EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

(1)

(2)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester

Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

Oleh

YEMI NURTILAWATI

Penelitian eksperimen semu ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD ditinjau dari pemahaman konsep matematika siswa. Desain penelitian yang digunakan adalah postest only. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung, dengan sampel siswa kelas VII-D dan VII-E SMPN 8 Bandar Lampung yang diambil secara purposive random sampling. Data penelitian diperoleh melalui tes pemahaman konsep siswa. Berdasarkan analisis data dengan menggunakan uji-t dan pembahasan diperoleh kesimpulan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif ditinjau dari pemahaman konsep metematis siswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013.


(3)

(4)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... ... 1

B. Rumusan Masalah ... ... 4

C. Tujuan Penelitian ... ... 4

D. Manfaat Penelitian ... ... 4

E. Ruang Lingkup Penelitian ... ... 5

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Kajian Teori ... ... 7

1.Efektivitas Pembelajaran ... .. . 7

2.Pembelajaran Kooperatif ... ... 8

3.Pemahaman Konsep Matematis Siswa... 10

4.Pembelajaran Konvensional... 15

5.Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 16


(5)

1.Hipotesis Umum... 20

2.Hipotesis Kerja... 20

III. METODE PENELITIAN A. Populasi dan Sampel ... ... 21

B. Prosedur Penelitian... ... 22

C. Desain Penelitian ... ... 23

D. Teknik Pengumpulan Data ... ... 23

E. Instrumen Penelitian... 23

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 27

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 32

1. Analisis Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa ... 32

2. Pengujian Hipotesis ... 33

B. Pembahasan ... ... 34

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... ... 37

B. Saran ... ... 37 DAFTAR PUSTAKA


(6)

A. Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan penting sebagai sarana yang tepat untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Hal tersebut tercermin dalam pembukaan UUD RI 1945 bahwa pendidikan bertujuan untuk memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam UU RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional juga disebutkan bahwa :

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.

Upaya meningkatkan kualitas pendidikan telah banyak dilakukan, baik oleh peme-rintah maupun oleh semua pihak yang bertanggung jawab dalam dunia pendidik-an. Pemerintah telah berupaya menyempurnakan kurikulum, meningkatkan kua-litas tenaga pendidik, menyediakan sarana dan prasarana pendidikan. Hal ini sangat penting dalam rangka menunjang proses peningkatan kualitas pendidikan terutama dalam proses pembelajaran pada jenjang pendidikan dasar, menengah maupun pendidikan tinggi.


(7)

Peraturan Menteri Pendidikan No 41 Tahun 2008 tentang Standar Proses Satuan Pendidikan menyatakan proses pembelajaran untuk setiap mata pelajaran harus fleksibel, bervariasi, dan memenuhi standar. Proses pembelajaran pada setiap satuan pendidikan dasar dan menengah harus interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberi kan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta psikologis peserta didik, agar dapat menghasilkan lulusan yang berkualitas.

Dalam PP RI No19 Tahun 2005 tentang Standar Isi, disebutkan bahwa untuk tiap jenjang pendidikan dasar, menengah dan tinggi wajib memuat mata pelajaran atau mata kuliah matematika. Hal ini menunjukkan bahwa mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sangat penting. Selain untuk keperluan pendidikan siswa pada jenjang selanjutnya, matematika juga dapat membentuk kepribadian siswa yang mengarah kepada pembelajaran nilai-nilai kehidupan melalui matematika.

Matematika merupakan cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir secara sistematik, dimana antara materi yang satu dengan yang lain saling berkaitan. Oleh karena itu, untuk memahami suatu materi matematika diperlukan pemaha-man materi sebelumnya. Dalam matematika pemahapemaha-man konsep merupakan fak-tor yang sangat penting. agar mudah memahami konsep-konsep matematika maka mempelajari matematika harus sesuai dengan urutan yang logis, yang diawali dari yang sederhana menuju yang lebih kompleks. Oleh karena itu, untuk dapat mencapai pemahaman konsep yang baik diperlukan suasana


(8)

belajar yang tepat, agar siswa senantiasa aktif dan bersemangat selama pembel-ajaran. Dengan demikian, diharapkan pemahaman konsep siswa dapat berkem-bang. dengan berkembangnya pemahaman konsep, berarti tujuan pem-belajaran dapat tercapai dengan baik.

Pemahaman konsep yang dicapai siswa tidak dapat dipisahkan dengan masalah pembelajaran yang merupakan proses siswa memahami matematika. Selama ini banyak guru yang menggunakan pembelajaran konvensional dalam mengajar. Pembelajaran konvensional adalah pembelajaran dengan metode ekspositori, yaitu rumus matematika diinformasikan dan dilatihkan melalui tugas yang diberikan kepada siswa, dan diakhiri dengan melatihkan aplikasinya. Dalam pembelajaran konvensional, guru aktif memberikan informasi, sedangkan kegiatan siswa menyimak, mencatat, dan mengerjakan tugas, sehingga pemahaman konsep matematis siswa dalam pelaksanaan pembelajaran tidak terlaksana secara optimal.

Dari hasil wawancara dengan beberapa guru, pembelajaran konvensional masih sering dilakukan oleh guru-guru matematika di sekolah menengah pertama di Bandar Lampung, demikian pula di SMPN 8 Bandar Lampung, oleh karena itu perlu dilakukan upaya inovatif dalam pembelajaran matematiaka sehingga penguasaan matematis siswa baik. salah satu upaya yang dapat di lakuakan guru adalah melaksanakan pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen. tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik.


(9)

adalah dengan pembelajaran kooperatif tipe STAD. Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa akan lebih aktif, kreatif, dan paham tentang materi pelajaran matematika, sehingga pemahaman konsep matematika siswa lebih bermakna.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Apakah model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian yang diperoleh diharapkan bermanfaat: 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi dalam pendidikan berkaitan dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, dan pemahaman konsep matematis siswa.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan bagi guru dan peneliti lain.


(10)

a. Bagi guru, diharapkan dapat memberikan informasi tentang pembelajaran kooperatif tipe STAD dan pemahaman konsep matematis siswa.

b. Bagi peneliti lain, diharapkan dapat menjadi sarana dalam menambah pengetahuan terkait dengan penelitian menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD serta sebagai acuan atau refrensi tentang

pemahaman konsep matematis siswa.

E. Ruang Lingkup

Ruang lingkup dalam penelitian ini yaitu :

1. Efektivitas pembelajaran adalah ketepatgunaan pembelajaran untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dikatakan efektif jika pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan kooperatif tipe STAD lebih baik dibandingkan dengan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensioanal.

2. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD adalah model pembelajaran dimana siswa bekerja sama dalam satu kelompok kecil yang heterogen, terutama dari segi kognitifnya untuk menyelesaikan tugas-tugas pembelajaran di kelas. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD ini terdiri dari 5 komponen utama yaitu persentasi kelas, kegiatan kelompok, evaluasi, pemberian skor individu dan penghargaan kelompok.

3. Pembelajaran konvensional adalah model pembelajaran yang biasa digunakan oleh guru dalam pembelajaran, disekolah tempat penelitian guru menggunakan pembelajaran konvensional, yaitu diawali guru aktif memberikan informasi,


(11)

sedangkan kegiatan siswa menyimak, mencatat, selanjutnya siswa mengerja-kan tugas di kelas.

4. Pemahaman konsep matematis siswa merupakan kemampuan siswa dalam memahami konsep matematika yang dapat dilihat dari nilai hasil belajar siswa setelah pembelajaran melalui tes pemahaman konsep.

Indikator pemahaman konsep matematis siswa dalam penelitian ini adalah: a. Menyatakan ulang suatu konsep.

b. Mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu. c. Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika. e. Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep.

f. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu. g. Mengaplikasikan konsep


(12)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Kajian Teori

1. Efektivitas Pembelajaran

Dalam kamus bahasa Indonesia efektivitas berasal dari kata efektif yang ber- arti mempunyai efek, pengaruh atau akibat, atau efektif juga dapat diartikan dengan memberikan hasil yang memuaskan. Efektivitas merujuk pada kemampu- an untuk memiliki tujuan yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas dapat dinyatakan sebagai tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan dan sasarannya.

Nasution (2002: 27) berpendapat bahwa belajar yang efektif hasilnya merupa- kan pemahaman, pengetahuan, atau wawasan. Dari pendapat tersebut, dalam pem- belajaran matematika dikatakan efektif jika siswa belajar dengan menghubungkan pendapat yang dimiliki ke pengetahuan utama, guru harus memahami apa yang di- ketahui siswa. Guru tahu bagaimana caranya mengajukan pertanyaan untuk me- mancing siswa agar mengungkapkan pengetahuannya lebih dulu, kemudian me- reka dapat mendesain pengalaman yang dimiliki yang berpengaruh terhadap pengetahuan.


(13)

Selanjutnya Hamalik (2001: 171) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melaku- kan aktivitas seluas-luasnya kepada siswa untuk belajar. Penyediaan kesempatan belajar sendiri dan beraktivitas seluas-luasnya diharapkan dapat membantu siswa dalam memahami konsep yang sedang dipelajari.

Berdasarkan uraian di atas disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi antar siswa maupun antara siswa dengan guru dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan pembelajaran. Pembel- ajaran dikatakan efektif jika pemahaman konsep matematis siswa telah tercapai.

2. Pembelajaran Kooperatif

Slavin (1995: 71), menyatakan sebagai berikut. Pembelajaran kooperatif, merupa-kan model pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan heterogen. Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian, tujuannya untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa per-caya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok. Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk mencapai setidak-tidaknya tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan ter-hadap keragaman, dan pengembangan keterampilan.

Posamentier dalam Widdiharto (2004: 13), secara sederhana menyebutkan.

Belajar secara kooperatif adalah penempatan beberapa siswa dalam kelom- pok kecil dan memberikan mereka sebuah atau beberapa tugas.


(14)

Pembelajaran kooperatif lebih merupakan upaya pemberdayaan teman sejawat, meningkatkan interaksi antar siswa, serta hubungan yang saling menguntungkan antar mereka. Siswa dalam kelompok akan belajar mendengar ide atau gagasan orang lain, berdiskusi setuju atau tidak setuju, menawarkan atau menerima kritik- an yang membangun, dan siswa merasa tidak terbebani ketika ternyata pekerjaan- nya salah.

Kelman dalam Widdiharto (2004: 14) menyatakan bahwa:

Di dalam kelompok terjad i saling pengaruh secara sosial. Pertama, peng- aruh itu dapat diterima seseorang karena ia memang berharap untuk menerimanya. Kedua, ia memang ingin mengadopsi atau meniru tingkah laku atau keberhasilan orang lain atau kelompok tersebut karena sesuai dengan salah satu sudut pandang kelompoknya. Ketiga, karena pengaruh itu kongruen dengan sikap atau nilai yang ia miliki. Ketiganya mempengaruhi sejauh kerja kooperatif tersebut dapat dikembangkan.

Pada proses pembelajaran, kadang kala siswa lebih mudah mengerti berdasarkan penjelasan dari temannya dibandingkan penjelasan dari guru. Dalam pembelajaran kooperatif, siswa dituntut mengutamakan kerja sama antarsiswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan keaktifan siswa dalam kerja sama kelompok, guru bertindak sebagai fasilitator.

Roger dan David Johnson dalam Lie (2004: 31) mengatakan bahwa:

Tidak semua kerja kelompok bisa dianggap pembelajaran kooperatif. Untuk men-capai hasil yang maksimal, maka harus diterapkan lima unsur model pembelajar-an kooperatif, yaitu: 1). Saling ketergpembelajar-antungpembelajar-an positif, 2). Tpembelajar-anggung jawab perseorangan, 3). Tatap muka, 4). Komunikasi antar anggota, dan 5). Evaluasi proses kelompok.


(15)

Menurut Arends dalam Turiyati (2008: 27) indikator pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1). Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa, 2). Me-nyajikan informasi, 3).Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar, 4). Membimbing kelompok bekerja dan belajar, 5). Evaluasi, 6). Membe-rikan penghargaan.

Pembelajaran kooperatif memungkinkan siswa belajar secara efektif. untuk terlaksananya pembelajaran yang efektif maka diperlukannya suatu pembelajaran yang lebih baik lagi sehingga pelaksanaan pembelajaran dapat terlaksana dengan baik. dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD siswa akan aktif dalam proses pembelajaran. pembelajaran kooperatif tipe STAD dengan proses belajar dalam kelompok kecil dapat meningkatkan aktivitas belajar, dan mencipta-kan suasana belajar kooperatif.

3. Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Menurut kamus Bahasa Indonesia, paham berarti mengerti dengan tepat, sedang-kan konsep berarti suatu rancangan. Sedangsedang-kan dalam matematika, konsep adalah suatu ide abstrak yang memungkinkan seseorang untuk menggolongkan suatu objek atau kejadian. Jadi pemahaman konsep adalah pengertian yang benar ten-tang suatu rancangan atau ide abstrak.

Menurut Nasution (2008: 161) yang mengungkapkan bahwa :

Bila seseorang dapat menghadapi benda atau peristiwa sebagai suatu kelompok, golongan, kelas, atau kategori, maka ia telah belajar konsep. Jadi pemahaman konsep adalah pengertian yang benar tentang suatu rancangan atau ide abstrak.


(16)

Kemampuan pemahaman konsep matematis siswa merupakan salah satu tujuan penting dalam pembelajaran, memberikan pengertian bahwa materi-materi yang diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, namun lebih dari itu. dengan pemahaman siswa dapat lebih mengerti akan konsep materi pelajaran itu sendiri. pemahaman konsep matematis siswa juga merupakan salah satu tujuan dari setiap materi yang disampaikan oleh guru, sebab guru merupakan pembimbing siswa untuk mencapai konsep yang diharapkan.

Dalam proses pembelajaran, konsep memegang peranan penting. Hamalik (2002: 164) menyatakan bahwa dalam suatu pembelajaran konsep berperan sebagai berikut:

1. Konsep mengurangi kerumitan lingkungan.

2. Konsep membantu siswa untuk mengidentifikasi objek-objek yang ada di sekitar mereka.

3. Konsep dan prinsip untuk mempelajari sesuatu yang baru, lebih luas dan lebih maju. Siswa tidak harus belajar secara konstan, tetapi dapat menggunakan konsep-konsep yang telah dimilikinya untuk mempelajari sesuatu yang baru. 4. Konsep mengarahkan kegiatan instrumental.

5. Konsep memungkinkan pelaksanaan pengajaran.

Hudoyo (1999: 63) menyatakan bahwa :

Belajar matematika melibatkan struktur hirarki atau urutan konsep-konsep yang mempunyai tingkatan lebih tinggi dan dibentuk atas dasar konsep atau pengalaman yang sudah ada, sehingga belajar matematika harus terus-menerus dan berurutan karena belajar matematika yang terputus-putus akan menggangu pemahaman dan mempengaruhi hasil belajar.


(17)

Matematika merupakan pelajaran yang didalamnya termuat konsep-konsep yang saling berkaitan atara konsep yang satu dengan yang lain,sehingga dalam mempel- ajarinya harus secara terurut dan beraturan. Penguasaan konsep awal merupakan syarat penting untuk dapat mempelajari dan menguasai konsep selanjutnya.

Skemp dalam Herdian (2010) membedakan pemahaman menjadi dua yaitu pema-haman instruksional (instructional understanding) dan pemahaman relasional (relational understanding). Pada pemahaman instruksional, siswa hanya sekedar tahu mengenai suatu konsep namun belum memahami mengapa hal itu bisa terjadi. Sedangkan pada pemahaman relasional, siswa telah memahami mengapa hal tersebut bisa terjadi dan dapat menggunakan konsep dalam memecahkan masalah-masalah sesuai dengan kondisi yang ada.

Pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap konsep matematika menurut NCTM dalam Herdian (2010) dapat dilihat dari kemampuan siswa dalam beberapa kriteria yaitu mendefinisikan konsep secara verbal dan tulisan, membuat contoh dan bukan contoh, menggunakan simbol-simbol untuk merepresentasikan suatu konsep, mengubah suatu bentuk representasi ke bentuk lainnya, mengenal ber-bagai makna dan interpretasi konsep, mengidentifikasi sifat-sifat suatu konsep dan mengenal syarat yang menentukan suatu konsep, serta membandingkan dan mem-bedakan konsep-konsep.


(18)

Menurut Sartika (2011: 22) berpendapat bahwa: Indikator pemahaman konsep yang digunakan adalah a. menyatakan ulang suatu konsep

b. mengklasifikasikan objek-objek menurut sifat-sifat tertentu c. memberi contoh dan non contoh dari konsep

d. menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematika e. mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep

f. menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu mengaplikasikan konsep.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman konsep merupakan kemampuan siswa dalam menguasai materi pembelajaran. Dalam penelitian ini, pemahaman konsep matematis siswa tersebut berupa nilai yang diperoleh siswa berdasarkan hasil tes berbentuk uraian yang dibuat sesuai indikator pemahaman konsep yang diteliti yaitu menyatakan ulang konsep, mengklasifikasikan objek - objek menurut sifat-sifat tertentu (sesuai dengan konsepnya), menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis, mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep, menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu, mengklasifikasikan konsep.


(19)

Pedoman penskoran tes pemahaman konsep disajikan pada tabel berikut: 3.2 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep

No Indikator Ketentuan Skor

1 Menyatakan ulang suatu konsep

a. Tidak menjawab 0

b. Menyatakan ulang suatu konsep tetapi

salah 1

c. Menyatakan ulang suatu konsep dengan

benar 2

2

Mengklasifikasika n objek menurut sifat tertentu sesuai dengan konsepnya

a. Tidak menjawab 0

b. Mengklasifikasikan objek menurut sifat tertentu tetapi tidak sesuai dengan konsepnya

1 c. Mengklasifikasikan objek menurut sifat

tertentu sesuai dengan konsepnya 2

3 Memberi contoh dan noncontoh

a. Tidak menjawab 0

b. Memberi contoh dan noncontoh tetapi

salah 1

c. Memberi contoh dan noncontoh dengan

benar 2

4

Menyatakan konsep dalam berbagai bentuk representasi

matematika

a. Tidak menjawab 0

b. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi matematika tetapi salah 1 c. Menyajikan konsep dalam bentuk

representasi matematika dengan benar 2

5

Mengembangkan syarat perlu dan syarat cukup suatu konsep

a. Tidak menjawab 0

b. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup dari suatu konsep tetapi salah 1 c. Mengembangkan syarat perlu atau syarat

cukup dari suatu konsep dengan benar 2

6

Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur atau operasi tertentu

a. Tidak menjawab 0

b. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih prosedur tetapi salah 1 c. Menggunakan, memanfaatkan, dan

memilih prosedur dengan benar 2

7 Mengaplikasika konsep

a. Tidak menjawab 0

b. Mengaplikasikan konsep tetapi tidak

tepat 1

c. Mengaplikasikan konsep dengan tepat 2 (Sartika, 2011 : 22)


(20)

4. Pembelajaran Konvensional

Pembelajaran konvensional saat ini merupakan pendekatan pembelajaran yang paling umum dipakai oleh guru. Sebagaimana dikatakan oleh Wallace dalam Sunartombs (2009) tentang pendekatan konservatif, pendekatan konvensional memandang bahwa proses pembelajaran yang dilakukan sebagaimana umumnya guru mengajarkan materi kepada siswanya.guru mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa lebih banyak sebagai penerima.

Institute of Computer Technology dalam Sunartombs (2009) Menjelaskan bahwa pengajaran tradisional yang berpusat pada guru adalah perilaku pengajaran yang paling umum yang diterapkan di sekolah-sekolah di seluruh dunia. Pengajaran model ini dipandang efektif, terutama untuk berbagai informasi yang tidak mudah ditemukan di tempat lain, menyampaikan informasi dengan cepat, membangkitkan minat akan informasi, mengajari siswa yang cara belajar terbaiknya dengan mendengarkan. Disebut dengan istilah “pengajaran tradisional” Namun demikian pendekatan pembelajaran tersebut mempunyai beberapa kelemahan yaitu tidak semua siswa memiliki cara belajar terbaik dengan mendengarkan dan hanya memperhatikan penjelasan guru, sering terjadi kesulitan untuk menjaga agar siswa tetap tertarik dengan apa yang dipelajari, pendekatan tersebut cenderung tidak memerlukan pemikiran yang kritis, dan mengasumsikan bahwa cara belajar siswa itu sama dan tidak bersifat pribadi.

Metode mengajar yang lebih banyak digunakan guru dalam pembelajaran konvensional adalah metode ekspositori. Metode ekspositori ini sama dengan cara


(21)

mengajar yang biasa dipakai pada pembelajaran matematika. Kegiatan guru yang utama adalah menerangkan dan siswa mendengarkan atau mencatat apa yang disampaikan guru. Selanjutnya guru memberikan contoh soal dan penyelesaian-nya, kemudian memberi soal-soal latihan, dan siswa disuruh mengerjakannya. Jadi Salah satu ciri kelas dengan pembelajaran secara ekspositori yaitu para siswa tidak mengetahui apa tujuan mereka belajar pada hari itu.

Menurut Hannafin dalam Juliantara (2009) sumber belajar dalam pendekatan pembelajaran konvensional lebih banyak berupa informasi verbal yang diperoleh dari buku dan penjelasan guru atau ahli. Sumber-sumber inilah yang sangat mempengaruhi proses belajar siswa.dengan kata lain, sumber belajar harus tersusun secara sistematis mengikuti urutan dari komponen-komponen yang kecil ke keseluruhan dan biasanya bersifat deduktif. siswa dituntut untuk menunjukkan kemampuan menghafal dan menguasai potongan-potongan informasi sebagai prasyarat untuk mempelajari keterampilan-keterampilan yang lebih kompleks.

Dengan menggunakan pembelajaran konvensional dimana guru yang menerang-kan dan siswa mendengarmenerang-kan atau mencatat apa yang disampaimenerang-kan guru sehingga siswa kurang aktif. dengan demikian pemahaman siswa terhadap pemahaman konsep matematis siswa dalam pelajaran terutama pelajaran matematika kurang bermakna.

5. Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

STAD dikembangkan oleh Robert Slavin dan teman-temannya di Universitas John Hopkin. Dalam pembelajaran ini siswa dibagi dalam beberapa kelompok


(22)

kecil yang teridri dari 4 sampai 5 orang siswa dengan tingkat kemampuan yang berbeda.

Menurut Slavin (1995: 71), dalam melaksanakan pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu presentasi kelas, belajar kelompok, kuis atau tes, poin peningkatan individu, dan penghargaan kelompok.

1. Presentasi Kelas

Materi yang disampaikan pada saat presentasi kelas dengan diskusi yang Dipimpin oleh guru. Siswa harus memperhatikan secara seksama selama Presentasi kelas berlangsung.

2. Belajar Kelompok

Siswa belajar dalam kelompok untuk menyelesaikan tugas yang diberikan oleh guru. Setiap anggota kelompok harus saling membantu dan bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya.

3. Kuis atau Tes

Kuis atau tes dilakukan setelah melaksanakan 1 - 2 pertemuan. Pada saat tes tidak boleh ada kerjasama.siswa harus mengerjakan dan menyelesaikan soal tes secara individu.

4. Poin peningkatan individu

Setiap siswa diberi skor dasar berdasarkan skor awal berdasarkan nilai mid semester ganjil, kemudian siswa diberi skor untuk tes akhir. Poin peningkatan individu diberikan berdasarkan selisih antara skor tes akhir dengan skor tes awal, kriteria pemberian poin peningkatan menurut Slavin (1995: 159) dapat dilihat pada tabel berikut:


(23)

Tabel 1. Kriteria Poin Peningkatan Skor Tes Setiap Individu.

Skor Tes Skor Perkembangan

Lebih dari 10 poin di bawah skor awal 5

10 poin hingga 1 poin di bawah skor awal 10 Skor awal sampai 10 poin di atas skor dasar 20

Lebih dari 10 poin di atas skor awal 30

Nilai sempurna (tidak berdasarkan skor awal) 30 5. Penghargaan Kelompok

Penghargaan kelompok di berikan berdasarkan poin peningkatan kelompok. Untuk menentukan poin kelompok dugunakan rumus:

Nk =

Berdasarkan poin peningkatan kelompok. Kriteria penghargaan kelompok ter- sebut seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Kriteria Poin Perkembangan Kelompok

Perkembangan Penghargaan

Pk < 15 poin Cukup

15 ≤ Pk < 25 poin Baik

Pk ≥ 25 poin Sangat baik

(Slavin,1995: 159) B. Kerangka Pikir

Penelitian tentang efektivitas pembelajaran matematika melalui STAD terhadap pemahaman konsep matematis siswa ini merupakan penelitian yang terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Dalam penelitian ini yang menjadi


(24)

variabel bebas adalah pembelajaran kooperatif tipe STAD. Sedangkan pemahaman konsep matematis melalui efektivitas STAD sebagai variabel terikat. Dengan menggunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD diharapkan siswa lebih aktif, kreatif, dan bisa bekerjasama dalam kelompok.

Pada pembelajaran konvensional segala aktivitas terpusat pada guru, siswa hanya menerima apa yang dsampaikan guru, mendengar, mencatat, dan hanya terjadi komunikasi satu arah dari guru ke siswa. Keadaan tersebut akan membuat siswa merasa jenuh sehingga siswa kurang berminat terhadap pelajaran matematika. Dengan STAD siswa dihadapkan pada masalah yang ada dilingkungan sehari-hari sehingga siswa akan lebih mudah memahami konsep matematis, siswa juga belajar dalam kelompok sehingga dapat saling bekerjasama dalam kelompok. Dengan demikian pembelajaran dengan STAD efektif digunakan agar pemahaman konsep matematis siswa menjadi lebih baik.

C. Anggapan Dasar

Anggapan dasar dalam penelitian ini adalah :

1. Setiap siswa SMPN 8 Bandar Lampung kelas mendapat materi matematika dengan kurikulum yang sama.


(25)

D.Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Hipotesis Umum

Model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif ditinjau dari pemahaman kon-sep matematis siswa.

2. Hipotesis Kerja

Pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran kooperatif tipe STAD lebih baik daripada pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.


(26)

III. METODE PENELITIAN

A.Populasi dan Sampel

Penelitian ini dilaksanakan di SMPN 8 Bandar Lampung. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 yang terdiri dari 7 kelas yaitu VII A-VII G. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik purposive random sampling, yaitu mengambil 2 kelas yang di asuh oleh guru yang sama dan mempunyai nilai rata-rata tes matematika akhir semester ganjil tahun 2012/2013 hampir sama dengan nilai rata-rata populasi pada tes yang sama. Nilai rata-rata tes matematika akhir semester dapat di lihat pada Tabel 3.1.

Tabel 3.1 Nilai Tes Matematika Akhir Semester Ganjil SMPN 8 Bandar Lampung Tahun 2012/2013

Nama Guru Kelas Nilai Rata-rata

Nurbaiti VII A 4,87

Nurbaiti VII B 4,71

Nurbaiti VII C 4,99

Hj. Rulita VII D 4,57

Hj. Rulita VII E 4,61

Nurbaiti VII F 4,16

Nurbaiti VII G 4,15

Rata-rata 4,58

(SMPN 8 Bandar Lampung: 2012)

Dengan teknik di atas diperoleh kelas VII-D dan VII-E sebagai sampel, selanjutnya kelas VII-D yang berjumlah 35 siswa sebagai kelas eksperimen yang


(27)

pembelajaran menggunakan model kooperatif tipe STAD dan kelas VII-E yang berjumlah 35 siswa sebagai kelas kontrol yang pembelajaran konvensional.

B.Prosedur Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan langkah-langkah penelitian se-bagai berikut:

1. Tahap Perencana

Pada tahapan ini akan dilakukan :

a. Pengambilan data nilai matematika siswa pada tes Akhir Semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013 yang digunakan sebagai nilai awal siswa. b. Penyusunan perangkat pembelajaran (RPP, LKK).

c. Pembagian siswa kedalam kelompok heterogen yang terdiri 4-5 orang berdasarkan nilai awal siswa.

d. Penyusunan instrumen tes pemahaman konsep. 2. Tahap Pelaksanaan

a. Pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan Rencana Pelaksanaan Pembelajar- an (RPP) telah disusun.

b. Uji coba tes, dilakukan di luar sampel tetapi masih dalam populasi c. Mengumpulkan Data.

d. Analisis Data.


(28)

C. Desain Penelitian

Desain penelitian ini adalah dengan menggunakan desain post-test only dengan kelompok pengendali tidak diacak sebagaimana yang dikemukakan Furchan (1982: 368) sebagai berikut:

Tabel 3.2 Desain Penelitian

Kelas Perlakuan Post-test

Eksperimen X O1

Kontrol C O2

Keterangan:

X : Perlakuan pada kelas eksperimen dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD

C : Perlakuan pada kelas kontrol menggunakan pembelajaran konvensional O1 : Skor postest pada kelas eksperimen

O2 : Skor postest pada kelas kontrol.

D.Teknik Pengumpulan Data

Data pemahaman konsep matematis siswa berupa nilai siswa yang diperoleh melalui tes pemahaman konsep matematis siswa setelah mengikuti pembelajaran yang berupa data kuantitatif. Data yang diambil diperoleh melalui tes uraian.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen merupakan alat bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar menjadi sistematis. Instrumen data penelitian ini berupa tes pemahaman konsep. Tes pemahaman konsep yang bertujuan untuk mengetahui pemahaman konsep matematika siswa setelah mengikuti pembelajaran.


(29)

             

2

2 11 1 1 t i k k r  

Dalam penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi. untuk memper- oleh tes validitas isi, tes disusun dengan menentukan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur sesuai kurikulum yang berlaku pada populasi, menyu- sun kisi-kisi tes berdasarkan kompetensi dasar dan indikator yang dipilih. Tes tersebut dikatakan valid jika butir-butir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator yang akan diukur berdasarkan penilaian guru matematika kelas VII SMPN 8 Bandar Lampung. Berdasarkan penilaian guru tersebut, tes yang diguna- kan dalam penelitian ini memenuhi validitas isi, hasil penelitian terlampir (Lampiran pada Tabel 3.5). Selanjutnya tes tersebut di uji cobakan di luar sampel, uji coba tes tersebut untuk mengukur tingkat reliabilitas tes, daya pembeda tes, dan tingkat kesukaran tes.

1. Reliabilitas Tes

Perhitungan reliabilitas tes ini didasarkan pada pendapat Arikunto (180: 2007) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas tes dapat digunakan rumus alpha, yaitu:

keterangan: 11

r = Reliabilitas instrumen k = Banyaknya butir soal

2

i

= Jumlah varians butir

2

t

 = Varian total

Tes pemahaman konsep dikatakan telah memiliki reliabilitas yang tinggi apabila r11 ≥ 0,70. Dari hasil perhitungan diperoleh reliabilitas instrumen tes yang diguna-


(30)

kan adalah 0,71. Sehingga instrumen tes pemahaman konsep matematis tersebut memiliki realibilitas yang tinggi.

2. Tingkat kesukaran

Suatu tes dikatakan baik jika tidak terlalu sukar dan tidak terlalu mudah. Dengan kata lain mempunyai tingkat kesukaran yang sedang atau cukup. Sudijono (2008: 372)mengungkapkan untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal diguna- kan rumus berikut:

Keterangan:

TK: tingkat kesukaran suatu butir soal

JT : jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal yang diperoleh

IT : jumlah skor maksimum yang dapat diperoleh siswa pada suatu butir soal.

Penafsiran atas tingkat kesukaran butir tes digunakan kriteria menurut Witherington dalam Sudijono (2003: 374) sebagai berikut:

Tabel 3.3 Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Tes

Besar TKi Interpretasi

< 0,25 0,25 s.d 0,75

> 0,75

Terlalu Sukar Cukup (Sedang)

Terlalu Mudah

Dari hasil perhitungan tingkat kesukaran, diperoleh bahwa tarap kesukaran soal tes yang digunakan berkisar 0,37 sampai dengan 0,71. Data selengkapnya pada Tabel 3.5, sehingga soal memiliki taraf kesukaran yang sedang.


(31)

3. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat membedakan siswa yang berkemampuam tinggi dan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda, terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah. Kemudian diambil 27% siswa yang memperoleh nilai tertinggi (disebut kelompok atas) dan 27% siswa yang memperoleh nilai terendah (disebut kelompok bawah) Arikunto (2009: 212).

Karno To dalam Noer (2010: 23), mengungkapkan menghitung daya pembeda di tentukan dengan rumus:

DP =

Keterangan :

DP : indeks daya pembeda satu butri soal tertentu

JA : jumlah skor kelompok atas pada butir soal yang diolah JB : jumlah skor kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA : jumlah skor ideal kelompok (atas/bawah)

Hasil perhitungan daya pembeda di interpretasi berdasarkan klasifikasi yang tertera dalam Tabel:

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Daya Pembeda

Nilai Interpretasi

20 , 0

DP

negatif Lemah Sekali(Jelek)

40 , 0 20

,

0 DP Cukup(Sedang)

70 , 0 40

,

0 DP Baik

00 , 1 70

,

0 DP Baik Sekali


(32)

Kriteria yang digunakan dalam instrumen tes pemahaman konsep matematis ada- lah soal memiliki daya pembeda yang baik dan sedang. Dari hasil uji coba dan perhitungan daya beda butir tes pada post-test, menunjukkan bahwa ke 6 butir tes uji coba memiliki daya beda lebih dari 0,30, data selengkapnya pada Tabel 3.5. sehingga dikatakan daya beda butir tes tergolong baik.

Dari perhitungan tes uji coba yang telah dilakukan, diperoleh data sebagai berikut: Tabel 3.5 Data Uji Tes Pemahaman Konsep Matematika Siswa

Test

No.

Soal Validitas Reliabilitas

Daya Pembeda

Tingkat Kesukaran 1

0,71 (Reliabilitas

baik)

0,5 (baik) 0,7 (Sedang)

2 0,45 (baik) 0,37 (Sedang)

3 Valid 0,3 (Sedang) 0,66 (Sedang)

4 0,46 (baik) 0,7 (Sedang)

5 0,43 (baik) 0,71 (sedang)

6 0,47 (baik) 0,69 (Sedang)

Untuk mengambil data maka semua butir tes uji coba memenuhi kriteria sebagai butir tes yang layak digunakan untuk mengambil data.

F. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Pemahaman konsep matematis siswa dilihat dari nilai tes akhir yang dilakukan pada akhir pokok bahasan. Sebelum pengujian hipotesis data kemampuan pema-haman konsep matematis, dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan uji homogenitas.


(33)

1. Uji Normalitas

Uji normalitas ini dilakukan untuk melihat apakah data skor rata-rata pemahaman Konsep sampel berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah:

1) Hipotesis Uji

H0 : data sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal H1 : data sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal. 2) Taraf Signifikansi

3) Statistik Uji

Uji ini menggunakan uji Chi-Kuadrat menurut (Sudjana: 2005: 273)

∑( )

Keterangan:

X2 = harga Chi-kuadrat = frekuensi yang diamati = frekuensi yang diharapkan. 4) Keputusan uji

Terima H0 jika dengan dk = k - 3 dan taraf nyata 5%. Rangkuman uji normalitas pemahaman konsep matematika siswa dapat dilihat pada Tabel 4.2 berikut:

Tabel 3.6 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Pemahaman Konsep Matematika Siswa

Kelas hitung2

2

tabel

Keputusan

Uji Keterangan Eksperimen 7,36 7,81 H0 diterima Normal


(34)

Berdasarkan Tabel 3.6 di atas, terlihat bahwa pada taraf signifikan nilai

2

hitung

 < 2

tabel

 sehingga hipotesis nol diterima. Dengan demikian dapat disim-pulkan bahwa data pemahaman konsep matematika siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil per- hitungan uji normalitas kelompok data dapat dilihat pada Lampiran C.4 dan C.6.

2. Uji Kesamaan Dua Varians ( Homogenitas)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data skor tes pemahaman konsep matematis siswa yang diperoleh memiliki varians sama atau sebaliknya. Uji homogenitas varians yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji Bartlett. Uji Bartlett menurut Sudjana (2005: 261) sebagai berikut :

1) Hipotesis

Ho : (kedua kelompok data memiliki variansi homogen) H1 : (kedua kelompok data memiliki variansi tidak homogen) 2) Taraf signifikan : α = 5 %

3) Satitistik Uji

dengan ) 1 ( . . 2 2 2         

n n x f x f n S i i i i Keterangan:

S12 = varians terbesar S22 = varians terkecil n = jumlah siswa (∑fi) xi = tanda kelas


(35)

4) Keputusan uji

Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika: Fhitung≥ F1/2α(n1-1, n2-1) dan tarap nyata 5

%.Perhitungan uji homogenitas terhadap data pemahaman konsep matematika siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.7. Rangkuman hasil perhitungan uji homogenitas variansi tersebut disajikan dalam Tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi Data Pemahaman Konsep Matematika Siswa

Kelas Fhitung F(n11,n21)

Keputusan

Uji Keterangan

Eksperimen dan Kontrol

1,02 1,80 H0 diterima Homogen

Dari data pada Tabel 3.7 di atas, terlihat bahwa pada taraf signifikan nilai

) 1 , 1 (12

n n

hitung F

F ,sehingga hipotesis nol diterima. Dengan demikian, dapat disim- pulkan bahwa kedua populasi mempunyai variansi yang sama.

3. Uji Hipotesis

Karena data normal dan homogen maka dapat dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata dengan uji-t. Adapun uji-t menurut Sudjana (2005: 239) sebagai berikut :

1) Hipotesis Uji

H0 : (Pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan pem- Pembelajaran kooperatif tipe STAD sama dengan pemahaman


(36)

vensional).

H1 : (Pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan pem- belajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari pada pemaham- an konsep matematis siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional).

2) Taraf nyata : α = 5% 3) Statistik uji

Karena tetapi tidak diketahui maka

̅ ̅

Keterangan:

̅ = skor rata-rata posttest dari kelas eksperimen ̅ = skor rata-rata posttest dari kelas kontrol n1 = banyaknya subjek kelas eksperimen n2 = banyaknya subjek kelas kontrol

= varians kelompok eksperimen = varians kelompok kontrol = varians gabungan

4) Keputusan uji


(37)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa SMP Negeri 8 Bandar Lampung.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 dapat dikemukakan saran sebagai berikut.

1. Kepada guru yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD hendaknya memahami dan melaksanakan pembelajaran ini dengan pengelolaan kelas yang baik.

2. Kepada guru hendaknya lebih bisa menguasai kelas

3. Guru juga hendaknya menilai dan melakukan evaluasi aspek afektif berupa karakter dan keterampilan sosial.

4. Kepada para peneliti yang akan melakukan jenis penelitian yang sama, untuk tidak hanya menilai aspek kognitifnya saja namun dapat menilai juga aspek afektif berupa karakter dan keterampilan sosial siswa.


(38)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta.

BSNP. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2008 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Undang- Undang SISDIKNAS ( Sistem Pendidikan Nasional )UU RI No. 20 tahun 2003. Jakarta.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional: Surabaya.

Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Bandung. Herdian.2010. Kemampuan Pemahaman Matematika. Tersedia :

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman matematis/. (27 November 2011)

Juliantara, Ketut. 2009. Pembelajaran Konvensional. [on line]. Tersedia: http://www.kompasiana.com/ikpj. ( 21 Agustus 2010)

Lie, Anita. 2004. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : Grasindo.

Nasution, Arif. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Noer, Sri Hastuti. 2010.Jurnal Pendidikan MIPA.Jurusan P.MIPA. Unila.Bandar Lampung.

PP RI No 19 Tahun 2005. 2008. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : CV Karya Gemilang.


(39)

Tahun Pelajaran 2010/2011). Bandar Lampung : Unila.

Slavin, Robert, E. 1995. Cooperative Learning : Theory, Research, and Practice. Allyn and Bacon Publisher. Boston.

Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito: Bandung

Sunartombs. 2009. Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik Namum Paling Disukai. [on line]. Tersedia: http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/ pembelajaran-konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/. (21 Agustus 2010).


(1)

29 Berdasarkan Tabel 3.6 di atas, terlihat bahwa pada taraf signifikan nilai

2 hitung

 < 2

tabel

 sehingga hipotesis nol diterima. Dengan demikian dapat disim-pulkan bahwa data pemahaman konsep matematika siswa pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal. Hasil per- hitungan uji normalitas kelompok data dapat dilihat pada Lampiran C.4 dan C.6.

2. Uji Kesamaan Dua Varians ( Homogenitas)

Uji ini digunakan untuk mengetahui apakah data skor tes pemahaman konsep matematis siswa yang diperoleh memiliki varians sama atau sebaliknya. Uji homogenitas varians yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji Bartlett. Uji Bartlett menurut Sudjana (2005: 261) sebagai berikut :

1) Hipotesis

Ho : (kedua kelompok data memiliki variansi homogen)

H1 : (kedua kelompok data memiliki variansi tidak homogen)

2) Taraf signifikan : α = 5 % 3) Satitistik Uji

dengan ) 1 ( . . 2 2 2         

n n x f x f n S i i i i Keterangan:

S12 = varians terbesar

S22 = varians terkecil

n = jumlah siswa (∑fi) xi = tanda kelas


(2)

30 4) Keputusan uji

Kriteria pengujian adalah tolak H0 jika: Fhitung≥ F1/2α(n1-1, n2-1)dan tarap nyata 5

%.Perhitungan uji homogenitas terhadap data pemahaman konsep matematika siswa selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran C.7. Rangkuman hasil perhitungan uji homogenitas variansi tersebut disajikan dalam Tabel 3.7 berikut.

Tabel 3.7 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Variansi Data Pemahaman Konsep Matematika Siswa

Kelas Fhitung F(n11,n21)

Keputusan

Uji Keterangan

Eksperimen dan Kontrol

1,02 1,80 H0 diterima Homogen

Dari data pada Tabel 3.7 di atas, terlihat bahwa pada taraf signifikan nilai

) 1 , 1 (12

n n

hitung F

F ,sehingga hipotesis nol diterima. Dengan demikian, dapat disim- pulkan bahwa kedua populasi mempunyai variansi yang sama.

3. Uji Hipotesis

Karena data normal dan homogen maka dapat dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis. Uji hipotesis digunakan adalah uji kesamaan dua rata-rata dengan uji-t. Adapun uji-t menurut Sudjana (2005: 239) sebagai berikut :

1) Hipotesis Uji

H0 : (Pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan pem-

Pembelajaran kooperatif tipe STAD sama dengan pemahaman konsep matematis siswa dengan mengguna pembelajaran kon-


(3)

31 vensional).

H1 : (Pemahaman konsep matematis siswa dengan menggunakan pem-

belajaran kooperatif tipe STAD lebih tinggi dari pada pemaham- an konsep matematis siswa dengan menggunakan pembelajaran konvensional).

2) Taraf nyata : α = 5% 3) Statistik uji

Karena tetapi tidak diketahui maka

̅ ̅

Keterangan:

̅ = skor rata-rata posttest dari kelas eksperimen

̅ = skor rata-rata posttest dari kelas kontrol n1 = banyaknya subjek kelas eksperimen

n2 = banyaknya subjek kelas kontrol

= varians kelompok eksperimen = varians kelompok kontrol = varians gabungan

4) Keputusan uji


(4)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe STAD efektif ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa SMP Negeri 8 Bandar Lampung.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013 dapat dikemukakan saran sebagai berikut.

1. Kepada guru yang ingin menerapkan model pembelajaran kooperatif tipe STAD hendaknya memahami dan melaksanakan pembelajaran ini dengan pengelolaan kelas yang baik.

2. Kepada guru hendaknya lebih bisa menguasai kelas

3. Guru juga hendaknya menilai dan melakukan evaluasi aspek afektif berupa karakter dan keterampilan sosial.

4. Kepada para peneliti yang akan melakukan jenis penelitian yang sama, untuk tidak hanya menilai aspek kognitifnya saja namun dapat menilai juga aspek afektif berupa karakter dan keterampilan sosial siswa.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2007. Manajemen Penelitian. Rineka Cipta: Jakarta.

BSNP. 2008. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2008 Tentang Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta : Depdiknas.

Departemen Pendidikan Nasional. 2007. Undang- Undang SISDIKNAS ( Sistem Pendidikan Nasional )UU RI No. 20 tahun 2003. Jakarta.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Usaha Nasional: Surabaya.

Hamalik, Oemar. 2002. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Bandung. Herdian.2010. Kemampuan Pemahaman Matematika. Tersedia :

http://herdy07.wordpress.com/2010/05/27/kemampuan-pemahaman matematis/. (27 November 2011)

Juliantara, Ketut. 2009. Pembelajaran Konvensional. [on line]. Tersedia: http://www.kompasiana.com/ikpj. ( 21 Agustus 2010)

Lie, Anita. 2004. Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta : Grasindo.

Nasution, Arif. 2008. Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta.

Noer, Sri Hastuti. 2010.Jurnal Pendidikan MIPA.Jurusan P.MIPA. Unila.Bandar Lampung.

PP RI No 19 Tahun 2005. 2008. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta : CV Karya Gemilang.


(6)

Sartika, Dewi. 2011. Efektivitas Model Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT Untuk Meningkatkan Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi Pada Siswa Kelas VIII Semester Ganjil SMP Negeri 29 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011). Bandar Lampung : Unila.

Slavin, Robert, E. 1995. Cooperative Learning : Theory, Research, and Practice. Allyn and Bacon Publisher. Boston.

Sudijono, Anas. 2001. Pengantar Evaluasi Pendidikan. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Tarsito: Bandung

Sunartombs. 2009. Pembelajaran Konvensional Banyak Dikritik Namum Paling Disukai. [on line]. Tersedia: http://sunartombs.wordpress.com/2009/03/02/ pembelajaran-konvensional-banyak-dikritik-namun-paling-disukai/. (21 Agustus 2010).


Dokumen yang terkait

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIKA SISWA (Studi pada Siswa Kelas X Semester Genap SMK Negeri 1 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 7 37

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 22 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 9 54

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandar Lampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 8 39

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Pekalongan Kab. Lampung Timur Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 10 39

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 20 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2012/2013)

1 12 36

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Trimurjo Semester Genap Tahun Pelajaran 2012/2013)

0 3 34

EFEKTIVITAS MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TGT DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 8 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2013-2014)

0 11 59

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DITINJAU DARI KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi Pada Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Ar-Raihan Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 7 51

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER DITINJAU DARI PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII SMP Negeri 1 Rumbia Lampung Tengah Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/2015)

0 4 62

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA (Studi pada Siswa Kelas VII Semester Genap SMP Negeri 8 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013/2014)

0 20 44