRATAMA BITUNG
Dewi Sartika Kiay, Jenny Morasa, Winston Pontoh ... 139-149 PENERAPAN AKUNTANSI PERPAJAKAN ATAS KEPEMILIKAN AKTIVA KENDARAAN DENGAN METODE SEWA PEMBIAYAAN PADA CV. KARYA WENANG
Stephany Florence Claudia, Grace Mogi Nangoi, Heince Wokas ... 150-159 ANALISIS PERHITUNGAN HARGA POKOK PRODUKSI PRODUK SPRING BED PADA PT. MASSINDO SINAR PRATAMA
Eric Joseph Taroreh, Jantje J. Tinangon, Inggriani Elim ... 160-169 ANALISIS PENERAPAN PSAK NO.102 ATAS PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA PT. BANK SYARIAH MANDIRI CAB.MANADO Sri Wahyuni Muklis, Sifrid Sonny Pangemanan, Lidia Mawikere ... 170-181 IDENTIFIKASI NON VALUE ADDED ACTIVITY MELALUI ACTIVITY-BASED MANAGEMENT UNTUK MENINGKATKAN EFISIENSI HOTEL TRAVELLO MANADO
Irna Prisye Daleno, David Paul Elia Saerang, Inggriani Elim ... 182-191 ANALISIS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS PERSEDIAAN PADA PERUM BULOG DIVRE SULUT
Julian Biga, Ventje Ilat, Inggriani Elim ... 192-202 EFEKTIVITAS PENYELESAIAN DAN PENERIMAAN ATAS HASIL PEMERIKSAAN PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI (STUDI KASUS KPP PRATAMA MANADO)
(4)
1
SEGMENT PERFORMANCE REPORT SEBAGAI ALAT PENILAIAN PRESTASI MANAJER PADA PT. JANUR KAWANUA INDONESIA
Eric Ricardo Go Grace Mogi Rudy Pusung
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi
email : eric_ricardogo@yahoo.com
ABSTRAK
Setiap perusahaan memiliki pembagian tanggung jawab dan wewenang menurut bagiannya masing-masing. Untuk mengetahui sejauh mana kinerja setiap manajer setiap divisi menurut tugas dan tanggung jawab, maka perlu dilakukan penilaian prestasi manajer setiap divisi. Salah satu metode penilaian prestasi yaitu segment performance report. Peran seorang manajer sangat penting dalam mengendalikan berjalannya sebuah perusahaan. Dengan menggunakan segment performance report, laporan memuat pengelompokkan biaya-biaya tetap terkendali dan biaya tetap tidak terkendali. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan segment performance report dalam menilai prestasi manajer. Penelitian ini dilakukan di PT. Janur Kawanua Indonesia beralamat di Manembo-nembo Bitung. Dalam penelitian ini, metode deskriptif (kualitatif) digunakan untuk membandingkan laporan rugi laba aktual serta laporan produksi yang telah dibuat oleh PT. Janur Kawanua Indonesia, sesuai dengan konsep segment performance report. Hasil penelitian ini menunjukkan perusahaan masih menggunakan laporan yang bersifat konvensional, laporan biaya produksi dan biaya operasional yang dihasilkan ini belum memisahkan antara biaya-biaya yang dapat dikendalikan dan biaya-biaya yang tak dapat dikendalikan. Dengan ini, dapat dilihat perbedaan setelah dipisahkan biaya tetap terkendali dan biaya tak terkendali pada divisi Tepung Kelapa sebesar Rp. 417.499.394,15. Dan pada divisi Kopra juga dapat dilihat perbedaan setelah dipisahkan antara biaya tetap terkendali dan biaya tidak terkendali sebesar Rp.127.081.716,91.
Kata kunci : segment performance report, penilaian prestasi manajer.
ABSTRACT
Each company has responsibility and authority sharing according to every part. For knowing how far the performance of a manager from every division according to the job and responsibility, achievement evaluation of every division is needed to be made. One method of achievement evaluation is segment
performance report. The role of a manager is very important in controlling a company’s operation. By using
Segment Performance Report, report lists the classification the controllable fixed costs and uncontrollable fixed
costs. This research’s objective is to figure out the usage of segment performance report in evaluating manager
achievement. This research is conducted in PT. Janur Kawanua Indonesia, addressed at Manembo-nembo Bitung. In this research,descriptive method (qualitative) is used for comparing the actual profit loss report and also production report that have been made by PT. Janur Kawanua Indonesia, based on the concept segment performance report. This research’s result shows the company still uses this resulted conventional-based report, production cost report and operational costs have not separated among uncontrollable costs and uncontrollable costs. With this, it can be seen the difference after controllable fixed cost and controllable costs are separated at Tepung Kelapa, as much as 417,499,394.15 IDR. And at the Kopra Division, it can be also seen the difference after controllable fixed costs and uncontrollable costs are separated, as much as 127,081,716.91 IDR.
(5)
2
PENDAHULUAN Latar Belakang
Pada saat ini Indonesia mulai terbuka atas perdagangan dunia, sehingga banyak terjalin kerjasama antar Indonesia dengan negara lain, misalnya dengan China dan Jepang. Hal ini memicu kekreatifan dan jiwa entrepreneur anak bangsa untuk membuat usaha sendiri, sehingga banyak munculnya home industry, perusahaan kecil, menengah, maupun sampai sebuah perusahaan beromset besar. Yang tentunya tiap perusahaan tidak hanya berfokus mencari keuntungan , tapi juga menciptakan produk atau jasa dengan mutu dan kualitas yang baik. Dalam mencapai sebuah visi dan misi atau tujuan yang diinginkan perusahaan, perusahaan harus memiliki manajemen perusahaan yang baik. Berhasil atau tidaknya sebuah perusahaan tergantung manajamen dalam menjalankan fungsinya. Koordinasi antara manajemen puncak dengan manajemen tiap lini yang baik dalam pembagian tugas maupun untuk memperoleh informasi. Perusahaan akan menetapkan sasaran yang ingin dicapai baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Dalam hal ini dibuat oleh manajemen puncak dan untuk melaksanakannya didelegasikan ke manajer-manajer lini. Sehingga manajer memiliki tugas dan tanggung jawab yang harus dilakukan dengan target waktu yang telah ditentukan oleh manajemen puncak.
Kinerja merupakan suatu tolak ukur dalam sebuah perusahaan maupun individu dalam mencapai target yang telah ditentukan. Sehingga sering perusahaan menjadikan kinerja sebagai sebuah nilai dalam menentukan berhasil atau tidaknya perusahaan menjalankan perencanaan yang telah disusun. Dalam mengukur kinerja suatu perusahaan tidak terlepas dari kinerja seorang manajer. Peran seorang manajer sangat penting dalam mengendalikan berjalannya sebuah perusahaan. Seorang manajer membutuhkan informasi yang berguna untuk membantu dalam pengambilan keputusan. Manajer harus cermat dan tangkas dalam pengambilan keputusan-keputusan taktis dalam menjalankan tugasnya, agar setiap tugas dapat dilakukan secara efektif dan efisien.
Untuk mengukur sejauh mana tugas dan tanggung jawab berjalan sesuai rencana, maka manajemen puncak melakukan penilaian atas kinerja manajer. Setiap tugas telah dilakukan dengan tepat atau apakah peran sudah berjalan dengan baik atau belum. Manajer memerlukan laporan atau informasi yang ditujukan kepada manajemen puncak berupa laporan pertanggung jawaban, serta laporan yang berkaitan dengan perusahaan untuk membantu dalam melaksanakan perencanaan dan pengambilan keputusan bagi perusahaan. Informasi yang dapat diperoleh yaitu segment performance report, ini merupakan laporan yang berisikan tentang pemisahan biaya-biaya yang dapat dikendalikan dan biaya-biaya yang tidak dapat dikendalikan oleh seseorang di dalam posisi organisasinya, sehingga menggambarkan prestasi sebenarnya.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah yang terjadi, maka tujuan penelitian adalah untuk mengetahu dan menganalisa penggunaan segment performance report dalam menilai prestasi manajer pada PT. Janur Kawanua Indonesia.
TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi Manajemen
Simamora (2012:13), mendefinisikan akuntansi manajemen adalah proses pengidentifikasian, pengukuran, penghimpunan, penganalisisan, penyusunan, penafsiran, dan pengkomunikasian informasi keuangan yang digunakan manajemen untuk merencanakan, mengevaluasi, dan mengendalikan kegiatan usaha di dalam sebuah organisasi, serta untuk memastikan penggunaan dan akuntabilitas sumber daya yang tepat. Identifikasi melibatkan pengakuan dan evaluasi peristiwa-peristiwa ekonomik dan transaksi bisnis untuk tindakan akuntansi yang tepat.
Samryn (2012:4) mendefinisikan akuntansi manajemen merupakan bidang akuntansi yang berfokus pada penyediaan, termasuk pengembangan dan penafsiran informasi akuntansi bagi para manajer untuk digunakan sebagai bahan perencanaan, pengendalian operasi dan dalam pengambilan keputusan. Sesuai dengan fungsi tersebut, maka akuntansi manajemen dapat digunakan sebagai pendukung pelaksanaan fungsi-fungsi manajemen dalam bidang riset dan pengembangan, produksi, pemasaran, distribusi dan logistik, serta pelayanan pelanggan.
(6)
3 Anthony dan Dearden (2003:152), informasi sebagai fungsi evaluasi, yaitu mengungkapkan sampai sejauh mana tindakan yang telah direncanakan dan pencapaian hasil yang diharapkan.
Sistem Pengendalian Manajemen
Halim, dkk (2009:13), mendefinisikan sistem pengendalian manajemen adalah sebagai suatu alat dari alat-alat lainnya untuk mengimplementasikan strategi, yang berfungsi untuk memotivasi anggota-anggota organisasi guna mencapai tujuan organisasi.
Akuntansi Pertanggungjawaban
Samryn (2012:261), mendefinisikan akuntansi pertanggunjawaban merupakan suatu sistem akuntansi yang digunakan untuk mengukur kinerja setiap pusat pertanggungjawaban sesuai informasi yang dibutuhkan manajer untuk mengoperasikan pusat pertanggungjawaban mereka sebagai bagian dari sistem pengendalian manajemen.
Warindrani (2006:122), mendefinisikan akuntansi pertanggung jawaban merupakan suatu sistem yang mengukur hasil-hasil dari suatu pusat pertanggungjawaban memainkan peranan penting dalam mengukur kegiatan dan hasil suatu pusat pertanggungjawaban.
Biaya Tetap Terkendali
Simamora (2012:54), mendefinisikan biaya tetap terkendali (controllable cost) adalah biaya dalam sebuah pusat pertanggungjawaban yang dapat dipengaruhi secara signifikan oleh seorang manajer pusat pertanggungjawaban selama rentang waktu tertentu.
Biaya Tidak Terkendali
Simamora (2012:54), mendefinisikan biaya tidak terkendali (uncontrollable cost) adalah setiap biaya yang tidak dapat dipengaruhi oleh seorang manajer sebuah pusat pertanggungjawaban dalam rentang waktu tertentu.
Penilaian Prestasi
Mulyadi (2006:116-117), mendefinisikan pengukuran kinerja merupakan alat manajemen untuk menilai keberhasilan maupun kegagalan pelaksanaan strategik untuk mencapai tujuan dan sasaran orang yang bersangkutan. Kinerja atau nilai aktivitas kerja dapat diartikan sebagai prestasi. Prestasi yang dimaksud adalah efektivitas operasional perusahaan, baik secara keseluruhan maupun personal seorang manajer dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi perusahaan.
Segment Performance Report
Nizar dan Syahrul (2000:758), Segment performance report adalah laporan yang berisikan pemisahan antara biaya-biaya yang dapat dikendalikan dan biaya-biaya yang tidak dapat dikendalikan oleh seseorang dalam posisi organisasinya, sehingga menggambarkan prestasi yang sebenarnya.
Konsep Segment Performance Report
Tabel 1 Konsep Segment Performance Report
Segment Total Division Division For all A B Segments
Sales
Less : Variable Cost
Variable Manufacturing Variable Selling and Adminis- trative of segments
Total Contribution Margin
Less : Direct Fixed Cost Controllable by Segment Manager
Contribution Controllable by Segment Manager
Less : Fixed costs of Segments Not Controllable by Segments Manager Contribution of segments to Common Costs Common Cost for all Segments
$ 300,000 $ 200,000 $ 500,000
120,000 60,000 180,000 30,000 20,000 50,000
$ 150,000 $ 70,000 $ 230,000
$ 150,000 $ 120,000 $ 270,000
90,000 80,000 170,000
$ 60,000 $ 40,000 $ 100,000
15,000 10,000 25,000
$ 45,000 $ 30,000 $ 75,000 $ 35,000
(7)
4
Net Income $ 40,000
Sumber: Barbee, Fred: Princeples Of Accounting (2013)
1. Total contribution margin
adalah jumlah yang dikontribusikan untuk menutup biaya tetapnya. Total contribution margin ini di dapat dari penjualan dikurangi dengan biaya variabel. Dan biaya terkendali ini merupakan biaya bagi manajer pusat laba tersebut.
2. Contribution controllable by segment manager
Adalah biaya-biaya tetap yang dapat dikendalikan oleh manajer dengan pusat laba, termasuk didalamnya commited fixed cost dan discretionary fixed cost.
3. Contribution of segment to common cost
Merupakan sisa yang akan dialokasikan untuk common cost. Common cost ini tidak dapat dikendalikan oleh manajer pusat laba.
Jadi, untuk menilai prestasi manajer pusat laba yaitu dengan memakai segment income statement dengan bagian yang dinilai adalah contribution controllable by segment manager.
Penelitian Terdahulu.
Tabel 2 Penelitian Terdahulu
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
penelitian ini dengan metode deskriptif (kualitatif), membandingkan laporan rugi laba aktual serta laporan produksi yang telah dibuat oleh perusahaan sesuai dengan konsep Segment Performance Report.
Jenis dan Sumber Data
Data adalah sekumpulan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. Data merupakan keterangan-keterangan yang diperoleh dari suatu penelitian yang dapat digunakan untuk menganalisa
Nama Peneliti /
Tahun
Judul Tujuan Metode
Penelitian
Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Sanger (2005)
Penerapan Segment Performance Report Sebagai Alat Penilaian Prestasi Manajer Divisi Pada PT. Astra International Isuzu Manado Untuk mengetahui Penerapan Segment Performance Report Sebagai Alat Penilaian Prestasi Manajer Divisi Pada PT. Astra International Isuzu Manado Metode Deskriptif Perusahaan masih menggunakan laporan yang bersifat
konvensional, tanpa melihat kontribusi dari divisi
Penelitian ini memiliki kesamaan menggunakan Segment Performance Report untuk menilai prestasi manajer Tetapi perbedaan penelitian ini pada objek penelitian yang berbeda Uli (2009) Analisis Penerapan Akuntansi Pertanggung Jawaban Sebagai Alat Penilaian Kinerja Manajer Pusat Pendapatan Pada PT. Astra International cabang
Sisingamangaraja
Tujuannya apakah manajer pusat pendapatan sesuai dengan tanggung jawab sebagai manajer Metode Deskriptif Penerapan akuntansi pertanggung jawaban sangat efektif untuk menilai kinerja manajer pusat pendapatan dan hasil dari kinerja manajer sangat sesuai dengan tujuan pimpinan
Penilaian ini hampir sama dengan penulis dalam menilai kinerja manajer Yang membedakan penelitian ini adalah penulis membahas dengan Segment Performance Report untuk mengukur kinerja manajer
(8)
5 permasalahan yang dihadapi dan selanjutnya untuk mencari alternatif yang sesuai. Data dapat diklasifikasikan menjadi dua jenis yaitu data kuantitatif dan data kualitatif.
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif yaitu struktur organisasi, job description, laporan biaya produksi dan laporan laba rugi PT. Janur Kawanua Indonesia.
Metode Analisis Data
Analisis Deskriptif adalah untuk memuat penggambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat objek penelitian serta memeriksa sebab-sebab dari suatu gejala tertentu. Atau penelitian yang bermaksud untuk memuat deskripsi mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Analisis deskriptif (kualitatif) berusaha mengubah kumpulan data mentah menjadi bentuk atau gambaran yang mudah dipahami dalam informasi yang lebih ringkas.
Dalam penelitian ini dengan metode deskriptif (kualitatif), membandingkan laporan rugi laba aktual serta laporan produksi yang telah dibuat oleh perusahaan sesuai dengan konsep Segment Performance Report.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Dari hasil penelitian yang di dapat dari perusahaan, berikut disertakan laporan-laporan biaya produksi maupun laporan rugi laba perusahaan.
Tabel 3 PT. Janur Kawanua Indonesia Laporan Biaya Produksi Periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2012
Jenis Biaya Divisi Tepung Kelapa Divisi Kopra
Bahan Baku Kelapa Biaya Upah Langsung Biaya Kemasan / Pembungkus Biaya Overhead Pabrik Biaya Upah Tidak Langsung Biaya BBM Solar
Biaya Listrik Biaya Air
Biaya Penyusutan Mesin Biaya Penyusutan Kendaraan Biaya Penyusutan Peralatan Pabrik Biaya Penyusutan Bangunan Biaya Perlengkapan Produksi Biaya Bahan Penolong
Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap Biaya Konsumsi Karyawan Biaya Angkut Bahan Baku Biaya Jamsostek
Biaya Angkutan Karyawan Biaya Overhead Lain
Rp. 6.380.200.501,94 Rp. 1.532.220.394,49 Rp. 342.504.604,00
Rp. 214.699.209,00 Rp. 72.970.000,00 Rp. 213.954.540,00 Rp. 1.870.100,00 Rp. 164.864.000,00 Rp. 126.069.962,61 Rp. 73.763.466,74 Rp. 52.801.919,80 Rp. 2.227.808,63 Rp. 7.780.050,00 Rp. 104.050.799,73 Rp. 80.972.214,00 Rp. 5.171.500,00 Rp. 59.670.000,00 Rp. 49.922.800,00 Rp. 18.652.633,00
Rp. 928.650.255,42 Rp. 150.592.544,00 Rp. 71.275.087,00
Rp. 58.742.955,00 Rp. 23.860.000,00 Rp. 85.122.500,00 Rp. 1.150.000,00 Rp. 56.728.000,00 Rp. 30.652.090,66 Rp. 23.775.000,00 Rp. 15.926.626,25 Rp. 1.170.455,37 Rp. 3.677.784,00 Rp. 39.021.000,00 Rp. 23.050.500,00 Rp. 2.312.335,00 Rp. 15.674.500,00 Rp. 14.250.550,00 Rp. 9.142.970,00
Total Biaya Produksi Rp. 9.504.366.503,94 Rp. 1.554.775.152,70
(9)
6
Tabel 4 PT. Janur Kawanua Indonesia Laporan Rugi Laba periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2012
Jumlah
Penjualan:
Penjualan Export – Tepung Kelapa Penjualan Lokal – Kopra
Total Penjualan Harga Pokok Penjualan:
Divisi Tepung Kelapa
Total Biaya Produksi Persediaan Barang Jadi Awal
Jumlah Barang Jadi Tersedia Dijual Persediaan Barang Jadi Akhir
HPP Tepung Kelapa
Divisi Kopra
Total Biaya Produksi Persediaan Barang Jadi Awal
Jumlah Barang Jadi Tersedia Dijual Persediaan Barang Jadi Akhir
HPP Kelapa Kopra
Harga Pokok Penjualan Laba Kotor
Biaya Operasional Laba Bersih Operasional Pendapatan Luar Usaha: Pendapatan Jasa Giro Pendapatan Lain-Lain
Total Pendapatan Luar Usaha Laba Sebelum Pajak
Rp. 11.100.128.656,25 1.810.803.309,00
Rp. 12.910.931.964,25
Rp. 9.504.366.503,94 4.672.142.008,09 Rp. 14.176.508.512,03 ( 4.733.529.940,31)
Rp. 9.442.978.571,72
Rp. 1.554.775.152,70 288.160.260,00 Rp. 1.842.935.412,70 ( 552.082.618,87)
Rp. 1.288.852.793,83
Rp. 10.731.831.365,55 Rp. 2.179.100.598,69
1.990.204.496,50
Rp. 188.896.102,19
Rp. 6.667.959,55 24.534.221,00
Rp. 31.202.180,55 Rp. 220.098.282,74
Sumber: PT. Janur Kawanua Indonesia
Penelitian ini dilakukan pada PT. Janur Kawanua, dilihat dari pembahasan di atas bahwa laporan yang dihasilkan oleh bagian produksi sebagai saran pertanggung jawaban dan pengukuran prestasi belum memadai. Belum adanya pemisahan biaya membuat laporan sebagai penilaian prestasi belum terlalu akurat, juga karena manajer produksi maupun pimpinan pusat belum menyadari sepenuhnya arti penting dari laporan untuk tujuan pengendalian, yang dalam hal ini Segment Performance Report. Sebagai contoh pimpinan pusat dalam menilai prestasi manajer produksi berdasarkan laba rugi yang diperoleh dalam suatu periode tertentu. Selain itu, staf dari manajer produksi belum sepenuhnya memahami esensi dari laporan yang digunakan sebagai sarana penilaian atau pengukuran prestasi. Contohnya, belum diklasifikasikannya biaya variabel, biaya tetap terkendali dan biaya tak terkendali. Tidak memadainya laporan prestasi ini tanpa disadari oleh manajer produksi hal ini membawa dampak bagi manajer produksi, khususnya menyangkut motivasi kerja.
Keadaan ini digambarkan dengan kenyataan yang ada, bahwa manajer produksi setiap divisi, Tepung Kelapa dan Kopra, merasa prestasinya diukur dengan membebankan semua biaya baik dari pusat atau pun dari bagiannya. Laporan setiap divisi yang dibuat belum memisahkan antara biaya variabel, biaya tetap terkendali dan biaya tak terkendali. Supaya hal tersebut bisa diatasi maka laporan tersebut perlu diadakan penyesuaian dengan Segment Performance Report. Penyesuaian yang dilakukan harus menentukan atau memisahkan setiap biaya berdasarkan sifatnya, biaya tetap terkendali dan biaya tak terkendali. Penyesuaian yang dilakukan dapat dilihat dalam tabel berikut.
(10)
7
Tabel 5 PT. Janur Kawanua Indonesia Laporan Biaya Produksi Divisi Tepung Kelapa Periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2012
Jenis Biaya Rill S.P.R
(Biaya Terkendali)
Selisih
(Biaya Tak Terkendali)
Bahan Baku Kelapa Biaya Upah Langsung Biaya Kemasan / Pembungkus Biaya Overhead Pabrik Biaya Upah Tidak Langsung Biaya BBM Solar
Biaya Listrik Biaya Air
Biaya Penyusutan Mesin Biaya Penyusutan Kendaraan Biaya Penyusutan Peralatan Pabrik
Biaya Penyusutan Bangunan Biaya Perlengkapan Produksi Biaya Bahan Penolong
Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap Biaya Konsumsi Karyawan Biaya Angkut Bahan Baku Biaya Jamsostek
Biaya Angkutan Karyawan Biaya Overhead Lain
Rp. 6.380.200.501,94 Rp. 1.532.220.394,49 Rp. 342.504.604,00
Rp. 214.699.209,00 Rp. 72.970.000,00 Rp. 213.954.540,00 Rp. 1.870.100,00 Rp. 164.864.000,00 Rp. 126.069.962,61 Rp. 73.763.466,74 Rp. 52.801.919,80 Rp. 2.227.808,63 Rp. 7.780.050,00 Rp. 104.050.799,73 Rp. 80.972.214,00 Rp. 5.171.500,00 Rp. 59.670.000,00 Rp. 49.922.800,00 Rp. 18.652.633,00
Rp. 6.380.200.501,94 Rp. 1.532.220.394,49 Rp. 342.504.604,00
Rp. 214.699.209,00 Rp. 72.970.000,00 Rp. 213.954.540,00 Rp. 1.870.100,00
- - - -
Rp. 2.227.808,63 Rp. 7.780.050,00 Rp. 104.050.799,73 Rp. 80.972.214,00 Rp. 5.171.500,00 Rp. 59.670.000,00 Rp. 49.922.800,00 Rp. 18.652.633,00
Rp. 164.864.000,00 Rp. 126.069.962,61 Rp. 73.763.466,74 Rp. 52.801.919,80
Total Biaya Produksi Rp. 9.504.366.503,94 Rp. 9.086.867.109,79 Rp. 417.499.394,15
Sumber : Hasil Olahan Penulis
Tabel 6 PT. Janur Kawanua Indonesia Laporan Biaya Produksi Divisi Kopra Periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2012
Jenis Biaya Rill S.P.R
(Biaya Terkendali)
Selisih (Biaya Tak Terkendali)
Bahan Baku Kelapa Biaya Upah Langsung Biaya Kemasan / Pembungkus Biaya Overhead Pabrik Biaya Upah Tidak Langsung Biaya BBM Solar
Biaya Listrik Biaya Air
Biaya Penyusutan Mesin Biaya Penyusutan Kendaraan Biaya Penyusutan Peralatan Pabrik Biaya Penyusutan Bangunan Biaya Perlengkapan Produksi Biaya Bahan Penolong
Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap Biaya Konsumsi Karyawan Biaya Angkut Bahan Baku Biaya Jamsostek
Biaya Angkutan Karyawan Biaya Overhead Lain
Rp. 928.650.255,42 Rp. 150.592.544,00 Rp. 71.275.087,00
Rp. 58.742.955,00 Rp. 23.860.000,00 Rp. 85.122.500,00 Rp. 1.150.000,00 Rp. 56.728.000,00 Rp. 30.652.090,66 Rp. 23.775.000,00 Rp. 15.926.626,25 Rp. 1.170.455,37 Rp. 3.677.784,00 Rp. 39.021.000,00 Rp. 23.050.500,00 Rp. 2.312.335,00 Rp. 15.674.500,00 Rp. 14.250.550,00 Rp. 9.142.970,00
Rp. 928.650.255,42 Rp. 150.592.544,00 Rp. 71.275.087,00
Rp. 58.742.955,00 Rp. 23.860.000,00 Rp. 85.122.500,00 Rp. 1.150.000,00
- - - -
Rp. 1.170.455,37 Rp. 3.677.784,00 Rp. 39.021.000,00 Rp. 23.050.500,00 Rp. 2.312.335,00 Rp. 15.674.500,00 Rp. 14.250.550,00 Rp. 9.142.970,00
Rp 56.728.000,00 Rp 30.652.090,66 Rp. 23.775.000,00 Rp. 15.926.626,25
Total Biaya Produksi Rp. 1.554.775.152,70 Rp. 1.427.693.435,79 Rp. 127.081.716,91
(11)
8 Setelah dipisahkan atau dikelompokkan biaya tetap yang dapat dikendalikan dan biaya yang tidak dapat dikendalikan dari seorang manajer produksi, dapat dilihat sampai mana biaya yang menjadi tanggung jawab dan wewenang dari seorang manajer produksi masing-masing divisi tersebut. Pada divisi Tepung Kelapa (Tabel 5) dapat kita lihat perbedaan setelah dipisahkan biaya tetap terkendali dan biaya tak terkendali sebesar Rp. 417.499.394,15. Dan pada divisi Kopra (Tabel 6) kita juga dapat melihat perbedaan setelah dipisahkan antara biaya tetap terkendali dan biaya tidak terkendali sebesar Rp.127.081.716,91. Selisih yang terjadi antara laporan rill yang dibuat perusahaan dengan Segment Performance Report merupakan biaya yang tidak dapat dikendalikan oleh manajer produksi menurut tanggung jawab dan wewenangnya, yaitu biaya penyusutan mesin, biaya penyusutan kendaraan, biaya penyusutan peralatan pabrik, biaya penyusutan bangunan. Biaya ini merupakan keputusan dari manajer puncak atau yang lebih tinggi posisinya yang tidak dapat diganggu gugat oleh manajer produksi. Sehingga jika biaya tak terkendali ini turut dimasukkan dalam laporan prestasi, laporan tersebut tidak memadai pengukuran prestasi manajer produksi yang sebenarnya. Namun setelah dipisahkan seperti Tabel 5 dan Tabel 6 direktur utama atau manajer puncak dapat melihat biaya-biaya yang benar-benar dapat dikendalikan manajer produksi menurut tanggung jawab dan wewenangnya.
Dalam laporan rugi laba (Tabel 4) yang dihasilkan perusahaan belum dikurangi oleh biaya-biaya yang tidak terkendali, sehingga belum memadai dalam laporan pertanggung jawaban atau laporan prestasi. Namun setelah dipisahkan setiap biaya variabel, biaya tetap terkendali dan biaya tak terkendali, dapat dilakukan penyesuaian atas laporan prestasi atau laporan pertanggung jawaban. Penyesuaian-penyesuaian terhadap laporan prestasi yang digunakan oleh divisi, dibutuhkan dalam suatu perusahaan dalam menjalankannnya. Karena penilaian atau pengukuran prestasi manajer didasarkan atas kontribusi dari divisi dengan hanya memperhitungkan biaya-biaya tetap yang dapat dikendalikan oleh manajer divisi yang bersangkutan. Secara tidak langsung hal ini memunculkan rasa percaya diri atau motivasi kerja seorang manajer. Penyesuaian yang dimaksud diatas dapat dilihat pada tabel.
Tabel 7 PT. Janur Kawanua Indonesia Laporan Harga Pokok Penjualan (Variabel) Periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2012
Divisi Tepung Kelapa Divisi Kopra
Biaya Variabel: Bahan Baku Kelapa Biaya Upah Langsung
Biaya Kemasan / Pembungkus Biaya BBM Solar
Biaya Perlengkapan Produksi Biaya Bahan Penolong
Harga Pokok Porduksi Variabel Persediaan Awal Variabel Persediaan Akhir Variabel Harga Pokok Penjualan Variabel
Rp. 6.380.200.501,94 1.532.220.394,49 342.504.604,00
72.970.000,00 2.227.808,63 7.780.050,00 Rp. 8.337.903.358,56 2.813.822.203,39 Rp. 11.151.725.561,95 3.044.935.717,31
Rp. 8.106.789.844,64
Rp. 928.650.255,42 150.592.544,00 71.275.087,00 23.860.000,00 1.170.455,37 3.677.784,00
Rp. 1.179.226.125,79 197.753.359,00 Rp. 1.376.979.484,79 426.413.643,87
Rp. 950.565.840,92
(12)
9
Tabel 8 PT. Janur Kawanua Indonesia Segment Performance Report periode 1 Januari 2012 – 31 Desember 2012
Divisi Tepung Kelapa Divisi Kopra Total Divisi
Penjualan
Harga Pokok Penjualan Variabel Biaya Operasi Variabel
Total Biaya Variabel Kontribusi Margin Biaya Tetap Terkendali: Biaya Listrik
Biaya Air
Biaya Pemeliharaan Aktiva Tetap Biaya Konsumsi Karyawan Biaya Angkut Bahan Baku Biaya Jamsostek
Biaya Angkutan Karyawan Biaya Overhead Lain Biaya Upah Tidak Langsung Biaya Operasi Tetap
Kontribusi Yang Dapat Dikontrol -oleh Divisi
Biaya Tetap Tidak Terkendali: Biaya Penyusutan Mesin Biaya Penyusutan Kendaraan Biaya Penyusutan Peralatan Pabrik Biaya Penyusutan Bangunan
Kontribusi Segment Kepada - Common Costs
Common Costs: Gaji Direktur Utama Biaya Bunga Bank
Laba Bersih Operasional
Rp. 11.100.128.656,25
Rp. 8.106.789.844,64 321.818.854,50 Rp. 8.428.608.699,14
Rp. 2.617.519.957,11
Rp. 213.954.540,00 1.870.100,00 104.050.799,73 80.972.214,00 5.171.500,00 59.670.000,00 49.922.800,00 18.652.633,00 214.699.209,00 568.590.522.00 Rp. 1.317.554.317,73
Rp. 1.299.965.639,38
Rp. 164.864.000,00 126.069.962,61 73.763.466,74 52.801.919,80 Rp. 417.499.349,15
Rp. 882.466.290,23
Rp. 1.810.803.309,00
Rp . 950.565.840,92 104.958.711,00 Rp. 1.055.524.551,92
Rp. 755.278.757.08
Rp. 85.122.500,00 1.150.000,00 39.021.000,00 23.050.500,00 2.312.335,00 15.674.500,00 14.250.550,00 9.142.970,00 58.742.955,00 210.339.847,00 Rp 458.807.157,00
Rp. 296.471.600,08
Rp. 56.728.000,00 30.652.090,66 23.775.000,00 15.926.626,25 Rp. 127.081.716,91
Rp. 163.389.883,17
Rp.12.910.931.965,25
Rp. 9.484.133.251,06
Rp. 3.372.798.714,19
Rp. 1.736.219.622,23
Rp. 1.596.437.239,46
Rp. 544.581.066,06
Rp. 1.045.856.173,40
Rp. 180.000.000,00 Rp. 676.960.071,21 Rp. 856.960.071,21
Rp. 188.896.102,19
Sumber: Hasil Olahan Penulis Penjelasan Tabel 8 sebagai berikut: 1. Penjualan
Penjualan dalam pos ini merupakan seluruh hasil penjualan produksi yang diperoleh dari kegiatan penjualan dari perusahaan.
2. Biaya Variabel
Yang dimaksud dengan biaya variabel disini adalah biaya yang dikeluarkan oleh bagian sehubungan dengan kegiatan yang dilakukan oleh masing-masing divisi/bagian.
3. Kontribusi margin
Kontribusi margin yang dimaksud yaitu selisih antara pendapatan dengan biaya-biaya variabel yang dikeluarkan oleh masing-masing divisi/bagian.
4. Biaya tetap terkendali
Yang dimaksud dengan biaya tetap terkendali yaitu biaya-biaya yang dikeluarkan oleh manajer produksi yang sifatnya dapat dikendalikan oleh manajer divisi.
5. Kontribusi divisi
Kontribusi divisi merupakan sumbangan dari bagian yang bersangkutan pada bagian yang diperoleh melalui selisih antara penjualan dengan biaya-biaya tetap yang dapat dikendalikan oleh manajer divisi.
(13)
10 Yang dimaksud dengan biaya tak terkendali bagi bagian ini yaitu semua biaya-biaya yang dikeluarkan oleh bagian dimana besarnya biaya ini tidak dapat dipengaruhi oleh manajer divisi.
7. Common Cost
Common Cost merupakan biaya umum dari perusahaan yang tidak dapat dipisah-pisahkan untuk setiap divisi.
Dengan adanya Segment Performance Report sangat membantu bagi perusahaan khususnya manajer puncak atau direktur utama melihat setiap divisi yang ada. Dengan ini kita dapat melihat keuntungan lebih besar yang dihasilkan oleh divisi tepung kelapa, dibandingkan yang dihasilkan oleh divisi kopra. Sehingga dengan demikian manajer puncak atau direktur utama dapat memberi motivasi lagi kepada divisi kopra untuk meningkatkan keuntungan yang diperoleh. Manajer puncak atau direktur utama juga dapat memberi motivasi lagi kepada kedua divisi untuk terus meningkatkan prestasi yang diperoleh, tanpa membebankan biaya yang tidak dapat dikendalikan (uncontrollable cost) oleh manajer produksi, melainkan mengukur lewat biaya tetap terkendali (controllable cost) oleh manajer produksi yang merupakan tanggung jawab dan wewenangnya.
PENUTUP Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh penulis terhadap PT. Janur Kawanua Indonesia dengan menggunakan Segment Performance Report, maka dapat dikemukakan beberapa hal yang dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Perusahaan masih menggunakan laporan yang bersifat konvensional, laporan biaya produksi dan biaya operasional yang dihasilkan ini belum memisahkan antara biaya yang dapat dikendalikan dan biaya-biaya yang tak dapat dikendalikan.
2. Karena belum dipisahkan antara biaya tetap terkendali dan biaya tidak terkendali, maka perusahaan tidak dapat menilai prestasi dengan baik berdasarkan biaya yang dapat dikendalikan oleh masing-masing divisi.
Saran
Berdasarkan penelitian yang dihasilkan oleh penulis, maka dapat ditarik saran sebagai berikut:
1. Laporan biaya produksi dan biaya operasional yang dihasilkan PT. Janur Kawanua Indonesia sebaiknya dipisahkan antara biaya variabel, biaya yang dapat dikendalikan, serta biaya-biaya yang tidak dapat dikendalikan. Hal ini memudahkan manajer pusat untuk melakukan penilaian prestasi/kinerja manajer masing-masing divisi.
2. Sebaiknya PT. Janur Kawanua Indonesia menetapkan penyusunan laporan pertanggung jawaban untuk setiap divisi atau bagian sesuai dengan konsep Segment Performance Report. Dimana divisi tepung kelapa dan divisi kopra sebagai pusat pertanggung jawab laba. Dengan ini Direktur Utama dapat menilai prestasi masing-masing divisi.
3. Dalam penilaian prestasi/kinerja manajer sebaiknya perusahaan melihat berdasarkan kontribusi divisi atau bagian, dimana masing-masing divisi biaya dibebankan biaya produksi dan biaya operasional yang dapat dikendalikan masing-masing divisi.
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Robert., Dearden, John. 2003. Sistem Pengendalian Manajemen. Terjemahan Edisi Kesepuluh. Erlangga. Jakarta.
Barbee, Fred. 2013. Princeples Of Accounting. University of Alaska System. Fairbanks Alaska. http:// www.google.com. faculty.cbpp.uaa.alaska.edu. 3 Oktober 2013.
Halim, Abdul., Tjahjono, Achmad., Husein, Fukri. 2009. Sistem Pengendalian Manajemen. Edisi revisi. UPP STIM YKPN. Yogyakarta.
Mulyadi, Arief. 2006. Manajemen Strategik : Perencanaan & Manajemen Kinerja. Prestasi Pustaka, Jakarta. Nizar, Nur, M., Syahrul, M. 2000. Kamus Akuntansi. Cetakan Pertama. Citra Harta Prima. Jakarta.
Samryn, L.M. 2012. Akuntansi Manajemen – Informasi Biaya Untuk Mengendalikan Aktivitas Operasi & Investasi. Kencana. Jakarta.
(14)
11 Sanger, Yussy. 2005. Penerapan Segment Performance Report Sebagai Alat Penilaian Prestasi Manajer Divisi Pada PT. Astra International Isuzu Manado. Skripsi (tidak dipublikasikan). Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Simamora, Henry. 2012. Akuntansi Manajemen. Edisi III. Star Gate Publisher. Riau.
Uli, Megah. 2009. Analisis Penerapan Akuntansi Pertanggung Jawaban Sebagai Alat Penilaian Kinerja Manajer Pusat Pendapatan Pada PT. Astra International cabang Sisingamangaraja. Skripsi (tidak dipublikasikan). Universitas Sam Ratulangi. Manado.
(15)
12
ANALISIS PENYAJIAN LAPORAN KEUANGAN PADA PT.MULTISARANA BAHTERAMANDIRI BERDASARKAN PSAK NO.1 DAN NO.2
Mizaco Ofayda Darmawan Agus Toni Poputra
Winston Pontoh
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado
email : micho.mizaco@gmail.com
ABSTRAK
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1 menyatakan bahwa laporan keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas. Perusahaan dengan menerapkan PSAK secara benar juga disertai pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Objek dalam penelitian ini adalah PT. Multisarana Bahteramandiri. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis penyajian laporan keuangan PT.Multisarana Bahteramandiri berdasarkan PSAK No.1 dan No.2. Metode penelitian yang digunakan adalah metode analisis deskriptif yaitu alat analisis yang membandingkan dua segi yang berbeda antara teori dan praktek yang perlu dipertemukan agar dapat diketahui perbedaannya, sejauh apa perbedaan tersebut. Hasil dari analisis data ini menunjukkan bahwa PT.Multisarana Bahteramandiri belum sepenuhnya menerapkan PSAK No.1 dan No.2 dalam penyajian laporan keuangan perusahaan. Karena perusahaan hanya menyajikan laporan posisi keuangan, laporan laba rugi, laporan arus kas, serta catatan khusus perusahaan. Perusahaan juga tidak mengungkapkan pernyataan mengenai kepatuhan terhadap Standar Akuntansi Keuangan pada catatan atas laporan keuangan.
Katakunci: laporan keuangan, pernyataan standar akuntansi keuangan (PSAK).
ABSTRACT
Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) number 1 and 2 states that financial statements should present fairly the financial position, financial performance, changes in equity and cash flow. Companies to implement SFAS correctly with the required disclosures in the Notes to the Financial Statements. Objects in this research is PT.Multisarana Bahteramandiri. The purpose of this study is to analyze the financial statement presentation PT.Multisarana Bahteramandiri under SFAS Number 1 and 2. The method used is descriptive analysis method is an analytical tool that compares two different aspects of theory and practice that need to be met in order to know the difference, as far as what the difference is. Results of the analysis of these data showed that PT.Multisarana Bahteraamandiri not fully implemented SFAS number 1 and 2 in the company's financial statement presentation. Because the company only present a statements of financial position, income statement, cash flow statement, as well as company-specific notes. The company also not disclose a statement of compliance with the Statement of Financial Accounting Standards (SFAS) number 1 and 2 in the notes to financial statements.
(16)
13
PENDAHULUAN Latar Belakang
Di dalam akuntansi keuangan dikenal adanya standar yang harus dipatuhi dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan. Standar tersebut diperlukan karena banyaknya pengguna laporan keuangan. Dengan perubahan standar akuntansi di Indonesia dari tahun 1994 sampai sekarang membuat banyak perubahan yang terjadi pada Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia dari tahun 1994-2012. Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah standar yang digunakan untuk pelaporan keuangan di Indonesia. PSAK digunakan sebagai pedoman akuntan untuk membuat laporan keuangan, maupun sebagai dasar untuk menyatakan kewajaran suatu laporan keuangan oleh auditor.
Laporan keuangan merupakan salah satu media utama yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk mengkomunikasikan informasi keuangannya kepada pihak luar. Laporan ini juga merekam peristiwa kejadian bisnis. Ikatan Akuntan Indonesia (2012:07) menyatakan laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka.
PSAK No.1 menyatakan bahwa Laporan Keuangan harus menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja keuangan, perubahan ekuitas, dan arus kas entitas secara wajar. Perusahaan dengan menerapkan PSAK secara benar, disertai pengungkapan yang diharuskan PSAK dalam Catatan Atas Laporan Keuangan. Pernyataan ini menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan bertujuan yang selanjutnya disebut ‘laporan
keuangan’ agar dapat dibandingkan laporan keuangan periode sebelumnya. Pernyataan ini mengatur persyaratan
bagi penyajian laporan keuangan, struktur laporan keuangan, dan persyaratan minimum isi laporan keuangan. Informasi lain tetap diungkapkan untuk menghasilkan penyajian yang wajar walaupun pengungkapan tersebut tidak diharuskan oleh PSAK.
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari proses pencatatan, penggabungan, pengikhtisaran semua transaksi yang di lakukan oleh perusahaan dengan seluruh pihak yang terkait dengan kegiatan usahanya dan peristiwa penting yang terjadi di dalam perusahaan. Laporan keuangan menyediakan informasi tentang posisi keuangan perusahaan. Laporan keuangan harus disajikan secara wajar, transparan, mudah dipahami dan dapat di perbandingkan dengan tahun sebelumnya ataupun antar perusahaan sejenis (Tanjung, 2013)
PT. Multisarana Bahteramandiri merupakan perusahaan yang memberikan pelayanan logistik untuk penanganan ekspor dan impor barang dalam negeri maupun luar negeri. Perusahaan ini dimiliki oleh seorang pengusaha Jepang yang memiliki hubungan bilateral dengan Indonesia. Dengan adanya hubungan tersebut, maka pembangunan industrial di Indonesia bisa semakin berkembang.
Melihat situasi demikian, maka penulis mencoba untuk melakukan studi kasus pada PT.Multisarana Bahteramandiri, guna mengetahui penyajian laporan keuangan perusahaan yang ditujukan kepada para pengguna atau pihak-pihak yang berkepentingan dalam laporan keuangan berdasarkan PSAK No.1 dan No.2.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang ingin di capai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan PSAK No.1 dan No.2 dalam penyajian laporan keuangan pada pelaporan keuangan di PT.Multisarana Bahteramandiri dan membandingkan tata cara penyusunan bentuk dan isi laporan keuangan PT.Multisarana Bahteramandiri dengan PSAK No. 1 dan No.2.
TINJAUAN PUSTAKA
Pengertian laporan keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia (2012:07) menyatakan bahwa Laporan Keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Laporan Keuangan juga menunjukan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sember daya yang dipercayakan kepada mereka. Kasmir (2011:7) menyatakan bahwa laporan keuangan adalah laporan yang menunjukan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode tertentu. Harahap (2010:201) menyatakan laporan keuangan merupakan output dan hasil proses akuntansi yang menjadi bahan informasi bagi para pemakainya sebagai salah satu bahan dalam proses pengambilan keputusan. Harrison (2011:2) menyatakan bahwa laporan keuangan adalah dokumen bisnis yang digunakan perusahaan untuk melaporkan hasil aktivitasnya kepada berbagai kelompok pemakai, yang dapat meliputi manajer, investor, kreditor dan agen regulator.
(17)
14
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK).
Juan
(2012:9) menyatakan bahwa Standar Akuntansi Keuangan (SAK) memuat Kerangka
Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) yang diadopsi dari
conceptual frameworkIASC. KDPPLK tersebut secara spesifik membahas:
1.
Tujuan Laporan Keuangan
Menurut KDPPLK, tujuan utama laporan keuangan adalah untuk menyediakan informasi yang
bermanfaat dalam pengambilan keputusan yang dilakukan oleh banyak pengguna.
2.
Karakteristik kualitatif yang menentukan informasi dalam laporan keuangan.
Agar laporan keuangan dapat menyediakan informasi yang berguna bagi pembuatan keputusan oleh banyak pengguna, KDPPLK mengharuskan informasi yang dimuat didalamnya agar memiliki empat karakteristik kulitatif, yaitu dapat dipahami, relevan, keandalan, dan dapat diperbandingkan.
3. Definisi, pengakuan, dan pengukuran unsur-unsur yang membentuk laporan keuangan.
Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan (KDPPLK) mengidentifikasi unsur-unsur, yakni sebagai berikut.
a
. AsetAset didefinisikan sebagai “sumber daya yang dikuasai oleh sebuah perusahaan sebagai hasil dari
peristiwa lampau dan diharapkan mengalirkan keuntungan di masa mendatang bagi perusahaan
tersebut.”
b. Liabilitas
Liabilitas didefinisikan sebagai “kewajiban yang dimiliki sebuah perusahaan dimasa kini sebagai
hasil dari peristiwa lampau, yang penyelesaiannya diharapkan dihasilkan dari aliran keluar sumber
daya yang merupakan keuntungan ekonomi dari perusahaan tersebut”.
c. Ekuitas
Ekuitas didefinisikan sebagai “laba sisa pada asset-aset sebuah perusahaan setelah dikurangi semua
liabilitasnya”. Dapat dilihat bahwa ekuitas tidak didefinisikan jenisnya. Ekuitas hanya diungkapkan berdasarkan rumus matematis: Aset-Liabilitas = Ekuitas.
d. Kinerja
Penghasilan netto (laba) seringkali digunakan sebagai ukuran kinerja. Definisi penghasilan (income) meliputi pendapatan (revenue) maupun keuntungan (gains). Pendapatan timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa dan dikenal dengan sebutan yang berbeda, seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, dividen, royalti dan sewa. Keuntungan mencerminkan pos lainnya, misalnya keuntungan atas penjualan aset tetap.
e. Beban
Definisi beban mencakup kerugian maupun beban yang timbul dalam pelaksanaan aktivitas perusahaan yang biasa.
4. Konsep modal dan pemeliharaan modal.
Konsep pemeliharaan modal amat penting bagi pengukuran laba. Menurut Hicks, seorang ekonom, laba adalah jumlah maksimum yang dapat dikonsumsi oleh sebuah perusahaan dalam suatu periode, namun kekayaan di akhir periode sama dengan di awal periode.
Penyajian Laporan Keuangan
Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indoneia (DSAK-IAI) mengeluarkan PSAK 1 Penyajian Laporan Keuangan (Revisi 2009) yang menggantikan PSAK 1 sebelumnya. PSAK 1 (Revisi 2009) berlaku efektif 1 Januari 2011 dan membawa banyak perubahan pada laporan keuangan perusahaan di Indonesia. Entitas menerapkan Pernyataan ini dalam penyusunan dan penyajian laporan keuangan bertujuan umum sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan (paragraf 2).
Ikatan Akuntan Indonesia (2012:01) menyatakan tujuan penerapan PSAK No.1 adalah untuk menetapkan dasar-dasar bagi penyajian laporan keuangan bertujuan umum yang selanjutnya disebut laporan keuangan agar dapat dibandingkan, baik dengan laporan keuangan periode sebelumnya maupun dengan laporan keuangan entitas lain. Secara khusus, Pernyataan ini mengatur :
1. Pertimbangan menyeluruh tentang penyajian laporan keuangan. 2. Panduan tentang struktur laporan keuangan.
(18)
15 Laporan keuangan disusun dan disajikan sekurang-kurangnya setahun sekali untuk memenuhi kebutuhan sejumlah besar pengguna. Beberapa diantara pengguna berhak untuk memperoleh informasi tambahan disamping yang tercakup dalam laporan keuangan. Namun demikian, banyak pengguna sangat bergantung pada laporan keuangan sebagai sumber utama informasi keuangan dan karena itu laporan keuangan tersebut seharusnya disusun dan disajikan dengan mempertimbangkan kebutuhan mereka.
Standar akuntansi berisikan pedoman penyusunan laporan keuangan. Standar akuntansi terdiri atas kerangka konseptual penyusunan laporan keuangan dan penyertaan standar akuntansi. Kerangka konseptual berisikan tujuan, komponen laporan, karakteristik kualitatif dan asumsi dalam penyusunan laporan keuangan. Sedangkan, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) berisikan pedoman untuk penyusunan laporan, pengaturan transaksi atau kejadian, dan komponen tertentu dalam laporan keuangan.
Jenis Laporan Keuangan
Tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan arus kas suatu entitas yang bermanfaat bagi beragam pengguna laporan dalam membuat keputusan ekonomi. Ikatan Akuntan Indonesia (2012:6), PSAK 1 mengatur bahwa Laporan Keuangan yang lengkap terdiri dari komponen-komponen yang meliputi sebagai berikut (paragraf 10) :
1. Laporan posisi keuangan pada akhir periode.
Prihadi (2011:24) menyatakan bahw a laporan posisi keuangan minimal mencakup penyajian jumlah pos-pos sebagai berikut.
a. Aset tetap b. Properti investasi c. Aset tidak berwujud d. Aset keuangan
e. Investasi dengan menggunakan metode ekuitas f. Persediaan
g. Piutang dagang dan piutang lainnya h. Kas dan setara kas
i. Total aset yang diklasifikasikan sebagai aset yang dimiliki untuk dijual dan aset yang termasuk dalam kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58. j. Utang dagang dan terutang lainnya
k. Kewajiban diestimasi l. Liabilitas keuangan
m. Liabilitas dan aset untuk pajak kini sebagaimana didefenisikan PSAK 46. n. Liabilitas dan aset pajak tangguhan, sebagaimana didefenisikan PSAK 46.
o. Liabilitas yang termasuk dalam kelompok yang dilepaskan yang diklasifikasikan sebagai yang dimiliki untuk dijual sesuai dengan PSAK 58.
p. Kepentingan non-pengendali, disajikan sebagai bagian dari ekuitas.
q. Modal saham dan cadangan yang dapat distribusikan kepada pemilik entitas induk.
2. Laba rugi komprehensif selama periode tertentu. Entitas menyajikan seluruh seluruh pos pendapatan dan beban yang diakui dalam suatu periode, dimana laporan laba rugi bentuk tunggal (terpisah) atau laporan laba rugi komprehensif sekurang-kurangnya mencakup penyajian jumlah pos-pos sebagai berikut.
a. Pendapatan b. Biaya keuangan
c. Bagian laba rugi dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas
d. Beban pajak
e. Suatu jumlah tunggal yang mencakup total dari laba rugi setelah pajak dari operasi yang dihentikan dan keuntungan atau kerugian setelah pajak yang diakui dengan pengukuran nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual atau dari pelepasan aset atau kelompok yang dilepaskan dalam rangka operasi yang dihentikan.
f. Laba rugi
g. Bagian pendapatan komprehensif lain dari entitas asosiasi dan joint ventures yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas.
h. Total laba rugi komprehensif
(19)
16 3. Laporan perubahan ekuitas selama periode Entitas menyajikan laporan perubahan ekuitas yang menunjukan
sebagai berikut.
a. Total laba rugi komperhensif selama suatu periode, yang menunjukan secara terpisah total jumlah yang dapat daitribusikan secara terpisah total jumlah yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk dan kepada kepentingan non-pengendali.
b. Untuk tiap komponen akuitas, pengaruh penerapan retrospektif atau penyajian kembali secara retrospektif atau penyajian kembali sesuai dengan PSAK No 25.
c. Untuk setiap komponen ekuitas,rekonsiliasi antara jumlah tercatat pada awal dan akhir periode, secara terpisah mengungkapkan masing-masing perubahan yang timbul dari laba rugi, masing-masing pos pendapatan komprehensif lain dan Transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik, yang menunjukan secara terpisah kontribusi dari pemilik dan distribusi kepada pemilik dan perubahan hak kepemilikan pada entitas anak yang tidak menyebabkan hilang pengendalian.
Entitas menyajikan, baik dalam laporan perubahan ekuitas atau dalam catatan atas laporan keuangan, jumlah dividen yang diakui sebagai distribusi kepada pemilik selama periode, dan nilai dividen per saham. Perubahan ekuitas entitas diantara awal dan akhir periode pelaporan mencerminkan naik turunnya aset neto entitas selama periode. Kecuali untuk perubahan yang timbul dari transaksi dengan pemilik dalam kapasitasnya sebagai pemilik (seperti kontribusi modal, akuisisi kembali instrumen ekuitas entitas dan dividen) dan biaya transaksi secara langsung berkaitan dengan transaksi tersebut, perubahan keseluruhan ekuitas selama periode yang menggambarkan jumlah total pendapatan dan beban (termasuk keuntungan dan kerugian) yang diakibatkan oleh aktivitas entitas selama periode tersebut.
4. Laporan arus kas selama periode informasi arus kas memberikan dasar bagi pengguna laporan keuangan untuk menilai kemampuan entitas dalam menghasilkan kas dan setara kas serta kebutuhan entitas dalam menggunakan arus kas tersebut.
5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Catatan atas laporan keuangan menyajikan :
a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi.
b. Mengungkapakan informasi yang disyaratkan SAK yang tidak disajikan di bagian manapun dalam laporan keuangan.
c. Memberikan informasi yang tidak disajikan dibagian manapun dalam laporan keuangan, tetapi informasi tersebut relevan untuk memahami laporan keuangan.
Sifat laporan keuangan
Ikatan Akuntan Indonesia (2012:14) menyatakan sifat dan keterbatasan laporan keuangan adalah sebagai berikut.
1. Laporan keuangan bersifat historis.
2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan di maksudkan untuk memenuhi kebutuhan pihak tertentu. 3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan berbagai pertimbangan. 4. Laporan keuangan bersifat konservatif dalam menghadapi ketidakpastian.
5. Laporan keuangan lebih menekankan pada makna ekonomis suatu peristiwa atau transaksi dari pada bentuk umumnya atau formalitas.
6. Laporan keuangan disusun dengan menggunakan istilah-istilah teknis dan diasumsikan memenuhi bahasa teknis akuntansi dan sifat dari informasi yang dilaporkan.
Karakteristik Umum
Imam (2013:22) menyatakan bahwa PSAK No.1 menetapkan karakteristik umum untuk penyajian laporan keuangan. Secara khusus, PSAK No.1 membahas aspek-aspek :
1. Penyajian secara wajar dan kepatuhan terhadap persyaratan Standar Akuntansi Keuangan 2. Kelangsungan usaha (going concern)
3. Dasar akrual akuntansi
4. Materialitas, agregasi, dan saling hapus (offsetting). 5. Frekuensi Pelaporan
6. Informasi Komparatif 7. Konsistensi Penyajian
(20)
17
Identifikasi laporan Keuangan dan Pengungkapan Kebijakan Akuntansi
PSAK 1 mensyaratkan bahwa laporan keuangan diidentifikasi dengan jelas dan dibedakan dari informasi lainnya dalam dokumen yang sama (paragraf 46). Disamping itu, PSAK 1 mensyaratkan informasi berikut disajikan dengan jelas dan diulangi bila diperlukan agar diperoleh pemahaman yang tepat tentang informasi yang disajikan (paragraf 48) :
1. Nama Entitas
2. Cakupan laporan keuangan, apakah mencakup satu entitas saja atau beberapa (kelompok) entitas. 3. Tanggal atau periode pelaporan yang dicakup oleh laporan keuangan
4. Mata uang pelaporan
5. Pembuatan angka yang digunakan dalam penyajian laporan keuangan.
Kebijakan akuntansi adalah serangkaian prinsip, dasar, konvensi, peraturan, dan praktik spesifik yang diterapkan oleh suatu entitas dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan.
Penelitian Terdahulu
Tabel 1. Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti/
Tahun
Judul Tujuan Metode
Penelitian Hasil Penelitian Persamaan Perbedaan
Tanjung (2013) Analisis Penerapan PSAK No.1 Tentang penyajian laporan keuangan pada PT.PLN (Persero) area Padang. Bertujuan untuk menganalisis penerapan PSAK No.1 dalam penyusunan laporan keuangan sebagai bentuk pelaporan keuangan di PT.PLN (Persero) Area Padang Metode analisis kualitatif Laporan keuangan PT. PLN (Persero) area Padang telah disajikan sesuai dengan ukuran-ukuran yang normatif untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas kepada pihak-pihak yang terkait, meskipun ada perkiraan-perkiraan akuntansi tertentu yang tidak sesuai dengan PSAK No. 1.
Penelitian ini dengan penelitian yang sedang dijalani oleh penulis memiliki persamaan pada variabel penelitian yaitu Pernyataan Standard Akuntansi Keuangan (PSAK) No.1. Perbedaanya terletak pada objek penelitian, objek penelitiannya pada PT. PLN (Persero) area Padang, sedangkan objek penelitian yang dijalani penulis adalah pada PT. Multisarana Bahteramandiri. Nurdita (2012) Analisis penerapan standar akuntansi keuangan entitas tanpa akuntanbil itas publik (SAK ETAP) pada Koperasi yang ada di Kota Dumai. Untuk mengetahui apakah koperasi yang ada di Kota Dumai telah menerapkan SAK ETAP secara menyeluruh dalam penyajian Laporan Keuangannya Metode Analisis kualitatif
Secara garis besar, pengurus koperasi yang ada di Kota Dumai telah menerapkan akuntansi sederhana dalam pelaporan pertanggungjawaban nya. Namun laporan keuangan yang mereka buat baik format dan bentuknya belum sesuai dengan SAK ETAP. Penelitian ini dengan penelitian yang sedang dijalani oleh penulis memiliki persamaan pada variabel penelitian yaitu penerapan standar akuntansi keuangan. Perbedaanya terletak pada objek penelitian, objek penelitian sebelumnya pada Koperasi yang ada di Kota Dumai sedangkan objek penelitian yang dijalani penulis adalah PT. Multisarana Bahteramandiri.
(21)
18 METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan jenis metode penelitian deskriptif kualitatif dan kuantitatif. Penelitian dilakukan pada kondisi yang alamiah langsung ke sumber data, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, dan data yang terkumpul berupa profil perusahaan hingga laporan keuanganpada PTMultisarana Bahteramandiri.
Tempat dan Waktu Penelitian
Penulis tertarik menulis objek penelitian pada PT.Multisarana Bahteramandiri Jakarta yang beralamat di Jl. Segara Makmur Kawasan Marunda Centre Jakarta Utara. Karena perusahaan ini berperan penting dalam membangun industrial yang ada di Indonesia khususnya daerah Jakarta dengan melayani pengantaran barang logistik dari luar negeri maupun dalam negeri, maka terlihat adanya hubungan bilateral Indonesia dengan perusahaan luar, sehingga mempunyai daya tarik penulis untuk membuat penelitian.
Prosedur Penelitian
Prosedur penelitian adalah sebagai berikut. 1. Mengajukan Permohonan Penelitian
Memasukan surat permohonan penelitian dengan persetujuan dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk melakukan penelitian pada objek yang akan dipakai dalam penyusunan skripsi, yaitu PT. Multisarana Bahteramandiri.
2. Disposisi Pimpinan
Tindakan atau lanjutan dari pihak perusahaan dalam hal ini pimpinan PT. Multisarana Bahteramandiri memberi perintah kepada bawahannya untuk membuat dan memberikan surat perintah yang menyatakan tentang izin persetujuan penelitian diperusahaan tersebut, bagian tempat saat pengambilan data dan siapa instruktur yang akan di jadikan sumber ketika peneliti akan mengambil data.
3. Pengumpulan Data
Pada tahap ini peneliti mulai mengumpulkan data pendukung penelitian yang akan digunakan dalam penyusunan skripsi, yaitu data mengenai profil perusahaan hingga laporan keuangan perusahaan.
4. Analisa Data Penelitian
Pada tahap ini, penulis melakukan analisa data yang akan dipakai sesuai dengan judul penelitian untuk melengkapi dan menentukan hasil penelitian.
5. Analisa Penerapan
Pada tahap ini, penulis mulai menganalisa dan mengolah data laporan keuangan perusahaan. 6. Kesimpulan dan Saran
Pada tahap ini semua data pendukung penelitian yang telah diperoleh dan kemudian diolah,dilakukan analisis penerapan PSAK No.1 dan No.2 pada penyajian laporan keuangan perusahaan.
Metode Pengumpulan Data
Jenis Data
Data adalah sekumpulan informasi yang diperlukan untuk pengambilan keputusan. Data diperoleh dengan mengukur nilai satu atau lebih variabel dalam sampel (atau populasi). Semua data, yang pada gilirannya merupakan variabel yang diukur dimana pada umumnya data dapat diklasifikan menjadi 2, yaitu sebagai berikut.
1. Data kuantitatif; data yang diukur dalam suatu skala numerik atau dalam angka. 2. Data kualitatif; data yang tidak dapat diukur dalam skala numerik atau dalam angka.
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dengan metode analisis deskriptif yaitu alat analisis yang membandingkan dua segi yang berbeda antara teori dan praktek perlu dipertemukan agar dapat diketahui perbedaannya, sejauh apa perbedaan tersebut. Untuk itu dilakukan analisis perbandingan Penyajian Laporan Keuangan PT.Multisaranaa Bahtermandiri dengan PSAK No.1 dan No.2..
Sumber Data
Sugiyono (2011:193) menjelaskan bahwa
sumber data dapat terbagi menjadi dua bagian, diantaranya adalah sebagai berikut :(1)
208 Metode Analisis Data
Menurut (Ervina, 2007:35) analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang lebih mudah dibaca dan diinterpretasikan. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Deskriptif. Dalam penelitian ini bertujuan untuk menghitung tingkat efektivitas berdasarkan data dan hasil penelitian yang didasarkan antara lain:
1. Dari segi penyelesaian pemeriksaan yang didasarkan pada pencapaian target dan realisasi atas jumlah Surat Perintah Pemeriksaan Pajak yang selesai setiap tahunnya dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut:
Realisasi penyelesaian
Efektivitas = x 100 % Target pemeriksaan + n
Dimana n = jumlah tunggakan pembayaran pajak yang terjadi dari pemeriksaan di tahun sebelumnya jika ada.
Realisasi atas Surat Perintah Pemeriksaan Pajak dimana, penyelesaian pemeriksaan dengan berdasarkan jumlah penerbitan SP2 Pajak.
2. Dari segi penerimaan atas hasil pemeriksaan yang didasarkan pada pencapaian target dan realisasi atas ketetapan pemeriksaan setiap tahunnya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Realisasi pemeriksaan
Efektivitas = x 100 %
Target pemeriksaan + n
Dimana n = jumlah tunggakan pembayaran pajak yang terjadi dari pemeriksaan di tahun sebelumnya jika ada.
Realisasi atas ketetapan pemeriksaan dimana, besarnya jumlah penerimaan atas hasil pemeriksaan, berdasarkan penerbitan SP2 Pajak.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Objek Penelitian
Sebelum modernisasi birokrasi di bidang perpajakan, Kantor Pelayanan Pajak Manado merupakan instansi vertikal Direktorat Jenderal Pajak Kanwil Sulbagut dan Sulbaguteng, yang bernaung di bawah Departemen Keuangan Republik Indonesia. Tugas dari Kantor Pelayanan Pajak Manado adalah melaksanakan sebagian dari tugas-tugas pokok Direktorat Jenderal Pajak, dalam mengelola penerimaan negara.
Pengelola yang berasal dari pajak-pajak negara ini, meliputi administrasi penerimaan, pajak negara, ekstensifikasi pajak dan penetapan, penagihan pajak negara serta masalah-masalah lain yang berkenan dengan permohonan keberatan dan restitusi pajak negara.
Kantor Pelayanan Pajak Manado berdiri pada pertengahan tahun 1959, yang merupakan pemecahan dari Kantor Pelayanan Pajak Makassar, dimana pada waktu itu menggunakan istilah Kantor Inspeksi Keuangan. Untuk daerah Sulawesi Utara, meliputi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah yang dalam perkembangan selanjutnya, pada tahun 1969 diubah menjadi Kantor Inspeksi Pajak, dengan wilayah kerja meliputi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah.
Dengan semakin berkembangnya potensi perekonomian Sulawesi pada umumnya dan Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah pada khususnya, pada tahun 1979, Kantor Inspeksi Pajak Manado oleh Kantor Pusat DJP dibagi menjadi dua, yaitu Kantor Inspeksi Pajak Manado dan Kantor Inspeksi Pajak Palu. Dengan terbaginya Kantor Inspeksi Pajak Manado menjadi dua wilayah kerja, maka dengan demikian terlihat jelas pembagian wilayah administrasinya. sedangkan Kantor Inspeksi Pajak Manado wilayah kerjanya berkurang.
Pada tahun 1989, pemerintah menetapkan penggantian nama Kantor Inspeksi Pajak menjadi Kantor Pelayanan Pajak. Dengan demikian berubah pula nama Kantor Inspeksi Pajak Manado, menjadi Kantor Pelayanan Pajak Manado. Kemudian dengan adanya pertumbuhan ekonomi dan meningkatnya jumlah Wajib Pajak yang potensial, di wilayah Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah, maka pada tahun 1989, Kantor Pelayanan Pajak Manado oleh Kantor Pusat dibagi menjadi tiga wilayah kerja yaitu, Kantor Pelayanan Pajak Manado, Kantor Pelayanan Pajak Gorontalo, dan Kantor Pelayanan Pajak Luwuk. Dengan demikian berkurang
(2)
209 pula wilayah administrasi dan wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak Manado. Sejak adanya modernisasi birokrasi di bidang perpajakan, Kantor Pelayanan Pajak Manado diubah namanya menjadi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado, yang berada di bawah Kantor Wilayah DJP Sulawesi Utara, Tengah, Gorontalo, dan Maluku Utara.
Kantor Pelayanan Pajak Pratama Manado, diresmikan oleh Menteri Keuangan Republik Indonesia yakni, Sri Mulyani Indrawati, pada bulan November 2008 di Bukit Tinggi bersamaan dengan KPP Pratama di Lingkungan Kanwil DJP Suluttenggo & Malut, Kanwil DJP Nusa Tenggara, dan Kanwil DJP Papua & Maluku. Saat mulai beroperasinya KPP Pratama Manado adalah pada tanggal 1 Desember 2008.
Hasil Penelitian
Target dan Realisasi Surat Perintah Pemeriksaan Pajak
Pada Tabel 4.1 ditampilkan target dan realisasi surat perintah pemeriksaan pajak KPP Pratama Manado. Tabel 4.1
Data Penyelesaian SP2 Pajak PPh Orang Pribadi KPP Pratama Manado Tahun 2010-2012
Tahun Target (SP2) Realisasi (SP2)
2010 21 21
2011 39 39
2012 4 4
Sumber: KPP Pratama Manado (diolah)
Dari Tabel 4.1 berdasarkan jumlah penerbitan SP2 Pajak kepada wajib pajak yang selesai diperiksa, dapat dilihat terdapat kenaikan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) pajak yang diterbitkan KPP Pratama Manado dari tahun 2010 ke tahun 2011, namun terdapat penurunan penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) pajak pada tahun 2012, karna pada tahun sebelumnya penerbitan SP2 Pajak dilaksanakan oleh bagian fungsional namun pada tahun 2012 penerbitan SP2 Pajak dilaksanakan oleh bagian satgas KPP Pratama Manado .
Data Realisasi Jumlah Penerimaan Yang Didasarkan Pada Pencapaian Target dalam penerbitan SP2 Pajak
Pada tabel 4.2 ditampilkan data berdasarkan realisasi jumlah penerimaan atas hasil pemeriksaan yang didasarkan pada pencapaian target atas surat perintah pemeriksaan pajak KPP Pratama Manado.
Tabel 4.2
Data Realisasi Jumlah Penerimaan Yang Didasarkan Pada Pencapaian Target PPh Orang Pribadi KPP Pratama Manado Tahun 2010-2012
Tahun Target (Rp) Realisasi (Rp)
2010 401.500.000 408.851.215
2011 441.900.000 457.228.400
2012 190.250.000 215.100.869
Sumber: KPP Pratama Manado (diolah)
Dari Table 4.2 berdasarkan realisasi jumlah penerimaan atas hasil pemeriksaan yang didasarkan pada pencapaian target atas Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) Pajak, yang diselesaikan pada tahun 2010 sampai 2012 dapat dilihat bahwa, tahun 2010 sampai 2012 dari hasil penerimaan mampu mencapai target yang telah ditetapkan. Pada tahun 2011 berdasarkan jumlah penerimaan pemeriksaan yang dilakukan ditahun sebelumnya, KPP Pratama Manado sudah dapat menaikan penerimaan dari hasil pemeriksaan pajak dan Pada tahun 2012 terjadi penurunan penerimaan dari hasil pemeriksaan, karna berkurangnya penerbitan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) pajak, namun pada tahun 2012 jumlah penerimaan mampu mencapai target yang telah ditetapka.
(3)
210 Perhitungan Efektivitas Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak
Efektivitas pelaksanaan pemeriksaan dari segi waktu penyelesaian dengan berdasarkan penerbitan ditambah saldo tunggakan jika ada, dan realisasi atas Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) Pajak.
Penghitungan Efektivitas Pelaksanaan Pemeriksaan Pajak Berdasarkan Target dan Realisasi SP2 Pajak Penghitungan Tingkat Efektivitas dari tahun 2010-2012 adalah sebagai berikut :
a) Tahun 2010
21
Efektivitas = x 100 % = 100% 21
b) Tahun 2011
39
Efektivitas = x 100 % = 100% 39
c) Tahun 2012
4
Efektivitas = x 100 % = 100% 4
Dari hasil penghitungan diatas dapat diketahui bahwa tingkat efektivitas yang dicapai berdasarkan penerbitan dan realisasi atas SP2 Pajak sebagai berikut:
a. Pada tahun 2010 yang dicapai adalah sebesar 100% maka tingkat efektivitas yang di capai termasuk dalam kriteria efektif.
b. Pada tahun 2011 yang dicapai adalah sebesar 100% maka tingkat efektivitas yang di capai termasuk dalam kriteria efektif.
c. Pada tahun 2012 yang dicapai adalah sebesar 100% maka tingkat efektivitas yang di capai termasuk dalam kriteria efektif.
Penghitungan Efektivitas Berdasarkan Realisasi Jumlah Penerimaan Yang Didasarkan Pada Pencapaian Target
Penghitungan efektivitas Pelaksanaan dari segi penerimaan atas hasil pemeriksaan adalah sebagai berikut : a) Tahun 2010
408.851.215
Efektivitas = x 100 % = 101,8% 401.500.000
b) Tahun 2011
457.228.400
Efektivitas = x 100 % = 103,4% 441.900.000
c) Tahun 2012
215.100.869
Efektivitas = x 100 % = 113,1% 190.250.000
Dari hasil penghitungan dapat diketahui bahwa tingkat efektivitas yang dicapai berdasarkan targetdan realisasi dari penerimaan atas hasil pemeriksaan sebagai berikut :
a) Pada tahun 2010 yang dicapai adalah sebesar 101,8% maka tingkat efektivitas yang dicapai termasuk dalam kriteria sangat efektif.
b) Pada tahun 2011 yang dicapai adalah sebesar 103,4% maka tingkat efektivitas yang dicapai termasuk dalam kriteria sangat efektif.
c) Pada tahun 2012 yang dicapai adalah sebesar 113,1% maka tingkat efaktivitas yang dicapai termasuk dalam criteria sangat efektif.
(4)
211 Pembahasan
Efektivitas Penyelesaian SP2 Pajak PPh Orang Pribadi KPP Pratama Manado Tahun 2010-2012
Pada Tabel 4.3 ditampilkan efektivitas penyelesaian SP2 Pajak PPh Orang Pribadi KPP Pratama Manado.
Tabel 4.3
Efektivitas Penyelesaian SP2 PPh Orang Pribadi KPP Pratama Manado Tahun 2010-2012
Tahun Presentase (%) Kriteria
2010 100% Efektif
2011 100% Efektif
2012 100% Efektif
Sumber: (diolah)
Dari hasil penghitungan diatas dari tahun 2010-2012 mempunyai tingkat efektivitas yang sama yaitu sebesar 100%, karena KPP Pratama Manado selalu bisa menyelesaikan Surat Perintah Pemeriksaan (SP2) Pajak, dalam jangka waktu yang telah ditentukan yaitu satu tahun, makanya tidak ada penumpukan SP2 Pajak tahun sebelumnya yang harus diakumulasikan pada tahun berikutnya. Selain itu Wajib Pajak kooperatif dalam melaksanakan pemeriksaan pajak sehingga tidak ada kesulitan yang terlalu mengkhawatirkan pemeriksa. Itu berarti kinerja dari KPP Pratama Manado sudah baik karena bisa memenuhi target yang telah ditentukan, dan sebaiknya KPP Pratama Manado bisa mempertahankan hal tersebut.
Wajib Pajak kooperatif yaitu WP memiliki pengetahuan yang cukup mengenai pajak dan tingkat kepatuhan yang relatif tinggi dengan selalu membayar pajak secara tepat waktu serta dalam pelaksanaan pemeriksaan pajak tidak mempersulit fiskus seperti tidak menolak untuk menunjukkan dokumen/buku/catatan yang diperlukan oleh pemerikasa, memberikan kesempatan pemeriksa untuk masuk kedalam ruangan yang dianggap penting oleh pemeriksa guna memperlancar pemeriksaan, dan memberikan keterangan secara jelas baik secara lisan maaupun tertulis kepada pemeriksa.
Efektivitas Realisasi Jumlah Penerimaan Yang Didasarkan Pada Pencapaian Target Berdasarkan SP2 Pajak
Pada tabel 4.4 ditampilkan efektivitas realisasi jumlah penerimaan yang didasarkan pada pencapaian target berdasarkan SP2 Pajak PPh orang pribadi KPP Pratama Manado.
Tabel 4.4
Efektivitas Realisasi Jumlah Penerimaan Yang Didasarkan Pada Pencapaian Target Berdasarkan SP2 Pajak PPh Orang Pribadi KPP Pratama Manado Tahun 2010-2012
Tahun Presentase (%) kriteria
2010 101,8% Sangat Efektif
2011 103,4% Sangat Efektif
2012 113,1% Sangat Efektif
Sumber: (diolah)
Dimana terjadi kenaikan pada tahun 2010 (101,8%), 2011 (103,4%) dan 2012 (113,1%) maka tingkat efektivitas yang dimiliki termasuk dalam kriteria sangat efektif. Karena adanya kerjasama yang baik antara petugas pemeriksa dengan Wajib Pajak, baik yang mempunyai penghasilan besar, menengah, dan kecil. Mereka memiliki tingkat kesadaran dan kepatuhan yang relatif tinggi mengenai kewajiban perpajakannya. Padahal fokus utama dari pemeriksaan adalah Wajib Pajak yang tidak patuh dan yang melakukan penghindaran/ penggelapan pajak yang cukup tinggi, yang sebagian besar adalah WP besar dan menengah.
Berarti pihak KPP Pratama Manado sudah cukup berhasil melakukan pendekatan dengan metode personal persuasive terhadap WP menengah dan kecil untuk kooperatif terhadap pelaksanaan pemeriksaan pajak. Yang dimaksud dengan metode personal persuasif adalah dengan melakukan pemantauan ke lapangan dengan melakukan kunjungan langsung ke tempat usaha atau ketempat tinggal WP untuk melihat kondisi yang sebenarnya terjadi.
Maka bisa dikatakan bahwa kedua indikator yang digunakan dalam pengukuran tersebut mempunyai keterkaitan yang melengkapi antara indikator satu dengan indikator yang lainnya. Indikator yang pertama
(5)
212 merupakan penentu atas standar prestasi setiap pemeriksa pajak di KPP Pratama Manado yang telah ditetapkan oleh pusat Direktorat Jenderal Pajak. Sehingga, penghitungan efektivitas pelaksanaan pemeriksaan tidak dapat ditentukan hanya dengan menggunakan satu indikator saja tanpa melihat indikator lainnya.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Dengan berdasarkan uraian dari hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
Hasil penghitungan Efektivitas pelaksanaan pemeriksaan pajak penghasilan khususnya PPh orang pribadi dan realisasi surat Perintah Pemeriksaan (SP2) Pajak di KPP Pratama Manado, dari segi penyelesaian yang dihitung berdasarkan pada penerbitan dan realisasi (SP2) Pajak yang selesai, dimana tahun 2010-2012 mempunyai tingkat efektivitas yang sama yaitu termasuk dalam kriteria efektif dengan presentase 100 % dan Hasil penghitungan efektivitas dari segi penyelesaian penerimaan atas hasil pemeriksaan yang dihitung berdasarkan target dan realisasi SP2 Pajak, dimana mempunyai tingkat Efektivitas pada tahun 2010 (101,8 %), tahun 2011 (103,4%), dan tahun 2012 (113,1%) yang semuanya termasuk dalam kriteria sangat efektif. Atas koordinasi yang baik antara pemeriksa dan wajib pajak pada saat dilakukannya pemeriksaan pajak sehingga tidak ada kesulitan yang terlalu mengkhawatirkan petugas pemeriksa. Itu berarti bahwa kinerja dari KPP Pratama Manado sudah sangat baik karena dapat memenuhi target yang telah ditentukan, dan sebaiknya KPP Pratama Manado dapat terus mempertahankannya.
Saran
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, ada beberapa saran yang dapat diberikan oleh penulis untuk KPP Pratama Manado agar supaya bisa digunakan untuk meningkatkan penerimaan pajak atas hasil pelaksanaan pemeriksaan, yaitu :
1) Melaksanakan penyuluhan kepada masyarakat dengan pihak-pihak yang terkait mengenai informasi tentang perpajakan terbaru, sehingga dapat diharapkan pengertian dan kesadaran masyarakat tentang pajak semakin meningkat.
2) Meningkatkan kualitas dan kuantitas dari sumber daya manusia seperti pemeriksa pajak dengan memberikan kompensasi dan intensif yang mencukupi agar supaya kinerja pemeriksa dalam melaksanakan pemeriksaan bisa lebih optimal.
3) Transparansi dalam proses pelaksanaan tugas dan penggunaan hasil penerimaan pajak sehingga dapat diharapkan antusias yang baik dari masyarakat dalam membayarkan pajak.
(6)
213 DAFTAR PUSTAKA
Ervina, 2007. Efektivitas pelaksanaan pemeriksaan dalam rangka meningkatkan penerimaan Negara dari sector pajak.
Horngren, C.T, Harrison, Jr. (2007), Accounting, Pearson Prentice Hall, New Jarsey
Kuncoro, mudrajat. 2009. Metode Riset Untuk Bisnis dan Ekonomi. Bagaimana Menelitih dan Menulis Tesis? Edisi 3. Penerbit Erlangga. Jakarta
Mardiasmo, Perpajakan. Edisi/Revisi 2009, Andi Yogyakarta
Keputusan Menteri Keuangan Nomor KMK 545/KMK.04/2000. Tentang Tata Cara
Pemeriksaan Pajak
Undang-undang Nomor 16 Tahun 2009. Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
Waluyo,
Akuntansi Pajak
. Edisi 2. 2009. Salemba Empat.
Waluyo, Perpajakan Indonesia. Edisi 10/2011 Salemba Empat.
Wirawan & Richard, Hukum Pajak, Edisi 5/ Revisi 2010. Salemba Empat. Sugiyono, 2011. “Metode Penelitian Dan Bisnis”, Alfabeta. Bandung