commit to user 28
bergerak seperti tanah pertanian, perkebunan, jalan-jalan, jembatan, waduk, bangunan irigasi, lapangan olah raga dan lain-lain, bangunan
gedung kantor, gudang, pabrik, sekolah, rumah sakit, rumah tempat tinggal, asramamess, monumen dan lain-lain serta barang bergerak
antara lain alat-alat berat seperti buldoser, traktor, dan lain-lain, peralatan pabrik, bengkel, laboratorium, dan lain-lain, peralatan kantor
dan perpustakaan, alat-alat pengangkutan udara, laut, darat dan lain- lain.
b. Kekayaan milik Daerah yang dipisahkan, yaitu seluruh uang dan
barang yang pengurusannya tidak dimasukkan ke dalam APBD tetapi diselenggarakan oleh organisasi Daerah yang didirikan berdasarkan
UU No. 5 Tahun 1962 serta Bank Pembangunan Daerah BPD yang juga berfungsi sebagai kas daerah yang didirikan berdasarkan UU No.
13 Tahun 1962 tentang pokok-pokok Bank Pembangunan Daerah.
3. Hubungan Keuangan Negara dan Keuangan Daerah
Adriansyah 2003: 20 mengemukakan bahwa di dalam Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Daerah diatur tentang sumber-
sumber penerimaan Daerah yang terdiri dari : a.
Pendapatan Asli Daerah PAD yang terdiri dari pajak daerah, retribusi daerah, hasil BUMD dan pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang
dipisahkan serta lain-lain pendapatan yang sah, b.
Dana Perimbangan yang terdiri dari Bagi Hasil SDA dan Non SDA, Dana Alokasi Umum DAU, Dana Alokasi Khusus DAK,
commit to user 29
c. Pinjaman Daerah,
d. Lain-lain penerimaan yang sah.
Pelaksanaan Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dengan Daerah bertujuan untuk mengatasi masalah kesenjangan antara
Pemerintah Pusat dengan Daerah
vertica l imba la nces
serta kesenjangan antar daerah
horizonta l imba la nces
Sidik, 2005: 42. Berpegang pada asas Negara Kesatuan tersebut maka antara
keuangan negara dan keuangan daerah terdapat hubungan yang erat sekali dimana bukan saja bersifat hubungan keuangan antara tingkat pemerintah
akan tetapi mencakup pula faktor-faktor strategis pembangunan dan pengawasan terhadap daerah. Oleh karena itu pandangan tehadap
hubungan ini dapat dilihat dari tiga aspeksudut pandang, yaitu: a.
Aspek penyelenggaraan pemerintahan di daerah. Penyelenggaraan pemerintahan di daerah didasarkan pada
prinsip-prinsip pemberian otonomi yang nyata dan bertanggungjawab dimana di dalam pelaksanaannya dilakukan bersama-sama antara asas
dekonsentrasi, desentralisasi, dan asas tugas pembantuan. Berdasarkan prinsip dan asas-asas tersebut maka daerah-daerah
tidak hanya melaksanakan urusan rumah tangganya sendiri, akan tetapi melaksanakan tugas-tugas umum pemerintahan dan pembangunan
dalam wilayah kekuasaannya. Pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pembangunan yang
cukup berat serta semakin berkembangnya kebutuhan masyarakat sebagai hasil pembangunan, maka daerah-daerah dihadapkan kepada
commit to user 30
kebutuhan sumber-sumber keuangan dimana ternyata sumber-sumber keuangan daerah tersebut masih sangat terbatas.
Keterbatasan sumber keuangan daerah tersebut, maka pemerintah melalui APBN menyalurkan berbagai sumber dana,
seperti: 1
Sumbangan-sumbangan berupa
dana ganjaran
serta subsidiperimbangan keuangan negara.
2 Bantuan pembangunan
b. Aspek pelaksanaan kebijaksaan pembangunan.
Aspek ini menegaskan bahwa kebijaksanaan pembangunan sebagaimana telah ditetapkan dalam garis-garis Besar Haluan Negara
GBHN yang berdasarkan kepada Trilogi Pembangunan, yaitu: 1
Pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya yang menuju pada terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat.
2 Pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
3 Stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
Keserasian dan keselarasan antara pembangunan sektoral dan pembangunan daerah, pemerataan pembangunan ke seluruh wilayah
Indonesia, perlu dilanjutkan bahkan lebih ditingkatkan. c.
Aspek pengawasan. Pengawasan dimaksudkan sebagai salah satu upaya untuk
menjamin adanya keserasian antara penyelenggaraan tugas umum pemerintah dengan daerah-daerah serta untuk lebih menjamin
commit to user 31
kelancaraan penyelenggaraan pemerintahan secara berdaya guna dan berhasil guna.
Sesuai dengan penjelasan UU No. 5 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok
Pemerintahan di
Daerah. Pengesahan
APBD, Pengesahan Peraturan-peraturan Daerah yang berkaitan dengan PAD
baik perupa pajak dan retribusi daerah maupun pengesahan atas perhitungan APBD, merupakan suatu wujud yang nyata dari
pengawasan ini, dimana untuk Propinsi disahkan oleh Menteri Dalam Negeri dan untuk Kabupaten dan Kotamadya disahkan oleh Gubernur.
Pengawasan atas pelaksanaan anggaran daerah dilakukan oleh Badan Pemeriksa Keuangan, BPKP, Inspektorat Jenderal Departemen
Dalam Negeri. Kondisi ini menunjukkan hubungan yang erat antara keuangan negara dan keuangan daerah.
Hubungan keuangan negara tercermin pula dalam pelaksanaan otonomi yang nyata dan bertanggungjawab yang meliputi hal-hal
sebagai berikut: 1
Harus serasi dengan pembinaan politik dan kesatuan bangsa. 2
Harus dapat menjalin hubungan yang serasi antara pemerintah dengan daerah atas dasar keutuhan negara kesatuan.
3 Harus dapat menjamin perkembangan dan pembangunan daerah
Mamesah, 1995 : 21 – 27 Posisi keuangan daerah dapat dilihat dari Anggaran dan
Pendapatan Belanja Daerah APBD, yang merupakan perencanaan
commit to user 32
keuangan daerah dan menentukan besarnya penerimaan serta pengeluaran daerah untuk membiayai semua kegiatan pembangunan dalam setiap tahun
anggaran. Di era pasca reformasi, sejalan dengan perubahan peraturan perundangan yang mendasari pengelolaan keuangan daerah yakni dengan
diamandemennya UU No. 221999 dengan UU No. 322004, UU No. 251999 dengan UU No. 332004 yang diikuti dengan amandemen atas PP
No. 1052000 dengan PP No 582005 maka Kepmendagri No. 292002 juga diamandemen dengan Permendagri No. 132006, bentuk APBD
mengalami perubahan yang cukup mendasar. Peraturan-peraturan di era reformasi keuangan daerah mengisyaratkan agar laporan keuangan
semakin informatif. Untuk itu dalam bentuk yang baru APBD terdiri atas tiga bagian yaitu pendapatan, belanja dan pembiayaan.
4. Desentralisasi Fiskal