4.4 Pembahasan 49
4.4.1 Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Sistem Pencernaan
Makanan Manusia di Kelas XI IPA-2 dengan Model Jigsaw 49
4.4.2 Hasil Belajar Siswa pada Pembelajaran Sistem Pencernaan
Makanan Manusia di Kelas XI IPA-1 dengan Model Make A Match
50 4.4.3
Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran Sistem Pencer naan Makanan Manusia di Kelas XI IPA-2 dengan Model
Jigsaw 50
4.4.4. Aktivitas Belajar Siswa pada Pembelajaran Sistem Pencer naan Makanan Manusia di Kelas XI IPA-1 dengan Model
Make A Match 51
4.4.5 Perbedaan Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Siswa di Kelas dengan Model Jigsaw dengan Kelas Model Make A Match
52
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 54
5.1. Kesimpulan 54
5.2. Saran 54
DAFTAR PUSTAKA 55
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 2.1 Ilustrasi Kelompok Jigsaw
14 Gambar 2.2 Organ-organ Sistem Pencernaan Makanan pada Manusia
18 Gambar 2.3 Jenis-Jenis Gigi
20 Gambar 2.4 Letak Kelenjar Ludah di Dalam Rongga Mulut
21 Gambar 2.5. Bagian-Bagian Lambung
22 Gambar 2.6 Hati dan Pankreas
23 Gambar 2.7 Usus Halus
25 Gambar 2.8 Usus Besar Manusia dan Bagiannya
25 Gambar 3.3 Prosedur Penelitian
33
DAFTAR LAMPIRAN
Halaman Lampiran 1. Silabus
57 Lampiran 2. RPP Kelas Jigsaw
58 Lampiran 3. RPP Kelas Make A Match
65 Lampiran 4. Soal Instrumen Penelitian Awal
71 Lampiran 5. Kunci Jawaban
83 Lampiran 6. Soal Pretes
84 Lampiran 7. Kunci Jawaban Pretes
90 Lampiran 8. Soal Postes
91 Lampiran 9. Kunci Jawaban Postes
98 Lampiran 10. Perhitungan Validitas Butir Soal
99 Lampiran 11. Perhitungan Realibilitas Butir Soal
101 Lampiran 12. Perhitungan Taraf Kesukaran Butir Soal
102 Lampiran 13. Perhitungan Daya Beda Soal
104 Lampiran 14. Keterangan Uji Instrumen
106 Lampiran 15. Data Hasil Belajar Siswa Kelas Jigsaw
108 Lampiran 16. Rata-rata, Standart Deviasi dan Varians Nilai Pretes
dan Postes Kelas Jigsaw 110
Lampiran 17. Data Hasil Pretes dan Postes Siswa Kelas MAM 112
Lampiran 18. Rata-rata, Standart Deviasi dan Varians Nilai Pretes dan Postes Kelas Make A M atch
114 Lampiran 19. Perhitungan Persentase Peningkatan Hasil Belajar Siswa
116 Lampiran 20. Observasi Aktivitas Siswa Kelas Jigsaw Pertemuan I
117 Lampiran 21. Observasi Aktivitas Siswa Kelas Jigsaw Pertemuan II
119 Lampiran 22. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Jigsaw
121 Lampiran 23. Observasi Aktivitas Siswa Kelas Make A Match Pada
Pertemuan I 122
Lampiran 24. Observasi Aktivitas Siswa Kelas Make A Match Pada Pertemuan II
123
Lampiran 25. Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas Jigsaw 125
Lampiran 26. Uji Normalitas 126
Lampiran 27. Uji Homogenitas 128
Lampiran 28. Uji Hipotesis 131
Lampiran 29. Dokumentasi Penelitian 133
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu faktor pendukung yang sangat penting dalam menghasilkan sumber daya manusia yang berkualitas tinggi baik sebagai
individu maupun sebagai masyarakat. Untuk meningkatkan kualitas pendidikan khususnya di Indonesia, maka kegiatan proses belajar mengajar di sekolah juga
harus ditingkatkan untuk mencapai tujuan pendidikan. Di dalam dunia pendidikan, guru adalah seorang pendidik, pembimbing,
pelatih dan pengembang kurikulum yang dapat menciptakan kondisi dan suasana belajar yang kondusif, yaitu suasana belajar yang menyenangkan, menarik,
memberi rasa aman, memberikan ruang pada siswa untuk berpikir aktif, kreatif, dan inovatif dalam mengeksplorasi dan mengelaborasi kemampuannya.
Guru yang profesional merupakan salah satu faktor penentu proses pendidikan yang
berkualitas. Untuk dapat menjadi guru profesional, mereka harus mampu
menemukan jati diri dan mengaktualisasikan diri sesuai dengan kemampuan dan kaidah-kaidah guru yang profesional.
Rendahnya kualitas pendidikan saat ini merupakan indikasi perlunya keberadaan guru profesional.
Untuk itu, guru diharapkan tidak hanya sebatas menjalankan profesinya, tetapi guru harus memiliki interest yang kuat untuk
melaksanakan tugasnya sesuai dengan kaidah-kaidah profesionalisme guru yang dipersyaratkan. Guru dalam era teknologi informasi dan komunikasi sekarang ini
bukan hanya sekedar mengajar transfer of knowleadge tetapi harus menjadi manajer dalam kegiatan belajar.
Hal tersebut mengandung arti, setiap guru diharapkan mampu menciptakan kondisi belajar yang menantang kreativitas dan
aktivitas siswa, memotivasi siswa, menggunakan multimedia, multimetode dan multinarasumber agar mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan Rusman,
2011. Mata pelajaran biologi adalah salah satu dari mata pelajaran IPA yang
merupakan hasil kegiatan manusia berupa pengetahuan, gagasan dan konsep yang
terorganisasi tentang alam sekitar yang diperoleh dari serangkaian proses ilmiah, dimana dalam mempelajari mata pelajaran biologi diperlukan pengajaran efektif
dan efesien untuk memahami setiap materi pelajaran biologi tersebut. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru biologi di SMA Negeri 1
Onanrunggu, guru cenderung menggunakan metode ceramah dalam kegiatan belajar
mengajar. Kecenderungan
penggunaan metode
ceramah dapat
menyebabkan siswa kurang aktif dalam belajar biologi. Banyak siswa yang hanya pendengar saja tanpa ada interaksi timbal balik dengan guru sehingga membuat
proses belajar tersebut terasa membosankan. Beberapa siswa tidak berani
bertanya ketika ada materi yang tidak dipahami, sehingga pertanyaannya yang tidak terjawab akhirnya membuat siswa tersebut tidak semangat dan kurang
berminat untuk mempelajari materi selanjutnya dan akhirnya semakin banyak materi yang tidak dipahami, bahkan banyak siswa yang mengaku tidak suka mata
pelajaran biologi karena suasana belajar yang monoton. Dari KKM yang
ditentukan yaitu nilai 70, rata-rata hasil belajar siswa hanya mencapai 65. Rendahnya hasil belajar siswa tidak hanya disebabkan karena metode atau
sistem pengajaran yang monoton tetapi juga disebabkan oleh beberapa faktor lain diantaranya: kurangnya minat membaca siswa, kurangnya variasi buku panduan
yang dimiliki serta sarana dan prasarana yang sangat terbatas, adanya perbedaan daya tangkap siswa, kurangnya tenaga pendidik guru yang mengajar di sekolah
sehingga banyak guru yang mengajar tidak sesuai dengan jurusannya termasuk di sekolah tempat pelaksanaan penelitian dan masih banyak faktor lainnya.
Sudjana 2009 menyatakan bahwa dalam kegiatan proses belajar mengajar, penilaian terhadap proses belajar dan mengajar sering diabaikan,
setidak-tidaknya kurang mendapat perhatian dibandingkan dengan penilaian hasil belajar. Pendidikan tidak berorientasi pada hasil semata-mata, tetapi juga kepada
proses. Oleh sebab itu, penilaian terhadap hasil dan proses
belajar harus dilaksanakan secara seimbang. Penilaian terhadap hasil belajar semata-mata tanpa
menilai proses cenderung melihat faktor siswa sebagai kambing hitam kegagalan pendidikan.
Padahal tidak mustahil kegagalan siswa itu disebabkan oleh lemahnya proses belajar mengajar dimana guru merupakan penanggung jawabnya.