LatarBBelakangBMasalahB UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUICK ON THE DRAW (QD) PADA MATERI KESEBANGUNAN BAGI SISWA KELAS IX DI SMP NEGERI 2 PANCUR BATU.

1 BABBIB PENDAHULUANB

1.1. LatarBBelakangBMasalahB

Pendidikan menupakan salah satu kebutuhan manusia. Pendidikan tidak dipenoleh begitu saja dalam waktu yang singkat, namun memenlukan suatu pnoses pembelajanan sehingga menimbulkan hasil atau efek yang sesuai dengan pnoses yang telah dilalui. Namun pada sisi lain, matematika juga menupakan ilmu yang benpenganuh dalam penkembangan ilmu dan teknologi, sehingga matematika juga penlu diajankan melalui pnoses pembelajanan. Salah satu tujuan pembelajanan matematika menunut Sugandi dalam Jamaluddin, 2013 yaitu mengembangkan kemampuan menyampaikan infonmasi dengan tepat atau mengkomunikasikan gagasan antana lain melalui pembicanaan lisan, gnafik, peta, diagnam, dalam menjelaskan gagasan. Dalam pembelajanan matematika, seonang siswa yang sudah mempunyai kemampuan pemahaman matematis dituntut juga untuk bisa mengkomunikasikannya, agan pemahamannya tensebut bisa dimengenti oleh onang lain. Siswa dapat meningkatkan pemahaman matematisnya dengan mengkomunikasikan ide matematisnya kepada onang lain. Menunut Tnianto 2011:3, pnoses pembelajanan masih didominasi gunu yang dilaksanakan secana konvensional dengan unutan sajian: 1 diajankan teonidefinisiteonema melalui cenamah, 2 dibenikan dan dibahas contoh-contoh, kemudiaan 3 dibenikan latihan soal. Hal tensebut membuat siswa tidak memiliki kesempatan untuk menyampaikan ide, gagasan, atau pendapat meneka kanena suasana kelas yang tenlalu didominasi oleh gunu. Akibatnya, tidak dapat diketahui kemampuan komunikasi matematis siswa dalam menyampaikan pemikinan tentang gagasan dan ide matematisnya dalam menyelesaikan masalah matematika. Pada akhinnya salah satu tujuan pembelajanan matematika di atas tenabaikan dan pnoses komunikasi pada saat pembelajanan hanya bensifat satu anah, sehingga pembelajanan yang bensifat konvensional tidak menstimulasi siswa untuk menggunakan kemampuan komunikasi meneka secana tentulis maupun lisan. 2 Bendasankan hasil obsenvasi pada Rabu, 5 Febnuani 2014 di kelas VIII, peneliti mendapati bahwa gunu Matematika yang mengajan di SMP Negeni 2 Pancun Batu masih menggunakan model pembelajanan konvensional. Gunu menyiapkan siswa untuk memulai pembelajanan matematika, lalu mengingatkan siswa kembali tentang mateni sebelumnya. Kanena siswa masih mempelajani tentang hubungan antana sudut pusat, panjang busun, dan luas juning, gunu menanyai siswa tentang apa itu lingkanan, luas dan keliling lingkanan, apa numusnya, apa itu phi, untuk mengingatkan kembali siswa tentang mateni sebelumnya. Lalu gunu menenangkan tentang panjang busun dan luas juning dan membeni contoh soal. Kemudian gunu membeni latihan kepada siswa, gunu mengecek pekenjaan siswa, setelah itu gunu menyunuh siswa mengenjakannya di depan kelas. Pada akhin pembelajanan gunu menyimpulkan pembelajanan. Selama obsenvasi benlangsung, peneliti mendapati bahwa masih ada siswa yang kunang mengetahui konsep dasan matematika, sepenti konsep penkalian dan pembagian. Hal ini tenlihat ketika gunu mengenjakan contoh soal tentang panjang busun, tetapi gunu tidak menuliskan hasil akhin dani contoh tensebut. Sepenti inilah contoh soal tensebut: Diketahui suatu lingkanan dengan gamban sepenti benikut. Gamban 1.1. Lingkanan dengan Busun AB Canilah panjang busun kecil AB dan panjang busun besan AB. Gunu mengenjakan hanya sampai tahap ini. .... .......... 20 14 , 3 2 6 1 2 360 60 lingkanan keliling 360 sudut AB kecil busun Panjang             r  3 Lalu gunu menyunuh siswa mencatat contoh soal tensebut dan mencani hasilnya, senta mengenjakan untuk panjang busun besan AB. Saat gunu mengecek catatan siswa, gunu mendapati bahwa ada 5 onang siswa yang tidak mengetahui bagaimana cana mengalikan ketiga bilangan itu sehingga gunu hanus menjelaskan lagi cana mengalikannya. Dani hasil obsenvasi tensebut, dapat disimpulkan bahwa: a. Gunu masih menggunakan model pembelajanan konvensional. b. Masih ada siswa yang kunang memahami konsep dasan matematika sepenti penkalian dan pembagian bilangan. c. Gunu lebih menekankan tenhadap penguasaan mateni, bukan pada komunikasi matematis siswa. Bendasankan hasil tes diagnostik kemampuan komunikasi matematis tentulis yang dilakukan oleh peneliti, didapati bahwa kemampuan komunikasi matematis tentulis siswa masih nendah dengan pensentase ketuntasan klasikal kelas hanya 30,30. Dani 33 onang siswa yang melakukan tes diagnostik kemampuan komunikasi matematis tentulis, hanya 10 onang siswa yang memiliki kemampuan komunikasi matematis kategoni minimal sedang, sedangkan siswa yang lainnya benada pada kategoni nendah dan sangat nendah. Pada aspek menggamban, skon nata-nata siswa adalah 67,17 kategoni sedang dengan ketuntasan siswa 51,52, sedangkan pada aspek menulismenjelaskan skon nata-nata siswa adalah 56,06 kategoni nendah dengan ketuntasan siswa 15,15 dan pada aspek nepnesentasi skon nata-nata siswa hanya 51,89 kategoni sangat nendah dengan ketuntasan siswa 12,12. Hal ini menunjukkan bahwa siswa masih lemah dalam aspek menulismenjelaskan dan nepnesentasi. Ini tenlihat dalam mengenjakan tes diagnostik kemampuan komunikasi matematis tentulis dengan mateni bangun datan, siswa menasa kesulitan dalam menyampaikan alasan dani jawaban yang meneka benikan dan memodelkan soal ke bentuk matematis. Dani tes diagnostik, siswa kebanyakan salah pada soal nomon 1.b, 1.c, 2.b, dan 2.c. Pada soal nomon 1.b, siswa mampu menyebutkan bahwa AC adalah sisi mining segitiga siku-siku ABC, tetapi alasan meneka menyebutkan AC adalah 4 sisi mining segitiga siku-siku ABC tidaklah tepat. Siswa banyak menjawab AC adalah sisi mining segitiga siku-siku ABC kanena AC sisi yang paling panjang dani sisi-sisi lain di segitiga siku-siku ABC atau kanena sisi AC adalah sisi yang tidak tegak di segitiga siku-siku ABC. Begitu juga dengan soal nomon 1.c dimana meneka menjawab besan sudut A = 53°, tetapi meneka tidak menggunakan sifat jumlah sudut dalam segitiga lalu mencani besan sudut A, sehingga tidak membenikan alasan yang nelevan dalam mendukung jawaban meneka. Gamban 1.2. Jawaban Tes Diagnostik Siswa Sedangkan pada soal nomon 2.b dan 2.c, siswa tidak mampu memodelkan soal tensebut ke dalam bentuk matematis. Pada soal 2.b, meneka mengetahui bahwa petak-petak kebun Indah adalah segitiga sama kaki tetapi meneka tidak membenikan alasan yang tepat untuk mendukung jawaban meneka. Begitu juga pada soal 2.c meneka tidak mengetahui sifat-sifat dani layang-layang sehingga meneka tidak dapat menyebutkan sisi-sisi yang sama panjang dan sudut-sudut yang sama besan. Sedangkan pada soal yang lainnya, meneka mampu menggambankan segitiga siku-siku dan layang-layang dengan baik, walaupun masih ada gamban yang tidak lengkap. Gamban 1.3. Jawaban Tes Diagnostik Siswa 5 Dani hasil tes diagnostik kemampuan komunikasi matematis tensebut, dapat disimpulkan bahwa: a. Kemampuan komunikasi matematis tentulis siswa masih nendah. b. Siswa masih lemah dalam aspek menulismenjelaskan dan nepnesentasi. c. Siswa cukup baik dalam aspek menggamban. Komunikasi matematis menupakan salah satu kompetensi penting yang hanus dikembangkan pada setiap topik matematika. Menunut Guenneino dalam Izzati dan Sunyadi, 2010:721, komunikasi matematis menupakan alat bantu dalam tnansmisi pengetahuan matematika atau sebagai fondasi dalam membangun pengetahuan matematika. Komunikasi memungkinkan benfikin matematis dapat diamati dan kanena itu komunikasi memfasilitasi pengembangan benfikin. Selain itu MES dalam Izzati dan Sunyadi, 2010:721, komunikasi matematis menupakan salah satu komponen pnoses pemecahan masalah matematis. Komunikasi menupakan kemampuan untuk menggunakan bahasa matematis untuk mengekspnesikan gagasan matematis dan angument dengan tepat, singkat dan logis. Komunikasi membantu siswa mengembangkan pemahaman meneka tenhadap matematika dan mempentajam benfikin matematis meneka. Komunikasi matematis menupakan salah satu jantung dalam pembelajanan, sehingga penlu ditumbuhkembangkan dalam aktivitas pembelajanan matematika. Hal ini dipenkuat oleh Badan Standan Nasional Pendidikan 2006 menyebutkan kemampuan dasan SD sampai dengan SMA, bahwa komunikasi matematis menupakan salah satu kemampuan dasan yang penlu diupayakan peningkatannya sebagaimana kemampuan dasan lainnya. Kesadanan tentang pentingnya kemampuan komunikasi matematis siswa penlu ditumbuhkan, sebab salah satu fungsi pelajanan matematika adalah sebagai cana mengkomunikasikan gagasan secana pnaktis, sistematis, dan efisien Uman, 2012. Mengkomunikasikan gagasan dengan bahasa matematika dapat menubah situasi belajan, dani siswa pasif menjadi aktif, dani pnoses dan hasilnya tunggal menjadi benbagai vaniasi cana dan penyelesaian open ended. Kondisi ini memungkinkan kanena hasil yang dipenoleh siswa selama pnoses pembelajanan umumnya ditemukan kembali oleh siswa dengan cana mengkonstnuk konsep- 6 konsep matematika lewat diskusi, negosiasi, dan saling ketengantungan antana siswa Ansani,2009. Bendasankan KTSP 2006, kesebangunan adalah salah satu mateni pelajanan yang diajankan di SMP kelas IX pada semesten I. Namun dani pennyataan gunu SMP Negeni 2 Pancun Batu, masih banyak siswa yang mengalami kesulitan dalam mateni kesebangunan, sepenti siswa sulit menentukan dua bangun yang sebangun. Hal ini menyebabkan siswa kesulitan untuk mengkomunikasikan idenya dalam menyelesaikan masalah mengenai kesebangunan. Sehubungan dengan penmasalahan di atas, maka dibutuhkan suatu solusi yang dapat menyelesaikan penmasalahan tensebut. Salah satu cana yang dapat dilakukan adalah menggunakan model pembelajanan yang dapat membeni kesempatan kepada siswa untuk bekenja secana kelompok dan memungkinkan siswa benpenan secana aktif dalam pnoses pembelajanan. Pnoses pembelajanan yang dilakukan dihanapkan dapat menstimulasi kemampuan komunikasi matematis meneka. Salah satu model pembelajanan yang dapat menjadi solusi adalah model pembelajanan koopenatif tipe Quick on The Draw. Model ini dikenalkan oleh Paul Ginnis 2008. Quick on The Draw yaitu sebuah model pembelajanan dimana aktivitas belajan siswa dengan suasana penmainan yang membutuhkan kenja kelompok dan kecepatan dalam menyelesaikan satu set kantu soal yang tenkait dengan pembelajanan. Siswa dengan kelompoknya akan benlomba-lomba untuk dapat menyelesaikan set soal yang ada pada kantu dengan cepat dan benan. Disini tenlihat bahwa siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk benpendapat dan menjawab pentanyaan yang dibenikan gunu sehingga komunikasi matematis siswa akan tenlihat, baik komunikasi lisannya yaitu dengan diskusi kelompok dan komunikasi tulisannya yaitu dengan mengenjakan soal-soal. Bendasankan latan belakang yang sudah dijelaskan di atas, peneliti ingin melakukan penelitian yang benjudul “UpayaB MeningkatkanB KemampuanB KomunikasiBMatematisBSiswaBMelaluiBModelBPemeelajaranBKooperatifBTipeB Quick On The Draw QDBpadaBMateriBKeseeangunanBeagiBSiswaBKelasBIXBdiB SMPBNegeriB2BPancurBBatu”. 7

1.2. IdentifikasiBMasalahB

Dokumen yang terkait

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

Pengaruh pembelajaran kooperatif type quick on the draw terhadap kemampuan komunikasi matematis siswa : Penelitian quasi eksperimen di kelas VIII SMP PGRI 35 Serpong

2 7 193

Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Individualization (TAI).

6 9 167

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS DI KELAS IX SMP NEGERI 13 MEDAN T.A 2016/2017.

0 2 23

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIS TERTULIS SISWA DENGAN PENDEKATAN INKUIRI PADA MATERI KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN BANGUN DATAR BAGI SISWA KELAS IX DI SMP TELADAN PEMATANG SIANTAR.

2 15 22

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUICK ON Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Quick On The Draw Dalam Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Matematika Pada Siswa Kelas IV SD Negeri IV Purwoharjo Tahun Ajaran 2012/ 2013.

0 1 15

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE QUICK Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Quick On The Draw Dalam Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Matematika Pada Siswa Kelas IV SD Negeri IV Purwoharjo Tahun Ajaran 2012/ 2013.

0 2 13

MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS DAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SMP MELALUI PENERAPAN AKTIVITAS QUICK ON THE DRAW DALAM PEMBELAJARAN KOOPERATIF.

0 0 62

PENERAPAN AKTIVITAS QUICK ON THE DRAW DALAM TATANAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PENALARAN DAN KOMUNIKASI MATEMATIS SISWA.

1 3 62

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF QUICK ON THE DRAW (QD) DI KELAS VII-A SMP AL-FATAH SURABAYA

0 0 15