KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA TUNARUNGU DI SLB PERMATA CIANJUR.

(1)

KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA

DI SLB PERMATA CIANJUR

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Prodi

Pendidikan Khusus

Oleh:

NIRMA SHOFIA NISA

0802736

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

LEMBAR PENGESAHAN

NIRMA SHOFIA NISA NIM. 0802736

KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA TUNARUNGU DI SLB PERMATA CIANJUR

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING: Pembimbing 1

Dr. Imas Diana Aprilia, M.Pd. NIP. 197004171994022001

Pembimbing II

Dra. Hj. Neni Meiyani, M. Pd NIP.1980114198032002

Mengetahui

Ketua Jurusan Pendidikan Khusus Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Sunaryo, M.Pd


(3)

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul

“KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA TUNARUNGU DI SLB PERMATA CIANJUR” ini beserta seluruh isinya adalah benar-benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku (dalam masyarakat keilmuan).

Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko/ sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya sendiri.

Bandung, Februari 2013 Yang membuat pernyataan


(4)

ABSTRAK

KEMANDIRIAN PERILAKU REMAJA TUNARUNGU DI SLB PERMATA CIANJUR

Nirma Shofia Nisa (0802736)

Keterbatasan dalam berkomunikasi sebagai adanya gangguan pendengaran sering menimbulkan kesulitan sosial dan perilaku. Remaja tunarungu sulit memahami makna dari setiap perilaku yang orang lain lakukan dan perilaku yang mereka sendiri lakukan. Tidak mudah bagi remaja tunarungu dalam pencarian kemandirian. Kemandirian itu adalah kemampuan untuk mengatur perilaku sendiri, memilih dan memutuskan keputusan sendiri serta mampu melakukannya tanpa terlalu tergantung pada orang lain. Permasalahan yang dihadapi remaja tunarungu untuk mencapai kemandirian tersebut cukup kompleks, diantaranya kurangnya rasa percaya diri, kurangnya menunjukkan keberanian saat diberikan pertanyaan serta sulitnya beradaptasi dengan lingkungan yang baik, maupun sulit menentukan pada siapa dia meminta saran, mereka lebih mudah meniru hal-hal yang negatif dibandingkan hal yang positif ketika bergaul di lingkungan masyarakat. Penelitian ini dilakukan di SLB permata Cianjur, dengan tigabelas subyek penelitian yaitu enam remaja tunarungu, enam orang tua remaja tunarungu, dan satu guru kelas. Metode penelitian yang digunakan yang digunakan adalah kualitatif deskrptif. Pengumpulan data menggunakan catatan awal, pencatatan lengkap, penambahan data sepanjang waktu. Data yang diperoleh dianalisis dengan data reduction, data display, conclusion drawing. Untuk keabsahan data menggunakan teknik triangulasi data. Berdasarkan temuan hasil penelitian, dketahui bahwa dari ketiga aspek kemandirian perilaku, aspek pengambilan keputusan yang paling tidak dikuasai dibandingkan dengan aspek kepercayaan diri dan penyesuaian diri/ pengaruh dari luar.


(5)

DAFTAR ISI

ABSRAK………. i

KATA PENGANTAR……… ii

UCAPAN TERIMAKASIH……….. iii

DAFTAR ISI……….. vi

DAFTAR TABEL………. vii

DAFTAR GAMBAR……… viii

BAB I PENDAHULUAN………... 1

A. Latar Belakang………... 1

B. Rumusan Masalah……….. 5

C. Tujuan Penelitia………. 5

D. Manfaat Penilitian……….. 6

E. Struktur Organisasi……… 7

BAB II KAJIAN TEORI………. 8

A. Konsep Dasar Tunarungu………. 8

B. Konsep Kemandirian Perilaku………. 16

C. Remaja………. 33

BAB III METODE PENILITIAN……….. 38

A. Metode Penelitian……… 38

B. Lokasi Penelitian………. 38

C. Subyek Penelitian……… 38

D. Prosedur Penelitian……….. 39

E. Instrumen………. 40

F. Teknik Pengumpulan Data……….. 43

G. Analisi Data………. 44

H. Keabsahan Data………... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN……….. 47

A. Perilaku Percaya Diri……….. 47

B. Perilaku Pengambilan Keputusan……… 49


(6)

D. Faktor Hambatan……… 53

E. Upaya guru………. 54

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI………. 60

A. Kesimpulan………. 60

B. Rekomendasi……….. 61

DAFTAR PUSTAKA……… 63 LAMPIRAN


(7)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Remaja merupakan individu yang sedang mengalami perkembangan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa. Remaja berada diantara anak-anak dan dewasa, oleh sebab itu masa remaja sering disebut sebagai masa transisi dan masa mencari jati diri, karena pada saat itu remaja individu mulai mengenal diri sendiri dan perubahan-perubahan yang terjadi pada diri maupun lingkungan sekitar.

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa pubertas menuju masa dewasa awal, dimana dibutuhkan usaha yang keras dalam menyesuaikan terhadap lingkungan dengan kondisi yang lebih baru dan lebih matang. Dalam masa ini tidak bisa dihindarkan bahwa tingkah laku sebagian remaja mengalami ketidaktentuan saat mereka mencari kedudukan dan identitas. Remaja bukan lagi anak-anak tetapi belum juga menjadi orang dewasa, dan cenderung bersifat lebih sensitif karena peran yang belum tegas. Remaja adalah individu yang sedang mengalami serangkaian tugas perkembangan yang khusus.

Masa remaja termasuk masa yang sangat menentukan karena pada masa ini seseorang mengalami banyak perubahan pada psikis dan sosial emosi, yang dapat menimbulkan kebingungan di kalangan remaja, mereka mengalami penuh gejolak emosi dan tekanan jiwa sehingga mudah menyimpang dari aturan dan norma sosial yang berlaku di masyarakat. Pada beberapa remaja yang telah memiliki bekal pengetahuan dan pemahaman mengenai semua perubahan tersebut akan menganggap bahwa perubahan yang terjadi adalah hal yang biasa atau wajar, tetapi bagi remaja yang tidak memperoleh informasi sejak awal akan menimbulkan rasa cemas, takut, malu, dan kebingungan.

Keterbatasan para remaja tunarungu untuk berkomunikasi menyebabkan mereka sulit untuk mencapai aspek-aspek tersebut. Dalam perkembangan sosial remaja tunarungu, umumnya mengalami hambatan komunikasi dan juga hambatan belajar tentang hal-hal yang berkaitan dengan intelektual,


(8)

kurang mandiri dalam pegambilan keputusan, kepercayaan diri, sangat egosentris (termasuk sukar menyesuaikan diri) karena komunikasi umumnya hanya dapat dilakukan dengan diri sendiri, menjadi penuntut dan bersikap acting-out (melebih-lebihkan).

Memasuki masa remaja, bagi seorang tunarungu merupakan masa yang sulit karena mereka kurang mampu berkomunikasi (menyatakan pikiran, perasaan, ide) dan berinteraksi yang penting bagi fungsi sosial. Keterbatasan dalam berkomunikasi sebagai adanya gangguan pendengaran sering menimbulkan kesulitan sosial dan perilaku. Remaja tunarungu sulit memahami makna dari setiap perilaku yang orang lain lakukan dan perilaku yang mereka sendiri lakukan.

Tidak mudah bagi remaja dalam pencarian kemandirian, sebab usaha untuk memutuskan ikatan infantil yang telah berkembang dan dinikmati dengan penuh rasa nyaman selama masa kanak-kanak seringkali menimbulkan reaksi yang sulit dipahami (misunderstood) bagi keduabelah pihak, yaitu remaja dan orangtua (Rice, 1996). Remaja sering tidak mampu memutuskan simpul-simpul ikatan emosional kanak-kanaknya dengan orang tua secara logis dan objektif. Dalam usaha itu mereka kadang-kadang harus menentang, berdebat, berbeda pendapat, dan mengkritik dengan pedas sikap-sikap orang tua (Thornburg, 1982). Meskipun tugas ini sulit bagi kedua belah pihak, namun orang tua perlu menyadari bahwa pencapaian kebebasan itu merupakan proses perkembangan yang sungguh normal (Rice, 1996; Lerner dan Spanier, 1980). Aprilia (2010)

Misalnya perilaku kemandirian terkadang ditafsirkan sebagai pemberontakan (rebellion) karena pada kenyataannya remaja yang memulai mengembangkan kemandirian seringkali diawali dengan memunculkan perilaku yang tidak sesuai dengan aturan keluarga (Steinberg, 1993:286). Akibatnya orang tua kurang toleran terhadap proses perolehan kemandirian yang dilakukan remaja. Tetapi dalam situasi lain orang tua ternyata menginginkan remaja memiliki kemandirian, bahkan mereka berharap saat dewasa nanti tidak lagi bergantung kepada orang tua. Inferensi dari salah satu fenomena perkembangan kemandirian ini adalah bahwa tidak sedikit orang tua yang belum memahami kemandirian.


(9)

Menurut Steinberg (dalam Lewis, 2009) dalam kutipan Aprilia:2010, kemandirian itu apa yang dipikirkan, apa yang dirasakan, dan keputusan yang dibuat adalah lebih berdasarkan pada diri sendiri daripada mengikuti apa yang orang lain percayai.

Hal yang sama juga dikemukakan oleh Steinberg (dalam Newman, 2006) bahwa kemandirian itu adalah kemampuan untuk mengatur perilaku sendiri, memilih dan memutuskan keputusan sendiri serta mampu melakukannya tanpa terlalu tergantung pada orang lain. Menurut beberapa ahli, kemandirian menunjuk pada kemampuan psikososial yang mencakup kebebasan untuk bertindak, tidak tergantung kepada orang lain, tidak terpengaruh lingkungan, dan bebas mengatur kebutuhan sendiri (Lerner, 1976), penampilan keputusan pribadi yang didasari pengetahuan lengkap tentang konsekuensi berbagai tindakan serta keberanian menerima konsekuensi dari tindakannya tersebut (Lamb, 1996), kebebasan untuk mengambil inisiatif, mengatasi hambatan, melakukan sesuatu dengan tepat, gigih dalam usaha, dan melakukan sendiri segala sesuatu tanpa bantuan orang lain (Watson dan Lindgren, 1973), aktivitas perilaku yang terarah pada diri sendiri, tidak mengharapkan pengarahan dari orang lain, dan mencoba memecahkan atau menyelesaikan masalah sendiri tanpa minta bantuan kepada orang lain, dan mampu mengatur diri sendiri (Bathia, 1977). Steinberg, (1993: 296) menyatakan bahwa para peneliti melihat ada tiga domain kemandirian perilaku pada remaja, yaitu:

1. Changes in feelings of self-reliance yaitu perubahan dalam rasa percaya

diri.

2. changes in compormity andsusceptibility to the influence of other yaitu

perubahan remaja dalam penyesuaian dan kerentanan terhadap pengaruh-pengaruh dari luar.

3. changes in decision-making abilities yaitu perubahan dalam kemampuan

untuk mengambil keputusan..

Berdasarkan hasil penelitian Aprilia (2010), yang mengatakan bahwa Kemandirian adalah kemampuan untuk menguasai, mengatur, atau mengelola diri sendiri. Remaja yang memiliki kemandirian ditandai oleh kemampuannya untuk tidak tergantung secara emosional terhadap orang lain terutama orang tua, mampu mengambil keputusan secara mandiri dan konsekuen terhadap


(10)

keputusan tersebut, serta kemampuan menggunakan (memiliki) seperangkat prinsip tentang benar dan salah serta penting dan tidak penting.

Untuk menjadi individu yang mandiri tidaklah muncul begitu saja secara mendadak atau terjadi dalam tempo yang singkat, tetapi harus dimulai dengan latihan kemandirian sejak kecil dengan memperhatikan faktor-faktor yang mempengaruhinya. Adanya perubahan-perubahan yang terjadi atau interaksi diantara berbagai variabel-variabel di atas merupakan refleksi dan kondisi progresif yang terjadi selama masa remaja dalam menuju perkembangan kemandirian. Seperti yang dikemukakan Smart dan Smart (1978) bahwa “kemandirian dapat dilihat sejak individu masih kecil dan akan terus berkembang sehingga akhirnya menjadi sifat yang relatif menetap pada masa remaja.

Pada kenyataannya permasalahan yang dihadapi remaja tunarungu untuk mencapai kemandirian tersebut cukup kompleks. Hal tersebut dapat dilihat pada siswa tunarungu di SLB Permata Cianjur yang menginjak masa remaja, yaitu diantaranya kurangnya rasa percaya diri, kurangnya menunjukkan keberanian saat diberikan pertanyaan serta sulitnya beradaptasi dengan lingkungan yang baik, maupun sulit menentukan pada siapa dia meminta saran, mereka lebih mudah meniru hal-hal yang negatif dibandingkan hal yang positif ketika bergaul di lingkungan masyarakat.

Penanggulangan masalah-masalah dalam pembentukan kemandirian remaja tunarungu dapat dibantu oleh pihak sekolah dan orang tua. Sekolah merupakan suatu lembaga formal yang menyelenggarakan pendidikan dalam tujuannya tidak hanya menciptakan individu memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan saja tetapi sekolah juga berfungsi sebagai tempat untuk mengembangkan dan membentuk kepribadian individu. Dalam kegiatan di sekolah siswa harus memiliki pemahaman terhadap nilai dan sikap dalam pengembangan potensi dan kepribadian dirinya. Orang tua juga sebagai orang yang memiliki frekuensi waktu yang banyak dengan anak, sehingga mampu membantu anak dalam mengembangkan perilaku kemandiriannya agar menjadi remaja yang baik


(11)

B. Rumusan Masalah

Agar penelitian lebih terarah terhadap pokok persoalan yang akan diteliti, maka rumusan masalah ini adalah “Bagaimanakah Kemandirian Perilaku Remaja Tunarungu di SLB Permata Cianjur”. Secara rinci dibuat dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana perilaku percaya diri remaja tunarungu?

2. Bagaimana perilaku pengambilan keputusan remaja tunarungu? 3. Bagaimana perilaku penyesuaian diri remaja tunarungu?

4. Apa faktor hambatan kemandirian perilaku remaja tunarungu di sekolah?

5. Apa faktor hambatan kemandirian perilaku remaja tunarungu di rumah? 6. Bagaimana upaya yang dilakukan sekolah (guru) dalam

mengembangkan kemadirian perilaku remaja tunarungu?

7. Bagaiamana upaya yang dilakukan orang tua dalam mengembangkan kemandirian perilaku remaja tunarungu?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang kemandirian perilaku remaja tunarungu.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah pertama untuk mengetahui kemadirian perilaku yang ditimbulkan oleh remaja tunarungu yaitu dalam aspek percaya diri, pengambilan keputusan, dan penyesuaian diri. Kedua, untuk mengetahui apa saja hambatan remaja tunarungu dalam kemandirian perilaku. Ketiga, untuk mengetahui upaya guru dan orang tua dalam mengambangkan kemandirian perilaku remaja tunarungu.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki manfaat ganda baik secara praktis, teotiris, maupun bagi pengembangan pribadi peneliti. Manfaat yang dimaksud dapat diungkapkan sebagai berikut :


(12)

a. Manfaat praktis

Pertama, dengan terdeskripsinya kemandirian perilaku remaja tunarungu, dapat dijadikan bahan-bahan masukan di dalam merancang kurikulum bagi anak tunarungu. Penyusunan kurikulum sudah selayaknya dan seharusnya bertumpuk pada kondisi kenyataan yang ada.

Kedua, deskripsi kemandirian perilaku remaja tunarungu ini, juga dapat dijadikan sebagai salah satu dasar bagi guru dan orang tua di dalam melakukan pembelajaran kemandirian perilaku bagi remaja yang dianggap saat ini belum optimal dalam pendidikan.

b. Manfaat teoritis

Secara teoritis, hasil penelitian ini berguna dalam menjelaskan kemandirian perilaku remaja tunarungu dalam tiga aspek yaitu kepercayaan diri, penyesuaian diri, dan pengambilan keputusan sebagai prasyarat dalam penyusunan kurikulum dan layanan pendidikan mengenai kemandirian perilaku agar remaja tunarungu dapat mengambil keputusan dan bertanggung jawab dengan apa yang dilakukan.

E. Struktur Organisasi Skripsi

Dalam penulisan skripsi ini struktur organisasi yang digunakan terdiri dari lima bab, yaitu :

a) Bab I Pendahuluan berisi latar belakang penelitian, perumusan masalah, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian.

b) Bab II Kajian Teoritis.

c) Bab III Metode penelitian berisi penjabaran yang rinci mengenai metode penelitian, termasuk beberapa komponen berikut : Lokasi dan subyek penelitian, desain penelitian, metode penelitian, instrumen penelitian, pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data, dan analisis data. d) Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan terdiri dari dua hal utama yakni

: pengolahan atau analisi data unttuk menghasilkan temuan berkaitan dengan masalah penelitian, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian dan pembahasan dan analisis temuan.


(13)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode Penelitian merupakan hal yang penting dalam suatu penelitian yang berguna untuk memandu seorang peneliti. Dalam penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif. Hal ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang fenomena yang berupa masalah kemandirian perilaku remaja tunarungu di SLB Permata Cianjur. Penelitian kualitatif deskriptif digunakan karena data yang diperoleh bersifat apa adanya dan diinterpretasikan dengan penjelasan secara kalimat. Dengan penggunaan metode penelitian kualitatif deskriptif peneliti dapat mengetahui gambaran serta memperoleh informasi secara mendalam kemandirian perilaku remaja tunarungu berdasarkan data data empiris yang terjadi di lapangan.

B. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SLB Permata Cianjur, alasan peneliti mengambil SLB Permata Cianjur sebagai tempat penelitian karena di sekolah ini ini terdapat remaja tunarungu dengan segala perilaku yang berbeda. Selain itu pula karena sekolah ini berlokasi strategis dengan tempat tinggal peneliti.

C. Subyek Penelitian

Subyek penelitian merupakan unsur penting guna memperoleh informasi yang diperlukan dalam penelitian. Yang menjadi subyek dalam penelitian ini sebanyak 16 orang yaitu :

1. Remaja tunarungu berjumlah 6 orang 2. Guru kelas berjumlah 1 orang


(14)

D. Prosedur Penelitian

Proses persiapan, pengambilan, dan pengolahan data pada penelitian ini akan digambarkan pada bagan di bawah ini :

Melakukan observasi awal untuk mencari

data awal

Membuat item wawancara

Melakukan validasi pedoman wawancara

dengan profesional judgment

Mendata subjek (Guru kelas, orang tua, dan

remaja tunarungu)

Pemilihan subjek sebanyak 13 orang diantaranya 6 orang tua, 6 remaja, dan 1

guru kelas. Melakukan proses wawancara terhadap 13

orang subjek terpilih Melakukan proses transkrip/ verbatim

data wawancara Melakukan proses analisis

data yang berupa reduksi data, penyajian data, dan

penarikan kesimpulan.

TAHAP

PENELITIAN


(15)

E. Instrumen Penelitian

Dalam pendekatan kualitatif yang menjadi instrumen utama adalah peneliti itu sendiri (Sugiyono, 2008:305). Karena segala sesuatu yang akan dicari dari obyek penelitian belum jelas dan pasti masalahnya, sumber datanya, hasil yang diharapkan semuanya belum jelas. Jadi peneliti adalah kunci dalam penelitian kualitatif. Peneliti harus mengenal apa yang akan diteliti dan secara langsung melakukan seluruh kegiatan pengumpulan data dengan menggunakan teknik pengumpulan data seperti wawancara dan observasi, kemudian menganalisis dan menginterpretasikan data yang telah diperoleh. Sugiyono (1988:10)

menyatakan bahwa “Alat pengumpul data yang paling tepat digunakan

dalam penelitian kualitatif adalah manusia dengan cara pengamatan secara

partisipatif dan wawancara mendalam”.

Adapun teknik penelitian yang digunakan sebagai berikut : 1. Teknik Wawancara

Wawancara adalah salah satu cara untuk mengumpulkan data dalam penelitian kualitatif. Wawancara yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu wawancara tak terstruktur, dalam pelaksanaannya teknik ini mirip dengan percakapan informal. Meskipun demikian, peneliti tetap menggunakan pedoman wawancara agar tidak keluar dari fokus yang telah ditentukan. Data yang dikumpulkan melalui wawancara bersifat verbal dan berupa angket.

Dalam penelitian ini, wawancara ditujukan kepada 1) siswa tunarungu, 2) guru kelas, dan 3) orang tua. Wawancara terhadap guru kelas guna memperoleh informasi mengenai kemandirian perilaku remaja tunarungu pada aspek percaya diri, penyesuaian diri, dan pengambilan keputusan, beserta permasalahan yang dihadapinya, perannya dalam memfasilitasi remaja tunarungu untuk mengembangkan kemandirian perilakunya. Wawancara terhadap orang tua guna memperoleh informasi mengenai kemandirian perilaku remaja tunarungu pada aspek percaya diri, penyesuaian diri, dan


(16)

pengambilan keputusan di lingkungan rumah khususnya keluarga. Wawancara terhadap remaja tunarungu itu sendiri untuk memperoleh informasi dari dirinya sendiri mengenai kemandirian perilakunya. 2. Teknik Observasi

Observasi yang dilakukan dalam penelitian ini bertujuan untuk mengamati kemandirian perilaku yang ditampilkan oleh remaja tunarungu pada aspek percaya diri, penyesuaian diri, dan pengambilan keputusan. Serta peran guru, dan orang tua dalam memfasilitasi siswa tunarungu untuk mengembangkan kemandirian perilakunya.

Adapun observasi bersifat langsung nonpartisipatori, artinya dalam penelitian ini peneliti melakukan pengamatan secara langsung tanpa terlibat secara aktif dalam berbagai kegiatan sehingga tidak mempengaruhi kealamian dari segala sesuatu yang terjadi di lokasi penelitian.

Dalam melakukan observasi, peneliti selalu mencatat segala fenomena atau peristiwa yang terjadi dan memiliki keterkaitan dengan permasalah yang diteliti.

3. Dokumentasi

Dalam Penelitian ini digunakan pula data berupa foto guna menunjang, melengkapi dan mempertegas data hasil observasi dan wawancara.

Peneliti memanfaatkan foto yang dihasilkan oleh peneliti sendiri. Dalam pengambilan foto, peneliti berusaha menjaga kealamian dari gambar yang diambil. Adapun foto yang diambil seperti kondisi sekolah, kebersamaan siswa tunarungu dengan siswa lainnya, saat KBM berlangsung, ketika sedang memimpin suatu kegiatan, berpartisipasi dalam suatu kegiatan, dan sebagainya.

Berikut ini tabel yang menunjuk kan teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian.


(17)

Teknik Pengumpulan data

No Aspek Teknik pengumpulan

data

Sumber data

1 Kemandirian perilaku remaja tunarungu di sekolah.  Observasi  Wawancara  Dokumentasi  Siswa Tunarungu  Guru 2 Kemandirian perilaku

remaja tunarungu di rumah.

 Observasi  Wawancara  Dokumentasi

 Siswa Tunarungu  Orang tua 3 Faktor hambatan

kemandirian perilaku remaja tunarungu di sekolah.  Observasi  Wawancara  Dokumentasi  Siswa Tunarungu  Guru 4 Faktor hambatan

kemandirian perilaku remaja tunarungu di rumah.

 Observasi  Wawancara  Dokumentasi

 Siswa Tunarungu  Orang tua 5 Bagaimana upaya yang

dilakukan sekolah dalam mengembangkan kemandirian perilaku remaja tunarungu.  Observasi  Wawancara  Dokumentasi  Guru

6 Bagaimana upaya yang dilakukan orang tua dalam mengembangkan kemandirian perilaku remaja tunarungu.  Observasi  Wawancara  Dokumentasi


(18)

F. Teknik Pengumpulan data

Setiap kali melakukan penelitian, peneliti selalu membuat sebuah catatan tentang hal hal yang dianggap penting, kemudian menyusunnya secara lebih sistematis setelah pulang ke rumah. Proses pengumpulan data dalam penelitian ini terbagi dalam tiga tahap yaitu :

1. Catatan awal

Pencatatan data sebagai perekaman awal yang dilakukan pada saat berlangsungnya pengumpulan data, baik saat kegiatan observasi maupun wawancara dengan cara mencatat kata kunci yang dimengerti oleh peneliti. Pada tahap ini bentuk data masih kasar atau mentah dan belum diurutkan.

2. Pencatatan formal dan lengkap

Pencatatan formal dan lengkap merupakan pencatatan data yang disusun berdasarkan catatan yang dibuat di lapangan.

Data data yang masih kasar dan mentah kemudian dicatat kembali secara lengkap dan sistematis dengan cara sebagai berikut :

a. Mengorganisasikan data

Setelah data terkumpul, selanjutnya diorganisasikan sesuai dengan pertanyaan penelitian meliputi : 1) kemandirian perilaku pada aspek percaya diri, penyesuaian diri, dan pengambilan keputusan, 2) faktor hambatan dalam kemandirian perilaku, 3) penanganan guru dan orang tua dalam memfasilitasi remaja tunarungu untuk mengembangkan kemadirian perilakunya.

b. Mengabstraksikan data ke dalam matriks

Peneliti menuangkan data data ke dalam bentuk matriks berdasarkan pertanyaan peneliti agar terlihat gambaran secara keseluruhan atau bagian bagian tertentu dari penelitian ini.


(19)

3. Penambahan data sepanjang waktu

Penambahan catatan sepanjang waktu dilakukan ketika diperoleh data atau informasi yang baru. Hal ini dilakukan hingga penelitian berakhir.

G. Analisis Data

Kegiatan pengumpulan data yang benar dan tepat merupakan jantungnya penelitian, sedangkan analisis data akan memberi kehidupan dalam penelitian. Analisis merupakan usaha untuk memilih dan memilah, membuang, menggolongkan serta menyusun ke dalam kategorisasi, mengklasifikasi data untuk menjawab pertanyaan pokok (Arikunto, 2002:132). Data yang diambil merupakan data kualitatif yakni data yang berupa informasi yang berbentuk kalimat. Analisis data dilakukan segera setelah data diperoleh.

Sugiyono (2010:246) mengemukakan bahwa aktivitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus samapai tuntas, sehingga datanya sudah penuh. Aktivitas dalam analisis data, yaitu pengumpulan data, pemaparan data, dan penarik kesimpulan.

a. Reduksi data (data reduction)

Reduksi data adalah proses penyederhanaan yang dilakukan melalui seleksi pemfokusan dan pengabstraksian data mentah menjadi informasi yang bermakna.

Pada tahap ini, reduksi dilakukan setelah proses wawancara ditulis ke dalam transkrip wawancara, kemudian peneliti mengidentifikasi satuan-satuan data atau pernyataan-pernyataan subjek yang memiliki makna bila dikaitkan dengan fokus penelitian kali ini. Kemudian dilakukan analisis komparatif dengan melakukan crosscheck atau cek silang di antara kedua data tersebut. Setiap sumber data dicrosscheck dengan sumber data lainnya. Dengan demikian validitas data yang ada dapat dipertanggungjawabkan.


(20)

b. Paparan data (data display)

Penyajian data adalah sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan (Basrowi dan Suwandi, 2008: 209). Dengan mendisplaykan data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut (Sugiyono, 2008: 249). Paparan data adalah proses penampilan data secara lebih sederhana dalam bentuk naratif.

c. Penyimpulan (conclusion drawing)

Penyimpulan data adalah proses pengambilan intisari dari sajian data yang telah terorganisir dalam bentuk pernyataan kalimat dan/atau formula yang singkat dan padat tetapi mengandung pengertian luas.

Dalam menarik kesimpulan perlu melakukan verifikasi data agar hasil penelitian dapat dipertanggungjawabkan. Untuk itu perlu dilakukan verifikasi yang merupakan aktivitas pengulangan untuk tujuan pemantapan, dan penelusuran data kembali dengan cepat. Peneliti selain melakukan verifikasi yang telah dijelaskan, juga melakukan verifikasi melalui berdiskusi, atau saling memeriksa antar teman. Hal dilakukan untuk mencegah penilaian yang bersifat subjektif.

F. Pemeriksaan Keabsahan Data

Pemeriksaan Keabsahan data sangat diperlukan untuk menilai kesasihan atau kevalidan dari data data yang diperoleh dalam proses pengumpulan data. Untuk itu, dalam melakukan pemeriksaan keabsahan data, peneliti menggunakan teknik triangulasi.

Teknik Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini yaitu membandingkan data hasil wawancara dengan data hasil observasi, didukung pula oleh data hasil dokumentasi. Selain itu, peniliti pun membandingkan data yang diperolehdari sumber yang satu dengan sumber lainnya.

Dalam mengecek keabsahan data untuk pertanyaan penelitiian tentang kemandirian perilaku remaja tunarungu pada aspek kepercayaan diri,


(21)

penyesuaian diri, dan pengambilan keputusan, faktor hambatan dalam kemandirian perilaku remaja tunarungu, dan upaya guru dan orangtua dalam mengembangkan kemandirian perilaku remaja tunarungu.

Peneliti membandingkan data hasil observasi dan wawancara dengan guru, orangtua, dan remaja tunarungu serta dokumentasi jika tersedia.

Berikut adalah alur teknik triangulasi yang dilakukan oleh peneliti.

Keterangan :

Data hasil observasi dibandingkan dan dicek silang dengan data hasil wawancara dari berbabagai sumber. Data hasil observasi juga dibandingkan dicek silang .dengan data hasil dokumentasi (bila tersedia). Demikian pula data hasil wawancara dari berbagai sumber dibandingkan dan dicek silang dengan data hasil dokumentasi (bila tersedia). Langkah terakhir adalah mengambil dan memutuskan kesimpulan secara keseluruhan

Data hasil observasi

Data hasil wawancara

Data hasil dokumentasi


(22)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data dapat ditarik kesimpulan yaitu hasil penelitian menunjukan bahwa kemandirian perilaku remaja tunarungu di SLB Permata Cianjur dalam aspek kepercayaan diri sudah memenuhi indicator yaitu mampu mengekspresikan rasa percaya diri dalam tindakan-tindakannya. Sebagian besar remaja di sekolah terlihat memiliki keberanian dalam berpendapat, keberanian dalam memimpin, dan keberanian dalam bergaul. Ada pun dua subyek penelitian (S.M dan P.L) yang merasa kurang percaya diri ketika berada di sekolah penyebabnya rasa malu untuk berinteraksi dengan orang lain di sekolah. Tetapi beda halnya ketika mereka berada di rumah. Rasa percaya diri mereka muncul penyebabnya motivasi dari pihak orang tua sehingga mereka menjadi percaya diri. Dalam aspek penyesuaiam diri pun remaja di sekolah ini dapat menyesuaikan diri di lingkungan sekolah, mereka selalu mengikuti peraturan yang ada dan selalu mengerjakan apa yang menjadi kewajiban mereka yaitu belajar. Penyesuaian diri di rumah pun cukup baik, mereka akan merasa nyaman ketika berada di rumah atau sekolah. Berbeda halnya ketika berada di lingkungan masyarakat luas. Mereka akan takut untuk menyesuaikan diri, hal ini dikarenakan cara komunikasi mereka yang akan berbeda dengan masyarakat lainnya. Ketakutan tidak memahami dan dipahami oleh orang lain. Dan dalam pengambilan keputusan, semua remaja di sekolah belum mampu mengambil keputusan tanpa dipengaruhi oleh orang lain, misalnya orang tua, guru, saudara, dan teman sebayanya.

Faktor hambatan dari kemandirian perilaku remaja tunarungu ini ada dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal terlihat dari pribadi yang bersifat pemalu. Karakter pemalu ini pasti ada di setiap remaja, entah itu remaja tunarungu ataupun remaja pada umumnya dan kurangnya pemahaman


(23)

konsep mengenai bagaimana kemandirian perilaku yang baik. Sedangkan faktor eksternal berasal dari kondisi keluarga ekonomi menengah ke bawah yang mengakibatkan malu bergaul dengan orang lain. dan selanjutnya pengaruh dari luar, misalnya pergaulan yang kurang baik, salahnya informasi yang mereka dapat dari pihak yang tidak bertanggung jawab. Selain itu yang mempengaruhi kemandirian perilaku ini dalam aspek pengambilan keputusan remaja tunarungu akan dipengaruhi oleh kemampuan kognitif mereka dimana kemampuan tersebut akan mempengaruhi pertimbangan-pertimbangan yang menyangkut konsekuensi-konsekuensi yang diwujudkan melalui perilaku-perilakuyang muncul.

Hasil penelitian mengenai upaya guru dan orang tua dalam mengembangkan kemandirian perilaku tunarungu yaitu guru dan orang tua sepakat bahwa diperlukan perhatian, pengertian, dan motivasi untuk menjadikan kemandirian perilaku remaja tunarungu berkembang dengan baik. tidak adanya bimbingan khusus yang diberikan membuat kemandirian perilaku remaja tunarungu ini kurang efektif dan berkembang dengan apa adanya.

B. Rekomendasi

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi refleksi bagi setiap pihak-pihak yang berkaitan untuk dapat lebih maksimal dan optimal membantu pesertadidik dalam kemandirian perilaku remaja tunarungu . Berikut rekomendasi yang dapat diberikan penulis dari hasil penelitian ini, antara lain :

1. Bagi Guru Kelas

Guru kelas di sekolah luar biasa merupakan peranan penting dalam pengoptimalan kemampuan siswa, baik akademik maupun non akademik. Oleh karena itu motivasi dan pendekatan khusus diperlukan dalam mengembangkan kemandrian perilaku remaja tunarungu.

2. Bagi Orang Tua

Keluarga sebagai tempat terdekat dengan anak sehingga keluarga harus lebih mengetahui kebutuhan anak dan harus memberikan motivasi


(24)

dan bimbingan terhadap anak. Bimbingan kemandirian perilaku yang lebih intens juga perlu dilakukan orang tua kepada anaknya. Orang tua adalah sosok yang selalu bersama dan lebih lama dalam segi kuantitas waktunya. Hal tersebut perlu dimanfaatkan oleh orang tua secara efektif dan efisien mungkin. Bentuk kasih sayang dan ketulusan adalah hal yang mutlak harus diberikan kepada anak agar anak tersebut merasa nyaman dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dari hasil penelitian ini, semoga dapat menjadi sebuah acuan dan dapat memberikan gambaran secara umum mengenai bagaimana Kemandirian Perilaku Remaja Tunarungu di SLB Permata Cianjur. Penelitian ini bukan untuk menilai baik atau buruknya kemandirian perilaku remaja tunarungu, melainkan untuk melihat sejauh mana kemandirian perilaku remaja tunarungu di lingkungan sekolah dan lingkungan rumah. Ketika peneliti selanjutnya membaca hasil penelitian ini, semoga penelitan yang berkaitan dengan penelitian ini dapat menjadi masukan agar menjadi lebih baik.

Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk :

a. Meneliti bagaimana kemandirian yang lain seperti : kemandirian emosional maupun kemandirian nilai.

b. Meneliti hal yang sama dengan subjek penelitian yang lebih besar dan lokasi tempat penelitian yang berbeda.


(25)

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, I, D. (2010). Pengembangan Kemandirian Remaja Tunarungu. Disertasi. Bandung. Program Pascasarjana UPI.

Arikunto, S (2006). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bineka Cipta.

Asrori, M. & Ali, M (2008). Pikologi Remaja : Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Damayanti N, S.Pd. (2012). Buku Pintar Panduan Bimbingan Konseling. Yogyakarta:Bantul Araska.

Desmita (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung : Satu Nusa.

Hurlock, Elizabeth, B (1987). Perkembangan Anak Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Laurence, Steinberg (1993). Adolescence (third edition). Mc. Graw. Hill: USA Amerika

Nurcahyanti, S (2002). Perilaku Sosial Remaja Tunarungu. Skripsi pada FIP PLB UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Paul, Peter. V & Whitelaw (2011). Hearing And Deafnes. Sudbury, MA : Jones & Bartlett.

S, Permanarian dan Hernawati (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Somantri, S (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama. Sugiyono (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sunarto, H dan Agung hartono, B (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Tanjung, Yuni. 2010Profil Pengembangan Moral Siswa Tunarungu. Skripsi pada FIP PLB UPI Bandung. Tidak diterbitkan.


(26)

W. Santrock J (2007). REMAJA Jilid I. Jakarta: Erlangga. W. Santrock J (2007). REMAJA Jilid II. Jakarta: Erlangga

Yusuf, Syamsu (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung. Remaja Rosdakarya


(1)

penyesuaian diri, dan pengambilan keputusan, faktor hambatan dalam kemandirian perilaku remaja tunarungu, dan upaya guru dan orangtua dalam mengembangkan kemandirian perilaku remaja tunarungu.

Peneliti membandingkan data hasil observasi dan wawancara dengan guru, orangtua, dan remaja tunarungu serta dokumentasi jika tersedia.

Berikut adalah alur teknik triangulasi yang dilakukan oleh peneliti.

Keterangan :

Data hasil observasi dibandingkan dan dicek silang dengan data hasil wawancara dari berbabagai sumber. Data hasil observasi juga dibandingkan dicek silang .dengan data hasil dokumentasi (bila tersedia). Demikian pula data hasil wawancara dari berbagai sumber dibandingkan dan dicek silang dengan data hasil dokumentasi (bila tersedia). Langkah terakhir adalah mengambil dan memutuskan kesimpulan secara keseluruhan

Data hasil observasi

Data hasil wawancara

Data hasil dokumentasi


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data dapat ditarik kesimpulan yaitu hasil penelitian menunjukan bahwa kemandirian perilaku remaja tunarungu di SLB Permata Cianjur dalam aspek kepercayaan diri sudah memenuhi indicator yaitu mampu mengekspresikan rasa percaya diri dalam tindakan-tindakannya. Sebagian besar remaja di sekolah terlihat memiliki keberanian dalam berpendapat, keberanian dalam memimpin, dan keberanian dalam bergaul. Ada pun dua subyek penelitian (S.M dan P.L) yang merasa kurang percaya diri ketika berada di sekolah penyebabnya rasa malu untuk berinteraksi dengan orang lain di sekolah. Tetapi beda halnya ketika mereka berada di rumah. Rasa percaya diri mereka muncul penyebabnya motivasi dari pihak orang tua sehingga mereka menjadi percaya diri. Dalam aspek penyesuaiam diri pun remaja di sekolah ini dapat menyesuaikan diri di lingkungan sekolah, mereka selalu mengikuti peraturan yang ada dan selalu mengerjakan apa yang menjadi kewajiban mereka yaitu belajar. Penyesuaian diri di rumah pun cukup baik, mereka akan merasa nyaman ketika berada di rumah atau sekolah. Berbeda halnya ketika berada di lingkungan masyarakat luas. Mereka akan takut untuk menyesuaikan diri, hal ini dikarenakan cara komunikasi mereka yang akan berbeda dengan masyarakat lainnya. Ketakutan tidak memahami dan dipahami oleh orang lain. Dan dalam pengambilan keputusan, semua remaja di sekolah belum mampu mengambil keputusan tanpa dipengaruhi oleh orang lain, misalnya orang tua, guru, saudara, dan teman sebayanya.

Faktor hambatan dari kemandirian perilaku remaja tunarungu ini ada dua yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor internal terlihat dari pribadi yang bersifat pemalu. Karakter pemalu ini pasti ada di setiap remaja, entah itu remaja tunarungu ataupun remaja pada umumnya dan kurangnya pemahaman


(3)

konsep mengenai bagaimana kemandirian perilaku yang baik. Sedangkan faktor eksternal berasal dari kondisi keluarga ekonomi menengah ke bawah yang mengakibatkan malu bergaul dengan orang lain. dan selanjutnya pengaruh dari luar, misalnya pergaulan yang kurang baik, salahnya informasi yang mereka dapat dari pihak yang tidak bertanggung jawab. Selain itu yang mempengaruhi kemandirian perilaku ini dalam aspek pengambilan keputusan remaja tunarungu akan dipengaruhi oleh kemampuan kognitif mereka dimana kemampuan tersebut akan mempengaruhi pertimbangan-pertimbangan yang menyangkut konsekuensi-konsekuensi yang diwujudkan melalui perilaku-perilakuyang muncul.

Hasil penelitian mengenai upaya guru dan orang tua dalam mengembangkan kemandirian perilaku tunarungu yaitu guru dan orang tua sepakat bahwa diperlukan perhatian, pengertian, dan motivasi untuk menjadikan kemandirian perilaku remaja tunarungu berkembang dengan baik. tidak adanya bimbingan khusus yang diberikan membuat kemandirian perilaku remaja tunarungu ini kurang efektif dan berkembang dengan apa adanya.

B. Rekomendasi

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat menjadi refleksi bagi setiap pihak-pihak yang berkaitan untuk dapat lebih maksimal dan optimal membantu pesertadidik dalam kemandirian perilaku remaja tunarungu . Berikut rekomendasi yang dapat diberikan penulis dari hasil penelitian ini, antara lain :

1. Bagi Guru Kelas

Guru kelas di sekolah luar biasa merupakan peranan penting dalam pengoptimalan kemampuan siswa, baik akademik maupun non akademik. Oleh karena itu motivasi dan pendekatan khusus diperlukan dalam mengembangkan kemandrian perilaku remaja tunarungu.

2. Bagi Orang Tua

Keluarga sebagai tempat terdekat dengan anak sehingga keluarga harus lebih mengetahui kebutuhan anak dan harus memberikan motivasi


(4)

dan bimbingan terhadap anak. Bimbingan kemandirian perilaku yang lebih intens juga perlu dilakukan orang tua kepada anaknya. Orang tua adalah sosok yang selalu bersama dan lebih lama dalam segi kuantitas waktunya. Hal tersebut perlu dimanfaatkan oleh orang tua secara efektif dan efisien mungkin. Bentuk kasih sayang dan ketulusan adalah hal yang mutlak harus diberikan kepada anak agar anak tersebut merasa nyaman dalam menjalani kehidupan sehari-harinya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Dari hasil penelitian ini, semoga dapat menjadi sebuah acuan dan dapat memberikan gambaran secara umum mengenai bagaimana Kemandirian Perilaku Remaja Tunarungu di SLB Permata Cianjur. Penelitian ini bukan untuk menilai baik atau buruknya kemandirian perilaku remaja tunarungu, melainkan untuk melihat sejauh mana kemandirian perilaku remaja tunarungu di lingkungan sekolah dan lingkungan rumah. Ketika peneliti selanjutnya membaca hasil penelitian ini, semoga penelitan yang berkaitan dengan penelitian ini dapat menjadi masukan agar menjadi lebih baik.

Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk :

a. Meneliti bagaimana kemandirian yang lain seperti : kemandirian emosional maupun kemandirian nilai.

b. Meneliti hal yang sama dengan subjek penelitian yang lebih besar dan lokasi tempat penelitian yang berbeda.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, I, D. (2010). Pengembangan Kemandirian Remaja Tunarungu. Disertasi. Bandung. Program Pascasarjana UPI.

Arikunto, S (2006). Prosedur Penelitian suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Bineka Cipta.

Asrori, M. & Ali, M (2008). Pikologi Remaja : Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Damayanti N, S.Pd. (2012). Buku Pintar Panduan Bimbingan Konseling. Yogyakarta:Bantul Araska.

Desmita (2005). Psikologi Perkembangan. Bandung : Satu Nusa.

Hurlock, Elizabeth, B (1987). Perkembangan Anak Jilid II. Jakarta: Erlangga.

Laurence, Steinberg (1993). Adolescence (third edition). Mc. Graw. Hill: USA Amerika

Nurcahyanti, S (2002). Perilaku Sosial Remaja Tunarungu. Skripsi pada FIP PLB UPI Bandung. Tidak diterbitkan.

Paul, Peter. V & Whitelaw (2011). Hearing And Deafnes. Sudbury, MA : Jones & Bartlett.

S, Permanarian dan Hernawati (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Bandung: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Somantri, S (2006). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama. Sugiyono (2008). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif,

dan R&D. Bandung: Alfabeta

Sunarto, H dan Agung hartono, B (2008). Perkembangan Peserta Didik. Jakarta: Rineka Cipta.

Tanjung, Yuni. 2010Profil Pengembangan Moral Siswa Tunarungu. Skripsi pada FIP PLB UPI Bandung. Tidak diterbitkan.


(6)

W. Santrock J (2007). REMAJA Jilid I. Jakarta: Erlangga. W. Santrock J (2007). REMAJA Jilid II. Jakarta: Erlangga

Yusuf, Syamsu (2011). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung. Remaja Rosdakarya