commit to user 26
akan mau menanamkan modalnya di suatu Daerah dengan situasi politik yang tidak stabil. Atau Pemerintah Daerah tidak dapat
bekerja dengan baik kalau suasana tidak kondusif. iv.
Menjamin kesinambungan berusaha. Sebab ada kecenderungan yang mengkhawatirkan berbagai pihak bahwa Pemerintah Daerah
seringkali merusak tatanan yang sudah ada. Apa yang sudah disepakati sebelumnya, baik melalui kontrak dalam negeri atau
dengan pihak asing seringkali diancam untuk ditinjau kembali, bahkan hendak dinafikan oleh Pemerintah Daerah yang baru
dengan alasan Otonomi Daerah. v.
Membangun kerjasama dengan lembaga-lembaga luar, seperti LSM, Perguruan Tinggi PT, Tokoh Agama Toga, Tokoh Adat
Todat, dan Tokoh Masyarakat Tomas. Hal ini penting demi kepentingan Daerah. Karena itu pemerintah Daerah berperan
sebagai jembatan yang menjembatani antara kepentingan dunia usaha dengan aspirasi masyarakat. Dengan demikian sikap-sikap
radikal dari kalangan masyarakat atau buruh yang didukung oleh LSM, PT, Tokoh Agama, Tokoh Adat, dan Tokoh Masyarakat
akan dapat terjembatani Jimung, 2005 : 75 – 93.
2. Keuangan Daerah di Era Otonomi
Keuangan adalah rangkaian kegiatan dan prosedur dlam mengelola keuangan baik penerimaan maupun pembiayaan secara tertib, sah, hemat,
commit to user 27
berdaya guna dan berhasil guna Mamesah, 1995 : 16. Lingkup keuangan daerah meliputi:
a. Kekayaan daerah yang secara langsung dikelola oleh pemerintah
daerah sesuai tingkat otonominya masing-masing serta berhubungan langsung dengan pelaksanaan tugas, wewenang dan tanggung jawab
baik dalam bidang pemerintahan maupun dalam bidang pembangunan. Pengelolaan atas penerimaan daerah meliputi penganggaran atau
penetapan target hendaknya dikaitkan dengan potensi-potensi yang nyata dan dapat direalisasikan sehingga dapat diharapkan menjadi
modal, untuk segala pembiayaan. Demikian juga pengelolaan atas anggaran belanja itu sendiri hendaknya direncanakan dengan baik,
dilaksanakan sesuai ketentuan dan peraturan perundangan yang berlaku dan pada akhirnya dapat diterima pertanggungjawabannya.
Sedang pertanggungjawaban itu harus mendapat persetujuan legislatif dan dari pejabat yang berwenang untuk itu. Hal-hal tersebut di atas
dapat tercakup dalam bentuk Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah APBD termasuk perhitungannya yang dibuat dan
dilaksanakan setiap tahun anggaran. Di samping itu barang milik Daerah sebagai inventaris kekayaan milik Daerah, baik yang
merupakan hasil-hasil pengadaan tahun yang lalu, hibah dan lain-lain hendaknya dikelola dengan baik, baik tata usahanya, pemeliharaannya,
ataupun penyimpanannya serta status hukum pemilikannya sehingga dapat dimanfaatkan secara berdaya guna dan berhasil guna. Barang-
barang inventaris tersebut dapat diklasifikasikan sebagai barang tidak
commit to user 28
bergerak seperti tanah pertanian, perkebunan, jalan-jalan, jembatan, waduk, bangunan irigasi, lapangan olah raga dan lain-lain, bangunan
gedung kantor, gudang, pabrik, sekolah, rumah sakit, rumah tempat tinggal, asramamess, monumen dan lain-lain serta barang bergerak
antara lain alat-alat berat seperti buldoser, traktor, dan lain-lain, peralatan pabrik, bengkel, laboratorium, dan lain-lain, peralatan kantor
dan perpustakaan, alat-alat pengangkutan udara, laut, darat dan lain- lain.
b. Kekayaan milik Daerah yang dipisahkan, yaitu seluruh uang dan
barang yang pengurusannya tidak dimasukkan ke dalam APBD tetapi diselenggarakan oleh organisasi Daerah yang didirikan berdasarkan
UU No. 5 Tahun 1962 serta Bank Pembangunan Daerah BPD yang juga berfungsi sebagai kas daerah yang didirikan berdasarkan UU No.
13 Tahun 1962 tentang pokok-pokok Bank Pembangunan Daerah.
3. Hubungan Keuangan Negara dan Keuangan Daerah