Latar Belakang M. Arief TQ, dr. MS

commit to user 1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kelahiran hidup dan angka kematian bayi AKB 35 per 1.000 kelahiran hidup. Oleh karena itu pemerintah menjalankan program dari World Health Organization WHO melalui Making Pregnancy Saver MPS yang memiliki visi ”Kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman, serta bayi yang dilahirkan hidup dan sehat.”, dengan kebijakan yang kita kenal sebagai 4 pilar safe motherhood yaitu pelayanan antenatal ANC, keluarga berencana, persalinan yang aman dan pelayanan obstetri esensial Depkes RI 1991. Dalam ANC ditekankan betapa pentingnya pengetahuan ibu mengenai kehamilan risiko tinggi. Husin 1997 berpendapat bahwa pengetahuan ibu hamil mengenai kehamilan risiko tinggi dapat dicapai dengan baik bila melakukan kunjungan ANC sedikitnya 4 kali, akan tetapi terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hal ini belum memenuhi harapan dan faktor tersebut adalah pendidikan, pekerjaan, dan usia dari ibu hamil yang menjalani ANC. Purwitaningrum 2007 mendapatkan bahwa primigravida yang menjalani ANC terbanyak pada usia 20-35 tahun yaitu sebesar 74.5 , sedangkan primigravida usia kurang dari 27 tahun yang menjalani ANC sebesar 42 dan berusia 27 tahun atau lebih sebesar 58 . Pengetahuan ibu hamil tentang ANC sangat penting karena akan dapat membantu mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Menurut Wiryanto 2004 ANC merupakan salah satu bentuk dari komunikasi kelompok dimana untuk menangkap ilmu pengetahuan dengan efektif diperlukan keadaan yang sama homofilik baik secara fisik , sosial, pengetahuan, keyakinan dan usia, dimana apabila terdapat perbedaan akan timbul suatu ketidak serasian kognitif cognitif dissonance , hal ini didukung pendapat Salthouse 2009 menemukan bahwa ruang visualisasi dan kecepatan otak mengalami commit to user 2 penurunan di penghujung usia 20 tahun. Kekuatan otak mencapai puncaknya di usia 22 tahun dan mulai menurun pada usia 27 tahun . Pada wanita usia 27 tahun terdapat penurunan kemampuan otak kecepatan otak, penalaran sehingga didapatkan adanya penurunan daya tangkap. Dari latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ibu hamil dengan usia kurang 27 tahun mempunyai pengetahuan mengenai kehamilan risiko tinggi yang lebih baik daripada yang berusia 27 tahun atau lebih sehingga nantinya petugas kesehatan bisa menetapkan suatu strategi pelayanan yang memadai saat kunjungan ANC bagi ibu hamil. Sejauh penelusuran kami belum ada penelitian yang mempelajari hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan pengetahuan mengenai kehamilan risiko tinggi. Penelitian yang mirip dengan penelitian ini adalah : · Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai faktor risiko dan komplikasi kehamilan di puskesmas wirobrajan Yogyakarta Hapisah, 2000. Hasil penelitian ini adalah didapatkannya sejumlah faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu hamil antara lain umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, usia anak terkecil, dan umur kehamilan.

B. Rumusan Masalah