dasar penumbuh RPMI Roswell Park Memorial Institute 1640. Untuk memperoleh media kompleks, maka ditambahkan 0,2 UmL bovine insulin dan
Foetal Bovine Serum FBS hingga konsentrasi akhir FBS dalam media menjadi 10. Sel ditumbuhkan pada suhu 37°C dengan kadar CO
2
5 Lee, 2008. Penatalaksanaan kanker payudara sendiri telah mengalami kemajuan yang
sangat pesat, akan tetapi walaupun demikian angka kematian mortality rate dan angka kejadian incidence rate kanker payudara masih tetap tinggi, hal ini
disebabkan penderita ditemukan pada stadium lanjut Hawari Dadang, 2004. Strategi terapi tang tersedia untuk mengobati kanker payudara, termasuk agen
sitotoksik kemoterapi, telah cukup banyak namun sampai saat ini belum ada pengobatan yang tepat untuk kanker payudara yang telah metastasis Jenie, 2007.
4. Uji Sitotoksik
Uji sitotoksik adalah uji in vitro dengan menggunakan kultur sel yang digunakan untuk mendeteksi adanya aktivitas antineoplastik dari suatu senyawa
dengan tujuan untuk mendapatkan obat-obat sitostatik. Sistem ini merupakan uji kualitatif dengan cara menetapkan kematian sel Freshney, 1986.
Uji MTT
assay merupakan salah satu metode yang digunakan dalam uji sitotoksik. Metode ini merupakan metode kolorimetrik, dimana pereaksi MTT ini
merupakan garam tetrazolium yang dapat dipecah menjadi kristal formazan oleh sistem suksinat tetrazolium reduktase yang terdapat dalam jalur respirasi sel pada
mitokondria yang aktif pada sel yang masih hidup. Kristal formazan ini memberi warna ungu yang dapat dibaca absorbansinya dengan menggunakan ELISA
reader Doyle Griffith, 2000. Penetapan jumlah sel yang bertahan hidup pada uji sitotoksisitas dapat
dilakukan dengan berbagai cara. Ada penetapan yang didasarkan pada parameter kerusakan membran, gangguan sintesis dan degradasi makromolekuler, modifikasi
metabolisme, serta perubahan morfologi sel. Petunjuk toksisitas berdasarkan adanya kerusakan membran meliputi perhitungan sel yang mengambil up take
atau dengan bahan pewarna seperti biru tripan. Sedangkan perubahan morfologi diketahui dengan mikroskop elektron Snell and Mullock, 1987 cit Indriati, 2002.
Uji sitotoksik digunakan untuk menentukan parameter nilai IC
50
. Nilai IC
50
menunjukkan nilai konsentrasi yang menghasilkan hambatan proliferasi sel sebesar 50 dan menunjukkan potensi ketoksikan suatu senyawa terhadap sel.
Nilai ini merupakan patokan untuk melakukan uji pengamatan kinetika sel Meiyanto, 2003. Nilai IC
50
dapat menunjukkan potensi suatu senyawa sebagai sitotoksik. Semakin besar harga IC
50
maka senyawa tersebut semakin tidak toksik Melannisa, 2004. Akhir dari uji sitotoksisitas dapat memberikan informasi
persen sel yang mampu bertahan hidup, sedangkan pada organ target memberikan informasi langsung tentang perubahan yang terjadi pada fungsi sel secara spesifik
Doyle Griffths, 2000.
E. Landasan Teori