Rini Sovia S 5806004

(1)

commit to user

TESIS

PENINGKATAN USIA IBU HAMIL BERPENGARUH PADA PENGETAHUAN IBU MENGENAI

KEHAMILAN RISIKO TINGGI

RINI SOVIA, dr NIM S 5806004

PROGRAM PENDIDIKAN DOKTER SPESIALIS I BIDANG OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/ RSUD Dr. MOEWARDI

SURAKARTA 2010


(2)

commit to user

i PENINGKATAN USIA IBU HAMIL BERPENGARUH PADA

PENGETAHUAN IBU MENGENAI KEHAMILAN RISIKO TINGGI

TESIS Karya Akhir

Program Pendidikan Dokter Spesialis I Bidang Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta

Dipertahankan dihadapan Panitia Ujian Tesis

Oleh Rini Sovia NIM S 5806004


(3)

commit to user

ii LEMBAR PENGESAHAN

TESIS INI TELAH DISETUJUI Pada tanggal

18 Oktober 2010

Oleh :

Pembimbing I

Dr. H. Tri Budi Wiryanto, SpOG (K) NIP : 195104211980111002

Pembimbing II

Dr. Docang Tjiptosisworo, SpOG (K), MMR NIP : 140 051 690


(4)

commit to user

iii Telah diuji pada ujian proposal

Tanggal 26 Agustus 2010 Oleh Tim Ujian Proposal Tesis Ketua Tim Ujian Tesis :

1. Dr. Hj. Sri Sulistyowati, dr. SpOG (K) Anggota Ujian Proposal Tesis :

1. H. Tri Budi Wiryanto, dr. SpOG (K)

2. Docang Tjiptosisworo, dr. SpOG (K), MMR 3. Wuryatno, dr. SpOG

4. Dr. Supriyadi Hari Respati, dr. SpOG 5. Eriana Melinawati, dr. SpOG (K) 6. M. Arief TQ, dr. MS

Telah diuji pada ujian Tesis Tanggal 18 Oktober 2010 Oleh Tim Ujian Tesis Ketua Tim Ujian Tesis :

1. Dr. Hj. Sri Sulistyowati, dr. SpOG (K) Anggota Ujian Tesis :

1. H. Tri Budi Wiryanto, dr. SpOG (K)

2. Docang Tjiptosisworo, dr. SpOG (K), MMR 3. Wuryatno, dr. SpOG

4. Dr. Supriyadi Hari Respati, dr. SpOG 5. Eriana Melinawati, dr. SpOG (K) 6. M. Arief TQ, dr. MS


(5)

commit to user

iv Hai orang – orang yang beriman, hendaklah kamu jadi orang – orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali – kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlakulah adil, karena adil itu lebih dekat kepada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

(Qur’an : Al Maa-idah 9) “ Wahai Allah , aku berlindung kepada-Mu dari resah dan gelisah, dari sedih dan derita, dari kelemahan dan kemalasan, dari sifat pelit dan dan pengecut, dan dari lilitan hutang dan tekanan orang zalim.”

Raihlah ilmu, dan untuk meraih Ilmu belajarlah untuk tenang dan Sabar (Khalifah Umar)

Some people see things as they are and ask why .... Other dream things that never were and ask why not.... What your mind can conceive and believe , It Can Achieve...

(Anonym)

Kupersembahkan untuk :

Keluargaku tercinta keluarga besar H.BG.Rusdi Rustam yang selalu memberi Dukungan & Cinta Kasih


(6)

commit to user

v UCAPAN TERIMA KASIH

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya sehingga saya dapat menyelasaikan tesis ini.

Pada kesempatan ini perkenankan saya menyampaikan rasa hormat yang setinggi – tingginya dan terima kasih yang sebesar – besarnya kepada yang terhormat:

H. Tri Budi Wiryanto, dr. SpOG (K) atas kesediaan beliau menjadi pembimbing I, yang ditengah kesibukan beliau yang begitu padat masih berkenan meluangkan waktu untuk membimbing, memberi petunjuk, dorongan serta membantu dalam rangka penelitian tesis ini.

Docang Tjiptosisworo, dr. SpOG (K), MMR sebagai pembimbing II, yang ditengah kesibukannya berkenan meluangkan waktu untuk membaca tulisan sayadan memberi bimbingan dan arahan serta memecahkan masalah yang timbul dan ikut membantu penelitian ini.

Dr.Hj. Sri Sulistyowatidr. SpOG (K) sebagai koordinator tesis yang ditengah kesibukan beliau yang begitu padat masih berkenan meluangkan waktu untuk memberikan petunjuk, nasihat ,dukungan dan kemudahan dalam menyelesaikan penulisan ini.

Ucapan terima kasih juga saya sampaikan kepada yang terhormat H. Rustam Sunaryo, dr. SpOG selaku Kepala Bagian / SMF Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret / RSUD Dr. Moewardi Surakarta atas bimbingan, arahan, nasihat, dorongan, dan dukungannya selama menempuh pendidikan.

H. Glondong Suprapto,dr.SpOG selaku Ketua Program Studi Pendidikan Dokter Spesialis I Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran


(7)

commit to user

vi Universitas Sebelas Maret Surakarta atas bimbingan, arahan, nasihat, dorongan, dan dukungannya selama menempuh pendidikan.

Pada kesempatan ini perkenankan pula saya menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam – dalamnya kepada yang terhormat seluruh staf pengajar Program Pendidikan Dokter Spesialis I Obstetri dan Ginekologi Universitas Sebelas Maret Surakarta :

H.Loekmono Hadi, dr.SpOG (K), Prof. Dr. JB. Dalono, dr. SpOG (K), Prof. Dr. KRMT. Tedjo Danudjo Oepomo, dr. SpOG (K), Wuryatno, dr. SpOG, Dr.H. Abkar Raden,dr. SpOG (K), Dr.H.Soetrisno, dr. SpOG (K), Dr.Hj. Sri Sulistyowati,dr. SpOG (K), Hermawan Udiyanto, dr. SpOG, Dr.Supriyadi Hari Respati, dr. SpOG, Teguh Prakosa, dr. SpOG, Darto, dr. SpOG, Eriana Melinawati, dr. SpOG (K), Laqief, dr. SpOG (K), Heru Priyanto dr. SpOG (K), Wisnu Prabowo, dr. SpOG , dan H. Istar Yuliadi, dr. Atas segala bimbingan, nasihat, arahan, pengetahuan, dan ketrampilan yang telah diberikan kepada saya selama menempuh pendidikan dokter spesialis.

Ucapan terimakasih juga saya sampaikan kepada yang terhormat M. Arief TQ, dr, MS atas petunjuk dan bimbingannya dalam metode penelitian ini.

Saya juga mengucapkan banyak terima kasih kepada semua guru – guru kami yang tidak dapat saya sebut satu persatu di RSU Sragen, RSU Wonogiri, RSUD Kebumen, RSUD Cepu dan RSUD Blora yang ditengah kesibukannya selalu berkenan membimbing kami sehingga kami dapat menimba ilmu pada rumah sakit jejaring tersebut.

Kepada para bidan, paramedis serta teman sejawat residen, saya ucapkan terima kasih atas kerjasamanya selama masa pendidikan.

Tak lupa saya ucapkan terima kasih kepada para ibu yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berpatisipasi dalam penelitian ini dan semua pihak yang mendukung penelitian ini, atas segala bantuan dan kerjasamanya.


(8)

commit to user

vii Hormat dan terimakasih saya yang tak terhingga untuk kedua orang tua saya H.BG.Rusdi Rustam dan Hj. Yusniar Syam SH yang telah membesarkan, mendidik, memberikan cinta dan senantiasa mendo’akan saya. Juga kepada kakak-kakak saya terkasih H.BG.Yudi Kesuma Jaya, Ir.Hj. Yuliana, Ir.Hj. Riana Elizabeth yang telah memberikan dukungan selama mengikuti pendidikan ini. Tanpa dukungan mereka, penelitian ini tidak pernah ada.

Kepada seluruh pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu, saya mengucapkan banyak terima kasih atas segala bantuannya. Semoga amal dan budi baik kita semua mendapat balasan dari Allah SWT.

Wassalamu’alaikum Wr. WB


(9)

commit to user

viii

PENINGKATAN USIA IBU HAMIL BERPENGARUH PADA PENGETAHUAN IBU MENGENAI KEHAMILAN RISIKO TINGGI.

ABSTRAK

Tujuan : Mengetahui apakah Ibu hamil dengan usia kurang 27 tahun mempunyai pengetahuan

tentang kehamilan risiko tinggi yang lebih baik daripada yang berusia 27 tahun atau lebih.

Bahan dan Cara : Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan

rancangan penelitian cross sectional. Jumlah sampel minimal sebesar 73 dan menggunakan tehnik accidental sampling. Sampel diambil dari 6 Puskesmas di kotamadya Surakarta meliputi Puskesmas Manahan, Puskesmas Gajahan, Puskesmas Sibela, Puskesmas Gilingan, Puskesmas Nusukan, dan Puskesmas Banyuanyar, mulai 31 Agustus 2010 sampai dengan 19 September 2010. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang diedarkan kepada responden kemudian diisi. Sebelum mengisi kuesioner, responden terlebih dahulu dikumpulkan dan diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari penelitian ini dan juga diberikan penjelasan mengenai pertanyaan – pertanyaan yang kurang dimengerti oleh responden. Untuk menganalisis Ibu hamil dengan usia kurang dari 27 tahun mempunyai pengetahuan tentang kehamilan risiko tinggi yang lebih baik daripada yang berusia 27 tahun atau lebih (α = 0,05). Analisis data dibantu dengan perangkat lunak komputer menggunakan Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) for Windows 10.0 version.

Hasil : Dari 100 sampel, ibu hamil yang berusia kurang dari 27 tahun sebagian besar memiliki

pengetahuan yang baik mengenai kehamilan risiko tinggi, sedangkan ibu hamil yang berusia 27 tahun atau lebih sebagian besar memiliki pengetahuan yang kurang. Dari 56 ibu hamil yang berusia kurang dari 27 tahun, terdapat 43 orang yang memiliki pengetahuan baik dan 13 orang yang memiliki pengetahuan kurang. Dari 44 ibu hamil yang berusia 27 tahun atau lebih, terdapat 16 orang yang memiliki pengetahuan baik dan 28 orang yang memiliki pengetahuan kurang. Berdasarkan uji x2 didapatkan nilai p = 0.000.

Kesimpulan : Ibu hamil dengan usia kurang 27 tahun mempunyai pengetahuan tentang kehamilan

risiko tinggi yang lebih baik daripada yang berusia 27 tahun atau lebih


(10)

commit to user

ix

INCREASED MATERNAL AGE EFFECT ON MATERNAL KNOWLEDGE OF HIGH RISK PREGNANCIES

ABSTRACT

Objective : Knowing whether a pregnant woman with 27 years of age lack the knowledge about

high risk pregnancy better than aged 27 years or more.

Material and Method : This study is an observational analytic with a cross-sectional design. We

acquire the number of sample minimal 73, in which we use accidental sampling method e to fullfill the number required. Samples were taken from 6 community health centres in the Surakarta area, including the Manahan community health centre, Gajahan community health centre, Sibela community health centre, Gilingan community health centre, Nusukan community health centre, and Banyuanyar community health centre from the August 31st to the September 19th 2010. Data were collected using a preprepared questionaire. Prior to this, the respondents were gathered, and were given a simple explanation regarding the purpose and objective of the study. Any questions regarding the content of the questionaire were addressed at this time. To analyze Pregnant women with 27 years of age lack the knowledge about high risk pregnancy better than aged 27 years or more we use the x2 test with an α value of 0.05. Analysis was performed using the Statistical Package for the Social Sciences (SPSS) for Windows 10.0 version software.

Result : Of 100 samples of pregnant women under the age of 27 years, most of them have a good

knowledge of high-risk pregnancy, whereas the mother's age " and 27 years, most of them have less knowledge. From 56 to pregnant women under the age of 27 years, was 43 people who have a good knowledge and 13 people who have less knowledge. Of the 44 pregnant women aged 27 years or more , was 16 people who have a good knowledge and 28 people who have less knowledge. On the basis of tests x 2 value p = 0.000.

Conclussion :

Pregnant women with 27 years of age lack the knowledge about high risk pregnancy better than aged 27 years or more


(11)

commit to user

x DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ...………...i

Lembar Pengesahan...ii

Daftar Isi...x

Daftar Gambar...xiii

Daftar Tabel...xiv

Daftar Singkatan...xv

Daftar Lampiran...xvi

BAB I. PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang ... ...1

B. Rumusan Masalah... ...2

C. Tujuan Penelitian... ...2

D. Manfaat Penelitian... ...2

E. Keaslian Penelitian... ...3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA...4

A. Landasan Teori... ...4

1. Usia ibu dan pengetahuan mengenai KRT...4


(12)

commit to user

xi 3. Faktor – faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan ibu hamil mengenai

kehamilan risiko tinggi...15

4. Kehamilan Yang Berisiko ...17

5. Asuhan Antenatal...18

6. Kegiatan di Puskesmas...23

B. Kerangka Konsep...25

C. Hipotesis... ...27

BAB III. METODE PENELITIAN...28

A. Desain Penelitian... ...28

B. Waktu dan Tempat Penelitian...29

C. Subyek Penelitian...29

D. Besar Sampel...30

E. Tehnik Sampling... ...30

F. Variabel Penelitian...31

G. Variabel Operasional...31

H. Instrumen Penelitian ... ...31

I. Cara Pengumpulan Data...32

J. Pengolahan Data...32

BAB IV. HASIL PENELITIAN...33


(13)

commit to user

xii BAB VI. KESIMPULAN DAN SARAN...……….40

DAFTAR PUSTAKA……….………...41 LAMPIRAN……….……….44


(14)

commit to user

xiii DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Massa otak dalam hubungan terhadap usia...5

Gambar 2.2 Tahap pemprosesan informasi pada manusia...6

Gambar 2.3 The Mathematical Theory of Communication...7

Gambar 2.4. Teori kognitif... 8

Gambar 2.5 Penurunan performa fungsi kognitif terhadap usia ...9

Gambar 2.6 Hipotesis histon...9

Gambar 2.7 Model tentang perilaku seseorang terhadap suatu objek ...11

Gambar 2.8 Kerangka Konsep...25

Gambar 3.1 Rancangan penelitian cross sectional untukpeningkatan usia ibu hamil berpengaruh pada pengetahuan ibu mengenai kehamilan risiko tinggi...28


(15)

commit to user

xiv DAFTAR TABEL

Tabel 1. Karakteristik sampel berdasarkan usia...34 Tabel 2. Karakteristik sampel berdasarkan pendidikan formal...34 Tabel 3. Karakteristik sampel berdasarkan pengetahuan tentang kehamilan risiko Tinggi...35 Tabel 4. Hasil Analisis peningkatan usia ibu hamil berpengaruh pada pengetahuan ibu mengenai kehamilan risiko tinggiberusia...36


(16)

commit to user

xv DAFTAR SINGKATAN

ANC : Antenatal Care

ASEAN : Association of South East Asian Nations

ASI : Air Susu Ibu

BCG : Bacillus Calmette Guirin

Bumil : Ibu hamil

Depkes : Departemen Kesehatan

DPT : Dipteri, Pertusis, Tetanus

MPS : Making Pregnancy Saver

NKKBS : Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera

KB : Keluarga Berencana

KIA : Kesehatan Ibu dan Anak

KRT : Kehamilan Risiko Tinggi

K1 : Kunjungan pertama kali

K4 : Kunjungan keempat

PUS : Pasangan Usia Subur

Puskesmas : Pusat Kesehatan Masyarakat

SDKI : Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

TT : Tetanus Toxoid


(17)

commit to user

xvi DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Lembar persetujuan mengikuti penelitian………...44

Lampiran 2. Kuesioner penelitian...45

Lampiran 3. Lembar Izin Penelitian dari DINKES Kodia Surakarta ...52

Lampiran 4. Lembar SPSS...53


(18)

commit to user

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Angka kelahiran hidup dan angka kematian bayi (AKB) 35 per 1.000 kelahiran hidup. Oleh karena itu pemerintah menjalankan program dari World Health Organization (WHO) melalui Making Pregnancy Saver (MPS) yang memiliki visi ”Kehamilan dan persalinan di Indonesia berlangsung aman, serta bayi yang dilahirkan hidup dan sehat.”, dengan kebijakan yang kita kenal sebagai 4 pilar safe motherhood yaitu pelayanan antenatal (ANC), keluarga berencana, persalinan yang aman dan pelayanan obstetri esensial Depkes RI (1991). Dalam ANC ditekankan betapa pentingnya pengetahuan ibu mengenai kehamilan risiko tinggi. Husin (1997) berpendapat bahwa pengetahuan ibu hamil mengenai kehamilan risiko tinggi dapat dicapai dengan baik bila melakukan kunjungan ANC sedikitnya 4 kali, akan tetapi terdapat beberapa faktor yang menyebabkan hal ini belum memenuhi harapan dan faktor tersebut adalah pendidikan, pekerjaan, dan usia dari ibu hamil yang menjalani ANC. Purwitaningrum ( 2007) mendapatkan bahwa primigravida yang menjalani ANC terbanyak pada usia 20-35 tahun yaitu sebesar 74.5% , sedangkan primigravida usia kurang dari 27 tahun yang menjalani ANC sebesar 42 % dan berusia 27 tahun atau lebih sebesar 58 %.

Pengetahuan ibu hamil tentang ANC sangat penting karena akan dapat membantu mengurangi angka kematian ibu dan bayi. Menurut Wiryanto (2004) ANC merupakan salah satu bentuk dari komunikasi kelompok dimana untuk menangkap ilmu pengetahuan dengan efektif diperlukan keadaan yang sama (homofilik) baik secara fisik , sosial, pengetahuan, keyakinan dan usia, dimana apabila terdapat perbedaan akan timbul suatu ketidak serasian kognitif (cognitif dissonance), hal ini didukung pendapat Salthouse (2009) menemukan bahwa ruang visualisasi dan kecepatan otak mengalami


(19)

commit to user

2

penurunan di penghujung usia 20 tahun. Kekuatan otak mencapai puncaknya di usia 22 tahun dan mulai menurun pada usia 27 tahun . Pada wanita usia 27 tahun terdapat penurunan kemampuan otak (kecepatan otak, penalaran) sehingga didapatkan adanya penurunan daya tangkap.

Dari latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengetahui apakah ibu hamil dengan usia kurang 27 tahun mempunyai pengetahuan mengenai kehamilan risiko tinggi yang lebih baik daripada yang berusia 27 tahun atau lebih sehingga nantinya petugas kesehatan bisa menetapkan suatu strategi

pelayanan yang memadai saat kunjungan ANCbagi ibu hamil.

Sejauh penelusuran kami belum ada penelitian yang mempelajari hubungan antara tingkat pendidikan ibu hamil dengan pengetahuan mengenai kehamilan risiko tinggi. Penelitian yang mirip dengan penelitian ini adalah :

· Beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai faktor risiko dan komplikasi kehamilan di puskesmas wirobrajan Yogyakarta (Hapisah, 2000). Hasil penelitian ini adalah

didapatkannya sejumlah faktor yang mempengaruhi tingkat

pengetahuan ibu hamil antara lain umur, pendidikan, pekerjaan, jumlah anak, usia anak terkecil, dan umur kehamilan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah peningkatan usia ibu hamil berpengaruh pada pengetahuan ibu mengenai kehamilan risiko tinggi?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Mengetahui apakah peningkatan usia ibu hamil berpengaruh pada


(20)

commit to user

3

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui data tentang usia ibu hamil.

b. Mengetahui data pengetahuan mengenai kehamilan risiko tinggi pada ibu hamil.

c. Mengetahui ibu hamil dengan usia kurang 27 tahun mempunyai

pengetahuan mengenai kehamilan risiko tinggi yang lebih baik daripada yang berusia 27 tahun atau lebih.

C. Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis

1. Ibu hamil dengan usia kurang dari 27 tahun cenderung memiliki pengetahuan tentang kehamilan risiko tinggi yang lebih baik daripada yang berusia 27 tahun atau lebih.

Manfaat Praktis

1. Prioritas pemberian informasi mengenai kehamilan risiko tinggi sebaiknya lebih terarah dan terstruktur terutama kepada ibu hamil dengan usia 27 tahun atau lebih oleh karena mereka mempunyai penurunan pemahaman pengetahuan mengenai kehamilan risiko tinggi.

2. Sebagai sumbangan ilmiah dan informasi tambahan bagi peneliti

selanjutnya dan bagi peneliti merupakan pengalaman berharga dalam rangka menambah wawasan pengetahuan serta pengembangan diri, khususnya dalam bidang penelitian lapangan.


(21)

commit to user

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Usia ibu dan pengetahuan mengenai kehamilan risiko tinggi

Usia individu terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Menjadi tua adalah suatu proses natural dan kadang-kadang tidak tampak mencolok. Penuaan akan terjadi pada hampir semua sistem tubuh manusia dan tidak semua sistem akan mengalami kemunduran pada waktu yang sama. Meskipun proses menjadi tua merupakan gambaran yang universal, tidak seorangpun mengetahui dengan pasti penyebab penuaan dan mengapa manusia menjadi tua pada usia yang berbeda-beda. Horn (1980) berpendapat bahwa beberapa kemampuan memang menurun, sementara kemampuan lainnya tidak. Horn menyatakan bahwa kecerdasan yang mengkristal (crystallized intelligence = yaitu sekumpulan informasi dan kemampuan-kemampuan verbal yang dimiliki individu) meningkat, seiring dengan peningkatan usia. Sedangkan kecerdasan yang mengalir (fluid intelligence = yaitu kemampuan seseorang untuk berpikir abstrak) menurun secara pasti sejak masa dewasa madya.

Perubahan Fisik

Pada proses penuaan terdapat perubahan fisiologis yang mengenai sistem muskuloskeletal, saraf, kardio-vaskular-respirasi, dan indra. Disini akan dibahas lebih lanjut mengenai penuaan sistem saraf.


(22)

commit to user

5

Sistem Saraf

Perubahan sistem saraf pada penuaan a. Atrofi serebrum

b. Peningkatan cairan serebrospinal c. Neuronal loss

d. Kematian dendrit

e. Peningkatan granula lipofusin

f. Penurunan keefektifan sistem neurotransmiter g. Penurunan sirkulasi darah otot

h. Penurunan gangguan glukosa

i. Perubahan pada EEG

j. Berkurangnya serabut saraf motorik k. Penurunan kecepatan konduksi saraf

Perubahan –perubahan tersebut mengakibatkan penurunan fungsi kognitif, koordinasi dan keseimbangan, kekuatan otot, refleks, proprioseptif, perubahan postur dan penurunan waktu reaksi.

Gambar 2.1. Massa otak dalam hubungan terhadap usia (Dekaban& Sadowslcy, 1978; Ho et al.)


(23)

commit to user

6

Keterangan Gambar:

:♂ kulit putih, : : ♂kulit hitam :♀ kulit putih, : ♀ kulit hitam

Dari penelitian autopsi massa otak (Dekaban& Sadowslcy, 1978; Ho et al.), massa otak meningkat selama masa kanak-kanak sampai dengan pertengahan usia dewasa lalu kemudian mengalami penurunan dan penurunan terjadi lebih cepat pada usia tua. Puncak dari massa otak sebesar 1.450 gram sebelum usia 25 tahun, kemudian mengalami penurunan secara perlahan dimulai pada usia 26 tahun sampai dengan 80 tahun, dengan rata-rata penurunan sebesar 2 gram / tahun dan penurunan yang terjadi setelah usia 80 tahun lebih besar lagi yaitu sekitar 5 gram / tahun.

Menurut Salthouse (2009) kemerosotan fungsi mental termasuk ukuran pemikiran abstrak, kecepatan mental dan penyelesaian masalah mulai tumpul saat seseorang berusia 27 tahun dimana didapati bahwa aspek tertentu daya kognitif mulai menurun.

Kognisi didefinisikan sebagai suatu proses mendapatkan, menyusun dan menggunakan pengetahuan intelektual, dimana seseorang melakukan pekerjaan mental dan menyimpan potongan informasi didalam daya ingat untuk didapatkan kembali disuatu waktu dikemudian. Sedangkan strategi kognitif adalah rencana mental yang digunakan oleh seseorang untuk mengerti dirinya dan lingkungan.

Input output Stimulus response

Gambar 2.2 Tahap pemprosesan informasi pada manusia (Barber, 1988) Attention Enco ding Comparis son Response execution Response selection Memory


(24)

commit to user

7

Pada model tersebut dimasukkan proses attensi dan memori. Dari model tersebut, proses kognitif dapat digolongkan menjadi 3 tahap yaitu :

1. Informasi diterima oleh indera manusia (preceptual processor). 2. Informasi tersebut dipahami.

3. Informasi diproses dan disimpan di memori.

Informasi adalah energi yang terpolakan yang mempengaruhi individu dalam mengambil keputusan. Informasi merupakan hasil dari proses intelektual seseorang. Proses intelektual didefinisikan sebagai proses mengolah / memproses stimulus, yang masuk kedalam diri individu melalui panca indera, kemudian diteruskan ke otak / syaraf pusat untuk diolah atau diproses dengan pengetahuan, pengalaman, selera dan iman yang dimiliki seseorang. Setelah mengalami pemrosesan stimulus itu dapat dimengerti sebagai informasi. Informasi ini bisa diingat di otak, bila dikomunikasikan kepada individu atau khalayak, maka akan berubah menjadi pesan.

Massage signal received signal Massage

Gambar 2.3 The Mathematical Theory of Communication, Shannon and Weaver : University of Illinois press,1949)

Shannon dan Weaver (1949) menekankan bahwa setiap informasi yang disajikan (massage) merupakan proses komunikasi. Informasi yang disampaikan memiliki tujuan untuk menambah pengetahuan, mengubah sikap, dan prilaku individu serta khalayak. Ketika individu menerima informasi / stimuli kemudian direspon oleh sensori thalamus, disanalah Information

source

transmitter receiver

Noise source


(25)

commit to user

8

terjadi penentuan keputusan ini akan sangat ditentukan oleh karakter individu. Seseorang akan menganalisis data /mengolah informasi di

prefrontal-cortex (merupakan pusat berpikir / kognitif /rasio) baru kemudian merespon. Menurut Wiryanto (2004) melalui ilmu komunikasi kelompok yang salah satu bentuknya adalah ANC untuk menangkap ilmu pengetahuan dengan efektif diperlukan keadaan yang homofilik dimana terdapat persamaan, adapun persamaan tersebut dapat secara fisik , sosial, pengetahuan, keyakinan dan usia, dimana apabila terdapat perbedaan akan timbul suatu ketidak serasian kognitif (cognitif dissonance) .

Gambar 2.4. Teori kognitif (Adaptasi Pranata, 2003)

Pengetahuan yang diproses dan dimaknai dalam memori kerja disimpan dalam memori jangka panjang dalam bentuk skema-skema teratur secara hirarkis. Tahap pemahaman dalam pemrosesan informasi dalam memori kerja berfokus pada bagaimana pengetahuan baru dimodifikasi. Pemahaman berkenaan dan dipengaruhi oleh interpretasi terhadap stimulus. Gambar 4.


(26)

commit to user

9

Gambar 2.5 Penurunan performa fungsi kognitif terhadap usia (Erick Schonfeld, 2008)

Gambar 2.6 Hipotesis histon (Chris Bickel, Science Now,2010)

Dari penelitian sebelumnya menemukan adanya kaitan antara usia terkait dengan perubahan ekspresi gen yang terjadi pada hippocampus dimana merupakan pusat memori yang sangat penting pada otak. Selain itu histon bagian kecil dari protein yang mengontrol ekspresi gen dengan mengikat atau tidak mengikat DNA dalam proses pembelajaran dan memori . André Fischer menyatakan bahwa proses penuaan dapat merubah fungsi histon yang menyebabkan terjadinya perubahan ekspresi gen yang menyebabkan terjadinya gangguan proses pembelajaran dan memori.


(27)

commit to user

10

Dari banyak penelitian (Baltes, Smith & Staudinger, in press; Dobson, dkk, 1993; Salthouse,1992, 1993, in press; Salthouse & Coon, 1993; Sternbern & McGrane, 1993), diterima secara luas bahwa kecepatan memproses informasi mengalami penurunan seiring dengan proses penuaan otak (brain aging).

Peran teori dalam memahami penuaan adalah sebagai landasan dan sudut pandang untuk melihat fakta, menjawab pertanyaan filosofi, dan dasar memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Dengan adanya proses penuaan otak terdapat penurunan kemampuan kognitif dalam menyerap informasi sehingga akan mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu.

2. Pengetahuan dan Pengukurannya 2.1Pengetahuan

Pengetahuan merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek atau informasi tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga Notoatmodjo (2003).Selanjutnya menurut Bloom, untuk memperoleh pengetahuan dibutuhkan proses kognitif yang merupakan hal penting untuk terbentuknya tindakan seseorang.

Tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh sumber informasi yang didapat dalam pengalaman hidupnya. Dengan pengetahuan yang dimilikinya maka seseorang akan merubah sikap, niat, dan perilakunya dalam mencegah, menghindari atau mengatasi faktor risiko dalam kehamilan.


(28)

commit to user

11

Adanya informasi juga dapat menambah pengetahuan.

Pengetahuan dapat merubah sikap dan sikap seseorang dapat terlihat sebagai perilaku. Cara mengubah ketidaktahuan serta sikap dan perilaku itu antara lain melalui pendidikan (Suryaningrat ,2005)

Dengan pengetahuan kesehatan maka diharapkan akan tercipta perilaku masyarakat yang kondusif untuk kesehatan. Kesadaran masyarakat diatas disebut tingkat kesadaran atau pengetahuan masyarakat tentang kesehatan (health literacy). Lebih dari itu, pengetahuan kesehatan pada akhirnya bukan hanya mencapai health literacy pada masyarakat saja, namun yang lebih penting adalah mencapai perilaku kesehatan (healthy behaviour). Kesehatan bukan hanya diketahui atau disadari (knowledge) dan disikapi (attitude), melainkan harus dikerjakan dalam kehidupan sehari – hari.

Sesuai dengan teori Tingkah Laku Terencana (The Theory of Planned Behaviour) yang dikemukakan oleh Fishbein dan Ajzen, yang menggambarkan adanya hubungan antara pengetahuan (knowledge), keyakinan (beliefs), sikap (attitudes) dan perilaku (behaviour). Pengetahuan ini dapat membentuk keyakinan yang mengarah pada suatu sikap tertentu dan sikap mengarah pada suatu niat untuk mewujudkan perilaku sehingga seseorang akan berperilaku sesuai dengan keyakinan tersebut.

PENGETAHUAN SIKAP PENGARUH LAIN

Gambar 2.7 Model tentang perilaku seseorang terhadap suatu objek (Dayakisni, 2003 ; Notoatmodjo, 2003).


(29)

commit to user

12 yang termasuk pengaruh lain adalah agama, nilai – nilai yang dianut, pengalaman, lingkungan dan kondisi sosial

Sikap terdiri dari komponen perasaan, pikiran, dan dilihat melalui tindakan. Sikap dapat bersifat positif atau juga negatif. Memberikan perhatian, menyenangi, dan mendekati adalah manifestasi dari sikap positif. Sedangkan kebalikan dari hal itu seperti menghindari, memberikan jarak dan membencinya adalah sikap yang negatif (Boulay ,1999)

Menurut Notoatmodjo (2003 ), pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan, yaitu :

1. Tahu ( Know )

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk didalamnya adalah mengingat kembali ( recall ) terhadap suatu yang bersifat spesifik dari seluruh bahan yang telah dipelajari atau rangsangan yang telah diterima oleh karena itu, “Tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah.

2. Memahami ( Comprehension )

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut dengan benar. Orang telah paham terhadap suatu obyek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, meyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang telah dipelajari.

3. Aplikasi ( Application )

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan


(30)

commit to user

13

hukum-hukum, rumusan metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis ( Analysis )

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu dengan yang lain.

5. Sintesis ( Synthesis )

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada.

6. Evaluasi ( Evalution )

Evalusi ini biasanya dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek penelitian itu berdasarkan suatu kriteria yang telah ada.

2.2 Pengukuran Pengetahuan

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui disesuaikan dengan tingkat – tingkat dalam kawasan kognitif (Notoatmodjo , 2003).

Skinner seperti dikutip oleh Notoatmodjo (2003) mengatakan bahwa bila seseorang dapat menjawab pertanyaan pertanyaan mengenai suatu bidang tertentu dengan baik secara lisan atau tulisan, maka dapat dikatakan ia mengetahui bidang itu. Sekumpulan jawaban


(31)

commit to user

14

verbal yang diberikan orang tersebut dinamakan pengetahuan (knowledge).

Berdasarkan pengertian pengetahuan yang dikemukakan oleh Bloom dan Skinner, maka pengukuran pengetahuan dapat diketahui dengan cara orang yang bersangkutan mengungkapkan apa yang diketahuinya dalam bentuk bukti atau jawaban, baik lisan maupun tulisan.

Pertanyaan dapat dipergunakan untuk mengukur pengetahuan dan dapat dikelompokkan menjadi 2 jenis, yaitu :

a. Pertanyaan subyektif, misalnya jenis pertanyaan essay

b. Pertanyaan obyektif, misalnya pertanyaan pilihan berganda (multiplechoice), benar salah, dan pertanyaan menjodohkan.

Dari kedua jenis pertanyaan tersebut, pertanyaan obyektif khususnya pilihan berganda lebih disukai untuk dijadikan sebagai alat pengukuran karena lebih mudah disesuaikan dengan pengetahuan yang akan diukur dan lebih cepat dinilai.

Untuk mengetahui hasil pengukuran pengetahuan digunakan cara perhitungan dengan menggunakan rumus :

X = Σ ƒx

N

Keterangan : X = mean atau nilai rata – rata Σ ƒx = jumlah total nilai

N = besar sampel Baik : bila skor ≥ X Kurang : bila skor < X


(32)

commit to user

15

3. Faktor – faktor lain yang mempengaruhi pengetahuan bumil mengenai kehamilan risiko tinggi (Affandi , 2000)

3.1 Jumlah anak

Pada ibu hamil bukan untuk yang pertama kali, maka ia akan lebih mempunyai pengalaman atau lebih banyak mengetahui mengenai kehamilan risiko tinggi daripada ibu yang hamil untuk pertama kali.

3.2 Jenis pekerjaan

Lingkungan kerja dapat memberi pengaruh yang cukup besar bagi ibu hamil. Pada umumnya wanita yang mempunyai pekerjaan formal akan aktif dalam kegiatan – kegiatan sosial, misalnya seperti darma wanita, arisan, olah raga, dan aktifitas di luar rumah lainnya yang merupakan lingkungannya sehingga kelompok wanita tersebut

akan mendapatkan informasi mengenai kesehatan lebih banyak (Rafigul, 1996 ; Suparman, 2004).

3.3Tempat tinggal

Penduduk yang tinggal di daerah perkotaan sering dihubungkan dengan tingkat pendidikan yang tinggi dan juga lebih baiknya sarana

untuk mendapatkan informasi mengenai kesehatan sehingga

pengetahuan ibu hamil mengenai kehamilan risiko tinggi lebih tinggi pada penduduk yang tinggal di daerah perkotaan dibandingkan penduduk yang tinggal di pedesaan.

3.4 Keterpaparan informasi

Suatu informasi dapat menambah pengetahuan, pengetahuan dapat merubah sikap, dan sikap seseorang dapat terlihat sebagai perilaku. Cara mengubah ketidaktahuan, sikap, dan perilaku antara lain melalui pendidikan (Suryaningrat , 2005).


(33)

commit to user

16

3.5 Umur

Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini dalam satuan tahun. Umur merupakan periode penyesuaian terhadap pola kehidupan yang baru dan harapan baru, semakin bertambah umur semakin banyak seseorang menerima respon suatu objek.

3.6 Pendidikan

Lewat pendidikan manusia akan dianggap memperoleh pengetahuan dan dengan pengetahuannya manusia diharapkan dapat membangun keberadaan hidupnya dengan lebih baik. Semakin tinggi pendidikan hidup manusia akan semakin berkualitas. Jika wanita berpendidikan, mereka akan membuat keputusan yang benar dalam memperhatikan kesehatannya.

3.7 Pengalaman

Pengalaman sesuatu yang pernah dialami seseorang akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat informatif .

(Notoatmojo , 2003).

3.8Intelegensi

Intelegensi diartikan sebagai suatu kemampuan untuk belajar dan berfikir abstrak guna menyesuaikan diri secara mental dalam situasi baru. Intelegensi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi hasil dari proses belajar.

3.9Lingkungan

Lingkungan memberikan pengaruh pertama bagi seseorang, dimana seseorang dapat mempelahal yang buruk tergantung pada sifat kelompoknya. Dalam lingkungan seseorang akan memperoleh pengalaman yang akan berpme


(34)

commit to user

17

4. Kehamilan Yang Berisiko (Depkes RI ,1991)

Kehamilan yang berisiko didefinisikan sebagai kehamilan dimana didapatkan adanya faktor yang berhubungan dengan meningkatnya morbiditas dan mortalitas ibu dan bayi. Kehamilan yang berisiko dibagi 3, yaitu risiko rendah, sedang dan tinggi.

1) Kehamilan risiko rendah = keadaan normal. 2) Kehamilan risiko sedang

Kehamilan dimana didapatkan adanya faktor risiko yang tidak langsung menimbulkan kematian ibu atau bayi. Faktor risiko tersebut meliputi :

a. Tinggi badan kurang dari 145 cm

b. Pendidikan ibu rendah

c. Tingkat sosial ekonomi rendah

d. Hb kurang dari 8 g r %

e. Tensi sistole 130–160 mmHg, diastole 85-100 mmHg

f. Jarak usia anak kurang dari 2 tahun g. Jumlah anak lebih dari 5 h. Primitua lebih dari 35 tahun

Pada kehamilan risiko sedang diperlukan pengawasan dokter atau

puskesmas.

3) Kehamilan risiko tinggi

Kehamilan dimana didapatkan adanya faktor risiko yang dapat menyebabkan kematian ibu atau bayi. Faktor risiko tersebut meliputi : a. Perdarahan antepartum

b. Tensi lebih dari 160 / 95 mmHg


(35)

commit to user

18

d. Eklampsia

e. Letak lintang pada usia kehamilan lebih dari 38 minggu

f. Letak sungsang pada primigravida

g. Berat badan janin lebih dari 4 kg

h. Penyakit jantung

i. Ketuban pecah dini

j. Infeksi berat / sepsis

k. Partus preterm

l. Gemelli

m. Riwayat obstetri buruk : perdarahan post partum sectio sesaria, dsb.

Pada kehamilan risiko tinggi harus segera dirujuk ke rumah sakit. 5. Asuhan antenatal

5.1Definisi

The American College of Obstetricians and Gynecologists

(ACOG) mendefinisikan asuhan antenatal sebagai program asuhan

antepartum yang komprehensif yang melibatkan pendekatan

terkoordinir pelayanan medis dan dukungan psikososial yang optimalnya dimulai sebelum konsepsi dan berlangsung selama periode antepartum.

Sedangkan yang dimaksud dengan pelayanan komprehensif adalah meliputi penilaian selama masa prakonsepsi, pemeriksaan awal adanya kehamilan, dan follow-up selama kunjungan asuhan antenatal. (Munjaja P., 1996)

5.2Tujuan Asuhan Antenatal

Kematian ibu tidak diragukan lagi merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting di negara berkembang. Pendekatan


(36)

commit to user

19

yang dianjurkan adalah menganggap bahwa semua kehamilan itu adalah berisiko dan setiap ibu hamil agar mempunyai akses untuk mendapatkan pelayanan atau pertolongan persalinan yang aman. Dari seluruh kehamilan diperkirakan 15% akan terjadi komplikasi obstetri. Bukan hal yang mustahil untuk mengidentifikasi penyebab, tanda dini, dan faktor risiko untuk menemukan beberapa penyebab utama kematian maternal (Stamilo D, 1997).

Tujuan utama dari asuhan antenatal secara garis besar adalah deteksi dini, konseling, dan peningkatan kesehatan (health promotion), persiapan persalinan, dan kesiapan apabila terjadi suatu komplikasi (Munjaja P., 1996).

Asuhan antenatal yang dilakukan pada awal diketahuinya adanya kehamilan bertujuan untuk menentukan status kesehatan ibu dan janin, menentukan usia gestasi janin, dan untuk memulai rencana pelayanan obstetri selanjutnya (Munjaja P., 1996).

Secara objektif asuhan antenatal dapat dijabarkan sebagai berikut : a. Meningkatkan dan menjaga baik fisik, mental, kesehatan sosial

ibu dan janin dengan memberikan pendidikan tentang nutrisi, kebersihan perorangan dan tentang proses kelahiran

b. Mendeteksi dan menangani jika terdapat komplikasi selama kehamilan dengan memberikan pengobatan maupun tindakan c. Menyiapkan proses kelahiran dan membuat rencana tindakan

apabila terdapat komplikasi.

d. Membantu ibu menyiapkan proses menyusui, menghadapi masa nifas, dan merawat bayi. (Bernstein P., 2000).


(37)

commit to user

20

5.3Praktek Asuhan Antenatal

Asuhan antenatal harus dimulai segera setelah terdapat kemungkinan adanya kehamilan. Ini berarti dapat dilakukan beberapa hari setelah terlambat menstruasi (Dodd J., 2002).

Dasar dari asuhan antenatal adalah penapisan ibu hamil yang meliputi deteksi dini tanda dan gejala penyakit serta penanganan yang tepat waktu. Program asuhan antenatal yang saat ini digunakan memiliki filosofi dasar yaitu kunjungan dilakukan semakin sering sejalan dengan meningkatnya usia kehamilan pada kondisi normal. Dimulai dengan sebulan sekali hingga mencapai usia kehamilan 28 minggu, kemudian setiap 2 minggu sekali sampai usia kehamilan 36 minggu dan selanjutnya setiap minggu WHO (2002).

Perkiraan terkini menunjukkan 71% wanita di negara berkembang telah melakukan paling tidak satu kali kunjungan asuhan antenatal pada tenaga kesehatan terlatih (dokter, perawat, atau bidan). Angka ini paling tinggi ditemukan di Asia timur, Pasifik, Amerika Latin, dan Karibia (87%) dan terendah di Asia Selatan (54%) UNICEF Statistic (2002).

Di Eropa terdapat beberapa variasi frekuensi kunjungan asuhan antenatal. Belanda menerapkan 12 sampai 14 kali kunjungan sedangkan Luxemburg hanya menerapkan 5 kali kunjungan. Menurut NICE (National Institute for Clinical Exelence) Inggris menerapkan 10 kali kunjungan pada wanita nulipara dan 7 kali pada wanita yang pernah melahirkan sebelumnya. Survei terbaru di Skotlandia mengungkapkan bahwa rata – rata jumlah kunjungan asuhan antenatal wanita dengan risiko rendah adalah 14 kali. Menurut James D (1996) di Swedia jumlah yang direkomendasikan 16 kali dan di Finlandia 15 kali. Di


(38)

commit to user

21

Indonesia sebagai upaya untuk meningkatkan angka cakupan kunjungan ANC ibu hamil di Puskesmas, maka WHO menetapkan metode ANC dengan jumlah kunjungan hanya 4 kali. Diharapkan dengan jumlah kunjungan yang lebih sedikit, maka waktu dan biaya yang harus dikeluarkan oleh ibu hamil akan menjadi lebih

sedikit sehingga ibu hamil dapat tetap memeriksakan

kehamilannya dengan lengkap. (Husin M , 1997).

Angka kematian maternal dan morbiditas perinatal yang tinggi di negara – negara miskin, diharapkan dapat membaik dengan adanya perbaikan asuhan antenatal. Alasan utama wanita hamil tidak melakukan kunjungan asuhan antenatal adalah ketiadaan sumber daya (uang dan tenaga medis yang trampil) dan rendahnya kualitas pelayanan pihak pemberi jasa (Chamberlain G ,1990)

Cakupan antenatal di Indonesia menurut SDKI 2002 – 2003 adalah sebesar 96%, sedangkan ibu hamil yang mendapatkan kunjungan antenatal yang diharapkan adalah 64% (Badan Pusat Statistik dan ORC Macro, 2003).

5.4Asuhan antanatal

Di negara berkembang, program asuhan antenatal yang secara rutin direkomendasikan jarang diimplementasikan dan kunjungan yang dilakukan dapat tidak teratur, dengan waktu yang menunggu yang lama dan feedback yang buruk. Tujuan dari asuhan antenatal yang terkini adalah membatasi jumlah kunjungan ke klinik, tes – tes yang dilakukan, prosedur klinik dan dan tindakan

follow-up yang terbukti melalui penelitian dapat memperbaiki luaran untuk wanita dan bayinya (Villar J., 2001).


(39)

commit to user

22

Asuhan antenatal membedakan wanita hamil ke dalam 2 golongan yaitu mereka yang memenuhi syarat untuk menerima ANC rutin (yang disebut komponen dasar) dan mereka yang memerlukan perawatan khusus berdasarkan kondisi fisik kesehatan mereka atau adanya faktor risiko. Wanita yang digolongkan ke dalam komponen dasar dianggap tidak memerlukan penilaian lebih lanjut atau perawatan khusus pada kunjungan pertama, tanpa memperhatikan usia kehamilan saat memulai program. Sedangkan wanita dalam golongan yang lainnya diberikan perawatan sesuai dengan kondisi yang terdeteksi atau faktor risiko yang ditemukan. Wanita yang membutuhkan perawatan khusus rata – rata ditemukan pada hampir 25% dari seluruh wanita hamil pada kunjungan asuhan antenatal pertama (WHO , 2002).

Tindakan yang dilakukan pada komponen dasar meliputi 3 hal (WHO , 2002) :

a. Skrining mengenai kondisi kesehatan dan sosio – ekonomi yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya luaran yang buruk.

b. Menyediakan intervensi terapetik yang dapat membantu

c. Mendidik wanita hamil mengenai rencana persalinan aman, kegawatan selama kehamilan dan bagaimana menanganinya.

6. Kegiatan di Puskesmas (Depkes RI , 1991)

Untuk mencapai tujuan program kesehatan ibu dan anak, yaitu tercapainya kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu dan keluarganya untuk menuju NKKBS serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas


(40)

commit to user

23

manusia seutuhnya, maka kegiatan di Puskesmas mencakup hal – hal sebagai berikut:

a. Pemeliharaan kesehatan ibu yang sedang hamil, melahirkan dan menyusui, serta bayi, anak balita dan anak prasekolah.

b. Pemberian nasihat tentang makanan guna mencegah gizi buruk karena

kekurangan protein kalori dan lain – lain kekurangan, serta bila ada pemberian makanan tambahan, vitamin, dan mineral (tablet zat besi pada ibu hamil).

c. Pemberian nasihat tentang perkembangan anak dan cara stimulasinya. d. Imunisasi TT 2 x, BCG, DPT, Polio 3x, dan Campak 1x.

e. Penyuluhan kesehatan meliputi berbagai aspek dalam mencapai tujuan program KIA.

f. Pelayanan KB kepada semua PUS dengan perhatian khusus kepada mereka yang dalam keadaan bahaya karena melahirkan anak berkali – kali dan golongan ibu berisiko tinggi.

g. Pengobatan bagi ibu, bayi, anak balita dan anak pra sekolah untuk macam – macam penyakit ringan.

h. Kunjungan rumah untuk mencari ibu dan anak yang memerlukan perhatian, memberi penerangan dan pendidikan tentang kesehatan dan untuk mengadakan pemantauan pada mereka yang lalai mengunjungi Puskesmas dan meminta agar mereka datang ke Puskesmas lagi.

i. Pengawasan dan bimbingan kepada taman kanak – kanak dan dukun bayi.

Salah satu unsur yang penting untuk menurunkan angka kematian dan kesakitan ibu dan bayi adalah memberikan pemeliharaan dalam waktu hamil yang cukup baik dan dimulai sedini mungkin. Semua ibu hamil


(41)

commit to user

24

dianjurkan agar bila mereka hamil supaya memeriksakan diri di Puskesmas sedini mungkin.


(42)

commit to user

25

B. Kerangka Konsep

Keterangan :

: Variabel luar yang diteliti : Variabel luar yang dikendalikan

Gambar 2.8 Peningkatan usia ibu hamil berpengaruh pada pengetahuan ibu mengenai kehamilan risiko tinggi.

Usia bumi

< 27 tahun

≥ 27 tahun

· ↓ massa otak

· Gangguan ekspresi gen di hipokampus

· Perubahan sistem saraf Pertumbuhan otak dan SSP

maksimal

Fungsi Kognitif baik

Fungsi Kognitif kurang ·Frekuensi anc

·Pekerjaaan ·Jumlah anak ·Tempat tinggal ·Pendidikan ·Keterpaparan informasi Penyuluhan tentang KRT Pengetahuan bumil tentang KRT baik Pengetahuan bumil tentang KRT kurang


(43)

commit to user

26

C. Keterangan Kerangka Konsep

Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini dalam satuan tahun. Sehingga semakin bertambahnya usia, terjadi suatu proses

brain aging yang dimulai pada usia 27 tahun atau lebih hal ini meliputi : penurunan massa otak, perubahan sistem saraf dan gangguan ekspresi gen di hipokampus sehingga terjadi suatu penurunan fungsi kognitif (Kecepatan otak, daya tangkap, penalaran). Selain itu faktor indifidual differences juga berperan seperti ilmu pengetahuan dan sistem informasi, lingkungan tempat tinggal, pekerjaan dan jumlah anak juga berperan dalam meningkatkan pengetahuan ibu mengenai kehamilan risiko tinggi.

Informasi didapatkan melalui penginderaan oleh panca indera yang terjadi melalui keenam indera manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.

Adanya informasi yang didapat melalui pendidikan formal dapat menambah pengetahuan. Pengetahuan dapat merubah sikap dan sikap seseorang dapat terlihat sebagai perilaku. Cara mengubah ketidaktahuan serta sikap dan perilaku itu antara lain melalui pendidikan.

Tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh sumber informasi yang didapat dalam pengalaman hidupnya. Dengan pengetahuan yang dimilikinya maka seseorang akan merubah sikap, niat, dan perilakunya dalam mencegah, menghindari atau mengatasi faktor risiko dalam kehamilan.

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu. Pengetahuan ibu hamil mengenai kehamilan risiko tinggi dapat dipengaruhi oleh pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, jumlah anak , dan keterpaparan informasi yang merupakan variabel luar yang dapat dikendalikan.


(44)

commit to user

27

D. HIPOTESIS

Ibu hamil yang berusia kurang dari 27 tahun mempunyai pengetahuan kehamilan risiko tinggi yang lebih baik daripada yang berusia 27 tahun atau lebih.


(45)

commit to user

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik dengan rancangan penelitian cross sectional, dengan diagram sebagai berikut : (Arief, 2004 ; Sastroasmoro, 2002)

Gambar 3.1 Rancangan penelitian Cross Sectional Peningkatan usia ibu hamil berpengaruh pada pengetahuan ibu mengenai kehamilan risiko tinggi

SAMPEL

UMUR ≥ 27 TAHUN

POPULASI

KURANG BAIK

KURANG BAIK

UMUR < 27 TAHUN

PENGETAHUAN TENTANG KRT PENGETAHUAN


(46)

commit to user

29

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Waktu penelitian dimulai pada tanggal 31 Agustus 2010 sampai dengan 19 September 2010 dari Puskesmas di kotamadya Surakarta, meliputi :

1. Puskesmas Manahan

2. Puskesmas Gajahan

3. Puskesmas Sibela 4. Puskesmas Gilingan

5. Puskesmas Nusukan

6. Puskesmas Banyuanyar

B. Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah semua ibu hamil yang memeriksakan diri di Puskesmas Manahan, Puskesmas Gajahan, Puskesmas Sibela, Puskesmas Gilingan, Puskesmas Nusukan, Puskesmas Banyuanyar.

1. Kriteria inklusi

a. Pendidikan : SLTP dan SLTA

b. Primigravida

c. Melakukan ANC ≥ 4x

2. Kriteria eksklusi

a. Menolak mengisi kuesioner


(47)

commit to user

30

D. Besar Sampel

Besar sampel pada jumlah populasi (N) yang tidak diketahui untuk rancangan penelitian cross sectional dihitung berdasarkan rumus (Arief, 2004) :

n = Zα2p.q d2

n = besarnya sampel minimal yang diperlukan p = perkiraan prevalensi pada populasi (0,05) q = 1 - p

= 1 – 0,05 = 0,95

Zα = suatu nilai pada distribusi normal standar untuk uji dua sisi pada

tingkat kemaknaan α. Misalnya 1,96 untuk α = 0,05

d = Presisi absolut yang dikehendaki pada kedua sisi proporsi populasi, misalnya 5 % (0,05)

Dengan perhitungan diatas, maka diperoleh sampel minimal sebesar 73

E. Tehnik Sampling

Tehnik sampling dengan menggunakan incidental sampling ( Arief, 2004 ; Sugiyono, 2006).


(48)

commit to user

31

F. Variabel Penelitian

Variabel terikat adalah tingkat pengetahuan mengenai kehamilan risiko tinggi. Variabel bebas adalah usia ibu. Variabel luar yang terkendali meliputi primigravida, pekerjaan, tempat tinggal, pendidikan dan keterpaparan informasi sedangkan variabel luar yang tidak terkendali adalah sosial ekonomi.

G. Variabel Operasional 1. Usia ibu hamil

Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini dalam satuan tahun. Data diperoleh dengan cara menggunakan alat ukur berupa anamnesis tanggal kelahiran dan KTP

Skala : Nominal dikotomik.

2. Tingkat pengetahuan ibu hamil mengenai kehamilan risiko tinggi

Pada penelitian ini pengetahuan ibu hamil mengenai kehamilan risiko tinggi diperoleh dengan cara menggunakan alat ukur berupa kuesioner yang berisi pertanyaan – pertanyaan yang berhubungan dengan pengetahuan ibu hamil mengenai KRT.

Dibagi menjadi 2 kategori, yaitu baik dan kurang. Dikatakan baik bila skor ≥ X dan kurang bila skor < X. Skala yang digunakan adalah skala nominal dikotomik.

H. Instrumen Penelitian

Kuesioner untuk mengambil data tentang identitas subyek, tingkat usia ibu hamil dan pengetahuan ibu hamil mengenai kehamilan risiko tinggi.


(49)

commit to user

32

Kuesioner ini sudah dibakukan yang bersumber dari Buku Pedoman Kerja PUSKESMAS jilid II, DEPKES RI 1991.

I. Cara Pengumpulan Data

Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner yang diedarkan kepada responden kemudian diisi. Sebelum mengisi kuesioner, responden terlebih dahulu dikumpulkan dan diberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dari penelitian ini dan juga diberikan penjelasan mengenai pertanyaan yang kurang dimengerti oleh responden sebagai upaya untuk meningkatkan validitas data yang diperoleh.

J. Pengolahan Data

Untuk menganalisis ibu hamil dengan usia kurang 27 tahun mempunyai pengetahuan mengenai kehamilan risiko tinggi yang lebih baik daripada yang berusia 27 tahun atau lebih menggunakan uji statistik x2 (α = 0,05). Analisis data dibantu dengan perangkat lunak komputer menggunakan


(50)

commit to user

33

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Ibu hamil yang berkunjung mulai 30 Agustus 2010 sampai dengan 19 September 2010 di ke-6 Puskesmas di kotamadya Surakarta diambil sampelnya menggunakan tehnik accidental sampling sebanyak 100 populasi, yang memenuhi kriteria sampel yang telah dihomogenisasi sesuai kriteria inklusi dan eksklusi. Berdasarkan hasil penelitian ini, subjek penelitian menurut usia terdistribusi menjadi 56% responden berusia kurang dari 27 tahun dan 44% responden berusia 27 tahun atau lebih. Kebutuhan sampel minimal sebanyak 73 ibu hamil, digenapkan menjadi 100 ibu hamil dengan demikian masing – masing sampel pendidikan secara proporsional menjadi responden berusia kurang dari 27 tahun ada sebanyak 56 orang sedangkan responden berusia 27 tahun atau lebih sebanyak 44 orang.

A. Karakteristik Sampel

Dari pengumpulan data diperoleh data tiga variabel yaitu usia, pendidikan formal, dan nilai pengetahuan tentang kehamilan risiko tinggi. Berdasarkan usia, responden dikategorikan menjadi dua yaitu usia kurang dari 27 tahun dan usia 27 tahun atau lebih. Berdasarkan nilai pengetahuan, responden juga dikategorikan menjadi dua yaitu pengetahuan baik (apabila nilainya lebih besar dari rerata nilai keseluruhan) dan pengetahuan kurang (apabila nilainya lebih kecil sama dengan rerata nilai keseluruhan). Adapun berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai rerata sebesar 74,58. Berikut adalah deskripsi responden berdasarkan ketiga variabel penelitian.


(51)

commit to user

34

Tabel 1. Karakteristik sampel berdasarkan Usia

Usia Frekuensi Prosentase

< 27 tahun ³ 27 tahun

56 44

56% 44%

Total 100 100%

Berdasarkan tabel 1 diketahui bahwa responden yang berusia kurang dari 27 tahun lebih banyak dibandingkan responden yang berusia 27 tahun atau lebih. Responden berusia kurang dari 27 tahun ada sebanyak 56 orang (56%), sedangkan responden berusia 27 tahun atau lebih ada sebanyak 44 orang (44%).

Tabel 2. Karakteristik sampel berdasarkan Pendidikan Formal

Pendidikan Frekuensi Prosentase

SLTP SLTA

40 60

40% 60%

Total 100 100%

Berdasarkan tabel 2 diketahui bahwa responden yang berpendidikan SLTA lebih banyak dibandingkan responden yang berpendidikan SLTP. Responden yang berpendidikan SLTA ada sebanyak 60 orang (60%), sedangkan responden yang berpendidikan SLTP ada sebanyak 40 orang (40%).


(52)

commit to user

35

Tabel 3. Karakteristik sampel berdasarkan Pengetahuan tentang Kehamilan Risiko Tinggi

Pengetahuan Frekuensi Prosentase

Baik Kurang

59 41

59% 41%

Total 100 100%

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang baik tentang kehamilan risiko tinggi dibandingkan responden yang memiliki pengetahuan yang kurang. Responden yang memiliki pengetahuan baik ada sebanyak 59 orang (59%), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang ada sebanyak 41 orang (41%)

B. Analisis Peningkatan usia ibu hamil berpengaruh pada pengetahuan ibu mengenai kehamilan risiko tinggi

Analisis hubungan antara kedua variabel didasarkan atas desain tabel silang 2 ´ 2 dan pengujian statistik dilakukan dengan angka Pearson’s Chi Square.


(53)

commit to user

36

Tabel 4. Hasil Analisis Peningkatan usia ibu hamil berpengaruh pada pengetahuan ibu mengenai kehamilan risiko tinggi

Pengetahuan

Total c2 p

Baik Kurang

Usia

< 27 th 43 13 56

16,643 0,000

³ 27 th 16 28 44

Total 59 41 100

Berdasarkan tabel 4 dapat diperoleh beberapa informasi sebagai berikut:

1. Secara deskriptif diketahui bahwa ibu hamil yang berusia < 27 tahun sebagian besar memiliki pengetahuan yang baik mengenai kehamilan risiko tinggi, sedangkan ibu hamil yang berusia ³ 27 tahun sebagian besar memiliki pengetahuan yang kurang. Dari 56 ibu hamil yang berusia < 27 tahun, terdapat 43 orang yang memiliki pengetahuan baik dan 13 orang yang memiliki pengetahuan kurang. Dari 44 ibu hamil yang berusia ³ 27 tahun, terdapat 16 orang yang memiliki pengetahuan baik dan 28 orang yang memiliki pengetahuan kurang.

2. Prevalensi Ibu hamil berusia kurang dari 27 tahun yang memiliki pengetahuan lebih baik 5,788 kali lebih tinggi daripada usia 27 tahun atau lebih. ( p : 0,000 ; CI : 2,418 hingga 13,858)


(54)

commit to user

37

BAB V PEMBAHASAN

Pada penelitian ini digunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan studi cross sectional dengan alasan karena jenis penelitian epidemiologi observasional memerlukan jumlah sampel yang besar sehingga pemilihan metode penelitian ini ditujukan untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Adapun untuk meningkatkan kualitas penelitian ditetapkan adanya kriteria inklusi dan eksklusi.

Daya tangkap seseorang dipengaruhi oleh faktor usia. Dengan adanya proses penuaan otak terdapat penurunan kemampuan kognitif dalam menyerap informasi sehingga akan mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu. Menurut Salthouse (2009) kemerosotan fungsi mental termasuk ukuran pemikiran abstrak, kecepatan mental dan penyelesaian masalah mulai tumpul saat seseorang berusia 27 tahun atau lebih dimana didapati bahwa aspek tertentu daya kognitif mulai menurun.

Dari penelitian sebelumnya menemukan adanya kaitan antara usia terkait dengan perubahan ekspresi gen yang terjadi pada hippocampus dimana merupakan pusat memori yang sangat penting pada otak. Selain itu histon bagian kecil dari protein yang mengontrol ekspresi gen dengan mengikat atau tidak mengikat DNA dalam proses pembelajaran dan memori . André Fischer menyatakan bahwa proses penuaan dapat merubah fungsi histon yang menyebabkan terjadinya perubahan ekspresi gen yang menyebabkan terjadinya gangguan proses pembelajaran dan memori.

Dari banyak penelitian (Baltes, Smith & Staudinger, in press; Dobson, dkk, 1993; Salthouse,1992, 1993, in press; Salthouse & Coon, 1993; Sternbern & McGrane, 1993), diterima secara luas bahwa kecepatan memproses informasi mengalami penurunan seiring dengan proses penuaan otak (brain aging).


(55)

commit to user

38

Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini dalam satuan tahun. Sehingga semakin bertambahnya usia, terjadi suatu proses

brain aging yang dimulai pada usia 27 tahun atau lebih hal ini meliputi : penurunan massa otak, perubahan sistem saraf dan gangguan ekspresi gen di hipokampus sehingga terjadi suatu penurunan fungsi kognitif (Kecepatan otak, daya tangkap, penalaran). Selain itu faktor indifidual differences juga berperan seperti ilmu pengetahuan dan sistem informasi, lingkungan tempat tinggal, pekerjaan dan jumlah anak juga berperan dalam meningkatkan pengetahuan ibu mengenai kehamilan risiko tinggi.

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa pada ibu usia kurang dari 27 tahun memiliki pengetahuan mengenai kehamilan risiko tinggi lebih baik yaitu sebesar 43%. Sedangkan pada ibu hamil dengan usia 27 tahun atau lebih memiliki pengetahuan mengenai kehamilan risiko tinggi juga lebih rendah yaitu sebesar 16%. Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Salthouse, 2009).

Pada ibu hamil dengan usia 27 tahun atau lebih kekuatan otak mulai menurun pada (kecepatan otak, penalaran) sehingga didapatkan adanya penurunan daya tangkap. Ibu hamil dengan usia 27 tahun atau lebih akan lebih sulit menerima informasi baru tentang suatu hal dan menganalisanya. Hal ini juga didukung oleh Wiryanto (2004) ANC merupakan salah satu bentuk dari komunikasi kelompok dimana untuk menangkap ilmu pengetahuan dengan efektif diperlukan keadaan yang sama (homofilik) baik secara fisik , sosial, pengetahuan, keyakinan dan usia, dimana apabila terdapat perbedaan akan timbul suatu ketidak serasian kognitif (cognitif dissonance). Frekuensi informasi mengenai ANC yang sering diterima dan berkesinambungan akan mempengaruhi daya ingat dan akan menimbulkan sikap terhadap informasi tersebut (Tirtarahardja U., 2005).

Dalam memberikan penyuluhan melalui ANC, bidan atau petugas kesehatan sebaiknya memberikan informasi yang mencakup deteksi dini, konseling, peningkatan kesehatan (health promotion), persiapan persalinan, dan kesiapan apabila terjadi suatu komplikasi (Depkes RI , 1991) Prioritas pemberian


(56)

commit to user

39

informasi mengenai kehamilan risiko tinggi sebaiknya lebih terarah dan terstruktur terutama kepada ibu hamil dengan usia 27 tahun atau lebih oleh karena mereka mempunyai penurunan pemahaman pengetahuan mengenai kehamilan risiko tinggi sehingga materi dapat dipahami dengan lebih baik dan mantap.

Selain itu juga disampaikan agar ibu hamil dapat meningkatkan dan menjaga baik fisik, mental, kesehatan sosial ibu dan janin dengan memberikan pendidikan tentang nutrisi, kebersihan perorangan dan tentang proses kelahiran, mendeteksi dan menangani jika terdapat komplikasi selama kehamilan dengan memberikan pengobatan maupun tindakan, menyiapkan proses kelahiran dan membuat rencana tindakan apabila terdapat komplikasi, serta membantu ibu menyiapkan proses menyusui, menghadapi masa nifas, dan merawat bayi. (Bernstein P., Harrison E., Merkatz I., 2000).

Tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh sumber informasi yang didapat dalam pengalaman hidupnya. Dengan pengetahuan yang dimilikinya maka seseorang akan merubah sikap, niat, dan perilakunya dalam mencegah, menghindari atau mengatasi faktor – faktor risiko dalam kehamilan (Soekanto, 1992).

Informasi yang disampaikan melalui ANC dapat menambah pengetahuan ibu hamil mengenai kehamilan risiko tinggi. Dengan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, maka akan dapat merubah sikap dan sikap seseorang dapat terlihat sebagai perilaku Suryaningrat (2005).


(57)

commit to user

40

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

2. Distribusi frekuensi subyek penelitian menurut usia adalah : 56% responden ibu hamil yang berusia kurang dari dari 27 tahun dan 44% responden berusia 27 tahun atau lebih.

3. Dari hasil penelitian ini didapatkan : ibu hamil dengan usia kurang dari 27 tahun dengan pengetahuan kurang sebesar 13% dan pengetahuan baik sebesar 43%, sedangkan ibu hamil dengan usia 27 tahun atau lebih dengan pengetahuan kurang sebesar 28% dan pengetahuan baik sebesar 16%.

4. Ibu hamil dengan usia kurang dari 27 tahun cenderung memiliki pengetahuan tentang kehamilan risiko tinggi yang lebih baik daripada yang berusia 27 tahun atau lebih.

B. Saran

Prioritas pemberian informasi mengenai kehamilan risiko tinggi sebaiknya lebih terarah dan terstruktur terutama kepada ibu hamil dengan usia 27 tahun atau lebih oleh karena mereka mempunyai penurunan pemahaman pengetahuan mengenai kehamilan risiko tinggi sehingga materi dapat dipahami dengan lebih baik dan mantap.


(1)

commit to user

35 Tabel 3. Karakteristik sampel berdasarkan Pengetahuan tentang

Kehamilan Risiko Tinggi

Pengetahuan Frekuensi Prosentase

Baik Kurang

59 41

59% 41%

Total 100 100%

Berdasarkan tabel 3 diketahui bahwa responden yang memiliki pengetahuan yang baik tentang kehamilan risiko tinggi dibandingkan responden yang memiliki pengetahuan yang kurang. Responden yang memiliki pengetahuan baik ada sebanyak 59 orang (59%), sedangkan responden yang memiliki pengetahuan kurang ada sebanyak 41 orang (41%)

B. Analisis Peningkatan usia ibu hamil berpengaruh pada pengetahuan ibu mengenai kehamilan risiko tinggi

Analisis hubungan antara kedua variabel didasarkan atas desain tabel silang 2 ´ 2 dan pengujian statistik dilakukan dengan angka Pearson’s Chi Square.


(2)

commit to user

36

Tabel 4. Hasil Analisis Peningkatan usia ibu hamil berpengaruh pada

pengetahuan ibu mengenai kehamilan risiko tinggi

Pengetahuan

Total c2 p Baik Kurang

Usia

< 27 th 43 13 56

16,643 0,000

³ 27 th 16 28 44

Total 59 41 100

Berdasarkan tabel 4 dapat diperoleh beberapa informasi sebagai berikut:

1. Secara deskriptif diketahui bahwa ibu hamil yang berusia < 27 tahun sebagian besar memiliki pengetahuan yang baik mengenai kehamilan risiko tinggi, sedangkan ibu hamil yang berusia ³ 27 tahun sebagian besar memiliki pengetahuan yang kurang. Dari 56 ibu hamil yang berusia < 27 tahun, terdapat 43 orang yang memiliki pengetahuan baik dan 13 orang yang memiliki pengetahuan kurang. Dari 44 ibu hamil yang berusia ³ 27 tahun, terdapat 16 orang yang memiliki pengetahuan baik dan 28 orang yang memiliki pengetahuan kurang.

2. Prevalensi Ibu hamil berusia kurang dari 27 tahun yang memiliki pengetahuan lebih baik 5,788 kali lebih tinggi daripada usia 27 tahun atau lebih. ( p : 0,000 ; CI : 2,418 hingga 13,858)


(3)

commit to user

37 BAB V

PEMBAHASAN

Pada penelitian ini digunakan desain penelitian observasional analitik dengan pendekatan studi cross sectional dengan alasan karena jenis penelitian epidemiologi observasional memerlukan jumlah sampel yang besar sehingga pemilihan metode penelitian ini ditujukan untuk menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Adapun untuk meningkatkan kualitas penelitian ditetapkan adanya kriteria inklusi dan eksklusi.

Daya tangkap seseorang dipengaruhi oleh faktor usia. Dengan adanya proses penuaan otak terdapat penurunan kemampuan kognitif dalam menyerap informasi sehingga akan mempengaruhi tingkat pengetahuan ibu. Menurut Salthouse (2009) kemerosotan fungsi mental termasuk ukuran pemikiran abstrak, kecepatan mental dan penyelesaian masalah mulai tumpul saat seseorang berusia 27 tahun atau lebih dimana didapati bahwa aspek tertentu daya kognitif mulai menurun.

Dari penelitian sebelumnya menemukan adanya kaitan antara usia terkait dengan perubahan ekspresi gen yang terjadi pada hippocampus dimana merupakan pusat memori yang sangat penting pada otak. Selain itu histon bagian kecil dari protein yang mengontrol ekspresi gen dengan mengikat atau tidak mengikat DNA dalam proses pembelajaran dan memori . André Fischer menyatakan bahwa proses penuaan dapat merubah fungsi histon yang menyebabkan terjadinya perubahan ekspresi gen yang menyebabkan terjadinya gangguan proses pembelajaran dan memori.

Dari banyak penelitian (Baltes, Smith & Staudinger, in press; Dobson, dkk, 1993; Salthouse,1992, 1993, in press; Salthouse & Coon, 1993; Sternbern & McGrane, 1993), diterima secara luas bahwa kecepatan memproses informasi mengalami penurunan seiring dengan proses penuaan otak (brain aging).


(4)

commit to user

38 Umur adalah lamanya hidup yang dihitung sejak lahir sampai saat ini dalam satuan tahun. Sehingga semakin bertambahnya usia, terjadi suatu proses brain aging yang dimulai pada usia 27 tahun atau lebih hal ini meliputi : penurunan massa otak, perubahan sistem saraf dan gangguan ekspresi gen di hipokampus sehingga terjadi suatu penurunan fungsi kognitif (Kecepatan otak, daya tangkap, penalaran). Selain itu faktor indifidual differences juga berperan seperti ilmu pengetahuan dan sistem informasi, lingkungan tempat tinggal, pekerjaan dan jumlah anak juga berperan dalam meningkatkan pengetahuan ibu mengenai kehamilan risiko tinggi.

Dari hasil penelitian ini didapatkan bahwa pada ibu usia kurang dari 27 tahun memiliki pengetahuan mengenai kehamilan risiko tinggi lebih baik yaitu sebesar 43%. Sedangkan pada ibu hamil dengan usia 27 tahun atau lebih memiliki pengetahuan mengenai kehamilan risiko tinggi juga lebih rendah yaitu sebesar 16%. Hasil ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh (Salthouse, 2009).

Pada ibu hamil dengan usia 27 tahun atau lebih kekuatan otak mulai menurun pada (kecepatan otak, penalaran) sehingga didapatkan adanya penurunan daya tangkap. Ibu hamil dengan usia 27 tahun atau lebih akan lebih sulit menerima informasi baru tentang suatu hal dan menganalisanya. Hal ini juga didukung oleh Wiryanto (2004) ANC merupakan salah satu bentuk dari komunikasi kelompok dimana untuk menangkap ilmu pengetahuan dengan efektif diperlukan keadaan yang sama (homofilik) baik secara fisik , sosial, pengetahuan, keyakinan dan usia, dimana apabila terdapat perbedaan akan timbul suatu ketidak serasian kognitif (cognitif dissonance). Frekuensi informasi mengenai ANC yang sering diterima dan berkesinambungan akan mempengaruhi daya ingat dan akan menimbulkan sikap terhadap informasi tersebut (Tirtarahardja U., 2005).

Dalam memberikan penyuluhan melalui ANC, bidan atau petugas kesehatan sebaiknya memberikan informasi yang mencakup deteksi dini, konseling, peningkatan kesehatan (health promotion), persiapan persalinan, dan kesiapan apabila terjadi suatu komplikasi (Depkes RI , 1991) Prioritas pemberian


(5)

commit to user

39 informasi mengenai kehamilan risiko tinggi sebaiknya lebih terarah dan terstruktur terutama kepada ibu hamil dengan usia 27 tahun atau lebih oleh karena mereka mempunyai penurunan pemahaman pengetahuan mengenai kehamilan risiko tinggi sehingga materi dapat dipahami dengan lebih baik dan mantap.

Selain itu juga disampaikan agar ibu hamil dapat meningkatkan dan menjaga baik fisik, mental, kesehatan sosial ibu dan janin dengan memberikan pendidikan tentang nutrisi, kebersihan perorangan dan tentang proses kelahiran, mendeteksi dan menangani jika terdapat komplikasi selama kehamilan dengan memberikan pengobatan maupun tindakan, menyiapkan proses kelahiran dan membuat rencana tindakan apabila terdapat komplikasi, serta membantu ibu menyiapkan proses menyusui, menghadapi masa nifas, dan merawat bayi. (Bernstein P., Harrison E., Merkatz I., 2000).

Tingkat pengetahuan seseorang dipengaruhi oleh sumber informasi yang didapat dalam pengalaman hidupnya. Dengan pengetahuan yang dimilikinya maka seseorang akan merubah sikap, niat, dan perilakunya dalam mencegah, menghindari atau mengatasi faktor – faktor risiko dalam kehamilan (Soekanto, 1992).

Informasi yang disampaikan melalui ANC dapat menambah pengetahuan ibu hamil mengenai kehamilan risiko tinggi. Dengan pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang, maka akan dapat merubah sikap dan sikap seseorang dapat terlihat sebagai perilaku Suryaningrat (2005).


(6)

commit to user

40 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

2. Distribusi frekuensi subyek penelitian menurut usia adalah : 56% responden ibu hamil yang berusia kurang dari dari 27 tahun dan 44% responden berusia 27 tahun atau lebih.

3. Dari hasil penelitian ini didapatkan : ibu hamil dengan usia kurang dari 27 tahun dengan pengetahuan kurang sebesar 13% dan pengetahuan baik sebesar 43%, sedangkan ibu hamil dengan usia 27 tahun atau lebih dengan pengetahuan kurang sebesar 28% dan pengetahuan baik sebesar 16%.

4. Ibu hamil dengan usia kurang dari 27 tahun cenderung memiliki pengetahuan tentang kehamilan risiko tinggi yang lebih baik daripada yang berusia 27 tahun atau lebih.

B. Saran

Prioritas pemberian informasi mengenai kehamilan risiko tinggi sebaiknya lebih terarah dan terstruktur terutama kepada ibu hamil dengan usia 27 tahun atau lebih oleh karena mereka mempunyai penurunan pemahaman pengetahuan mengenai kehamilan risiko tinggi sehingga materi dapat dipahami dengan lebih baik dan mantap.