Nirma Shofia Nisa, 2013 Kemandirian Perilaku Remaja Di SLB Permata Cianjur
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Remaja merupakan individu yang sedang mengalami perkembangan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja berada diantara anak-anak
dan dewasa, oleh sebab itu masa remaja sering disebut sebagai masa transisi dan masa mencari jati diri, karena pada saat itu remaja individu mulai
mengenal diri sendiri dan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri maupun lingkungan sekitar.
Masa remaja adalah masa peralihan dari masa pubertas menuju masa dewasa awal, dimana dibutuhkan usaha yang keras dalam menyesuaikan
terhadap lingkungan dengan kondisi yang lebih baru dan lebih matang. Dalam masa ini tidak bisa dihindarkan bahwa tingkah laku sebagian remaja
mengalami ketidaktentuan saat mereka mencari kedudukan dan identitas. Remaja bukan lagi anak-anak tetapi belum juga menjadi orang dewasa, dan
cenderung bersifat lebih sensitif karena peran yang belum tegas. Remaja adalah individu yang sedang mengalami serangkaian tugas perkembangan
yang khusus. Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa
ini seseorang mengalami banyak perubahan pada psikis dan sosial emosi, yang dapat menimbulkan kebingungan di kalangan remaja, mereka
mengalami penuh gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga mudah menyimpang dari aturan dan norma sosial yang berlaku di masyarakat. Pada
beberapa remaja yang telah memiliki bekal pengetahuan dan pemahaman mengenai semua perubahan tersebut akan menganggap bahwa perubahan
yang terjadi adalah hal yang biasa atau wajar, tetapi bagi remaja yang tidak memperoleh informasi sejak awal akan menimbulkan rasa cemas, takut,
malu, dan kebingungan. Keterbatasan para remaja tunarungu untuk berkomunikasi menyebabkan
mereka sulit untuk mencapai aspek-aspek tersebut. Dalam perkembangan sosial remaja tunarungu, umumnya mengalami hambatan komunikasi dan
juga hambatan belajar tentang hal-hal yang berkaitan dengan intelektual,
Nirma Shofia Nisa, 2013 Kemandirian Perilaku Remaja Di SLB Permata Cianjur
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
kurang mandiri dalam pegambilan keputusan, kepercayaan diri, sangat egosentris termasuk sukar menyesuaikan diri karena komunikasi
umumnya hanya dapat dilakukan dengan diri sendiri, menjadi penuntut dan bersikap acting-out melebih-lebihkan.
Memasuki masa remaja, bagi seorang tunarungu merupakan masa yang sulit karena mereka kurang mampu berkomunikasi menyatakan pikiran,
perasaan, ide dan berinteraksi yang penting bagi fungsi sosial. Keterbatasan dalam berkomunikasi sebagai adanya gangguan pendengaran sering
menimbulkan kesulitan sosial dan perilaku. Remaja tunarungu sulit memahami makna dari setiap perilaku yang orang lain lakukan dan perilaku
yang mereka sendiri lakukan. Tidak mudah bagi remaja dalam pencarian kemandirian, sebab usaha
untuk memutuskan ikatan infantil yang telah berkembang dan dinikmati dengan penuh rasa nyaman selama masa kanak-kanak seringkali
menimbulkan reaksi yang sulit dipahami misunderstood bagi keduabelah pihak, yaitu remaja dan orangtua Rice, 1996. Remaja sering tidak mampu
memutuskan simpul-simpul ikatan emosional kanak-kanaknya dengan orang tua secara logis dan objektif. Dalam usaha itu mereka kadang-kadang harus
menentang, berdebat, berbeda pendapat, dan mengkritik dengan pedas sikap-sikap orang tua Thornburg, 1982. Meskipun tugas ini sulit bagi
kedua belah pihak, namun orang tua perlu menyadari bahwa pencapaian kebebasan itu merupakan proses perkembangan yang sungguh normal Rice,
1996; Lerner dan Spanier, 1980. Aprilia 2010 Misalnya
perilaku kemandirian
terkadang ditafsirkan
sebagai pemberontakan rebellion karena pada kenyataannya remaja yang memulai
mengembangkan kemandirian seringkali diawali dengan memunculkan perilaku yang tidak sesuai dengan aturan keluarga Steinberg, 1993:286.
Akibatnya orang tua kurang toleran terhadap proses perolehan kemandirian yang dilakukan remaja. Tetapi dalam situasi lain orang tua ternyata
menginginkan remaja memiliki kemandirian, bahkan mereka berharap saat dewasa nanti tidak lagi bergantung kepada orang tua. Inferensi dari salah
satu fenomena perkembangan kemandirian ini adalah bahwa tidak sedikit orang tua yang belum memahami kemandirian.
Nirma Shofia Nisa, 2013 Kemandirian Perilaku Remaja Di SLB Permata Cianjur
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
Menurut Steinberg dalam Lewis, 2009 dalam kutipan Aprilia:2010, kemandirian itu apa yang dipikirkan, apa yang dirasakan, dan keputusan
yang dibuat adalah lebih berdasarkan pada diri sendiri daripada mengikuti apa yang orang lain percayai.
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Steinberg dalam Newman, 2006 bahwa kemandirian itu adalah kemampuan untuk mengatur perilaku
sendiri, memilih dan memutuskan keputusan sendiri serta mampu melakukannya tanpa terlalu tergantung pada orang lain. Menurut beberapa
ahli, kemandirian menunjuk pada kemampuan psikososial yang mencakup kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung kepada orang lain, tidak
terpengaruh lingkungan, dan bebas mengatur kebutuhan sendiri Lerner, 1976, penampilan keputusan pribadi yang didasari pengetahuan lengkap
tentang konsekuensi berbagai tindakan serta keberanian menerima konsekuensi dari tindakannya tersebut Lamb, 1996, kebebasan untuk
mengambil inisiatif, mengatasi hambatan, melakukan sesuatu dengan tepat, gigih dalam usaha, dan melakukan sendiri segala sesuatu tanpa bantuan
orang lain Watson dan Lindgren, 1973, aktivitas perilaku yang terarah pada diri sendiri, tidak mengharapkan pengarahan dari orang lain, dan
mencoba memecahkan atau menyelesaikan masalah sendiri tanpa minta bantuan kepada orang lain, dan mampu mengatur diri sendiri Bathia, 1977.
Steinberg, 1993: 296 menyatakan bahwa para peneliti melihat ada tiga domain kemandirian perilaku pada remaja, yaitu:
1. Changes in feelings of self-reliance yaitu perubahan dalam rasa percaya
diri. 2.
changes in compormity andsusceptibility to the influence of other yaitu perubahan remaja dalam penyesuaian dan kerentanan terhadap
pengaruh-pengaruh dari luar. 3.
changes in decision-making abilities yaitu perubahan dalam kemampuan untuk mengambil keputusan..
Berdasarkan hasil penelitian Aprilia 2010, yang mengatakan bahwa Kemandirian adalah kemampuan untuk menguasai, mengatur, atau mengelola
diri sendiri. Remaja yang memiliki kemandirian ditandai oleh kemampuannya untuk tidak tergantung secara emosional terhadap orang lain terutama orang
tua, mampu mengambil keputusan secara mandiri dan konsekuen terhadap
Nirma Shofia Nisa, 2013 Kemandirian Perilaku Remaja Di SLB Permata Cianjur
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
keputusan tersebut, serta kemampuan menggunakan memiliki seperangkat prinsip tentang benar dan salah serta penting dan tidak penting.
Untuk menjadi individu yang mandiri tidaklah muncul begitu saja secara mendadak atau terjadi dalam tempo yang singkat, tetapi harus dimulai dengan
latihan kemandirian sejak kecil dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Adanya perubahan-perubahan yang terjadi atau interaksi
diantara berbagai variabel-variabel di atas merupakan refleksi dan kondisi progresif yang terjadi selama masa remaja dalam menuju perkembangan
kemandirian. Seperti yang dikemukakan Smart dan Smart 1978 bahwa “kemandirian dapat dilihat sejak individu masih kecil dan akan terus
berkembang sehingga akhirnya menjadi sifat yang relatif menetap pada masa remaja.
Pada kenyataannya permasalahan yang dihadapi remaja tunarungu untuk mencapai kemandirian tersebut cukup kompleks. Hal tersebut dapat dilihat
pada siswa tunarungu di SLB Permata Cianjur yang menginjak masa remaja, yaitu diantaranya kurangnya rasa percaya diri, kurangnya menunjukkan
keberanian saat diberikan pertanyaan serta sulitnya beradaptasi dengan lingkungan yang baik, maupun sulit menentukan pada siapa dia meminta
saran, mereka lebih mudah meniru hal-hal yang negatif dibandingkan hal yang positif ketika bergaul di lingkungan masyarakat.
Penanggulangan masalah-masalah dalam pembentukan kemandirian remaja tunarungu dapat dibantu oleh pihak sekolah dan orang tua. Sekolah
merupakan suatu lembaga formal yang menyelenggarakan pendidikan dalam tujuannya tidak hanya menciptakan individu memiliki ilmu pengetahuan dan
keterampilan saja tetapi sekolah juga berfungsi sebagai tempat untuk mengembangkan dan membentuk kepribadian individu. Dalam kegiatan di
sekolah siswa harus memiliki pemahaman terhadap nilai dan sikap dalam pengembangan potensi dan kepribadian dirinya. Orang tua juga sebagai orang
yang memiliki frekuensi waktu yang banyak dengan anak, sehingga mampu membantu anak dalam mengembangkan perilaku kemandiriannya agar
menjadi remaja yang baik
Nirma Shofia Nisa, 2013 Kemandirian Perilaku Remaja Di SLB Permata Cianjur
Universitas Pendidikan Indonesia |
repository.upi.edu |
perpustakaan.upi.edu
B. Rumusan Masalah