Kehamilan Yang Berisiko Depkes RI ,1991 Asuhan antenatal

commit to user 17

4. Kehamilan Yang Berisiko Depkes RI ,1991

Kehamilan yang berisiko didefinisikan sebagai kehamilan dimana didapatkan adanya faktor yang berhubungan dengan meningkatnya morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Kehamilan yang berisiko dibagi 3, yaitu risiko rendah, sedang dan tinggi. 1 Kehamilan risiko rendah = keadaan normal. 2 Kehamilan risiko sedang Kehamilan dimana didapatkan adanya faktor risiko yang tidak langsung menimbulkan kematian ibu atau bayi. Faktor risiko tersebut meliputi : a. Tinggi badan kurang dari 145 cm b. Pendidikan ibu rendah c. Tingkat sosial ekonomi rendah d. Hb kurang dari 8 g r e. Tensi sistole 130–160 mmHg, diastole 85-100 mmHg f. Jarak usia anak kurang dari 2 tahun g. Jumlah anak lebih dari 5 h. Primitua lebih dari 35 tahun Pada kehamilan risiko sedang diperlukan pengawasan dokter atau puskesmas. 3 Kehamilan risiko tinggi Kehamilan dimana didapatkan adanya faktor risiko yang dapat menyebabkan kematian ibu atau bayi. Faktor risiko tersebut meliputi : a. Perdarahan antepartum b. Tensi lebih dari 160 95 mmHg c. Preeklampsia berat commit to user 18 d. Eklampsia e. Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 38 minggu f. Letak sungsang pada primigravida g. Berat badan janin lebih dari 4 kg h. Penyakit jantung i. Ketuban pecah dini j. Infeksi berat sepsis k. Partus preterm l. Gemelli m. Riwayat obstetri buruk : perdarahan post partum sectio sesaria, dsb. Pada kehamilan risiko tinggi harus segera dirujuk ke rumah sakit.

5. Asuhan antenatal

5.1 Definisi

The American College of Obstetricians and Gynecologists ACOG mendefinisikan asuhan antenatal sebagai program asuhan antepartum yang komprehensif yang melibatkan pendekatan terkoordinir pelayanan medis dan dukungan psikososial yang optimalnya dimulai sebelum konsepsi dan berlangsung selama periode antepartum. Sedangkan yang dimaksud dengan pelayanan komprehensif adalah meliputi penilaian selama masa prakonsepsi, pemeriksaan awal adanya kehamilan, dan follow-up selama kunjungan asuhan antenatal. Munjaja P., 1996 5.2 Tujuan Asuhan Antenatal Kematian ibu tidak diragukan lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di negara berkembang. Pendekatan commit to user 19 yang dianjurkan adalah menganggap bahwa semua kehamilan itu adalah berisiko dan setiap ibu hamil agar mempunyai akses untuk mendapatkan pelayanan atau pertolongan persalinan yang aman. Dari seluruh kehamilan diperkirakan 15 akan terjadi komplikasi obstetri. Bukan hal yang mustahil untuk mengidentifikasi penyebab, tanda dini, dan faktor risiko untuk menemukan beberapa penyebab utama kematian maternal Stamilo D, 1997. Tujuan utama dari asuhan antenatal secara garis besar adalah deteksi dini, konseling, dan peningkatan kesehatan health promotion , persiapan persalinan, dan kesiapan apabila terjadi suatu komplikasi Munjaja P., 1996. Asuhan antenatal yang dilakukan pada awal diketahuinya adanya kehamilan bertujuan untuk menentukan status kesehatan ibu dan janin, menentukan usia gestasi janin, dan untuk memulai rencana pelayanan obstetri selanjutnya Munjaja P., 1996. Secara objektif asuhan antenatal dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Meningkatkan dan menjaga baik fisik, mental, kesehatan sosial ibu dan janin dengan memberikan pendidikan tentang nutrisi, kebersihan perorangan dan tentang proses kelahiran b. Mendeteksi dan menangani jika terdapat komplikasi selama kehamilan dengan memberikan pengobatan maupun tindakan c. Menyiapkan proses kelahiran dan membuat rencana tindakan apabila terdapat komplikasi. d. Membantu ibu menyiapkan proses menyusui, menghadapi masa nifas, dan merawat bayi. Bernstein P., 2000. commit to user 20

5.3 Praktek Asuhan Antenatal

Asuhan antenatal harus dimulai segera setelah terdapat kemungkinan adanya kehamilan. Ini berarti dapat dilakukan beberapa hari setelah terlambat menstruasi Dodd J., 2002. Dasar dari asuhan antenatal adalah penapisan ibu hamil yang meliputi deteksi dini tanda dan gejala penyakit serta penanganan yang tepat waktu. Program asuhan antenatal yang saat ini digunakan memiliki filosofi dasar yaitu kunjungan dilakukan semakin sering sejalan dengan meningkatnya usia kehamilan pada kondisi normal. Dimulai dengan sebulan sekali hingga mencapai usia kehamilan 28 minggu, kemudian setiap 2 minggu sekali sampai usia kehamilan 36 minggu dan selanjutnya setiap minggu WHO 2002. Perkiraan terkini menunjukkan 71 wanita di negara berkembang telah melakukan paling tidak satu kali kunjungan asuhan antenatal pada tenaga kesehatan terlatih dokter, perawat, atau bidan. Angka ini paling tinggi ditemukan di Asia timur, Pasifik, Amerika Latin, dan Karibia 87 dan terendah di Asia Selatan 54 UNICEF Statistic 2002. Di Eropa terdapat beberapa variasi frekuensi kunjungan asuhan antenatal. Belanda menerapkan 12 sampai 14 kali kunjungan sedangkan Luxemburg hanya menerapkan 5 kali kunjungan. Menurut NICE National Institute for Clinical Exelence Inggris menerapkan 10 kali kunjungan pada wanita nulipara dan 7 kali pada wanita yang pernah melahirkan sebelumnya. Survei terbaru di Skotlandia mengungkapkan bahwa rata – rata jumlah kunjungan asuhan antenatal wanita dengan risiko rendah adalah 14 kali. Menurut James D 1996 di Swedia jumlah yang direkomendasikan 16 kali dan di Finlandia 15 kali. Di commit to user 21 Indonesia sebagai upaya untuk meningkatkan angka cakupan kunjungan ANC ibu hamil di Puskesmas, maka WHO menetapkan metode ANC dengan jumlah kunjungan hanya 4 kali. Diharapkan dengan jumlah kunjungan yang lebih sedikit, maka waktu dan biaya yang harus dikeluarkan oleh ibu hamil akan menjadi lebih sedikit sehingga ibu hamil dapat tetap memeriksakan kehamilannya dengan lengkap. Husin M , 1997. Angka kematian maternal dan morbiditas perinatal yang tinggi di negara – negara miskin, diharapkan dapat membaik dengan adanya perbaikan asuhan antenatal. Alasan utama wanita hamil tidak melakukan kunjungan asuhan antenatal adalah ketiadaan sumber daya uang dan tenaga medis yang trampil dan rendahnya kualitas pelayanan pihak pemberi jasa Chamberlain G ,1990 Cakupan antenatal di Indonesia menurut SDKI 2002 – 2003 adalah sebesar 96, sedangkan ibu hamil yang mendapatkan kunjungan antenatal yang diharapkan adalah 64 Badan Pusat Statistik dan ORC Macro, 2003.

5.4 Asuhan antanatal

Di negara berkembang, program asuhan antenatal yang secara rutin direkomendasikan jarang diimplementasikan dan kunjungan yang dilakukan dapat tidak teratur, dengan waktu yang menunggu yang lama dan feedback yang buruk. Tujuan dari asuhan antenatal yang terkini adalah membatasi jumlah kunjungan ke klinik, tes – tes yang dilakukan, prosedur klinik dan dan tindakan follow-up yang terbukti melalui penelitian dapat memperbaiki luaran untuk wanita dan bayinya Villar J., 2001. commit to user 22 Asuhan antenatal membedakan wanita hamil ke dalam 2 golongan yaitu mereka yang memenuhi syarat untuk menerima ANC rutin yang disebut komponen dasar dan mereka yang memerlukan perawatan khusus berdasarkan kondisi fisik kesehatan mereka atau adanya faktor risiko. Wanita yang digolongkan ke dalam komponen dasar dianggap tidak memerlukan penilaian lebih lanjut atau perawatan khusus pada kunjungan pertama, tanpa memperhatikan usia kehamilan saat memulai program. Sedangkan wanita dalam golongan yang lainnya diberikan perawatan sesuai dengan kondisi yang terdeteksi atau faktor risiko yang ditemukan. Wanita yang membutuhkan perawatan khusus rata – rata ditemukan pada hampir 25 dari seluruh wanita hamil pada kunjungan asuhan antenatal pertama WHO , 2002. Tindakan yang dilakukan pada komponen dasar meliputi 3 hal WHO , 2002 : a. Skrining mengenai kondisi kesehatan dan sosio – ekonomi yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya luaran yang buruk. b. Menyediakan intervensi terapetik yang dapat membantu c. Mendidik wanita hamil mengenai rencana persalinan aman, kegawatan selama kehamilan dan bagaimana menanganinya.

6. Kegiatan di Puskesmas Depkes RI , 1991