40
2. Model Fuzzy Radial Basis Function Neural Network FRBFNN
Model Fuzzy Radial Basis Function Neural Network FRBFNN mengacu pada model Radial Basis Function Neural Network RBFNN yang menggunakan
fungsi basis sebagai fungsi aktivasi untuk setiap neuron pada lapisan tersembunyi. Beberapa fungsi radial basis adalah sebagai berikut Andrew, 2002: 74.
a. Fungsi Gaussian
�[ ] =
− � −
3.1 b.
Fungsi Multikuadratik �[
] = √ −
+ 3.2
c. Fungsi Invers Multikuadratik
�[ ] =
√ � −
+
�
3.3 d.
Fungsi Cauchy �[
] =
� −
+
−
3.4 dengan,
= jarak pada neuron tersembunyi dari variabel input ke cluster �
= nilai input himpunan fuzzy = nilai pusat pada neuron tersembunyi dari variabel input ke cluster
�[� ] = fungsi aktivasi neuron tersembunyi
Hasil output y yang dihasilkan dari model FRBFNN merupakan kombinasi linear dari bobot
dengan fungsi aktivasi � [�
] dan bobot bias . Vektor output
dirumuskan sebagai berikut Orr, 1996:11: = ∑
=
� [� ] + �
3.5
41 dengan,
� [� ] =
− ∑ ∑
�
.
−
.
= =
= jarak maksimum pada cluster ke-k
.
= pusat cluster ke-k untuk nilai input fuzzy ke-l dan variabel ke-j = bobot dari neuron lapisan tersembunyi ke-k menuju neuron output
= bobot bias dari neuron lapisan tersembunyi ke-k menuju neuron output � = fungsi aktivasi bias dimana nilainya adalah 1
� [� ] = fungsi aktivasi neuron tersembunyi ke-k
� = [
.
,
.
, … ,
.
, . . . ,
.
] merupakan vektor input berupa himpunan fuzzy
= , , … banyaknya variabel X = , , … banyaknya himpunan fuzzy
= , , … banyaknya neuron pada hidden layer Karena
� = maka persamaan 3.5 dapat ditulis sebagai berikut: = ∑
=
� [� ] +
3.6 Pada tugas akhir ini, fungsi keanggotaan yang digunakan yaitu fungsi
keanggotaan segitiga, sedangkan fungsi basis sebagai fungsi aktivasi pada lapisan tersembunyi menggunakan fungsi basis Gaussian persamaan 3.1 serta
menggunakan fungsi aktivasi linear persamaan 2.9 pada lapisan output.
3. Algoritma Pembelajaran Fuzzy Radial Basis Function Neural Network
FRBFNN
Konsep dasar dari model Fuzzy Radial Basis Function Neural Network FRBFNN ini adalah penerapan aplikasi teori fuzzy ke dalam model dasar
42 jaringan syaraf Radial Basis Function RBF. Model Fuzzy Radial Basis Function
Neural Network FRBFNN adalah model unsupervised-supervised learning Chi Hsu, 2001: 2808. Metode pembelajaran tidak terawasi unsupervised learning
digunakan pada proses dari lapisan input menuju lapisan tersembunyi dan metode pembelajaran terawasi supervised learning digunakan pada proses yang terjadi
dari lapisan tersembunyi menuju lapisan output Chen et al, 2005: 323. Algoritma pembelajaran FRBFNN yang pertama adalah melakukan proses
fuzzifikasi yaitu mengubah nilai input yang berupa bilangan crisp menjadi bilangan fuzzy. Selanjutnya dilakukan normalisasi terhadap data input hasil
fuzzifikasi tersebut. Prosedur pembelajaran FRBFNN selanjutnya mengacu pada algoritma pembelajaran RBFNN yang terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Andrew,
2002: 80: a.
Menentukan pusat dan jarak pada setiap fungsi basis. Pada penelitian ini, pusat dan jarak dari setiap fungsi basis dicari menggunakan metode K-means
Clustering. Algoritma K-Means merupakan metode clustering yang pada awalnya mengambil komponen populasi untuk dijadikan pusat cluster awal.
Pada tahap ini pusat cluster dipilih secara acak dari sekumpulan populasi data. Berikutnya K-Means menguji masing-masing komponen di dalam populasi
data dan menandai komponen tersebut ke salah satu pusat cluster yang telah didefinisikan tergantung dari jarak minimum antar komponen dengan tiap-tiap
cluster. Posisi pusat cluster akan dihitung kembali sampai semua komponen data digolongkan kedalam tiap-tiap pusat cluster dan terakhir akan terbentuk
posisi pusat cluster yang baru Metisen Sari, 2015: 113.
43 Berikut ini adalah ilustrasi penggunaan algoritma K
‐means untuk menentukan cluster dari 4 buah obyek dengan 2 atribut, seperti ditunjukkan
dalam Tabel 3.1 berikut.
Tabel 3. 1 Tabel Sampel Data
Obyek Atribut 1 X:
indeks berat Atribut 2 Y:
pH Obat A
1 1
Obat B 2
1 Obat C
4 3
Obat D 5
4 Clustering akan dilakukan untuk membentuk 2 cluster jenis obat berdasarkan
atributnya. Langkah ‐langkah algoritma K
‐Means clustering adalah sebagai berikut:
1 Penentuan nilai awal titik tengah
Misalkan obat A dan obat B masing ‐masing menjadi titik tengah
centroid dari cluster yang akan dibentuk, sehingga diperoleh koordinat kedua centroid tersebut yaitu
= , dan = , . 2
Menghitung jarak obyek ke centroid dengan menggunakan rumus jarak Euclid
Misal akan dihitung jarak obat D ke centroid pertama = , dan
centroid kedua = , dengan menggunakan jarak Euclide seperti
pada persamaan 2.13. Berikut ini merupakan hasil perhitungannya: ,
= √ − +
− =
, = √ −
+ −
= ,
44 Proses perhitungan tersebut juga diterapkan untuk menghitung jarak obat
A, B, C ke centroid pertama dan centroid kedua. Hasil perhitungan jarak ini disimpan dalam bentuk matriks
�, dengan banyaknya cluster dan � banyak obyek. Setiap kolom dalam matriks tersebut menunjukkan obyek
sedangkan baris pertama menunjukkan jarak ke centroid pertama, baris kedua menunjukkan jarak ke centroid kedua. Matriks jarak setelah iterasi
ke ‐0 adalah sebagai berikut:
= [ ,
, , ]
Gambar 3.2 berikut merupakan gambar ilustrasi untuk iterasi ke- 0 pada metode K-Means clustering.
Gambar 3. 2 Gambar Ilustrasi untuk Iterasi 0
3 Clustering obyek: Memasukkan setiap obyek ke dalam cluster berdasarkan
jarak minimumnya. Jadi obat A dimasukkan ke cluster 1, dan obat B, C dan D dimasukkan ke cluster 2. Keanggotaan obyek ke dalam cluster
dinyatakan dengan matrik, elemen dari matriks bernilai 1 jika sebuah
Atribut 1 X: indeks berat A
tr ib
ut 2
Y :
pH
45 obyek menjadi anggota grup. Berikut adalah matriks keanggotaan yang
baru.
� = [ ]
4 Iterasi-1, menentukan centroid: Berdasarkan anggota masing‐masing
cluster, selanjutnya ditentukan centroid baru. Cluster 1 hanya berisi 1 obyek, sehingga centroidnya tetap
= , . Cluster 2 mempunyai 3 anggota, sehingga centroidnya ditentukan berdasarkan rata
‐rata koordinat ketiga anggota tersebut:
=
+ +
,
+ +
= ,
5 Iterasi‐1, menghitung jarak obyek ke centroid: selanjutnya, jarak antara
centroid baru dengan seluruh obyek dalam cluster dihitung kembali sehingga diperoleh matriks jarak sebagai berikut:
= [ ,
, ,
, , ]
6 Iterasi‐1, clustering obyek: langkah ke‐3 diulang kembali, menentukan
keanggotaan cluster berdasarkan jarak minimumnya. Berdasarkan matriks jarak yang baru, maka obat B harus dipindah ke cluster 2. Berikut adalah
matriks keanggotaan yang baru. � = [
] Gambar 3.3 berikut merupakan gambar ilustrasi untuk iterasi ke- 1 pada
metode K-Means clustering.
46
Gambar 3. 3 Gambar Ilustrasi untuk Iterasi 1
7 Iterasi‐2, menentukan centroid: langkah ke‐4 diulang kembali untuk
menentukan centroid baru berdasarkan keanggotaan cluster yang baru. Cluster 1 dan cluster 2 masing
‐masing mempunyai 2 anggota, sehingga centroidnya menjadi
=
+
,
+
= , dan
=
+
,
+
= ,
. 8
Iterasi‐2, menghitung jarak obyek ke centroid : ulangi langkah ke‐2, sehingga diperoleh matriks jarak sebagai berikut:
= [ , ,
, ,
, ,
, , ]
9 Iterasi‐2, clustering obyek: mengelompokkan tiap‐tiap obyek berdasarkan
jarak minimumnya, diperoleh: � = [
]
A tr
ib ut
2 Y
: pH
Atribut 1 X: indeks berat
47
Atribut 1 X: indeks berat
Gambar 3.4 berikut merupakan gambar ilustrasi untuk iterasi ke- 2 pada metode K-Means clustering.
Gambar 3. 4 Gambar Ilustrasi untuk Iterasi 2
Hasil pengelompokkan pada iterasi terakhir dibandingkan dengan hasil sebelumnya, diperoleh
� = � . Hasil ini menunjukkan bahwa tidak ada lagi obyek yang berpindah cluster, dan algoritma telah stabil. Hasil akhir
clustering ditunjukkan dalam Tabel 3.2 berikut:
Tabel 3. 2 Hasil Clustering
Obyek Atribut 1 X:
indeks berat Atribut 2 Y:
pH Hasil cluster
Obat A 1
1 1
Obat B 2
1 1
Obat C 4
3 2
Obat D 5
4 2
b. Menentukan jumlah fungsi basis neuron pada lapisan tersembunyi dilakukan
dengan metode trial and error.
A tr
ib ut
2 Y
: pH
48 c.
Menentukan bobot output layer jaringan optimum. Bobot output layer jaringan optimum ditentukan dengan menggunakan metode global ridge
regression. Metode global ridge digunakan untuk mengestimasi bobot dengan cara menambahkan parameter regulasi yang bernilai positif pada sum square
error SSE. Estimasi bobot terbaik didapatkan dari hasil akhir dengan SSE terkecil. Untuk mendapatkan SSE terkecil, dilakukan metode untuk
meminimalkan SSE yaitu dengan metode kuadrat terkecil least square yang bertujuan mempermudah dalam penyelesaian masalah optimum.
Pada tugas akhir ini metode least square yang digunakan untuk menentukan nilai bobot dengan menghasilkan akurasi maksimum. Model
linear yang digunakan adalah = ∑
=
� [� ] + . Berikut adalah
perumusan dari metode least square: �� = ∑
− ̂
=
3.7 dengan,
= , , … , � banyaknya data pengamatan ̂ = nilai klasifikasi variabel output ke-i
= target output ke-i Untuk menentukan nilai optimum bobot
, dapat ditentukan dengan cara menurunkan SSE terhadap bobot-bobotnya, sehingga diperoleh:
� � �
= ∑ −
=
̂
� �
3.8 Berdasarkan persamaan 3.6 diperoleh:
� �
= � [� ]
3.9
49 Persamaan 3.9 disubstitusikan ke persamaan 3.8 dengan hasil sama
dengan nol, sehingga diperoleh: ∑
−
=
̂ � [� ] =
3.10 ∑
� [� ] = ∑
̂
=
� [� ]
=
3.11 ∑
� [� ] = ∑
̂
=
� [� ]
=
3.12 Karena k = 1,2,...,r maka diperoleh r persamaan seperti 3.12 untuk
menentukan r bobot. Untuk memperoleh penyelesaian tunggal, persamaan 3.12 ditulis dengan notasi vektor, sehingga diperoleh:
� � = � �̂ 3.13
dengan,
� = [ � [�
] � [�
] � [�
] ] , � = [ ] , �̂ = [
̂ ̂
̂ ]
Karena terdapat r persamaan untuk setiap nilai k, maka persamaan 3.13 dapat ditulis sebagai berikut:
[ � �
� � � �]
= [
� �̂ � �̂
� �̂] � � = � �̂
3.14 dengan,
� = [� � … � �
�
]
� = [ � [�
] � [�
] … � [�
] � [�
] � [�
] … � [�
] � [�
] � [�
] … � [�
] ]
50 Matriks
� merupakan matriks fungsi aktivasi. Komponen ke-i dari y saat bobot pada nilai optimum adalah Orr, 1994: 43:
�
= ∑
=
� [� ] = �̅
� �
�̂ 3.15
dengan,
�̅
�
= [
� [�
] � [�
] � [�
] ]
Akibat � adalah salah satu kolom dari � dan �̅
� �
adalah salah satu baris dari �. Oleh karena itu, berdasarkan persamaan 3.15 diperoleh:
= [ ] = [
� �̂ � �̂
� �̂] = ��̂
3.16
Persamaan 3.16 disubstitusikan ke persamaan 3.14 menjadi: � � = � �̂
3.17 � ��̂ = � �̂
3.18 Jika nilai invers dari
� � dapat ditentukan, maka nilai bobot optimum dapat dicari dengan:
�̂ = � �
−
� �̂ 3.19
�̂ = �
−
� �̂ 3.20
�̂ merupakan nilai bobot dan A adalah matriks perkalian � dengan �. Selanjutnya ditambahkan parameter regulasi yang bernilai positif
pada SSE sehingga diperoleh fungsi Orr, 1996: 24:
= ∑ − ̂
+ ∑
= =
3.21
51 dengan,
̂ = nilai klasifikasi variabel output ke-i = target output ke-i
= , , … , � banyaknya data pengamatan = parameter regulasi
= bobot dari neuron lapisan tersembunyi ke-k menuju neuron output Bobot yang optimum diperoleh dengan mendiferensialkan persamaan 3.21
dengan variabel bebas yang kemudian ditentukan penyelesaiannya untuk diferensial sama dengan nol, maka didapatkan Orr, 1996: 41-43:
�� �
= ∑ −
�
̂
� �
+
=
3.22
�� �
= ∑
� �
−
=
∑
�
̂
� �
=
+ 3.23
Substitusikan
�� �
= pada persamaan 3.23 sehingga diperoleh: ∑
� �
−
=
∑
�
̂
� �
=
+ =
3.24 ∑
� �
−
=
∑
�
̂
� �
=
+ =
3.25 ∑
� �
+
=
= ∑
�
̂
� �
=
3.26 Misalkan
� �
= � [� ], maka didapatkan:
∑ � [�
] +
=
= ∑
�
̂� [� ]
=
3.27 sehingga dalam notasi vektor adalah sebagai berikut:
� � + �̂ = � �̂ 3.28
52 Dengan,
� = [ � [�
] � [�
] � [�
] ] , � = [ ] , �̂ = [
̂ ̂
̂ ]
Terdapat r persamaan untuk setiap nilai k, maka persamaan 3.28 dapat ditulis sebagai berikut:
[ � �
� � � �]
+ [ ̂
̂ ̂
] = [
� �̂ � �̂
� �̂] � � + �̂ = � �̂
3.29 dengan,
= parameter regulasi �̂ = vektor bobot klasifikasi
�̂ = vektor target klasifikasi � = Matriks fungsi aktivasi dengan {� }
=
sebagai kolom = perkalian matriks fungsi aktivasi dan vektor bobot
Matriks � merupakan matriks fungsi aktivasi. Komponen ke-i dari y saat
bobot pada nilai optimum adalah Orr, 1994: 43: [�
] = ∑ ̂ � [�
] = �̅ �̂
=
3.30 dengan,
�̅
�
= [
� [�
] � [�
] � [�
] ]
53 � = [ ] =
[ �̅ ̂
�̅ ̂ �̅ ̂]
= ��̂ 3.31
Berdasarkan definisi-definisi yang telah disebutkan di atas diperoleh: � �̂ = � � + �̂
3.32 = � ��̂ + �̂
= � � + �̂ Jadi diperoleh perasamaan normal untuk bobot pengklasifikasian sebagai
berikut: �̂ = � � + �
−
� �̂ 3.33
Metode Global Ridge Regression digunakan untuk menentukan estimasi bobot optimum. Pada tugas akhir ini, kriteria pemilihan model
digunakan yaitu kriteria Generalised Cross-Validation GCV untuk menghitung prediksi error. Rumus untuk kriteria GCV adalah sebagai berikut
Orr, 1996: 20. �̂
���
=
̂
�
� ̂ �
3.34 dengan,
� = � − � �
�
�
−
�
�
� = banyak data
P =
matriks proyeksi ̂ = vektor target klasifikasi
54
B. Prosedur Pemodelan Fuzzy Radial Basis Function Neural Network