15 seksnya maupun dengan siapa hubungan seksual itu
dilakukan Nanggala, 2006. Dikatakan bahwa perilaku seks bebas dilatarbelakangi oleh beberapa hal seperti: 1
kurangnya pemahaman nilai nilai agama, 2 belum adanya pendidikan seks secara formal di sekolah, 3 pengaruh
teman, internet dan lingkungan, 4 penyebaran gambar dan VCD porno melalui berbagai media, 5 penggunaan NAPZA
Narkotika, psikotropika dan zat adiktif .
2.1.5. Faktor yang mendorong seks bebas
Perilaku seks yang dilakukan oleh remaja, dapat disebabkan karena adanya faktor yang mendorong untuk
melakukan tindakan
tersebut. Soetjiningsih
2007 menjelaskan bahwa hubungan seksual pada masa remaja
awalnya dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: 1. Waktu mengalami masa pubertas.
2. Kontrol sosial kurang tepat terlalu ketat atau terlalu longgar, kurangnya kontrol dari orang tua, remaja tidak tahu
batas-batas mana yang boleh dan mana yang tidak boleh mereka lakukan.
16 3. Frekuensi pertemuan dengan kekasih, hubungan antara
mereka semakin romantis, adanya keinginan untuk menunjukkan cinta pada kekasihnya.
4. Status
ekonomi, kondisi
keluarga yang
tidak memungkinkan untuk mendidik anak-anak untuk memasuki
masa remaja dengan baik. 5 korban pelecehan seksual.
6 Tekanan dari teman sebaya, penggunaan obat-obat terlarang dan alkohol, merasa sudah saatnya untuk
melakukan aktivitas seksual karena merasa matang secara fisik.
7 Sekedar menunjukkan kegagahan dan kemampuan fisiknya.
8 Terjadi peningkatan rangsangan seksual akibat peningkatan kadar hormon reproduksi atau seksual.
2.1.6 Dampak seks bebas
Seks bebas di kalangan remaja dapat menimbulkan berbagai dampak yang buruk bagi masa depan dan perkembangan
remaja Wilson, dalam Ghifari, 2003. Bahaya seks bebas mencakup bahaya bagi perkembangan mental psikis, fisik dan
17 masa depan remaja itu sendiri. Dampak dari bahaya seks bebas
tersebut diantaranya : a. Menciptakan kenangan buruk bagi remaja yang melakukannya karena hujatan dari masyarakat yang akan
berdampak bukan saja pada remaja itu sendiri akan tetapi keluarga yang juga ikut menanggung aib dari hasil perbuatan tersebut dan
akan menjadi beban mental yang sangat berat bagi keluarga, b Kehamilan yang tidak diharapkan, kehamilan yang terjadi akibat
seks pranikah bukan saja mendatangkan malapetaka bagi bayi yang dikandungnya namun juga dapat manjadi beban berat bagi
ibunya mengingat kandungan tidak bisa disembunyikan, dan dalam keadaan seperti ini ibu dapat depresi, terlebih lagi jika sang ayah
dari bayi tidak ingin bertanggungjawab, c Pengguguran kandungan dan pembunuhan bayi, d penyebaran penyakit terutama Penyakit
Menular Seksual PMS. Sarwono
2003 menegaskan
bahwa frekuensi
berkembangnya penyakit menular seksual di kalangan remaja usia 15-24 tahun adalah yang tertinggi. Infeksi penyakit menular seksual
dapat menyebabkan kemandulan dan rasa sakit kronis serta meningkatkan resiko terkena HIVAIDS. Hubungan seks pranikah
dapat mengakibatkan penularan PMS dan HIVAIDS, kehamilan di luar nikah dan aborsi tidak aman Depkes, 2003. Penderita
HIVAIDS dilaporkan Depkes RI pada September 2002 sebagian besar berusia di bawah 20 tahun yang tertular melalui hubungan
18 seks tidak aman dan penggunaan jarum suntik terinfeksi secara
bergantian.
2.2 Konsep Perilaku Seksual
2.2.1 Perilaku
Perilaku adalah sebuah gerakan yang dapat diamati dari luar Kartono Mar’at, 2006. Perilaku terbentuk karena
adanya pemikiran terhadap suatu objek, sehingga munculnya tanggapan atau balasan terhadap rangsangan
yang diberikan Notoatmodjo, 2010. Skinner dalam Notoatmodjo 2010, merumuskan
bahwa perilaku merupakan reaksi seseorang terhadap stimulus atau rangsangan dari luar. Dengan demikian
perilaku manusia terjadi melalui proses stimulus-organisme- respon, sehingga teori skinner ini disebut t
eori “S-O-R” Stimulus-Organisme-Respon. Skinner membedakan jenis
perilaku menjadi dua bagian, yaitu: a. Perilaku tertutup covert behavior
Perilaku tertutup terjadi bila respon terhadap stimulus tersebut masih belum dapat diamati orang
lain dari luar secara jelas. Respon seseorang