EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas X SMA Swadhipa Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(1)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI PEMAHAMAN

KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi Pada Siswa Kelas X SMA Swadhipa Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

(Skripsi)

Oleh

KOMANG WIHATYANE

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI PEMAHAMAN

KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi pada siswa kelas X SMA Swadhipa Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

KOMANG WIHATYANE

Group Investigation merupakan salah satu tipe model pembelajaran kooperatif yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui efektifitas pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.

Populasi penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Swadhipa. Sampel penelitian adalah siswa kelas X.1 sebagai kelas eksperimen dan kelas X.4 sebagai kelas kontrol yang diambil menggunakan teknik cluster random sampling. Data penelitian diperoleh melalui tes pemahaman konsep matematis siswa. Analis data mengunakan Uji-t.

Kesimpulan penelitian ini adalah model pembelajaran tipe Group Investigation

efektif diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.


(3)

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI PEMAHAMAN

KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi Pada Siswa Kelas X SMA Swadhipa Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Oleh

KOMANG WIHATYANE

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG 2012


(4)

Judul Skripsi : EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP

INVESTIGATION DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada siswa kelas X SMA Swadhipa Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

Nama Mahasiswa : Komang Wihatyane Nomor Pokok Mahasiswa : 0743021029

Program Studi : Pendidikan Matematika

Jurusan : Pendidikan MIPA

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Dra. Rini Asnawati, M.Pd. Drs. M. Coesamin, M.Pd. NIP. 19620210 198503 2 003 NIP 195910021988031002

2. Ketua Jurusan Pendidikan MIPA

Dr. Caswita, M.Si.


(5)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dra. Rini Asnawati, M.Pd. _____________

Sekretaris : Drs. M. Coesamin, M.Pd. _____________

Penguji

Bukan Pembimbing : Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd. _____________

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003


(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Mulya Sari, Kecamatan Negeri Agung, Kabupaten Way Kanan, Provinsi Lampung pada tanggal 4 Agustus 1988. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Made Terap dan Ibu Made Supani.

Pendidikan formal yang telah ditempuh dimulai dari Sekolah Dasar di SD Negeri Mulya Sari Kecamatan Negeri Agung Kabupaten Way Kanan dan selesai pada tahun 2001, Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 4 Negeri Agung Kabupaten Way Kanan dan selesai pada tahun 2004, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di SMA Negeri 13 Bandar Lampung, Kota Bandar Lampung dan lulus tahun 2007. Kemudian pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung. Penulis melaksanakan Program Pengalaman Lapangan (PPL) di SMA Swadhipa Natar, Lampung Selatan pada tahun 2011.


(7)

Motto

Hidup Yang Paling Bahagia Adalah Terus

Menerus Melatih Dan Mendidik Yang Terbaik


(8)

PERSEMBAHAN

Om Swastyastu, Om Awighnam Astu,

Atas Asung Kherta Wara Nugraha Brahman,

kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku kepada:

Ibundaku Tercinta ( Made Supani)

yang telah sabar membesarkan dan mendidikku, selalu memberiku semangat dan nasehat, yang selalu ada dikala ku sedih dan senang, mencurahkan doa dan kasih

sayangnya dengan tulus ikhlas demi memberikan yang terbaik dalam hidupku.

Ayahandaku Tersayang ( Made Terap)

Yang telah menjadi sosok ayah yang sangat aku kagumi dan

banggakan, menjadi contoh setiap langkahku dalam hidup bermasyarakat dan selalu mendukungku


(9)

Bli dan Mbak’ku ( Kadek Supendiyana dan Wayan Sarniasih)

yang senantiasa memberikan semangat dan dukungan.

Adikku (Ketut Wihatyani)

terima kasih atas dukungan dan perhatiannya.

Keponakanku (Putu Desi Handayani)

yang selalu membawa keceriaan dalam hidupku.

Para pendidik yang dengan tulus dan sabar dalam mendidikku.

Almamaterku tercinta.


(10)

SANWACANA

Puji syukur kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation Ditinjau Dari Pemahaman Konsep Matematis Siswa”.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada: 1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan beserta jajaran dekanat

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Dr. Caswita, M.Si., selaku Ketua Jurusan Pendidikan MIPA Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Drs. Pentatito Gunowibowo, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pen-didikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu PenPen-didikan Universitas Lampung.

4. Bapak Drs. Erimson Siregar, M.Pd., selaku Pembimbing Akademik yang telah membimbing dengan penuh kesabaran, memberikan nasihat, motivasi dan sumbangan pemikiran kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 5. Ibu Dra. Rini Asnawati, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah membimbing


(11)

pemikiran kepada penulis dalam penyusunan demi terselesaikannya skripsi ini.

6. Bapak Drs. M. Coesamin, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk bimbingan, memberikan motivasi dan semangat kepada penulis demi terselesaikannya skripsi ini.

7. Bapak Dr. Sugeng Sutiarso, M.Pd., selaku Penguji Utama yang telah membahas, memberikan masukan, saran, dan kritik, baik selama perkuliahan maupun selama penyelesaian skripsi.

8. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menyelesaikan studi.

9. Ibu Dra. Hj. Nurpuri S, selaku Kepala SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan yang telah memberikan izin penelitian.

10. Bapak Basuki S.Pd., selaku guru mitra yang telah banyak memberikan arah-an darah-an masukarah-an selama penelitiarah-an.

11. Siswa-siswi SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan atas kerja samanya. 12. Ibu dan Bapak tersayang, atas semangat, perhatian dan kasih sayang yang

telah diberikan selama ini, yang tidak pernah lelah untuk selalu mendoakan yang terbaik buat anaknya.

13. Kakak, Mbak, adik dan keponakanku tersayang, dan Saudara-saudaraku yang telah memberikan semangat, dan motivasi kepadaku.

14. Sahabat-sahabat LitFam + (Iim, Ratnasari, Nesha Aprilia Puspa, Resia Mardika, Reni Puspita Ningsih dan Sevia Gusmita), terima kasih atas keber-samaannya selama lima tahun, kalian adalah sahabat terbaikku.


(12)

15. Teman-teman seperjuangan seluruh angkatan 2007 Non Reguler Pendidikan Matematika: Nesha, Resia, Reni, Sevia, Ratna, Devi, Indah, Fitri, Berta, Vina, Dina Nur, Rista, Lia, Yulva, Cwie, Sri, Vera, Dea, Leni, Fiska, Vivi, Yesi, Dwi, Tanti,Uya, Tina, Dina A, Anna, Indri, Nana, Rita, Mb Eva, Mira, Mb Yemi, Mb Endah, Robert, Billy, Bang Lihin, Haris, Benny, Ali, Ifan, Dani, Heru, Bang Ken, Adi, Munif, atas kebersamaannya selama ini dan semua bantuan yang telah diberikan. Semoga kebersamaan kita selalu menjadi kenangan yang terindah dan takkan pernah terlupakan untuk selamanya. 16. Teman-teman seperjuangan PPL di SMA Swadhipa Natar (Adhit, Taufiq,

Sulis, Suthe, Ana, Munif, Sri, Nur, Nela, Siti, Rio, Lukman ) atas kebersamaan selama tiga bulan yang luar biasa.

17. Teman-teman angkatan 2007 reguler, kakak-kakakku angkatan 2004 sampai 2006 dan adik-adikku angkatan 2008 sampai 2011 terima kasih atas kebersamaannya.

18. Almamater yang telah mendewasakanku.

19. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa senantiasa membalas semua kebaikan yang telah diberikan dengan pahala yang penuh berkah, dan semoga skripsi ini bermanfaat.

Bandar Lampung, Oktober 2012 Penulis


(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Kegunaan Penelitian ... 7

E. Ruang Lingkup ... 7

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... 10

1. Efektivitas Pembelajaran ... 10

2. Model Pembelajaran Kooperatif ... 11

3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe GI ... 15

4. Pembelajaran Konvensional ... 22

5. Pemahaman Konsep ... 23

B. Penelitian yang Relevan ... 26

C. Kerangka Pikir ... 26


(14)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel ... 30

B. Data Penelitian ... 30

C. Desain Penelitian ... 31

D. Prosedur Penelitian ... 31

E. Teknik Pengumpulan Data ... 32

F. Instrumen Penelitian ... 33

G. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 39

1. Uji Normalitas ... 39

2. Uji Homogenitas ... 41

3. Uji Hipotesis ... 42

IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 44

B. Pembahasan ... 48

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 52

B. Saran ... 52 DAFTAR PUSTAKA


(15)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Pedoman Penyekoran Tes Pemahaman Konsep ... 25

3.1 Desain Penelitian ... 31

3.2 Pedoman Penyekoran Tes Pemahaman Konsep ... 33

3.3 Interprestasi koefisien reliabilitas Tes Pemahaman Konsep ... 36

3.4 Interprestasi Nilai Daya Pembeda ... ... 37

3.5 Daya Beda Tes Uji Coba……….. ... ... 37

3.6 Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Tes ... 38

3.7 Tingkat Kesukaran Tes Uji Coba ... ... 38

4.1 Rekapitulasi Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 44

4.2 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematis .. 45

4.3 Rangkuman Hasil Uji homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis 46 4.4 Hasil Uji Perbedaan Dua Rata-rata Data Posttest ... 46

4.5 Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Pada Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 47


(16)

PERNYATAAN SKRIPSI MAHASISWA

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Komang Wihatyane NPM : 0743021029

Program studi : Pendidikan Matematika Jurusan : Pendidikan MIPA

Dengan ini menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang telah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi dan sepengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Jika pernyataan ini tidak benar maka saya bersedia dikenakan sanksi sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Bandar Lampung, Oktober 2012 Yang Menyatakan

Komang Wihatyane NPM 0743021029


(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan sangat penting dalam kehidupan karena pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Tanpa mengenyam pendidikan, suatu kelompok manusia tidak dapat hidup berkembang untuk maju, sejahtera, dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka. Hal tersebut tercantum di dalam UU Sistem Pendidikan Nasional No. 20 Tahun 2003, bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat. Tujuan pendidikan nasional adalah mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, berilmu, kreatif, sehat jasmani dan rohani, berkepribadian mantap dan mandiri, serta bertanggung jawab.

Pembelajaran yang bermakna akan membawa siswa pada pengalaman belajar yang mengesankan. Pengalaman yang diperoleh siswa akan semakin berkesan apabila proses pembelajaran yang diperoleh merupakan hasil dari pemahaman dan penemuannya sendiri. Dalam konteks ini siswa mengalami dan melakukannya sendiri. Prestasi belajar peserta didik merupakan suatu indikator dari tingkat


(18)

2 keberhasilan suatu proses belajar mengajar disekolah. ”Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Slameto, 2003: 2). Menurut R. Gagne (dalam Slameto, 2003: 13) belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, dan tingkah laku. Dalam suatu proses pembelajaran, ada beberapa mata pelajaran yang harus dikuasai oleh seorang peserta didik, salah satunya adalah matematika.

Matematika merupakan salah satu ilmu dasar bagi perkembangan dan peradaban manusia. Matematika juga sangat dibutuhkan dalam menyelesaikan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Namun dalam mempelajari matematika, tidak sedikit peserta didik yang beranggapan bahwa matematika merupakan ilmu yang sukar untuk dipelajari. Hal ini sebenarnya tak terlepas dari peran guru untuk merancang suatu pembelajaran agar lebih menarik. Untuk itu diperlukan kemam-puan dan ketepatan guru dalam memilih dan menerapkan model pembelajaran, sehingga siswa dapat berperan lebih aktif dalam proses pembelajaran dan dapat mengembangkan potensinya.

Berdasarkan hasil survey IMSTEP-JICA (Indonesia Mathematics and Science Teacher Education Project (IMSTEP) – Japan International Cooperatif Agency

(JICA)) (Ulya, 2008), salah satu penyebab rendahnya kualitas pemahaman siswa dalam matematika karena pembelajaran matematika hanya berfokus pada contoh-contoh yang dikerjakan guru. Situasi pembelajaran seperti ini dapat berakibat penalaran dan pemahaman siswa dalam belajar matematika menjadi kurang


(19)

3 optimal serta perilaku belajar yang lain seperti keaktifan dan kreatifitas siwa dalam pembelajaran matematika hampir tidak nampak.

Kurangnya pemahaman konsep matematis siswa terjadi pada salah satu sekolah yang ada di Lampung Selatan, yaitu SMA Swadhipa Natar. Hasil observasi yang dilakukan pada bulan Maret 2012 di SMA Swadhipa Natar, Lampung Selatan adalah salah satu sekolah yang masih menerapkan pendekatan konvensional dalam pembelajaran matematika. Guru aktif menjelaskan konsep matematika, sedangkan siswa hanya menerima penjelasan yang disampaikan oleh guru bahkan banyak siswa yang tidak terlibat aktif dalam pembelajaran, yaitu melakukan aktivitas yang tidak relevan dengan pembelajaran seperti berbicara dengan siswa lain tentang sesuatu di luar materi pelajaran dan mengganggu siswa lain yang sedang memperhatikan penjelasan guru. Hal ini berdampak pada rendahnya pemahaman konsep matematis siswa. Hal tersebut dapat dilihat dari rata-rata hasil ujian mid semester kelas X semester genap Tahun Pelajaran 2011/2012 hanya 48,5 dengan nilai tertinggi 81 dan nilai terendah 25. Hasil tersebut kemungkinan besar adalah karena siswa tidak menguasai konsep matematika yang telah diajarkan atau dijelaskan oleh guru. Sebagian siswa hanya menghafal rumus tanpa mengetahui konsep awal yang dijadikan dasar dari persoalan yang diberikan.

Rendahnya pemahaman konsep dan hasil belajar merupakan indikasi pembelajaran belum optimal. Hal ini dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya penerapan model pembelajaran yang kurang tepat, yang mengakibatkan kurangnya ketertarikan (minat) siswa terhadap matematika serta rendahnya


(20)

4 pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan. Salah satu metode pem-belajaran yang biasa diterapkan guru dalam kelas adalah metode ekspositori. Meskipun guru tidak terus menerus bicara, namun proses ini menekankan penyampaian tekstual serta kurang mengembangkan motivasi dan kemampuan belajar matematika. Pembelajaran matematika dengan metode ekspositori cenderung meminimalkan keterlibatan siswa sehingga guru nampak lebih aktif. Kebiasaan bersikap pasif dalam pembelajaran dapat mengakibatkan sebagian besar siswa takut dan malu bertanya pada guru mengenai materi yang kurang dipahami. Suasana belajar di kelas menjadi sangat monoton dan kurang menarik.

Penggunaan model pembelajaran kooperatif merupakan salah satu alternatif untuk dapat meningkatkan pemahaman dan kreativitas siswa dalam mempelajari mate-matika serta memberdayakan potensi yang di miliki siswa. Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif di antara siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan demikian setiap siswa memiliki peluang yang sama dalam memperoleh hasil belajar yang maksimal serta tercipta suasana yang menyenangkan. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah.

Pembelajaran kooperatif mencakup suatu kelompok kecil siswa yang bekerja sebagai sebuah tim untuk menyelesaikan sebuah masalah, menyelesaikan suatu tugas, atau untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai tujuan bersama lainnya. Dengan cara diskusi, materi pelajaran dapat dibangun bersama. Hal ini sesuai dengan pendapat Slavin (dalam Agazzta, 2009: 14) menyatakan siswa akan lebih


(21)

5 mudah menemukan dan memahami konsep - konsep yang sulit apabila mereka dapat mendiskusikan dengan temannya. Pengetahuan dibentuk bersama berdasar-kan pengalaman serta interaksinya dengan lingkungan di dalam kelompok belajar, sehingga terjadi saling memperkaya diantara anggota kelompok. Ini berarti, siswa didorong untuk membangun makna dari pengalamannya, sehingga pemahaman terhadap materi yang sedang dipelajari meningkat. Siswa didorong untuk memunculkan berbagai sudut pandang terhadap materi atau masalah yang sama, untuk kemudian membangun sudut pandang atau mengkontruksi pengetahuannya secara bersama pula.

Dalam pembelajaran kooperatif terdapat beberapa variasi model yang dapat diterapkan salah satunya adalah pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation

yang tidak hanya membantu siswa untuk memahami konsep-konsep, tetapi juga membantu siswa menumbuhkan kemampuan kerjasama, berpikir kritis, dan mengembangkan sikap sosial siswa. Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation merupakan strategi pembelajaran yang sistem belajarnya yaitu memberi kesempatan kepada kelompok untuk membagi hasil dan informasi dengan kelompok lain, dimana dalam satu kelompok terdiri dari 4 sampai 6 siswa yang nantinya akan menyampaikan hasil investigasi kelompoknya kepada kelompok yang lain dalam suatu proses pembelajaran.

Tujuan atau misi dari tipe Group Investigation ini adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam rangka berpartisipasi dalam proses sosial demokratik dengan mengkombinasikan perhatian-perhatian pada kemampuan antar-personal (kelompok) dan kemampuan rasa ingin tau akademis. Aspek-aspek dari


(22)

6 pengembangan diri merupakan hasil perkembangan yang utama dari metode ini (Sutikno, 2003: 27). Group Investigation adalah metode pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills). Para siswa melilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan dalam suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan (Arends, 1997 : 120-121). Peran guru dalam group investigation adalah sebagai pembimbing, konsultan, dan memberi kritik yang membangun. Guru harus membimbing dan memilah pengalaman kelompok menjadi tiga tingkat. Pertama, tingkat problem-solving atau tugas (apa yang menjadi masalah utama? Faktor apa saja yang terlibat?). Kedua, tingkat manajemen kelompok (informasi apa saja yang kita perlukan). Ketiga, tingkat penafsiran secara individu (bagaimana kita menafsirkan atau mengartikan simpulan yang didapat).

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah “Apakah pembelajaran kooperatif tipe group investigation


(23)

7 konsep matematis siswa pada siswa kelas X SMA Swadhipa Natar, Lampung Selatan?”

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas pembelajaran kooperatif tipe group investigation ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa apabila dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

D. Kegunaan Penelitian

Dengan diadakannya penelitian ini diharapkan :

1. Bagi Peneliti, dapat menjadi sarana bagi pengembangan diri, menambah pe-ngalaman, dan pengetahuan peneliti terkait dengan penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation serta sebagai acuan/ referensi untuk peneliti lain (peneliti yang relevan) dan pada penelitian yang sejenis.

2. Bagi Guru, dapat menjadi model pembelajaran alternatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

E. Ruang Lingkup

Agar tidak terjadi salah penafsiran maka perlu dikemukakan pembatasan ruang lingkup penelitian sebagai berikut.

1. Efektivitas

Efektivitas adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru untuk mencapai tujuan pembelajaran.


(24)

8 Efektivitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keefektifan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila di dalam dirinya telah terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan sebagainya. Dikatakan efektif jika rata-rata hasil pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation lebih baik dibandingkan dengan model pem-belajaran konvensional.

2. Group Investigation

Tipe ini merupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan prinsip belajar demokrasi. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama yaitu pemilihan topik sampai tahap akhir pembelajaran akan memberi peluang kepada siswa untuk lebih mempertajam gagasan dan guru akan mengetahui kemungkinan gagasan siswa yang salah sehingga guru dapat memperbaiki kesalahannya.

3. Pembelajaran konvensional yaitu pembelajaran yang selama ini diterapkan di sekolah dimana pembelajaran lebih terpusat pada guru. Guru berperan aktif untuk menjelaskan materi, memberikan latihan dan tugas.

4. Pemahaman Konsep

Pemahaman konsep siswa dalam penelitian ini adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan yang menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Group


(25)

9

Investigation yang ditunjukan dengan nilai akhir dari tes evaluasi. Adapun indikator pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitiann ini adalah :

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu. e. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

5. Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas X SMA Swadhipa Natar Lampung Selatan semester genap tahun pelajaran 2011/2012 pada pokok bahasan Dimensi Tiga.


(26)

10

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

Efektivitas pembelajaran merupakan keterkaitan antara tujuan dan hasil yang diperoleh. Dalam kamus besar bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang artinya mempunyai pengaruh atau akibat atau efektif juga dapat diartikan dengan memberikan hasil yang memuaskan. Efektivitas menunjukkan derajat kesesuaian antara tujuan yang dinyatakan dengan hasil yang dicapai. Aunurrahman (2009: 34) mengungkapkan sebagai berikut.

”pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dalam diri siswa. Seseorang dikatakan telah mengalami proses belajar apabila di dalam diri-nya telah terjadi perubahan, dari tidak tahu menjadi tahu, dari tidak mengerti menjadi mengerti, dan sebagainya.”

Menurut Hamalik (2001: 171), pembelajaran dikatakan efektif jika memberikan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar. Dengan menyediakan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya diharapkan siswa dapat mengembangkan potensinya dengan baik. Hal ini sejalan dengan Sutikno (2005: 7) yang mengemukakan: “pembelajaran efektif adalah suatu pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan


(27)

11 mudah, menyenangkan, dan dapat mencapai tujuan pembelajaran sesuai dengan yang diharapkan”.

Pembelajaran akan menjadi efektif jika peserta didik terlibat langsung dan menjadi pusat dalam segala kegiatan pembelajaran. Pembelajaran menjadi efektif jika pembelajaran tersebut berlangsung menyenangkan bagi peserta didik. Dengan memberikan porsi kendali pembelajaran yang cukup besar kepada siswa, pembelajaran akan menjadi menyenangkan. Jika pembelajaran sudah menyenang-kan, maka peserta didik akan lebih mudah mengikuti dan memahami pem-belajaran yang diajarkan. Namun demikian, kontrol guru mutlak diperlukan untuk mengoptimalkan proses pembelajaran tersebut. Untuk mengefektifkan pem-belajaran ini, program pempem-belajaran harus dirancang terlebih dahulu dengan seksama. Salah satu cara untuk merancang tersebut adalah dengan memilih, me-nentukan dan menggunakan model pembelajaran yang sesuai dengan keadaan peserta didik.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa dengan siswa maupun antara guru dan siswa dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Model Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif mengandung pengertian sebagai suatu perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama dalam struktur kerjasama yang teratur dalam kelompok, yang terdiri dari dua orang atau lebih dimana


(28)

12 keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan setiap anggota kelompok itu sendiri. Slavin (dalam Solihatin, 2007 : 5) mengatakan sebagai berikut

”Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4 sampai 6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Selanjutnya dikatakan pula, keberhasilan belajar dari kelompok tergantung pada kemampuan dan aktivitas anggota kelompok, baik secara individual maupun kelompok”.

Ismail (2003:18) mengungkapkan sebagai berikut.

”Pembelajaran kooperatif merupakan strategi yang mengutamakan adanya kerja sama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah:

1. belajar dengan teman; 2. tatap muka antar teman;

3. mendengarkan diantara anggota;

4. belajar dari teman sendiri didalam kelompok; 5. belajar dalam kelompok kecil;

6. produktif berbicara atau mengeluarkan pendapat; 7. siswa membuat keputusan;

8. siswa aktif.”

Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang membantu siswa dalam mengembangkan pemahaman, pengetahuan dan sikapnya sesuai dengan kehidupan yang ada didalam masyarakat, sehingga dengan adanya kerja sama antar anggota kelompok akan meningkatkan motivasi, produktifitas, dan perolehan belajar. Stahl (dalam Solihatin, 2007 : 5) mengatakan bahwa model pembelajaran kooperatif menempatkan siswa sebagai bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai suatu hasil yang optimal dalam belajar.

Model pembelajaran kooperatif ini mendorong peningkatan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah yang ditemui selama proses pembelajaran. Pola interaksi yang bersifat terbuka dan langsung diantara anggota kelompok sangat


(29)

13 penting bagi siswa untuk memperoleh keberhasilan dalam belajarnya. Hal ini dikarenakan setiap saat mereka akan melakukan diskusi, saling membagi pengetahuan, pengalaman, pemahaman dan kemampuan serta saling mengoreksi antar sesama dalam belajar. Suprayekti (2006 : 89) mengungkapkan sebagai berikut.

“Ciri-ciri pembelajaran kooperatif memberikan dampak positif kepada siswa antara lain:

a. membangun sikap belajar kelompok / bersosialisasi; b. membangun kemampuan bekerjasama;

c. melatih kecakapan berkomunikasi; d. melatih keterlibatan emosi siswa;

e. mengembangkan rasa percaya diri dalam belajar;

f. meningkatkan prestasi akademiknya secara individu dan kelompok; g. meningkatkan motivasi belajar;

h. memperoleh kepuasan belajar.”

Salah satu dari teknik instruksional pembelajaran kooperatif adalah belajar bersama, yang dikembangkan oleh Johnson (dalam Suprayekti 2006:90). Dalam belajar bersama (learning together), tiap kelompok terdiri dari tiga sampai empat siswa diberi lembar kerja (worksheet) dimana mereka harus berdiskusi untuk melengkapi atau menjawab sejumlah pertanyaan. Setiap anggota dari tiap kelompok juga hendaknya dapat membantu kelompok lain setiap kali mereka telah melengkapi tugas mereka. Penghargaan diberikan untuk bekerja sama dan menyelesaikan tugas. Dalam model pembelajaran ini, tidak ada kompetisi antar kelompok.

Johnson (dalam Yasa, 2008 : 3) menyatakan sebagai berikut. ”Karakteristik umum dari semua teknik belajar kooperatif yaitu:

(1) interaksi face-to-face (siswa dalam kelompok empat sampai enam orang); (2) saling ketergantungan positif (para siswa bekerja sama untuk mencapai satu tujuan umum);


(30)

14 (3) tanggung jawab individual (para siswa harus menunjukkan bahwa mereka

sudah menguasai dan memahami materi);

(4) keterampilan-keterampilan interpersonal kelompok kecil (para siswa diajarkan bagaimana bekerja sama dan bagaimana cara mengevaluasinya)”.

Selain itu, Johnson (Andayani, 2007 : 4) mengungkapkan bahwa teori dan riset dengan jelas menekankan dua hal penting bagi model pembelajaran kooperatif yaitu:

1) merangsang untuk bekerja sama dan;

2) tanggung jawab individu. Kebanyakan aplikasi belajar kooperatif, pengenalan kelompok dan kompetisi antar kelompok menjadi perangsang dan tanggungjawab individu meluas yang mana pencapaian kelompok bergantung pada pencapaian individual di dalam kelompok tersebut.

Ada enam langkah utama di dalam melaksanakan pembelajaran kooperatif, menurut Streeter (dalam Suprayekti 2006 : 90), yaitu: (a) pembelajaran di-mulai dengan guru menyampaikan tujuan pembelajaran dan memotivasi siswa untuk belajar, (b) penyajian informasi baik berupa bahan bacaan maupun informasi verbal lainnya, (c) siswa dikelompokkan dalam kelompokkelompok belajar, (d) bimbingan oleh guru pada saat siswa belajar dalam kelompok, (e) guru memberikan evaluasi tentang hal-hal yang telah mereka pelajari, dan (f) guru memberikan penghargaan terhadap usaha-usaha yang telah dilakukan oleh individu maupun oleh kelompok.

Berdasarkan uraian diatas, model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok kecil secara kolaboratif, saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi yang di-berikan guru dalam rangka memperoleh hasil yang optimal dalam belajar.


(31)

15 3. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group Investigation

Tipe Group Investigation adalah tipe pembelajaran yang melibatkan siswa sejak perencanaan, baik dalam menentukan topik maupun cara untuk mempelajarinya melalui investigasi. Metode pembelajaran ini menuntut para siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun dalam ketrampilan proses kelompok (group process skills).

Para siswa memilih topik yang ingin dipelajari, mengikuti investigasi mendalam terhadap berbagai subtopik yang telah dipilih, kemudian menyiapkan dan menyajikan dalam suatu laporan di depan kelas secara keseluruhan. (Arends, 1997 : 120-121)

Peran guru dalam group investigation adalah sebagai pembimbing, konsultan, dan memberi kritik yang membangun. Guru harus membimbing dan memilah pengalaman kelompok menjadi tiga tingkat. Pertama, tingkat problem-solving

atau tugas (apa yang menjadi masalah utama? Faktor apa saja yang terlibat?). Kedua, tingkat manajemen kelompok (informasi apa saja yang kita perlukan). Ketiga, tingkat penafsiran secara individu (bagaimana kita menafsirkan atau mengartikan simpulan yang didapat).

Tujuan atau misi dari metode Group Investigation ini adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa dalam rangka berpartisipasi dalam proses sosial demokratis dengan mengkombinasikan perhatian-perhatian pada kemampuan antar-personal (kelompok) dan kemampuan rasa ingin tahu akademis.


(32)

16 Aspek-aspek dari pengembangan diri merupakan hasil perkembangan yang utama dari metode ini (Sutikno, 2003: 27)

Slavin (dalam Asthika, 2005:24) mengemukakan tahapan-tahapan dalam me-nerapkan pembelajaran kooperatif Group Ivestigation adalah sebagai berikut: 1. Tahap Pengelompokan (Grouping)

Yaitu tahap mengidentifikasi topik yang akan diinvestigasi serta membentuk kelompok investigasi, dengan anggota tiap kelompok 4 sampai 6 orang. Pada tahap ini:

a. Siswa mengamati sumber, memilih topik, dan menentukan kategori-kategori topik permasalahan,

b. Siswa bergabung pada kelompok-kelompok belajar berdasarkan topik yang mereka pilih atau menarik untuk diselidiki,

c. Guru membatasi jumlah anggota masing-masing kelompok antara 4 sampai 5 orang berdasarkan keterampilan dan keheterogenan.

Misalnya:

1) Dalam sub pokok bahasan turunan fungsi aljabar, sesuai dengan rencana pembelajaran yang telah dibuat, guru menyampikan topik yang akan diinvestigasi seperti: (a) Bila y = c maka y’= 0 (c konstanta), (b) Bila y = ax maka y’ = a (a konstanta), dan (c) Bila y = axn maka y’ = a.n.xn-1 (a dan n konstanta)

2) Setelah penyampaian topik bahasan yang akan diinvestigasi: (a) guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memilih topik yang menarik untuk dipilih dan membentuk kelompok berdasarkan topik yang mereka pilih atau


(33)

17 menarik untuk diselidiki, (b) Guru membatasi anggota kelompok 4 sampai 5 orang dengan cara mengarahkan siswa dan memberikan suatu motivasi kepada siswa supaya bersedia membentuk kelompok baru dan memilih topik.

2. Tahap Perencanaan (Planning)

Tahap Planning atau tahap perencanaan tugas-tugas pembelajaran. Pada tahap ini siswa bersama-sama merencanakan tentang:

a. Apa yang mereka pelajari? b. Bagaimana mereka belajar? c. Siapa dan melakukan apa?

d. Untuk tujuan apa mereka menyelidiki topik tersebut?

Misalnya pada topik Bahasan, Bila y = c maka y’= 0 dimana c konstanta, pada tahap ini: 1) siswa belajar tentang turunan fungsi yang nilainya konstan, 2) siswa belajar dengan menggali informasi, bekerjasama dan berdiskusi, 3) siswa membagi tugas untuk memecahkan masalah topik tersebut, mengumpulkan informasi, menyimpulkan hasil investigasi dan mempresentasikan di kelas, dan (4) siswa belajar untuk mengetahui sifat turunan fungsi aljabar yang bernilai konstan.

3. Tahap Penyelidikan (Investigation)

Tahap Investigation, yaitu tahap pelaksanaan proyek investigasi siswa. Pada tahap ini, siswa melakukan kegiatan sebagai berikut:

a. Siswa mengumpulkan informasi, menganalisis data dan membuat simpulkan terkait dengan permasalahan-permasalahan yang diselidiki,


(34)

18 b. Masing-masing anggota kelompok memberikan masukan pada setiap kegiatan

kelompok,

c. Siswa saling bertukar, berdiskusi, mengklarifikasi dan mempersatukan ide dan pendapat.

Misalnya: 1) siswa menemukan cara-cara pembuktian sifat turunan fungsi aljabar yang bernilai konstan, 2) siswa mecoba cara-cara yang ditemukan dari hasil pengumuplan informasi terkait dengan topik bahasan yang diselidiki, dan 3) siswa berdiskusi, mengklarifikasi tiap cara atau langkah dalam pemecahan masalah tentang topik bahasan yang diselidiki.

4. Tahap Pengorganisasian (Organizing)

Yaitu tahap persiapan laporan akhir. Pada tahap ini kegiatan siswa sebagai berikut:

a. Anggota kelompok menentukan pesan-pesan penting dalam proteknya masing-masing

b. Anggota kelompok merencanakan apa yang akan mereka laporkan dan bagaimana mempresentasikannya.

c. Wakil dari masing-masing kelompok membentuk panitia diskusi kelas dalam presentasi investigasi.

Misalnya: 1) siswa menemukan bahwa turunan fungsi aljabar yang bernilai konstan nilainya adalah 0 jadi rumus yang diberikan terbukti, 2) siswa menemukan bahwa turunan fungsi aljabar yang bernilai konstan nilainya adalah 0 yang dibuktikan dengan definisi turunan dan limit fungsi, 3) siswa membagi tugas sebagai pemimpin, moderator, notulis dalam presentasi investigasi.


(35)

19 5. Tahap Presentasi (Presenting)

Tahap presenting yaitu tahap penyajian laporan akhir. Kegiatan pembelajaran di kelas pada tahap ini adalah sebagai berikut:

a. Penyajian kelompok pada keseluruhan kelas dalam berbagai variasi bentuk penyajian,

b. Kelompok yang bukan penyaji terlibat secara aktif sebagai pendengar,

c. Pendengar mengevaluasi, mengklarifikasi dan mengajukan pertanyaan atau tanggapan terhadap topik yang disajikan.

Misalnya: 1) siswa yang bertugas untuk mewakili kelompok menyajikan hasil atau simpulan dari investigasi yang telah dilaksanakan, 2) siswa yang tidak sebagai penyaji, mengajukan pertanyaan, saran tentang topik yang disajikan, 3) siswa mencatat topik yang disajikan oleh penyaji.

6. Tahap evaluasi (evaluating)

Pada tahap evaluating atau penilaian proses kerja dan hasil proyek siswa. Pada tahap ini, kegiatan guru atau siswa dalam pembelajaran sebagai berikut:

a. Siswa menggabungkan masukan-masukan tentang topiknya, pekerjaan yang telah mereka lakukan, dan tentang pengalaman-pengalamanefektifnya,

b. Guru dan siswa mengkolaborasi, mengevaluasi tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan,


(36)

20 Misalnya: 1) siswa merangkum dan mencatat setiap topik yang disajikan, 2) siswa menggabungkan tiap topik yang diinvestigasi dalam kelompoknya dan kelompok yang lain, 3) guru mengevaluasi dengan memberikan tes uraian pada akhir pembelajaran.

Ciri Khas Pembelajaran Group Investigation

1. Menekankan pada partisipasi dan aktivitas siswa untuk mencari sendiri materi (informasi) pelajaran yang akan dipelajari melalui bahan-bahan yang tersedia, misalnya dari buku pelajaran atau siswa dapat mencari melalui internet. 2. Para siswa dituntut untuk memiliki kemampuan yang baik dalam

ber-komunikasi maupun dalam keterampilan proses kelompok.

3. Keterlibatan siswa secara aktif dimulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran.

4. Peran guru dalam group investigation adalah sebagai pembimbing, konsultan, dan memberi kritik yang membangun.

Secara ringkas sintak pembelajaran tipe pembelajaran Group Ivestigation adalah pemilihan topik, perencanaan kooperatif, implementasi, analisis dan sintesis, presentasi hasil final, dan evaluasi. Jadi tipe Group Ivestigation merupakan model pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil dimana siswa bekerja menggunakan inquiri kooperatif, perencanaan, proyek, diskusi kelompok, dan kemudian mempresentasikan penemuan mereka kepada kelas. Tipe ini paling kompleks dan sulit diterapkan dibandingkan metode kooperatif yang lain. Sharan (1990:32) mengatakan bahwa pembelajaran dengan sistem pengelompokan dapat menyebabkan berpindahnya motivasi dari tataran eksternal pada tataran internal


(37)

21 (Joyce, 2009: 309). Dengan kata lain, ketika siswa bekerjasama dalam menyelesaikan sebuah tugas, mereka akan tertarik pada materi pembelajaran tersebut karena menyadari kepentingannya sebagai siswa terhadap materi tersebut. Secara rinci keuntungan menggunakan model pembelajaran kooperatif adalah dapat memberikan efek yang sangat ampuh pada waktu singkat, baik dalam aspek pembelajaran akademik maupun aspek skill; memberikan seorang (atau beberapa orang) pendamping belajar yang menyenangkan dan bersama-sama mengembangkan skill bersosial serta berempati terhadap orang lain; dapat meningkatkan perasaan positif terhadap diri sendiri maupun orang lain.

Tipe Group Investigation merupakan model pembelajaran kooperatif yang melibatkan kelompok kecil dimana siswa bekerja menggunakan inquiri kooperatif, perencanaan, proyek, diskusi kelompok, dan kemudian mem-presentasikan penemuan mereka kepada kelas. Tipe ini paling kompleks dan sulit diterapkan dibandingkan tipe model kooperatif yang lain. Tipe ini juga me-rupakan model pembelajaran kooperatif yang kompleks karena memadukan antara prinsip belajar kooperatif dengan pembelajaran yang berbasis konstruktivisme dan prinsip belajar demokrasi, dan dapat melatih siswa untuk menumbuhkan kemampuan berfikir mandiri. Keterlibatan siswa secara aktif dapat terlihat mulai dari tahap pertama sampai tahap akhir pembelajaran akan memberi peluang kepada siswa untuk lebih mempertajam gagasan dan guru akan mengetahui kemungkinan gagasan siswa yang salah sehingga guru dapat memperbaiki kesalahannya.


(38)

22 4. Pembelajaran Konvensional

Menurut Wallace (dalam Sunartombs; 2009) tentang pendekatan konservatif, pendekatan konvensional memandang bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sebagai mana umumnya guru mengajarkan materi kepada siswanya. Guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa lebih banyak sebagai penerima.

Pembelajaran konvensional yang dimaksud adalah suatu pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru di kelas, yaitu pembelajaran dengan menggunakan metode ekspositori. Menurut Suyitno (2004: 2) metode ekspositori adalah cara penyam-paian pelajaran dari seorang guru kepada siswa di dalam kelas dengan cara berbicara di awal pelajaran, menerangkan materi dan contoh soal disertai tanya jawab.

Burrowes (dalam Juliantara, 2009: 7) menyampaikan bahwa pembelajaran konvensional menekankan pada resitasi konten, tanpa memberikan waktu yang cukup kepada siswa untuk merefleksi materi-materi yang dipresentasikan, menghubungkannya dengan pengetahuan sebelumnya, atau mengaplikasikannya kepada situasi kehidupan nyata. Lebih lanjut dinyatakan bahwa pembelajaran konvensional memiliki ciri-ciri, yaitu: (1) pembelajaran berpusat pada guru, (2) terjadi passive learning, (3) interaksi di antara siswa kurang, (4) tidak ada kelompok-kelompok kooperatif, dan (5) penilaian bersifat sporadis.

Jadi kegiatan guru yang utama adalah menerangkan dan siswa mendengarkan atau mencatat apa yang disampaikan guru. Salah satu ciri kelas dengan pembelajaran


(39)

23 secara biasa yaitu para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu.

Dari uraian diatas, guru hanya menyampaikan materi dan siswa hanya menerima apa yang disampaikan oleh guru, begitupun aktivitas siswa untuk menyampaikan pendapat sangat kurang, sehingga siswa menjadi pasif dalam belajar, dan belajar siswa kurang bermakna karena lebih banyak hafalan.

5. Pemahaman Konsep

Pemahaman merupakan terjemahan dari istilah understanding yang diartikan sebagai penyerapan arti suatu materi yang dipelajari. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, sedangkan konsep berarti suatu rancangan. Kemudian dalam matematika, konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian. Jadi pemahaman konsep adalah pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak dalam memyelesaiakan perhitungan matematika.

Hudoyo (1999: 63) menyatakan bahwa :

“Belajar matematika melibatkan struktur hirarki atau urutan konsep-konsep yang mempunyai tingkatan lebih tinggi dan dibentuk atas dasar konsep atau pengalaman yang sudah ada, sehingga belajar matematika harus terus-menerus dan berurutan karena belajar matematika yang terputus-putus akan menggangu pemahaman dan mempengaruhi hasil belajar.”

Pemahaman konsep adalah kemampuan dalam memahami konsep yang dipelajari. Pemahaman konsep merupakan salah satu aspek dalam ranah kognitif dari tujuan pembelajaran. Ranah kognitif ini meliputi berbagai tingkah laku dari tingkatan terendah sampai tertinggi yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,


(40)

24 sintesis, dan penilaian (evaluasi). Pemahaman konsep akan memberikan suatu pemahaman dan kemampuan untuk mengaplikasikan konsep yang telah dikuasai. Skemp (dalam Muaddab, 2010) membedakan pemahaman menjadi dua yaitu pemahaman instruksional (instructional understanding) dimana siswa hanya sekedar tahu mengenai suatu konsep namun belum memahami mengapa hal itu bisa terjadi dan pemahaman reliasional (relational understanding) yaitu dimana siswa telah memahami mengapa hal tersebut bisa terjadi dan dapat menggunakan konsep dalam memecahkan masalah-masalah sesuai dengan kondisi yang ada. Kemampuan pemahaman matematis adalah salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu dengan pemahaman, siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. Pemahaman matematis juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan. Hal ini sesuai dengan Hudoyo (dalam Herdian, 2010: 4) yang menyatakan tujuan mengajar adalah agar pengetahuan yang disampaikan dapat dipahami peserta didik.

Menurut Depdiknas (dalam Jannah, 2007: 18) menjelaskan ”Penilaian perkem-bangan anak didik dicantumkan dalam indikator dari kemampuan pemahaman konsep sebagai hasil belajar matematika.” Indikator tersebut adalah sebagai berikut:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.


(41)

25 c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu. e. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

Pedoman penskoran tes pemahaman konsep menurut Sartika (2011:22) disajikan pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1. Pedoman Penyekoran Tes Pemahaman Konsep

No Indikator Ketentuan Skor

1 Menyatakan ulang suatu konsep

Tidak menjawab 0

Menyatakan ulang suatu konsep tetapi salah 1 Menyatakan ulang suatu konsep dengan benar 2

2

Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya

Tidak menjawab 0

Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu tetapi tidak sesuai dengan konsepnya 1 Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu

sesuai dengan konsepnya 2

3 Memberi contoh dan non contoh Tidak menjawab Memberi contoh dan non contoh tetapi salah 0 1 Memberi contoh dan non contoh dengan benar 2

4

Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu

Tidak menjawab 0

Menggunakan, memanfatkan, dan memilih

prosedur tetapi salah 1

Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih

prosedur dengan benar 2

5 Mengaplikasikan konsep

Tidak menjawab 0

Mengaplikasikan konsep tetapi tidak tepat 1 Mengaplikasikan konsep dengan tepat 2

Pemahaman konsep berpengaruh terhadap tercapainya hasil belajar. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari proses belajar atau kemam-puan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Berkenaan dengan hal tersebut, Keller (dalam Hamalik, 2004: 28) menyatakan bahwa hasil belajar adalah “prestasi aktual yang ditampilkan oleh anak sedangkan usaha adalah perbuatan yang terarah pada penyelesaian tugas-tugas belajar.” Ini berarti bahwa


(42)

26 besarnya usaha adalah indikator dari adanya motivasi, sedangkan hasil belajar dipengaruhi oleh besarnya usaha yang dilakukan oleh anak.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan salah satu indikator untuk menentukan terkuasai atau tidaknya konsep yang telah diajarkan kepada siswa selama kegiatan pembelajaran. Dalam penelitian ini, hasil belajar tersebut berupa nilai yang diperoleh siswa berdasarkan hasil tes pemahaman konsep.

B. Penelitian yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian dari Anita Nurhidayati (2012) menunjukkan bahwa Pembel-ajaran kooperatif tipe Group Investigation pada siswa kelas X SMA N 3 Bantul Tahun Ajaran 2010/2011 terdapat pengaruh yang positif terhadap aktivitas pembelajaran. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran Group Ivestigation siswa dapat mengemukakan pendapat, menerima pendapat orang lain, bekerja sama dalam kelompok, dan membuat catatan materi yang disampaikan kelompok lain. 2. Hasil penelitian Nura (2008) menunjukkan bahwa minat dan prestasi belajar

siswa yang pembelajarannya dengan strategi kooperatif Group Investigation lebih baik daripada yang pembelajarannya dengan strategi konvensional. Hal ini dikarenakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation siswa lebih menunjukkan keaktifan mencari sumber belajar, keaktifan diskusi, dan keaktifan bertanya.


(43)

27 C. Kerangka Pikir

Pemahaman konsep merupakan hal utama yang perlu digali dan dikembangkan dalam pembelajaran matematika. Oleh karena itu, rendahnya pemahaman konsep matematis siswa harus menjadi hal yang sangat diperhatikan oleh guru. Permasalahan ini dapat terjadi karena dalam pembelajaran matematika, guru kurang memperhatikan siswa dalam beberapa hal, diantaranya kemampuan siswa mengkaji konsepsi awal, kemampuan pengungkapan ide-ide atau pengetahuan dalam diri siswa, kemampuan menjelaskan pemahamannya kepada orang lain dan mendengar, bahkan menghargai temuan temannya, serta kemampuan mengembangkan dan mengaplikasikan konsep.

Setiap anak mempunyai kemampuan yang berbeda dalam dalam memahami suatu konsep pembelajaran. Hal ini memungkinkan perbedaan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap suatu materi yang telah diajarkan. Pengetahuan dan pemahaman ini akan mempengaruhi pemahaman siswa terhadap materi selanjutnya. Hal ini memunculkan dugaan bahwa pemahaman konsep yang berbeda ini memungkinkan pencapaian hasil belajar yang berbeda pula.

Pembelajaran yang umum digunakan selama ini dalam proses pembelajaran adalah pembelajaran konvensional, yaitu guru memberi materi melalui ceramah, latihan soal kemudian pemberian tugas. Ceramah merupakan salah satu cara penyampaian informasi dengan lisan dari seseorang kepada sejumlah pendengar di suatu ruangan. Kegiatan berpusat pada penceramah dan komunikasi searah dari pembaca kepada pendengar. Penceramah mendominasi seluruh kegiatan, sedang pendengar hanya memperhatikan dan membuat catatan seperlunya.


(44)

28 Pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Tujuan lain yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe Group Investigation yaitu meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Sehingga dengan penerapan model pembelajaran Group Investigation siswa akan mampu menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan oleh guru baik secara tugas kelompok maupun tugas individu untuk memungkinkan kerjasama dalam proses pembelajaran.

Menurut Sanjaya (2008: 249) keunggulan dari pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation adalah siswa tidak terlalu menggantungkan pada guru, akan tetapi dapat menambah kepercayaan kemampuan berpikir sendiri, dapat mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan, dapat membantu anak untuk merespon orang lain, dapat memberdayakan siswa untuk lebih bertanggung jawab dalam belajar, dapat meningkatkan prestasi akademik sekaligus kemampuan social, dapat mengembangkan kemampuan siswa untuk menguji ide dan pemahamannya sendiri, menerima umpan balik, dapat meningkatkan kemampuan siswa menggunakan informasi dan kemampuan belajar abstrak menjadi nyata, dapat meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir. Dengan demikian, diharapkan pemahaman konsep siswa yang belajar menggunakan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation lebih baik dari pada siswa yang belajar menggunakan pembelajaran konvensional, karena


(45)

29 pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation merupakan tipe pembelajaran yang kompleks dan terstruktur.

D. Hipotesis Penelitian 1. Hipotesis Umum

Hipotesis dalam penelitian ini adalah pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation lebih efektif jika dibanding pembelajaran konvensional, ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.

2. Hipotesis Kerja

Hipotesis kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah rata-rata nilai pemahaman konsep matematis siswa pada pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation lebih baik daripada rata-rata nilai pemahaman konsep pembelajaran konvensional.


(46)

III. METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Swadhipa Natar, Lampung Selatan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X semester genap SMA Swadhipa Natar tahun pelajaran 2011/2012 yang terdiri dari 4 kelas. Dari 4 kelas tersebut diambil 2 kelas sebagai sampel penelitian dengan teknik pengambilan sampel melalui teknik Cluster Random sampling yaitu mengambil secara acak 2 kelas dari 4 kelas yang akan menjadi kelas ekperimen dan kelas kontrol. Sampel dalam penelitian ini terpilih kelas X.4 sebagai kelas kontrol dan X.1 sebagai kelas eksperimen, selanjutnya dari kelas ekperimen akan dibentuk kelompok belajar secara heterogen.

B. Data Penelitian

Data dalam penelitian ini adalah data kuantitatif yang berupa data pemahaman konsep yang diperoleh dari nilai tes setelah pembelajaran dengan model pembe-lajaran kooperatif tipe GI dan pembepembe-lajaran konvensional.


(47)

31 C. Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian quasi eksperimen dengan menggunakan

Post-testonly dengan kelompok-kelompok yang diacak. (Furchan, 1982: 356)

Tabel 3.1 Disain Penelitian

Kelas Perlakuan Post-test

E X O1

K C O2

Keterangan:

E : Kelas eksperimen K : Kelas kontrol

X :Perlakuan pada kelas eksperimen menggunakan pembelajaran kooperatif GI C : Kelas Kontrol menggunakan pembelajaran konvensional

O1 : Skor posttest pada kelas eksperimen O2 : Skor posttest pada kelas kontrol

Pada kelas eksperimen diterapkan model pembelajaran koopearatif tipe Group

Investigation sedangkan pada kelas kontrol diterapkan pembelajaran konvensional.

Variabel lain dalam proses pembelajaran juga diberikan secara seimbang dan sama yaitu menggunakan media pembelajaran dan Lembar Kerja Kelompok (LKK). Setelah pokok bahasan selesai, dilakukan tes akhir. Tes akhir adalah tes penguasan konsep yang dilakukan pada kedua kelas sampel dengan soal tes yang sama.

D.Prosedur Penelitian

Langkah-langkah penelitian adalah sebagai berikut: 1. Melakukan Penelitian Pendahuluan

Penelitian pendahuluan untuk melihat kondisi sekolah, seperti berapa kelas yang ada, jumlah siswanya, serta cara mengajar guru matematika.


(48)

32 3. Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) untuk kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation

dan untuk kelas kontrol dengan menggunakan pembelajaran konvensional. 4. Menyiapkan instrumen penelitian dengan terlebih dahulu membuat kisi-kisi

pos-test sesuai dengan indikator pembelajaran kemudian membuat soal esai

beserta penyelesaian dan aturan penskorannya.

5. Melakukan validasi instrumen dan perbaikan instrumen.

6. Melakukan uji coba instrumen penelitian dan setelah itu melakukan uji reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda.

7. Melaksanakan penelitian pada kelas eksperimen dengan pembelajaran kooperatif tipe Group Investigation dan pada kelas kontrol dengan pembelajaran konvensional.

8. Mengadakan post-test pada kelas eksperimen dan kontrol 9. Menganalisis hasil penelitian.

10. Membuat kesimpulan E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data yang digunakan adalah tes. Tehnik tes adalah pengumpulan data yang bertujuan untuk mengetahui hasil dari suatu perlakuan. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi yang diberikan. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemahaman konsep yang berbentuk uraian, tes diberikan sesudah pembelajaran (post-test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(49)

33 F. Instrumen Penelitian

Instrumen ini adalah tes yang digunakan untuk mengambil data dalam suatu penelitian. Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes pemahaman konsep berbentuk uraian. Tes ini digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam memahami materi yang diberikan. Tes diberikan sesudah pembelajaran

(post-test) pada kelas eksperimen dan kelas kontrol. Tes yang diberikan sesudah

pembelajaran dimaksudkan untuk melihat pengaruh pembelajaran terhadap pemahaman konsep siswa. Adapun teknik penyekoran untuk soal tes uraian dapat dilihat pada Tabel 3.3.

Tabel 3.2 Pedoman Penyekoran Tes Pemahaman Konsep

No Indikator Ketentuan Skor

1. Menyatakan ulang sebuah konsep a.b. Tidak menjawab Menyatakan ulang sebuah konsep tetapi salah 0 1

c. Menyatakan ulang sebuah konsep dengan benar 2

2.

Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya

a. Tidak menjawab 0

b. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu tetapi

tidak sesuai dengan konsepnya 1

c. Mengklasifikasi objek menurut sifat tertentu sesuai

dengan konsepnya 2

3. Memberi contoh dan non contoh dari konsep

a. Tidak menjawab 0

b.Memberi contoh dan non contoh tetapi salah 1

c.Memberi contoh dan non contoh dengan benar 2

4. Menggunakan, memanfaatkan danmemilih prosedur tertentu

a. Tidak menjawab 0

b. Menggunakan, memanfatkan, dan memilih

prosedur tetapi salah 1

c. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih

prosedur dengan benar 2

5.

Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah

a. Tidak menjawab 0

b. Mengaplikasi konsep atau algoritma ke pemecahan

masalah tetapi tidak tepat 1

c. Mengaplikasi konsep atau algoritma ke pemecahan

masalah dengan tepat 2

Sumber: ( Sartika, 2011: 22) Untuk mendapatkan data yang akurat, maka tes yang digunakan dalam penelitian ini harus memenuhi kriteria tes yang baik. Tes yang telah disusun harus memenuhi validitas isi dan diujicobakan diluar sampel yaitu pada siswa kelas X


(50)

34 yang lain. Ini dimaksudkan untuk mengetahui validitas, tingkat reliabilitas tes, daya pembeda dan tingkat kesukaran soal. Jika perangkat tes telah memenuhi kriteria tersebut, maka perangkat tes termasuk dalam kriteria tes yang baik sehingga soal layak digunakan.

1. Validitas Isi

Validitas isi yaitu validitas yang dilihat dari segi isi tes itu sendiri sebagai alat pengukur hasil belajar siswa, isinya telah dapat mewakili secara representatif terhadap keseluruhan materi atau bahan pelajaran yang seharusnya diteskan. Validitas isi dari suatu tes pemahaman konsep dapat diketahui dengan jalan mem-bandingkan antara isi yang terkandung dalam tes pemahaman konsep dengan tujuan intruksional khusus yang telah ditentukan untuk pelajaran matematika, apakah hal-hal yang tercantum dalam tujuan intruksional khusus sudah terwakili secara nyata dalam tes pemahaman konsep tersebut atau belum. Validitas tes ini dikonsultasikan dengan dosen pembimbing terlebih dahulu kemudian dikonsultasikan kepada guru mata pelajaran matematika kelas X. Jika penilaian dosen dan guru menyatakan bahwa butir-butir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator maka tes tersebut dikategorikan valid.

2. Reliabilitas

Reliabilitas tes diukur berdasarkan koefisien reliabilitas dan digunakan untuk mengetahui tingkat keterandalan suatu tes. Suatu tes dikatakan reliabel jika hasil pengukuran yang dilakukan dengan menggunakan tes tersebut berulang kali terhadap subjek yang sama senantiasa menunjukkan hasil yang tetap sama atau


(51)

35

      

2 2

11 1 1

t i S S n n r

sifatnya ajeg (stabil). Untuk menghitung koefisien reliabilitas tes berbentuk essay digunakan rumus alpha cronbach.

Keterangan :

11

r = Koefisien reliabilitas n = Banyaknya butir soal

2

i

S = Jumlah varians butir

2

t

S = Varians total

Setelah di uji coba dan dilakukan perhitungan diperoleh harga r11 untuk instrumen

tes pemahaman konsep matematis sebesar 0,89. Untuk mengetahui keajegan suatu soal tes, maka perlu dicari ukuran variabilitas error yang mungkin terjadi dalam pengukuran, semakin kecil nilai standar eror maka instrumen tersebut semakin terpercaya, digunakan error standar dalam pengukuran (Se) dengan rumus sebagai berikut

xx

x

e S r

S  1 Azwar (1996:189) Keterangan:

se = standar eror

sx = standar deviasi skor eror rxx = koefesien reliabilitas tes

Untuk memperkirakan skor yang sesungguhnya, digunakan interval kepercayaan skor murni sebagai berikut : X – zcse ≤ T ≤ X + zcse


(52)

36 Keterangan:

X = skor yang diperoleh pada tes zc = nilai kritis deviasi standar normal sc = eror standar

Setelah dilakukan perhitungan didapat interprestasi koefisien kepercayaan sebagai berikut

Tabel 3.3 Interprestasi Koefisien Reliabilitas Tes Pemahaman Konsep Skor Interval kepercayaan skor murni

7 2,703 ≤ ≤ 11,297

20,45 16,153 ≤ ≤ 24,747 38 33,705 ≤ ≤ 42,297

Jarak interval tersebut cukup luas, idealnya interval tersebut memiliki jarak sesempit mungkin. Hal ini disebabkan standar eror dalam pengukuran cukup besar yaitu 2,604. Interval tersebut dapat mewakili seluruh skor yang diperoleh masing-masing siswa dalam uji coba ini.

3. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda data terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah, kemudian diambil 27 % siswa yang memperoleh nilai tertinggi disebut kelompok atas) dan 27 % siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah). Daya pembeda ditentukan dengan rumus :

IA JB JA


(53)

37 Keterangan :

DP = Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

JA = Rata-rata kelompok atas pada butir soal yang diolah JB = Rata-rata kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA = Skor maksimum butir soal yang diolah

Penafsiran interpretasi nilai daya pembeda butir tes digunakan kriteria menurut Sudijono (2003) dalam tabel 3.4.

Tabel 3.4. Interpretasi Nilai Daya Pembeda Nilai Interpretasi

20 , 0

DP

negatif Lemah Sekali(Jelek)

40 , 0 20

,

0  DPCukup(Sedang)

70 , 0 40

,

0 DPBaik

00 , 1 70

,

0  DPBaik Sekali

Dari perhitungan tes uji coba yang telah dilakukan didapatkan perhitungan daya beda soal sebagai berikut :

Tabel 3.5 Daya Beda Tes Uji Coba No. Soal Daya Pembeda

1 0,475 (Baik) 2 0,5625 (Baik) 3 0,453125 (Baik) 4 0,416667 (Baik) 5 0,5 (baik)

Berdasarkan kriteria butir tes yang akan digunakan untuk mengambil data maka semua butir tes uji coba memenuhi kriteria sebagai butir soal yang layak digunakan untuk mengambil data.

4. Tingkat Kesukaran

Tingkat kesukaran digunakan untuk menentukan derajat kesukaran suatu butir soal. Suatu tes dikatakan baik jika memiliki derajat kesukaran sedang, yaitu tidak


(54)

38 terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus:

i maks i i S S TK  Keterangan:

TKi : tingkat kesukaran butir tes ke-i

i

S : rataan skor siswa pada butir ke-i Smaks: skor maksimum butir ke-i

Penafsiran atas tingkat kesukaran butir tes dapat digunakan kriteria menurut Witherington dalam Sudijono (2003:374) berikut:

Tabel 3.6 Interprestasi Tingkat Kesukaran Butir Tes Besar TKi Interprestasi

< 0,25 0,25 s.d 0,75 > 0,75

Terlalu Sukar Cukup (Sedang)

Terlalu Mudah

Dari perhitungan tes uji coba yang telah dilakukan didapatkan perhitungan tingkat kesukaran soal sebagai berikut :

Tabel 3.7 Tingkat Kesukaran Tes Uji Coba No. Soal Tingkat Kesukaran

1 0,490323 (Sedang) 2 0,553763 (Sedang) 3 0,467742 (Sedang) 4 0,462366 (Sedang) 5 0,475806 (Sedang)

Dari tes uji coba yang telah dilakukan terlihat bahwa keempat komponen yaitu validitas butir soal, reliabilitas tes, daya pembeda, dan tingkat kesukaran dari kelima butir soal tersebut telah memenuhi kriteria yang ditentukan sehingga


(55)

39 kelima butir soal tersebut dapat digunakan untuk mengukur pemahaman konsep matematis siswa.

Soal untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis disusun dalam bentuk tes uraian. Skor jawaban disusun berdasarkan indikator kemampuan pemahaman konsep. Adapun indikator pemahaman konsep tersebut adalah se-bagai berikut:

a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non contoh dari konsep.

d. Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu. e. Mengaplikasikan konsep atau algoritma pemecahan masalah.

G.Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Setelah kedua sampel diberi perlakuan yang berbeda, data yang diperoleh diana-lisis untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan belajar siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol. Data hasil tes akhir yang diperoleh digunakan sebagai dasar dalam menguji hipotesis penelitian. Sebelum dilakukan pengujian hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas varians. Adapun langkah-langkah dan rumus yang digunakan sebagai berikut :

1. Uji Normalitas

Uji Normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji Chi-Kuadrat. Uji Chi Kua-drat menurut Sudjana (2005: 273) adalah sebagai berikut:


(56)

40 a. Hipotesis

Ho : sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : sampel tidak berasal dari populasi yang berdistribusi normal b. Taraf signifikan : α = 0,05

c. Statistik uji

= ( − )

Keterangan:

= frekuensi harapan

= frekuensi yang diharapkan = banyaknya pengamatan d. Keputusan uji

Tolak H0 jika x2  x1k3 dengan taraf  = taraf nyata untuk pengujian.

Dalam hal lainnya H0 diterima.

Dari hasil perhitungan (lampiran C.4 dan C.6), untuk kelas eksperimen didapat nilai = 3,10 dengan = 5% dan dk = 3, dari tabel chi kuadrat diperoleh

= 7,81. Karena < maka berdasarkan kriteria pengujian data pada kelas eksperimen berdistribusi normal. Untuk kelas kontrol didapat nilai

= 4,23 dengan = 5% dan dk = 3, dari tabel chi kuadrat diperoleh

= 7,81. Karena data terletak pada daerah penerimaan H0 ( < ), maka data pada kelas kontrol juga berdistribusi normal. Karena kedua data baik dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol berdistribusi normal maka dapat disimpulkan bahwa kedua data hasil belajar matematika siswa berdistribusi normal.


(57)

41 2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas varians dilakukan antara dua kelompok data, yaitu kelompok

Group Investigation dan kelompok model pembelajaran langsung. Masing-masing

kelompok tersebut dilakukan untuk variabel terikat pemahaman konsep matematis siswa.

Untuk menguji homogenitas digunakan uji Bartlett. Uji Bartlett menurut Sudjana (2005: 261-264) adalah sebagai berikut :

1). Hipotesis Uji H0 : 12 22

H1 : 12 22

2). Taraf signifikansi α = 5% 3). Statistik uji

Uji Barlet dengan menggunakan statistik chi kuadrat dengan rumus:

= (ln 10) − ( − 1) log

Dengan :

= (log ) ( − 1) = ∑( − 1)∑( − 1)

i

n = ukuran sampel ke-i

2

i

s = variansi sampel ke-i

i = 1, 2

k = banyaknya populasi ln 10 = 2,3026


(58)

42 4). Keputusan uji

Tolak H0 jika x2 x21k1 dan terima H0 jika x2 x21k1, dimana 1  1

2 

k

x  didapat dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan peluang (1 – )

dan dk = (k – 1).

Dari hasil perhitungan (lampiran C.7) terlihat bahwa x2 x21k1 yaitu 1,21 <

3,84 dengan tafaf signifikansi α = 5% dan dk = 2 – 1 = 1, berarti terima H0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variansi kedua kelompok homogen. 3. Uji Hipotesis

Jika data normal dan homogen maka dapat dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata. Analisis data dengan menggunakan uji-t, uji satu pihak yaitu pihak kanan. Adapun uji hipotesis menurut Sudjana (2005: 239) setelah syarat data normal dan homogen terpenuhi adalah:

1. Hipotesis uji

H0 : µ1 = µ2 (rata - rata nilai pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan pembelajaran Group Investigation sama dengan rata rata nilai pemahaman konsep matematis siswa dengan pem-belajaran konvensional).

H1 : µ1 > µ2 (rata - rata nilai pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan pembelajaran Group Investigation lebih tinggi dibanding pemahaman konsep matematis siswa dengan pem-belajaran konvensional).


(59)

43 2. Taraf signifikansi : α = 5 %

3. Statistik uji

;

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s dengan : 1

x = rata-rata sampel ke-1

2

x = rata-rata sampel ke-2

2 1

s = variansi sampel ke-1

2 2

s = variansi sampel ke-2

1

n = ukuran sampel ke-1

2

n = ukuran sampel ke-2 4. Keputusan uji

Kriteria pengujian adalah dengan dk = (n1 + n2 – 2 ) dan peluang (1 − ), terima Ho jika ℎ < .

2 1 2 1 1 1 n n s x x t   


(60)

53

DAFTAR PUSTAKA

Agazzta. 2009. Macam-macam metode pembelajaran. [on line]. Tersedia: http://agazzta.student.fkip.uns.ac.id/perkuliahan/.(Tanggal 13 Jan 2012) Andayani dan Amri. 2007. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif Dalam

Kelas. Prestasi Pustakaraya. Jakarta. 186 halaman.

Arends, Richard. I. 2007. Belajar Untuk Mengajar. Terjemahan oleh Helly

Asriyanti. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Produktif Multimedia Siswa Kelas X SMKN 1 Cerme Gresik. http://indoskripsi.com. Diakses tanggal 16 Desember 2010.

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. 244 halaman.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional :

Surabaya.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Matematika Berdasarkan

Pendekatan Sistem. Bumi Aksara. Jakarta.

Hudoyo, Herman. 1979. Pengembangan Kurikulum Matematika dan Pelaksanaannya di Depan Kelas. Usaha Nasional. Surabaya.

Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-Model Pembelajaran). Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Jannah, Miftahul. 2007. Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII SMP

Negeri 2 Tanjung Brebes Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Realistics Education (RME) Pada Sub Materi Pokok Bahasan Persegi Panjang Dan Persegi Tahun Pelajaran 2006/2007. (Skripsi). digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01d9.../doc.pdf


(61)

54 Joyce, Bruce. Dkk. 2009. Model-Model Pengajaran. Terjemahan oleh Achmad

Fawaid dan Ateilla Mirza. 2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Juliantara, Ketut. 2009. Pembelajaran Konvensional.

http://www.kompasiana.com/ikpj. Diakses tanggal 21 Desember 2011 Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Balai Pustaka. Jakarta.

Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning. Grasindo. Jakarta. Muaddab, Hafis. 2010. Pemahaman Siswa. [on line]. Tersedia:

http://hafismuaddab.wordpress.com/ 2010/01/13/pemahaman-siswa/. (tanggal 03 Jan 2012)

Sartika, Dewi. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT

Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa.(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 29 Bandar

Lampung TahunPelajaran 2010/2011). (Skripsi).Universitas Lampung.

Bandar Lampung.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Bumi Aksara. Jakarta.

Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media. Jakarta.

Solihatin, Etin. 2007. Cooperatif Learning : Analisis Model Pembelajaran IPS. Bumi Aksara. Jakarta.

Sudijono, Anas. 2003. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta

Sudjana. 2005. Metoda Statistik. Tarsito. Bandung.

Sunartombs. 2009. Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik Namum Paling Disukai. [on line]. Tersedia: http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/ pembelajaran-konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/. (tanggal 21 Desember 2011)

Suparlan. Dasim Budimansyah. Danny Meirawan. 2008. PAKEM (Pembelajaran Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Bandung: Genesindo

Suprayekti. Strategi Penyampaian Pembelajaran Kooperatif. Jurnal . Desember 2006. 27 Juni 2008. http://www.jurnal pendidikan penabur - No.07/Th.V/ Desember 2006. FIP- Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.


(62)

55 Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I.

Semarang: Jurusan Matematika FMIPA UNNES.

UU RI No 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika. Jakarta. .

Yasa, M. K. 2008. Cooperative Learning Evektivitas pembelajaran kelompok. Bandung: Alfabeta.


(63)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh disimpulkan bahwa pemaha- man konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran dengan model kooperaktif tipe Group Investigation lebih baik daripada pemahaman konsep siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan kata lain, model pembelajaran kooperatif tipe GI efektif dibandingkan pembelajaran konvensional yang diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari pemahaman konsep matematis pada siswa kelas X semester genap SMA Swadhipa Natar, Lampung Selatan.

B. Saran

Berdasarkan dari kesimpulan yang ada, maka saran yang dapat dikemukakan adalah:

1. Kepada guru matematika agar dapat menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Group Investigation secara optimal sebagai alternative untuk mengefektifkan pembelajaran matematika.

2. Kepada para peneliti yang akan melakukan jenis penelitian yang sama, untuk dapat memperisiapkan dan melaksanakan penelitian dengan lebih mendalam.


(1)

4). Keputusan uji

Tolak H0 jika x2 x21k1 dan terima H0 jika x2 x21k1, dimana 1  1

2   k

x  didapat dari daftar distribusi chi-kuadrat dengan peluang (1 – ) dan dk = (k – 1).

Dari hasil perhitungan (lampiran C.7) terlihat bahwa x2 x21k1 yaitu 1,21 < 3,84 dengan tafaf signifikansi α = 5% dan dk = 2 – 1 = 1, berarti terima H0. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa variansi kedua kelompok homogen.

3. Uji Hipotesis

Jika data normal dan homogen maka dapat dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata. Analisis data dengan menggunakan uji-t, uji satu pihak yaitu pihak kanan. Adapun uji hipotesis menurut Sudjana (2005: 239) setelah syarat data normal dan homogen terpenuhi adalah:

1. Hipotesis uji

H0 : µ1 = µ2 (rata - rata nilai pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan pembelajaran Group Investigation sama dengan rata rata nilai pemahaman konsep matematis siswa dengan pem-belajaran konvensional).

H1 : µ1 > µ2 (rata - rata nilai pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan pembelajaran Group Investigation lebih tinggi dibanding pemahaman konsep matematis siswa dengan pem-belajaran konvensional).


(2)

2. Taraf signifikansi : α = 5 % 3. Statistik uji

;

2 1 1 2 1 2 2 2 2 1 1 2       n n s n s n s dengan : 1

x = rata-rata sampel ke-1

2

x = rata-rata sampel ke-2 2

1

s = variansi sampel ke-1 2

2

s = variansi sampel ke-2

1

n = ukuran sampel ke-1

2

n = ukuran sampel ke-2

4. Keputusan uji

Kriteria pengujian adalah dengan dk = (n1 + n2 – 2 ) dan peluang (1 − ), terima Ho jika ℎ < .

2 1 2 1 1 1 n n s x x t   


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Agazzta. 2009. Macam-macam metode pembelajaran. [on line]. Tersedia: http://agazzta.student.fkip.uns.ac.id/perkuliahan/.(Tanggal 13 Jan 2012) Andayani dan Amri. 2007. Proses Pembelajaran Kreatif dan Inovatif Dalam

Kelas. Prestasi Pustakaraya. Jakarta. 186 halaman.

Arends, Richard. I. 2007. Belajar Untuk Mengajar. Terjemahan oleh Helly

Asriyanti. 2008. Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Group

Investigation untuk Meningkatkan Hasil Belajar Mata Pelajaran Produktif Multimedia Siswa Kelas X SMKN 1 Cerme Gresik. http://indoskripsi.com. Diakses tanggal 16 Desember 2010.

Aunurrahman. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. 244 halaman.

Dimyati dan Mudjiono. 1999. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional :

Surabaya.

Hamalik, Oemar. 2004. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Hamalik, Oemar. 2002. Perencanaan Pengajaran Matematika Berdasarkan

Pendekatan Sistem. Bumi Aksara. Jakarta.

Hudoyo, Herman. 1979. Pengembangan Kurikulum Matematika dan

Pelaksanaannya di Depan Kelas. Usaha Nasional. Surabaya.

Ismail. 2003. Media Pembelajaran (Model-Model Pembelajaran). Departemen Pendidikan Nasional. Jakarta.

Jannah, Miftahul. 2007. Kemampuan Pemahaman Konsep Siswa Kelas VII SMP

Negeri 2 Tanjung Brebes Dalam Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Realistics Education (RME) Pada Sub Materi Pokok Bahasan Persegi Panjang Dan Persegi Tahun Pelajaran 2006/2007. (Skripsi). digilib.unnes.ac.id/gsdl/collect/skripsi/archives/HASH01d9.../doc.pdf


(4)

Joyce, Bruce. Dkk. 2009. Model-Model Pengajaran. Terjemahan oleh Achmad Fawaid dan Ateilla Mirza. 2009. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Juliantara, Ketut. 2009. Pembelajaran Konvensional.

http://www.kompasiana.com/ikpj. Diakses tanggal 21 Desember 2011 Kamus Besar Bahasa Indonesia. 2002. Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Balai Pustaka. Jakarta.

Lie, Anita. 2004. Cooperative Learning. Grasindo. Jakarta. Muaddab, Hafis. 2010. Pemahaman Siswa. [on line]. Tersedia:

http://hafismuaddab.wordpress.com/ 2010/01/13/pemahaman-siswa/. (tanggal 03 Jan 2012)

Sartika, Dewi. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa.(Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 29 Bandar Lampung TahunPelajaran 2010/2011). (Skripsi).Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor Yang Mempengaruhi. Bumi Aksara. Jakarta.

Slavin, Robert E. 2008. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Nusa Media. Jakarta.

Solihatin, Etin. 2007. Cooperatif Learning : Analisis Model Pembelajaran IPS.

Bumi Aksara. Jakarta.

Sudijono, Anas. 2003. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta

Sudjana. 2005. Metoda Statistik. Tarsito. Bandung.

Sunartombs. 2009. Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik Namum Paling

Disukai. [on line]. Tersedia: http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/ pembelajaran-konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/. (tanggal 21 Desember 2011)

Suparlan. Dasim Budimansyah. Danny Meirawan. 2008. PAKEM (Pembelajaran

Aktif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan). Bandung: Genesindo

Suprayekti. Strategi Penyampaian Pembelajaran Kooperatif. Jurnal . Desember 2006. 27 Juni 2008. http://www.jurnal pendidikan penabur - No.07/Th.V/ Desember 2006. FIP- Universitas Negeri Jakarta. Jakarta.


(5)

Suyitno, Amin. 2004. Dasar-dasar dan Proses Pembelajaran Matematika I. Semarang: Jurusan Matematika FMIPA UNNES.

UU RI No 20 Tahun 2003. Sistem Pendidikan Nasional. Sinar Grafika. Jakarta. .

Yasa, M. K. 2008. Cooperative Learning Evektivitas pembelajaran kelompok.


(6)

V.KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang diperoleh disimpulkan bahwa pemaha- man konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran dengan model kooperaktif tipe Group Investigation lebih baik daripada pemahaman konsep siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional. Dengan kata lain, model pembelajaran kooperatif tipe GI efektif dibandingkan pembelajaran konvensional yang diterapkan pada pembelajaran matematika ditinjau dari pemahaman konsep matematis pada siswa kelas X semester genap SMA Swadhipa Natar, Lampung Selatan.

B.Saran

Berdasarkan dari kesimpulan yang ada, maka saran yang dapat dikemukakan adalah:

1. Kepada guru matematika agar dapat menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe Group Investigation secara optimal sebagai alternative untuk mengefektifkan pembelajaran matematika.

2. Kepada para peneliti yang akan melakukan jenis penelitian yang sama, untuk dapat memperisiapkan dan melaksanakan penelitian dengan lebih mendalam.


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas X SMA Swadhipa Natar Semester Genap Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 30 63

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 23 Bandarlampung Semester Genap Tahun Ajaran 2011/2012)

0 7 53

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DITINJAU DARI HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 9 Metro Tahun Pelajaran 2011/2012)

0 15 54

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 9 54

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 8 39

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Trimurjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 3 34

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Ar-Raihan Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 7 51

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TPS TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas X SMA Negeri 1 Gedongtataan Kabupaten Pesawaran Semester Genap Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 5 63

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Sribhawono Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 19 132

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION DITINJAU DARI KEMAMPUAN MEMAHAMI KONSEP MATEMATIS SISWA

0 5 53