PERBANDINGAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN STAD

(1)

v

PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN STAD

(Studi Eksperimen pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Suwanti Nomor Pokok Mahasiswa : 0643024052

Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI, 1.Komisi Pembimbing

Dr. Tri Jalmo, M. Si Pramudiyanti, S.Si., M.Si. NIP 19610910 198603 1 005 NIP. 19730310 199802 2 001

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(2)

vi 1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Tri Jalmo, M.Si

Sekretaris : Pramudiyanti, S. Si., M. Si.

Penguji

Bukan Pembimbing : Neni Hasnunidah, S.Pd., M.Si

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si.

NIP 19600315 1985031 003


(3)

vii Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : Suwanti

Nomor Pokok Mahasiswa : 0643024052 Program Studi : Pendidikan Biologi

Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa penelitian ini adalah hasil pekerjaan saya sendiri, dan sepanjang pengetahuan saya tidak berisi materi yang telah dipublikasikan atau ditulis oleh orang lain atau telah dipergunakan dan diterima sebagai persyaratan penyelesaian studi pada universitas atau institut lain.

Bandar Lampung, 2012 Yang menyatakan

Suwanti


(4)

xi

SANWACANA

Puji Syukur pada Allah SWT, atas segala nikmat dan kehendak-Nya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat dalam meraih gelar SarjanaPendidikan pada Program Studi Pendidikan Biologi Jurusan Pendidikan MIPA,FKIP Unila. Skripsi ini berjudul “PERBANDINGAN PENGUASAAN MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN PADA MANUSIA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DENGAN STAD (Studi Eksperimen pada siswa Kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2011/2012)”.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari peranan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Unila.

2. Dr. Caswita, M. Si. selaku Ketua Jurusan PMIPA FKIP Unila.

3. Neni Hasnunidah, S.Pd.,M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi dan Pembahas atas saran dan masukannya.

4. Dr. Tri Jalmo, M.Si. selaku Pembimbing I atas bimbingan, saran dan motivasinya.

5. Pramudiyanti, S.Si. M.Si. selaku Pembimbing Akademik dan Pembimbing ke II atas kesabaran, saran dan motivasinya.


(5)

xii

6. Dra. Listadora, M.Pd., selaku Kepala SMP N 20 Bandar Lampung dan Sri Jumiati, S. Pd., selaku guru mitra yang telah memberikan izin dan bantuan selama penelitian.

7. Teristimewa untuk Bapak dan Mamak tercinta yang selalu mendoakan, meyayangi dan menjadi penyemangatku.

8. Mbak Ika Windari, Mbak Wasiah, Mbak Murniati atas kasih sayang dan motivasinya.

9. Sahabat seperjuangan Pendidikan Biologi ‘06: Anita N, Winarni, Alvia K,

Nani S, Eliya S, Melia E, Ana Puspita, Ria Ristiani, Lista Leni, Anggraeni Melizawati, Dwi Anita, Nurleni K, Adetia F, Aristiya, Febriana Siska, Riang Budi Susanti, Lia Septiana, Yuniarti P, Uli Nugraheni, Rekan-rekan

Pendidikan Biologi’05 dan’07 , terima kasih banyak untuk persaudaraan,

pengertian, semangat, motivasi, nasihat, dan kritikannya.

10.Semua pihak yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan berguna bagi kita semua. Amien.

Bandar Lampung, 2012 Penulis


(6)

xiii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Ruang Lingkup Penelitian ... 7

F. Kerangka Pikir ... 8

G. Hipotesis ... 11

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning)... 12

B. Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw ... 17

C. Pembelajaran kooperatif Tipe STAD ... 22

D. Penguasaan Materi ... 27

III. METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 30

B. Populasi dan Sampel ... 30

C. Desain Penelitian ... 30

D. Prosedur Penelitian... 31

E. Jenis Data danTeknik Pengambilan Data ... 39

F. Teknik Analisis Data ... . 41

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 45

1. Penguasaan Materi ... 45

2. Aktivitas Belajar Siswa ... 48

B. Pembahasan ... 49

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 56

B. Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA


(7)

xiv

3. Analisis Statistik Data Hasil Penelitian ... 173 4. Foto-foto Penelitian ... 189 5. Surat-surat Izin Penelitian ... 193


(8)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif ... 17

2. Lembar Observasi Aktivitas ... 43

3. Klasifikasi Aktivitas Siswa ... 44

4. Data nilai siswa pada kelas Jigsaw dan kelas STAD ... 45

5. Hasil Uji t Nilai Pretes, Postes dan N-gain Siswa pada Kelas Jigsaw dan Kelas STAD ... 46

6. Data nilai N-gain setiap indikator hasil belajar kognitif siswa pada kelas Jigsaw dan kelas STAD ... 47


(9)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Diagram Hubungan Antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat ... 11

2. Hubungan Kelompok Ahli dengan Kelompok Asal ... 20

3. Desain pretes postes tak ekuivalen ... 32

4. Contoh jawaban siswa pada soal indikator C1 (LKS 1 kelas Jigsaw) ... 52

5. Contoh jawaban siswa pada soal indikator C1 (LKS 1 kelas STAD) ... 53

6. Contoh jawaban siswa pada soal indikator C3 (LKS 1 kelas Jigsaw) ... 53

7. Contoh jawaban siswa pada soal indikator C3 (LKS 1 kelas STAD) ... 53

8. Contoh jawaban siswa pada soal indikator C4 (LKS 3 kelas Jigsaw) ... 53

9. Contoh jawaban siswa pada soal indikator C4 (LKS 3 kelas STAD) ... 53

10. Contoh jawaban siswa pada soal indikator C2 (LKS 1 kelas Jigsaw) ... 55


(10)

I. PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan adalah proses interaksi antara guru dan siswa yang bertujuan meningkatkan perkembangan mental sehingga menjadi mandiri. Menurut Mudyahardjo (2001:198) pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, sehingga dengan adanya pendidikan maka martabat dan derajat suatu bangsa dapat

ditingkatkan. Dewasa ini, dunia pendidikan juga dihadapkan pada berbagai tuntutan yang mendasar yaitu tuntutan pada usaha peningkatan mutu pendidikan.

Dalam proses pendidikan, belajar merupakan aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia. Suyatna (2008:4) menyatakan bahwa siswa memerlukan kemampuan belajar sepanjang hayat untuk bisa bertahan (survive) dan berhasil (sukses) dalam menghadapi setiap masalah sambil menjalani proses kehidupan sehari-hari. Jadi manusia tidak dapat lepas dari proses belajar itu sendiri sampai kapanpun dan dimanapun manusia itu berada, serta belajar itu juga menjadi kebutuhan yang terus meningkat sesuai dengan perkembangan ilmu pangetahuan.


(11)

Perkembangan ilmu pengetahuan alam khususnya biologi, telah melaju dengan pesatnya karena selalu berkaitan erat dengan perkembangan teknologi yang memberikan wahana yang memungkinkan perkembangan tersebut. Oleh karena itu, untuk dapat menyesuaikan perkembangan tersebut menuntut kreatifitas dan kualitas sumberdaya manusia yang harus ditingkatkan melalui jalur

pendidikan.

Dalam pendidikan, salah satu inovasi pembelajaran yang diterapkan oleh pemerintah saat ini yaitu dengan diterapkannya Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). KTSP menghendaki proses pembelajaran yang memberdayakan semua peserta didik untuk menguasai kompetensi yang diharapkan dengan menerapkan berbagai strategi dan metode pembelajaran yang menyenangkan, berpusat pada peserta didik. Hal ini akan mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan bermakna (Mulyasa 2006:33).

Berdasarkan hasil observasi dan pengalaman PPL di SMP Negeri 20 Bandar Lampung diketahui bahwa pembelajaran yng berlangsung selama ini masih menggunakan pembelajaran konvensional. Pembelajaran konvensional

didesain berorientasi pada guru sehingga pembelajaran sangat bergantung pada kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran. Pembelajaran konvensional yang diterapkan di SMP Negeri 20 Bandar Lampung lebih sering

menggunakan diskusi dalam pembelajarannya. Namun ada kelemahan yang ditemui yaitu hanya siswa yang pintar saja yang aktif terlibat dalam diskusi, sehingga diskusi hanya didominasi oleh beberapa siswa bahkan permasalahan


(12)

diskusi meluas yang menyebabkan tujuan pembelajaran tidak tercapai. Oleh karena itu, akan dibandingkan model pembelajaran yang mirip dengan diskusi, tapi ada keraguan mana yang paling cocok untuk siswa SMP Negeri 20 Bandar Lampung yang memiliki karakteristik tertentu, seperti banyak siswa yang berhasil jika bekerjasama dengan temannya tetapi ada juga siswa yang lebih cenderung bekerja secara individu.

Kurang efektifnya penggunaan metode tersebut diduga berdampak terhadap penguasaan beberapa materi pokok Biologi, salah satunya yaitu materi pokok Sistem Pencernaan Pada Manusia. Berdasarkan hasil ujian blok materi pokok Sistem Pencernaan Pada Manusia siswa kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2010/2011 diketahui bahwa rata-rata nilai ujian yang diperoleh siswa adalah 55,25 mencapai 70 % siswa. Kenyataan ini menunjukkan hasil belajar Biologi siswa masih berada di bawah Kriteria

Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditentukan oleh sekolah yaitu ≥ 61.

Pada materi pokok Sistem Pencernaan Pada Manusia kelas VIII, siswa dituntut untuk mencapai Standar Kompetensi (SK) memahami berbagai sistem dalam kehidupan manusia, dengan (KD) mendeskripsikan sistem pencernaan pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan. Sub dan pada materi pokok sistem pencernaan ini adalah membahas sistem pencernaan pada manusia, pencernaan mekanik dan kimiawi, kandungan zat yang terdapat dalam bahan makanan, serta kelainan dan penyakit pada sistem pencernaan.Agar siswa mampu memahami materi- materi tersebut dibutuhkan keaktifan siswa dalam kegiatan pembelajaran. Dengan demikian diharapkan siswa dapat menguasai materi lebih baik.


(13)

Berdasarkan uraian di atas, maka diperlukan suatu alternatif model pembelajaran yang menarik sehingga dapat meningkatkan aktivitas dan solidaritas sosial siswa dalam belajar yang dapat memberikan dampak positif terhadap penguasaan materi siswa. Beberapa diantaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).

Model pembelajaran koopertaif tipe Jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai prestasi yang maksimal. Jigsaw memiliki kelebihan yaitu untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain, selain itu, siswa harus mempelajari materi tugas yang diberikan dan harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut kepada anggota kelompok lain, sehingga tiap siswa akan mengemukakan konsep sesuai dengan

kemampuannya dan akan melatih kerjasama antar anggota kelompok ahli (Isjoni, 2010:58). Selain memiliki kelebihan, jigsaw juga memiliki kelemahan yaitu apabila jumlah siswa yang terlalu banyak mengakibatkan perhatian guru terhadap proses pembelajaran relatif kecil sehingga hanya sebagian orang saja yang menguasai arena kelas, dan apabila salah satu peserta tidak

menyelesaikan tugasnya, maka informasi tersebut tidak dapat dibagi atau didiskusikan dalam kelompok asal.

Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan model pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, dengan siswa ditempatkan dalam kelompok belajar yang heterogen dari tingkat kemampuan, jenis kelamin


(14)

dan suku. Ada beberapa kelebihan dalam model STAD yaitu untuk memotivasi siswa-siswa supaya memberi semangat dan saling tolong-menolong untuk mengembangkan keterampilan yang diajarkan oleh guru, menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain, mencatat hal-hal yang bermanfaat untuk kepentingan bersama, memperbaiki hubungan dengan teman sebaya, dan siswa yang lambat berpikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuannya. Selain itu juga STAD terdapat kelemahan yaitu adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berpikir tidak dapat berlatih belajar mandiri, serta tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat (Soewarso, dalam Hasanah 2007:27).

Penelitian Sari (2007:28) menemukan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan hasil belajar biologi siswa. Begitu juga dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, penelitian Yati

(2008:33) menemukan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas dan penguasaan konsep materi.

Berdasarkan latar belakang tersebut maka perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui perbedaan penguasaan materi pokok Sistem Pencernaan Pada Manusia yang menggunakan model pembelajarankooperatif tipe Jigsaw dan siswa yang menggunakan model pembelajarankooperatif tipe STAD di SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2011/2012.


(15)

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Manakah penguasaan materi pokok Sistem Pencernaan Pada Manusia yang lebih tinggi antara siswa yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD?

2. Manakah aktivitas belajar siswa yang lebih tinggi antara siswa yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan model

pembelajaran kooperatif tipe STAD?

C.Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

1. Penguasaan materi pokok Sistem Pencernaan Pada Manusia yang lebih tinggi antara siswa yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

2. Aktivitas belajar siswa yang lebih tinggi antara siswa yang diajar melalui model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.


(16)

D. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah: 1. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan dan keterampilan mengenai model pembelajaran kooperatif (Cooperatif Learning).

2. Bagi siswa

Dapat memberikan motivasi belajar, melatih keterampilan, bertanggung jawab pada setiap tugasnya, mengembangkan kemampuan berfikir dan berpendapat positif, serta memberikan bekal untuk dapat bekerja sama dengan orang lain.

3. Bagi guru

Menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw maupun STAD sebagai salah satu alternatif untuk mengajar di kelas.

4. Bagi sekolah

Memberikan sumbangan pemikiran dalam upaya meningkatkan kualitas pengelolaan kegiatan belajar mengajar di sekolah.

5. Ruang Lingkup

Untuk menghindari kesalahpahaman terhadap masalah yang akan dibahas, maka diberikan batasan masalah sebagai berikut:

1. Pembelajaran kooperatif yang akan digunakan dan dibandingkan

penguasaan materinya di dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan STAD pada materi pokok Sistem Pencernaan Pada Manusia.


(17)

2. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu pembelajaran kooperatif yang terdiri dari lima langkah yaitu: siswa mengkaji dan membaca bahan ajar, diskusi kelompok ahli, diskusi kelompok asal, penguatan guru, dan tes/kuis.

3. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah suatu pembelajaran kooperatif yang dilaksanakan malalui tahap persiapan (pembentukan kelompok), penyampaian materi oleh guru, kegiatan kelompok, presentasi, kuis, dan penghargaan kelompok.

4. Penguasaan materi pokok adalah kemampuan yang dimiliki siswa untuk menguasai materi pokok tertentu yang meliputi mengingat, memahami, menerapkan, dan analisis.

5. Populasi dari penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012.

6. Materi pokok pembelajaran yang digunakan pada penelitian ini adalah Sistem Pencernaan Pada Manusia.

F. Kerangka Pikir

Kegiatan utama dalam proses pendidikan di sekolah adalah kegiatan belajar mengajar. Proses belajar mengajar yang ada merupakan penentu keberhasilan dalam mencapai tujuan pendidikan. Siswa yang belajar diharapkan mengalami perubahan baik dalam bidang pengetahuan, pemahaman, keterampilan, nilai dan sikap. Perubahan tersebut dapat tercapai bila ditunjang berbagai macam faktor. Faktor yang dapat menghasilkan perubahan juga berpengaruh untuk meningkatkan hasil belajar. Hasil belajar merupakan alat untuk mengukur


(18)

sejauh mana siswa menguasai materi yang telah diajarkan oleh guru. Oleh karena itu, penguasaan materi merupakan faktor yang penting dalam proses belajar mengajar.

Pembelajaran kooperatif merupakan suatu pembelajaran yang dapat menumbuh kembangkan rasa kerjasama antar siswa dalam satu kelompok. Kerjasama tersebut akan menumbuhkan rasa saling membutuhkan, hormat menghormati, dan tanggung jawab bersama mengenai tugas-tugas yang diberikan kepada kelompok. Siswa dengan kemampuan akademik kurang dan kesulitan dalam memahami materi akan dibantu oleh teman-temannya yang memiliki

kemampuan akademik tinggi yang telah menguasai materi pelajaran. Apabila suasana ini terbangun dalam kelompok masing-masing siswa akan merasa citra diri dan kepercayaan dirinya meningkat. Perasaan ini tumbuh karena mereka merasa diakui keberadaannya oleh teman-teman dalam satu kelompok. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD memiliki beberapa kesamaan dalam langkah pembelajaran. Diantaranya dalam cara pembentukan kelompok yang heterogen terutama dalam segi kemampuan akademis namun juga tetap memperhatikan perbedaan ras, suku, jenis kelamin, agama, dan asal sekolah. Selain itu juga memiliki kesamaan dalam posedur penilaian berupa skor peningkatan individu dan penghargaan kelompok. Dalam penelitian ini, kuis atau tes yang diberikan pada kedua tipe pembelajaran ini pun sama, untuk kemudian dibandingkan.

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang paling sederhana dengan guru menyajikan pelajaran kemudian


(19)

siswa bekerja dalam kelompok. Dalam kerja kelompok siswa selalu bekerja dalam kelompoknya dan untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah menguasai pelajaran tersebut siswa diberikan kuis dan diakhiri dengan pemberian penghargaan.

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri atas kelompok asal dan kelompok ahli, dimana masing-masing anggota kelompok yang mendapat tugas penguasaan bagian materi disebut kelompok ahli. Anggota dari kelompok yang berbeda dengan topik yang sama (ahli) bertemu untuk berdiskusi memecahkan masalah antar ahli. Mereka dapat saling membantu satu dengan yang lainnya tentang topik yang ditugaskan. Setelah berdiskusi, anggota kelompok ahli kembali pada kelompok asal masing-masing untuk menyampaikan hasil diskusi kepada anggota

kelompok asal, sehingga setiap kelompok asal memahami materi yang sedang dipelajari. Untuk memastikan bahwa seluruh anggota kelompok telah

menguasai pelajaran tersebut siswa diberikan kuis dan diakhiri dengan pemberian penghargaan. Jigsaw dalam pelaksanaannya setiap siswa diberi tanggung jawab secara individu dengan diberikannya tugas kepada setiap anggota dalam kelompok asal menurut bagiannya masing-masing. Setiap siswa dalam kelompok asal harus menguasai bagian yang menjadi tugas dan

tanggung jawabnya dengan berdiskusi sesama siswa yang mendapatkan bagian yang sama dari kelompok ahli. Sedangkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam pelaksanannya siswa selalu bekerja dalam kelompoknya dan tidak ada pembagian tugas secara terstruktur yang mengakibatkan kurangnya tanggung jawab perseorangan. Dengan membandingkan kedua model


(20)

pembelajaran kooperatif di atas dapat diketahui manakah yang paling cocok digunakan pada siswa SMPN 20 Bandar Lampung yang mempunyai

karakteristik tersendiri, apakah tipe yang dalam pelaksanaannya setiap siswa diberi tanggung jawab secara individu dalam kelompok asal yaitu Jigsaw atau tipe STAD.

Penelitian ini mengenai penguasaan materi biologi siswa menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan STAD . Untuk memperjelas faktor-faktor yang diteliti maka faktor tersebut dibedakan dalam bentuk variabel. Variabel bebasnya yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw (X1) dan STAD (X2), sedangkan variabel terikat (Y) adalah penguasaan materi biologi siswa.

Hubungan antara kedua variabel tersebut dapat digambarkan dengan diagram berikut ini:

Gambar 1. Kerangka pikir

Keterangan: Tipe teoritis variabel bebas perbandingan model pembelajaran koperatif tipe Jigsaw (X1) dan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (X2) terhadap variabel terikat (Y) penguasaan materi.

G. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ho: Penguasaan materi pokok Sistem Pencernaan Pada Manusia oleh siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe

X1

X2


(21)

STAD sama dengan siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw.

H1: Penguasaan materi pokok Sistem Pencernaan Pada Manusia oleh siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dari siswa yang pembelajarannya menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.


(22)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A.Pembelajaran Kooperatif (Cooperatife Learning)

Salah satu model pembelajaran yang telah berkembang saat ini yaitu model pembelajaran kooperatif, yang memberi kesempatan kepada siswa untuk melakukan sesuatu dan guru hanya bertindak sebagai fasilitator, bukan mendominasi pembelajaran dikelas. Seperti yang dikemukakan Lie (2004:12) bahwa pembelajaran kooperatif adalah sistem pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur, dimana dalam sistem ini guru bertindak sebagai fasilitator. Sedangkan menurut Sanjaya (2009:194) pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan sistem

kelompokkan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang

mempunyai latar belakang kemampuan akademis, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan (reward), jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan.

Dengan demikian,setiap anggota kelompok akan memiliki ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka


(23)

akan memiliki motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi dan keberhasilan kelompok.

Dalam pembelajaran kooperatif disusun dalam sebuah usaha untuk

meningkatkan partisipasi siswa, memfasilitasi siswa dengan pengalaman sikap kepemimpinan dan membuat keputusan dalam kelompok, serta memberikan kesempatan pada siswa untuk berinteraksi dan belajar bersama-sama siswa yang berbeda latar belakangnya. Jadi dalam pembelajaran kooperatif siswa berperan ganda yaitu sebagai siswa ataupun sebagai guru. Dengan bekerja secara berkolaboratif untuk mencapai sebuah tujuan bersama, maka siswa akan mengembangkan keterampilan berhubungan dengan sesama manusia yang akan sangat bermanfaat bagi kehidupan di luar sekolah (Trianto 2010: 58). Pembelajaran kooperatif menekankan pembentukan suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesiakan suatu tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Keberhasilan dalam sebuah kerja dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota kelompok itu sendiri. Seperti yang

dikemukakan oleh Slavin (2010:4) bahwa pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lainnya dalam mempelajari materi pelajaran. Dalam kelas kooperatif, para siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan, dan berargumentasi untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai saat itu dan menutup kesenjangan


(24)

dalam pemahaman masing-masing. Cara pembelajaran kooperatif jarang sekali menggantikan pengajaran yang diberikan oleh guru, tetapi lebih seringnya menggantikan pengaturan tempat duduk yang individual, cara belajar

individual, dan dorongan yang individual. Apabila diatur dengan baik, siswa-siswa dalam kelompok kooperatif akan belajar satu sama lain untuk

memastikan bahwa tiap orang dalam kelompok telah menguasai konsep-konsep yang telah dipikirkan.

Untuk mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran kooperatif, Johnson & Johnson (1994) dan Sutton (1992) (dalam Trianto 2010:60) mengemukakan lima unsur penting kooperatif yang harus diterapkan yaitu:

1. Saling ketergantungan yang bersifat positif antara siswa.

Dalam belajar kooperatif siswa merasa bahwa mereka sedang bekerjasama untuk mencapai satu tujuan dan terikat satu sama lain.

2. Interaksi antara siswa yang semakin meningkat.

Belajar koperatif akan meningkatkan interaksi antar siswa. Interaksi yang terjadi dalam belajar kooperatif adalah dalam hal tukar-menukar ide mengenai masalah yang sedang dipelajari bersama.

3. Tanggung jawab individual.

Tanggung jawab individual dalam belajar kelompok dapat berupa:

(a) membantu siswa yang membutuhkan bantuan, dan, (b) siswa tidak dapat hanya sekedar “membonceng” pada hasil kerja teman siswa dan teman sekelompoknya.


(25)

Selain dituntut untuk mempelajari materi yang diberikan seorang siswa dtuntut untuk belajar bagaimana berinteraksi dengan siswa lain dalam kelompoknya, bagaimana siswa bersikap sebagai anggota kelompok dan menyampaikan ide dalam kelompok akan menuntut keterampilan khusus. 5. Proses kelompok.

Belajar kooperatif tidak akan berlangsung tanpa proses kelompok. Proses kelompok terjadi jika anggota kelompok mendiskusikan bagaimana mereka akan mencapai tujuan dengan baik dan membuat hubungan kerja yang baik.

Selain 5 unsur penting yang terdapat dalam model pembelajaran kooperatif, model pembelajaran mengandung prinsip-prinsip yang membedakan dengan model pembelajaran lainnya. Menurut Slavin (1995, dalam Trianto 2010:61) konsep utama dari belajar kooperatif adalah sebagai berikut:

1. Penghargaan kelompok, yang akan diberikan jika kelompok mencapai kriteria yang ditentukan.

2. Tanggung jawab individual, bermakna bahwa khususnya kelompok tergantung pada belajar individual semua anggota kelompok. 3. Kesempatan yang sama untuk sukses, bermakna bahwa siswa telah

membantu kelompok dengan cara meningkatkan belajar mereka sendiri. Pembelajaran kooperatif mempunyai bebarapa kelebihan yaitu dapat memaksimalkan belajar siswa untuk peningkatan prestasi akademik dan pemahaman baik secara individu maupun secara kelompok. Seperti yang dikemukakan oleh Ibrahim, dkk (2000:7, dalam Trianto 2010:59) bahwa tujuan-tujuan pembelajaran kooperatif mencakup 3 jenis tujuan penting, yaitu


(26)

hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial. Sedangkan menurut Slavin (2010:100) pembelajaran kooperatif bukan hanya sebuah teknik pengajaran yang ditujukan untuk meningkatkan pencapaian prestasi para siswa, pembelajaran kooperatif juga merupakan cara untuk menciptakan keceriaan, lingkungan yang pro-sosial di dalam kelas, yang merupakan salah satu manfaat untuk memperluas

perkembangan interpersonal dan keefektifan.

Terdapat 6 fase atau langkah utama dalam pembelajaran kooperatif. Keenam fase pembelajaran kooperatif dirangkum pada tabel berikut ini.

Tabel 1. langkah-langkah model pembelajaran kooperatif Langkah Indikator Tingkah laku guru Langkah 1 Menyampaikan tujuan

dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan tujuan pem-belajaran dan mengomunikasikan kompetensi dasar yang akan di-capai serta memotivasi siswa. Langkah 2 Menyajikan informasi Guru menyajikan informasi

ke-pada siswa Langkah 3 Mengorganisasikan

siswa dalam kelompok-kelompok belajar

Guru menginformasikan penge-lompokan siswa

Langkah 4 Membimbing belajar kelompok

Guru memotivasi serta memfa-silitasi kerja siswa untuk materi pembelajaran dalam kelompok-kelompok belajar.

Langkah 5 Evaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi pembelajaran yang telah dilaksanakan.

Langkah 6 Pemberian Penghargaan Guru memberi penghargaan hasil belajar individual dan kelompok. (Dimodifikasi dari Arends,oleh Suyatna (2008: 96)

Berdasarkan uraian di atas model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara


(27)

kolaboratif, saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi yang diberikan guru dalam rangka memperoleh hasil yang optimal dalam belajar.

B.Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw telah dikembangkan dan diuji coba oleh Elliot Arroson dan teman-teman dari universitas Texas, serta diadopsi oleh Slavin dan teman-teman di Universitas John Hopkins. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan

keheterogenan, bekerjasama positif dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari materi yang diberikan dan

menyampaikan materi tersebut kepada anggota kelompok yang lain. Menurut Arends (dalam Amri dan Ahmadi, 2010:4) pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang terdiri dari beberapa anggota dalam satu kelompok yang bertanggung jawab atas penguasaan bagian materi belajar dan mampu mengajarkan materi tersebut kepada anggota lain dalam kelompoknya.

Langkah-langkah pembentukan dalam pembelajaran kooperatif tipe jigsaw yaitu membagi siswa kedalam kelompok jigsaw, yang terdiri dari 5-6 anggota, dan masing-masing siswa mendapat subtopik yang berbeda. Tipe jigsaw terdiri dari lima langkah yaitu: siswa membaca dan mengkaji bahan ajar, diskusi kelompok ahli (homogen), diskusi kelompok siswa (heterogen), tes atau ujian, dan penguatan oleh guru. Seperti yang dikemukakan oleh Trianto (2010:73)


(28)

bahwa dalam Langkah-langkah penerapan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah sebagai berikut:

1. Siswa dibagi atas beberapa kelompok (tiap kelompok anggotanya 5-6 orang) 2. Materi pelajaran diberikan kepada siswa dalam bentuk teks yang telah

dibagi-bagi menjadi beberapa sub bab.

3. Setiap anggota kelompok membaca sub bab yang ditugaskan dan bertanggung jawab untuk mempelajarinya. Misalnya, jika materi yang disampaikan mengenai sistem ekskresi. Maka seorang siswa dari satu kelompok mempelajari tentang ginjal, siswa yang lain dari kelompok satunya mempelajari tentang paru-paru, begitupun siswa lainnya mempelajari kulit, dan lainnya lagi mempelajari hati.

4. Anggota dari kelompok lain yang telah mempelajari sub bab yang sama bertemu dalam kelompok-kelompok ahli untuk mendiskusikannya. 5. Setiap anggota kelompok ahli setelah kembali kekelompoknya bertugas

mengajar teman-temannya.

6. Pada pertemuan dan diskusi kelompok asal, siswa-siswi dikenai tagihan berupa kuis individu.


(29)

Hubungan yang terjadi antara kelompok asal dan kelompok ahli digambarkan sebagai berikut:

Kelompok Asal

Kelompok Ahli

Gambar 2. Hubungan yang terjadi antara kelompok asal dan kelompok ahli (modifikasi dari Suyatna, 2008:104)

Para anggota dari tim-tim yang berbeda dengan topik yang sama bertemu untuk diskusi (tim ahli) saling membantu satu sama lain tentang topik pembelajaran yang ditugaskan kepada mereka. Kemudian siswa-siswa itu kembali pada tim/kelompok asal untuk menjelaskan kepada anggota kelompok yang lain tentang apa yang telah mereka pelajari sebelumnya pada pertemuan tim ahli. Pada model pembelajaran tipe Jigsaw, terdapat kelompok asal dan kelompok ahli. Kelompok asal yaitu kelompok induk siswa yang beranggotakan siswa dengan kemampuan, asal, dan latar belakang keluarga yang beragam.

Kelompok asal merupakan gabungan dari beberapa ahli. Kelompok ahli yaitu kelompok siswa yang terdiri dari anggota kelompok asal yang berbeda yang ditugaskan untuk mempelajari dan mendalami topik tertentu dan

menyelesaikan tugas-tugas yang berhubungan dengan topiknya itu untuk + - = * + - = * + - = * + - = * + + + + - - - - = = = = * * * *


(30)

kemudian dijelaskan kepada anggota kelompok asal (Amri dan Ahmadi, 2010:95).

Ada beberapa kelemahan dan kelebihan dalam model Jigsaw menurut Soewarso (1998, dalam Hasanah 2007:31) yaitu:

Kelemahan:

a. Jika guru tidak mengingatkan agar siswa selalu menggunakan

keterampilan-keterampilan kooperatif dalam kelompok masing-masing maka dikhawatirkan kelompok akan macet dalam pelaksanaan diskusi. b. Jika jumlah anggota kelompok kurang akan menimbulkan masalah, misal

jika ada anggota yang hanya membonceng dan menyelesaikan tugas-tugas dan pasif dalam diskusi.

c. Membutuhkan waktu yang lebih lama apalagi bila penataan ruang belum terkondisi dengan baik sehingga perlu waktu untuk merubah posisi yang dapat menimbulkan gaduh.

Kelebihan:

a. Dapat mengembangkan hubungan antar pribadi positif di antarasiswa yang memiliki kemampuan belajar yang berbeda.

b. Menerapkan bimbingan sesama teman. c. Rasa harga diri siswa yang lebih tinggi. d. Memperbaiki kehadiran.

e. Penerimaan terhadap perbedaan individu lebih besar. f. Sikap apatis berkurang.

g. Pemahaman materi lebih mendalam. h. Meningkatkan motivasi belajar.


(31)

Menurut beberapa penelitian mengatakan bahwa penerapan pendekatan kooperatif learning dengan tipe Jigsaw menunjukkan hasil belajar yang lebih baik. Riad (2005:34) Dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan tipe Jigsaw lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang diajar dengan menggunakan metode

konvensional. Sedangkan dari hasil penelitian Arsanti (2008:47) menyatakan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas siswa, hasil belajar siswa tiap siklusnya juga meningkat. Hal ini menunjukkan pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Jadi pembelajaran dengan menggunakan tipe Jigsaw memberikan kontribusi yang baik terhadap motivasi dan hasil belajar.

Selain itu, Hasil Penelitian Yati (2008:34) menyatakan bahwa pembelajaran dengan menggunakan metode kooperatif tipe Jigsaw dapat menurunkan aktivitas off task siswa dan meningkatkan penguasaan materi. Melalui

pembelajaran kelompok terlihat bahwa siswa lebih aktif mendiskusikan konsep dan prinsip tentang pembelajaran mereka. Siswa saling bekerjasama,

melengkapi dan berinteraksi antara yang satu dengan yang lain. Siswa yang pandai membantu temannya dalam memahami materi pelajaran sehingga seluruh anggota kelompok dapat menguasai materi pelajaran yang diberikan. Melihat peningkatan dari siklus kesiklus, maka hal ini membuktikan bahwa pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe Jigsaw dapat membantu untuk meningkatkan aktivitas belajar dan penguasaan konsep siswa dan menyimpulkan bahwa model pembelajaran koopertif tipe Jigsaw merupakan


(32)

model pembelajaran yang baik untuk diterapkan dalam pembelajaran di sekolah.

Jigsaw ini didesain untuk meningkatkan rasa tanggung jawab siswa terhadap pembelajarannya sendiri dan juga pembelajaran orang lain. Siswa tidak hanya mempelajari materi yang diberikan, tetapi mereka juga harus siap memberikan dan mengajarkan materi tersebut pada anggota kelompoknya yang lain. Dengan demikian, siswa saling tergantung satu dengan yang lain dan harus bekerja sama secara kooperatif untuk mempelajari materi yang ditugaskan (Lie dalam Amri dan Ahmadi, 2010:95).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan pembelajaran dalam kelompok kecil yang heterogen dalam hal kemampuan. Ditandai dengan adanya kelompok asal dan kelompok ahli. Dalam kelompok ahli siswa harus mengkontruksi dan memahami materi yang dikaji, karena siswa harus menyampaikan kembali pada kelompok asalnya. Kemudian perwakilan kelompok mempresentasikan materinya, kelompok lain menanggapi atau memberikan saran dan diakhiri dengan kuis dan pemberian penghargaan. Diharapkan dengan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw dapat meningkatkan aktivitas siswa, memberikan respon yang positif , dan meningkatkan hasil belajar siswa.

C.Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Model pembelajaran koopertif tipe STAD dikembangkan oleh Robert E. Slavin dan teman-temannya di Universitas Jhon Hopkin, dan merupakan tipe


(33)

STAD membagi siswa dalam kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang yang bersifat heterogen. Komponen utama tipe STAD adalah presentasi kelas, kegiatan kelompok, kuis/tes, pemberian skor individu dan penghargaan kelompok.

Dalam STAD para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim mereka untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya semua siswa mengerjakan kuis mengenai materi secara sendiri-sendiri, dimana saat itu mereka tidak diperbolehkan untuk saling bantu. Skor kuis para siswa dibandingkan dengan rat-rata pencapaian mereka sebelumnya, dan kepada masing-masing tim akan diberikan poin berdasarkan tingkat kemajuan yang diraih siswa dibandingkan hasil yang mereka capai

sebelumnya. Poin ini kemudian dijumlahkan untuk memperoleh skor tim, dan tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan mendapatkan sertifikat atau penghargaan lainnya. Seluruh rangkaian kegiatan, termasuk presentasi yang disampaikan guru, praktik tim, dan kuis biasanya memerlukan waktu 3-5 periode kelas (Slavin, 2010:11)

Menurut Eggen (1996:289,dalam Suyatna 2008: 100) dalam pelaksanaan pembelajaran kooperatif tipe STAD ada beberapa tahap yang harus dilakukan, yaitu:


(34)

Materi yang disampaikan pada saat pembelajaran biasa menggunakan pengajaran langsung atau diskusi yang dipimpin oleh guru. Pembelajaran ini dipakai untuk menetapkan tujuan, penjelasan, dan pemodelan kemampuan atau penerapan konsep, prinsip, penyamarataan, peraturan-peraturan dan penyediaan buku praktik. Pada pendahuluan ditekankan pada apa yang akan dipelajari siswa dalam tugas kelompok. Siswa harus memperhatikan dengan baik selama pembelajaran karena akan membantu siswa dalam tes.

b.Membentuk kelompok (Transition to Teams)

Guru umumnya membagi kelas menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 4-5 siswa dengan karakteristik yang heterogen. c.Belajar kelompok dan pengawasan (Team Study and Monitoring)

Selama murid belajar kelompok, guru harus mengawasi murid untuk memastikan bahwa mereka bekerja dengan baik. Salah satu tujuan pembelajaran kooperatif adalah mengajar murid untuk bekerja bersama. Model pembelaran koperatif tipe STAD satu kelompok terdiri dari 4-5 orang anggota kelompok. Setiap anggota kelompok harus bertanggung jawab atas keberhasilan anggota kelompok mereka. Setiap anggota kelompok harus membantu satu sama lain dan bertanggung jawab atas keberhasilan anggota kelompok mereka. Setiap anggota kelompok harus membantu satu sama lain dan bertanggung jawab agar setiap anggota kelompoknya benar-benar memahami materi yang dipelajari karena keberhasilan individu mempengaruhi keberhasilan kelompoknya. d.Kuis/tes


(35)

Saat kuis atau tes siswa tidak boleh saling membantu satu sama lain dan harus mengerjakan soal secara individu. Kuis atau tes dikerjakan setiap individu.

e.Poin peningkatan individu

poin peningkatan adalah memberikan kepada siswa sasaran yang dapat dicapai jika mereka belajar lebih giat dan memperhatikan prestasi yang lebih baik jika dibandingkan yang sebelumnya. Hasil tes setiap siswa diberi poin peningkatan yang ditentukan berdasarkan selisih skor tes terdahulu (skor tes terawal dan skor tes terakhir). Selisih skor siswa tersebut kemudian

diperoleh skor individu. Skor individu setiap anggota kelompok memberi sumbangan kepada skor kelompok.

f. Penghargaan kelompok

Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan poin peningkatan kelompok. Skor kelompok adalah rata-rata dari peningkatan individu dalam kelompok tersebut.

Terdapat beberapa kelemahan dan kelebihan model STAD menurut Soewarso (1998, dalam Hasanah 2007:27) yaitu:

Kelemahan:

a. Pembelajaran kooperatif tipe STAD bukanlah obat yang paling mujarab untuk memecahkan masalah yang timbul dalam kelompok kecil.

b. Adanya ketergantungan sehingga siswa yang lambat berpikir tidak dapat berlatih belajar mandiri.

c. Memerlukan waktu yang lama sehingga target pencapaian kurikulum tidak dapat dipenuhi.


(36)

d. Tidak dapat menerapkan materi pelajaran secara cepat.

e. Penilaian terhadap individu dan kelompok serta pemberian hadiah menyulitkan bagi guru untuk melaksanakannya.

Kelebihan:

a. Membantu siswa mempelajari isi materi pelajaran yang sedang dibahas. b. Adanya anggota kelompok lain yang menghindari kemungkinan siswa

mendapatkan nilai rendah, karena dalam pengetesan lisan siswa dibantu oleh anggota kelompoknya

c. Menjadikan siswa mampu belajar berdebat, belajar mendengarkan pendapat orang lain, dan mencatat hal-hal yang bermanfaat

untuk kepentingan bersama.

d. Menghasilkan pencapaian belajar siswa yang tinggi serta menambah harga diri siswa dan memperbaiki hubungan dengan teman sebaya.

e. Hadiah atau penghargaan yang diberikan akan memberikan dorongan bagi siswa untuk mencapai hasil yang lebih tinggi.

f. Siswa yang lambat berfikir dapat dibantu untuk menambah ilmu pengetahuannya

g. Pembentukan kelompok-kelompok kecil memudahkan guru untuk memonitor siswa dalam belajar bekerja sama

Menurut beberapa penelitian mengatakan bahwa penerapan pendekatan kooperatif learning dengan tipe STAD menunjukkan hasil belajar yang lebih baik. Nurmaladewi (2005:42) dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa penerapan pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi siswa sebesar 80,97 % yang termasuk kategori sangat baik dan hasil belajar


(37)

yang dilihat dari banyaknya siswa yang mendapat nilai ≥ 6,5 meningkat sebesar 56,41%. Peningkatan hasil belajar yang cukup signifikan ini

menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran koopertif tipe STAD dapat meningkatkan motivasi siswa untuk lebih aktif dalam proses belajar sehingga dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini berarti bahwa pembelajaran dengan menggunakan tipe STAD memberikan kontribusi yang baik terhadap hasil belajar biologi siswa.

D.Penguasaan Materi

Penguasaan materi merupakan kemampuan menyerap arti dari materi suatu bahan yang dipelajari. Penguasaan bukan hanya sekedar mengingat mengenai apa yang pernah dipelajari tetapi menguasai lebih dari itu, yakni melibatkan berbagai proses kegiatan mental sehingga bersifat dinamis (Arikunto, 2003:115).

Penguasaan materi siswa merupakan hasil belajar dalam kecakapan kognitif. Menurut Anderson, dkk ( 2000: 67-68 ), ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut : (1) Remember mencakup kemampuan ingatan

tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu meliputi fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip dan metode, (2) Understand mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari, (3) Apply mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru, (4) Analyze mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. Misalnya : mengurai masalah


(38)

menjadi bagian yang telah kecil, (5) Evaluate mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu, (6) Create mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru, Penguasaan materi pelajaran oleh siswa dapat diukur dengan mengadakan evaluasi.

Berdasarkan rumusan Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2004:23-28) ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut : (1) Pengetahuan, mencakup ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan, (2) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari, (3) Penerapan, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru, (4) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian- bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik, (5) Sintesis, mencakup kemampuan menbentuk suatu pola baru, (6) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

Penguasaan materi dapat diukur dengan mengadakan evaluasi. Menurut Sanjaya (2009:243) evaluasi merupakan proses yang sangat penting dalam kegiatan pendidikan formal. Adapun fungsi evaluasi yaitu:

1. Evaluasi merupakan alat yang penting sebagai umpan balik bagi siswa. 2. Evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui bagaimana

ketercapaian siswa dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan. 3. Evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan program


(39)

4. Informasi dari hasil evaluasi dapat digunakan oleh siswa secara individual dalam mengaambil keputusan, khususnya untuk menentukanl masa depan sehubungan dengan pemilihan bidang pekerjaan serta pengembangan karier. 5. Evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum khususnya dalam

menentukan kejelasan tujuan khusus yang ingin dicapai.

6. Evaluasi berfungsi sebagai umpan balik bagi semua pihak yang berkepentingan dengan pendidikan di sekolah.

Selain itu, menurut Thoha (1994:1) evaluasi merupakan kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan suatu objek dengan menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk memperoleh kesimpulan. Instrumen atau alat ukur yang biasa digunakan dalam evaluasi adalah tes. Menurut Fathurrohman dan Sutikno (2009:174) Tes adalah pengukuran berupa pertanyaan perintah dan petunjuk yang ditujukan kapan tes untuk mendapatkan respon sesuai dengan petunjuk itu.

Tes untuk mengukur berapa banyak atau berapa persen tujuan pembelajaran dicapai setelah satu kali mengajar atau satu kali pertemuan adalah postes atau tes akhir. Disebut tes akhir karena sebelum memulai pelajaran guru

mengadakan tes awal atau pretes. Kegunaan tes ini ialah terutama untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam memperbaiki rencana pembelajaran. Dalam hal ini, hasil tes tersebut dijadikan umpan balik dalam meningkatkan mutu pembelajaran (Daryanto, 1999:195-196).


(40)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan November tahun pelajaran 2011/2012 di SMP Negeri 20 Bandar Lampung.

B. Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII semester ganjil SMP Negeri 20 Bandar Lampung tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari tujuh kelas. Dari seluruh populasi yang ada diambil siswa-siswi dari dua kelas sebagai sampel penelitian dengan cara cluster random sampling, terpilih siswa pada kelas VIII D sebagai kelompok I dan VIII E sebagai kelompok II. Kelompok I diberikan perlakuan menggunakan model pembelajaran

kooperatif tipe Jigsaw, sedang kelompok II diberi perlakuan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

C. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, desain yang digunakan adalah pretes postes kelompok tak ekuivalen. Dua kelompok penelitian, yaitu kelompok Jigsaw dan

kelompok STAD yang dipilih secara random. Kelompok 1 diberi perlakuan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw, sedangkan kelompok II


(41)

dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD. Kedua kelas diberi pretes dan postes yang sama kemudian hasilnya dibandingkan.

Bila digambarkan, desainnya sebagai berikut :

Kelompok Pretes perlakuan Postes I O1 X1 O2

II O1 X2 O2

Gambar 3. Desain pretes postes kelompok tak ekuivalen Keterangan : I = Kelompok Eksperimen I dengan tipe Jigsaw

II = Kelompok Eksperimen II dengan tipe STAD O1 = pretes

O2 = postes

X1 = Perlakuan Eksperimen I X2 = Perlakuan Eksperimen II (dimodifikasi dari Riyanto, 2001:43)

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini terdiri dari dua tahap, yaitu prapenelitian dan pelaksanaan penelitian. Adapun langkah-langkah dari tahap tersebut sebagai berikut: 1. Prapenelitian

Kegiatan yang dilakukan pada prapenelitian adalah:

1. Membuat izin untuk penelitian pendahuluan (observasi) ke sekolah. 2. Mengadakan observasi ke sekolah tempat penelitian, untuk

mendapatkan informasi tentang keadaan kelas yang akan diteliti 3. Menentukan dua kelas sebagai sampel secara acak.

4. Mengambil data yang akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan kelompok.


(42)

5. Menyiapkan perangkat pembelajaran (Silabus, RPP, LKS) yang akan digunakan selama proses pembelajaran di kelas.

6. Membuat soal-soal kuis untuk Jigsaw dan soal untuk STAD yang berupa tes tertulis.

2. Pelaksanaan Penelitian

Prosedur pelaksanaan penelitian di kelas dibagi menjadi dua yaitu pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan tipe STAD. Pada kelas

eksperimen I dilakukan pembelajaran dengan tipe Jigsaw dan pada kelas eksperimen II dilakukan pembelajaran dengan tipe STAD. Pembagian dilaksanakan selama tiga kali pertemuan.

Urutan prosedur pelaksanaannya sebagai berikut:

a. Melaksanakan kegiatan belajar mengajar pada pokok bahasan sistem pencernaan dengan masing-masing model yang telah ditetapkan. a.1. Kelompok siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe

Jigsaw.

1. Kegiatan awal

a. Guru membacakan Standar kompetensi (SK), Kompetensi dasar (KD), indikator dan tujuan pembelajaran.

b. Pretes pada pertemuan pertama.

c. Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengajukan pertanyaan pada pertemuan:


(43)

1) Pertama :

Sistem pencernaan manusia terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Sebutkan organ saluran

pencernaan pada manusia! 2) Kedua :

Secara umum makanan terbagi atas dua kelompok berdasarkan nutrisi yang dikandungnya yaitu

makronutrien dan mikronutrien. Sebutkan jenis-jenis dari makronutrien!

3) Ketiga:

Sebutkan macam-macam kelainan atau gangguan pada sistem pencernaan manusia!

d. Guru memberikan motivasi kepada siswa pada pertemuan: 1) Pertama :

Bagian tubuh manakah yang kalian pegang pada saat kalian lapar? Guru menjelaskan bahwa pada bagian tubuh tersebut terdapat berbagai macam organ pencernaan. 2) Kedua :

Bagaimanakah rasanya jika kita terlambat makan? 3) Ketiga:

Apa yang kalian rasakan jika memakan sambal terlalu banyak? Guru menjelaskan bahwa rasa nyeri/mulas tersebut merupakan salah satu contoh gangguan pada saluran pencernaan.


(44)

2. Kegiatan Inti

a. Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok asal dimana 1 kelompok terdiri dari 5 orang.

b. Siswa mendapatkan kartu nama berwarna berbeda-beda dalam setiap kelompok. Apabila dalam satu kelompok ada 5 orang siswa, maka dibuat:

siswa 1 : kartu warna merah siswa 2: kartu warna kuning siswa 3: kartu warna hijau siswa 4: kartu warna putih siswa 5: kartu warna ungu

kelima kartu di atas akan dibagikan kepada masing-masing kelompok, bila ada 7 kelompok maka harus membuat 35 kartu tanda berwarna, dengan rincian sebagai berikut: warna merah: 7

warna kuning: 7 warna hijau: 7 warna putih: 7 warna ungu: 7

c. Siswa mendapatkan materi tentang sistem pencernaan, materi tersebut berupa LKS yang berisi ringkasan materi serta pertanyaan dari sistem pencernaan pada manusia, pencernaan mekanik dan kimiawi (pertemuan pertama), kandungan zat yang terdapat dalam bahan makanan (pertemuan kedua),


(45)

kelainan dan penyakit pada sistem pencernaan (pertemuan ketiga).

d. Siswa mendengarkan penjelasan guru tentang pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw yang akan dilaksanakan dalam

pembelajaran bahwa bagian pertama materi diberikan pada siswa yang pertama. Sedangkan siswa yang kedua menerima bagian materi yang kedua, demikian seterusnya sampai siswa yang kelima.

e. Setiap siswa yang mendapat bagian materi yang sama dan memiliki kartu nama yang berwarna sama (kelompok ahli) berkumpul untuk berdiskusi dan mengerjakan bagian materi mereka.

f. Siswa dipantau dan dibimbing oleh guru dalam berdiskusi di dalam kelompok ahli.

g. Setiap siswa kembali kekelompok asal dan menjelaskan pada teman satu kelompoknya mengenai hasil diskusi dengan kelompok ahli. Dalam kegiatan ini siswa saling melengkapi dan berinteraksi antara yang satu dengan yang lainnya. h. Siswa diminta oleh guru yaitu salah satu perwakilan dari

kelompok asal untuk memamerkan hasil diskusinya. Kemudian kelompok lain membandingkan dengan hasil diskusi kelompoknya.


(46)

3. Kegiatan Penutup

a. Siswa membuat kesimpulan dari pembelajaran yang telah berlangsung

b. postes pada pertemuan ketiga.

c. Siswa diberikan penghargaan pada kelompok asal yang mendapat nilai LKS tertinggi.

1.b. Kelompok siswa yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD

1. Kegiatan awal

b. Guru membacakan Standar kompetensi (SK), Kompetensi dasar (KD), indikator dan tujuan pembelajaran.

c. Pretes pada pertemuan pertama.

d. Guru memberikan apersepsi kepada siswa dengan mengajukan pertanyaan pada pertemuan:

1) Pertama :

Sistem pencernaan manusia terdiri atas saluran pencernaan dan kelenjar pencernaan. Sebutkan organ saluran

pencernaan pada manusia! 2) Kedua :

Secara umum makanan terbagi atas dua kelompok berdasarkan nutrisi yang dikandungnya yaitu

makronutrien dan mikronutrien. Sebutkan jenis-jenis dari makronutrien!


(47)

Sebutkan macam-macam kelainan atau gangguan pada sistem pencernaan manusia!

e. Guru memberikan motivasi kepada siswa pada pertemuan: 1) Pertama :

Bagian tubuh manakah yang kalian pegang pada saat kalian lapar? Guru menjelaskan bahwa pada bagian tubuh tersebut terdapat berbagai macam organ pencernaan. 2) Kedua :

Bagaimanakah rasanya jika kita terlambat makan? 3) Ketiga:

Apa yang kalian rasakan jika memakan sambal terlalu banyak? Guru menjelaskan bahwa rasa nyeri/mulas tersebut merupakan salah satu contoh gangguan pada saluran pencernaan.

2. Kegiatan Inti

a. Guru membagi siswa menjadi 7 kelompok yang terdiri dari 5 orang siswa

b. Siswa diberikan penjelasan oleh Guru tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD yang akan dilaksanakan dalam proses pembelajaran, dimana siswa akan belajar dalam suatu kelompok yang telah disiapkan untuk menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru.

c. Guru menyajikan materi tentang sistem pencernaan pada manusia, pencernaan mekanik dan kimiawi (pertemuan


(48)

pertama), kandungan zat yang terdapat dalam bahan makanan (pertemuan kedua), kelainan dan penyakit pada sistem

pencernaan (pertemuan ketiga).

d. Siswa mendapatkan LKS untuk setiap kelompok diskusi dan memberikan arahan kepada siswa tentang cara pengisian LKS tersebut.

e. Siswa dibimbing oleh guru dalam berdiskusi kelompok hingga selesai

f. Siswa diminta oleh guru yaitu salah satu kelompok untuk mempresentasikan hasil diskusi kedepan kelas.

g. Siswa diberikan kesempatan pada kelompok lain untuk memberikan sanggahan atau melengkapi jawaban yang disampaikan

h. Siswa membahas kembali LKS dan membenahi jawabannya.

3. Kegiatan Penutup

a. Siswa membuat kesimpulan dari pembelajaran yang telah berlangsung

b. Postes pada pertemuan ketiga.

c. Siswa diberikan penghargaan pada kelompok yang mendapat nilai LKS tertinggi.

E. Jenis Data dan Teknik Pengambilan Data 1. Jenis Data


(49)

Jenis data penguasan materi berupa data kuantitatif yang diperoleh dari nilai tes awal dan tes akhir pada materi pokok sistem pencernaan. b. Aktivitas Siswa

Jenis data aktivitas siswa berupa data kualitatif yang diperoleh dari lembar observasi aktivitas siswa.

2. Teknik Pengambilan Data

Teknik pengambilan data pada penelitian ini adalah: a. Tes awal dan tes akhir

Data penguasaan materi berupa nilai prtes dan postes. Nilai pretes diambil sebelum pembelajaran baik pada kelompok eksperimen I maupun kelompok eksperimen II, sedangkan nilai postes diambil setelah pembelajaran baik pada kelompok eksperimen I maupun kelompok eksperimen II. Kemudian dihitung N-Gain nya, lalu dianalisis secara statistik. Untuk mendapatkan N-Gain pada setiap pertemuan menggunakan formula Hake (dalam Loranz, 2008:3) sebagai berikut:

N-Gain = 100

 

Y Z

Y X

;

Keterangan : X = nilai postes; Y = nilai pretes; Z = skor maksimal

b. Aktivitas Siswa

Aktivitas siswa diperoleh dengan lembar observasi aktivitas siswa yang berisi semua aspek kegiatan yang diamati pada saat proses pembelajaran. Setiap siswa diamati point kegiatan yang dilakukan


(50)

dengan cara memberi tanda (√ ) pada lembar observasi sesuai dengan aspek yang telah ditentukan.

Teknik Analisis Data

a) Penguasaan Materi 1. Uji normalitas data

Uji normalitas data dihitung menggunakan uji Liliefors dengan menggunakan softwere SPSS versi 17.

a. Rumusan hipotesis

H0 = data berdistribusi normal H1 = data tidak berdistribusi normal b. Kriteria pengujian

Terima H0 jika Lhitung < Ltabel atau p-value > 0,05, tolak H0 untuk harga yang lainnya (Sudjana, 2005:466).

2. Uji Homogenitas data

Apabila masing masing data berdistribusi normal, maka dilanjutkan dengan uji kesamaan dua varians dengan menggunakan program SPSS versi 17.

a. Rumusan Hipotesis

H0 = kedua data mempunyai varians yang sama H1 = kedua data mempunyai varians berbeda b. Kriteria Uji

- Jika F hitung < F tabel atau probabilitasnya > 0,05 maka H0 diterima - Jika F hitung > F tabel atau probabilitasnya < 0,05 maka H0 ditolak


(51)

3. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis digunakan uji kesamaan dua rata–rata dan perbedaan dua rata-rata. Uji kesamaan dua rata–rata dilakukan dengan menggunakan Uji Independent Sampel t-test sedangkan perbedaan dua rata-rata menggunakan Uji One Sampel t-test dengan menggunakan program SPSS versi 17.

a. Uji Kesamaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis

H0 = Rata-rata N-Gain kedua sampel sama H1 = Rata-rata N-Gain kedua sampel tidak sama 2) Kriteria Uji

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:18)

b. Uji Perbedaan Dua Rata-rata 1) Hipotesis

H0 = rata-rata N-Gainpada kelompok eksperimen I sama dengan kelompok eksperimen II.

H1 = rata-rata N-Gain pada kelompok eksperimen I lebih tinggi dari kelompok eksperimen II.

2) Kriteria Uji :

- Jika –t tabel < t hitung < t tabel, maka H0 diterima

- Jika t hitung < -t tabel atau t hitung > t tabel, maka H0 ditolak (Pratisto, 2004:12).

c. Uji hipotesis dengan ujiMann-Whitney U

1) Hipotesis

Ho : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen I dan kelas Eksperimen II sama

H1 : Rata-rata nilai pada kelas eksperimen I dan kelas Eksperimen II tidak sama


(52)

2) Kriteria Uji :

Ho ditolak jika sig< 0,05

Dalam hal lainnya Ho diterima (Anonim, 2009:166). b) Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa diperoleh melalui observasi saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

1) Menghitung rata–rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus: 100 x n xi

Keterangan: : Rata-rata skor aktivitas siswa, ∑xi: Jumlah skor yang diperoleh, n: Jumlah skor maksimum (dalam

Widiyaningrum, 2010:44) Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Sumber: dimodifikasi dari Carolina (2010: 29) Keterangan :

A : Aktivitas memperhatikan waktu belajar

1. Siswa tidak memperhatikan guru menjelaskan materi. 2. Siswa kurang memperhatikan guru menjelaskan materi No Nama Aspek yang diamati

A B C D E

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1

2

3

dst..

Jumlah (xi)

Poin maks (n)

Skor (x)

Keterangan 


(53)

3. Siswa memperhatikan guru menjelaskan materi. B : Aktivitas mengemukakan pendapat/ ide

1. Tidak mengemukakan pendapat /ide (diam saja)

2. Mengemukakan pendapat/ ide namun tidak sesuai dengan materi tugas

3. Mengemukakan pendapat/ide sesuai dengan materi tugas C :Aktivitas berpartisipasi melaksanakan tugas,

1. Tidak berpartisipasi dalam diskusi kelompok. 2. Kurang berpartisipasi dalam diskusi kelompok. 3. Berpartisipasi dalam diskusi kelompok.

D : Ativitas bertukar informasi

1. Tidak berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat dengan anggota kelompok (diam saja)

2. Berkomunikasi secara lisan dengan anggota kelompok tetapi tidak sesuai dengan permasalahan dalam LKS

3. Berkomunikasi secara lisan dengan anggota kelompok untuk memecahkan permasalahan pada LKS

E : Aktivitas bekerjasama

1. Tidak bekerjasama dengan anggota kelompoknya. 2. Kurang bekerjasama dengan anggota kelompoknya. 3. Bekerjasama dengan anggota kelompoknya.

2) Menafsirkan atau menentukan kategori persentase aktivitas siswa sesuai klasifikasi pada tabel berikut:

Tabel 3. Klasifikasi Persentase Aktivitas Siswa

Sumber: dimodifikasi dari Hake dalam Coletta dan Phillips (2005: 5)

Kategori persentase aktivitas siswa Interprestasi

0,00 – 29,99 Sangat Rendah

30,00 – 54,99 Rendah

55,00 – 74,99 Sedang

75,00 – 89,99 Tinggi


(54)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Penguasaan materi pokok Sistem Pencernaan Pada Manusia oleh siswa

dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dibanding dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division).

2. Aktivitas belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dibanding dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams Achievement Division).

B.Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan :

1. Menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD sebagai suatu alternatif dalam memilih model pembelajaran, guna meningkatkan penguasaan materi biologi siswa dan berbagai disiplin ilmu lainnya.

2. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD untuk mencapai hasil yang optimal, guru perlu memperhatikan/menekankan beberapa hal yaitu penataan ruang secara efektif, meningkatkan keterampilan masing-masing kelompok dan mengembangkan keaktifan seluruh anggota dalam kelompok.


(55)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, S. & Ahmadi, L. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Prestasi Pustaka: Jakarta.

Anonim. 2009. Panduan Praktis SPSS 17 untuk Pengolahan Data Statistik. Wahana Komputer. Semarang

Arikunto, S. 2003. Dasar-dasar Evaluasi. Nina Aksara: Jakarta.

Arsanti, A.D. 2008. Upaya Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, Skripsi. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Carollina,H.S.2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin Pada Materi Pokok Ekosistem Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.Skripsi. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Colleta,V.P. dan Phillips, J. A. 2005. Interpreting FCI scores: Normalized gain, preinstruction scores, and scientific reasoning ability. California: Department of Physics, Loyola Marymount University

Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Ervina, N. 2007. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Pemahaman Konsep Materi Alkana dan Alkuna Siswa Kelas X SMA N 7 Bandar Lampung.Skripsi. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Fathurrohman dan Sutikno. 2009. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman Konsep Umum Dan Islami. Redika Aditama. Jakarta.

Hasanah, P.Y. 2007. Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD dan Tipe Jigsaw dalam Materi Klasifikasi Mahluk Hidup di MTs NU Ungaran. Semarang. http://www.scribd.com/doc/454950 (23 Desember 2010; 10.15 WIB.

Ibrahim dan Syaodah. 1996. Perencanaan pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta Isjoni. 2010. Cooperative Learning. Alfabeta. Bandung


(56)

http://www.tmcc.edu/vp/octsu/assesment/downloads/documents/reports/ar chives/discipline/0708/SLOAP.HYSDiscipline Rep0708.pdf. (10 Desember 2010).

Mudyahardjo, R. 2001. Pengantar Pendidikan. RajaGrafindo Persada: Jakarta. Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Panduan Praktis).

Remaja Rosdakarya: Bandung.

Nurmaladewi, W. 2005. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD dalam Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa, Skripsi. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Pratisto, A.2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Riad, A. 2005. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika.Skripsi. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Ristiani, R.2011. Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap hasil Belajar Siswa Pada Sub Materi Vertebrata di SMA Bina Mulya Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Riyanto, Y. 2001.Metodologi Pendidikan. SIC.Jakarta

Sanjaya, W. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana: Jakarta.

Sari, A.Y. 2007. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Skripsi. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Slavin, E.R. 1995. Cooperative Learning. Theory, Research, and practise A Simon & Scusser Company, Massalhusetes: USA.

. .2010. Cooperative Learning. Nusa Media: Bandung. Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito: Bandung.

Sumarno, D.2006.Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika.Skripsi.Universitas Lampung: Bandar Lampung.


(57)

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Kencana: Jakarta.

Widiyaningrum, N. 2010. Pengaruh Media Lingkungan Sekitar Sekolah Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kecakapan Berpikir Rasional Siswa (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII A SMP N 16 Bandar Lampug Tahun Pelajaran 2009/2010). Skripsi.Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Yati, E.W. 2008. Peningkatan Aktivitas dan Penguasaan Konsep Menggunakan Metode Kooperatif tipe Jigsaw. Skripsi. Universitas Lampung: Bandar Lampung.


(1)

43

2) Kriteria Uji :

Ho ditolak jika sig< 0,05

Dalam hal lainnya Ho diterima (Anonim, 2009:166).

b) Aktivitas Siswa

Data aktivitas siswa diperoleh melalui observasi saat kegiatan

pembelajaran berlangsung.

1) Menghitung rata–rata skor aktivitas dengan menggunakan rumus:

100 x n

xi

Keterangan: : Rata-rata skor aktivitas siswa, ∑xi: Jumlah skor yang

diperoleh, n: Jumlah skor maksimum (dalam

Widiyaningrum, 2010:44)

Tabel 2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa

Sumber: dimodifikasi dari Carolina (2010: 29)

Keterangan :

A : Aktivitas memperhatikan waktu belajar

1. Siswa tidak memperhatikan guru menjelaskan materi.

2. Siswa kurang memperhatikan guru menjelaskan materi

No Nama Aspek yang diamati

A B C D E 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

1 2 3 dst..

Jumlah (xi) Poin maks (n)

Skor (x) Keterangan

 


(2)

44

3. Siswa memperhatikan guru menjelaskan materi.

B : Aktivitas mengemukakan pendapat/ ide

1. Tidak mengemukakan pendapat /ide (diam saja)

2. Mengemukakan pendapat/ ide namun tidak sesuai dengan

materi tugas

3. Mengemukakan pendapat/ide sesuai dengan materi tugas

C :Aktivitas berpartisipasi melaksanakan tugas,

1. Tidak berpartisipasi dalam diskusi kelompok.

2. Kurang berpartisipasi dalam diskusi kelompok. 3. Berpartisipasi dalam diskusi kelompok.

D : Ativitas bertukar informasi

1. Tidak berkomunikasi secara lisan dalam bertukar pendapat dengan anggota kelompok (diam saja)

2. Berkomunikasi secara lisan dengan anggota kelompok tetapi

tidak sesuai dengan permasalahan dalam LKS

3. Berkomunikasi secara lisan dengan anggota kelompok untuk

memecahkan permasalahan pada LKS E : Aktivitas bekerjasama

1. Tidak bekerjasama dengan anggota kelompoknya.

2. Kurang bekerjasama dengan anggota kelompoknya.

3. Bekerjasama dengan anggota kelompoknya.

2) Menafsirkan atau menentukan kategori persentase aktivitas siswa

sesuai klasifikasi pada tabel berikut:

Tabel 3. Klasifikasi Persentase Aktivitas Siswa

Sumber: dimodifikasi dari Hake dalam Coletta dan Phillips (2005: 5)

Kategori persentase aktivitas siswa Interprestasi 0,00 – 29,99 Sangat Rendah

30,00 – 54,99 Rendah

55,00 – 74,99 Sedang

75,00 – 89,99 Tinggi


(3)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A.Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Penguasaan materi pokok Sistem Pencernaan Pada Manusia oleh siswa

dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw lebih tinggi dibanding

dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD (Student Teams

Achievement Division).

2. Aktivitas belajar siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

lebih tinggi dibanding dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

(Student Teams Achievement Division).

B.Saran

Dari penelitian yang telah dilakukan, peneliti menyarankan :

1. Menjadikan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD sebagai

suatu alternatif dalam memilih model pembelajaran, guna meningkatkan

penguasaan materi biologi siswa dan berbagai disiplin ilmu lainnya.

2. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dan STAD untuk mencapai hasil

yang optimal, guru perlu memperhatikan/menekankan beberapa hal yaitu

penataan ruang secara efektif, meningkatkan keterampilan masing-masing


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Amri, S. & Ahmadi, L. 2010. Konstruksi Pengembangan Pembelajaran. Prestasi

Pustaka: Jakarta.

Anonim. 2009. Panduan Praktis SPSS 17 untuk Pengolahan Data Statistik.

Wahana Komputer. Semarang

Arikunto, S. 2003. Dasar-dasar Evaluasi. Nina Aksara: Jakarta.

Arsanti, A.D. 2008. Upaya Peningkatan Aktivitas Dan Hasil Belajar Matematika

Siswa Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw, Skripsi. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Carollina,H.S.2010. Pengaruh Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terpimpin

Pada Materi Pokok Ekosistem Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa.Skripsi. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Colleta,V.P. dan Phillips, J. A. 2005. Interpreting FCI scores: Normalized gain,

preinstruction scores, and scientific reasoning ability. California: Department of Physics, Loyola Marymount University

Daryanto. 1999. Evaluasi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.

Ervina, N. 2007. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Pemahaman Konsep Materi Alkana dan Alkuna Siswa Kelas X SMA N 7 Bandar Lampung.Skripsi. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Fathurrohman dan Sutikno. 2009. Strategi Belajar Mengajar Melalui Penanaman

Konsep Umum Dan Islami. Redika Aditama. Jakarta.

Hasanah, P.Y. 2007. Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

dan Tipe Jigsaw dalam Materi Klasifikasi Mahluk Hidup di MTs NU Ungaran. Semarang. http://www.scribd.com/doc/454950 (23 Desember 2010; 10.15 WIB.

Ibrahim dan Syaodah. 1996. Perencanaan pengajaran. Jakarta : Rineka Cipta


(5)

Lie, A. 2004. Cooperative Learning. Grasindo: Jakarta. Loranz, D. 2008. Gain Score. (Online).

http://www.tmcc.edu/vp/octsu/assesment/downloads/documents/reports/ar chives/discipline/0708/SLOAP.HYSDiscipline Rep0708.pdf. (10 Desember 2010).

Mudyahardjo, R. 2001. Pengantar Pendidikan. RajaGrafindo Persada: Jakarta.

Mulyasa, E. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Panduan Praktis).

Remaja Rosdakarya: Bandung.

Nurmaladewi, W. 2005. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model STAD dalam

Upaya Peningkatan Motivasi dan Hasil Belajar Biologi Siswa, Skripsi. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Pratisto, A.2004. Cara Mudah Mengatasi Masalah Statistik dan Rancangan

Percobaan dengan SPSS 12. Gramedia. Jakarta.

Riad, A. 2005. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk

Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika.Skripsi. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Ristiani, R.2011. Efektifitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

Terhadap hasil Belajar Siswa Pada Sub Materi Vertebrata di SMA Bina Mulya Tahun Pelajaran 2010/2011. Skripsi. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Riyanto, Y. 2001.Metodologi Pendidikan. SIC.Jakarta

Sanjaya, W. 2009. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana:

Jakarta.

Sari, A.Y. 2007. Pengaruh Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Skripsi. Universitas Lampung: Bandar Lampung.

Slavin, E.R. 1995. Cooperative Learning. Theory, Research, and practise A

Simon & Scusser Company, Massalhusetes: USA.

. .2010. Cooperative Learning. Nusa Media: Bandung.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito: Bandung.

Sumarno, D.2006.Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar Matematika.Skripsi.Universitas Lampung: Bandar Lampung.


(6)

Suyatna, A. 2008. Model Pembelajaran PAIKEM. Unila: Lampung.

Thoha, M.C. 1994. Teknik Evaluasi Pendidikan. Grafindo Persada. Jakarta.

Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif- Progresif. Kencana:

Jakarta.

Widiyaningrum, N. 2010. Pengaruh Media Lingkungan Sekitar Sekolah Melalui

Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw Terhadap Kecakapan Berpikir Rasional Siswa (Studi Eksperimen Pada Siswa Kelas VII A SMP N 16 Bandar Lampug Tahun Pelajaran 2009/2010). Skripsi.Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Yati, E.W. 2008. Peningkatan Aktivitas dan Penguasaan Konsep Menggunakan

Metode Kooperatif tipe Jigsaw. Skripsi. Universitas Lampung: Bandar Lampung.


Dokumen yang terkait

Pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe stad terhadap penguasaan konsep siswa pada materi bunyi

1 56 180

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN TIPE STAD

0 7 50

PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP IKATAN KIMIA ANTARA PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DENGAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT

0 2 58

PERBANDINGAN MODEL JIGSAW DENGAN NUMBER HEAD TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA MATERI POKOK SISTEM PENCERNAAN

6 17 204

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap tingkat pemahaman siswa tentang materi zakat pada mata pelajaran pendidikan agama islam (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas VIII SMP Sulthan Bogor Tahun Ajaran 2015/2016)

1 10 154

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD (STUDENTS TEAM ACHIEVEMENTS DIVISION) DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA POKOK BAHASAN IKATAN KIMIA.

0 2 22

PERBANDINGAN PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE RECIPROCAL TEACHING DAN SCRAMBLE PERBANDINGAN PENGGUNAAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE RECIPROCAL TEACHING DAN SCRAMBLE DENGAN MEDIA ANIMASI PADA SUB POKOK MATERI SISTEM PERNAPASAN MANUSIA

0 0 15

PERBANDINGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW II DAN THINK-PAIR-SHARE TERHADAP PENGUASAAN KONSEP SISWA PADA MATERI SISTEM EKSKRESI.

0 1 37

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran TIK

0 0 2

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN PECAHAN

0 0 15