HUBUNGAN SIKAP (ATTITUDE) SISWA DAN MOTIVASI DALAM BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG

(1)

HUBUNGAN SIKAP (ATTITUDE) SISWA DAN MOTIVASI DALAM BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI

PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG

(Skripsi)

YOPI HUTOMO BHAKTI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG TAHUN 2012


(2)

i ABSTRAK

HUBUNGAN SIKAP (ATTITUDE) SISWA DAN MOTIVASI DALAM BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI

PADA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG

Oleh

Yopi Hutomo Bhakti

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui besarnya hubungan antara sikap (Attitude) siswa dan motivasi dalam belajar dengan hasil belajar dalam mata pelajaran Pendidikan Jasmani.

Penelitian ini menggunakan metode korelasional. Populasi yang diambil dalam penelitian ini adalah seluruh siswa Kelas XI SMA Negeri 9 Bandar Lampung berjumlah 286 siswa yang terdiri dari kelas IPA dan IPS. Sampel penelitian sebanyak 32 siswa, diambil dengan menggunakan teknikrandom sampling. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar pendidikan jasmani (Y), sedangkan variabel bebasnya adalah sikap/attitude(X1) dan motivasi dala belajar (X2). Data hasil belajar pendidikan jasmani diperoleh dari buku legal, sedangkan data sikap/attitude dan motivasi dalam belajar diperoleh dari angket.

Hasil penelitian ini menyimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara sikap dan motivasi belajar dengan hasil belajar pendidikan jasmani. Hasil koefisien korelasi antara sikap dan motivasi belajar dengan hasil belajar pendidikan jasmani sebesar 0,867, maka dapat disimpulkan bahwa hubungan variabel X1dan X2dengan variabel Y signifikan. Dengan demikian, semakin baik sikap dan motivasi belajar siswa, maka semakin tinggi pula hasil belajar siswa.


(3)

Judul Skripsi : HUBUNGAN ANTARA SIKAP DAN MOTIVASI DALAM BELAJAR DENGAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI PADA SISWA SMA KELAS XI SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG

Nama Mahasiswa :

YOPI HUTOMO BHAKTI

Nomor Pokok Mahasiswa : 0713051058

Jurusan / Program Studi : Ilmu Pendidikan / Pendidikan Jasmani

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI, 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Herman Tarigan, M.Pd Drs. Surisman, M.Pd

NIP. 19601231 198803 1 018 NIP. 19620808 198901 1 001

2. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Drs. Baharuddin, M.Pd. NIP. 19510507 198103 1 002


(4)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Pembimbing I : Drs. Herman Tarigan, M.Pd ...

Pembimbing II : Drs. Surisman, M.Pd ………..

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Sudirman Husein, M.Pd ………..

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP. 19600315 198503 1 003


(5)

v

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Yopi Hutomo Bhakti

NPM : 0713051058

Tempat Tanggal Lahir: Tanjung Karang, 20 Juli 1989

Alamat : Jl. Bumi Manti II No. 13 Kampung Baru Kedaton Bandar Lampung 35143

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Hubungan Sikap (Attitude) Siswa dan Motivasi Dalam Belajar Dengan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 9 Bandar Lampung” adalah benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada bulan Agustus 2011. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya, atas perhatiannya saya ucapkan terimakasih.

Bandar Lampung, Juni 2012


(6)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Tanjung Karang Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung pada hari Kamis Tanggal 20 Juli 1989 dari pasangan Bapak Ishantoro dan Ibu Supriati. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara

Penulis menyelesaikan studi tingkat Sekolah Dasar di SD Swasta Alkautsar Bandar Lampung pada tahun 2001 , kemudian Menempuh pendidikan Menengah Pertama di SMP Negeri 8 Bandar Lampung pada tahun 2004, melanjutkan ke tingkat SMA di SMA Negeri 9 Bandar Lampung pada tahun 2007. Penulis diterima di Universitas Lampung, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pendidikan,

Program Studi Pendidikan Jasmani pada tahun 2007 melalui Jalur SNMPTN. Penulis pernah aktif di Himpunan Mahasiswa Jurusan Ilmu Pendidikan (Himajip) periode 2007-2008. Serta ikut Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Sepak Bola pada tahun 2007 Selama menjadi mahasiswa penulis pernah mengikuti kejuaraan-kejuaraan sepak bola dan Futsal baik ditingkat Nasional maupun di tingkat daerah yakni:

1. Juara 1 Kejuaraan Daerah antar Mahasiswa tahun 2008 2. Juara 3 Kejuaraan Daerah antar Mahasiswa tahun 2009

3. Juara 1 LPI (Liga Pendidikan Indonesia) antar Mahasiswa Se-Provinsi Lampung tahun 2010


(7)

vii tahun 2010 di Palembang

5. Peringkat 5 LPI (Liga Pendidikan Indonesia) antar Mahasiswa tingkat nasional tahun 2010 di Jogjakarta

6. Juara 1 Futsal antar Mahasiswa Se-Provinsi Lampung tahun 2010 7. Juara 1 Futsal antar Mahasiswa Se-Provinsi Lampung tahun 2011 8. Tergabung dalam team futsal Pra-PON P ovinsi Lampung tahun 2011 Penulis juga pernah mendapatkan kesempatan untuk menjadi asisten dosen mata kuliah PUOR (Pengetahuan Umum Olahraga), Perkembangan Motorik, Management Penjas dan Pendidikan Jasmani di PGSD Metro.


(8)

viii

Motto

Sesungguhnya Allah Beserta Orang-orang yang sabar

(Q.S Albaqarah : 153)

Jangan berusaha menjadi seseorang yang bukan dirimu hanya karna ingin

sesuatu, Sadarilah jadi diri sendiri itu istimewa

(Yopi Hutomo Bhakti)


(9)

ix

ERSEMBAHAN

Ya Allah SWT dengan keikhlasan hati dan mengharap ridho-Mu

kupersembahkan karya penuh makna ini sebagai tanda bakti dan cinta kasihku

kepada:

Mama dan Papa terscinta yang telah membesarkan, mendidik, dan selalu

mendoakan serta mencurahkan kasih sayangnya dengan pengorbanan

yang tulus ikhlas demi kebahagiaan dan keberhasilanku.

Kakak-kakakku serta adik ku .

Seluruh keluarga besarku.

Sahabat-sahabat terbaikku.


(10)

x

SANWACANA

Kupersembahkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan Rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Hubungan Sikap(Attitude) dan Motivasi Dalam Belajar dengan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani Pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 9 Bandar

Lampung.

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

2. Bapak Drs. Baharudin, M.Pd., selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung;

3. Bapak Drs. Herman Tarigan, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Pertama, yang telah banyak memberikan pengarahan, ilmu dan bimbingan kepada penulis. Terima kasih atas bimbingan, saran, serta nasehat dalam penulisan skripsi;

4. Bapak Drs. Surisman, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing kedua yang telah memberikan banyak pengarahan, ilmu dan bimbingan kepada penulis. Terima kasih atas bimbingan, saran, serta nasehat dalam penulisan skripsi;


(11)

xi

5. Bapak Drs. Sudirman Husin, M.Pd., selaku Pembahas yang telah memberikan bimbingan, nasehat dan saran demi perbaikan skripsi;

6. Seluruh dosen yang telah mendidik dan membimbing penulis selama menyelesaikan studi;

7. Kepala SMA Negeri 9 Bandar Lampung, Siswa-siswi, serta para dewan guru yang telah membantu dalam menyelesaikan penelitian ini;

8. Bapak dan Ibu di staf Tata Usaha FKIP Unila.yang telah membantu proses terselesaikannya skripsi ini;

9. Ayahanda Bapak Ishantoro dan Ibunda Supriati tercinta, yang senantiasa dengan kesabaran telah membesarkan, mendidik, memberikan motivasi, do’a dan kasih sayang, serta telah menjaga dengan segenap jiwa dan raga;

10. Abangku terbaik Wempi Prastomo Bhakti S.Pd, dan adikku Denis Bhakti Darmawan yang telah memberikan dukungan, motivasi, nasehat, do’a serta kasih sayang;

11. Sahabat-sahabatku tercinta Angga, Warli, Ama Lasti , Oneh Nita , Uni Koto, Romi A Terimakasih atas dukungan dan semangat yang kalian berikan; 12. Teman-teman semua, Rio, Wayan, Ione, Hengki, Badai, Relia, Lilis, Imunk,

Africo, Redi, Rendi, Pintoko, serta teman-teman angkatan 2007 yang tidak dapat disebutkan satu persatu namanya, kakak-kakak, mbak-mbak, adik-adik angkatan 2003, 2004, 2005, 2006, 2007, 2008, 2009, 2010,2011 terimakasih atas kerjasamanya;

13. Teman-teman di Team Futsal dan Sepak Bola yang telah memberikan dukungan dan semangat kepada penulis, terimakasih atas dukungan dan semangat yang kalian berikan;


(12)

xii

14. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu hingga terselesainya penulisan laporan ini;

Semoga ALLAH SWT melimpahkan balasan atas kebaikan dan perhatian yang diberikan kepada penulis, serta semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat. Amin…

Bandar Lampung, Juli 2012


(13)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar Adopsi ... 8

2. Hasil Uji Normalitas ... 48

3. Hasil Uji Linieritas ... 49

4. Hasil Depkripsi Data ... 51

5. Persentase dan Pencapaian dan Kriteria Sikap Siswa ... 52

6. Presentase Pencapaian dan Kriteria Motivasi dalam Belajar Siswa ... 52

7. Presentase Pencapaian dan Kriteria Hasil Belajar Pendidikan Jasmani ... 53

8. Hubungan Antara Sikap dengan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani ... 53

9. Hubungan Antara Motivasi dalam Belajar dengan Hasil belajar Pendidikan Jasmani ... 55

10. Hubungan Antara Sikap dan Motovasi dalam Belajar dengan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani ... 56


(14)

xii DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 2

C. Batasan Masalah ... 3

D. Rumusan Masalah ... 3

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 4

G. Penjelasan Judul ... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Prestasi Hasil Belajar ... 6

1. Belajar ... 6

2. Faktor-faktor yang memepengaruhi Belajar ... 7

3. Hasil Belajar ... 9

B. Pendidikan Jasmani ... 10

C. Sikap Siswa ... 15

1. Sikap ... 15

2. Ciri-ciri Sikap ... 21

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi ... 22


(15)

xiii

D. Motivasi ... 26

1. Pengertian Motivasi ... 26

2. Jenis Motivasi ... 27

3. Sifat Motivasi ... 28

4. Motivasi Belajar ... 29

5. Kerangka Pikir ... 37

E. Hipotesis ... 38

III. METODOLOGI PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 40

B. Variabel Penelitian ... 40

1.Variabel Bebas ... 40

2.Variabel Terikat ... 41

C. Definisi Operasional ... 41

1. Sikap Siswa (X1) ... 41

2. Motivasi Belajar (X2) ... 42

3. Pengukuran Variabel ... 43

D. Populasi dan Sampel ... 43

1. Populasi ... 43

2. Sampel ... 43

3. Teknik Pengumpulan Data ... 44

a. Kuisioner ... 44

b. Dokumentasi ... 44

E. Instrumen Penelitian ... 44

1. Instrumen Hasil Belajar (Y) ... 45

a. Definisi Konseptual ... 45

b. Definisi Operasional ... 45

2. Teknis Analisis Data dan Pengujian Hipotesis ... 47

a. Uji Normalitas ... 48

b. Uji Linieritas ... 48

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Data ... 51


(16)

xiv

B. Hasil Analisis Data ... 53

C. Pembahasan ... 57

1. Hubungan Antara Sikap dengan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani ... 57

2. Hubungan Antara Motivasi dalam Belajar dengan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani ... 58

3. Hubungan Antara Sikap dan Motivasi dalam Belajar dengan Hasil Belajar Pendidikan Jasmani ... 58

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 60

B. Saran ... 60

DAFTAR PUSTAKA ... 62


(17)

xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Faktor-Faktor yang mempengaruhi hasil belajar ... 6

2. Konsep dasar pendidikan jasmani ... 13

3. Proses Terjadinya Motivasi ... 26


(18)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Pengajuan Judul ... 65

2. Surat Keterangan Penelitian dari PD I ... 66

3. Surat Ijin Penelitian SMA Negeri 9 Bandar Lampung ... 67

4. Pengolahan Data Hasil Uji Coba ... 68

5. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Sikap ... 72

6. Hasil Uji Reliabilitas Menggunakan Metode Alpa ... 76

7. Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Variabel Motivasi Belajar ... 78

8. Hasil Uji Reliabilitas Menggunakan Alpha ... 80

9. Uji Linieritas XI ( Sikap ) ... 82

10. Uji Linieritas X2 ( Motivasi ) ... 87

11. Kisi-kisi Instrumen Sikap ... 92

12. Instrumen Sikap Untuk Penelitian ... 98

13. Daftar Tabulasi Nilai Individual Tes Sikap ... 103

14. Lembar Kerja Jawaban Sikap ... 104

15. Kisi-kisi Instrumen Motivasi dalam Belajar ... 108

16. Instrumen Motivasi dalam Belajar ... 110

17. Data Hasil Penelitian Variabel Sikap ... 114

18. Kriteria Sikap ... 115

19. Data Hasil Penelitian Variabel Motivasi ... 116

20. Kriteria Motivasi ... 117

21. Data Nilai Penjas ... 118

22. Rekapitulasi Data Variabel Sikap, Motivasi, Dan Prestasi Belajar Penjas ... 129

23. Kriteria Hasil Belajar Siswa ... 120

24. Foto-Foto Penelitian ... 121


(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan pendidikan nasional adalah tujuan umum dari sistem pendidikan nasional. Tujuan ini merupakan tujuan jangka panjang dan sangant luas serta menjadi pedoman dari semua kegiatan atau usaha pendidikan di negara kita. Tujuan ini kemudian dijadikan landasan dalam menentukan tujuan sekolah dan tujuan kuirikulum sekolah, tujuan pendidikan formal dan non formal. Dengan kata lain tujuan pendidikan nasional menjadi pedoman dari seluruh kegiatan lembaga pendidikan di negara kita. Tujuan pendidikan nasional sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang sistem Pendidikan Nasional no.20 tahun 2003

yaitu “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kapada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreaitf, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU sisdiknas No. 20 Th. 2003: 12). Sekolah sebagai lembaga pendidikan formal adalah suatu tempat di mana terjadinya proses belajar mengajar. Proses belajar mengajar mengandung suatu arti adanya kegiatan interaksi dari tenaga pengajar yang


(20)

2

melaksanakan tugas mengajar di satu pihak dengan siswa dengan melaksanakan kegiatan belajar dipihak lain. Di sekolah menengah atas atau SMA salah satu mata pelajaran yang harus diajarkan adalah mata pelajaran Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara dengan guru Penjas serta kepala sekolah di SMA Negeri 9 Bandar Lampung ditemui berbagai kendala dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani, misalnya cara siswa dalam belajar belum optimal, seperti kurangnya respons dan motivasi belajar siswa saat melakukan pembelajaran dan belum ada rasa percaya diri siswa dalam mengikuti mata pelajaran. Salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian dari guru, agar siswa mendapat hasil belajar yang maksimal pada pelajaran Pendidikan Jasmani adalah bagaimana cara anak agar mampu menumbuhkan kepekaan dan motivasi terhadap pembelajaran Pendidikan Jasmani maka seorang guru dituntut untuk terlebih dahulu menunjukan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap mata pelajaran yang menjadi bagian dari profesinya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan organisasi untuk menunjukkan hasil belajar adalah dengan memberikan contoh perilaku atau sikap yang baik pada siswa.

B. Identifikasi masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan, maka permasalahan dalam penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:


(21)

3

1. Banyak siswa kurang memiliki motivasi terhadap materi pembelajaran Pendidikan Jasmani yang diberikan oleh guru.

2. Banyak siswa kurang memiliki sikap positif dalam pembelajaran Pendidikan Jasmani.

3. Rendahnya hasil belajar siswa dalam pelajaran Pendidikan Jasmani.

C. Batasan masalah

Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, untuk memudahkan penelitian perlu pembatasan yang berdasarkan tujuan dari penelitian ini, adapun pembatasan masalah adalah hanya ingin mengetahui seberapa besarkah hubungan antara sikap siswa dan motivasi belajar dengan hasil belajar Pendidikan Jasmani.

D. Rumusan masalah

Berdasarkan pada latar belakang dan identifisikasi masalah di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Apakah terdapat hubungan antara sikap siswa dengan hasil belajar Pendidikan Jasmani?

2. Apakah terdapat hubungan antara motivasi siswa dengan hasil belajar Pendidikan Jasmani?

3. Apakah terdapat hubungan antara sikap siswa dan motivasi dengan hasil belajar Pendidikan Jasmani?


(22)

4

E. Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan sikap (attitude) dan motivasi belajar terhadap hasil belajar Pendidikan Jasmani pada Siswa Kelas XI SMA Negeri 9 Bandar Lampung.

F. Manfaat penelitian 1. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan mengenai tata cara penulisan karya ilmiah yang baik, menambah pengetahuan mengenai adakah hubungan sikap siswa dan motivasi belajar terhadap hasil belajar Pendidikan Jasmani.

2. Bagi peneliti lain

Hasil penelitian dapat di gunakan sebagai landasan untuk penelitian lebih lanjut.

3. Bagi guru penjas

Untuk acuan dalam meningkatkan mutu pembelajaran pendidikan jasmani.

G. Penjelasan judul

1. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1999) hubungan adalah kesinambungan interaksi antara dua orang atau lebih yang memudahkan proses pengenalan satu akan yang lain.


(23)

5

2. Motivasi Internal Menurut Denis Wetly (2008) adalah yang muncul dari dalam diri sendiri tanpa ada faktor luar yang mempengaruhi. Motivasi ini lebih menekankan nilai dari kegiatan itu sendiri dari pada penghargaan dari luar.

3. Motivasi Eksternal menurut Denis Wetly (2008) Motivasi ini berasal dari luar diri individu. Bisa berasal dari lingkungan atau situasi di sekitar individu. Motivasi eksternal ini biasanya lebih sering kita temui dan menjadi daya dorong kuat kita untuk mencapai sesuatu.

4. Winkel (1996:226) mengemukakan bahwa prestasi belajar merupakan bukti keberhasilan yang telah dicapai oleh seseorang setelah melakukan aktivitas belajar.

5. Herman Tarigan (2009:15) mengatakan bahwa sikap yang dimiliki seorang siswa dalam pendidikan jasmani itu ada 3 yaitu : 1) Kognitif , 2 )Afektif , 3) Psikomotor.


(24)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. HASIL BELAJAR 1. Belajar

Muhibbin Syah (1995) mengemukakan bahwa belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelengaraan jenis dan jenjang pendidikan.Ini berarti bahwa berhasil datu gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa, baik ketika ia berada di sekolah maupun dilingkungan rumah atau keluarganya sendiri.


(25)

7

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi belajar

Muhibbin Syah (1995) mengatakan secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat dibedakan menjadi tiga macam.

a. Faktor internal (faktor dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi jasmani dan rohani siswa.

b. Faktor eksternal (faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa.

c. Faktor pendekatan belajar (approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran meteri-meteri pelajaran.

1) Faktor internal

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri meliputi dua aspek yakni: 1) aspek fisiologis (yang bersifat jasmania); 2) aspek psikolois (yang bersifat rohaniah).

2) Faktor eksternal

Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial. Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf adminitrasi, dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa. Faktor lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga


(26)

8

siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuacadan waktu belajar yang digunakan siswa.

Tabel 1. Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar

Internal Siswa Eksternal Siswa Pendekatan belajar Siswa 1. Aspek Fisiologis:

a. tonus jasmani b. mata dan telinga

2. Aspek Psikologis a. Intelegensi b. Sikap c. Minat d. Bakat e. Motivasi 1. Lingkungan a. keluarga b. guru dan staf c. masyarakat d. teman

2. Lingkungan Nonsosial a. Rumah

b. Sekolah c. Peralatan d. Alam

1. Pendekatan tinggi a. Speculative b. Achieving

2. Pendekatan sedang a. Analytical

b. Deep

3. Pendekatan rendah a. Reproduktif

b. Surface

Moh. Surya (1981:32), definisi belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan. Kesimpulan yang bisa diambil dari kedua pengertian di atas, bahwa pada prinsipnya, belajar adalah perubahan dari diri seseorang.

Menurut Slameto (1995:2) “Belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan


(27)

9

lingkungannya”. Belajar merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan pribadi dan perilaku individu.

Berdasarkan beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar dan dapat menghasilkan pengalaman dan perubahan perilaku.

2. Hasil belajar

Setelah berakhirnya suatu proses belajar dan pembelajaran, maka siswa memproleh suatu hasil belajar. Menurut Dimyanti (1994:3), hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak megajar. Diahiri dengan proses evaluasi hasil belajar, dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan suatu pencapaian tujuan pengajaran.

Menurut Dimyati dan mudjiono (1994:35), hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak penggiring. Dampak pengajaran adalah basil yang dapat diukur seperti tertuang dalam nilai raport dan angka dalam ijazah. Sedangkan dampak penggiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain yang merupakan transfer belajar.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu hasil yang didapat dari pengajaran yang tertuang dalam bentuk angka dalam raport dan ijazah.


(28)

10

Bila angka yang diberikan guru tinggi, maka prestasi seorang siswa dianggap tinggi sekaligus dianggap sebagai siswa yang sukses dalam belajar. Melihat dari pengertian prestasi atau hasil belajar di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah perubahan tingkah laku yang berwujud perubahan ilmu pengetahuan, keterampilan motorik, sikap dan nilai yang dapat diukur secara aktual sebagai hasil dari proses belajar. Berdasarkan beberapa pendapat tersebut, prestasi belajar dalam penelitian ini secara konseptual diartikan sebagai hasil kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak baik berupa kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor yang dapat diukur dari tes atau hasil ujian siswa.

Sudjana (2002:22) berpendapat bahwa hasil belajar dapat dklasifikasikan menjadi tiga dimensi yaitu

a. Ranah kognitif b. Ranah afektif c. Ranah psikomotorik

B. PENDIDIKAN JASMANI

Pendidikan jasmani mengandung dua pengertian yaitu pendidikan untuk jasmani dan pendidikan melalui aktifitas jasmani. Pendidikan untuk jasmani mengandung pengertian bahwa jasmani merupakan tujuan akhir dari dari proses pendidikan, sedangkan pendidikan melalui aktifitas jasmani mengandung pengertian bahwa


(29)

11

tujuan pendidikan dapat dicapai melalui aktifitas jasmani. tujuan pendidikan ini adalah tujuan pendidikan pada umumnya yaitun menyangkut aspek fisik, psikis dan sosial atau juga pada aspek kognitif, afektif, dan psikomotor. Ketiga aspek tersebut dapat dibentuk melalui aktifitas jasmani yang berupa gerak jasmani dan olahraga.

Manusia Indonesia seutuhnya dapat diartikan sebagai manusia yang mempunyai kepribadian yang baik. Kepribadian itu terdiri dari empat aspek yaitu religious, sosial, psikis dan fisik. Aspek religious berhubungan dengan manusia dengan tuhan,yang berarti manusia yang beriman. Aspek sosial memunyai arti bahwa manusia itu selalu ada ketergantungan dengan manusia lain. Aspek psikis yang berkaitan dengan daya fikir, penalaran dan emosi, sementara itu aspek fisik berkenaan dengan kondisi tubuh dan kemampuan motorik. Apabila keempat aspek kepribadian berkembang dengan baik, maka dapat dikatakan sebagai manusia yang utuh.

Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan yang dilakukan melalui kegiatan jasmani. dengan mempelajari pendidikan jasmani peserta didik diharapkan memiliki kemampuan sebagai berikut.

a. Meletakan landasan karakter yang kuat melalui internalisasi nilai dalam pendidikan jasmani.

b. Membangun landasan kepribadian yang kuat, sikap cinta damai, sikap sosial dan toleransi dalam konteks kemajemukan budaya, etnis dan agama.


(30)

12

c. Menumbuhkan kemampuan berfikir kritis melalui tugas–tugas pembelajaran pendidikan jasmani.

d. Mengembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, bertanggung jawab kerjasama percaya diri dan demokratis melalui aktivitas jasmani.

e. Mengembangkan ketrampilan gerak dan ketrampilan teknik serta strategi berbagai permainan dan olahraga, aktifitas pengembangan, senam, aktifitas ritmik, akuatik(aktifitas air) dan pendidikan luar kelas (outdoor education). f. Mengembangkan keterampilan pengelolaan diri dalam upaya pengembangan

dan pemeliharaan kebugaran jasmani serta pola hidup sehat melalui berbagai aktifitas jasmani.

g. Mengembangkan keterampilan untuk menjaga keselamatan diri sendiri dan orang lain.

h. Mengetahui dan memahami konsep aktifitas jasmani sebagai informasi untuk mencapai kesehatan, kebugaran dan pola hidup sehat.

i. Mampu mengisi waktu luang dengan aktifitas jasmani yang bersifat kreatif.

Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian yang tak dapat terpisahkan dalam kehidupan manusia khususnya dalam bidang pendidikan dimana Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan mengemban tugas dalam aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, berfikir kritis, keterampilan sosial, manajemen, inteligensi, stabilitas emosional, tindakan moral, pola hidup sehat serta pengenalan lingkungan bersih melalui berbagai kegiatan jasmani, olahraga


(31)

13

dan kesehatan yang direncanakan secara sistematis dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional.

Konsep dasar pendidikan jasmani

Ket:

1. sehat spiritual atau cerdas adalah kecerdasan yang berkenaan dengan hati dan kepedulian antar sesama manusia, mahluk lain dan alam sekitar berdasarkan keyakinan akan adanya Tuhan Yang Maha Esa.

2. Sehat intelektual atau cerdas adalah kecerdasaan yang menuntut pemberdayaan otak, hati, jasmani, dan pengaktifan manusia untuk berinteraksi secara fungsional dengan yang lain.

Sehat/cerdas spiritual

Spritual MANUSIA SEUTUHNYA

Sehat/cerdas intelektual Intelektual ASPEK ROHANI ASPEK JASMANI Sehat /cerdas emosional Emosional Sehat/cerdas mental Mental Sehat/cerdas social Sosial Terampil/cerdas Segar Bugar 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. By: Siendentop

Adop Sudirman Husein


(32)

14

3. Sehat emosional atau cerdas adalah kecerdasaan yang berkenaan dengan hati dan kepedulian antar sesama manusia, mahluk lain dan alam sekitar.

4. Sehat mental atau cerdas adalah memungkinkan perkembangaan fisik, intelektual dan emosional yang optimal dari seseorang dan perkembangan itu berjalan selaras dengan keadaan orang lain baik secara jasmani maupun rohani.

5. Sehat sosial atau cerdas adalah apabila seseorang mampu berhubungan dengan orang lain atau kelompok lain secara baik, tanpa membeda - bedakan ras, suku, agama atau kepercayaan yang dianut oleh individu.

6. Terampil atau cerdas adalah kecakapan seseorang untuk menyelesaikan atau membuat sesuatu menjadi terampil. 7. Segar adalah suatu keadaan dimana tubuh seseorang merasa

nyaman dan sehat.

8. Bugar adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mengidap suatu penyakit.

C. Sikap siswa

a. Sikap

Dalam dunia pendidikan, sikap seseorang memegang peranan yang amat penting. Dengan sikap seseorang dapat menerima atau menolak suatu


(33)

15

pelajaran. Sikap merupakan produk dari proses dimana seseorang bereaksi dengan stimulus yang diterimanya. Jadi sikap itu mengarah kepada objek tertentu, dan untuk menyesuaikan diri terhadap objek tersebut dipengaruhi oleh lingkungan sosial serta kesediaan untuk bereaksi dari orang tersebut terhadap objek.

Purwanto (1985) menyatakan bahwa sikap atau yang dalam bahasa Inggris disebut attitude adalah suatu cara berinteraksi terhadap suatu

perangsang. Suatu kecenderungan untuk bereaksi dengan cara tertentu terhadap suatu perangsang atau situasi yang dihadapi.

Selanjutnya, Trow dalam Djaali (2008:114) menyatakan bahwa :

Sikap sebagai suatu kesiapan mental atau emosional dalam beberapa jenis tindakan pada situasi yang tepat. Disini Trow lebih menekankan pada kesiapan mental atau emosional seseorang terhadap suatu objek. Penelitian individu tentang objek berdasarkan interaksi, penilaian ini menghasilkan reaksi efektif yang berupa dimensi positif atau negatif terhadap objek. Berdasarkan teori di atas sikap merupakan kecenderungan yang berasal dari dalam diri individu untuk berkelakuan sehubungan dengan objek yang dihadapinya. Jadi sikap mempunyai peranan yang besar dalam kehidupan manusia, karena sikap yang melekat pada diri seseorang akan turut menentukan cara tingkah laku terhadap objek. Adapun ciri-ciri sikap menurut Utami Munandar (1992:49) adalah sebagai berikut.

1. Terbuka terhadap pengalaman baru, 2. Memiliki rasa ingin tahu yang tinggi,


(34)

16

4. Imajinatif, dan

5. Berani mengambil risiko terhadap langkah yang diambil.

Mar’at (1984:10) menyatakan bahwa komponen-komponen sikap, yaitu:

1. Komponen kognitif yang berhubungan dengan believe, ide dan konsep. 2. Komponen afektif yang menyangkut kehidupan emosional seseorang. 3. Komponen psikomotor yang merupakan kecenderungan bergerak,

kemampuan fisik yang baik serta memiliki fungsi tubuh yang baik.

Dari pernyataan tersebut, sikap siswa dapat dipengaruhi oleh tiga komponen yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor yang ketiganya saling berhubungan satu dengan lainnya. Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan kesiapan individu untuk bertindak menerima atau menolak suatu obyek berdasarkan penilaian terhadap objek yang menjadi penilaiannya. Sikap dapat berupa sikap positif, seperti kecenderungan membenci, menghindari, dan tidak menyukai objek tertentu.

b. Sikap Siswa Terhadap Pelajaran Pendidikan Jasmani

Sikap merupakan kesiapan individu untuk bertindak, menerima atau menolak suatu objek berdasarkan penilaian terhadap objek yang menjadi perhatiannya. Sikap siswa terhadap pelajaran Pendidikan Jasmani akan timbul disebabkan oleh perasaan senang atau tidak senang terhadap


(35)

17

pelajaran Pendidikan Jasmani. Seperti yang dikemukakan Winkel (1997:8) bahwa perasaan tidak senang akan menghambat dalam menerima pelajaran karena tidak melahirkan sikap positif. Dengan demikian perasaan tidak senang terhadap pelajaran Pendidikan Jasmani akan menimbulkan sikap negatif terhadap prestasi belajar pendidikan jasmani, ditandai dengan tidak menyukai terhadap pelajaran Pendidikan Jasmani sehingga siswa cenderung untuk menghindari pelajaran Pendidikan Jasmani, sebaliknya, sikap positif siswa terhadap pelajaran Pendidikan Jasmani merupakan titik awal munculnya tindakan positif ditandai dengan timbulnya rasa senang terhadap pelajaran Pendidikan Jasmani sehingga siswa cenderung mencari informasi tentang pendidikan jasmani baik melalui membaca, buku-buku pelajaran, bertanya kepada guru maupun mengulang-ngulang pelajaran Pendidikan Jasmani. Tindakan-tindakan positif dalam mengajar dapat mempercepat pemahaman siswa terhadap suatu pelajaran sehingga akan turut berhubungan terhadap prestasi belajar siswa. Herman Tarigan (2009:15) mengatakan bahwa:

Sikap yang dimiliki oleh seorang siswa dalam pendidikan jasmani itu ada 3 yaitu :

a. Kognitif, konsep motoriknya baik, memiliki badan yang sehat, dapat memecahkan suatu masalah serta kritis dan cerdas dalam bertingkah laku.

b. Afektif, artinya menyukai kegiatan fisik, merasa nyaman dengan diri sendiri serta ingin terlihat dalam pergaulan sosial.


(36)

18

c. Psikomotor, artinya gerak dan keterampilanya baik, kemampuan fisik dan motorik yang baik serta memiliki perbaikan fungsi tubuh yang baik pula.

c. Rasa Ingin Tahu Siswa Terhadap Pelajaran Pendidikan Jasmani

Belajar adalah suatu bentuk pertumbuhan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara-cara bertingkah laku baruberkatpengalamandan latihan yang didapat. Belajar secaramaksimal membutuhkan keinginan yang kuat untuk selalu mencaridan menemukan sesuatu yang baru dan bermakna.Sikap positif terhadap pelajaran Pendidikan Jasmani yang dimiliki siswa akan menimbulkan rasa senang terhadap pelajaran Pendidikan Jasmani,sehingga siswa akan selalu meningkatkan prestasi dan mengembangkanpengetahuannya tentang pendidikan jasmani melalui kegiatan belajar secara berkesinambungan.

Bambang (2002:6) ditinjau dari proses belajar, siswa gemar belajar memiliki ciri-ciri, yaitu :

1) Gemar mencari informasi yang berhubungan dengan kebutuhan kepentingannya.

2) Gemar menemukan informasi yang baru melalui kegiatan membaca baik media cetak maupun elektronik.


(37)

19

3) Gemar menulis dan menyampaikan informasi/berprilaku menghasilkan sesuatu yang baru yang mereka temukan melalui pengalaman dan pekerjaan.

Dengan demikian siswa yang senang terhadap pelajaran Pendidikan Jasmani memiliki rasa ingin tahu terhadap pelajaran Pendidikan Jasmani ditandai dengan membaca buku, kemudian praktek olahraga, mengulang-ngulang dan bertanya kepada guru sehingga sikap positif yang tumbuh pada diri siswa mendorong siswa untuk lebih tahu terhadap pelajaran pendidikan jasmani.

d. Cara Belajar Siswa

Sikap yang dimiliki siswa baik sikap positif maupun sikap negatif berhubungan terhadap cara belajar siswa baik di sekolah ataupun di luar sekolah. Sikap positif yang dimiliki siswa akan berperan dalam pembentukan kebiasaan siswa. Siswa yang senang terhadap pelajaran Pendidikan Jasmani tentunya memiliki kebiasan belajar suatu perbuatan belajar yang dilakukan secara teratur, disiplin, dan terarah terhadap pelajaran Pendidikan Jasmani. Cara belajar siswa mempunyai peranan yang penting dalam proses belajar mengajar. Cara belajar siswa akan menggunakan waktu tenaga dan pikirannya untuk belajar sehingga mendapat hasil yang optimal.


(38)

20

e. Persaingan Dalam Belajar

Dalam proses belajar mengajar terdapat evaluasi hasil belajar. Evaluasi hasil belajar bertujuan untuk megukur kemampuan siswa dalam menerima pelajaran.

Hasil evaluasi belajar siswa pada umumnya diwujudkan dalam bentuk nilai dan hasil belajar. Hasil belajar yang diperoleh siswa umumnya dijadikan untuk standar penentuan peringkat kelas. Adanya penentuan peringkat kelas menimbulkan persaingan antar siswa sehingga pada masing-masing siswa timbul sikap positif yang mengarah pada pencapaian prestasi belajar yang maksimal. Hamalik (2001:8) menyatakan bahwa:

Persaingan yang terjadi secara individu maupun kelompok dapatmemberikan hubungan yang positif dan dapat juga memberikanhubungan yang negatif terhadap siswa, hubungan persaingan yang positif mendorong siswa untuk meningkatkan motivasi belajar guna mendapatkan hasil belajar yang baik.

1. Ciri-ciri sikap

Menurut Heri Purwanto (1998 : 63), ciri-ciri sikapa adalah sebagai berikut. a. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari

sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini membedakannnya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.


(39)

21

b. Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

c. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

d. Objek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap

Menurut Azwar (2005:79),faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap objek sikap antara lain adalah sebagai berikut.

a. Pengalaman Pribadi

Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional.


(40)

22

Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.

c. Pengaruh Kebudayaan

Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakatnya, karena kebudayaanlah yang memberi corak pengalaman individu-individu masyarakat asuhannya.

d. Media Massa

Dalam pemberitaan surat kabar mauoun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyekstif cenderung dipengaruhi oleh sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.

e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama

Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.

f. Faktor Emosional

Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego.


(41)

23

3. Fungsi sikap

Daniel Katz dalam Dinny Erista (2011:2), membagi fungsi sikap dalam empat kategori yaitu sebagai berikut.

a. Fungsi Utilitarian

Melalui instrument suka dan tidak suka, sikap positif atau kepuasan dan menolak yang memberikan hasil positif atau kepuasan

b. Fungsi Ego Defensive

Orang cenderung mengembangkan sikap tertentu untuk melindungi egonya dari abrasi psikologis. Abrasi psikologis bisa timbul dari lingkungan yang kecanduan kerja. Untuk melarikan diri dari lingkungan yang tidak menyenangkan ini, orang tersebut mebuat rasionalisasi (dengan demikian menghindar dari anxiety dan citra yang negative) dengan mengembangkan sikap positif terhadap gaya hidup yang santai.

c. Fungsi value expensive

Fungsi value expensive memiliki fungsi untuk memungkinkan mengekpresikan secara jelas citra dirinya dan juga nilai–nilai inti yang dianutnya.

d. Fungsi Knowledge–organization

Terbatasnya kapasitas otak manusia dalam memproses informasi menyebabkan seseorang cenderung untuk bergantung pada pengetahuan yang didapat dari pengalaman dan informasi dari lingkungan.


(42)

24

Hal ini dapat diperoleh dengan cara sebagai berikut. 1) Attitude Toward Objek Model

Menggambarkan sikap terhadap objek. Jadi bisa saja seseorang mengatakan dia suka, yang berarti dia memiliki sikap positif terhadapnya. 2) Attitude Toward Behaviour Model

Menggambarkan sikap terhadap prilaku, misalnya orang yang akan membeli pesawat televisi yakni bahawa jika dia membeli pesawat televisi , keluarganya akan lebih bahagia

3) Theory of Reasoned Action Model

2. Motivasi

1. Pengertian motivasi

Menurut Slameto (1995), menyatakan bahwa motivasi adalah suatu proses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia.

Rachmat Wahab (1999), menyatakan bahwa motivasi adalah keadaan dalam individu atau organisme yang mendorong perilaku kearah tujuan.

Menurut Hamzah Uno (2010:3), motivasi adalah dorongan mental yang menggerakkan dan mengarahkan perilaku manusia, termasuk perilaku belajar. Dalam motivasi terkandung adanya keinginan, harapan, kebutuhan, tujuan, sasaran, dan insentif. Keadaan inilah yang mengaktifkan, menggerakkan, menyalurkan, dan mengarahkan sikap dan perilaku individu belajar.


(43)

25

Menurut Oemar Hamalik (2001), motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri (pribadi) seseorang yang ditandai dengan timbulnya perasaann dan reaksi untuk mencapai tujuan.

Menurut Sardiman A. M. (2006:73), motivasi adalah suatu perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya feeling dan didahului dengan tanggapan terhadap adanya tujuan.Istilah motivasi mengacu kepada faktor dan proses yang mendorong seseorang untuk bereaksi dalam berbagai situasi.

Sardiman, A.M, (1988), menyatakan motivasi adalah suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau tingkah laku, yang mengatur tingkah laku atau perbuatan untuk memuaskan kebutuhan atau menjadi tujuan

Gambar 3. Proses Terjadinya Motivasi (Rochman Natawidjaya, 1979:79)

2. Jenis motivasi

Motif yang mendasari tingkah laku manusia banyak jenisnya dan dapat digolongkan berdasarkan latar belakang perkembangannya, motif dapat dibagi menjadi dua yaitu motif primer dan sekunder.

Kebutuhan

Motif Perbuatan Tujuan

Motivasi dorongan


(44)

26

a. Motif primer adalah motif bawaan, tidak dipelajari. Motif ini timbul akibat proses kimiawi fisiologik yang terdapat pada setiap orang.

b. Motif sekunder adalah motif yang diperoleh dari belajar melalui pengalaman.Motif sekunder ini, oleh beberapa ahli disebut juga motif sosial.

Lidgren menyatakan bahwa motif sosial adalah motif yang dipelajari dan bahwa lingkungan individu memegang peranan yang penting (Darsono, 2000:62).

Menurut teori Maslow (1943) bahwa manusia mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu : (1) kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex, (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologi dan intelektual, (3) kebutuhan akan kasih sayang (love needs), (4) kebutuhan akan harga diri (essteem needs), yang pada umumnya tercemin dalam berbagai simbol-simbol status, dan (5) aktualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.

3. Sifat motivasi a. Motivasi Instrinsik

Motivasi instrinsik adalah motivasi yang tercakup dalam situasi belajar yang bersumber dari kebutuhan dan tujuan-tujuan siswa sendiri. Motivasi ini


(45)

27

sering disebut motivasi murni atau motivasi yang sebenarnya, yang timbul dari dalam diri peserta didik misalnya keinginan untuk mendapat ketrampilan tertentu, memperoleh informasi dan pemahaman, mengembangkan sikap untuk berhasil, menikmati kehidupan secara sadar memberikan sumbangan kepada kelompok, keinginan untuk diterima oleh orang lain.

b. Motivasi Ekstrinsik

Motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang disebabkan oleh faktor-faktor dari luar situasi belajar, seperti: angka, ijazah, tingkatan, hadiah, medali, pertentangan dan persaingan; yang bersifat negatif ialah ejekan (ridicule) dan hukuman. Motivasi ekstrinsik tetap diperlukan di sekolah, sebab pembelajaran di sekolah tidak semuanya menarik minat, atau sesuai dengan kebutuhan peserta didik. Ada kemungkinan peserta didik belum menyadari pentingnya bahan pelajaran yang disampaikan oleh guru. Dalam keadaan ini peserta didik bersangkutan perlu dimotivasi agar belajar.Guru berupaya membangkitkan motivasi belajar peserta didik sesuai dengan keadaan peserta didik itu sendiri (Oemar Hamalik, 2001).

4. Motivasi belajar

Didalam kehidupan sehari-hari, kebanyakan motif dan motivasi itu dipelajari, termasuk dalam motivasi belajar. Oleh karena itu motivasi dapat timbul tenggelam atau berubah, disebabkan beberapa faktor yang mempengaruhi. Faktor-faktor ini perlu diketahui, terutama oleh guru, agar dapat memelihara


(46)

28

dan memperkuat faktor yang meningkatkan motivasi, dan menghindari faktor yang melemahkan motivasi.

a. Faktor intern 1. Kesehatan

Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannyaatau bebas dari penyakit. Kesehatan adalah keadaan atau hal sehat. Kesehatan seseorang berpengaruh terhadap belajarnya. Proses belajar seseorang akan terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan atau kelainan-kelainan fungsi alat inderannya serta tubuhnya. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan ketentuan tentang bekerja, belajar, istirahat, tidur makan, olahraga, rekreasi dan ibadah.

2. Perhatian

Perhatian menurut Gazali adalah keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itu pun semata-mata tertuju kepada suatu obyek (benda atau hal) atau sekumpulan objek. Untuk dapat menjamin hasil yang baik, maka siswa harus mempunyai perhatian terhadap bahan yang dipelajarinya, jika bahan pelajaran tidak menjadi perhatian siswa, maka timbulah kebosanan, sehingga ia tidak lagi suka belajar. Agar siswa dapat


(47)

29

belajar dengan baik, usahakanlah bahan pelajaran itu sesuai dengan hobi atau bakatnya.

3. Minat

Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang disertai dengan rasa senang. Jadi berbeda dengan perhatian, karena perhatian sifatnya sementara (tidak dalam waktu yang lama) dan belum tentu diikuti dengan perasaan senang, sedangkan minat selalu dikuti dengan perasaan senang dan dari situ diperoleh kepuasan. Jika terdapat siswa yang kurang berminat terhadap belajar, dapat diusahakan agar ia mempunyai minat yang labih besar dengan cara menjelaskan hal-hal yang menarik dan berguna bagi kehidupan serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita serta hal-hal yang berhubungan dengan cita-cita-cita-cita serta kaitannya dengan bahan pelajaran yang dipelajari itu.

4. Bakat

Bakat atau aptitude menurut Hilgard adalah: the city to learn. Dengan perkata lain bakat adalah kemampuan untuk belajar. Kemampuan itu baru terealisasi menjadi kecakapan yang nyata sesudah belajar atau berlatih. Orang yang berbakat mengetik, misalnya akan lebih cepat dapat mengetik dengan lancar dibandingkan dengan orang lain yang kurang atau tidak berbakat dibidangnya.


(48)

30

Berdasarkan uraian di atas dijelaskan bahwa bakat itu mempengaruhi belajar. Jika bahan pelajaran yang dipelajari sesuai dengan bakatnya, maka hasil belajarnya lebih baik karena ia senang belajar pastilah selanjutnya ia lebih giat lagi dalam belajarnya.

b. Faktor ekstern 1. Metode mengajar

Metode mengajar adalah suatu cara atau jalan yang harus dilalui dalam mengajar. Metode mengajar guru yang kurang baik akan mempengaruhi belajar siswa yang tidak baik pula. Metode mengajar yang kurang baik itu dapat terjadi misalnya karena guru kurang persiapan dan kurang menguasai bahan pelajaran sehingga guru tersebut menyajikannya tidak jelas atau sikap guru terhadap siswa atau mata pelajaran itu sendiri tidak baik, sehingga siswa kurang senang terhadap pelajaran atau gurunya. Akibatnya siswa malas untuk belajar. Guru biasa mengajar dengan metode ceramah saja. Siswa menjadi bosan, mengantuk, pasif dan hanya mencatat saja. Guru yang progesif berani mencoba metode-metode yang baru, yang dapat membantu meningkatkan kegiatan belajar mengajar, dan meningkatkan motivasi siswa untuk belajar. Agar siswa dapat belajar dengan baik, maka metode mengajar harus diusahakan yang setepat, efisien dan efektif mungkin.

2. Alat pelajaran

Alat pelajaran erat hubungannya dengan cara belajar siswa, karena alat pelajaran yang dipakai oleh guru pada waktu mengajar dipakai pula oleh


(49)

31

siswa untuk menerima bahan yang diajarkan itu. Alat pelajaran yang lengkap dan tepat akan memperlancar penerimaan bahan pelajaran yang diberikan kepada siswa. Jika siswa mudah menerima pelajaran dan menguasainya, maka belajarnya akan menjadi lebih giat dan maju. 3. Waktu sekolah

Waktu sekolah ialah waktu terjadinya proses belajar mengajar di sekolah, waktu itu dapat pagi hari, sore, atau malam hari. Waktu sekolah juga mempengaruhi belajar siswa. Jika terjadi siswa terpaksa masuk sekolah sore hari, sebenarnya kurang dapat dipertanggung jawabkan kecuali ada hal yang mendesak seperti keterbatasan ruangan kelas. Dimana siswa harus beristirahat, tetapi terpaksa masuk sekolah hingga mendengarkan pelajaran sambil mengantuk. Sebaliknya siswa belajar di pagi hari, pikiran masih segar, jasmani dalam kondisi yang baik. Jika siswa bersekolah pada waktu kondisi badannya sudah lelah atau lemas, misalnya pada siang hari, akan mengalami kesulitan di dalam menerima pelajaran. Kesulitan itu disebabkan karena siswa sukar berkonsentrasi dan berfikir pada kondisi badan yang lemah tadi.

Menurut Max Darsono menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi motivasi belajar adalah sebagai berikut.

a. Cita-cita atau Aspirasi

Cita-cita disebut juga aspirasi adalah suatu target yang ingin dicapai. Penentuan target ini tidak sama bagi semua siswa. Target ini diartikan sebagai tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung


(50)

32

makna bagi seseorang. Yang dimaksud dengan cita-cita atau aspirasi di sini ialah tujuan yang ditetapkan dalam suatu kegiatan yang mengandung makna bagi seseorang ( Winkel, 1996).

Aspirasi ini dapat bersifat positif, dapat pula bersifat negatif. Siswa yang mempunyai aspirasi positif adalah siswa yang menunjukkan hasratnya untuk memperoleh keberhasilan. Sebaliknya siswa yang mempunyai aspirasi negatif adalah siswa yang menunjukkan keinginan atau hasrat menghindari kegagalan. Dalam beraspirasi siswa menentukan target atau disebut juga taraf aspirasi, yaitu taraf keberhasilan yang ditentukan sendiri oleh siswa dan ia mengharapkan dapat mencapainya. Taraf aspirasi atau taraf keberhasilan ini dapat dipakai sebagai ukuran untuk menentukaan apakah siswa mencapai sukses atau tidak.

b. Kamampuan Belajar

Belajar membutuhkan berbagai kemampuan. Kemampuan ini meliputi beberapa aspek psikis yang terdapat dalam diri siswa, misalnya pengamatan, ingatan, daya pikir, fantasi. Orang belajar dimulai dengan mengamati bahan yang dipelajari. Pengamatan dilakukan dengan mengfungsikan panca indera. Makin baik pengamatan seseorang, makin jelas tanggapan yang terekam dalam dirinya, dan makin mudah merepoduksi atau mengingat apa yang mengolahnya dengan berpikir, sehingga memperoleh sesuatu yang baru. Daya fantasi juga sangat berpengaruh terhadap perolehan pengetahuan, keterampilan dan sikap.


(51)

33

Jadi siswa yang mempunyai kemampuan belajar tinggi, biasanya lebih bermotivasi dalam belajar, karena siswa seperti itu lebih sering memperoleh sukses, sehingga kesuksesan ini memperkuat motivasinya. c. Kondisi Siswa

Siswa adalah makhluk hidup yang terdiri dari kesatuan psikofisik. Jadi kondisi siswa yang mempengaruhi motivasi belajar disini berkaitan dengan kondisi fisik, dan kondisi psikologis. Tetapi biasanya guru lebih cepat melihat kondisi fisik, karena lebih jelas menunjukkan gejalanya dari pada kondisi psikologisnya. Misalnya siswa yang kelihatan lesu, mengantuk akibat begadang atau siswa yang dimarahi orang tuanya dan terbawa ke sekolah akan mengurangi bahkan menghilangkan motivasi belajar siswa. d. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan merupakan unsur-unsur yang datang dari luar diri siswa. Lingkungan siswa, sebagaimana juga lingkungan individu pada umumnya, ada tiga, yaitu lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat. Guru harus berusaha mengelola kelas, menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, menampilkan diri secara menarik, dalam rangka membantu siswa termotivasi dalam balajar. Lingkungan fisik sekolah, sarana dan prasarana, perlu ditata dan dikelola, supaya menyenangkan dan membuat siswa betah belajar. Kecuali kebutuhan siswa terhadap sarana dan prasarana, kebutuhan emosional psikologis juga perlu mendapat perhatian. Kebutuhan rasa aman misalnya, sangat mempengaruhi motivasi belajar siswa. Kebutuhan berprestasi, dihargai, diakui, merupakan contoh-contoh


(52)

34

kebutuhan psikologis yang harus terpenuhi, agar motivasi belajar timbul dan dapat dipertahankan.

e. Unsur-unsur Dinamis dalam Belajar

Unsur-unsur dinamis dalam belajar adalah unsur-unsur yang keberadaannya dalam proses belajar tidak stabil, kadang-kadang kuat, kadang kadang lemah dan bahkan hilang sama sekali. Khususnya kondisi-kondisi yang sifatnya kondisi-kondisional. Misalnya keadaan emosional siswa, gairah belajar, situasi dalam keluarga.

f. Upaya Guru Membelajarkan Siswa

Upaya yang dimaksud disini adalah bagaimana guru mempersiapkan diri dalam membelajarkan siswa mulai dari penguasaan materi, cara menyampaikannya, menarik perhatian siswa, mengevaluasi belajar siswa. Bila upaya-upaya tersebut dilaksanakan dengan berorientasi pada kepentingan siswa, maka diharapkan upaya tersebut dapat menimbulkan motivasi belajar siswa. Bila upaya guru hanya sekedar mengajar, artinya keberhasilan guru yang menjadi titik tolak, besar kemungkinan siswa tidak tertarik untuk belajar. Dengan kata lain motivasi belajar siswa melemah atau hilang.

Adapun upaya-upaya yang bisa dilakukan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa adalah sebagai berikut.

a. Memahami keadaan seorang siswa. b. Memberi harapan yang nyata. c. Memberiinsentif(hadiah).


(53)

35

d. Mengarahkan periaku siswa. e. Menggairahkan anak didik. f. Mendorong rasa ingin tahu.

g. Menyajikan pelajaran menjadi menarik.

5. Kerangka fikir

Sikap dalam pergaulan sehari-hari merupakan kecenderungan individu untuk merespon dengan cara yang khusus terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan sosial. Sikap merupakan suatu kecenderungan untuk mendekat atau menghindar, positif atau negatif terhadap berbagai keadaan sosial, apakah itu institusi, pribadi, situasi, ide, konsep dan sebagainya (Howard dan Kendler dalam Unnes 2010:1).

Motivasi berasal dari kata motif. Motif berarti suatu perangsang atau dorongan dari dalam (inner drive) yang menyebabkan seseorang membuat sesuatu. Motivasi belajar adalah usaha seseorang untuk menggerakkan perilakunya, bertindakk atau bertingkah laku dengan menggunakan segenap kemampuan fisik dan psikis untuk mencapai keinginan atau kebutuhan yang akan dituju. Keinginan atau kebutuhan yang dituju merupakan keinginan atau kebutuhan untuk berprestasi, maju dan sukses dalam belajar dari sebelumnya. Adapun indikator motivasi belajar internal adalah 1) adanya hasrat dan keinginan berhasil, 2) adanya harapan dan cita-cita masa depan, dan 3) adanya keinginan yang menarik dalam belajar.


(54)

36

Berdasarkan keseluruhan uraian tentang sikap siswa, motivasi belajar, dan hasil belajar pendidikan jasmani pada siswa Kelas XI SMA Negeri 9 Bandar Lampung sebagai berikut:

Gambar 4. Hubungan antar Variabel

Keterangan :

X1 = sikap siswa X2 = yaitu motivasi

Y = hasil belajar pendidikan jasmani

3. Hipotesis

Menurut Suharsemi Arikunto (2001:16), hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian seperti terbukti melalui data yang terkempul. Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dapat diturunkan suatu hipotesis yaitu :

: ada hubungan yang signifikan antara sikap siswa dengan hasil belajar Pendidikan Jasmani.

SIKAP SISWA (X1)

HASIL BELAJAR PENDIDIKAN JASMANI MOTIVASI (X2)


(55)

37

: tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap siswa dengan hasil belajar Pendidikan Jasmani.

: ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar Pendidikan Jasmani.

: tidak ada hubungan yang signifikan antara motivasi belajar dengan hasil belajar Pendidikan Jasmani.

ada hubungan yang signifikan antara sikap siswa dan motivasi belajar dengan hasil belajarPendidikan Jasmani.

tidak ada hubungan yang signifikan antara sikap siswa dan motivasi belajar denganhasil belajar Pendidikan Jasmani.


(56)

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metodologi penelitian adalah strategi umum yang dianut dalam pengumpulan dan analisis data yang diperlukan, guna menjawab persoalan yang dihadapi Margono (2009:9).

Metode penelitian yang digunakan adalah survai dengan menggunakan angket (kuesioner). Penelitian bertujuan untuk meneliti dan mendapatkan informasi dari suatu gejala tertentu dan berusaha memberi gambaran tentang sikap siswa dan motivasi belajar terhadap hasil belajar pendidikan jasmani pada siswa Kelas XI SMA Negeri 9 Bandar Lampung.

B. Variabel penelitian 1. Variabel Bebas

Variabel bebas adalah variabel yang nilai-nilainya tidak tergantung pada variabel lainnya yang berguna untuk meramalkan dan menerangkan nilai variabel yang simbolkan dengan (X). Adapun variabel bebas dalam penelitian ini adalah sikap siswa dan motivasi belajar.


(57)

41

2. Variabel Terikat

Variabel terikat adalah variabel yang nilai-nilainnya bergantung pada variabel lainnya dan merupakan variabel yang diterangkan nilai dan dilambangkan dengan (Y). Variabel terikatnya adalah hasil belajar pendidikan jasmani. Sesuai dengan permasalahan yang akan diteliti, maka rancangan kegiatan yang penulis gunakan dalam penelitian ini digambarkan dalam skema berikut:

Keterangan : X1: sikap siswa X2: motivasi belajar

Y : hasil belajar Pendidikan Jasmani

C. Definisi Operasional Sikap siswa (X1)

Sikap siswa dalam pergaulan merupakan suatu kecenderungan seseorang yang bersifat positif dan negatif yang diarahkan kepada orang melalui interaksi antara


(58)

42

manusia satu dengan manusia lain yang diwujudkan dalam sebuah tindakan perbuatan.

Jadi sikap siswa adalah kecenderungan anak atau siswa yang bersifat positif maupun negatif yang diarahkan kepada orang lain melalui interaksi yang diwujudkan dalam tindakan dan perbuatan anak baik dalam lingkungan sekolah, keluarga, dan lingkungan masyarakat.

Indikator Sikap terhadap siswa dan guru

Motivasi belajar (X2)

Menurut Slameto (2001), menyatakan bahwa motivasi adalah suatuproses yang menentukan tingkatan kegiatan, intensitas, konsistensi, serta arah umum dari tingkah laku manusia.

Jadi motivasi adalah kemauan dari dalam diri manusia untuk jadi yang lebih baik.

Indikator

a. Lama waktu belajar

b. Kecenderungan belajar pendidikan jasmani c. Keuletan dan ketabahan menghadapi gangguan

d. Pengorbanan siswa dalam mencapai tujuan belajar pendidikan jasmani e. Arah sikap siswa terhadap pelajaran pendidikan jasmani


(59)

43

g. Rasa senang, perhatian, usaha belajar, rasa ingin tau dalam kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani.

1. Pengukuran variable

Variable yang ada dalam penelitian ini yang akan diukur yaitu hubungan antara sikap siswa dan motivasi belajar terhadap hasil belajar pendidikan jasmani.

D. Populasi dan sampel 1. Populasi

Menurut Arikunto (2001:115), populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Maksud dari penelitian diatas adalah keseluruhan individu yang akan dijadikan objek penelitian dan paling sedikit mempunyai sifat yang sama. Adapun sifat yang sama dalam penelitian ini adalah siswa dan siswi kelas XI SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2010/2011 sebanyak 286 siswa. Jumlah siswa putra terdiri dari 172 putra dan 114 putri.

2. Sampel

Menurut Arikunto (2001:107) apabila populasi kurang dari 100 sebaiknya diambil semua, apabila lebih dari 100 maka dapat diambil sampel 10-15% atau 20-25%. Namun mengingat keterbatasan peneliti maka perlu dilakukan pengambilan sampel sebesar25%. Sampel penelitian ini diambil dengan menggunakan teknikproportional random sampling. Sampel terdiri dari dua sampel, yang pertama sampel uji coba dan yang kedua sampel untuk


(60)

44

pengambilan penelitian. Pelaksanaan pengambilan sampel, memilih subjek penelitian dilakukan dengan cara acak ataurandomdengan cara undian sesuaiproporsinya.

3. Teknik pengumpulan data

Agar diperoleh data yang baik dan akurat diperlukan suatu teknik

pengumpulan data. Pada penelitian ini teknik pengumpulan data yang akan dipakai adalah menggunakan dokumentasi dan angket (kuisioner).

Dokumentasi untuk memperoleh data prestasi belajar Pendidikan Jasmani siswa dalam ranah psikomotor. Sedangkan angket untuk mengukur ini menggunakan skalalikert.Kuisioner (angket) terlebih dahulu akan disiapkan oleh peneliti dengan membuat daftar pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan variabel yang akan diteliti. Sebelum kuisioner ini dibuat dilakukan kisi-kisi terlebih dahulu dan dilakukan pembuatan kisi-kisi terlebih dahulu dan dilakukan pula uji validitas dan reliabilitas dari instrumen tersebut.

4. Instrument Penelitian

Instrumen yang akan digunakan adalah non tes (angket) untuk mengukur motivasi Internal dan Eksternal. Masing–masing instrumen disusun berpedoman pada kisi–kisi yang diturunkan dari definisi konseptual dan operasional dengan memperhatikan indikator-indikator.


(61)

45

E. Instrument hasil belajar (Y) a. Definisi Konseptual

Devinisi konseptual hasil belajar Pendidikan Jasmani siswa adalah nilai pelajaran sekolah yang dicapai oleh siswa berdasarkan kemampuannya dalam belajar penjasorkes, sehingga akan terjadi perubahan keterampilan, pemahaman, pengetahuan, gerak, nilai dan sikap yang bersifat permanen dalam ranah psikomotor.

b. Definisi Operasional

Devinisi operasional hasil belajar Pendidikan Jasmani siswa adalah nilai yang diperoleh siswa dari Leger Raport untuk aspek psikomotornya, yang menggambarkan kemampuan individu siswa.

1. Uji validitas dan reliabilitas a. Validitas

Dalam penelitian ini untuk menentuukanvaliditas itemsoal dilakukan kontrol langsung terhadap teori- teori yang melahirkan indikator- indikator yang dipakai. Untuk uji validitas dilihat dari logical validitydengan cara judgment yaitu dengan mengkonsultasikan kepada dosen pembimbing yang ada di lingkungan program Studi Penjaskes FKIP Unila. Berdasarkan konsultasi tersebut diadakan revisi atau perbaikin sesuai dengan keperluan. Selanjutnya untuk melihat tingkat validitas tiap setiap item digunakan korelasi product moment dengan rumus sebagai berikut:


(62)

46

product moment, yaitu:

Keterangan :

Rxy = Koefisien korelasi X = Skor butir soal Y = Skor total

N = Banyak objek

(Arikunto,1995)

Kriteria tingkat validitas adalah adalah

1 .Jika rhitung> rtabel, maka item soal adalah valid 2. Jika rhitung< rtabel, maka item soal adalah Tidak valid

a. Reliabilitas

Perhitungan reliabilitas angket ini didasarkan pada pendapat Arikunto (2001:104 -105) yang menyatakan bahwa untuk menghitung reliabilitas angket dapat digunakan rumusalpha, yaitu:

keterangan:

11

r : tingkat reliabilitas

n : banyaknya item

  

2

 

2 2 2

.N Y Y

X X N Y X XY N rxy                         

2

2 11 1 1 t i n n r σ σ


(63)

47

σi2 : jumlah varians tiap-tiap item 2

t

σ : varians total dimana,

keterangan :

2 t

σ : varians total N : banyaknya data

Xi : jumlah semua data

Xi2 : jumlah kuadrat semua data Harga

11

r yang diperoleh diimplementasikan dengan indeks reliabilitas dengan kriteria sebagai berikut.

0,90–1,00 : reliabilitas tinggi 0,50–0,89 : reliabilitas sedang 0,00–0,49 : reliabilitas rendah.

2. Teknik Analisis Data dan Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini digunakan teknik analisis korelasiproduct

momentdan korelasi ganda. Adapun prosedurnya adalah sebagai berikut.

1. Uji Normalitas

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah: H0: data berdistribusi normal

H1: data tidak berdistribusi normal

2 2 2                

N X N

Xi i

t


(64)

48

Teknik análisis data untuk menguji normalitas data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan banntuan program SPSS.

Kriteria ujinya adalah

1. Jika nilai probabilitas (p) > 0,05, maka H0diterima dan H1 ditolak

2. Jika nilai probabilitas (p) < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima

Tabel 2. Hasil uji normalitas

Variabel Z-KS Probabilitas Kriteria uji Keterangan

Sikap

(X1) 0,752 0,623

P > 0,05=H0 diterima dan H1 ditolak

Normal Motivasi

(X2) 0,870 0,436

P > 0,05=H0 diterima dan H1 ditolak Normal Hasil Belajar (Y) 0,923 0,362

P > 0,05=H0 diterima dan H1 ditolak

Normal

2. Uji linieritas

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah: H0:Hubungan dua variabel adalah linier H1:Hubungan dua variabel adalah tidak linier

Teknik análisis data untuk menguji normalitas data menggunakan uji F bantuan program SPSS.

Kriteria ujinya adalah

1. Jika nilai probabilitas (p) > 0,05, maka H0diterima dan H1 ditolak


(65)

49

Tabel 3. Hasil uji linieritas

Hubungan Fhitung Probabilitas Kriteria uji Keterangan

X1 dengan

Y 0,816 0,618

P > 0,05=H0 diterima dan H1 ditolak

Linier X1 dengan

Y 0,797 0,662

P > 0,05=H0 diterima dan H1 ditolak

Linier

3. Pengujian Hipotesis

Hipotesis pertama dan kedua diuji dengan korelasi product moment dengan rumus:

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi product moment X = Variabel bebas

Y = Variabel terikat N = Jumlah Sampel

Hipotesis yang diajukan

H0:Tidak terdapat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat H1:Terdapat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat Teknik análisis dengan program SPSS.

Kriteria ujinya adalah

1. Jika nilai thitung>ttabel, maka H0ditolak dan H1diterima

  

2

 

2 2 2

.N Y Y

X X N Y X XY N rxy           


(66)

50

2. Jika nilai thitung<ttabel, maka H0diterima dan H1ditolak

Selanjutnya hipotesis ketiga diuji dengan teknik korelasi ganda dengan persamaan

Selanjutnya untuk melihat signifikansi korelasi ganda dilanjutnya dengan uji F degan persamaan

Hipotesis yang diajukan

H0:Tidak terdapat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat H1:Terdapat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat Kriteria ujinya adalah

1. Jika nilai Fhitung>Ftabel, maka H0ditolak dan H1diterima 2. Jika nilai Fhitung<Ftabel, maka H0diterima dan H1ditolak

2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 . 1 ) . ).( . ).( . ( . . . x x r x rx y rx y rx y x r y x r y x Rx     1 ) 1 ( 2 2     k n R k R Fhitung


(67)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarakan hasil analisis data untuk pengujian hipotesis dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan hasil belajar pendidikan jasmani. Sikap memberikan kontribusi sebesar 63,5% terhadap hasil belajar pendidikan jasmani.

2. Ada hubungan yang signifikan antara motivasi dalam belajar dengan hasil belajar pendidikan jasmani. Motivasi dalam belajar memberikan kontribusi sebesar 69,5% terhadap hasil belajar pendidikan jasmani.

3. Ada hubungan yang signifikan antara sikap dan motivasi dalam belajar dengan hasil belajar pendidikan jasmani. Sikap dan motivasi dalam belajar memberikan kontribusi sebesar 74,5% terhadap hasil belajar pendidikan jasmani,

B. Saran

Bertitik tolak dari kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka beberapa saran yang berkaitan dengan hasil penelitian adalah sebagai berikut.


(68)

62

1. Kepada guru : ketika pembelajaran sedang berlangsung peran guru sangat dominan dalam usaha mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan, agar sikap siswa dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Jasmani menjadi baik, selanjutnya agar siswa lebih meningkatkan motivasi dalam belajarnya dalam melakukan sesuatu, khususnya dalam pelajaran Pendidikan Jasmani.

2. Kepada kepala sekolah : agar hasil siswa meningkat, maka saran dari saya ialah perlu dilengkapi sarana dan prasarana olahraga. Sarana dan prasarana yang diperlukan antara lain lapangan dengan ukuran standar, alat-alat olahraga, serta buku-buku referensi di perpustakaan.

3. Kepada peneliti : agar penelitian ini lebih baik, hendaknya penelitian dilakukan lebih spesifik dan detail terhadap keterkaitan antara indikator dalam penelitian ini, selain itu perlu mengkaji lebih lanjut faktor-faktor yang lain yang tidak termasuk dalam penelitian.


(69)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2001.Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. PT. Rineka Cipta Jakarta

Bimo Walgito. 2002, Psikologi Sosial:Suatu Pengantar. Yogyakarta, Andi Offset.

Djaali H. 2008.Psikologi Pendidikan.PT Bumi Aksara. Jakarta

Hamalik, Oemar. (2001).Motivasi Dalam Belajar.Gramedia.. Jakarta Husin, Sudirman. 1988.Dasar-dasar Kepelatihan.Univ. Bengkulu

Lutan, Rusli. 2000.Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani. Dikdasmen. Jakarta

Riduwan. 2009.Dasar-dasar Statistika.Alfabeta. Bandung

Rochman Natawijaya.Diagnostik Kesulitan Belajar. Jakarta: BP3K, 1976.

Slameto. 1995.Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya.Bina Aksara. Jakarta

Surya, M.Pengajaran Remedial. Jakarta: Depdikbud, 1981.

Syah,Muhibin. 1995. Psikologi Pendidikan, Rosda Karya. Bandung

Tarigan, Herman. 2009.Managemen Pendidikan.FKIP UNILA.Universitas Lampung

Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Universitas Lampung. 2009.Format Penulisan Karya Ilmiah.Bandar Lampung.


(1)

48

Teknik análisis data untuk menguji normalitas data menggunakan uji Kolmogorov-Smirnov dengan banntuan program SPSS.

Kriteria ujinya adalah

1. Jika nilai probabilitas (p) > 0,05, maka H0diterima dan H1 ditolak 2. Jika nilai probabilitas (p) < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima Tabel 2. Hasil uji normalitas

Variabel Z-KS Probabilitas Kriteria uji Keterangan Sikap

(X1) 0,752 0,623

P > 0,05=H0 diterima dan H1 ditolak

Normal Motivasi

(X2) 0,870 0,436

P > 0,05=H0 diterima dan H1 ditolak

Normal Hasil

Belajar (Y)

0,923 0,362

P > 0,05=H0 diterima dan H1 ditolak

Normal

2. Uji linieritas

Rumusan hipotesis untuk uji ini adalah: H0:Hubungan dua variabel adalah linier H1:Hubungan dua variabel adalah tidak linier

Teknik análisis data untuk menguji normalitas data menggunakan uji F bantuan program SPSS.

Kriteria ujinya adalah

1. Jika nilai probabilitas (p) > 0,05, maka H0diterima dan H1 ditolak 2. Jika nilai probabilitas (p) < 0,05, maka H0 ditolak dan H1 diterima


(2)

Tabel 3. Hasil uji linieritas

Hubungan Fhitung Probabilitas Kriteria uji Keterangan X1 dengan

Y 0,816 0,618

P > 0,05=H0 diterima dan H1 ditolak

Linier X1 dengan

Y 0,797 0,662

P > 0,05=H0 diterima dan H1 ditolak

Linier

3. Pengujian Hipotesis

Hipotesis pertama dan kedua diuji dengan korelasi product moment dengan rumus:

Keterangan :

rxy = Koefisien korelasi product moment X = Variabel bebas

Y = Variabel terikat N = Jumlah Sampel

Hipotesis yang diajukan

H0:Tidak terdapat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat H1:Terdapat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat Teknik análisis dengan program SPSS.

Kriteria ujinya adalah

1. Jika nilai thitung>ttabel, maka H0ditolak dan H1diterima

  

2

 

2 2 2

.N Y Y X

X N

Y X XY N rxy

   

 

    


(3)

50

2. Jika nilai thitung<ttabel, maka H0diterima dan H1ditolak

Selanjutnya hipotesis ketiga diuji dengan teknik korelasi ganda dengan persamaan

Selanjutnya untuk melihat signifikansi korelasi ganda dilanjutnya dengan uji F degan persamaan

Hipotesis yang diajukan

H0:Tidak terdapat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat H1:Terdapat hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat Kriteria ujinya adalah

1. Jika nilai Fhitung>Ftabel, maka H0ditolak dan H1diterima 2. Jika nilai Fhitung<Ftabel, maka H0diterima dan H1ditolak

2 1 2 2 1 2 1 2 2 1 2 2 1 . 1 ) . ).( . ).( . ( . . . x x r x rx y rx y rx y x r y x r y x Rx     1 ) 1 ( 2 2     k n R k R Fhitung


(4)

A. Kesimpulan

Berdasarakan hasil analisis data untuk pengujian hipotesis dapat diambil kesimpulan sebagai berikut.

1. Ada hubungan yang signifikan antara sikap dengan hasil belajar pendidikan jasmani. Sikap memberikan kontribusi sebesar 63,5% terhadap hasil belajar pendidikan jasmani.

2. Ada hubungan yang signifikan antara motivasi dalam belajar dengan hasil belajar pendidikan jasmani. Motivasi dalam belajar memberikan kontribusi sebesar 69,5% terhadap hasil belajar pendidikan jasmani.

3. Ada hubungan yang signifikan antara sikap dan motivasi dalam belajar dengan hasil belajar pendidikan jasmani. Sikap dan motivasi dalam belajar memberikan kontribusi sebesar 74,5% terhadap hasil belajar pendidikan jasmani,

B. Saran

Bertitik tolak dari kesimpulan yang telah diuraikan di atas, maka beberapa saran yang berkaitan dengan hasil penelitian adalah sebagai berikut.


(5)

62

1. Kepada guru : ketika pembelajaran sedang berlangsung peran guru sangat dominan dalam usaha mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan, agar sikap siswa dalam mengikuti pelajaran Pendidikan Jasmani menjadi baik, selanjutnya agar siswa lebih meningkatkan motivasi dalam belajarnya dalam melakukan sesuatu, khususnya dalam pelajaran Pendidikan Jasmani.

2. Kepada kepala sekolah : agar hasil siswa meningkat, maka saran dari saya ialah perlu dilengkapi sarana dan prasarana olahraga. Sarana dan prasarana yang diperlukan antara lain lapangan dengan ukuran standar, alat-alat olahraga, serta buku-buku referensi di perpustakaan.

3. Kepada peneliti : agar penelitian ini lebih baik, hendaknya penelitian dilakukan lebih spesifik dan detail terhadap keterkaitan antara indikator dalam penelitian ini, selain itu perlu mengkaji lebih lanjut faktor-faktor yang lain yang tidak termasuk dalam penelitian.


(6)

Arikunto, Suharsimi. 2001.Prosedur penelitian suatu pendekatan praktek. PT. Rineka Cipta Jakarta

Bimo Walgito. 2002, Psikologi Sosial:Suatu Pengantar. Yogyakarta, Andi Offset. Djaali H. 2008.Psikologi Pendidikan.PT Bumi Aksara. Jakarta

Hamalik, Oemar. (2001).Motivasi Dalam Belajar.Gramedia.. Jakarta Husin, Sudirman. 1988.Dasar-dasar Kepelatihan.Univ. Bengkulu

Lutan, Rusli. 2000.Strategi Belajar Mengajar Pendidikan Jasmani. Dikdasmen. Jakarta

Riduwan. 2009.Dasar-dasar Statistika.Alfabeta. Bandung

Rochman Natawijaya.Diagnostik Kesulitan Belajar. Jakarta: BP3K, 1976. Slameto. 1995.Belajar dan Faktor yang Mempengaruhinya.Bina Aksara.

Jakarta

Surya, M.Pengajaran Remedial. Jakarta: Depdikbud, 1981.

Syah,Muhibin. 1995. Psikologi Pendidikan, Rosda Karya. Bandung

Tarigan, Herman. 2009.Managemen Pendidikan.FKIP UNILA.Universitas Lampung

Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem Pendidikan Nasional. Universitas Lampung. 2009.Format Penulisan Karya Ilmiah.Bandar Lampung. Winkel, W.S. 1996.Psikologi Pendidikan. Gramedia Jakarta.226 halaman.