Latar Belakang Pertimbangan Hukum KPPU Dalam Memutus Perkara No.35/KPPU-I/2010 Tentang Praktek Beauty Contest Sebagai Bentuk Persekongkolan Tender

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Secara umum, kehidupan perekonomian merupakan salah satu unsur yang terpenting dalam kehidupan bernegara. Hal ini dikarenakan hanya melalui kegiatan perekonomian, suatu negara dapat memenuhi berbagai kebutuhan hidup masyarakatnya dalam rangka mencapai kesejahteraan. Kegiatan ekonomi ini kemudian diimplementasikan oleh suatu negara dalam wujud pembangunan ekonomi nasional yang berkesinambungan, dengan tujuan utamanya mencapai pertumbuhan ekonomi yang setinggi-tingginya. Pembangunan ekonomi ini sendiri, oleh banyak negara, ditempatkan pada urutan pertama dari seluruh aktivitas pembangunan. 2 Permasalahan kemudian timbul karena di dalam dunia usaha dan bisnis, persaingan itu akan selalu ada. Secara terminologi, kata persaingan dapat diartikan bahwa ketika ada dua pihak atau lebih yang terlibat dalam upaya saling mengungguli dan ada kehendak di antara mereka untuk mencapai tujuan yang Namun, dalam rangka mengembangkan kegiatan perekonomian, Negara tidak dapat bergerak sendiri. Negara membutuhkan keiikutsertaan dan keaktifan masyarakat dalam pasar yang kemudian diimplementasikan oleh masyarakat dengan melakukan berbagai kegiatan ekonomi dan bisnis. 2 Sirojuzilam dan Kasyful Mahalli, Regional: Pembangunan, Perencanaan, dan Ekonomi, Medan: USU Press, 2010, hlm. 1. Universitas Sumatera Utara sama. 3 Contoh klasik dari unfair competition ini adalah praktek monopoli yang telah dilakukan sejak zaman penjajahan oleh Belanda melalui VOC. Itu artinya, persaingan dilakukan oleh beberapa pelaku usaha yang sama – sama bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari setiap usahanya. Dengan adanya persaingan di antara beberapa pelaku usaha, sering mengakibatkan adanya suatu pelaku usaha yang melakukan kecurangan – kecurangan atau melakukan tindakan yang tidak fair untuk mengungguli pelaku usaha lainnya dalam memperoleh keuntungan. Akibatnya, maka akan ada pelaku usaha yang dirugikan dan bisa saja pelaku usaha tersebut tidak dapat lagi melakukan kegiatan usahanya jika terus – menerus dirugikan. Persaingan di antara para pelaku usaha yang terjadi secara curang unfair competition, tidak hanya dapat mengakibatkan kerugian bagi konsumen, tetapi juga dapat merugikan negara. 4 Tidak hanya pada masa penjajahan, praktik monopoli juga masih banyak terjadi setelah kemerdekaan Indonesia pada tahun 1945. Pada era orde baru misalnya, praktik- praktik monopoli dengan perilaku pengusaha yang anti persaingan berkembang pesat dan bahkan tidak mampu diatasi oleh pemerintah saat itu. Dapat diambil contoh misalnya monopsoni BPPC dalam pembelin cengkeh 5 , masuknya PT Timor sebagai industri otomotif nasional dengan berbagai fasilitas dan kemudahan, dan beberapa contoh kasus monopoli lainnya. 6 3 Arie Siswanto, Hukum Persaingan Usaha Jakarta : Ghalia Indonesia, 2002, hlm. 13. Hal ini telah 4 Suhasril dan Mohammad Taufik Makarao, Hukum Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat di Indonesia Jakarta,Ghalia Indonesia, 2010, hlm. 2. 5 Ningrum Natasya Sirait, Hukum Persaingan di Indonesia: UU No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat , Ningrum Natasya Sirait I, Medan: Pustaka Bangsa Press, 2004, hlm. 6-7. 6 Munir Fuady, Hukum Antimonopoli: Menyongsong Era Persaingan Sehat Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1999, hlm. 41. Universitas Sumatera Utara menumbuhkan korporasi besar dan konglomerasi yang menguasai dan memonopoli hampir disemua sector perekonomian Indonesia. Dunia perekonomian dimonopoli oleh beberapa pengusaha yang mempunyai ikatan baik dengan penguasa. Namun di sisi lain, tidak ada instrumen hukum yang secara tegas dapat diterapkan untuk menghukum para pelaku praktik monopoli tersebut berakibat pada sulitnya penegakan hukum dibidang persaingan usaha karena tidak adanya aturan yang secara khusus mengatur tentang larangan praktik monopoli. Monopoli ini kemudian mengakibatkan situasi perekonomian Indonesia menjadi kurang sehat dan seiring waktu, banyak kendala yang terjadi akibat kegiatan monopoli tersebut. Bahkan kegiatan monopoli tersebut kemudian menjadi salah satu faktor Indonesia dilanda krisis moneter tahun 1998. 7 Dihadapkan dengan situasi tersebut, Pemerintah kemudian sadar bahwa harus dibuat suatu regulasi dalam rangka pencegahan maupun penanggulangan permasalahan yang akansedang timbul khususnya dibidang persaingan usaha. 8 Suatu Undang-Undang Antimonopoli atau Undang-Undang Persaingan Usaha merupakan kelengkapan hukum yang diperlukan dalam suatu Untuk itu, maka pada tanggal 5 Maret 1999 diundangkanlah sebuah Undang- Undang yang mengatur persoalan Antimonopoli, yaitu Undang- Undang No. 5 Tahun 1999 LN 1999-33 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. 7 Munir Fuady, op.cit., hlm. 3. 8 Andi Fahmi Lubis, et.al., Hukum Persaingan Usaha Antara Teks dan Konteks Jakarta : Deutsche Gesellschaft für Technische Zusammenarbeit, 2009, hlm. 3. Universitas Sumatera Utara perekonomian yang menganut mekanisme pasar. 9 Disatu sisi Undang- Undang ini diperlukan untuk menjamin agar kebebasan bersaing dalam perekonomian dapat berlangsung tanpa hambatan, dan dilain pihak Undang- Undang ini juga berfungsi sebagai rambu-rambu untuk memagari agar tidak terjadi praktik-praktik ekonomi yang curang. Memilih ekonomi pasar tanpa melengkapi dengan pagar-pagar peraturan, sama saja dengan membiarkan ekonomi berjalan berdasarkan hukum siapa yang kuat boleh menghabiskan siapa yang lemah yang kemudian akhirnya akan mengakibatkan penghentian fungsi pasar. 10 Lahirnya Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat kemudian berimbas pada pembentukan Komisi Pengawas Persaingan Usaha KPPU sebagai lembaga yang berwenang untuk mengimplementasikan Undang-Undang tersebut. Sebagai lembaga yang akan mengawasi pelaksanaan Undang-Undang ini, maka KPPU memiliki tugas dan kewenangan dalam melakukan pencegahan dan penindakan atas pelanggaran hukum persaingan usaha serta memberikan saran dan pertimbangan kepada pemerintah dan instansi negara terkait. Oleh karena itulah, keberadaan Undang-Undang ini sangatlah krusial dan merupakan suatu keniscayaan. 11 9 Hermansyah, Pokok-Pokok Hukum Persaingan Usaha di Indonesia Jakarta: Kencana, 2008, hlm. 57. Kewenangan KPPU tidak terbatas hanya pada penindakan terhadap kegiatan monopoli saja tetapi juga terhadap seluruh perbuatan yang dilarang dalam UU Nomor 5 tahun 10 Knud Hansen, Undang-Undang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat Jakarta: Katalis Publishing Media Services, 2002, hlm. 6. 11 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat, Bab VI, Pasal 35, Huruf d dan e. Universitas Sumatera Utara 1999 misalnya Kartel, Predatory Pricing, Persekongkolan Tender Tender Conspiracy , dll. Salah satu kasus Persekongkolan Tender yang ditangani oleh KPPU dan telah diputus pada tahun 2011 adalah kasus Proyek Donggi– Senoro di Sulawesi Tengah yang melibatkan PT Pertamina Persero, PT Medco Energi International, Tbk., PT Medco EP Tomori Sulawesi, dan Mitsubishi Corporation dengan No Putusan 35KPPU-I2010. Indikasi awal adanya dugaan praktik persaingan usaha tidak sehat dalam Proyek Donggi Senoro ini sebenarnya muncul setelah adanya laporan dari PT LNG Energi Utama PT LEU yang kalah dalam proses beauty contest 12 12 Erman Rajagukguk, “Perluasan Tafsir Pasal 22 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999”, Jurnal Yudisial, Komisi Yudisial R.I. Volume V, No.01, April 2012, hlm.1. pembangunan PT Donggi Senoro LNG PT DSL. PT LEU awalnya melaporkan bahwa telah terjadi persaingan usaha tidak sehat yaitu terkait dugaan pelanggaran Pasal 20 dan 21 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dalam Proyek Donggi Senoro dan juga pencurian rahasia perusahaan yang dilakukan oleh Mitsubishi Corporation setelah melakukan due diligence. PT LEU meminta KPPU untuk menyelidiki Gase Sale Agreement GSA yang telah ditandatangani oleh PT DSL dengan PT Pertamina EP serta kontrak GSA antara PT DSL dengan PT Pertamina HE Tomori dan PT Medco HE Tomori karena dengan meneliti GSA tersebut, diharapkan KPPU dapat mempelajari perbandingan harga, baik harga jual gas maupun nilai proyek pada saat tender, dengan harga yang disepakati di dalam GSA sebagai bukti adanya tindakan merusak pesaing predatory practices dan penawaran pura-pura artificial offering dalam beauty contest tersebut. Namun setelah KPPU melakukan klarifikasi laporan yang Universitas Sumatera Utara tercatat dengan Nomor 1038 mulai tanggal 29 Januari 2009 hingga 9 Juni 2009 dan telah menyelesaikan resume laporan akhirnya diputuskan bahwa laporan dugaan praktik persaingan usaha tidak sehat dalam proyek Donggi Senoro tersebut dihentikan karena tidak cukup bukti. Setelah selang beberapa waktu kasus tersebut sempat dinyatakan dihentikan karena tidak cukup bukti, KPPU kemudian memutuskan untuk membuka kembali dengan melakukan monitoring terhadap kasus dugaan persaingan usaha tidak sehat tersebut. Setelah melakukan serangkaian kegiatan monitoring , Tim Monitoring menemukan adanya indikasi bahwa dalam pembangunan Proyek Donggi Senoro tersebut telah terjadi pelanggaran terhadap Pasal 22 dan Pasal 23 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dimana KPPU menilai bahwa proses Beauty Contest yang dilakukan oleh PT Pertamina dan PT. Medco Energi Internasional telah sengaja mengarahkan PT Mitsubishi Corporation sebagai pemenang dalam proses Beauty Contest tersebut. Dalam perkara ini, KPPU kemudian pada tanggal 5 Januari 2011 memutuskan bahwa PT Pertamina Persero, PT Medco Energi Internasional, Tbk dan Mitsubishi Corporation telah terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 dan menyatakan bahwa PT Medco Energi Internasional, Tbk, PT Medco EP Tomori Sulawesi dan Mitsubishi Corporation terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 dan 23 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 dan menghukum PT Pertamina Persero membayar denda sebesar Rp 10.000.000.000,- sepuluh milyar rupiah, PT Medco Energi Internasional, Tbk membayar denda sebesar Rp 5.000.000.000,- lima milyar rupiah dan Mitsubishi Universitas Sumatera Utara Corporation membayar denda sebesar Rp. 15.000.000.000,- lima belas milyar rupiah yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha. 13 Putusan KPPU ini kemudian dikuatkan oleh Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 34PDT.GKPPU2011PN.JKT.PST setelah melalui mekanisme banding. 14 Putusan yang dikeluarkan oleh KPPU tersebut dinilai bermasalah dan tidak sesuai dengan aturan yang ada. PT. Pertamina dan PT. Medco Energi Internasional menilai bahwa KPPU tidak bisa membedakan antara beauty contest yang digunakan dalam proyek Donggi Senoro dan tender seperti yang dimaksud dalam kedua pasal tersebut. 15 13 Putusan KPPU No.35KPPU-I2010 tentang Proses Beauty contest Proyek Donggi Senoro hlm. 244-245. Meskipun kasus ini telah diputus pada tahun 2011 dan telah dibawa banding ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, namun kaidah dan norma hukum yang telah diputus tersebut masi menjadi suatu polemik yang hangat di dalam dunia Hukum Persaingan Usaha di Indonesia. Pertimbangan KPPU dalam menilai bahwa prosespraktik beauty contest dalam memilih mitra usaha dapat disamakan dengan proses tender telah mengakibatkan kebingungan dan kerancuan dalam kegiatan perekonomian di Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan perbedaan pendapat antara para pakar Hukum Persaingan Usaha seperti Prof. Erman Rajagukguk, Dr. Susanti Adi Nugroho,dll dengan 14 Putusan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat No. 34PDT.GKPPU2011PN.JKT.PST hlm. 275. 15 Hukum-online, “Pertamina dan Medco Keberatan Atas Putusan KPPU”, http:www.hukumonline.comberitabacahol20357pertamina-danmedco- keberatan-atas-putusan- kppu, diakses tanggal 23 Januari 2014. Universitas Sumatera Utara KPPU dimana mereka menilai bahwa beauty contest tidak dapat disamakan dengan tender sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 UU Nomor 5 Tahun 1999. Eksistensi polemik ini kemudian kembali dipertegas dengan adanya perbedaan pendapat oleh Mahkamah Agung melalui putusan kasasi dengan No Perkara. 305 KPdt.Sus2012 yang mengabulkan permohonan pemohon kasasi PT. Pertamina dan membatalkan Putusan KPPU dan Putusan PN Jakarta Pusat 16 Oleh karena masih adanya polemik didalam menanggapi putusan KPPU mengenai beauty contest ini dan bahwa penulis merasa perkara ini khususnya dalam interpretasi pasal 22 UU No 5 Tahun 1999 mengenai Persekongkolan Tender merupakan masalah yang krusial dan fundamental bukan hanya antara pihak PT. Pertamina et al dan KPPU namun juga untuk kejelasan bagi dunia usaha di Indonesia, maka penulis berpendapat bahwa masih perlu dilakukan pembahasan lebih lanjut dan mendalam untuk memperjelas dan menjawab polemik yang timbul. Oleh karena itu, maka penelitian ini akan berusaha untuk mendefinitifkan dan mencari jawaban terhadap perdebatan antara apakah Beauty contest dalam rangka mencari partner usaha dapat dianggap sebagai tender atau tidak dalam semangat Pasal 22 UU No.5 Tahun 1999. Selain itu juga diharapkan penelitian ini dapat memberikan sedikit gambaran dan titik terang dalam penyelesaian beda salinan putusan kasasi belum diturunkan oleh Mahkamah Agung sampai pada saat penelitian ini dimulai. Polemik mengenai “Beauty Contest” ini sepertinya masih belum dapat mencapai keputusan konkret dalam waktu dekat dikarenakan masih adanya upaya Peninjauan Kembali yang mungkin akan diambil oleh Pemerintah. 16 http:kepaniteraan.mahkamahagung.go.idperkaraperkara_detail.php?id=712881c0- 904d-104d-87d2 30353433 diakses tanggal 23 Januari 2014. Universitas Sumatera Utara pendapat dalam perkara eksplorasi minyak dan gas di Donggi – Senoro antara PT. Pertamina, PT. Medco Energi Internasional dan Mitsubishi Corporation dengan pihak KPPU. Penulis berharap nantinya penelitian ini dapat dijadikan bahan acuan dan referensi karya ilmiah dalam menganalisis dan menyelesaikan perkara ini.

B. Rumusan Masalah

Dokumen yang terkait

Disparatis putusan sanksi denda pada persekongkolan tender (studi putusan MA perkara Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013)

1 20 0

PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER PENGADAAN BARANG SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HUKUM PERSAINGAN USAHA (Studi pada Putusan KPPU No. 15/KPPU-L/2008 dan No. 01/KPPU-L/2008)

2 62 11

PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER PENGADAAN BARANG SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HUKUM PERSAINGAN USAHA (Studi pada Putusan KPPU No. 15/KPPU-L/2008 dan No. 01/KPPU-L/2008)

0 11 114

ANALISIS HUKUM PUTUSAN KPPU NO. 21/KPPU-L/20087DAN PUTUSAN KPPU NO. 05/KPPU-L/2008 TENTANG PERSEKONGKOLAN TENDER SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN DALAM HUKUM PERSAINGAN USAHA

0 3 2

ANALISIS HUKUM PUTUSAN KPPU NO. 21/KPPU-L/20087DAN PUTUSAN KPPU NO. 05/KPPU-L/2008 TENTANG PERSEKONGKOLAN TENDER SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN DALAM HUKUM PERSAINGAN USAHA

0 5 12

ANALISIS KONSTRUKSI HUKUM HAKIM DALAM PEMBUKTIAN SEBAGAI DASAR PERTIMBANGAN DALAM MEMUTUS PERKARA KORUPSI GRATIFIKASI

0 5 105

NOMOR 02 2010 PEDOMAN PASAL 22 TENTANG LARANGAN PERSENGKONGKOLAN DALAM TENDER

0 0 22

Pertimbangan Hukum KPPU Dalam Memutus Perkara No.35/KPPU-I/2010 Tentang Praktek Beauty Contest Sebagai Bentuk Persekongkolan Tender

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pertimbangan Hukum KPPU Dalam Memutus Perkara No.35/KPPU-I/2010 Tentang Praktek Beauty Contest Sebagai Bentuk Persekongkolan Tender

0 0 47

Pertimbangan Hukum KPPU Dalam Memutus Perkara No.35/KPPU-I/2010 Tentang Praktek Beauty Contest Sebagai Bentuk Persekongkolan Tender

0 0 12