Lokasi dan Subjek Penelitian Definisi Operasional

36 Ida Farida Ningrum, 2013 Pengembangan Pembelajaran Sejarah Lokal Untuk Meningkatkan Rasa Memiliki Jatidiri Kelokalan Studi Naturalistik Inquiri Di SMK Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

1. Lokasi Lokasi Penelitian berlangsung di kampus SMA Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya. 2. Subyek Penelitian Subyek Penelitian ini adalah guru sejarah kelas XI dan siswa kelas XI di SMA Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya.

B. Desain Penelitian

Desain bersifat sementara. Penelitian kualitatif naturalistic menyusun desain secara terus menerus disesuaikan dengan realita di lapangan tidak menggunakan desain yang telah disusun secara ketat. Hal ini terjadi karena realita di lapangan tidak dapat diramalkan sepenuhnya. a. Pendekatan Penelitian Peneliti sebagai perancang dan praktisi pengajaran, memandang guru dan teman sejawat sebagai mitra kerja. Untuk mencapai tujuan yang diinginkan, maka pendekatan yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah naturalistik inkuiri, dimana penelitian tersebut dilakukan dalam situasi yang wajar dan alamiah atau natural setting, bukan situasi buatan. Natural setting karena kelas yang 35 Ida Farida Ningrum, 2013 Pengembangan Pembelajaran Sejarah Lokal Untuk Meningkatkan Rasa Memiliki Jatidiri Kelokalan Studi Naturalistik Inquiri Di SMK Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu merupakan fenomena kajian dalam penelitian ini, hanya akan bermakna apabila ditelaah manusianya yaitu guru dan para siswa dalam dunia kelasnya secara kontekstual Lincoln dan Guba, 1985: 189. Pendekatan naturalistik termasuk ke dalam tradisi kualitatif yang ditandai oleh sifat-sifat atau karakter prosesnya yang induktif, konstruktif, dan subjektif. John W. Creswell 1998: 15 mengemukakan bahwa: Penelitian kualitatif naturalistik merupakan proses penelitian pemahaman berdasarkan tradisi penelitian metodologi yang beda dengan yang lain dan jelas yang menguraikan secara detil problema sosial atau manusia itu sendiri. Peneliti membangun sebuah gambaran kompleks, menganalisis kata-kata, melaporkan detil pandangan-pandangan para pemberi informasi dan melakukan studi dalam setting yang alami. Penelitian Kualitatif Naturalistik memiliki karakteristik tersendiri sehingga dapat membedakan dengan jenis penelitian yang lain. Beberapa karakteristik tersebut menurut Bogdan dan Biklen 1995: 27-30 adalah: 1. Penelitian kualitatif memiliki setting latar alamiah sebagai sumber data langsung dan peneliti merupakan instrumen kunci. 2. Penelitian kualitatif bersifat deskriptif. 3. Peneliti kualitatif lebih memberikan perhatian pada proses daripada hasil. 4. Peneliti kualitatif cenderung menganalisis datanya secara induktif. 5. “Makna” merupakan perhatian utama bagi pendekatan kualitatif. Sedangkan Bogdan dan Biklen, Guba dalam Moleong;Nana Sudjana dan Ibrahim; H.B. Sutopo mengemukakan tiga belas karakteristik penelitian naturalistik sebagai berikut : 1. Konteks natural Ida Farida Ningrum, 2013 Pengembangan Pembelajaran Sejarah Lokal Untuk Meningkatkan Rasa Memiliki Jatidiri Kelokalan Studi Naturalistik Inquiri Di SMK Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Suatu fenomena hanya dapat ditangkap dan dipahami maknanya dalam keseluruhan dan tidak dapat dilepaskan dari konteksnya. 2. Manusia sebagai instrumennya Dalam hal ini si peneliti sendiri atau orang lain sebagai instrumen pengumpul data. Kelebihan manusia sebagai instrumen adalah karena ma- nusia memiliki kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan berbagai ragam realitas yang tidak dapat dikerjakan oleh instrumen selain manusia, seperti kuesioner dan se-macamnya. Di samping itu, instrumen manusia mampu menangkap makna, interaksinya sarat nilai, lebih-lebih untuk menghadapi nilai lokal yang berbeda. 3. Pemanfaatan pengetahuan yang tak terkatakan Sifat naturalistik memungkinkan kita mengangkat hal-hal yang tak terkatakan untuk memperkaya hal-hal yang terekspresikan. Realitas itu memiliki nuansa ganda yang sukar dipahami tanpa memperkaya yang terekspresikan dengan yang tak terkatakan. 4. Metode kualitatif Penelitian naturalistik lebih memilih metode kualitatif daripada kuantitatif, karena lebih mampu mengungkap realitas ganda. Metode kualitatif juga lebih mengungkap hubungan wajar antara peneliti dengan responden; dan Ida Farida Ningrum, 2013 Pengembangan Pembelajaran Sejarah Lokal Untuk Meningkatkan Rasa Memiliki Jatidiri Kelokalan Studi Naturalistik Inquiri Di SMK Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu karena metode kualitatif lebih sensitif dan adaptif terhadap berbagai pengaruh timbal balik. 5. Pengambilan sampel secara “purposive” Penelitian naturalistik menghindari pengambilan sampel secara acak, yang menekan kemungkinan munculnya kasus menyimpang. Dengan pengambilan secara “purposive”, hal-hal yang dicari dapat dipilih pada kasus-kasus ekstrim, sehingga hal-hal yang dicari tampil menonjol dan pada akhirnya dapat mudah dicari maknanya. 6. Analisis datanya secara induktif Penelitian naturalistik lebih menyukai analisis induktif daripada deduktif, karena dengan cara tersebut konteksnya akan lebih mudah dideskripsikan. 7. Grounded theory Penelitian naturalistik lebih mengarahkan penyusunan teori yang lebih mendasar diangkat dari empiri, bukan dibangun secara apriori. 8. Desain penelitian bersifat sementara Penelitian naturalistik cenderung memilih penyusunan desain sementara dari pada mengkonstruksinya secara apriori, karena realitas ganda sulit dikerangkakan. Alasan lain, karena peneliti sulit mempolakan lebih dahulu apa yang ada di lapangan; dan karena banyak sistem nilai yang terkait serta inter-aksinya tak terduga. 9. Hasil yang disepakati Ida Farida Ningrum, 2013 Pengembangan Pembelajaran Sejarah Lokal Untuk Meningkatkan Rasa Memiliki Jatidiri Kelokalan Studi Naturalistik Inquiri Di SMK Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Penelitian naturalistik cenderung menyepakatkan makna dan tafsir atas data yang diperoleh dengan sumbernya. Maksudnya peneliti perlu mencari kepastiannya pada penduduk yang tinggal dalam konteks-nya, karena responden lebih memahami konteksnya dari pada si peneliti. 10. Modus laporan studi kasus Penelitian naturalistik lebih menyukai modus laporan studi kasus daripada modus lain, karena dengan modus laporan studi kasus deskripsi realitas ganda yang tampil dari interaksi peneliti dengan responden dapat terhindar dari “bias”. 11. Penafsiran idiografik Penelitian naturalistik mengarah ke penafsiran data termasuk penarikan kesimpulan secara idiografik dalam arti keberlakuannya bersifat khusus; bukan ke nomothetik dalam arti mencari hukum keberlakuan yang sifatnya umum, karena penafsiran yang berbeda nampaknya lebih memberi makna untuk realitas yang berbeda konteksnya. 12. Aplikasinya tentatif Penelitian naturalistik cenderung lebih menyukai aplikasi tentatif daripada aplikasi meluas atas hasil temuannya, karena realitas itu ganda dan berbeda; juga karena interaksi antara peneliti dengan respondennya bersifat khusus dan tak dapat diduplikasikan. 13. Ikatan konteks terfokus Ida Farida Ningrum, 2013 Pengembangan Pembelajaran Sejarah Lokal Untuk Meningkatkan Rasa Memiliki Jatidiri Kelokalan Studi Naturalistik Inquiri Di SMK Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu Penelitian naturalistik menghendaki ditetapkannya batas atas dasar fokus. Penentuan fokus memiliki tujuan menentukan keterikatan studi, ketentuan lokasi studi, menentukan kriteria inklusi dan ekslusi bagi informal baru. Fokus membantu peneliti membuat keputusan untuk membuang atau menyimpan infornasi yang diperolehnya.

b. Metode Penelitian

Adapun metode yang digunakan adalah metode naturalistik. Kebanyakan metode ini mengumpulkan data yang bersifat kualitatif dan karena itu disebut juga metode kualitatif Nasution, 2003:5. Peneliti melakukan penelitian dengan melakukan pengamatan langsung sekaligus terlibat dalam kegiatan yang ditelitinya yaitu mengenai pengembangan pembelajaran sejarah lokal di SMA Negeri 1 Singaparna. Pengamatan alami merupakan jenis penelitian kualitatif dengan melakukan observasi menyeluruh pada sebuah latar tertentu tanpa sedikitpun mengubahnya. Tujuan utamanya ialah untuk mengamati dan memahami perilaku seseorang atau kelompok orang dalam situasi tertentu. Misalnya, bagaimana perilaku seseorang ketika dia berada kelompok diskusi yang anggota berasal dari latar sosial yang Ida Farida Ningrum, 2013 Pengembangan Pembelajaran Sejarah Lokal Untuk Meningkatkan Rasa Memiliki Jatidiri Kelokalan Studi Naturalistik Inquiri Di SMK Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu berbeda-beda. Dan, bagaimana pula perilaku dia jika berada dalam kelompok yang homogen. Peneliti menggunakan kamera tersembunyi atau isntrumen lain yang sama sekali tidak dikatahui oleh orang yang diamati subjek.peneliti bisa mengamati sekelompok anak ketika bermain dengan teman-temannya untuk memahami perilaku interaksi sosial mereka.

C. Definisi Operasional

Definisi istilah atau penjelasan istilah dimaksudkan untuk menghindari kesalahfahaman yang mungkin muncul dalam menafsirkan judul penelitian ini. Dari tujuan inilah, maka ada beberapa istilah yang perlu dijelaskan, yaitu: 1. Pembelajaran Pembelajaran, yaitu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar UU No. 20 Tahun 2003. Pembelajaran merupakan bantuan yang diberikan pendidik agar dapat terjadi proses perolehan ilmu dan pengetahuan, penguasaan kemahiran dan tabiat, serta pembentukan sikap dan kepercayaan pada peserta didik. Dengan kata lain, pembelajaran adalah proses untuk membantu peserta didik agar dapat belajar dengan baik. http:id.wikipedia.org wikiPembelajaran. 2. Sejarah Lokal Ida Farida Ningrum, 2013 Pengembangan Pembelajaran Sejarah Lokal Untuk Meningkatkan Rasa Memiliki Jatidiri Kelokalan Studi Naturalistik Inquiri Di SMK Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu “Sejarah lokal” adalah sejarah dari suatu “tempat”, atau “locality”, yang batasannya ditentukan oleh :perjanjian” yang diajukan penulis sejarah Abdullah,1990:15. Sementara I Gde Widja 1989:11 menyebut sejarah lokal adalah suatu bentuk penulisan sejarah dalam lingkup yang terbatas yang meliputi suatu lokalitas tertentu. Sejarah lokal diartikan sebagai studi tentang kehidupan masyarakat atau khususnya komunitas dari suatu lingkungan sekitar neighborhood tertentu dalam dinamika perkembangannya dalam berbagai aspek kehidupan manusia Widja, 1989:13. Pembelajaran sejarah lokal adalah proses belajar mengajar sejarah yang berbasis sejarah lingkungan atau daerah yang dibedakan dengan sejarah nasional Mulyana, 2008: 231. Melalui pembelajaran sejarah lokal siswa akan mengenal bagaimana proses dan perubahan-perubahan yang terjadi di daerahnya. Kalau diartikan Sejarah lokal itu semata-mata sebagai sejarah daerah tertentu, maka daerah semacam itu sudah lama berkembang di Indonesia. Bahkan sejarah yang kita miliki sekarang bermula dari tradisi sejarah Lokal seperti itu. Hal ini bisa kita hubungkan dengan berbagai sejarah daerah dengan nama-nama tradisional seperti babad, tambo, riwayat, hikayat, dsb, yang dengan cara-cara yang khas magis mistis menguraikan asal usul suatu daerah tertentu Hok Ham 1981 : 3. 3. Rasa memiliki Rasa memiliki atau sense of belonging adalah perasaan terikat baik itu antara sesama manusia, atau manusia dengan yang dimilikinya. Sebagai manusia Ida Farida Ningrum, 2013 Pengembangan Pembelajaran Sejarah Lokal Untuk Meningkatkan Rasa Memiliki Jatidiri Kelokalan Studi Naturalistik Inquiri Di SMK Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu pasti kita semua memiliki rasa ingin memiliki, terhadap benda, tanaman, hewan peliharaan atau bahkan manusia sekalipun. Rasa inilah yang membuat kita terikat dan hidup dengan tidak bebas http:www.cahaya-semesta.com 4. Jati diri kelokalan Jati diri adalah identitas atau inti kehidupan dari seseorang, Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, identitas adalah ciri-ciri atau keadaan khusus seseorang. Identitas identity yang dapat diartikan sebagai ciri-ciri, tanda atau jati diri. Dalam terminologi antropologi, identitas adalah sifat khas yang menerangkan dan sesuai dengan kesadaran diri pribadi sendiri, golongan, kelompok, komunitas, atau Negara sendiri. http:id.shvoong.comwriting-and-speaking2180006- pengertian-identitas-nasional-dan-parameternya Erikson 1968, dalam http:www.docstoc.com menjelaskan identitas sebagai perasaan subyektif tentang diri yang konsisten dan berkembang dari waktu ke waktu. Begitu pula yang dikemukakan oleh Kroger 1997, dalam http:www.docstoc.com bahwa dalam berbagai tempat dan berbagai situasi sosial, seseorang masih memiliki perasaan menjadi orang yang sama. Sehingga, identitas bagi individu dan orang lain mampu memastikan perasaan subjektif tersebut. Menurut Waterman 1984:88, identitas berarti memiliki gambaran diri yang jelas meliputi sejumlah tujuan yang ingin dicapai, nilai, dan kepercayaan Ida Farida Ningrum, 2013 Pengembangan Pembelajaran Sejarah Lokal Untuk Meningkatkan Rasa Memiliki Jatidiri Kelokalan Studi Naturalistik Inquiri Di SMK Negeri 1 Singaparna Kabupaten Tasikmalaya Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu yang dipilih oleh individu tersebut. Komitmen-komitmen ini meningkat sepanjang waktu dan telah dibuat karena tujuan, nilai dan kepercayaan yang ingin dicapai dinilai penting untuk memberikan arah, tujuan dan makna pada hidup LeFrancois, 1993:211 Marcia 1993:146 mengatakan bahwa identitas diri merupakan komponen penting yang menunjukan identitas personal individu. Semakin baik struktur pemahaman diri seseorang berkembang, semakin sadar individu akan keunikan dan kemiripan dengan orang lain, serta semakin sadar akan kekuatan dan kelemahan individu dalam menjalani kehidupan. Sebaliknya, jika kurang berkembang maka individu semakin tergantung pada sumber-sumber eksternal untuk evaluasi diri. Dari definisi-definisi tersebut di atas maka disimpulkan bahwa jatidiri kelokalan adalah identitas atau inti kehidupan suatu daerah yang mempunyai karakteristik ciri khas daerah. Mempunyai rasa memiliki Jati diri kelokalan berarti merasa bangga terhadap daerahnya dan mempunyai keinginan untuk menjaga dan melestarikan nilai-nilai kelokalan sehingga memiliki kearifan lokal.

D. Pengembangan Instrumen Penelitian

Dokumen yang terkait

PEMANFAATAN SEJARAH LOKAL PGRS-PARAKU SEBAGAI SUMBER BELAJAR UNTUK MENGEMBANGKAN KESADARAN SEJARAH SISWA : Penelitian Naturalistik Inkuiri di Kelas XI IPS 2 SMA Negeri 1 Anjongan Kabupaten Mempawah.

1 3 44

PEMANFAATAN SITUS KESULTANAN DELI DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL BERBASIS MULTIKULTURAL: Penelitian Naturalistik Inquiri di SMA Panca Budi Medan.

0 3 37

PENDEKATAN INQUIRI UNTUK MENINGKATKAN RASA INGIN TAHU DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA.

0 1 33

PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL BERBASIS MULTIKULTURAL DALAM PENGEMBANGAN KARAKTER BANGSA : Penelitian naturalistik inkuiri di SMA Negeri 1 Sindang terhadap Babad Dermayu di Kabupaten Indramayu.

1 5 54

Pengembangan Model Pembelajaran Sejarah Indonesia Berbasis Relasi Antar Etnis Untuk Meningkatkan Rasa Solidaritas Kebangsaan pada Siswa SMA Negeri 1 Kota Kediri.

0 0 23

PENGEMBANGAN MEDIA MOBILE LEARNING PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS ANDROID UNTUK MENINGKATKAN KESADARAN SEJARAH SISWA SMA NEGERI 1 KALASAN.

0 1 21

HUBUNGAN KECERDASAN EMOSI DAN EFIKASI DIRI DENGAN KEMAMPUAN MANAJEMEN KONFLIK INTERPERSONAL PADA SISWA KELAS XI DI SMA NEGERI 1 SINGAPARNA KABUPATEN TASIKMALAYA.

2 9 187

PEMANFAATAN SITUS KESULTANAN DELI DALAM PEMBELAJARAN SEJARAH LOKAL BERBASIS MULTIKULTURAL: Penelitian Naturalistik Inquiri di SMA Panca Budi Medan - repository UPI T SEJ 1200950 Titel

0 0 4

Pembelajaran sejarah lokal di SMA Negeri 1 Blora

1 8 132

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN SEJARAH BERBASIS NILAI HUMANISME SUNAN DRAJAT UNTUK MENINGKATKAN AKTUALISASI DIRI PESERTA DIDIK DI SMA NEGERI LAMONGAN

0 0 19