Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian

dua permasalahan, yaitu tentang: 1 Bagaimana tugas Satpol PP dalam menangani Kawasan Tanpa Rokok ditempat suci tersebut? 2 Dan bagaimana peran Satpol PP dalam melaksanakan Perda baru tersebut? Hasil penelitian dari skripsi ini yaitu dalam melakukan penegakan peraturan daerah kota Makassar tentang Kawasan Tanpa Rokok hendaknya diadakan sosialisasi tentang bentuk-bentuk pelanggaran dan sanksi-sanksi yang akan dijatuhkan kepada pelanggar kawasan tanpa rokok, itu dimaksudkan agar timbul kesadaran dan tanggung jawab sebagai unsur aparatur Negara yang pada akirnya penegakan Peraturan Daerah kota Makassar tersebut dapat diterapkan secara optimal. Bertolak dari kedua skripsi diatas tidak ada persamaan dengan penelitian yang dilakukan penulis, baik dari judul maupun masalahnya.

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui secara umum peran pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kota Denpasar. 1.5.2 Tujuan Khusus Sesuai dengan permasalahan yang dikaji adapun tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui, menjelaskan, menganalisa pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kota Denpasar. 2. Untuk mengetahui, menjelaskan, menganalisa hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok.

1.6 Manfaat Penelitian

1.6.1 Manfaat Teoritis Secara teoritis dari hasil penelitian ini adalah untuk memberi masukan dan manfaat positif bagi pengembangan ilmu hukum, khusunya terkait dengan pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kota Denpasar. 1.6.2 Manfaat Praktis Manfaat praktis dari penelitian ini ditujukan untuk dapat dijadikan pedoman dalam pembuatan karya-karya tulis baik itu dalam pembuatan makalah maupun penelitian hukum lainnya dan memberikan pengalaman belajar serta melakukan penelitian bagi mahasiswa sehingga mahasiswa mengetahui hambatan-hambatan dalam pelaksanaan Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok. 5 1.7 Landasan Teoritis 1.7.1 Teori Negara Hukum Indonesia merupakan negara hukum berdasarkan Pancasila, di mana unsur-unsur di atas terpenuhi seperti yang temuat dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, alenia pertama yang menyatakan bahwa “kemerdekaan merupakan hak segala bangsa”, pernyataan tersebut merupakan affirmasi dari Hak dasar untuk menentukan nasib sendiri.Dalam alenia kedua pembukaan menyebutkan Indonesia sebagai negara yang “adil” dan “makmur”. Kekuasaan hendaklah dijalankan dengan adil, artinya negara tidak dapat bertindak sewenang- 5 Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kota Denpasar. wenang terhadap rakyatnya. 6 Dalam alenia ketiga tercantum hasrat Indonesia untuk berkehidupan kebangsaan yang bebas, yang menekankan HAM kolektif yang dimiliki sebuah bangsa, serta alenia keempat mencantukan hak sosial, ekonomi, politik dan pendidikan. Di dalam Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 menyatakan bah wa “Negara Indonesia adalah Negara hukum”. Istilah Negara hukum di Indonesia, sering di terjemahkan rechtstaats atau the rule of law. Paham recht staats pada dasarnya bertumpu pada sistem hukum Eropa Kontinental. Immanuel Kant mengemukakan paham Negara hukum dalam arti sempit, yang menempatkan rechtstaats, hanya sebagai alat perlindungan hak – hak individual dan kekuasaan Negara diartikan secara pasif, yang bertugas sebagai pemelihara ketertiban dan keamanan masyarakat. Sementara itu di dalam Undang-Undang Dasar Negara Kesatuann Republik Indonesia Tahun 1945 menegaskan bahwa segala tindakan penguasa atau pemerintah memerlukan suatu bentuk hukum tertentu dan harus sesuai dengan Undang – Undang yang berlaku. Pernyataan tersebut mengandung arti adanya supremasi hukum dan konstitusi, dianutnya prinsip pemisahan dan pembatasan kekuasaan menurut sistem konstitusional yang diatur dalam Undang – Undang Dasar, adanya prinsip peradilan yang bebas dan tidak memihak yang menjadi persamaan setiap warga Negara dalam hukum serta jaminan keadilan bagi setiap orang termasuk penyalahgunaan wewenang oleh pihak yang berkuasa. 7 Pasal 1 ayat 3 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 menyatakan bahwa “negara Indonesia adalah negara hukum”. Konsep ini berasal dari Freidrich Julius Stahl yang diilhami oleh Immanuel Kant. Menurut Stahl, unsur negara hukum rechtsstaat adalah: 6 Sjachran Basah, 1985, Eksistensi dan Tolok Ukur Badan Peradilan Administrasi di Indonesia, Alumni Bandung, hal.11. 7 Jimmly Assidiqie, 2004, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Mahkamah Konstitusi RI, hal,55. 1. Perlindungan hak-hak asasi manusia 2. Pemisahan kekuasaan untuk menjamin hak-hak itu. 3. Pemerintah berdasarkan peraturan perundang-undangan. 4. Peradilan administrasi dalam perselisihan. Sedangkan prinsip suatu negara hukum menurut J.B.J.M ten Berge adalah adanya asas legalitas, perlindungan hak-hak asasi, pemerintah terikat pada hukum, monopoli paksaan pemerintah untuk menjamin penegakan hukum dan pengawasan oleh hakim yang merdeka. 8 Dalam suatu negara hukum seperti halnya negara Indonesia, Hak Asasi merupakan suatu hal yang penting.Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 secara implisit menjamin keberadaan hak asasi.Kemudian dalam Pasal-Pasal Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia tahun 1945 hak asasi juga sudah dijamin secara tegas.Hak-hak asasi yang diatur dalam konstitusi negara inilah yang kemudian disebut sebagai hak konstitusi. Pengakuan Hak Asasi Manusia tersebut merupakan bukti bahwa Indonesia tidak hanya secara deklaratif menyatakan sebagai Negara hukum namun juga secara praktis, yang dalam hal ini Indonesia menganut negara hukum dalam arti materiil atau yang dikenal dengan sebutan Negara Kesejahteraan Welfare State. Dalam negara, kesejahteraan hak rakyat bebas dari asap rokok. Namun demikian dalam pengawasan dan penegakkan kawasan tanpa rokok tidak dapat dilakukan secara sewenang-wenang. Berkaitan dengan pandangan tersebut maka skripsi ini memuat tentang efektifitas Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2013 tentang Kawasan Tanpa Rokok di Kota Denpasar, dimana hal ini apabila tidak ditangani dapat mengancam hak konstitusional rakyat Indonesia untuk mendapatkan lingkungan hidup yang sehat. 1.7.2 Teori Penegakan Hukum 8 Miriam Budiardjo. 1982. Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, h. 57-58 Secara umum penegakan hukum dapat diartikan sebagai tindakan menerapkan perangkat sarana hukum tertentu untuk memaksakan sanksi hukum guna menjamin penataan terhadap ketentuan yang ditetapkan. Menurut Satjipto Rahardjo, “penegakan hukum adalah suatu proses untuk mewujudkan keinginan – keinginan hukum yaitu pikiran – pikiran badan pembuat undang – undang yang dirumuskan dalam peraturan – peraturan hukum menjadi kenyataan”. 9 Menurut Soerjono Soekanto dalam bukunya yang berjudul penegakan hukum, menyebutkan bahwa : Suatu penegakan hukum dapat dilakukan dengan baik dan mantap bukan hanya dilihat dari jumlah peraturan yang tertulis yang telah dikeluarkan dan luas bidang suatu kehidupan masyarakat karena hal itu akan mewujudkan penegakan hukum secara formal saja, namun dalam segi materialnya lebih hukum itu sendiri, karena tanpa kegiatan tersebut kesulitan besar akan dihadapi disamping biaya social yang sangat besar. 10 Penegakan hukum law enforcement dalam arti luas mencakup kegiatan untuk melaksanakan dan menerapkan hukum serta melakukan tindakan hukum terhadap pelanggaran atau penyimpangan hukum yang dilakukan oleh subyek hukum.Penegakan hukum mencakup pilar segala aktifitas yang dimaksud agar hukum sebagai perangkat kaidah normatif yang mengatur dan mengikat para subjek hukum dalam segala aspek kehidupan masyarakat dan bernegara benar – benar ditaati dan sunguh – sunguh dijalankan sebagaimanan mestinya. Secara umum, sebagaimana dikemukakan oleh Soerjono Soekanto, faktor – faktor yang mempengaruhi dalam penegakan hukum ada 5 macam antara lain : 1. Faktor hukum atau norma hukum yang berlaku 2. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum 3. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukm 4. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut berlaku atau diterapkan 5. Faktor kebudayaan, yang sebagai hasil karya, cipta, dan rasa yang didasarkan pada karya manusia dalam pergaulan hidup 9 Satjipto Rahardjo, 1996, Masalah Penegakan Hukum, Sinar Baru, Bandung, hal. 24. 10 Soerjono Soekanto, 1983, Penegakan Hukum, Cet I, Binacipta, Bandung, selanjutnya disingkat Soerjono soekanto I, h.37. Faktor – faktor tersebut diatas saling berkaitan satu sama lain, sebab merupakan bagian dari penegakan hukum, juga merupakan tolak ukur dari efektivitas berlakunya undang – undang atau peraturan. 11 Dari kelima faktor tersebut dapat dikaji berdasarkan Teori Sistem hukum dari Lawrence M Friedman Teori Sistem Hukum dari sistem kemasyarakatan, maka hukum mencakup tiga komponen yaitu : a. Legal substance subtansi hukum : merupakan aturan – aturan, norma-norma dan pola tingkah laku nyata manusia yang berada dalam sistem itu termasuk produk yang dihasilkan oleh orang yang berada di dalam sistem hukum itu, mencakup keputusan yang mereka keluarkan atau aturan baru yang merela susun. 12 b. Legal structure struktur hukum : merupakan kerangka, bagian yang tetap bertahan, bagian yang memberikan semacam bentuk dan batasan terhadap keseluruhan instansi – instansi penegak hukum antara lain ; institusi atau penegak hukum seperti advokat, polisi, jaksa dan hakim. c. Legal culture budaya hukum : merupakan suasana pikiran sistem dan kekuatan social yang menentukan bagaimana hukum itu digunakan, dihindari atau disalah gunakan oleh masyarakat. Sebagai daerah otonom, Pemerintah Daerah Provinsi, Kabupaten dan Kota, berwenang untuk membuat Peraturan Daerah dan Peraturan Kepala Daerah, guna menyelenggarakan urusan otonomi daerah dan tugas pembantuan. Peraturan daerah ditetapkan oleh kepala daerah, setelah 11 Soerjono Soekanto, 1988, Efektifitas Hukum dan Peranan Sanksi, Ramadja Kara Bandung dikutip dari Siswanto Sunarso, 2011, Penegakan Hukum Psikotropika Dalam Kajian Sosiologi Hukum Selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto II, Cet IV, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta Hal.88 12 Yusril Ihza Mahendra, 1996, Dinamika Tata Negara Indonesia, Gema Insani Press, Jakarta, h. 96. mendapat persetujuan bersama Dewan Perwakilan Rakyat Daerah DPRD. 13 Dalam menegakkan Peraturan Daerah, Pemerintah Daerah wajib menyebarluaskan Peraturan Daerah tersebut yang telah diundangkan dalam berita daerah. Untuk menegakkan peraturan daerah tersebut, dibentuk Satuan Polisi Pamong Praja Satpol PP yang bertugas dalam membantu kepala daerah untuk menegakkan Peraturan Daerah dan penyelenggaraan ketertiban umum dan ketentraman masyarakat. 14 Anggota Satuan Polisi Pamong Praja Satpol PP dapat diangkat sebagai penyidik pegawai negeri sipil dan penyelidikan, serta penuntutan terhadap pelanggaran atas ketentuan Peraturan Daerah dilakukan oleh pejabat penyidik dan penuntut umum sesuai dengan ketentuan peraturan perundang – undangan.Dalam menegakkan Peraturan Daerah dapat juga ditunjuk pejabat lainyang diberi tugas untuk melakukan penyidikan terhadap pelanggaran selama berdasarkan pada ketentuan peraturan daerah tersebut. 1.7.3 Teori Efektivitas Hukum Berbicara mengenai efektivitas hukum, Soerjono Soekanto berpendapat tentang pengaruh hukum baik sebagai kaidah maupun sebagai sikap tindak atau prilaku teratur dalam membimbing manusia. 15 Masalah pengaruh hukum tidak hanya terbatas pada timbulnya ketaatan atau kepatuhan pada hukum tapi mencakup efek total dari hukum terhadap sikap tindak atau prilaku baik yang bersifat positif maupun negatif. Ketaatan seseorang bersikap atau berprilaku didasarkan pada kesesuaiannya dengan harapan pembentuk undang-undang. Pengaruh hukum terhadap sikap tindak atau prilaku, dapat diklarifikasikan sebagai ketaatan compliance, ketidaktaatan atau penyimpangan deviance dan pengelakan evasion. 13 Soerjono Soekanto, 2010, Faktor – Faktor yang mempengaruhi Penegakan Hukum, Rajawali Press, Jakarta, Selanjutnya disingkat Soerjono Soekanto III, h. 5. 14 Siswanto Sunarno, 2009, Hukum Pemerintah Daerah di Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hal 37 . 15 Ibid. h.89 Efektivitas penegakan hukum dibutuhkan kekuatan fisik untuk menegakkan kaidah- kaidah hukum tersebut menjadi kenyataan berdasarkan wewenang yang sah. Sanksi merupakan aktualisasi dari norma hukum threats dan promises, yaitu suatu ancaman tidak akan mendapatkan legitimasi bila tidak ada faedahnya untuk dipatuhi atau ditaati. Internal values merupakan penilaian pribadi menurut hati nurani yang diartikan sebagai suatu sikap tingkah laku.

1.8 Metode Penelitian