PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SEJARAH KELAS X SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG

(1)

ABSTRAK

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN

SEJARAH KELAS X SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG Oleh:

SUMARTI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bahwa penggunaan media audio visual dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar Sejarah siswa kelas X SMA Negeri 9 Bandar Lampung dengan model pembelajaran Inquiry. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang terdiri dari tiga siklus, setiap siklus meliputi perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data menggunakan teknik tes dan non tes. Alat pengumpul data yang digunakan adalah lembar pengamatan dan lembar tes hasil belajar. Data dianalisis secara deskriptif dengan teknik persentase, kemudian dilakukan pemaknaan secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan adanya peningkatan pada : (1) motivasi belajar siswa, yaitu sebesar 56,25% pada siklus I, 74,19% pada siklus II, dan 90% pada siklus III, (2) hasil belajar siswa ranah kognitif meningkat dari nilai rata-rata 69,53 pada siklus I, 73,71 pada siklus II, dan 80,66 pada siklus III, ranah afektif, meningkat dari 56,25% pada siklus I, 74,19% pada siklus II, dan 90% pada siklus III, ranah psikomotor meningkat dari nilai rata-rata 70,08 pada siklus I, 75,18 pada siklus II, dan 80,59 pada siklus III. Implikasi, berdasarkan hasil temuan adalah penggunaan media audio visual dapat meningkatkan motivasi belajar, dan peningkatan motivasi belajar dapat meningkatkan hasil belajar. Kata kunci :Media Audio Visual, Motivasi Belajar, dan Hasil Belajar


(2)

ABSTRACT

USING OF AUDIO VISUAL MEDIA TO INCREASED MOTIVATION

AND STUDENT’S LEARNING OUTCOMES ON HISTORICAL SUBJECT

FOR THE TENTH GRADE IN SMA NEGERI 9 BANDAR LAMPUNG

By SUMARTI

This research was aimed to know that using of audio visual media could increase motivation and learning outcome of History subject in the tenth grade’s students of SMA Negeri 9 Bandar Lampung by using Inquiry learning model. Method which used in this research was Penelitian Tindakan Kelas (PTK). It was consist of three cycles, each cycles has planning, implementation, observation, and reflection. Data as collected using observation sheet and test learning outcome’s sheet. Data was analyzed descriptively using percentage technique, then got that meaning qualitively. Result of this research showed that there was an increasing on: (1) student’s motivation to learn, which 56,25% on 1st cycle, 74,19% on 2nd cycle, and 90% on 3rd cycle, (2) student’s learning outcomes in cognitive aspect increased from average value 69,53 on 1st,cycle,73,71 on 2nd cycle, and 80,66 on 3rd cycle, in affective aspect was 56,25% on 1st cycle,74,19% on 2nd cycle, and 90% on 3rd cycle, in psychomotor aspect increased from average value 70,08 on 1st cycle, 75,18 on 2nd cycle, and 80,59 on 3rd cycle. Implication, based on research result was audio visual media could increase learninbg motivation, and the increasing motivation of learning could increase learning outcome.


(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

MOTO

Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan,maka

apabila engkau telah selesai (dari sesuatu urusan), tetaplah

bekerja keras (untuk urusan yang lain)

( Q.S.Asy-Syarh: 6-7 )

Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang

yang diberi ilmu dengan beberapa derajat


(8)

PERSEMBAHAN

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas izin dan ridhaNyalah kupersembahkan karyaku kepada orang-orang tercinta

1. Ayahanda Siwat (Alm) dan Marsinah (alm) yang telah melahirkan, membesarkan, dan mendidikku dengan kasih sayang, dan selalu mendoakanku agar selalu bersabar dan bersyukur terhadap apa yang diperoleh.

2. Suamiku tercinta Imam Santoso, M.Pd, yang selalu memberikan motivasi, perhatian,dan pengorbanan moril dan materi hingga selesainya tesis ini

3. Anak-anakku tersayang Niken Feladita, M,Sc,Apt dan Shinta Wulandari yang senantiasa memberikan motivasi dan menjadi sumber semangat dalam hidupku

4. Saudara-saudaraku yang telah banyak membantu dan mendoakan hingga selesainya tesis ini


(9)

RIWAYAT HIDUP

Peneliti dilahirkan di Wates, Lampung tengah pada tanggal 22 April 1960, anak kedelapan dari sepuluh bersaudara dari pasangan Bapak Siwat dan Ibu . Marsinah. Peneliti

menyelesaikan pendidikan dasar di SD Karang Rejo Wates tahun 1972, Sekolah Menengah Pertama diselesaikan di SMP Persiapan Bekri selesai pada tahun 1975, dan Sekolah Menengah Atas diselesaikan di SMA Negeri 2 Bandar Lampung pada tahun 1979. Pada tahun 1979 peneliti melanjutkan kuliah di Universitas Lampung di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Jurusan IPS Program studi Sejarah dan selesai pada tahun 1984. Pada tahun 2012 peneliti melanjutkan S2 di Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

Peneliti diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil pada bulan Maret 1985 dan saat ini peneliti bertugas di SMA Negeri 9 Bandar Lampung. Menikah dengan Imam Santoso, M.Pd pada tahun 1987 dan dikarunia dua orang anak yang bernama Niken Feladita, M,Sc,Apt dan Shinta Wulandari.


(10)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat-Nya penulis diberi kesempatan dan kesehatan untuk menyelesaikan tesis yang berjudul

Penggunaan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas X SMA Negeri 9 Bandar Lampung”. Tesis ini disusun sebagai salah satu syarat tuntuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada program pascasarjana Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial FKIP Universitas Lampung.

Penulisan tesis ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, motivasi dan saran yang diberikan oleh semua pihak. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang setulusnya kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung 2. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku Direktur Pasca Sarjana Universitas

Lampung.

3. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. Selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Dr. H. Pargito, M.Pd., Ketua Program Studi Magister Pendidikan IPS Universitas Lampung, sekaligus sebagai pembimbing I yang dengan sabar dan murah hati membimbing, memberi masukan, dan saran demi selesainya penulisan tesis ini.


(11)

Studi Magister Pendidikan IPS Universitas Lampung.

6. Ibu Dr. Hj. Trisnaningsih, M.Si. selaku Pembimbing II, yang dengan sabar telah memberikan masukan, saran dan kritik selama penulisan tesis ini. 7. Bapak Dr. H. Edy Purnomo, M.Pd. selaku pembahas dalam seminar hasil dan

penguji, terima kasih atas saran dan masukannya dalam penulisan tesis ibi 8. Ibu Dr. Pujiati M.Pd. selaku Pembahas dalam seminar proposal, seminar hasil

dan penguji terima kasih atas masukan, saran dan kritik dalam penyempurnaan tesis ini.

9. Bapak/Ibu dosen Pascasarjana Pendidikan IPS Universitas Lampung yang senantiasa menambah dan membuka wawasan penulis.

10. Drs. Hendro Suyono selaku kepala SMA Negeri 9 Bandar Lampung, seluruh guru, staf TU dan siswa SMA Negeri 9 Bandar Lampung.

11. Rekan-rekan seperjuangan Magister Pendidikan IPS angkatan 2012 yang telah membantu dan memberikan dorongan kepada penulis.

12. Siswa/ siswi SMA Negeri 9 Bandar Lampung, khususnya kelas X Ilmu-Ilmu Sosial 2 Tahun pelajaran 2013-2014

13. Keluarga, sanak saudara, handai tolan, atas perhatian dan motivasinya

14. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam menyelesaikan tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa penulisan tesis ini jauh dari sempurna untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak selalu penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga karya ini bermanfaat bagi dunia


(12)

pengetahuan.

Bandar Lampung, September 2014 Penulis

Sumarti

NPM 1223031036


(13)

DAFTAR ISI

halaman

SANWACANA ... i

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... . xiii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang Masalah ... 1

1.2. Identifikasi Masalah ... 10

1.3. Rumusan Masalah ... 10

1.4. Tujuan Penelitian ... 11

1.5. Manfaat Penelitian ... 11

1.6. Ruang Lingkup Ilmu ... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

2.1.Kajian teori ... 14

2.1.1. Belajar dan Pembelajaran ... 14

2.1.1.1.Pengertian Belajar ... 14

2.1.1.2.Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar ... 15

2.1.1.3.Kedudukan Sejarah dalam IPS ... 17

2.1.1.4.Pembelajaran Sejarah ... 18

2.1.1.5.Hasil Belajar ... 24

2.1.1.6.Teori Belajar ... 29


(14)

2.1.2.1. Pengertian Motivasi ... 33

2.1.2.2.Fungsi Motivasi dalam Belajar ... 35

2.1.2.3.Macam-macam Motivasi ... 36

2.1.2.4.Ciri-ciri Motivasi ... 38

2.1.2.5Teori tentang Motivasi ... 40

2.1.3.Media Pembelajaran ... 43

2.1.3.1.Pengertian Media ... 43

2.1.3.2.Ciri-ciri Media Pembelajaran ... 45

2.1.3.3.Pentingnya Media dalam Proses Pembelajaran ... 45

2.1.3.4.Fungsi dan Manfaat Media Pembelajaran ... 48

2.1.3.5.Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran ... 50

2.1.3.6. Jenis-jenis Media Pembelajaran ... 53

2.1.3.7. Media Audio Visual ... 53

2.1.3.8. Video sebagai Media Pembelajaran……… .... 56

2.1.3.9. Langkah-langkah Penggunaan Media Audio visual ... 59

2.2. Kajian Empiris yang Mendukung Topik Penelitian ... 62

2.3. Kerangka Berpikir ... 65

2.3.1. Penggunaan Media Audio Visual dapat Meningkatkan Motivasi Belajar ... 65

2.3.2. Peningkatan Motivasi dapat meningkatkan Hasil Belajar .. 65

2.4. Hipotesis Tindakan ... 67

BAB III METODE PENELITIAN ... 68

3.1. Pendekatan Penelitian ... 68

3.2 Setting Penelitian ... 69

3.3. Rancangan Tindakan ... 71

3.4. Devinisi Operasional Variabel ... 79

3.4.1. Penggunaan Media Audio Visual ... 79

3.4.2. Motivasi Belajar ... 81

3.4.3. Hasil Belajar ... 83

3.5. Kriteria Keberhasilan Penelitian ... 88

3.5.1.Indikator Keberhasilan dengan Media Audio Visual ... 88

3.5.2.Indikator Keberhasilan Peningkatan Motivasi ... 88

3.5.3.Indikator Ketercapaian Hasil Belajar ... 89

3.6.Sumber Data ... 89

3.7.Teknik dan Alat Pengumpulan Data ... 90

3.7.1. Teknik Pengumpulan Data ... 90

3.7.2. Alat Pengumpul Data ... 91

3.8. Teknik Analisis data ... 92 v


(15)

4.1. Tinjauan Umum Lokasi Penelitian ... 93

4.1.1. Letak Geografis SMA Negeri 9 Bandar Lampung ... 93

4.1.2 Sejarah Berdirinya SMA negeri 9 Bandar lampung ... 94

4.1.3. Visi dan Misi SMA Negeri 9 Bandar Lampung ... 95

4.1.4. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan SMA Negeri Bandar Lampung ... 98

4.1.5. Keadaan Siswa SMA Negeri 9 Bandar Lampung ... 100

4.1.6. Fasilitas Pembelajaran di SMA Negeri 9 Bandar Lampung100 4.2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 101

4.2.1. Hasil Penelitian Siklus I ... 101

4.2.1.1. Perencanaan ... 101

4.2.1.2. Pelaksanaan Tindakan ... 103

4.2.1.3. Pengamatan (Observasi) ... 106

4.2.1.4. Refleksi .. ... . 126

4.2.1.5. Rekomendasi Siklus I ... 128

4.2.2. Hasil Penelitian Siklus II ... 128

4.2.2.1. Perencanaan ... 128

4.2.2.2. Pelaksanaan Tindakan ... 131

4.2.2.3. Pengamatan (Observasi) ... 133

4.2.2.4 Refleksi ... 154

4.2.2.5. Rekomendasi Siklus II ... 156

4.2.3. Hasil Penelitian Siklus III ... 157

4.2.3.1. Perencanaan ... 157

4.2.3.2. Pelaksanaan Tindakan ... 159

4.2.3.3. Pengamatan (observasi) ... 162

4.2.3.4. Refleksi ... 182

4.3. Pembahasan Hasil Penelitian ... 183

4.3.1.Penggunaan Media Audio Visual dapat meningkatkan Motivasi Belajar sejarah siswa di kelas XSMA Negeri 9 Bandar Lampung ... 183

4.3.2.Peningkatan motivasi dapat Meningkatkan Hasil belajar siswa kelas X SMA Negeri 9 Bandar Lampung ... 188

4.4. Keterbatasan Penelitian ... 194

BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 195

5.1.Simpulan ... 195

5.2. Saran ... 196

DAFTAR PUSTAKA ... 197 LAMPIRAN


(16)

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman 2.1. Hierarkhi Kebutuhan Maslow ... 42 2.2. Kerucut Pengalaman Edgar Dale ... 47 2.3. Bagan Kerangka Pikir ... 67

3.1. Siklus Penelitian Tindakan ... 73


(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1. Surat Ijin Penelitian ……….. ... 201

2. Balasan Ijin Penelitian ... 202

3. Surat Keterangan Penelitian ……… 203

4. Silabus Sejarah ... 204

5. Program Tahunan ... 210

6. Program Semester ... 211

7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 213

8. Soal Tes Hasil Belajar Siklus 1 ... 239

9. Soal Tes Hasil Belajar Siklus 2 ... 243

10.Soal Tes Hasil Belajar Siklus 3 ... 246

11.Kunci Jawaban Soal Tes Hasil Belajar Siklus 1 – 3 ... 250

12.Instrumen Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran ... 251

13.Hasil Penilaian Pelakasanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Media Audio Visual Siklus I Pertemuan ke 1 … ... 254

14.Hasil Penilaian Pelakasanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Media Audio Visual Siklus I Pertemuan ke 2 … ... 257

15.Hasil Penilaian Pelakasanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Media Audio Visual Siklus II Pertemuan ke 1 … ... 260

16.Hasil Penilaian Pelakasanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Media Audio Visual Siklus II Pertemuan ke 2 … ... 263

17.Hasil Penilaian Pelakasanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Media Audio Visual Siklus III Pertemuan ke 1 … ... 266

18.Hasil Penilaian Pelaksanaan Pembelajaran dengan Menggunakan Media Audio Visual Siklus III Pertemuan ke 2 … ... 269

19.Instrumen Pengamatan Motivasi Siswa ... 272

20.Analisis Motivasi Siswa Siklus 1 Pertemuan ke 1 ... 273 xiii


(18)

22.Analisis Motivasi Siswa Siklus 2 Pertemuan ke 1 ... 275

23.Analasis Motivasi Siswa Siklus 2 Pertemuan ke 2 ... 276

24.Analisis Motivasi Siswa Siklus 3 Pertemuan ke 1 ... 277

25.Analasis Motivasi Siswa Siklus 3 Pertemuan ke 2 ... 278

26.Hasil Belajar Ranah Kognitif Siklus ke 1 ... 279

27.Hasil Belajar Ranah Kognitif Siklus ke 2 ... 281

28.Hasil Belajar Ranah Kognitif Siklus ke 3 ... 283

29.Instrumen Pengamatan Sikap Siswa ... 285

30.Analisis Sikap Siswa Siklus 1 Pertemuan ke 1 ... 286

31.Analisis Sikap Siswa Siklus 1 Pertemuan ke 2 ... 287

32.Analisis Sikap Siswa Siklus 2 Pertemuan ke 1 ... 288

33.Analisis Sikap Siswa Siklus 2 Pertemuan ke 2 ... 289

34.Analisis Sikap Siswa Siklus 3 Pertemuan ke 1 ... 290

35.Analisis Sikap Siswa Siklus 3 Pertemuan ke 2 ... 291

36.Instrumen Pengamatan Keterampilan Siswa ... 292

37. Analisis Nilai Keterampilan Peserta Didik Siklus I Pertemuan ke 1 ... 293

38.Analisis Nilai Keterampilan Peserta Didik Siklus I Pertemuan ke 2 ... 294

39.Analisis Nilai Keterampilan Peserta Didik Siklus II Pertemuan ke 1 ... 295

40.Analisis Nilai Keterampilan Peserta Didik Siklus II Pertemuan ke 2 ... 296

41.Analisis Nilai Keterampilan Peserta Didik Siklus III Pertemuan ke 1 ... 297

42.Analisis Nilai Keterampilan Peserta Didik Siklus III Pertemuan ke 2 ... 298

43.Riwayat Hidup ... 299


(19)

DAFTAR TABEL

Tabel halaman 1.1. Hasil Ulangan Tengah Semester Ganjil Ranah Afektif Kelas

X IIS 2 SMA Negeri 9 Bandar Lampung

Tahun Pelajaran 2013-2014 ... 4

1.2. Hasil Ulangan Tengah Semester Ganjil Ranah Keterampilan Kelas X IIS 2 SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013 -2014 ... 5 1.3. Hasil Ulangan Tengah Semester Ganjil Ranah Pengetahuan

Kelas X IIS 2 SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tahun Pelajaran 2013 -2014 ... 5

2.1. Hubungan Antara Media dengan Tujuan Pembelajaran …..…….51 2.3. Kajian Empiris yang Mendukung Judul. Penelitian ... 62

3.1. Kisi-kisi Instrumen Nilai Motivasi ... 82 3.2. Kisi-kisi Instrumen Nilai Sikap ... 84 3.3. Kisi-kisi Instrumen Nilai Keterampilan ... 86 4.1. Keadaan Tenaga Pendidik dan Kependidikan di

SMA Negeri 9 Bandar Lampung ... 99 4.2. Rekapitulasi Jumlah Siswa SMA Negeri 9 Bandar

Lampung ... 100 4.3. Fasilitas Pembelajaran di SMA Negeri 9 Bandar Lampung ……101

4.4 Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran Pembelajaran

Menggunakan Media Audio Visual (Siklus 1) ... 107


(20)

Tekun Siklus I ... 109

4.6.Distribusi Frekuensi Nilai Motivasi pada Indikator Ulet Siklus I ... 110

4.7.Distribusi Frekuensi Nilai Motivasi pada Indikikator Dapat Mempertahankan pendapat siklus I ... 111

4.8.Distribusi Frekuensi Nilai Motivasi pada Indikator Lebih Senang Bekerja Mandiri siklus I ... 112

4.9. Distribusi Frekuensi Nilai Notivasi pada Indikator Cepat Bosan pada Tugas-tugas Rutin siklus I ... 113

4.10.Rekap Nilai Motivasi per Indikator Siklus ke 1 ... 114

4.11. Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 116

4.12.Distribusi Frekuensi Nilai Sikap Religius Siklus I ... 117

4.13.Distribusi Frekuensi Nilai Sikap Disiplin Siklus I ... 118

4.14.Distribusi Frekuensi Nilai Sikap Jujur Siklus I ... 119

4.15.Distribusi Frekuensi Nilai Sikap Bersahabat Siklus I ... 120

4.16.Distribusi Frekuensi Nilai Sikap Tanggung Jawab Siklus I . 121 4.17.Distribusi Frekuensi Nilai Sikap Semangat Kebangsaan Siklus I ... 122

4.18.Rekap Nilai Sikap per Indikator pada Siklus 1 ... 123

. 4.19.Pengamatan Nilai Keterampilan Indikator Materi Presentasi (Siklus I) ... 124

4.20. Pengamatan Nilai Keterampilan Indikator Cara Penyampaian (Siklus I) ... 125

4.21. Rekap Nilai Keterampilan per Indikator pada Siklus 1 ... 126


(21)

Menggunakan Media Audio Visual (Siklus 2)... 134

4.23. Distribusi Frekuensi Nilai Motivasi Siswa pada Indikator Tekun siklus 2 ... 137

4.24.Distribusi Frekuensi Nilai Motivasi Ulet Siklus 2 ... 138

4.25.Distribusi Frekuensi Nilai Motivasi Pada Indikator Dapat Mempertahankan Pendapat pada Siklus 2 ... 139

4.26.Distribusi Frekuensi Nilai Motivasi pada Indikator Lebih Senang Bekerja Mandiri pada Siklus 2 ... 140

4.27.Distribusi Frekuensi Nilai Motivasi pada Indikator Cepat Bosan pada Tugas-tugas Rutin pada siklus 2 ... 141

4.28. Rekap Nilai Motivasi per Indikator pada Siklus ke 2 ... 142

4.29. Hasil Belajar Ranah Kognitif Siklus 2 ... 144

4.30.Distribusi Frekuensi Nilai Sikap Religius pada Siklus 2 ... 145

4.31.Distribusi Frekuensi Nilai Sikap Disiplin pada Siklus 2 ... 146

4.32.Distribusi Frekuensi Nilai Sikap Jujur pada Siklus 2 ... 147

4.33.Distribusi Frekuensi Nilai Sikap Bersahabat pada Siklus 2 .. 148

4.34.Distribusi Frekuensi Nilai sikap Tanggung Jawab Siklus 2 . 149

4.35.Distribusi Frekuensi Nilai sikap Semangat Kebangsaan Siklus 2 ... 150

4.36. Rekap Nilai Sikap per Indikator pada Siklus ke 2 ... 151

4.37. Hasil Pengamatan Nilai Keterampilan siswa Indikator Materi Presentasi Siklus 2 ... 152

4.38.Pengamatan Nilai Keterampilan Indikator Cara Penyampaian Siklus 2 ... 153


(22)

4.40. Hasil Pengamatan Pelaksanaan Pembelajaran

Menggunakan Media Audio Visual Siklus 3 ... 163

4.41.Distribusi Frekuensi Nilai Motivasi Siswa pada Indikator

Tekun siklus 3 ... 165 4.42.Distribusi Frekuensi Nilai Motivasi pada Indikator Ulet

Siklus 3 ... 166 4.43.Distribusi Frekuensi Nilai Motivasi pada Indikator Dapat

Mempertahankan Pendapat Siklus 3 ... 167 4.44.Distribusi Frekuensi Nilai Motivasi pada Indikator

Lebih Senang Bekerja Mandiri Siklus 3 ... 168

4.45. Distribusi Frekuensi Nilai Motivasi pada Indikator Cepat

Bosan pada Tugas-tugas Rutin siklus 3 ... 169 4.46. Rekap Nilai Motivasi per Indikator pada Siklus 3 ... 170 4.47. Hasil Belajar Ranah Kognitif ... 172

4.48. Distribusi Frekuensi Nilai Sikap Religius pada Siklus 3 ... 173 4.49. Distribusi Frekuensi Nilai Sikap Disiplin Siklus 3 ... 174 4.50. Distribusi Frekuensi Nilai Sikap Jujur Siklus 3 ... 175 4.51. Distribusi Frekuensi Nilai Sikap Bersahabat Siklus 3 ... 176 4.52. Distribusi Frekuensi Nilai sikap Tanggung Jawab Siklus 3 . 177 4.53. Distribusi Frekuensi Nilai Sikap Semangat

Kebangsaan Siklus ke 3 ... 178 4.54. Rekap Nilai Sikap per Indikator Siklus 3 ... 179 4.55. Pengamatan Nilai Keterampilan Indikator Materi

Presentasi Siklus ke 3 ... 180


(23)

PenyampaianSiklus ke 3 ... 181 4.57. Rekap Nilai Keterampilan per Indikator pada Siklus ke 3 ... 182

4.58. Rekapitulasi Hasil Pelaksanaan Pembelajaran Sejarah

Menggunakan Media Audio Visual siklus ke 1 – ke 3 ... 185 4.59.Rekapitulasi Data Motivasi Belajar Siswa Siklus 1 – 3 ... 187 4.60.Rekapitulasi Data Hasil Belajar Ranah Kognitif Siklus 1- 3 . 190 4.61 Rekapitulasi Hasil Belajar Ranah Afektif Siklus 1- 3 ... 191 4.62. Rekapitulasi Hasil Belajar Ranah Reterampilan Siklus 1 - 3 193

xi


(24)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan dalam suatu institusi pendidikan. Pendidikan tidak hanya mencakup pengembangan intelektualitas, tetapi lebih ditekankan pada proses pembinaan kepribadian anak didik secara menyeluruh sehingga anak menjadi dewasa (Sagala, 2012: 3). Dapat dikatakan tujuan akhir pendidikan adalah menciptakan manusia seutuhnya yang memiliki ilmu pengetahuan dan memiliki nilai-nilai keimanan dan ketaqwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, sehingga mampu hidup mandiri sebagai anggota masyarakat dalam lingkungannya. Tujuan yang hendak dicapai tersebut adalah pencapaian kompetensi tertentu pada setiap diri siswa.

Agar kompetensi siswa dapat tercapai maka salah satu unsur yang perlu mendapat perhatian adalah pembelajaran. Melalui pembelajaran inilah akan muncul kegiatan belajar. Pembelajaran yang memunculkan kegiatan belajar merupakan pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa sehingga dapat meningkatkan berbagai kompetensi yang ada dalam diri siswa serta aspek-aspek lain misalnya minat, motivasi, dan hasil belajar .

Salah satu upaya penggalian dan peningkatan kompetensi pada diri siswa dapat dilakukan dengan mempelajari sejarah. Sejarah merupakan cabang ilmu pengetahuan yang menelaah tentang asal-usul dan perkembangan serta peranan


(25)

masyarakat di masa lampau berdasarkan metode dan metodologi tertentu (Sapriya,2012: 208-209). Terkait dengan hal tersebut, pendidikan sejarah yang diberikan di sekolah dasar hingga sekolah menengah atas, berisi pengetahuan masa lampau yang mengandung nilai-nilai kearifan yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan, membentuk sikap, watak dan kepribadian siswa, agar siswa dapat menjadi manusia dewasa dan mampu hidup mandiri di lingkungan masyarakatnya.

Pada tingkat pendidikan menengah atas sejarah diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri. Pendidikan sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan rasa cinta tanah air (Sapriya, 2012: 209).

Mata pelajaran sejarah bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut:

a) membangun kesadaran peserta didik tentang pentingnya waktu dan tempat yang merupakan sebuah proses dari masa lampau, masa kini dan

masa depan, b) melatih daya kritis peserta didik untuk memahami fakta sejarah secara benar dengan didasarkan pada pendekatan ilmiah dan metodologi keilmuan, c) menumbuhkan apresiasi dan penghargaan peserta didik terhadap peninggalan sejarah sebagai bukti peradaban bangsa Indonesia di masa lampau d) menumbuhkan pemahaman peserta didik terhadap proses terbentuknya bangsa Indonesia melalui sejarah yang panjang dan masih berproses hingga masa kini dan masa yang akan datang, e) menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air yang dapat diimplementasi kan dalam berbagai bidang kehidupan baik nasional maupun internasional (Sapriya, 2012 :209-210).

Berdasarkan tujuan pembelajaran sejarah tersebut, dapat dikatakan bahwa pelajaran sejarah sangat penting bagi siswa untuk memahami masa lalu, masa kini dan merencanakan masa depannya dalam kehidupan berbangsa dan


(26)

bernegara, maka hal yang perlu dipikirkan adalah bagaimana mengembangkan proses pembelajaran sejarah agar tujuan itu dapat dicapai.

Persepsi siswa mengenai pelajaran sejarah ialah suatu pelajaran yang hanya berisi hafalan, deretan fakta, tahun dan peristiwa sehingga membosankan bagi siswa, akibatnya motivasi siswa dalam pembelajaran sejarah sangat rendah yang ditandai dengan bermacam-macam kegiatan yang tidak ada ada kaitannya dengan proses belajar mengajar, seperti mengobrol dengan teman, mengantuk, main game atau mengerjakan tugas mata pelajaran lain. Menurut Uno (2013: 27), peranan motivasi dalam belajar (a) menentukan hal-hal yang dapat dijadikan penguat belajar (b) memperjelas tujuan belajar yang hendak dicapai, (c) menentukan ragam kendali terhadap rangsangan belajar, (d) menentukan ketekunan belajar.

Menguasai fakta diperlukan dalam mempelajari sejarah, sebab analisis dapat dilakukan jika siswa menguasai fakta-fakta sejarah, tetapi belajar sejarah tidak berhenti sampai pada penguasaan fakta-fakta belaka, melainkan perlu dikembangkan kebiasaan berpikir kesejarahan sampai tahap berpikir tingkat tinggi. Untuk menguasai fakta inilah dibutuhkan motivasi belajar, karena fakta sejarah adalah sesuatu yang sudah lama terjadi, untuk menumbuhkan motivasi diperlukan media dalam pembelajaran.

Berdasarkan hasil pengamatan dan pengalaman peneliti, pembelajaran sejarah di SMA Negeri 9 Bandar Lampung selama ini berlangsung cenderung menggunakan strategi konvensional dalam menyampaikan materi pelajaran. Pembelajaran berpusat pada guru (teacher centered). Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dan sekali-sekali tanya jawab tanpa menggunakan media pembelajaran, sedangkan siswanya kurang siap menerima pelajaran,


(27)

sehingga mereka hanya mencatat hal-hal yang dijelaskan guru. Model pembelajaran seperti ini membuat siswa hanya menerima dan tidak melatih kemampuan untuk belajar aktif. Hal ini terlihat dari seringnya siswa minta izin keluar pada saat pembelajaran berlangsung. Pada akhirnya penggunaan metode konvensional dimana siswa kurang aktif dalam belajar mengakibatkan rendahnya hasil belajar siswa atau berada di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh sekolah atas masukan guru mata pelajaran. Penentuan angka KKM ditetapkan pada awal tahun ajaran dengan memperhatikan

1. Intake (kemampuan rata-rata peserta didik)

2. Kompleksitas (mengidentifikasi indikator sebagai penanda tercapainya kompetensi dasar)

3. Kemampuan daya pendukung (berorientasi pada sumber belajar) (Kemdiknas.Dit Pembinaan SMA,2010)

Rendahnya hasil belajar sejarah dapat dilihat pada Tabel 1.1., 1.2, dan 1.3 . Tabel 1.1. Hasil Ulangan Tengah Semester Ganjil pelajaran Sejarah Ranah Afektif Kelas X IIS 2Tahun Pelajaran 2013-2014

Aspek yang

dinilai Kriteria/jumlah siswa

Persentase

Baik Cukup Kurang B C K

Religius 25 7 - 78,13 21,87 -

Disiplin 15 9 8 46,88 28,13 25,00

Jujur 10 15 7 31,25 46,88 21,87

Bersahabat 14 9 9 43,75 28,13 28,13

Tanggung jawab 11 10 11 34,37 31,25 34,37

Sumber : Daftar nilai guru sejarah kelas X IIS 2 SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tabel 1.1 menunjukkan bahwa hasil belajar ranah sikap, dari 32 siswa yang mencapai kriteria baik hanya 46,88%, cukup 31,25%, dan kurang 21,87%. Hal ini berarti bahwa pada ranah sikap perlu dilakukan perbaikan melalui proses pembelajaran. Hasil belajar ranah keterampilan dapat dilihat pada tabel 1.2.


(28)

Tabel 1.2. Hasil Ulangan Tengah Semester Ganjil pelajaran Sejarah Ranah Keterampilan (psikomotor) Kelas X IIS 2Tahun Pelajaran 2013-2014

Keterangan (KKM 75) Jumlah siswa Persentase

≥ 75 15 46,88

< 75 17 53,12

Jumlah 32 100

Sumber : Daftar nilai guru sejarah kelas X IIS 2 SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tabel 1.2 menunjukkan bahwa hasil belajar ranah keterampilan, siswa yang mencapai nilai KKM hanya 46,88% atau sejumlah 15 siswa, hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran guru kurang optimal dalam memanfaatkan media pembelajaran yang tersedia.

Tabel 1.3. Hasil Ulangan Tengah Semester Ganjil pelajaran Sejarah Ranah Pengetahuan (kognitif) Kelas X IIS 2 Tahun Pelajaran 2013-2014

Keterangan (KKM 75) Jumlah siswa Persentase

≥ 75 17 53,12

< 75 15 46,88

Jumlah 32 100

Sumber : Daftar nilai guru sejarah kelas X IIS 2 SMA Negeri 9 Bandar Lampung Tabel 1.3 menunjukkan bahwa hasil belajar ranah kognitf (pengetahuan), siswa yang mencapai nilai KKM hanya 53,12% atau sejumlah 17 siswa, hal ini disebabkan karena dalam pembelajaran guru kurang optimal dalam menggunakan sumber dan media pembelajaran yang yang tersedia. Media yang digunakan berupa gambar diam, bagan, buku teks,tabel dan papan tulis. Pembelajaran Sejarah di SMA Negeri 9 Bandar lampung cenderung masih berpusat pada guru (teacher centered), text book centered dan mono media.

Guru lebih banyak menggunakan metode ceramah dalam setiap penyampaian materi pelajaran sejarah, karena menurut guru tersebut metode ceramah merupakan metode yang paling mudah dilaksanakan oleh setiap guru. Hal ini menyebabkan banyak siswa di SMA Negeri 9 Bandar Lampung menganggap proses pembelajaran sejarah ini adalah sesuatu yang membosankan, monoton,


(29)

kurang menarik, terlalu banyak hafalan, kurang variatif dan berbagai keluhan lainnya. Akibatnya motivasi siswa untuk berperan serta dalam kegiatan belajar mengajar rendah.

Hal ini berarti diperlukan upaya dari guru untuk meningkatkan motivasi belajar siswa agar hasil belajarnya meningkat, berupa penggunaan metode yang bervariasi dan penggunaan media dalam pembelajaran. Dalam pembelajaran, guru dituntut untuk bisa menumbuhkan minat belajar siswa terhadap mata pelajaran yang diampunya. Keberhasilan seorang guru dapat diukur dari kemampuannya mengajar dan tingginya kualitas lulusan.

Orientasi pembelajaran sejarah di tingkat SMA bertujuan agar siswa memperoleh pemahaman ilmu dan memupuk pemikiran historis dan pemahaman sejarah. Pemahaman ilmu membawa pemerolehan fakta dan penguasaan ide-ide dan kaedah sejarah. Objek sejarah adalah peristiwa yang benar-benar terjadi pada masa lampau hingga masa kini. Bagi guru sejarah akan sangat sulit menghadirkan peristiwa-peristiwa itu jika tidak menggunakan alat bantu atau media pembelajaran. Media pembelajaran merupakan alat bantu dalam proses belajar mengajar adalah suatu kenyataan yang tidak dapat dipungkiri. Media pembelajaran sangat membantu tugas guru dalam menyampaikan pesan-pesan dari materi pelajaran yang akan disampaikan oleh guru kepada peserta didik (siswa).

Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi khususnya pada bidang informasi, berpengaruh terhadap pemahaman proses penyampaian informasi sebagai proses komunikasi. Agar pendidikan tidak tertinggal perlu adanya penyesuaian-penyesuaian terutama yang berkaitan dengan faktor-faktor


(30)

pembelajaran di sekolah. Salah satu faktor tersebut adalah media pembelajaran yang perlu dipelajari dan dikuasai oleh setiap guru, sehingga guru dapat menyampaikan materi pembelajaran kepada siswa secara berdaya guna dan berhasil.

Menurut Hamalik dalam Arsyad (2013: 19), penggunaan media pembelajaran dalam proses belajar mengajar dapat membangkitkan minat belajar, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain itu media pembelajaran juga dapat membantu siswa meningkatkan pemahaman, menyajikan data dengan menarik dan terpercaya, memudahkan penafsiran data, memadatkan informasi, dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, karena dengan media, proses pembelajaran akan lebih menarik.

Menurut Sadiman (2012: 17), salah satu kegunaan media pembelajaran adalah untuk memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalistis (dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka). Melalui media yang tepat semua peristiwa, konsep, dan fakta yang ada dapat dihadirkan ke dalam kelas. Penggunaan media pembelajaran perlu dilakukan mengingat keterbatasan kemampuan guru dalam menyampaikan informasi atau materi pelajaran dan keterbatasan siswa dalam menyerap informasi atau memahami materi pelajaran. Dengan menggunakan media pembelajaran dapat memudahkan guru dalam menyampaikan materi pelajaran dan tercapainya tujuan pembelajaran yang diinginkan. Dengan menggunakan media pembelajaran siswa juga lebih dimudahkan dalam memahami materi pelajaran tentang suatu peristiwa itu sudah lama terjadi.


(31)

Penggunaan media juga bermanfaat untuk menangkap atau peristiwa-peristiwa tertentu (Sanjaya,2012: 70). Peristiwa-peristiwa-peristiwa penting dapat diabadi kan dengan foto, film atau direkam melalui video, kemudian peristiwa dapat digunakan ketika dibutuhkan. Guru dapat menjelaskan peristiwa proses perkembangan ulat menjadi kupu-kupu atau peristiwa lainnya. Dalam pelajaran sejarah guru dapat menjelaskan bagaimana kehidupan manusia purba atau bagaimana terjadinya penjajahan bangsa-bangsa asing di Indonesia.

Demikian pentingnya penggunaan media pembelajaran, maka yang harus diperhatikan oleh guru adalah bagaimana seorang guru mampu memilih dan menggunakan serta menyesuaikan media pembelajaran dengan materi yang disampaikan dalam proses pembelajaran.

Pada proses pembelajaran, siswa difasilitasi untuk terlibat secara aktif mengembangkan potensi dirinya menjadi kompetensi. Guru menyediakan pengalaman belajar bagi siswa untuk melakukan berbagai kegiatan yang memungkinkan siswa mengembangkan potensi yang dimilikinya menjadi kompetensi yang ditetapkan dalam dokumen kurikulum. Hal ini sesuai dengan kurikulum 2013 yang menganut pandangan dasar bahwa pengetahuan tidak dapat dipindahkan begitu saja dari guru ke siswa. Siswa adalah subjek yang memiliki kemampuan untuk secara aktif mencari, mengolah, mengkonstruksi dan menggunakan pengetahuan.

Berdasarkan Permendikbud no 81 A tahun 2013 tentang implementasi kurikulum 2013 pendekatan dalam proses belajar mengajar dalam menggunakan pendekatan scientific (ilmiah) yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan untuk semua


(32)

mata pelajaran. Dalam pembelajaran sejarah, pengamatan dilakukan pada objek sejarah yang berupa situs sejarah. Oleh karena sejarah adalah sesuatu yang sudah terjadi, dalam pembelajaran bisa ditampilkan dalam bentuk media yaitu media video, gambar, model dan lain-lain. Jadi penggunaan media dalam proses pembelajaran berdasarkan kurikulum 2013 merupakan suatu keharusan. Salah satu media yang dapat digunakan adalah media audio visual. Salah satu jenis media audio visual adalah video. Video adalah salah satu media informasi yang banyak disukai oleh banyak kalangan termasuk siswa, karena video bersifat komunikatif dan memiliki daya tarik tersendiri, sebab informasi dalam format video dapat memberi kesan sebenarnya atas fakta di lapangan sehingga siswa dapat merasakan langsung pesan yang disampaikan.

Agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal, guru harus berupaya untuk menciptakan pembelajaran yang dapat memotivasi siswa artinya guru harus bekerja secara professional. Berbagai upaya yang dilakukan oleh guru dalam proses belajar mengajar akan berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa. Guru yang tinggi gairahnya dalam mengajar menjadikan siswa lebih bergairah dalam belajar. Jika motivasi siswa dalam belajar tinggi diharapkan hasil belajarnya akan tinggi.

Berdasarkan pada permasalahan diatas mendorong penulis untuk melakukan penelitian dengan judul Penggunaan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Sejarah Kelas X SMA Negeri 9 Bandar Lampung.


(33)

1.2.Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah maka identifikasi masalahnya adalah sebagai berikut.

Dari segi siswa .

1) Kurangnya motivasi belajar sejarah siswa kelas X IIS2 SMA Negeri 9 Bandar Lampung

2) Rendahnya hasil belajar sejarah siswa kelas X IIS2 SMA Negeri 9 Bandar Lampung yang ditunjukkan oleh nilai siswa yang masih banyak dibawah KKM yang ditetapkan.

Dari segi guru .

1) Rendahnya kemampuan guru dalam menggunakan metode mengajar sehingga tidak dapat menarik minat siswa

2) Rendahnya kemampuan guru dalam menggunakan media pembelajaran sehingga tidak dapat menumbuhkan motivasi siswa.

1.3. Rumusan Masalah

Bertitik tolak dari permasalahan di atas, maka rumusan masalahnya adalah sebagai berikut .

1. Apakah penggunaan media audio visual dapat meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa di kelas X SMA Negeri 9 Bandar Lampung?

2. Apakah meningkatnya motivasi belajar dapat meningkatkan hasil belajar sejarah siswa di kelas X SMA Negeri 9 Bandar Lampung?


(34)

1.4. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut, maka tujuan penelitian tindakan kelas ini adalah:

1. untuk mengetahui bahwa penggunaan media audio visual dapat meningkatkan motivasi belajar sejarah siswa kelas X SMA Negeri 9 Bandar lampung.

2. untuk mengetahui bahwa meningkatnya motivasi belajar dapat meningkatkan hasil belajar sejarah kelas X SMA Negeri 9 Bandar Lampung.

1.5. Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa

Siswa dapat lebih termotivasi dalam belajar, karena mediaaudio visual dapat memberi kesan sebenarnya atas fakta di lapangan, dan dapat meningkatkan minat siswa dalam belajar. Meningkatnya minat akan meningkatkan aktifitas siswa dalam belajar. Meningkatnya aktifitas siswa dalam belajar dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Bagi guru

Memperoleh pengalaman dalam penggunaan media audio visual yang dapat meningkatkan motivasi siswa pada pembelajaran sejarah dan dapat memperbaiki proses pembelajaran sejarah dengan menggunakan media pembelajaran audio visual agar dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa .

3. Bagi Sekolah

Dapat digunakan sebagai masukan guna kepentingan manajemen sekolah. Pihak sekolah akan melihat efektifitas pembelajaran dengan menggunakan


(35)

media audio visual (video), sehingga menjadi suatu pemikiran untuk meneruskan dan mengembangkannya pada mata pelajaran lain

1.6. Ruang Lingkup Ilmu

Ruang lingkup ilmu/kajian keilmuan penggunaan media audio visual untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar sejarah. Menurut Woolever, dalam Pargito (2010 : 33-34) sebagai berikut .

Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial terdapat 5 (lima) tradisi, tidak saling menguntungkan secara ekslusif, melainkan saling melengkapi. Menurut National Council for Social Studies mengemukakan bahwa karakteristik IPS adalah (1) involves a search for pattern in our liver; (2) involves both the content and processes of learning; (3) requires information processing; (4) social studies as sciences; (5) involves the development and analysis of one’s own value and application requires problem solving and decision making of these values in social action.

Kelima tradisi itu adalah sebagai berikut : 1. Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai Transmisi Kewarganegaraan 2. Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai Pengembangan Pribadi 3. Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai Refleksi Inquiri

4. Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai Pendidikan Ilmu-Ilmu Sosial

5. Ilmu Pengetahuan Sosial sebagai Pengambilan Keputusan yang rasional dan Aksi Sosial.

Kajian ilmu yang berkaitan dengan penelitian ini yaitu sejarah dalam lingkup Pendidikan IPS sebagai transmisi kewarganegaraan (social studies as a citizenship transmission ). Karena di dalam program citizenship transmission ada suatu upaya untuk mengajarkan tentang nilai-nilai luhur yang memiliki tujuan untuk membentuk sikap pribadi yang baik yang diharapkan dapat dimiliki oleh peserta didik. Salah satu tujuan pendidikan sejarah adalah menumbuhkan kesadaran dalam diri peserta didik sebagai bagian dari bangsa Indonesia yang memiliki rasa bangga dan cinta tanah air, melahirkan empati dan perilaku toleran yang dapat diimplementasikan dalam berbagai bidang kehidupan, masyarakat dan bangsa.. Hal ini terlihat dari adanya pengembangan penilaian sikap sebagai bagian


(36)

yang tidak terpisahkan dari penilaian hasil belajar. Sejarah merupakan bagian dari pendidikan IPS sebagai pengembangan pribadi seseorang (social studies as a personal of the individual), dapat membekali kemampuan seseorang dalam pengembangan diri melalui berbagai keterampilan sosial dalam kehidupannya. Mata pelajaran sejarah harus membekali siswa tentang pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai, sehingga dapat membentuk jati diri siswa yang mampu hidup di tengah masyarakat dengan damai, dapat menjadi contoh tauladan serta dapat memberi kelebihannya pada orang lain.

Selanjutnya sebagai ruang lingkup dalam penelitian ini mencakup subjek, objek, tempat, waktu dan kajian ilmu yang sesuai dengan penelitian.

1. Subjek penelitian. Subjek penelitian ini yaitu peserta didik dan guru Sejarah. 2. Obyek penelitian. Objek penelitiannya adalah proses pembelajaran sejarah

dengan menggunakan media audio visual, motivasi belajar siswa, dan hasil belajar siswa yang mencakup ranah sikap, keterampilan dan pengetahuan. 3. Waktu penelitian. Waktu penelitian ini yaitu pada semester genap tahun


(37)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Teori

2.1.1. Belajar dan Pembelajaran 2.1.1.1. Pengertian Belajar

Menurut Winkel (2012: 59), belajar merupakan aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan sejumlah perubahan dalam pengetahuan-pemahaman, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat relative konstan dan berbekas. Perolehan perubahan dapat berupa suatu hasil yang baru atau penyempurnaan terhadap hasil yang telah diperoleh.

Belajar dapat dipahami sebagai tahapan perubahan seluruh tingkah laku individu yang relative menetap sebagai hasil pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang melibatkan proses kognitif (Syah, 2008: 92). Belajar juga merupakan suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto, 2010: 2). Belajar juga dapat diartikan sebagai perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan meniru dan lain sebagainya. Belajar akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau melakukannya (Sardiman, 2011: 20). Menurut Hamalik ( 2013: 27), belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan


(38)

suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, tetapi lebih luas dari itu, yaitu mengalami. Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan kelakuan.

Menurut Sobur (2003: 218), belajar juga dapat diartikan sebagai perubahan perilaku yang relativ tetap sebagai hasil adanya pengalaman. Dapat diartikan bahwa belajar memang selalu berkaitan dengan perubahan tingkah laku baik yang mengarah ke lebih baik maupun sebaliknya, yang diperoleh melalui latihan atau pengalaman. Perubahan tidak hanya berkaitan dengan ilmu pengetahuan, tetapi mencakup perubahan kecakapan, keterampilan, sikap, pengertian, watak, harga diri, minat,dan penyesuaian diri.

Menurut Slameto (2010: 3 - 5), ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar adalah (1) perubahan terjadi secara sadar yang berarti seseorang menyadari terjadinya perubahan dalam dirinya (2) perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional berarti perubahan terjadi dalam diri seseorang berlangsung yang secara berkesinambungan (3) perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif yang berarti bahwa perubahan yang dialami oleh seseorang yang belajar menuju kearah lebih baik dari sebelumnya, (4) perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara atau temporer, perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen, (5) perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah, (6) perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku, yaitu aspek sikap, keterampilan, pengetahuan dan sebagainya.

2.1.1.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Secara garis besar, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar anak dapat dibagi menjadi tiga macam yaitu (1) faktor internal, yaitu keadaan/kondisi siswa


(39)

(2) faktor eksternal, yaitu kondisi lingkungan di sekitar siswa (3) faktor pendekatan belajar (Syah,2008: 132-139).

1. Faktor Internal Siswa

Faktor yang berasal dari dalam diri siswa meliputi dua aspek yaitu aspek fisiologis (yang bersifat jasmaniah) dan aspek psikologis (yang bersifat rohaniah). 1) Aspek fisiologis terdiri atas kesehatan secara umum karena anak yang kurang

sehat atau kurang gizi, daya tangkap dan kemampuan belajarnya lebih rendah dibandingkan anak yang sehat.

2) Aspek Psikologis yang meliputi :

(a) tingkat kecerdasan siswa berbeda-beda satu dengan lainnya. Tingkat kecerdasan sangat menentukan keberhasilan belajar siswa.

(b) sikap siswa, sikap adalah gejala yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang dan sebagainya. Sikap siswa yang positif terutama kepada guru dan mata pelajarannya, merupakan pertanda awal yang baik dalam proses pembelajaran.

(c) Bakat siswa, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang.

(d) Minat berarti kecenderungan dan keinginan yang besar terhadap sesuatu. (e) Motivasi siswa. Dalam perspektif kognitif, motivasi yang lebih berperan adalah motivasi yang datang dari dalam diri siswa (intrinsik), sedangkan motivasi ekstrinsik lebih mendorong seorang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Dalam proses belajar haruslah diperhatikan apa yang dapat mendorong siswa agar dapat belajar dengan baik atau padanya


(40)

mempunyai motif untuk berpikir dan memusatkan perhatian, merencanakan dan melaksanakan kegiatan yang berhubungan dengan belajar .

2. Faktor Eksternal Siswa.

Menurut Slameto (2010: 60 -71), faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu:

a) faktor keluarga, yang dimaksud dengan faktor keluarga diantaranya adalah cara orang tua mendidik anak, hubungan antar anggota, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, dan latar belakang kebudayaan. b) faktor sekolah, faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup

metode mengajar, kuikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah.

c) faktor masyarakat, pengaruh masyarakat terjadi karena keberadaan siswa dalam masyarakat yaitu bagaimana kegiatan siswa dalam masyarakat.

3. Faktor Pendekatan Belajar.

Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai sebagai cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang efektifitas dan efisiensi proses pembelajaran materi tertentu (Syah, 2008 :139).

2.1.1.3. Kedudukan Sejarah dalam IPS

Pembelajaran IPS di tingkat SMA disajikan secara terpisah, namun tetap memperhatikan keterhubungannya antar mata pelajaran sosialnya atau bisa dilakukan dengan peer teaching atau sharing partner dengan saling mengkaitkan antar guru dalam pembelajaran bidang studi dalam rumpun atau jurusan IPS


(41)

(Pargito, 2010: 35). Proses pengembangan nilai-nilai yang menjadi landasan dari karakter merupakan suatu proses yang berkelanjutan, dilakukan melalui berbagai mata pelajaran yang terdapat dalam kurikulum (kewarganegaraan, sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi, antropologi, bahasa Indonesia, IPS, IPA, matematika, agama, pendidikan jasmani dan olahraga, seni, serta keterampilan). Pembelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air. Materi pelajaran mencakup konsep-konsep dasar, pendekatan, metode, dan generalisasi. Mata pelajaran Sejarah diberikan pada tingkat pendidikan dasar dan sekolah menengah pertama sebagai bagian integral dari IPS, sedangkan pada tingkat pendidikan menengah atas diberikan sebagai mata pelajaran tersendiri.

2.1.1.4. Pembelajaran Sejarah

Pembelajaran menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 297), adalah kegiatan guru secara terpogram dalam desian instruksional, untuk membuat siswa belajar secara aktif, yang menekankan pada penyediaan sumber belajar. Menurut Sagala (2012: 61), pembelajaran adalah setiap kegiatan yang dirancang untuk membantu seseorang mempelajari suatu kemampuan dan atau nilai yang baru. Sedangkan menurut UUSPN No 20 tahun 2003 dalam Sagala (2012: 62), pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka pembelajaran adalah proses yang disengaja yang menyebabkan siswa belajar pada suatu lingkungan belajar untuk melakukan kegiatan pada situasi tertentu, dengan melibatkan atau


(42)

mengkombinasikan unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan yang dimiliki oleh guru untuk mencapai tujuan pembelajaran. Sehingga guru dan murid saling berinteraksi.

Sejarah adalah studi tentang kehidupan manusia di masa lampau, yang meliputi aspek politik, hukum, militer, sosial, keagamaan, kreativitas, keilmuan, dan intelektual (Sapriya, 2009: 26). Menurut Ali (2005: 12), sejarah adalah (1) jumlah perubahan-perubahan, kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa dalam kenyataan sekitar kita, (2) cerita tentang perubahan-perubahan itu dan sebagainya dan (3) ilmu yang bertugas menyelidiki perubahan dan sebagainya tersebut. Menurut Depdiknas dalam (Supardan,2009: 288), sejarah sebagai suatu mata pelajaran yang menanamkan pengetahuan dan nilai-nilai mengenai proses perubahan dan perkembangan masyarakat Indonesia dan dunia dari masa lampau hingga masa kini.

. Berdasarkan pendapat dari para ahli tersebut dapat disimpulkan sejarah merupakan kajian mengenai berbagai peristiwa yang terkait dengan asal usul dan perkembangan serta peranan masyarakat pada masa lampau untuk menjadi pelajaran dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Menurut Ismaun dalam Supardan (2009: 209), peranan dan kedudukan sejarah adalah (1) sejarah sebagai peristiwa (2) Sejarah sebagai ilmu (3) sejarah sebagai cerita. Sejarah sebagai cerita adalah sesuatu yang terjadi pada masyarakat manusia di masa lampau. Sejarah sebagai peristiwa memiliki makna yang sangat luas dan beraneka ragam sesuai dengan luasnya kompleksitas kehidupan manusia. Sejarah sebagai ilmu menurut Bury dalam Supardan (2009: 290), menyatakan History is science; no less, and no more, sejarah adalah imu tidak kurang dan


(43)

tidak lebih, sedangkan menurut Carr dalam Supardan (2009: 290) history is a continous procces of interaction between the historian and his facts, and unending dialogue between the present and the past (sejarah adalah proses berkesinambungan interaksi antara fakta dan ahli sejarah, dan dialog tanpa akhir antara masa kini dan masa lalu). Sejarah sebagai cerita menurut Ismaun dalam Supardan (9009: 293), sejarah merupakan hasil rekonstruksi sejarawan terhadap sejarah sebagai peristiwa berdasarkan fakta-fakta sejarah yang dimilikinya. Didalamnya terdapat penafsiran sejarawan terhadap makna suatu peristiwa.

Sebagai mata pelajaran yang berdiri sendiri, mata pelajaran sejarah memiliki arti strategis dalam pembentukan watak dan peradaban bangsa yang bermartabat serta dalam pembentukan manusia Indonesia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air (Permendiknas no 22 tahun 2006 tentang Standar isi).

Mata pelajaran sejarah dikembangkan atas dasar (a) semua wilayah/daerah memilki kontribusi terhadap perjalanan sejarah Indonesia hampir pada seluruh periode sejarah, (b) memandang masa lampau sebagai sumber inspirasi, motivasi, dan kekuatan untuk membangun semangat kebangsaan dan persatuan, (c) setiap periode sejarah, Indonesia memiliki peristiwa dan atau tokoh di tingkat nasional dan atau daerah serta keduanya memilki kedudukan yang sama penting dalam perjalanan sejarah, (d) memilki tugas untuk memperkenalkan peristiwa sejarah yang penting dan terjadi diseluruh wilayah NKRI dan seluruh periode sejarah kepada generasi muda, (e) pengembangan cara berpikir sejarah (historical thinking), konsep waktu, ruang, perubahan, dan keberlanjutan menjadi keterampilan dasar dalam mempelajari sejarah (Kemdikbud, 2013: 65).

Tujuan dan kegunaan mempelajari sejarah menurut Polybius (198-117SM) mengatakan bahwa sejarah adalah philosophy teaching by example (pembelajaran filosofi melalui contoh). Menurutnya manusia memilki dua cara untuk menjadi baik, yaitu berasal dari pengalamannya sendiri dan berasal pengalaman orang lain (Supardan,2009: 308). Cicero (106-43SM) dalam Supardan (2009: 309), mengemukakan bahwa sejarah berfungsi didaktik (didactic history), menurutnya


(44)

sejarah adalah guru kehidupan (historia vitae magistra). Secara terperinci Notosusanto (1979) dalam Supardan (2009: 309), ,mengemukakan empat jenis kegunaan sejarah yaitu fungsi edukatif, fungsi inspiratif, fungsi instruktif, dan fungsi rekreasi.

1. Fungsi Edukatif, yaitu bahwa sejarah membawa dan mengajarkan kebijaksanaan atauapun kearifan-kearifan. Sejarah memberi pelajaran kepada kita bagaimana cara mencapai keberhasilan, bagaimana menghadapi kesulitan, dan bagaimana usaha untuk bangun dari kagagalan atau keterpurukan. Oleh karena itu penting pula ungkapan-ungkapan seperti belajarlah dari sejarah atau sejarah mengajarkan kepada kita.

2. Fungsi Inspiratif, yaitu dengan mempelajari sejarah dapat memberikan inspirasi. Sejarah berupaya merekam aktivitas manusia pada masa lalu, pengetahuan dan cita-cita masa lampau dapat menjadi sumber inspirasi dalam rangka menumbuhkan cita-cita masa depan.

3. Fungsi Instruktif, sejarah merupakan alat bantu pembelajaran yang menyampaikan pesan-pesan atau warusan nenek moyang. Dengan belajar sejarah dapat berperan dalam proses pembelajaran salah satu kejuruan tertentu.

4. Fungsi Rekreasi, artinya baahwa dengan belajar sejarah dapat memberikan rasa kesenangan maupun keindahan. Seorang pembeljara sejarah dapat terpesona oleh kisah sejarah yang mengagumkan atau menarik perhatian pembaca, baik itu roman maupun cerita-cerita peristiwa lainnya. Selain itu sejarah dapat memberikan kesenangan lainnya, seperti pesona perlawatan yang dipaparkan kepada kita melalui evidensi dan imaji. Sebab dengan mempelajari berbagai


(45)

peristiwa di berbagai tempat, kita seperti berwisata ke berbagai tempat di dunia.

Menurut Dasuki dalam Supardan (2009: 310), pengetahuan yang diajarkan di sekolah terdiri atas sejarah yang serba tafsir (interpreted history atau history as interpretation) dalam wujud cerita sejarah. Cerita sejarah menghubungkan kita dengan generasi-generasi masa lampau. Melalui cerita sejarah kita mengadakan renungan dan penghayatan kembali peristiwa-peristiwa masa lampau, memikirkan dan menghayati kembali tingkah laku manusia jaman lampau (rethinking and reliving of past events). Kegiatan manusia secara keseluruhan dan kebudayaannya merupakan subjek dalam sejarah. Subjek sejarah dapat menyediakan jangkauan yang sangat luas untuk mendidik generasi muda.

Menurut Supardan (2009: 310), dalam sejarah dihimpun dan diawetkan berbagai memori kolektif umat manusia. Sejarah berfungsi sangat penting dalam pembinaan identitas kolektif bangsa dan dapat dijadikan wahana pertama untuk mensosialisasikan ke genersai muda. Dengan demikian sejarah dapat dijadikan cermin untuk mengetahui diri sendiri. Hal ini sesuai dengan pendapat Namier dalam Supardan (2009: 311), bahwa puncak pencapaian studi sejarah adalah kesadaran sejarah, yaitu suatu pemahaman intuitif mengenai bagaimana sejumlah hal tidak terjadi.

Menurut Soedjatmoko dalam Supardan (2009: 311), kesadaran sejarah adalah suatu refleksi kontinu tentang kompleksitas perubahan-perubahan (kontinuitas dan kemungkinan diskontinuitas) yang ditimbulkan oleh interaksi dialektis mesyarakat yang ingin melepaskan didi dari genggaman realitas yang ada. Dengan kesadaran sejarah manusia berusaha menghargai kerumitan upaya pengungkapan terhadap kejadian-kejadian yang melingkupinya, menghargai keunikan masing-masing keadaan, bahkan kecenderungan yang terjadi. Kesadaran sjarah membantu manusia untuk waspada terhadap pemikiran yang terlalu sederhana, analogi yang terlalu dangkal, serta penerimaan-penerimaan pola


(46)

hukum yang terlalu mudah mengarahkan jalannya sejarah ataupun berada dalam cengekeraman determinisme sejarah. Sedangkan menurut Kartodirdjo dalam Supardan ( 2009: 311) kesadaran sejarah merupakan kesadaran diri yang secara imanen ada pada refleksi diri akan memperkuat posisi untuk (1) menempatkan posisi diri kita daam konteks sosiokultural (2) melepaskan diri dari perhatian kognitif serta kehidupan praktis yang menuntut terselenggaranya fungsi-fungsi normatif etis dalam menghayati sejarah (3) membantu mencari jawaban dari permasalahan dari permasalahan metahistoris melalui penggambaran masa depan. Sejalan dengan pendapat tersebut adalah pendapat Barzun yang menyatakan bahwa sejarah menggembleng jiwa manusia menjadi kuat dan tahan dalam menghadapi terror dan kekacauan kehidupan kita.

Menurut Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pengembangan Universitas Pendidikan Indonesia, (2011:199-204), model-model pembelajaran yang cocok dikembangkan dalam pelajaran sejarah adalah,

1. Model Interaksi Sosial (Social Interaction Model)

Model ini menitik beratkan pada hubungan antar individu dengan masyarakat atau dengan individu lainnya. Model ini berorientasi pada prioritas terhadap perbaikan kemampuan (ability) individu untukberhubungan dengan orang lain,perbaikan proses-proses demokratis dan perbaikan masyarakat.

2. Model Proses Informasi (Information Processing Information)

Model ini berorientasi pada kemampuan siswa memproses informasi dan sistem-sistem yang dapat memperbaiki kemampuan tersebut. Pemrosesan informasi mengarah kepada cara-cara mengumpulkan/menerima stimuli dari lingkungan, mengorganisasi data, memecahkan masalah, ,menemukan konsep-konsep, dan pemecahan masalah serta menggunnakan simbol-simbol verbal maupun non verbal.

3. Model Personal (Personal models)

Model ini berorientasi pada individu dan pengembangan diri. Titik beratnya pada pembentukan pribadi individu dan mengorganisasikan realita yang rumit.


(47)

4. Model modifikasi Tingkah laku (behavior modification Models)

Model ini bermaksud mengembangkan sistem-sistem yang efisien serta mengarah pada tugas-tugas belajar dan membentuk tingkah laku dengan cara manipulasi penguatan (reinforcement).

5. Model Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)

Pembelajaran tidak hanya memfokuskan pada pemberian pembekalan kemampuan pengetahuan yang bersifat teoritis, tetapi bagaimana agar pengalaman belajar yang dimiliki siswa senantiasa terkait dengan permasalahan-permasalahan aktual yang terjadi di lingkungannya..

2.1.1.5. Hasil Belajar

Hasil belajar berkaitan dengan pencapaian dalam memperoleh kemampuan sesuai dengan tujuan khusus yang direncanakan.

Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi

hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindakan guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran.Dan pada bagian lainnya merupakan peningkatan kemampuan mental siswa. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran, dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasilyang dapat diukur, seperti yang tertuang dalam angka rapor, dan dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain (Dimyati, 2013: 3).

Menurut Haryati (2007: 22), pada umumnya hasil belajar dapat dikelompokkan menjadi tiga ranah yaitu ranah kogntif, afektif dan psikomotor. Secara eksplisit ketiga ranah ini tidak dapat dipisahkan. Setiap mata ajar mengandung ketiga ranah tersebut, namun penekanannya selalu berbeda, mata ajar praktek lebih menekankan pada ranah kognitif dan psikomotor, namun kedua ranah tersebut mengandung ranah afektif.


(48)

Bloom dalam Dimyati dan Mudjiono (2013: 26), membagi ketiga ranah tersebut sebagai berikut.

1. Ranah Kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan/ingatan, pemahaman, aplikasi/penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. Keenam jenis perilaku ini bersifat hierarkis, artinya perilaku pengetahuan merupakan yang terendah, dan evaluasi merupakan yang tertinggi. Perilaku terendah merupakan perilaku yang harus dimiliki sebelum mempelajari perilaku yang lebih tinggi.

2. Ranah afektif berkenaan dengan sikap, terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, partisipasi, penilaian dan penentuan sikap, organisasi, dan pembentukan pola hidup.

3. Ranah Psikomotor berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak, terdiri dari tujuh perilaku yaitu persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan, dan kreativitas.

Menurut Sardiman (2011: 26- 28), untuk mendapatkan hasil belajar ranah kognitif cara yang digunakan adalah model kuliah dan pemberian tugas-tugas bacaan. Dengan cara demikian, pesereta didik akan diberikan pengetahuan sehingga menambah pengetahuannya sekaligus siswa akan mencarinya sendiri untuk menambah pengetahuannya.

Berdasarkan Permendikbud no 59 tahun 2014 pengetahuan adalah hasil dari proses mengingat, deduksi dan induksi. Pengetahuan digunakan juga untuk mengembangkan kemampuan pada tingkat memahami, mengaplikasi, menganalisis, mengevaluasi, dan menghasilkan suatu yang baru. Pengetahuan


(49)

terdiri atas pengetahuan faktual, pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedur, dan pengetahuan metakognitif. Penilaian pengetahuan dapat dilakukan melalui tes tertulis, tes lisan, dan penugasan.

Menurut Syah (2008: 135) sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Untuk mengantisipasi munculnya sikap negatif siswa, guru harus menunjukkan sikap positif terhadap dirinya sendiri dan terhadap mata pelajarannya.

Menurut Robbins (2007: 93), sikap memiliki tiga komponen yaitu kognitif, afektif, dan perilaku. Komponen kognitif berisi tentang informasi yang dimiliki seseorang tentang objek sikap. Informasi ini bersifat deskriptif dan tidak termasuk suka atau tidak suka terhadap objek sikap. Komponen afektif berisi perasaan-perasaan seseorang terhadap objeknya, suka atau tidak suka terhadap objek sikap. Komponen perilaku berisikan cara yang direncanakan seseorang untuk bertindak terhadap objek sikap.

Menurut Sardiman (2011: 28) dalam menumbuhkan sikap mental dan perilaku siswa, tidak akan terlepas dari penanaman nilai-nilai, transfer of value. Dalam hal ini guru tidak hanya sebagai pengajar tetapi betul-betul sebagai pendidik yang akan memindahkan nilai-nilai itu kepada anak didiknya. Untuk mendapatkan keterampilan diperlukan banyak latihan karena keterampilan bukan soal pengulangan tetapi mencari jawab yang cepat dan tepat.

Berdasarkan Permendikbud no 59 Tahun 2014, sesuai dengan karakteristik sikap, maka alternatif yang dipilih adalah proses afeksi mulai dari menerima,


(50)

menjalankan, menghargai, menghayati hingga mengamalkan. Penilaian sikap berbentuk kebiasaan yang didasarkan pada nilai yang dimiliki peserta didik. Kebiasaan tersebut terlihat dalam perilaku, cara berpikir, cara bersikap, dan cara bertindak. Penilaian sikap dapat dilakukan dengan berbagai cara yaitu (a) observasi, (b) penilaian diri, (c) penilaiaan antarteman, (c) jurnal /catatan guru. Menurut Sardiman (2011: 27), penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan keterampilan. Keterampilan bersifat jasmani dan rohani. Keterampilan jasmaniah adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehungga kan menitik beratkan pada keterampilan gerak dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan keterampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat, tetapi lebih abstrak yaitu menyangkut penghayatan, keterampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep. Ketrampilan dapat dididik yaitu dengan banyak melatih kemampuan. Menurut (Harrow)) dalam Arikunto (2011: 123) ranah ini terdiri dari enam aspek yaitu (1) gerakan reflex, (2) dasar-dasar gerakan yaitu gerakan yang menuntun kepada keterampilan yang sifatnya kompleks, (3) perceptual abilities yaitu kombinasi dari kemampuan kognitif dan gerakan, (4) Physical abilities yaitu kemampuan yang diperlukan untuk mengembangkan keterampilan tingkat tinggi, (5) skilled movements yaitu gerakan-gerakan yang memerlukan belajar, misalnya keterampilan dalam menari, (6) Nondiscoursive communication yaitu kemampuan untuk berkomunikasi dengan menggunakan gerakan.

Menurut Simpson dalam Permendikbud no 59 th 2014 jenjang kemampuan keterampilan meliputi (1) mengamati, (2) meniru, (3) mengembangkan ketepatan


(51)

gerak, (4) naturalisasi, (5) originalitas/menciptakan. Penilaian keterampilan ditandai oleh gerakan fisik ketika berkenaan dengan suatu tindakan atau pekerjaan tertentu. Dari tindakan tersebut akan diketahui apakah sesorang telah/belum memiliki hasil belajar yang memenuhi krteria atau standar yang ditentukan. Berdasarkan permendikbud no 59 tahun 2014 penilaian keterampilan dapat dilakukan melalui (a) praktik, (b) penilaian proyek, (c) penilaian portofolio. Untuk dapat memperoleh hasil belajar siswa maka diperlukan evaluasi yang di dalamnya mencakup pengukuran, tes, penilaian dan pengambilan keputusan. Gagné dan Briggs (1974: 283), mengatakan:...evaluation in education is to assess the worth of a variety of states or events, from small to large, from the specific to the very general ) evaluasi dalam pendidikan adalah menilai harga dari suatu keberagaman keadaan atau kegiatan, dari yang kecil sampai yang besar, dari khusus sampai ke sangat umum). Menurut Davies dalam Dimyati (2013: 190), evaluasi merupakan proses memberikan nilai kepada sejumlah tujuan, kegiatan, keputusan, unjuk kerja, proses, orang, objek dan lain-lain.

Untuk dapat melakukan evaluasi, perlu dilakukan pengukuran terlebih dahulu. Mengukur adalah membandingkan sesuatu dengan satu ukuran. Pengukuran bersifat kuantitatif (Arikunto,2011: 3). Artinya pengukuran adalah kegiatan memberi angka terhadap sesuatu yang menjadi objek ukur. Hasil belajar siswa diukur dengan menggunakan suatu alat ukur yang dapat berupa tes dan non tes. Dengan demikian hasil belajar siswa pun diukur dengan menggunakan tes, seperti yang dikemukakan oleh Djaali dan Muljono (2008: 4) seperti berikut: ”Prestasi atau hasil belajar diukur dengan menggunakan tes.”


(52)

Salah satu jenis tes adalah tes hasil belajar siswa, yaitu suatu tes yang berguna untuk membantu siswa untuk melihat kemajuan dirinya dan memudahkan guru dalam mengambil keputusan tentang rencana pembelajaran dan membantu sekolah menilai berbagai aspek kurikulum, yang menggambarkan kemajuan belajar siswa (Hamalik, 1989: 14). Tes juga merupakan alat ukur yang sering digunakan untuk mengukur keberhasilan siswa mencapai kompetensi (Sanjaya, 2012: 235). Dari uraian di atas maka hasil belajar siswa adalah hasil belajar atau keadaan siswa setelah mengikuti proses pembelajaran tertentu dalam jangka waktu tertentu yang berupa perubahan prilaku baik kognitif, afektif maupun psikomotor.

2.1.1.6. Teori Belajar .

Beberapa teori pembelajaran yang mendukung penelitian tindakan kelas pembelajaran sejarah ialah:

1. Teori Behaviorisme

Behaviorisme adalah pandangan bahwa perilaku harus dijelaskan oleh pengalaman-pengalaman yang dapat diamati, tidak dengan proses mental, proses mental menurut para psikolog sebagai pemikiran, perasaan, dan motif, hal tersebut bukan merupakan sesuatu yang nyata sehingga tidak dapat diamati (Santrock, 2009: 301). Behaviorisme memandang bahwa ketika dilahirkan, manusia tidak memiliki bakat apa-apa. Manusia akan berkembang berdasarkan stimulus yang diterima dari lingkungan sekitarnya (Sobur, 2003: 123). Hal ini sesuai dengan pendapat Thorndike dalam Hergenhahn (2010: 77), bahwa perilaku pembelajar (siswa) terutama ditentukan oleh penguat eksternal dan bukan motivasi intrinsik.


(53)

Menurut Skinner dalam Gredler (2011: 164), menyatakan ada tiga kontribusi utama untuk praktik pendidikan pertama, pencarian kondisi dan perilaku yang merepresentasikan keadaan seperti “tidak termotivasi” (unmotivated) adalah langkah penting dalam indentifikasi jalannya tindakan yang tepat. Kedua, observasi kelas kontemporer menunjukkan banyak inkonsistensi dan penggunaan penguatan nonkontingen yang menimbulkan masalah disiplin di kelas. Analisis atas situasi interaktif dalam term stimuli diskriminatif, respond an penguatan adalah langkah penting dalam mengoreksi masalah tersebut. Ketiga, materi belajar terprogram, jika didesain dengan tepat, dapat memberikan perbedaan individual dalam kelas.

Menurut Skinner dalam Smaldino (2012: 51), dalam mengajar guru harus dapat menciptakan suasana pengajaran untuk memastikan bahwa guru dapat mengamati respon siswa, guru harus melakukan penguatan bagi perubahan perilaku siswa.

2. Teori Konstruktivisme

Menurut Piaget dalam Hergenhahn (2010: 324), pengalaman pendidikan harusdibangun diseputar kognitif pembelajar. Anak-anak berusia sama dan dari kultur yang sama cenderung memiliki struktur kognitif yang sama, tetapi bukan tidak mungkin akan berbeda dan karenanya membutuhkan jenis materi yang berbeda pula. Di satu sisi, materi yang tidak dapat diasimilasikan ke struktur kognitif anak tidak akan bermakna bagi anak, tetapi jika materi diasimilasikan secara komplet,maka tidak akan terjadi proses belajar. Agar belajar terjadi, sebagian materi perlu diasimilasikan dan bagian yang belum diketahui akan menimbulkan modifikasi dalam struktur kognitif anak. Modifikasi ini disebut akomodasi, yang dapat disamakan dengn belajar. Pendidikan yang optimal membutuhkan pengalaman yang menantang bagi si pembelajar sehingga proses asimilasi dan akomodasi dapat menghasilkan perubahan intelektual.Untuk menciptakan jenis pengalaman ini, guru harus tahu level fungsi struktur kognitif siswa.

Menurut pandangan teori konstruktivisme, belajar merupakan proses aktif dari si subyek belajar untuk merekonstruksi makna. Belajar merupakan proses mengasimilasikan dan menghubungkan pengalaman atau bahan yang dipelajarinya dengan pengertian yang sudah dimilki, sehingga pengertiannya menjadi berkembang (Sardiman, 2011: 37). Siswa bukanlah wadah yang harus


(54)

diiisi , tetapi mereka adalah pengatur dari proses belajar. Siswa tidak dapat mempelajari sesuatu tanpa adanya pemahaman sesuatu yang disesuaikan dengan dunia nyata. Guru merupakan fasilitator penting bagi siswa yang memberikan mereka panduan di sepanjang pengalaman belajar mereka (Smaldino, 2012: 54).

Menurut Piaget mengkonstruksi pengetahuan dilakukan melalui proses asimilasi dan akomodasi terhadap skema yang sudah ada. Skema adalah struktur kognitif yang terbentuk melalui proses pengalaman. Asimilasi adalah proses penyempurnaan skema yang telah terbentuk, dan akomodasi adalah proses perubahan skema (Sanjaya, 2008: 124).

3. Teori Kognitif

Dalam perspektif psikologi kognitif belajar pada asasnya adalah peristiwa mental, bukan peristiwa behavioral (yang bersifat jasmaniah) meskipun hal-hal yang bersifat behavioral tampak lebih nyata dalam hampir setiap peristiwa belajar siswa (Syah, 2008: 111). Menurut Neath dalam Smaldino (2012: 53), agar pembelajaran dapat berlangsung, pikiran siswa harus secara aktif terlibat dalam memproses informasi, karena keterlibatan sangat penting dalam pengingatan kembali informasi diwaktu-waktu belakangan . Siswa akan mempelajari informasi baru dan menyimpannya berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan ekspektasi mereka yang ada mengenai informasi tersebut.

Menurut teori kognitif, belajar merupakan perubahan persepsi dan pemahaman, perubahan itu tidak selalu perubahan tingkah laku yang diamati. Asumsi dasar teori ini adalah bahwa setiap orang telah mempunyai pengalaman dan pengetahuan di dalam dirinya, pengalaman dan pengetahuan ini tersusun dalam bentuk kognitif. Proses belajar akan lebih baik bila materi pelajaran yang


(1)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1. Simpulan

Dari hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan:

1. Pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan media audio visual jika dilaksanakan secara optimal, menggunakan metode yang tepat dan digunakan sesuai dengan prosedurnya dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Hal ini dapat dilihat dari deskripsi nilai-nilai motivasi yang diperoleh siswa melalui pengamatan yang dilakukan oleh observer dan guru peneliti dari siklus I sampai siklus III. Perilaku siswa seperti tekun, ulet, dapat mempertahankan pendapat, lebih senang bekerja mandiri, dan cepat bosan pada tugas-tugas rutin selalu mengalami peningkatan dari siklus ke siklus. Dalam pembelajaran sejarah, media audio visual ternyata sangat menarik bagi siswa, dan ketertarikan dapat meningkatkan motivasi karena melalui media tersebut dapat dihadirkan kembali peristiwa masa lampau, sehingga dapat meminimalisir verbalisme dan dapat membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar.

2. Peningkatan motivasi dapat meningkatkan hasil belajar ranah kognitif (pengetahuan), raanah afektif (sikap), dan psikomotor (keterampilan) .Hal ini dapat dilihat dari deskripsi nilai hasil belajar siswa yang diperoleh melalui tes untuk ranah kognitif. melalui pengamatan untuk ranah sikap dan keterampilan yang selalu meningkat dari siklus I sampai siklus III. Meskipun


(2)

KKM yaitu FA, KDA dan Pur. Hal itu disebabkan oleh adanya faktor keluarga dan ekonomi.

5.2. Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, ada beberapa saran yang dapat dipertimbangkan dalam upaya untuk meningkatkan motivasi dan hasil belajar sejarah sebagai berikut:

1. Siswa hendaknya memanfaatkan fasilitas yang disediakan sekolah secara maksimal agar dapat menguasai sejumlah informasi yang berkaitan dengan materi pelajaran, sehingga di dalam kelompok, siswa dapat mendiskusikan materi pelajaran dengan baik dan mampu mengembangkan potensinya secara mandiri. Diharapkan perkembangan siswa tidak hanya dibidang intelektualnya saja, tetapi juga mampu mengembangkan sikap dan keterampilan.

2. Guru hendaknya selalu memperbaiki proses pembelajaran melalui penggunaan media media audio visual , sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar dan hasil belajar siswa.

3. Bagi sekolah hendaknya dapat menyediakan sarana dan prasarana dalam proses pembelajaran yang lebih baik sehingga dapat meningkatkan motivasi belajar, dan hasil belajar siswa baik ranah kognitf, afektif, maupun psikomotor siswa secara maksimal.


(3)

DAFTAR PUSTAKA

Ali, R. Moh. 2005. Pengantar Ilmu Sejarah Indonesia. PT LKiS Pelangi Aksara. Yogyakarta.

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta.

---.2010. Penelitian Tindakan Untuk Kepala Sekolah dan Pengawas. Rineka Cipta. Jakarta.

---. 2011. Dasar - Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Bumi Aksara. Jakarta.

Arikunto, Suharsimi. Suhardjono. Supardi. 2012. Penelitian Tindakan Kelas. Bumi Aksara. Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2013. Media Pembelajaran. PT Raja Grafindo Perkasa. Jakarta. Daryanto. 2013. Media Pembelajaran. Gava Media. Yogyakarta.

Dimyati. Mudjiono . 2013. Belajar dan Pembelajaran. Rineka Cipta. Jakarta. Djaali, H.P. Muljono. 2008. Pengukuran dalam Bidang Pendidikan. PT.

Grasindo. Jakarta. Indonesia

Djamarah, Bahri, Syaiful. Dan Aswan Zain.2010. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.

Gagne, Robert M., J Briggs. 1974. Principles of Instructional Design. Holt,Rinehart and Winston. New York. USA

Gredler , E Margaret.2011. Learning and Instruction Teori dan Aplikasi.Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Hamalik , Oemar. 1989. Teknik Pengukuran dan Evaluasi Pendidikan. CV Mandar Maju. Bandung. Indonesia.

---.. 2013. Proses Belajar Mengajar. Bumi Aksara. Jakarta. Hamzah. Amir. 1985. Media Audio Visual. Gramedia. Jakarta.

Haryati, Mimin. 2007. Model dan Teknik Penilaian pada Tingkat Satuan Pendidikan, Gaung Persada. Jakarta.


(4)

Herpratiwi. 2009. Teori Belajar dan Pembelajaran. Penerbit Universitas Lampung. Bandar Lampung.

Hergenhahn, BR. Matthew , H, Olson. 2010. Theories of Learning (Teori Belajar). Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Hopkins, David. 1993. A Teacher’s Guide to Classroom Research. Open University Press Buckingham, Philadelphia.

Johnson, Elaine B. 2011. Contextual Teaching &Learning. Kaifa. Bandung. John, Elliot. 1998. Action Research for Educational Change. Open University

Press. Buckingham. Philadelphia.

Koumi, Jack..2006. Designing Video and Multimedia for Open and Flexible. Learning.Routledge. New York. USA

Kunandar. 2012. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013. 2013.Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 81 A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum. Jakarta.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 2013.Peraturan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No 65 Tahun 2013 Tentang Standar Proses. Jakarta.

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2014. Peraturan Menteri Pendidikan dan kebudayaan Republik Indonesia no 59 Tahun 2014, Tentang Kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas/Madrasah Aliyah. Jakarta.

Pargito. 2011.Penelitian Tindakan Bagi Guru dan Dosen. Anugrah Utama Raharja. Bandar Lampung.

Pargito. 2010. Pendidikan IPS. Unila Press. Bandar Lampung

Purwanto, Ngalim. 2013. Psikologi Pendidikan. Remaja Rosdakarya. Bandung Rachmah, Fitriyana. Sajidan.Meti Indrowati. 2012. Penerapan Strategi


(5)

Pembelajaran Inkuiri dipadukan dengan Media Audio Visual untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Biologi Siswa Kelas VII D SMPN 1 Jaten. Universitas Sebelas Maret. Surakarta.

Rivai,Veithzal. Sylviana Murni. 2012. Education Management Analisis Teori dan Praktik. Rajagrafindo . Jakarta.

Robbins,P, Stephen . 2006. Perilaku Organisasi. PT Indeks. Jakarta

Rusman. 2012. Model-Model Pembelajaran. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta. Sadiman, Arief,S. R, Rahardjo.Anung Haryono. Rahardjito. 2012. Media

PendidikanPengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Sagala, Syaiful. 2012. Konsep dan Makna Pembelajaran. Alfabeta. Bandung. Sanjaya, Wina. 2008.Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses

Pendidikan. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

---. 2012. Media Komunikasi Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group.Jakarta.

---. 2012. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Santrock, W.John . 2009. Psikologi Pendidikan. Salemba Humanika .Jakarta. Sapriya. 2012. Pendidikan IPS Konsep dan Pembelajaran. Remaja Rosdakarya. Bandung

Sardiman, AM. 2011. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. PT Rajagrafindo Persada. Jakarta.

Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta. Jakarta.

Smaldino, E Sharon.Deborah L. Lowter & James D. Russell. 2012. Instructional Technologi & Media for Learning Teknologi Pembelajaran dan Media Untuk Belajar. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Pustaka Setia. Bandung. Soemanto,Wasty.2012. Psikologi Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta.


(6)

Sudjana, Nana. Ahmad Rivai. 2011. Media Pengajaran. Sinar Baru Algensindo. Bandung.

Sudjana, Nana. 2006. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung

Sudrajat, Akhmad.2008.Konsep-konsep Media Pembelajaran

.wordpress.com/2008/01/12/konsep-media-pembelajaran/diakses tgl 26 desember 2013.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,Kualitatif dan R&D. Alfabeta. Bandung.

Supriyanto. 2007. Pendidikan Orang Dewasa dari Teori hingga Aplikasi. Bumi Aksara. Jakarta.

Supardan, Dadang. 2009. Pengantar Ilmu Sosial. Bumi Aksara. Jakarta.

Syah, Muhibin. 2008.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Remaja Rosdakarya. Bandung.

Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan Pembelajaran Universitas Pendidikan Indonesia. 2011. Kurikulum dan Pembelajaran. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.

Trianto. 2011. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif. Kencana Prenada Media Group. Jakarta.

Uno, Hamzah B. Nina Lamatenggo.Satria MA Koni . 2011. Menjadi Peneliti PTK yang Profesional. Bumi Aksara. Jakarta

Uno, Hamzah B. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Bumi Aksara. Jakarta

---. 2013. Teori Motivasi dan Pengukurannya. Bumi Aksara. Jakarta. Wahyudi, Arief. Suhartono. Ngatman. 2012. Penggunaan Media Audio Visual

dalam Peningkatan Hasil Belajar Matematika. Universitas Negeri Yogyakarta. Yogyakarta.

Winkel, WS. 2012. Psikologi Pengajaran. Media Abadi. Yogyakarta.

Winardi. 2011. Motivasi dan Pemotivasian dalam Manajemen. PT Rajagrafindo. Jakarta.

Yuwono, Argo,Pandu dan Mukminan. 2012. Penggunaan Media Audio Visual Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar IPS di Kelas VII A SMP Negeri 2 Tempel.Yogyakarta. Universitas Negeri Yogyakarta.


Dokumen yang terkait

Efektivitas pemanfaatan media audio visual vidio pembelajaran dalam upaya peningkatan motivasi dan hasil belajar siswa pada pembelajaran sejarah (penelitian kelas di SMP Bina Sejarah Depok)

2 9 235

Pengaruh Penggunaan Media Audio Visual Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Ekonomi Di Kelas X Ma Attaqwa

1 9 174

Penggunaan media audio visual untuk meningkatkan motivasi belajar PKN pada siswa kelas III di MI Dakwah Islamiyah Cawang Jakarta Timur Tahun pelajaran 2013/2014

0 8 103

Peningkatan hasil belajar IPS siswa kelas V pada kompetensi dasar perjuangan mempertahankan kemerdekaan melalui media audio visual di MI Jauharotul Huda Cakung Jakarta Timur

0 17 122

Peningkatan motivasi belajar siswa melalui media audio visual pada mata pelajaran PKN siswa kelas II MI Al-Husna Ciledug Tahun pelajaran 2013/2014

3 12 126

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KOMPETENSI PERMESINAN MATA PELAJARAN DASAR KOMPETENSI KEJURUAN SISWA KELAS X MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL

0 4 71

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENYIMAK PADA MATA PELAJARAN IPS SISWA SD KELAS I.

0 4 16

Penggunaan media audio-visual untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa kelas I SD Negeri Sarikarya tahun ajaran 2014/2015 dalam mata pelajaran IPS.

0 0 279

PENGGUNAAN MEDIA AUDIO VISUAL VIDEOUNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN SOSIOLOGI KELAS X-2SMA NEGERI KEBAKKRAMAT TAHUN PELAJARAN2015/2016.

0 0 17

PENGGUNAAN MEDIA PEMBELAJARAN AUDIO VISUAL UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPA 3 SMA NEGERI 1 PRAMBANAN SLEMAN PADA MATERI SISTEM PERNAPASAN

0 0 222