Manajemen Pemeliharaan MANAJEMEN PEMELIHARAAN DAN PEMOTONGAN SAPI DI CV. PLESUNGAN RAYA (PR) KABUPATEN KARANGAYAR

commit to user harus mempertimbangkan harga serta performen dari bakalan tersebut. Memilih bibit unggul sapi berarti bahwa mempunyai keunggulan dalam ketahanan penyakit, adaptasi, pemeliharaan dan mencerna makanan Santosa, 1995.

B. Manajemen Pemeliharaan

Manajemen pemeliharaan sapi potong meliputi manajemen tata laksana pemeliharaan pemberian pakan, dan pemberian minum, manajemen perkandangan, manajemen kesehatan, dan penanganan limbah. B.1. Manajemen pemberian pakan Bahan pakan adalah segala sesuatu yang dapat diberikan pada ternak sebagai pakan, baik berupa bahan organik, baik sebagian maupun keseluruhannya dapat dicerna dan tidak menyebabkan gangguan kesehatan pada ternak yang memakannya Hartadi et al.,1986. Menurut Siregar 2006 menyatakan bahwa pakan sapi potong harus memenuhi persyaratan antara lain tersedia sepanjang tahun, bernilai gizi tinggi, harganya relatif murah dan tidak mengandung racun atau zat anti nutrisi. Pakan hijauan adalah bahan pakan dalam bentuk daun – daun yang masih bercampur batang, ranting, serta bunga pada umumnya dari tanaman sebangsa rumput dan kacang – kacangan, yang termasuk pakan kasar adalah rumput, jerami padi, dan lain- lain Lubis, 1963. Pakan penguat adalah pakan yang mengandung serat kasar kurang dari 18, mudah dicerna dan merupakan sumber protein, karbohidrat dan lemak, misalnya konsentrat Tillman et al., 1989. Konsentrat adalah pakan ternak yang berasal dari biji – bijian atau hasil samping dari pengelolaan produk pertanian seperti bungkil kacang, bungkil kedelai, bungkil kelapa, dedak padi, ampas tahu, tetes dan sebagainya, biasanya pakan konsentrat mengandung protein yang tinggi Darmono, 1992. Salah satu cara untuk mempercepat proses penggemukan memerlukan kombinasi yang baik, antara hijauan dan konsentrat perbandingan hijauan dan konsentrat tergantung dari ketersediaan hijauan di lokasi penggemukan. Jika hijauan tersedia di lokasi berkualitas rendah seperti 5 commit to user pucuk tebu, perbandingan hijauan dan konsentrat adalah 60 : 40. Jika hijauan berkualitas cukup baik misalnya rumput gajah, setari lamtoro, gamal, dan kaliandra, perbandingan hijauan dan konsentrat cukup 80 : 20 atau 70 : 30 Abidin, 2002. B.2.Manajemen perkandangan Tipe kandang berdasarkan bentuknya yaitu kandang tunggal dan kandang ganda. Kandang tunggal terdiri satu baris kandang yang di lengkapi lorong jalan dan selokan atau parit. Kandang ganda ada dua macam yaitu sapi saling berhadapan head to head dan tail to tail yang saling bertolak belakang yang dilengkapi lorong untuk memudahkan pemberian pakan dan memudahkan ternak Sugeng, 2003. Fungsi kandang adalah untuk melindungi sapi potong dari cuaca, tempat sapi istirahat sapi dengan nyaman, mengontrol agar sapi tidak merusak tanaman disekitar lokasi, tempat pengumpulan kotoran sapi, melindungi hewan dari pengganggu, dan memudahkan pelaksanaan pemeliharaan Abidin, 2002. Pembangunan kandang harus memberikan kemudahan perawatan sapi, mencegah sapi supaya tidak berkeliaran, dan menjaga kebersihan lingkungan. Dengan adanya kandang, pengamanan terhadap pencuri sapi akan lebih terjaga. Menurut Siregar 2006, pembuatan kandang untuk penggemukan memerlukan beberapa persyaratan sebagai berikut : a. Memberikan kenyamanan bagi ternak ataupun pekerja kandang b. Mempunyai ventilasi ataupun pertukaran udara yang sempurna c. Mudah dibersihkan dan terjaga kebersihannya. d. Memberi kemudahan bagi peternak ataupun pekerja kandang pada saat bekerja sehingga efisiensi kerja dapat tercapai. e. Bahan-bahan kandang yang digunakan bertahan lama, tidak mudah lapuk, harganya relatif murah dan mudah didapat didaerah sekitar. f. Tidak ada genangan air didalam ataupun diluar kandang. Lokasi kandang sebaiknya cukup jauh dari pemukiman agar bau dan limbah peternakan tidak mengganggu penghuni pemukiman. Jarak kandang dengan pemukiman minimum 50 meter. Apabila jaraknya terlalu 6 commit to user dekat sebaiknya dibangun tembok pembatas atau pagar tanaman yang pertumbuhannya rapat sebagai peredam angin. Tembok setinggi 3 meter sebagai peredam angin pengaruhnya setara dengan jarak 50 meter Sugeng, 2003. B.3. Manajemen pengendalian penyakit Penyakit merupakan ancaman yang perlu diwaspadai peternak, walaupun serangan penyakit tidak mematikan ternak, tetapi dapat menimbulkan masalah kesehatan yang berkepanjangan, menghambat pertumbuhan dan mengurang pendapatan Sarwono dan Arianto, 2002. Menurut Sugeng 2003, berbagai jenis penyakit sapi sering terjangkit di Indonesia, baik yang menular ataupun tidak menular. Penyakit menular yang terjangkit pada umumnya menimbulkan kerugian besar pada peternak. Tindakan pencegahan untuk menjaga kesehatan sapi antara lain menjaga kebersihan kandang dan peralatannya, termasuk memandikan sapi. Sapi yang sakit dipisahkan dengan sapi yang sehat dan segera dilakukan pengobatan. Diusahakan lantai kandang selalu kering, agar kotoran tidak banyak yang menumpuk di kandang. Untuk menjaga kesehatan sapi maka secara teratur dilaksanakan vaksinasi Djariah, 1996. Pemberian kekebalan tubuh dengan vaksin adalah bentuk perlindungan yang sebaik – baiknya untuk ternak. Munculnya gejala penyakit hendaknya segera dilaporkan kepada petugas Dinas Peternakan untuk mengetahui jenis penyakit, bersifat menular atau tidak. Tindakan yang cepat sangat penting artinya agar dapat segera diidentifikasi jenis penyakitnya dan membasmi penyakit tersebut Tatal, 1981. B.4.Manajemen penanganan limbah Total limbah yang dihasilkan peternakan tergantung dari spesies ternak, besar usaha, tipe usaha dan lantai kandang. Kotoran sapi yang terdiri dari feses dan urine merupakan limbah ternak yang terbanyak di hasilkan dan sebagian besar manure dihasilkan oleh ternak ruminansia seperti sapi, kerbau kambing, dan domba. Umumnya setiap kilogram susu 7 commit to user yang dihasilkan ternak perah menghasilkan 2 kg limbah padat feses, dan setiap kilogram daging sapi menghasilkan 25 kg feses Sihombing, 2000. Limbah ternak adalah sisa buangan dari suatu kegiatan usaha peternakan seperti usaha pemeliharaan ternak, rumah potong hewan, pengolahan produk ternak, dan sebagainya. Limbah tersebut meliputi limbah padat dan limbah cair seperti feses, urine, sisa makanan, embrio, kulit telur, lemak, darah, bulu, kuku, tulang, tanduk, isi rumen, dan lain- lain. Semakin berkembangnya usaha peternakan, limbah yang dihasilkan semakin meningkat Sihombing, 2000. Limbah peternakan meliputi semua kotoran yang dihasilkan dari suatu kegiatan usaha peternakan baik berupa limbah padat dan cairan, gas, maupun sisa pakan. Limbah padat merupakan semua limbah yang berbentuk padatan atau dalam fase padat kotoran ternak, ternak yang mati, atau isi perut dari pemotongan ternak. Limbah cair adalah semua limbah yang berbentuk cairan atau dalam fase cairan air seni atau urine, air dari pencucian alat-alat, sedangkan limbah gas adalah semua limbah berbentuk gas atau dalam fase gas Murtidjo,1995.

C. Manajemen Pemotongan