Sistematika Penulisan Pertimbangan Hukum KPPU Dalam Memutus Perkara No.35/KPPU-I/2010 Tentang Praktek Beauty Contest Sebagai Bentuk Persekongkolan Tender

4. Analisis Data Dalam menganalisis data penelitian digunakan analisis normatif kualitatif, yaitu data yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang akan dibahas dan hasilnya tersebut dituangkan dalam bentuk skripsi. Metode kualitatif dilakukan guna mendapatkan data yang bersifat deskriptif, yaitu data-data yang akan diteliti dan dipelajari sesuatu yang utuh.

G. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi ini meliputi: BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan metode penelitian, dan sistematika penulisan. BAB II TINJAUAN UMUM KEBERADAAN PRAKTEK TENDER DAN BEAUTY CONTEST DI INDONESIA. Bab ini menguraikan tentang ruang lingkup praktek tender serta pengaturan tender yang ada di Indonesia. Selain itu, bab ini juga akan membahas mengenai keberadaan praktek “Beauty Contest” di Indonesia serta apakah tindakan tersebut dapat dibenarkan dalam sistem hukum di Indonesia yang akan dikaitkan sebagai bentuk manifestasi dari Aksi Korporasi. Universitas Sumatera Utara BAB III PERBEDAAN PENGERTIAN BEAUTY CONTEST DALAM MEMILIH MITRA USAHA DENGAN PERSEKONGKOLAN TENDER SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM UU NO.5 TAHUN 1999. Bab ini menguraikan tentang ruang lingkup pengertian tender dan persekongkolan tender sebagaimana diatur dalam UU No.5 Tahun 1999 serta akan dibahas juga mengenai bentuk-bentuk umum persekongkolan tender dan dampak yang diakibatkan oleh persekongkolan tender. Selain itu akan dibahas juga mengenai apakah “Beauty Contest” untuk memilih mitra usaha kemudian dapat disamakan atau diinterpretasikan sebagai tender berdasarkan Pasal 22 UU No.5 Tahun 1999 melalui tinjauan secara yuridis formil. BAB IV PERTIMBANGAN HUKUM KPPU DALAM MEMUTUS PERKARA NO.35KPPU-I2010 TENTANG PRAKTEK BEAUTY CONTEST PROYEK DONGGI SENORO Bab ini menguraikan tentang pihak-pihak yang bersengketa dalam perkara tersebut termasuk juga posisi kasus. Selain itu akan dibahas juga pertimbangan hukum yang diambil KPPU dalam memutus perkara tersebut serta analisa penulis terhadap apakah pertimbangan hukum dan dasar- dasar hukum yang digunakan oleh KPPU dalam memutus perkara Donggi Senoro telah diimplementasikan secara tepat. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab ini menguraikan tentang kesimpulan dan saran atas perbedaan pendapat antara pihak KPPU dengan pihak PT. Pertamina, PT. Medco dan PT. Mitsubishi dalam menafsirkan Pasal 22 UU No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Persekongkolan Tender dikaitkan dengan Praktik “Beauty Contest” dalam memilih partner usaha. Saran dan kesimpulan ini diharapkaan bisa memberikan pertimbangan dan dapat dijadikan bahan acuan dalam menganalisis dan menyelesaikan permasalahan ini. Universitas Sumatera Utara BAB II TINJAUAN UMUM KEBERADAAN PRAKTEK TENDER DAN BEAUTY CONTEST DI INDONESIA A. Tender di Indonesia 4. Sejarah Perkembangan LelangTender. Sejak zaman dahulu, dalam menjalankan bisnis, pelaku usaha cenderung menyelenggarakan atau mengikuti tender yang merupakan salah satu cara untuk mendapatkan kontrak bisnis dalam skala besar atau memperluas usaha. Lelang menurut sejarahnya berasal dari bahasa latin auctio yang berarti peningkatan harga secara bertahap. Para ahli menemukan di dalam literatur Yunani bahwa lelang telah dikenal sejak 500 tahun sebelum Masehi saat Herodotus melakukan kegiatan pelelangan untuk menjual wanita dengan syarat melakukan pembayaran. Di Roma, Italy, pada masa-masa setelah masehi, lelang cukup dikenal untuk membeli rumah dan menjual hasil-hasil perang. Kerajaan Romawi sendiri juga melakukan lelang untuk menjual perabot-perabot mereka dalam rangka melunasi hutang. 68 Selain itu, juga terdapat bukti telah terjadinya kegiatan pelelangan di China yang ditandai dengan para biksu di China yang melakukan lelang dalam rangka membiayai pembangunan kuil. 69 Catatan sejarah terhadap keberadaan lelang di zaman modern dapat dilihat dari munculnya kata auction lelang dalam Oxford English Dictionary pada tahun 68 www.mikebrandlyauctioneer.wordpress.comauction-publicationshistory-of-auctions diakses tanggal 26 Februari 2014. 69 http:www.econport.org.econportrequest?page=man_auctions_briefhistory diakses tanggal 26 Februari 2014. Universitas Sumatera Utara 1595. Menyusul kemunculan kata lelang pada Oxford Dictionary, the London Gazette kemudian sering melaporkan terjadinya proses lelang pada coffeeshop dan tavern bar di London pada akhir abad 17. Pada awal abad ke 18, the great auction houses rumah pelelangan umum dibuka. 70 Dalam sejarah Amerika, lelang pertama kali dikenal di Amerika pada saat kedatangan suku Pilgrim di America’s Eastern Shores pada tahun 1600-an yang kemudian menjadi terkenal pada saat kolonialisasi dengan maraknya penjualan hasil sawah, impor, peralatan, rokok, budak, dll. 71 Di Indonesia lelang secara resmi masuk dalam perundang- undangan sejak 1908, yaitu dengan berlakunya Vendu Reglement, Staatblad 1908 No. 189 dan Vendu Instructie, Staatblad 1908 No. 190. Peraturan-peraturan dasar lelang ini masih berlaku hingga saat ini dan menjadi dasar hukum penyelenggaraan lelang di Indonesia. 72 Dalam sistem perundang-undangan Indonesia, lelang digolongkan sebagai suatu cara penjualan khusus yang prosedurnya berbeda dengan jual-beli pada umumnya. Oleh karenanya cara penjualan lelang diatur dalam undang-undang tersendiri yang sifatnya lex specialis. Kekhususan lelang ini tampak antara lain pada sifatnya yang transparan dengan pembentukan harga yang kompetitif dan adanya ketentuan yang mengharuskan pelaksanaan lelang itu dipimpin oleh seorang Pejabat Publik, yaitu Pejabat Lelang yang mandiri. Peranan lembaga lelang dalam sistem perundang-undangan Indonesia tampak masih dianggap 70 Ibid. 71 mikebrandlyauctioneer.wordpress.comauction-publicationshistory-of-auctions, Op. cit., 72 Kementrian Keuangan Republik Indonesia, Lelang: Teori dan Praktek, Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan, http:www.bppk.depkeu.go.idindex.phplelang-teori- danpraktek view-category.html?limitstart=15 diakses pada tanggal 26 Februari 2014. Universitas Sumatera Utara relevan. Hal ini terbukti dengan difungsikannya lelang untuk mendukung upaya penegakan hukumlaw enforcement dalam hukum perdata, hukum pidana, hukum pajak, hukum administrasi Negara, dan hukum pengelolaan kekayaan Negara. 73 Dari perspektif ilmu pengetahuan, Teori LelangAuction Theory merupakan cabang dari ilmu ekonomi terapan yang menjelaskan bagaimana orang bertindak di dalam pasar lelang dan melakukan penelitian terhadap properti dari pasar lelang. Terdapat banyak desain yang mungkin dilakukan atau kumpulan aturan untuk sebuah lelang dan isu-isu tertentu d ipelajari oleh pakar teori lelang termasuk efisiensi dari desain lelang tertentu, strategi penawaran optimal dan keseimbangan, dan perbandingan perolehanrevenue comparison. Teori lelang juga digunakan sebagai alat untuk menginformasikan rancangan dari lelang-lelang dunia nyata; yang paling sering dikenal untuk privatisasi perusahaan sektor publik atau penjualan lisensi untuk penggunaan electromagnetic spectrum. 74 Gambaran Umum mengenai lelang adalah, lelang dapat dilakukan dengan berbagai bentuk tetapi selalu memenuhi dua persyaratan: a. lelang dapat digunakan untuk menjual apa saja dan dengan demikian bersifat universal b. hasil dari lelangpemenang lelang tidak bergantung kepada identitas dari penawar, maksudnya pemenang lelang itu tidak dapat diketahui sebelumnya auctions are anonymous. Hampir semua lelang memiliki ciri-ciri bahwa para peserta memasukkan penawaran, yaitu sejumlah uang yang ingin mereka bayarkan. Lelang baku 73 Ibid. 74 Wikipedia, http:en.wikipedia.orgwikiAuction_theory diakses pada tanggal 26 Februari 2014. Universitas Sumatera Utara mempersyaratkan bahwa pemenang lelang adalah peserta yang melakukan penawaran tertinggi. Lelang tidak baku tidak memiliki persyaratan tersebut misalnya lotere. Secara tradisional ada empat jenis lelang yang digunakan untuk alokasi suatu barangjasa tunggal a single item: 75 a. First-price sealed-bid auctions yaitu para penawar memasukkan penawaran mereka dalam sebuah amplop tertutup dan secara bersama menyerahkannya kepada petugas lelang. Amplop-amplop itu dibuka dan orang yang memasukkan penawaran tertinggi menang, dan membayar harga persis sama dengan yang dia tawar. b. Second-price sealed-bid auctions yaitu para penawar memasukkan penawaran mereka dalam amplop tertutup dan secara bersama menyerahkannya kepada petugas lelang. Amplo-amplop itu dibuka dan orang yang memasukkan penawaran tertinggi menang, dan orang yang memasukkan penawaran tertinggi menang, tetapi dia membayar harga persis sama dengan penawaran tertinggi kedua. c. Open ascending-bid auctions English auctions yaitu harga secara terus menerus dinaikkan oleh petugas lelang dengan para penawar tersingkir keluar ketika harga menjadi terlalu tinggi. Hal ini berlangsung terus sampai hanya satu penawar yang memenangkan lelang pada harga saat itu. d. Open descending-bid auctions Dutch auctions yaitu harga dimulai dengan tingkat yang cukup tinggi untuk menggentarkan para penawar dan 75 Wikipedia, http:en.wikipedia.orgwikiAuction diakses tanggal 26 Februari 2014. Universitas Sumatera Utara secara bertahap diturunkan sampai seorang penawar menunjukkan bahwa dia siap untuk membeli untuk harga saat itu. Dia memenangkan lelang dan membayar harga yang dia ajukan. 5. Definisi Tender Beberapa Definisi TenderLelang: a. Wikipedia mendefinisikan tender sebagai: 76 Tendering or Procurement is the acquisition of goods andor services. It is favorable that the goodsservices are appropriate and that they are procured at the best possible total cost of ownership to meet the needs of the purchaser in terms of quality and quantity, time, and location. Corporations and public bodies often define processes intended to promote fair and open competition for their business while minimizing exposure to fraud and collusion . Artinya:”Melakukan tender atau pengadaanprocurement adalah kegiatan memperoleh barang danatau jasa. Lebih disukai bahwa barangjasa itu sesuaitepat dengan kebutuhan dan bahwa barangjasa itu diperoleh dengan total harga peralihan kepemilikan dengan cara terbaik yang mungkin dilakukan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pembeli dalam hal kualitas dan kuantitas, waktu, dan lokasi. Perusahaan-perusahaan dan badan-badan publik sering mendefinisikan sebagai proses yang bertujuan untuk mendorong keadilan dan persaingan terbuka untuk bisnis mereka di samping meminimkan kemungkinan terjadinya penipuan dan kolusi.” 76 Wikipedia, http:en.wikipedia.orgwikiProcurement diakses tanggal 26 Februari 2014. Universitas Sumatera Utara b. Oxford Dictionary mendefinisikan tender sebagai: “A public sale of land or goods, at public outcry, to the highest bidder” Artinya: “Penjualan barang ataupun tanah kepada masyarakat kepada penawar tertinggi. c. Kamus Besar Bahasa Indonesia mendefinisikan tender sebagai: “tawaran untuk mengajukan harga, memborong pekerjaan, atau menyediakan barang. 77 d. Kamus Hukum. 78 Tender adalah memborong pekerjaan menyuruh pihak lain untuk mengerjakan atau memborong pekerjaan seluruhnya atau sebagian pekerjaan sesuai dengan perjanjian atau kontrak yang dibuat oleh kedua belah pihak sebelum pekerjaan pemborongan itu dilakukan. Dengan memperhatikan definisi tersebut, pengertian tender mencakup tawaran mengajukan harga untuk: 1 Memborong atau melaksanakan suatu pekerjaan; 2 Mengadakan barang atau jasa; 3 Membeli barang atau jasa; 4 Menjual barang atau jasa. 77 Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed. Ketiga Jakarta: Balai Pustaka, 2002. 78 Sudarsono, Kamus Hukum Jakarta: PT. Asdi Mahasatya, 2007. Universitas Sumatera Utara e. Tender: bisnis contract, oleh pemasoksupplier atau contractor, untuk memasok memborong barang atau jasa, berupa antara lain, open bid tender tawaran terbuka, di mana tawaran dilakukan secara terbuka sehingga para peserta tender dapat bersaing menurunkan harga; atau sealed bid tender tawaran bermeterai, di mana tawaran dimasukkan dalam amplop bermeterai dan dibuka secara serempak pada saat tertentu untuk dipilih yang terbaik; para peserta tidak dapat menurunkan harga lagi. 79 f. Tender to put out contract adalah memborongkan pekerjaanmenyuruh pihak lain untuk mengerjakan atau memborong pekerjaan pekerjaan seluruhnya atau sebagian pekerjaan sesuai dengan perjanjian atau kontrak yang dibuat oleh kedua belah pihak sebelum pekerjaan pemborongan itu dilakukan. 80 g. Menurut Keppres No. 80 Tahun 2003: 81 Tender adalah kegiatan pengadaan barangjasa yang dibiayai dengan APBNAPBD, baik yang dilaksanakan secara swakelola maupun oleh penyedia barangjasa. h. Menurut Peraturan KPPU Nomor 2 Tahun 2010, tender adalah tawaran mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan 79 T. Guritno, Kamus Ekonomi Bisnis Perbankan Inggris – Indonesia Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1994, hlm. 412. 80 Andi Fahmi Lubis, Op. cit., hlm. 148. 81 Keppres Nomor 80 Tahun 2003 telah digantikan oleh Perpres Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah Universitas Sumatera Utara barang-barang atau untuk menyediakan jasa. Dalam hal ini tidak disebut jumlah yang mengajukan penawaran oleh beberapa atau oleh satu pelaku usaha dalam hal penunjukanpemilihan langsung. Pengertian tender tersebut mencakup tawaran mengajukan harga untuk: 1. Memborong atau melaksanakan suatu pekerjaan. 2. Mengadakan barang dan atau jasa. 3. Membeli suatu barang dan atau jasa. 4. Menjual suatu barang dan atau jasa. 82 i. Menurut Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah: Bab I Ketentuan Umum, Bagian Pertama Pengertian Dan Istilah, Pasal 1 memuat istilah-istilah yang menjelaskan jenis-jenis pengadaan: 83 1 Pelelangan Umum adalah metode pemilihan Penyedia BarangPekerjaan KonstruksiJasa Lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia BarangPekerjaan KonstruksiJasa Lainnya yang memenuhi syarat. 2 Pelelangan Terbatas adalah metode pemilihan Penyedia Pekerjaan Konstruksi untuk Pekerjaan Konstruksi dengan jumlah Penyedia yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks. 82 Republik Indonesia, Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Persekongkolan Dalam Tender, hlm. 5. 83 Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah, Bab I, Pasal 1, Angka 23-30. Universitas Sumatera Utara 3 Pelelangan Sederhana adalah metode pemilihan Penyedia BarangJasa Lainnya untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah. 4 Sayembara adalah metode pemilihan Penyedia Jasa yang memperlombakan gagasan orisinal, kreatifitas dan inovasi tertentu yang hargabiayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan. 5 Kontes adalah metode pemilihan Penyedia Barang yang memperlombakan Barangbenda tertentu yang tidak mempunyai harga pasar dan yang hargabiayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan Harga Satuan. Jadi, tender atau lelang merupakan salah satu metode sourcing atau mencari sumber-sumber barangjasa yang prosedurnya diatur dengan ketentuan tender berdasarkan regulasi pemerintah atau prosedur operasional bakuSOP Standard Operating Procedure perusahaan yang cukup kompleks dibanding metode sourcing lainnya. Oleh karena itu para praktisi procurement dan juga calon vendorsupplier perlu memahami tahapan-tahapan dalam proses tender ini, sehingga bagian procurement dapat mengorganisir tender dengan baik dan tepat waktu, sementara itu para peserta lelang dapat menyusun dokumen lelang secara efektif dan memenuhi semua persyaratkan yang ditetapkan panitia tender. 84 84 http:www.informasi-training.comprocurement-tender-management diakses tanggal 26 Februari 2014. Universitas Sumatera Utara 6. Dasar Pengaturan Tender di Indonesia Dalam membuat kebijakan pengaturan tender di Indonesia, pemerintah berpedoman pada beberapa bentuk kebijakan umum antara lain: a. Meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri, rancang bangun dan perekayasaan nasional yang sasarannya adalah memperluas lapangan kerja dan mengembangkan industri dalam negeri dalam rangka meningkatkan daya saing barang dan jasa produksi dalam negeri pada perdagangan internasional; b. Meningkatkan peran serta usaha kecil termasuk koperasi kecil dan kelompok masyarakat dalam pengadaan barang dan jasa; c. Menyederhanakan ketentuan dan tata cara untuk mempercepat proses pengambilan keputusan dalam pengadaan barang dan jasa; d. Meningkatkan profesionalisme, kemandirian, dan tanggung jawab pengguna, panitiapejabat pengadaan, dan penyedia barang dan jasa; e. Meningkatkan penerimaan negara melalui sektor perpajakan; f. Menumbuhkan peran serta usaha nasional; g. Mengharuskan pelaksanaan pemilihan penyedia barang dan jasa dilakukan di dalam wilayah Negara Republik Indonesia; h. Kewajiban mengumumkan secara terbuka rencana pengadaan barang dan jasa kecuali pengadaan barang dan jasa yang bersifat rahasia pada setiap awal pelaksanaan anggaran kepada masyarakat luas. Universitas Sumatera Utara Berbagai kebijakan umum tersebut kemudian dimanifestasikan dalam beberapa peraturan mengenai tender pengadaan barang dan jasa yang ada. Di Indonesia, prosedur mengenai pelaksanaan tender untuk proyek-proyek pengadaan barangjasa diatur dalam beberapa produk hukum. Pertama, Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah, Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 61 Tahun 2004 tentang Perubahan atas Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksaan BarangJasa Pemerintah, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2005 tentang Perubahan kedua atas Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 70 Tahun 2005 tentang Perubahan Ketiga atas Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2006 tentang Perubahan Keempat atas Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah, Peraturan Presiden Nomor 79 Tahun 2006 tentang Perubahan Kelima atas Keppres Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah, Peraturan Presiden No. 85 Tahun 2006 tentang perubahan keenam Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah, Peraturan Presiden No. 95 Tahun 1997 tentang perubahan ketujuh Keppres No. 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan BarangJasa Pemerintah Universitas Sumatera Utara serta Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah. Kedua , Keputusan Menteri Permukiman dan Prasarana Wilayah Nomor 257KPTS2004 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi yang telah diubah dan diganti dengan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 43PRTM2007 tentang Standar dan Pedoman Pengadaan Jasa Konstruksi. Produk hukum pertama di atas berlaku untuk; pengadaan barangjasa yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara APBN dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD, pengadaan barangjasa yang sebagian atau seluruhnya dibiayai dari PinjamanHibah Luar Negeri PHLN yang sesuai atau tidak bertantangan dengan pedoman dan ketentuan pengadaan barangjasa dari pemberi pinjamanhibah bersangkutan, pengadaan barangjasa untuk investasi di lingkungan Bank Indonesia, Badan Hukum Milik Negara BHMN, Badan Usaha Milik Negara BUMN, Badan Usaha Milik Daerah BUMD, yang pembiayaannya sebagian atau seluruhnya dibebankan pada Anggaran Pendapatan Belanja Negara APBN dan Anggaran Pendapatan Belanja Daerah APBD. Berdasarkan Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah, tender atau pengadaan barang jasa diartikan sebagai kegiatan untuk memperoleh barangjasa oleh kementrianlembagasatuan kerja perangkat daerah yang prosesnya dimulai dari perencanaan kebutuhan sampai diselesaikannya seluruh kegiatan untuk Universitas Sumatera Utara memperoleh barangjasa yang dibiayai dengan APBNAPBD. 85 Namun, lingkup dari tender atau kegiatan pengadaan barang dan jasa tidak hanya terbatas pada kegiatan yang dibiayai oleh APBN APBD. Dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-05MBU2008 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik Negara, Pengadaan Barang dan Jasa adalah kegiatan pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh Badan Usaha Milik Negara yang pembiayaannya tidak menggunakan dana langsung dari APBNAPBD. 86 Tender merupakan salah usaha yang dilakukan oleh Pemerintah atau suatu instansi untuk memperlihatkan adanya transparansi dalam persaingan usaha ketika diadakannya proyek pengadaan barang dan jasa. Tujuan dilaksanakannya tender tersebut adalah untuk memberikan kesempatan yang sama kepada pelaku usaha agar dapat ikut menawarkan harga dan kualitas yang bersaing. Sehingga pada akhirnya dalam pelaksanaan proses tender tersebut akan didapatkan harga yang termurah dengan kualitas yang terbaik. Namun dalam pelaksanaan penawaran tender, tujuan utama yang ingin dicapai adalah memberikan kesempatan yang seimbang bagi semua penawar, sehingga menghasilkan harga yang paling murah dengan outputkeluaran yang optimal dan berhasil guna. Diakui, bahwa harga murah bukanlah semata-mata ukuran untuk menentukan kemenangan dalam pengadaan barang danjasa. Melalui mekanisme penawaran tender sedapat 85 Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah, Bab I, Pasal 1, Angka 1 dan 2. 86 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per- 05MBU2008 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik Negara, Bab I, Pasal 1, Angka 1. Universitas Sumatera Utara mungkin dihindarkan kesempatan untuk melakukan konspirasi di antara para pesaing, atau antara penawar dengan panitia penyelenggara lelang. 87 Dengan diadakannya proses tender, diharapkan munculnya pelaku usaha yang kompeten, layak dan berkualitas dalam mengerjakan suatu proyek yang ditenderkan tersebut. Sehingga penyelenggaraan tender kegiatan atau proyek tersebut dapat dilakukan secara efisien, efektif, terbuka dan bersaing, transparan, adiltidak diskriminatif, dan akuntabel. 88 a. efisien, berarti pengadaan barangjasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang sesingkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan; Untuk mencapai tujuan tersebut, maka pengaturan tender diasarkan pada berbagai prinsip yaitu: 89 b. efektif, berarti pengadaan barangjasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan; 90 c. terbuka dan bersaing, berarti pengadaan barangjasa harus terbuka bagi penyedia barangjasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat di antara penyedia barangjasa yang setara dan memenuhi syaratkriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan; 91 87 Andi Fahmi Lubis,Op. cit., hlm. 149. 88 Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah Bab II, Pasal 5. 89 Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah, Bab I, Pasal 3, Huruf a. 90 Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah, Bab I, Pasal 3, Huruf b. 91 Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah, Bab I, Pasal 3, Huruf c. Universitas Sumatera Utara d. transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barangjasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barangjasa, sifatnya terbuka bagi peserta penyedia barangjasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada umumnya; 92 e. adiltidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia barangjasa dan tidak mengarah untuk member keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan atau alasan apapun; 93 f. akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai dengan prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barangjasa. 94 Pengaturan ini tidak hanya mencakup kegiatan pengadaan yang dilakukan oleh Pemerintah, tetapi juga kegiatan pengadaan yang dilakukan oleh perusahaan negara BUMNBUMD dan perusahaan swasta 95 92 Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah, Bab I, Pasal 3, Huruf d. sebagaimana ditegaskan dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per-05MBU2008 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik Negara, bahwa Peraturan Menteri ini berlaku untuk semua pengadaan 93 Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah, Bab I, Pasal 3, Huruf e. 94 Republik Indonesia, Keputusan Presiden Nomor 80 Tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah, Bab I, Pasal 3, Huruf f. 95 Republik Indonesia, Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Persekongkolan Dalam Tender, Bab XVII, Pasal 129, Angka 1. Universitas Sumatera Utara barang dan jasa yang dilakukan oleh BUMN yang pembiayaannya berasal dari anggaran BUMN atau anggaran pihak lain termasuk yang dibiayai dari pinjamanhibah luar negeri PHLN baik yang dijamin maupun tidak dijamin oleh Pemerintah, kecuali pengadaan barang dan jasa tersebut menggunakan dana langsung dari APBNAPBD baik sebagian maupun seluruhnya. 96 Sama halnya dengan peraturan lainnya, Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara tentang Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa ini dibuat untuk menerapkan prinsip efisien, efektif, kompetitif, transparan, adil dan wajar, serta akuntabel. Namun ada tujuan khusus yang ingin dicapai dalam Peraturan Menteri tersebut mengenai pengembangan perusahaan atau Badan Usaha Milik Negara. Adapun tujuan khusus dari pengaturan mengenai Pengadaan Barang dan Jasa ini adalah: Dengan adanya ketentuan tersebut, maka seluruh BUMN wajib melaksanakan tender pengadaan barang dan jasa, baik yang menggunakan dana berasal dari Anggaran BUMN maupun dari pihak lain atau pinjamanhibah luar negeri PHLN. 97 a. meningkatkan efisiensi; b. mendukung penciptaan nilai tambah di BUMN; c. menyederhanakan dan mempercepat proses pengambilan keputusan; d. meningkatkan kemandirian, tanggung jawab dan profesionalisrne; e. meningkatkan penggunaan produksi dalam negeri; 96 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per- 05MBU2008 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik Negara, Bab I, Pasal 4. 97 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per- 05MBU2008 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik Negara, Bab I, Pasal 3. Universitas Sumatera Utara f. meningkatkan sinergi antar BUMN danatau Anak Perusahaan. Kemudian secara khusus, ada ketentuan yang mengatur mengenai pelaksanaan tender di sektor migas, yaitu Pedoman Tata Kerja Nomor: 007 Revisi-1PTKIX2009 Tentang Pengelolaan Rantai Suplai Kontraktor Kontrak Kerja Sama yang dikeluarkan oleh BP MIGAS. Secara khusus dijelaskan kembali bahwa prinsip dalam tender di sektor migas ini mencakup keuntungan negara, pertumbuhan Nasional agar mampu bersaing di tingkat regional dan internasional serta pembangunan usaha yang berwawasan lingkungan yang terdiri dari: 98 a. Efektif, berarti harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesarbesarnya sesuai dengan sasaran yang ditetapkan perusahaan. b. Efisien, berarti harus diusahakan dengan menggunakan dana, daya dan fasilitas yang sekecil-kecilnya untuk mencapai sasaran yang ditetapkan dalam waktu sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka memberikan kontribusi yang sebesar-besarnya bagi keuntungan negara. c. Kompetitif, berarti harus dilakukan melalui seleksi dan persaingan yang sehat di antara Penyedia BarangJasa yang setara dan memenuhi syaratkriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas serta transparan. 98 Republik Indonesia, Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, Pedoman Tata Kerja Nomor: 007 Revisi-1PTKIX2009 Tentang Pengelolaan Rantai Suplai Kontraktor Kontrak Kerja Sama, Bab 1, Butir 5. Universitas Sumatera Utara d. Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi, baik teknis maupun administratif termasuk tata cara evaluasi, hasil evaluasi dan penetapan pemenang harus bersifat terbuka bagi Penyedia BarangJasa yang berminat. e. Adil, berarti tidak diskriminatif dalam memberikan perlakuan bagi semua penyedia barangjasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu, dengan cara dan atau alasan apapun. f. Bertanggung jawab, berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanaan usaha sesuai dengan prinsip-prinsip dan kebijakan serta ketentuan yang berlaku dalam pengelolaan rantai suplai. g. Mendukung dan menumbuh-kembangkan kemampuan Nasional untuk lebih mampu bersaing ditingkat nasional, regional dan internasional. h. Berwawasan lingkungan, berarti mendukung dan mengembangkan kegiatan dengan memperhatikan kemampuan dan dampak lingkungan. Kemudian, untuk memenuhi prinsip – prinsip persaingan usaha yang sehat dalam pelaksanaan tender tersebut, Pemerintah membuat kriteria – kriteria khusus dalam memenangkan pelaku usaha yang menjadi peserta tender. Pemerintah mensyaratkan beberapa ketentuan, persyaratan penyedia barang dan jasa dalam pelaksanaan tender pengadaan adalah sebagai berikut: 99 99 Republik Indonesia, Keputusan Presiden tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah Nomor 80 Tahun 2003, Bab II, Pasal 11. Universitas Sumatera Utara a. memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan usahakegiatan sebagai penyedia barangjasa; b. memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk menyediakan barangjasa; c. tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan, danatau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana; d. secara hukum mempunyai kapasitas menandatangani kontrak; e. sebagai wajib pajak sudah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir, dibuktikan dengan melampirkan fotokopi bukti tanda terima penyampaian Surat Pajak Tahunan SPT Pajak Penghasilan PPh tahun terakhir, dan fotokopi Surat Setoran Pajak SSP PPh Pasal 29; f. dalam kurun waktu 4 empat tahun terakhir pernah memper-oleh pekerjaan menyediakan barangjasa baik di lingkungan pemerintah maupun swasta termasuk pengalaman subkontrak, kecuali penyedia barangjasa yang baru berdiri kurang dari 3 tiga tahun; g. memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan, dan fasilitas lain yang diperlukan dalam pengadaan barangjasa. h. tidak masuk dalam daftar hitam; i. memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan pos; j. khusus untuk penyedia barangjasa orang perseorangan persyaratannya sama dengan di atas kecuali huruf f. Universitas Sumatera Utara Selain itu, ada kriteria khusus dalam pelaksanaan tender di sektor migas mengenai pengadaan barang dan jasa yang telah diatur mekanismenya melalui peraturan perundang-undangan, yakni Peraturan BP MIGAS No.007-Revisi- 1PTKIX2009. Dalam kegiatan pengadaan barang dan jasa ini, terdapat beberapa ketentuan yang mempersyaratkan bahwa dalam jumlah tertentu, untuk pengadaan barang dan jasa, harus mendapatkan persetujuan dari BP MIGAS terlebih dahulu. Sehingga BP Migas dalam hal ini dapat melaksanakan fungsi kontrolnya. Selain itu di dalam peraturan ini terdapat ketentuan yang bertujuan untuk memberikan perlindungan terhadap produk dalam negeri. Terhadap barang harus menggunakan produk dalam negeri minimal 25 sedangkan untuk jasa, harus menggunakan produk dalam negeri minimal 30. Begitu juga dalam hal tender, peserta tender yang menggunakan produk dalam negeri tentunya akan lebih diutamakan. Walaupun selisih harga mencapai 25, namun jika peserta tender tersebut menggunakan produk dalam negeri maka ia akan menjadi pemenang tender. 100 Terdapat dua proses yang dapat dilakukan untuk melakukan tender berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah, yaitu sebagai berikut: Adanya keharusan berupa ketentuan minimal penggunaan produk dalam negeri ini serta adanya pengutamaan terhadap peserta tender yang menggunakan produk dalam negeri, merupakan salah satu faktor yang dapat mendorong berkembangnya industri dalam negeri. Perkembangan ini pada akhirnya mampu memberikan sumbangsih bagi perkembangan perekonomian nasional Indonesia. 100 Republik Indonesia, Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi, Pedoman Tata Kerja Nomor: 007 Revisi-1PTKIX2009 Tentang Pengelolaan Rantai Suplai Kontraktor Kontrak Kerja Sama. Universitas Sumatera Utara a. Prakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barangjasa sebelum memasukkan penawaran. 101 Proses prakualifikasi secara umum meliputi pengumuman prakualifikasi, pengambilan dokumen prakualifikasi, pemasukan dokumen prakualifikasi, evaluasi dokumen prakualifikasi, penetapan calon peserta pengadaan yang lulus prakualifikasi, dan pengumuman hasil prakualifikasi. 102 b. Pascakualifikasi adalah proses penilaian kompetensi dan kemampuan usaha serta pemenuhan persyaratan tertentu lainnya dari penyedia barangjasa setelah memasukkan penawaran. 103 Proses pascakualifikasi secara umum meliputi pemasukan dokumen kualifikasi bersamaan dengan dokumen penawaran dan terhadap peserta yang diusulkan untuk menjadi pemenang serta cadangan pemenang dievaluasi dokumen kualifikasinya. 104 Salah satu dari kedua bentuk proses tender tersebut dapat dipilih sesuai dengan bentuk tender yang akan dilaksanakan. Pelaksanaan tender tersebut sebaiknya disesuaikan dengan kebutuhan, agar mencapai tujuan efisiensi dan efektifitas dalam pelaksanaan tender tersebut. 101 Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah, Bab VI, Pasal 56, Angka 3. 102 Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah, Bab VI, Pasal 57, Angka 1 Huruf A. 103 Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah, Bab VI, Pasal 56, Angka 8. 104 Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah, Bab VI, Pasal 57, Angka 1 Huruf B. Universitas Sumatera Utara Di Indonesia, terdapat beberapa macam metode dalam pemilihan penyediaan barang jasa. Seperti yang dijelaskan dalam Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah, bahwa dalam pemilihan penyedia barang jasa pemborongan jasa lainnya dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu : a. Pelelangan umum, adalah pemilihan Penyedia BarangPekerjaan KonstruksiJasa Lainnya untuk semua pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua Penyedia BarangPekerjaan KonstruksiJasa Lainnya yang memenuhi syarat. 105 b. Pelelangan terbatas, adalah metode pemilihan penyedia pekerjaan konstruksi untuk pekerjaan konstruksi dengan jumlah penyedia yang mampu melaksanakan diyakini terbatas dan untuk pekerjaan yang kompleks. 106 c. Pelelangan Sederhana adalah metode pemilihan penyedia barangjasa lainnya untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah. 107 d. Pemilihan langsung, adalah metode pemilihan penyedia pekerjaan konstruksi untuk pekerjaan yang bernilai paling tinggi Rp. 200.000.000,00 dua ratus juta rupiah. 108 105 Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah, Bab I, Pasal 1, Angka 23. 106 Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah, Bab I, Pasal 1, Angka 24. 107 Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah, Bab I, Pasal 1, Angka 25. 108 Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah, Bab I, Pasal 1, Angka 26. Universitas Sumatera Utara e. Seleksi Umum adalah metode penyedia jasa konsultansi untuk pekerjaan yang dapat diikuti oleh semua penyedia jasa konsultansi yang memenuhi syarat. 109 f. Sayembara adalah metode pemilihan Penyedia Jasa yang memperlombakan gagasan orisinalitas, kreativitas dan inovasi tertentu yang hargabiayanya tidak dapat ditetapkan berdasarkan harga satuan. 110 g. Penunjukan langsung, adalah metode pemilihan penyedia barang jasa yang dilakukan dengan cara penunjukan langsung terhadap 1 satu penyedia barangjasa dengan cara melakukan negosiasi baik teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertanggungjawabkan. Penggunaan metode penunjukan langsung ini hanya dilakukan dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus saja. 111 Dalam pelaksanaan tender pengadaan barang dan jasa yang dilakukan oleh BUMN, ada beberapa metode atau cara yang dapat dipilih. Pemilihan metode atau cara pengadaan barang dan jasa pada BUMN disesuaikan dengan kebutuhan pengguna barang dan jasa serta dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip umum, yaitu efisien, efektif, kompetitif, transparan, adil dan wajar serta akuntabel. Metode atau cara pengadaan barang jasa yang dapat digunakan oleh 109 Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah, Bab I, Pasal 1, Angka 27. 110 Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah, Bab I, Pasal 1, Angka 29. 111 Republik Indonesia, Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah, Bab I, Pasal 1, Angka 31. Universitas Sumatera Utara BUMN yaitu dengan cara antara lain sebagai berikut yang termasuk tetapi tidak hanya terbatas pada: 112 a. Pelelangan terbuka, atau seleksi terbuka metode pemilihan penyedia barangjasa yaang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas dunia usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi dapat mengikutinya; b. Dalam hal jumlah penyedia barangjasa yang mampu melaksanakan diyakini terbatas yaitu untuk pekerjqan yang kompleks, maka pemilihan penyedia barangjasa dapat dilakukan dengan metode pelelangan terbatas dan diumumkan secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi dengan mencantumkan penyedia barangjasa yang telah diyakini mampu, guna member kesempatan kepada penyedia barangjasa lainnya yang memenuhi kualifikasi; c. Dalam hal metode pelelangan umum atau pelelangan terbatas dinilai tidak efisien dari segi biaya pelelangan, maka pemilihan penyedia barangjasa dapat dilakukan dengan metode pemilihan langsung, yaitu pemilihan penyedia barangjasa yang dilakukan dengan membandingkan sebanyak-banyaknya penawaran, sekurangkurangnya 3 tiga penawaran dari penyedia barangjasa yang telah lulus prakualifikasi serta dilakukan negoisasi baik teknis maupun biaya serta 112 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara Nomor Per- 05MBU2008 Tentang Pedoman Umum Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Badan Usaha Milik Negara, Bab I, Pasal 5, Angka 2. Universitas Sumatera Utara harus diumumkan minimal melalui papan pengumuman resmi untuk penerangan umum dan bila memungkinkan melalui internet; d. Dalam keadaan tertentu dan keadaan khusus, pemilihan penyedia barangjasa dapat dilakukan dengan penunjukan langsung terhadap 1 satu penyedia barangjasa dengan cara melakukan negoisasi baik teknis maupun biaya sehingga diperoleh harga yang wajar dan secara teknis dapat dipertangggungjawabkan. Dari berbagai bentuk metode atau cara pelaksanaan tender yang telah disebutkan di atas, penyelenggara atau panitia tender dapat memilih metode mana yang dinilai lebih efisien dan efektif dalam menentukan peserta tender yang berhak untuk memenangkan tender. Metode atau cara pelaksanaan tender tersebut harus disesuaikan dengan kebutuhan akan jenis dan macam suatu proyek yang akan dilaksanakan. Tujuan yang diharapkan melalui pemilihan metode tender yang tepat ini adalah untuk mencari dan menentukan pelaku usaha yang benarbenar kompeten di bidangnya dalam pelaksanaan tender tersebut. B. Praktek Beauty Contest di Indonesia 5. Tinjauan Umum Terhadap Beauty Contest a. Pengertian Beauty Contest Istilah Beauty Contest pertama kali diperkenalkan oleh John Maynard Keynes pada tahun 1936. Ia adalah seorang ekonom berasal dari Inggris yang Universitas Sumatera Utara mengembangkan dan bertanggung jawab untuk mengembangkan teori stimulus fiskal dari ekonomi. Keynes menjuluki pasar modal sebagai ajang “kontes kecantikan” beauty contest . Pada tahun 1936, sebuah surat kabar di London menjalankan sebuah kontes kecantikan dimana pembaca diminta untuk memilih foto 6 enam orang yang “paling cantik” dari 100 seratus foto-foto wanita. Siapapun yang memilih foto yang paling popular akan memenangkan undian. Untuk memenangkan kompetisi, pemain tidak harus secara naif memilih enam wajah yang mereka anggap paling cantik, tetapi mereka harus menggunakan informasi mereka untuk menyimpulkan wajah mana yang orang lain anggap paling cantik. Keynes mengamati bahwa pasar modal seperti ajang kontes kecantikan, bahwa investor sama-sama diatur oleh ekspektasi tentang sesuatu yang investor lain pilih, bukan menilai berdasarkan value dari suatu perusahaan. 113 Pada permulaan abad ke-21, banyak pemerintahan di Eropa mengalokasikan hak untuk memakai frekuensi telepon mobil kepada pihak swasta. Mekanisme alokasi yang diterapkan berbeda dari negara ke negara. Suatu negara memilih untuk menggunakan satu atau lain bentuk dari lelang untuk mengalokasikan hak, sementara negara lainnya menggunakan beauty contest, di mana pelaku usaha dipilih berdasarkan proposal yang diajukannya. Ini adalah salah satu metode dalam memilih penyedia jasa yang berhak atas frekuensi 113 Pingyang Gao, “Keynesian Beauty contest, Accounting Disclosure, and Market Efficiency”, Yale School of Management, Agustus 2007, hlm. 1. Universitas Sumatera Utara telepon mobil. Pengalihan hak ini meluas kepada operasi angkutan umum seperti bus dan kereta api, pompa bensin, dan lain sebagainya. 114 Beauty Contest di dalam ranah hukum Indonesia adalah suatu istilah yang relatif baru, yang menjadi populer menjadi pembicaraan di masyarakat dengan adanya putusan KPPU dalam Kasus Donggi Senoro ini. Istilah beauty contest tidak terdapat dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli Dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Istilah ini berasal dari kepustakaan Hukum Persaingan di luar negeri. 115 Berikut ini akan dipaparkan beberapa definisi mengenai beauty contest yaitu: 1 Menurut Black‘s Law Dictionary: “Beauty contest, Slang. A meeting at which a major client interviews two or more law firms to decide which firm to hire.” 116 Secara informal istilah ini berarti suatu pertemuan di mana seorang client mengadakan pertemuan dengan mengundang kantor-kantor hukum yang tujuannya adalah untuk memilih kantor hukum mana yang akan disewa untuk membela kepentingannya. 2 Achim Wambach menjelaskan istilah beauty contest dengan membandingkannya dengan auction lelang atau tender: 117 114 Erman Rajagukguk, Op. cit., hlm. 6. 115 Ibid. 116 Black’s Law Dictionary, Eighth Edition, West Group, Min, USA. 2004. 117 Achim Wambach, “Collusion in Beauty contests.”, University of Erlangen-Nuernberg, CESifo and CEPR, May 2003, hlm. 1-2. Universitas Sumatera Utara “McMillan makes the point that beauty contests usually lack transparency with the consequence that the winner is often the firm that hired the most effective lobbyists. Although this argument is intuitively appealing, it is not convincing. If regulators can undertake auctions and thus make the allocation transparent, they should also be able to proceed with transparent and efficient negotiations. In addition, there are many good arguments why beauty contests might fare better than auctions. One, as already pointed out by McMillan 1995 is the additional flexibility. While auctions finally come down to price competition, negotiations allow to take many more aspects into consideration, like the degree of coverage, speed of introduction of the new generation of mobile phones, and so on” 3 Sama seperti Achim Wambach, Matthew Bennett menjelaskan definisi beauty contest dengan cara membandingkannya dengan AuctionLelang: Auction. 118 - A mechanism in which the highest bidding firm wins the license. - May also have some conditions on auction participation. Beauty Contest. 119 - A mechanism in which the license is sold for a fixed monetary value regardless of the firm type. - Allocation of license is decided by the highest levels of service. 4 Seorang pakar ekonomi bernama Eirik Mikkelsen mengatakan bahwa lelang dan beauty contest adalah masuk ke dalam metode untuk melakukan seleksi dalam memperoleh sumber daya alam: 120 “Competition over access to natural resources takes many forms. Sometimes it is a matter of writing applications and having a dialogue with a regulator, alone or as part of a planning process. Lobbying for resource access is also common, inside or outside of a structured planning process, as is bribing officials. Sometimes the regulator is looking for spin-offs of resource use, like job creation and rural development, and will grant resource access to those that best render this probable sometimes coined “a beauty contest”. A contest is when actors invest resourceseffort in order to influence their chances of winning a prize, or a 118 Matthew Bennett, Is the Optimal Auction a Beauty contest? The Interaction of Market Allocation and Supervision , Université de Toulouse GREMAQ, November 2003, hlm. 3-4. 119 Ibid, hlm. 5. 120 Eirik Mikkelsen, Resource Allocation by Contest or Bargaining, Department of Economics, The Norwegian College of Fisheries Science, University of Tromsø, hlm. 2. Universitas Sumatera Utara share of a prize, and the invested resources are sunk. The prize would here be access to a natural resource. Contests have been studied extensively, under many different assumptionssettings. Externalities of effort have, however, not been explicitly included in many contest models.” 5 Menurut Dr.Jur Udin Silalahi, S.H, L.L.M: 121 Beauty contest dapat dikatakan suatu peragaan atau pemaparan profil suatu perusahaan atas suatu undangan seseorang atau suatu pelaku usaha tertentu. Pemaparan tersebut termasuk mengenai kemampuan dan kekuatan keuangan perusahaan serta produk-produk yang sudah diproduksinya. Dalam suatu beauty contest penyaringan dilakukan secara internal terhadap perusahaan-perusahaan yang diundangnya. Berdasarkan penilaian profil perusahaan, harga yang ditawarkan dan pertimbangan lain, maka perusahaan yang melakukan beauty contest memutuskan menunjuk salah satu perusahaan sebagai pemenangnya. 6 Menurut Kurnia Toha SH., LL.M., Ph.D., beauty contestseleksi calon mitra adalah suatu proses untuk mencari partner yang akan ikut menyertakan modalnya sebagai pemegang saham untuk melakukan suatu kegiatan usaha bersama-sama dengan partner lainnya akan menjadi pemilik atau pemegang saham dari perusahaan yang akan dibangunnya dan secara bersama-sama pula akan mengharapkan pengembalian modal yang ditanamkan dalam perusahaan yang akan didirikan. Tindakan salah satu partner terpilih yang merugikan perusahaan yang didirikan pasti akan merugikan partner lainnya, sehingga dalam hal ini tidak terjadi peralihan 121 Udin Silalahi, Perusahaan Saling Mematikan Dan Bersekongkol-Bagaimana Cara Memenangkan? , Cet. Pertama Jakarta: PT. Elex Media Komputindo, 2007, hlm. 132-133. Universitas Sumatera Utara risiko dan tanggung jawab hukum dari pengundang kepada calon mitra terpilih atas kegiatan usaha perusahaan yang didirikan tetapi secara bersama-sama menjalankan perusahaan. 122 7 Menurut Prof Erman Rajagukguk S.H., LL.M., Ph.D, beauty contest pemilihan mitra adalah pemilihan calon partner untuk membangun suatu usaha, bukan mengenai pengadaan barangjasa. 123 Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam beauty contest para pesertapeminat menjelaskan pengalamanprofil mereka untuk diberikan lisensi atas dasar kriteria yang ditentukan dalam undangan untuk memasukkan penawaran. Kriteria ini dapat terdiri dari, misalnya, kecepatan mengerahkan tenaga kerja, kelayakan proyek, efisiensi spectrum dan kemampuan menimbulkan persaingan. Kriteria ini dapat diberikan bobot penilaian.Kriteria tersebut kemudian dapat dinegosiasikan dengan para peserta, dan para peserta dapat memodifikasi proposal mereka. Atas dasar proposal akhir yang diberikan peserta, penyelenggara akhirnya memutuskan peserta yang berhak menang. Terdapat asumsi penting yang dapat dibuat adalah bahwa bahkan jika para peserta tahu semua penawaran akhir, namun mereka tidak tahu perusahaan mana yang menjadi pemenangnya, karena mereka tidak tahu preferensi penyelenggara secara persis. 124 Di Indonesia sampai saat ini belum ada pengaturan yang secara jelas membahas mengenai proses pelaksanaan pemilihan mitra kerja melalui beauty contest . Bagi BUMN peraturan mengenai pencarian mitra kerja dapat ditemukan 122 Putusan KPPU Nomor35KPPU-I2010, Op. cit., hlm. 131-134. 123 Erman Rajagukguk, Op. cit., hlm. 6. 124 Achim Wambach, Op. cit., hlm. 2. Universitas Sumatera Utara dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara No.Per- 06MBU2011 tentang Pedoman Pendayagunaan Aktiva Tetap Badan Usaha Milik Negara. Namun, dalam Peraturan Menteri BUMN tersebut tidak dijelaskan pelaksanaan pemilihan mitra dengan cara tender ataupun dengan cara beauty contest . Namun, dijelaskan lebih lanjut pada Pasal 9, bahwa pelaksanaan pemilihan mitra tersebut didasarkan pada nilai perkiraan sendiri yang ditetapkan oleh direksi. b. Syarat Pemilihan Mitra dalam Beauty contest Dalam mengikuti beauty contest para peserta diwajibkan memenuhi syarat atau yang biasa disebut Term of Reference TOR. TOR itu sendiri merupakan suatu bentuk sistem penilaian, yiatu penilaian berdasarkan rujukan terhadap persyaratanpersyaratan yang ditetapkan di dalamnya karena berfungsi sebagai rintangan minimum yang harus dapat dilalui oleh calon mitra. 125 Apabila melihat pengaturan mengenai pemilihan mitra sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Badan Usaha Milik Negara No.PER 06MBU2011, calon mitra kerjasama adalah badan hukum yang wajib memenuhi persyaratan sekurang- kurangnya sebagai berikut: 126 1 Memiliki kemampuan keuanganpendanaan yang dibuktikan dengan laporan keuangan yang telah diaudit danatau jaminan tertulis dari penyandang dana; 125 Putusan KPPU Nomor35KPPU-I2010, Op. cit., hlm. 182. 126 Republik Indonesia, Peraturan Menteri Badan usaha Milik Negara Nomor.PER- 06MBU2011, Bab III, Pasal 13. Universitas Sumatera Utara 2 Memiliki pengalaman danatau memiliki aksesjejaring kompetensi pada bidang usaha bersangkutan; 3 Tidak pernah dinyatakan pailit oleh putusan pengadilan. Sedangkan dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri Dan Otonomi Daerah No. 43 Tahun 2000, syarat bagi Badan UsahaPerorangan yang akan mengadakan kerjasama dengan Perusahaan Daerah harus memenuhi syarat: 127 1 Memiliki status hukum sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku di Indonesia; 2 Memiliki NPWP; 3 Lembaga swasta asing harus mendapat ijinrekomendasi dari pejabat berwenang dan tunduk kepada peraturan perundang-undangan yang berlaku; 4 Memiliki bonafiditas dan kredibilitas. c. Keuntungan Beauty Contest Dalam pemilihan beauty contest ini, penyelenggara akan memilih peserta yang qualified dari segi pengalaman, finansial dan sebagainya, tidak hanya terbatas pada penawaran harga sebagaimana halnya tender. Beauty contest dilakukan untuk memilih calon mitra kerja terbaik berdasarkan persyaratan- persyaratan yang dibuat oleh penyelenggara dan juga proposal-proposal yang diajukan oleh peserta beauty contest. Dengan dilakukannya beauty contest 127 Republik Indonesia, Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah Nomor 43 Tahun 2000, Bab III, Pasal 5, Angka 2. Universitas Sumatera Utara tersebut, penyelenggara akan mendapatkan calon mitra kerja yang paling menguntungkan untuknya. Sehingga dalam pelaksanaan kerjasamanya diharapkan proyek yang akan dijalankan sesuai dengan rencana kedua belah pihak. Karena dalam hal ini, pelaksanaan proyek akan menjadi tanggungan kedua belah pihak. Sehingga apabila tidak dilakukan beauty contest bisa terjadi terpilihnya peserta yang tidak qualified. Dari aspek waktu beauty contest membutuhkan waktu relatif lebih singkat daripada pelaksanaan suatu tender. Tender membutuhkan waktu lebih lama, karena semua proses tender harus terjadwal secara transparan kepada publik, dan syarat-syaratnya juga harus jelas disampaikan kepada publik. Setiap perusahaan yang memenuhi syarat-syarat ditetapkan berhak sebagai peserta tender dan dapat mengajukan penawarannya. 128 d. Kekurangan Beauty Contest Proses beauty contest dilakukan secara internal terhadap perusahaan- perusahaan yang diundangnya. Berdasarkan penilaian profil perusahaan, harga yang ditawarkan dan pertimbangan lain, maka perusahaan yang melakukan beauty contest memutuskan menunjuk salah satu perusahaan sebagai pemenangnya. Ada kemungkinan, bahwa perusahaan-perusahaan yang diundang beauty contest tidak mengetahui perusahaan lain yang diundang sebagai kompetitornya. Artinya, proses beauty contest dilakukan secara tertutup, sehingga transparansi 128 Udin Silalahi, Op. cit., hlm. 132. Universitas Sumatera Utara tidak ada dan persaingan di antara peserta beauty contest tidak terjadi, karena tidak saling mengetahui. 129 6. Beauty Contest dalam memilih Mitra Usaha Sebagai Bentuk Aksi Korporasi. a. Pengertian Aksi Korporasi Dalam perusahaan dikenal istilah aksi korporasi corporate action untuk meningkatkan kinerja perusahaan. Aksi korporasi adalah segala kejadian yang dirasakan oleh suatu perusahaan memiliki dampak terhadap pemegang sahamnya atau aktivitas emiten yang menarik perhatian pelaku pasar seperti analisis saham, manager investasi, manajer dana fund manager, investor, atau pemegang saham. 130 Dalam Undang-Undang Perseroan Terbatas, aksi korporasi diartikan sebagai segala tindakan dan kegiatan yang dilakukan oleh korporasi baik berpengaruh terhadap harga dan jumlah saham atau tidak. Jadi, kepentingan dari aksi korporasi bukan saja ditekankan pada pemegang saham, tapi kepada seluruh Pada umumnya, semua jenis aksi korporasi bersifat material sehingga setiap kali aksi korporasi digulirkan seringkali memberikan dampak terhadap perubahan harga saham di pasar. Karena setiap aksi korporasi berdampak material, maka Bapepam - LK mengatur dalam satu ketentuan khusus. Perlu diketahui bersama bahwa langkah emiten untuk melakukan keputusan corporate action harus disetujui dalam suatu rapat umum baik RUPS Rapat Umum Pemegang Saham ataupun RUPSLB Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa. 129 Ibid. 130 Saleh Basir dan Hendy M. Fakhruddin, Aksi Korporasi: Strategi Untuk Meningkatkan Nilai Saham Melalui Tindakan Korporasi Jakarta: Salemba Empat, 2005, hlm. 77. Universitas Sumatera Utara pihak yang memang benar terkena dampak dari aksi korporasi. Lebih jelasnya, aksi korporasi seperti Penggabungan, Peleburan, Pengambilalihan dan Pemisahan harus memperhatikan kepentingan pemegang saham minoritas, kreditor dan masyarakat secara umum. 131 Umumnya pelaksanaan aksi korporasi mengacu kepada landasan hukum atau beberapa ketentuan yang diatur dalam: 1 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 “selanjutnya disebut UU PT” yang memayungi berbagai hal fundamental atas pendirian awal suatu perseroan, penyetoran modal, nilai nominal saham, ketentuan tentang pemegang saham, Rapat Umum Pemegang Saham, pembelian kembali saham, penambahan modal, penggabungan perusahaan, pembubaran perusahaan, bahkan mengenai tanggung jawab sosial dan lingkungan. 2 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal “selanjutnya disebut UU Pasar Modal” mengatur hal-hal berkaitan dengan emiten, bursa, tindakan korporasi yang berkaitan dengan pasar bursa dan hal-hal yang dilarang dalam tindakan korporasi dalam bursa seperti insider trading dan transaksi saham yang dilarang lainnya. 3 Peraturan Otoritas Jasa Keuangan Seluruh perusahaan publik di samping mengikuti ketentuan yang diatur dalam UU PT, juga mengikuti berbagai peraturan yang ada di pasar modal 131 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab VIII, Pasal 126, Angka 1. Universitas Sumatera Utara baik UU Pasar Modal, maupun aturan-aturan Otoritas Jasa Keuangan yang berkaitan dengan berbagai bentuk aksi korporasi. Beberapa bentuk aksi korporasi yang umumnya dilakukan emiten antara lain adalah: pembagian deviden baik tunai maupun saham, pemecahan saham atau penyatuan saham, saham bonus, penawaran umum terbatas right issue dan pembelian kembali saham. Disamping itu aksi korporasi juga mencakup aksi strategis emiten lainnya seperti: aliansi strategis, merger, akuisisi, spin off, penawaran umum perdana, secondary offering, dilusi, dll pengertian istilah ini akan diuraikan dibawah. Tindakan korporasi yang secara khusus diatur dalam Undang-undang Perseroan Terbatas adalah tindakan sebagai berikut: 1 Penggabungan dan Peleburan. Direksi yang bertanggung jawab akan pelaksanaan dari tindakan korporasi ini sesuai dengan persetujuan Dewan Komisaris kemudian RUPS. 132 2 Pengambilalihan. Tidak seperti Penggabungan dan Peleburan, Pengambilalihan dapat dilakukan baik oleh Direksi maupun langsung dari para pemegang saham. 133 3 Pemisahan Saham. Terdapat dua macam pemisahan saham yaitu pemisahan secara murni dan pemisahan secara tidak murni. 134 132 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab VIII, Pasal 123, Angka 3. 133 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab VIII, Pasal 125, Angka 1. 134 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab VIII, Pasal 135, Angka 1. Universitas Sumatera Utara 4 Stock Buy-Back Pembelian kembali saham. Diatur mengenai pembelian kembali saham yang dilaksanakan oleh Direksi melalui persetujuan RUPS. 135 Pengaturan dalam UU Perseroan Terbatas tersebut kemudian dapat dijabarkan menjadi beberapa bentuk aksi korporasi antara lain: 1 Aliansi Strategis Aliansi strategis adalah hubungan formal antara dua atau lebih kelompok untuk mencapai satu tujuan yang disepakati bersama ataupun memenuhi bisnis kritis tertentu yang dibutuhkan masing-masing organisasi secara independen. Aliansi strategis pada umumnya terjadi pada rentang waktu tertentu, selain itu pihak yang melakukan aliansi bukanlah pesaing langsung, namun memiliki kesamaan produk atau layanan yang ditujukan untuk target yang sama. Dengan melakukan aliansi, maka pihak-pihak yang terkait haruslah menghasilkan sesuatu yang lebih baik melalui sebuah transaksi. Rekanan dalam aliansi dapat memberikan peran dalam aliansi strategis dengan sumberdaya seperti produk, saluran distribusi, kapabilitas manifaktur, pendanaan projek, pengetahuan, keahlian ataupun kekayaan intelektual. Dengan aliansi maka terjadi kooperasi atau kolaborasi dengan tujuan muncul sinergi. Dengan aliansi, perusahaan dapat saling berbagi 135 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas, Bab VIII, Pasal 37, Angka 1, Huruf a. Universitas Sumatera Utara kemampuan transfer teknologi, risiko, dan pendanaan. Aliansi strategis terkait pula dengan konsep seperti koalisi internasional, jaringan strategis, joint venture ,dll. 2 Divestasi Dalam finansial dan ekonomi, divestasi adalah pengurangan beberapa jenis aset baik dalam bentuk finansial atau barang, dapat pula disebut penjualan dari bisnis yang dimiliki oleh perusahaan. Ini adalah kebalikan dari investasi pada aset yang baru. 136 3 Akuisisi Akuisisi berasal dari sebuah kata dalam bahasa Inggris acquisition yang berarti pengambilalihan. Kata akuisisi aslinya berasal dari bhs. Latin, acquisitio , dari kata kerja acquirere. Akuisisi adalah pengambilalihan suatu perusahaan oleh perusahaan lain yang biasanya dicapai dengan membeli saham perusahaan lain baik sebagian maupun seluruhnya. Dalam akuisisi terdapat perusahaan yang membeli dan ada perusahaan yang menjadi target pembelian dimana perusahaan yang diakuisisi tersebut akan menjadi subsidiarinya. 137 4 Merger Merger adalah penggabungan 2 perusahaan atau lebih dengan tetap mempertahankan salah satu perusahaan dan perusahaan yang lainnya 136 H.Salim HS, Hukum Divestasi Di Indonesia Jakarta: PT Erlangga, 2010, hlm. 32. 137 Habib Adjie, Penggabungan, Peleburan dan Pengambilalihan dalam Perseroan Terbatas Bandung: Penerbit Mandar Maju, 2003, hlm. 15. Universitas Sumatera Utara dibubarkan atau secara hukum perusahaan yang dibubarkan tersebut eksistensinya sudah tidak ada lagi. 138 5 Konsolidasi. Konsolidasi adalah peleburan dua atau lebih perusahaan untuk membentuk suatu perusahaan yang baru dimana perusahaan yang lama secara hukum sudah tidak ada lagi eksistensinya. Jadi, dalam konsolidasi, perusahaan yang bergabung akan kehilangan status hukum perusahaannya dan akan membentuk perusahaan yang baru dengan kepribadian yang baru dan status hukum yang baru. 139 6 Right Issue Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu Rights Issue dalam pasar modal Indonesia merupakan bukti hak memesan efek terlebih dahulu yang melekat pada saham, dimana memberi hak kepada pemegang saham lama untuk membeli saham baru yang akan diterbitkan oleh perusahaan, sebelum saham tersebut ditawarkan kepada pihak lain. 140 Dalam peraturan Bapepam disebut sebagai hak untuk menerima tawaran terlebih dahulu untuk membeli efek baru dan wajib hukumnya bahwa hak tersebut dapat dialihkan. 141 138 Ibid , hlm. 7. 139 Ibid, hlm.13 140 Munir Fuady, Pembiayaan Perusahaan Masa Kini: Tinjauan Hukum Bisnis Bandung: Citra Aditya Bakti, 1997, hlm. 105-106. 141 Republik Indonesia, Keputusan Ketua Badan Pengawas Pasar Modal Nomor Kep- 26PM2003 Tentang Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu, Angka 1, Huruf a. Universitas Sumatera Utara 7 Tender offer Tender offer adalah pembelian saham yang dilakukan oleh satu pihak dengan cara menawarkan kepada pemegang saham publik yang ada untuk menjual sahamnya pada harga dimana investor tersebut bersedia membeli saham tersebut. Oleh karenanya tender offer ini harus diumumkan melalui media massa terlebih dahulu. 8 Dilusi. Dilusi saham adalah kepemilikan saham di suatu perusahaan menyusut atau menjadi lebih kecil karena perusahaan tersebut menerbitkan saham baru. Salah satu cara perusahaan publik yang ingin mendapatkan tambahan modal adalah dengan right issue, yaitu menerbitkan saham baru dengan memberikan hak memesan saham terlebih dahulu kepada pemegang saham lama. Apabila pemegang saham lama tidak melaksanakan haknya membeli saham baru dengan harga khusus, bukan harga pasar, maka kepemilikan sahamnya menjadi terdilusi. Dalam pembahasan skripsi ini, akan dibahas secara khusus mengenai praktek beauty contest dalam memilih mitra usaha sebagai bentuk kemitraan partnership. Kemitraan adalah hubungan strategik yang secara sengaja dirancang atau dibangun antara perusahaan-perusahaan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, manfaat bersama dan saling kebergantungan yang tinggi. Universitas Sumatera Utara Terdapat dua jenis kemitraan yang umumnya digunakan oleh perusahaan yaitu aliansi strategis strategic alliances dan joint venture. 142 b. Beauty Contest dalam Memilih Mitra Usaha Sebagai Wujud Aliansi Strategis. Aliansi strategis adalah hubungan formal antara dua atau lebih kelompok untuk mencapai satu tujuan yang disepakati bersama ataupun memenuhi bisnis kritis tertentu yang dibutuhkan masing-masing organisasi secara independen. Aliansi strategis pada umumnya terjadi pada rentang waktu tertentu, selain itu pihak yang melakukan aliansi bukanlah pesaing langsung, namun memiliki kesamaan produk atau layanan yang ditujukan untuk target yang sama. Rekanan dalam aliansi dapat memberikan peran dalam aliansi strategis dengan sumberdaya seperti produk, saluran distribusi, kapabilitas manufaktur, pendanaan proyek, pengetahuan, keahlian ataupun kekayaan intelektual. Dengan aliansi maka terjadi kooperasi atau kolaborasi untuk mencapai suatu tujuan tertentu. 143 Sebuah strategi aliansi merupakan kerjasama resmi antara perusahaan yang dirancang untuk mengejar satu tujuan yang disepakati sehingga mencapai keunggulan kompetitif bagi kedua pasangan. Aliansi strategis pada umumnya melibatkan baik usaha bersama non-ekuitas atau perusahaan patunganekuitas. Dalam sebuah strategi aliansi perusahaan patungan, kedua perusahaan berbagi kontrol ekuitas dalam entitas organisasi baru. Sedangkan dalam aliansi 142 Bismar Nasution, “Pemilihan Mitra Strategis Korporasi Bukan Tender” Harian Media Indonesia , 14 Desember 2011, Paragraf 2 – 6. 143 Farida Indriani, “Aliansi Strategis dan Pengembangan Produk”, Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi JSMO, Volume 2 Nomor1, 2005, hlm. 112. Universitas Sumatera Utara kolaboratif, perusahaan tidak membentuk entitas baru dan tujuannya adalah untuk menyatukan dan memanfaatkan sumber daya masing-masing perusahaan untuk mencapai tujuan bersama. 144 Dalam era ekonomi dewasa ini, aliansi strategis memungkinkan perusahaan meningkatkan keunggulan bersaing bisnisnya melalui akses kepada sumber daya partner atau rekanan. Akses ini dapat mencakup pasar, teknologi, kapital dan sumber daya manusia. Pembentukan team dengan perusahaan lain akan menambahkan sumber daya dan kapabilitas yang saling melengkapi komplementer, sehingga perusahaan mampu untuk tumbuh dan memperluas secara lebih cepat dan efisien. Dengan melakukan aliansi strategis, beberapa keuntungan adalah: 145 1 Memungkinkan partner untuk konsentrasi pada aktivitas terbaik yang sesuai dengan kapabilitasnya, 2 Pembelajaran dari partner dan pengembangan kompetensi yang mungkin untuk memperluas akses pasar, 3 Memperoleh kecukupan sumber daya dan kompetensi yang sesuai agar organisasi dapat hidup. Oleh karena pentingnya keberadaan aliansi strategis demi keberlangsungan dan perkembangan perusahaan, perusahaan yang akan melakukan aliansi strategis harus mengkaji sejauh mana kompatibilitas budaya antar perusahaan agar tercipta tingkat kepercayaan dan sinergitas yang baik 144 Foo-Nin Ho, Allan D. Shocker, Yewmun Yip, Economic Impact of Marketing Alliances On Shareholders Wealth, Managerial Finance, Vol. 36 Nomor6, 2010, hlm. 534. 145 Farida Indriani, Op. cit., hlm. 113-114 Universitas Sumatera Utara sehingga dapat terjadi kerjasama yang baik yang pada akhirnya akan menguntungkan perusahaan. Untuk mencapai hal tersebut, maka perusahaan harus mengenal secara komprehensif dan lengkap mengenai profil perusahaan lain yang akan diajak beraliansi. Untuk itu, perusahaan biasanya akan melakukan Penilaian Rekanan dimana akan dilakukan analisis potensi rekan yang akan dilibatkan, baik kekuatan maupun kelemahan, penciptaan strategi untuk mengakomodasi semua gaya manajemen rekanan, menyiapkan kriteria pemilihan rekanan, memahami motivasi rekanan dalam membangun aliansi dan memperjelas kapabilitas sumber daya yang mungkin akan dikeluarkan oleh rekanan. Menurut Kanter terdapat tiga persyaratan untuk melakukan strategi aliansi,yaitu: 1 Kemampuan Capability 146 Kanter menyatakan bahwa capability masing-masing perusahaan harus benar-benar menjadi pertimbangan dalam melakukan aliansi. Misalnya sebuah perusahaan yang mempunyai capability dalam bidang teknologi, untuk meningkatkan kompetitif perusahaan, maka perusahaan ini membutuhkan perusahaan lain yang mempunyai capability dalam bidang marketing, sehingga aliansi dapat terwujud. 2 Keserasian Compatibility 147 Perusahaan yang melakukan aliansi harus dilihat dari faktor compatibility . Faktor compatibility ini meliputi kesesuaiankecocokan antara lain dalam hal philosophy, legacy, strategi dan keinginan antar 146 Kanter, “Collaborative Advantage: The Art of Alliances”, Harvard Business School Reprint, 1994, hlm.98. 147 Ibid, hlm. 101. Universitas Sumatera Utara partner. Hal ini didorong adanya kenyataan bahwa sebuah aliansi yang berhasil tidak berarti tanpa friksi, tetapi yang penting memiliki kemampuan untuk mengatasi dan menyelesaikan friksi tersebut secara bersama – sama. Kesesuaian ini penting agar tedapat keselarasan dalam melaksanakan strategi aliansi tersebut. 3 Kelengkapan Complementary 148 Complementary dapat menghubungkan perusahaan-perusahaan yang menghasilkan produk yang berbeda dalam bentuk strategi aliansi. Complementary ini sering diwujudkan dalam hubungan kolaborasi yang disebut sebagai value-chain partnership seperti customersupplier relationship . Misalnya Inmarsat yang merupakan pemilik telekomunikasi satelit, customer menggunakan jasa satelit, menjadi supplier bagi teknologi ke korporasi dan sebagai regulator yang membuat policy. Pada tahap Penilaian Rekananlah perusahaan akan melakukan penelusuran terhadap ketiga persyaratan diatas. Salah satu cara bagi perusahaan untuk lebih mengenal perusahaan rekanan adalah dengan melakukan proses beauty contest. Telah dijelaskan di atas bahwa dalam beauty contest, perusahaan-perusahaan yang berpotensi akan diminta untuk memaparkan profil perusahaan secara lengkap termasuk kelebihan-kelebihan perusahaan, dan syarat-syarat kerjasama yang ditawarkan oleh perusahaan tersebut. Dalam tahap ini, perusahaan yang mengadakan beauty contest ini akan memiliki berbagai kriteria dalam menentukan 148 Ibid, hlm. 98. Universitas Sumatera Utara pemenangnya seperti kapabilitas perusahaan, kompetensi perusahaan, kompatibilitas antar perusahaan, dll. Perusahaan pengada beauty contest memiliki hak untuk itu karena pada dasarnya merekalah yang akan memilih aliansinya sehingga pertimbangan apa yang akan digunakan oleh perusahaan sepenuhnya tergantung pada pertimbangan perusahaan pengada beauty contest. Setelah tiap perusahaan peserta beauty contest melakukan pemaparan terhadap profil-profil perusahaan, selanjutnya akan dilihat apakah para perusahaan potensial setuju untuk memenuhi syarat-syarat yng akan diajukan oleh perusahaan pengada. Setelah terdapat beberapa calon yang dianggap potensial dan mampu memenuhi syarat, perusahaan pengada biasanya akan melakukan rapat yang sifatnya tertutup untuk menentukan siapa aliansi yang akan dipilih. Pertimbangan yang digunakan bukan semata-mata terletak pada kelebihan perusahaan, tetapi juga keselarasan visi perusahaan, kompatibilitas antar perusahaan, dll sehingga tidak dapat dijamin bahwa perusahaan yang memiliki track record paling baik atau yang paling majulah yang akan memenangkan beauty contest tersebut. Hal ini sangat krusial karena dalam aliansi strategis tujuan utama perusahaan adalah bekerjasama sehingga nilai yang paling penting adalah sinergitas antar perusahaan aliansi yang akhirnya akan menguntungkan para pihak yang beraliansi. c. Beauty Contest dalam Memilih Mitra Usaha dalam Rangka Membentuk Joint Venture. Apabila perusahaan-perusahaan dalam negeri dapat berafiliasi dengan menggunakan aliansi strategis, maka tidak demikian halnya dengan perusahaan Universitas Sumatera Utara dalam negeri yang akan bekerjasama dengan perusahaan asing. Undang-Undang Penanaman Modal menyatakan bahwa penanaman modal asing harus dilakukan dengan cara “direct investment” 149 maupun “joint venture” 150 sehingga kerjasama yang dilakukan dengan pihak asing tidak bisa dilakukan dengan bentuk aliansi strategis yang biasa. Banyak peneliti yang menyatakan bahwa joint venture merupakan salah satu bentuk aliansi strategis. Meskipun begitu, terdapat perbedaan mendasar diantara keduanya. 151 Joint venture merupakan model lain yang umumnya digunakan juga oleh perusahaan. Joint venture digunakan ketika keduabelah pihak perusahaan dan mitranya bergabung untuk membangun sebuah perusahaan baru yang porsi kepemilikannya sama antara keduanya. Menurut Harrigan, fokus utama dalam pembahasan mengenai joint venture adalah ’anak perusahaan’ yang dihasilkan dari gabungan kedua perusahaan utama parent company. 152 Kedua perusahaan utama tersebut terlibat secara aktif dalam pemodalan serta pengambilan keputusan di anak perusahaan yang baru tersebut. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan cirri-ciri dari suatu joint venture adalah: 153 1 Suatu perusahaan baru atau badan hukum baru yang didirikan oleh badan hukum asing dengan nasional. 149 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Bab I, Pasal 1, Angka 3. 150 Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal, Bab X, Pasal 23. 151 Orpha Jane, “Analisis Potensi Partnership sebagai Modal untuk meningkatkan Kapabilitas Inovasi dan Teknologi”, Jurnal Administrasi Bisnis, Volume 7, Nomor2, 2011, hlm. 194. 152 Ibid. 153 Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia, Ed. Pertama, Cet. Ketiga Jakarta: Kencana, 2007, hlm. 59. Universitas Sumatera Utara 2 Modal perusahaan “joint venture” terdiri dari modal saham yang disediakan oleh para pihak dengan kekuasaan baik manajemen maupun pengambilan keputusan sesuai dengan banyaknya saham yang ditanam. 3 Para pihak yang mendirikan perusahaan tersebut tetap memiliki eksistensi dan kemerdekaan masing-masing. Sedangkan pembentukan perusahaan baru berupa anak perusahaan bukan merupakan suatu kewajiban dalam aliansi strategis. Dalam aliansi strategis, perusahaan yang berafiliasi cukup hanya melakukan kerjasama antar perusahaan tanpa membentuk perusahaan baru. Di Indonesia, UU Penanaman Modal mensyaratkan bahwa pihak asing yang ingin menanamkan modalnya untuk melakukan suatu kegiatan ekonomi harus membentuk perusahaan baru dengan perusahaan dalam negeri dengan bentuk Perusahaan terbuka PT. 154 Kerjasama Joint venture dengan pihak asing biasanya dilakukan apabila perusahaan dalam negeri tidak mampu mengerjakan suatu proyek sendiri yang diakibatkan keterbatasan-keterbatasan tertentu sehingga memerlukan bantuan Hal inilah yang menjadi dasar hukum kerjasama dengan pihak asing. Terlepas dari perbedaannya dengan aliansi strategis, pada dasarnya tujuan pembentukan JV adalah sama dengan aliansi strategis yaitu bekerjasama dengan perusahaan lain untuk mencapai tujuan tertentu atau untuk melaksanakan suatu proyek tertentu. Hanya saja metode pelaksanaanya berbeda. 154 Sentosa Sembiring, Hukum Investasi: Pembahasan Dilengkapi Dengan Undang- Undang No.25 Tahun 2007 Tentang Penanaman Modal , Ed. Pertama, Cet. Kedua Bandung: Nuansa Aulia, 2010, hlm. 135-136. Universitas Sumatera Utara dan sumber daya perusahaan asing yang lebih memiliki kredibilitas dan kapabilitas untuk mengerjakan proyek tersebut. Hal ini banyak terjadi dalam proyek pengeskploitasian sumber daya alam dimana perusahaan dalam negeri dirasa masih kurang mampu untuk mengerjakannya sehingga sering kali dilakukan kerjasama antara pihak dalam negeri dengan perusahaan asing yang memiliki kemampuan untuk itu. Sama halnya dengan aliansi strategis. Karena pada dasarnya akan melakukan suatu upaya kerjasama, maka hal yang terpenting adalah melakukan seleksi calon mitra aliansi sehingga didapat mitra yang paling berkemampuan dan paling sesuai untuk perusahaan. Dalam kerjasama untuk melakukan suatu proyek, akan dilihat calon mitra yang memang mempunyai track record, pengalaman dan kapabilitas yang diperlukan untuk mengerjakan proyek tersebut. Dalam hal inilah, biasanya dilakukan proses beauty contest untuk menyeleksi calon mitra yang terbaik. Para perusahaan-perusahaan asing yang berminat untuk bekerjasama, akan dikirim undangan untuk melakukan pemaparan profil- profil perusahaan, pengalaman serta strategi-strategi yang akan digunakan untuk mengerjakan proyek tersebut. Setelah semua calon diseleksi, maka perusahaan penyelenggara beauty contest akan memilih calon mitra yang dianggap terbaik untuk kemudian dilakukan joint venture dengan perusahaan asing tersebut. Namun, Perlu diingat bahwa suatu perusahaan dalam mencari mitra kerjasama tidak diwajibkan melakukan seleksi dalam bentuk beauty contest. Terutama dalam hal ini adalah BUMN maupun BUMD. Walaupun demikian dalam mencari mitra kerjasama BUMN harus mengikuti Peraturan Menteri Universitas Sumatera Utara Negara Badan Usaha Milik Negara No. Per- 06MBU2011 tentang Pedoman Pendayagunaan Aktiva Tetap Badan Usaha Milik Negara. Sedangkan BUMD dalam melaksanakan kerjasama diatur dalam Keputusan Menteri Dalam Negeri dan Otonomi Daerah No. 43 Tahun 2000 tentang Pedoman Perusahaan Daerah dengan Pihak Ketiga. Di dalam kedua peraturan mengenai kerjasama tersebut, tidak diatur ketentuan dalam cara pemilihan mitra kerjasama sehingga cara pemilihan tersebut sepenuhnya merupakan diskresi perusahaan selama keputusan tersebut dianggap menguntungkan perusahaan baik itu berupa penunjukan secara langsung maupun melalui proses seleksi berupa beauty contest Meskipun tidak diwajibkan, pelaksanaan beauty contest dimaksudkan untuk memperoleh calon mitra kerja terbaik yang kompeten dIbidangnya dan mempunyai kemampuan keuangan sehingga proyek dapat terlaksana. Apabila pencarian mitra kerja dilakukan melalui penunjukan langsung, kemungkinan perusahaan akan keliru memilih partner, sehingga diharapkan dengan diadakannya beauty contest dapat diperoleh mitra kerja yang tepat. Universitas Sumatera Utara BAB III PERBEDAAN ANTARA BEAUTY CONTEST DALAM MEMILIH MITRA USAHA DENGAN PERSEKONGKOLAN TENDER SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM UU NO.5 TAHUN 1999 A. Ruang Lingkup Pengertian Persekongkolan Tender Berdasarkan Pasal 22 UU No.5 Tahun 1999 1. Ruang Lingkup Pengertian Tender Dalam UU No.5 Tahun 1999 Pasal 22 UU Nomor 5 Tahun 1999 menyatakan sebagai berikut: “Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat. Pada Penjelasannya, tender diartikan sebagai “tawaran mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang atau untuk menyediakan jasa. Tawaran dilakukan oleh pemilik kegiatan atau proyek, di mana untuk alasan efektivitas dan efisiensi, proyek diserahkan kepada pihak lain yang memiliki kapabilitas untuk melaksanakan proyek tersebut. Pengertian tender termasuk dalam tujuan tender antara lain: 155 a. Tawaran mengajukan harga dan kondisi yang paling menguntungkan harga terendah untuk memborong suatu pekerjaan. b. Tawaran mengajukan harga dan kondisi yang paling menguntungkan harga terendah untuk mengadakan barangjasa. 155 Susanti Adi Nugroho, Hukum Persaingan Usaha di Indonesia Dalam Teori dan Praktek Serta Penerapan Hukumnya, Ed. Pertama, Cet. Pertama Jakarta: Kencana, 2012, hlm. 281. Universitas Sumatera Utara c. Tawaran mengajukan harga dan kondisi yang paling menguntungkan harga terendah untuk membeli barangjasa. d. Tawaran mengajukan harga dan kondisi yang paling menguntungkan harga terendah untuk menjual barangjasa. Terdapat tiga terminologi berbeda untuk menjelaskan pengertian tender yaitu pemborongan, pengadaan, dan penyediaan. Tiga terminologi tersebut menjadi pengertian dasar dari tender, artinya dalam tender suatu pekerjaan meliputi pemborongan, pengadaan, dan penyediaan. 156 Apabila suatu pekerjaanproyek ditenderkan maka pelaku usaha yang menang dalam proses tender akan memborong, mengadakan atau menyediakan barangjasa yang dikehendaki oleh pemilik pekerjaan kecuali ditentukan lain dalam perjanjian antara pemenang tender dengan pemilik pekerjaan. 157 Para pihak dalam tender terdiri dari pemilik pekerjaanproyek yang melakukan tender dan pelaku usaha yang ingin melaksanakan proyek yang ditenderkan peserta tender. Tender yang bertujuan untuk memperoleh pemenang tender dalam suatu iklim tender yang kompetitif harus terdiri dari dua atau lebih pelaku usaha peserta tender. Dua atau lebih pelaku usaha akan berkompetisi dalam mengajukan harga dari suatu proyek yang ditawarkan, sehingga apabila peserta tender hanya satu maka pilihan pemilik pekerjaan menjadi lebih terbatas. Keterbatasan pilihan sangat tidak menguntungkan bagi pemilik pekerjaan karena 156 Yakub Adi Krisanto, “Analisis Pasal 22 UU Nomor 5 Tahun 1999 dan Karakteristik Putusan KPPU tentang Persekongkolan Tender”, Jurnal Hukum Bisnis, Volume 24 No. II, 2005, hlm. 44. 157 Ibid. Universitas Sumatera Utara ide dasar dari pelaksanaan tender adalah mendapatkan harga terendah dengan kualitas terbaik. Sehingga dengan keberadaan lebih dari dua peserta tender akan terjadi persaingan dalam pengajuan harga untuk memborong, mengadakan atau menyediakan barangjasa. Namun, definisi tender sebagaimana dijelaskan dalam UU Nomor 5 Tahun 1999 dimana tender adalah tawaran mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang, atau untuk menyediakan jasa sangatlah sempit dan terbatas. Sempit karena tender hanya diasumsikan sebagai kegiatan menawarkan harga, sedangkan pada praktiknya, tender terdiri dari serangkaian kegiatan yang meliputi antara lain: permintaan pengadaan barang danatau jasa, permintaan untuk membeli barang untuk tender penjualan barang, penawaran teknis dan harga atau penawaran harga, evaluasi terhadap dokumen prakualifikasi jika ada dan dokumen penawaran, pengajuan dan pemeriksaan sanggahantanggapan, serta penetapan pemenang tender. 158 Disebut terbatas karena pengertian tender dalam UU No.5 Tahun 1999 hanya menekankan pada penawaran harga, padahal dalam tender juga dikenal penawaran teknis. Penawaran teknis dan penawaran harga merupakan dasar pertimbangan penting bagi penyelenggara tender untuk menentukan pemenang tender. Bahkan dalam tender-tender tertentu, penawaran teknis lebih penting dari penawaran harga, misalnya dalam penentuan pemenang tender pembangunan pembangkit listrik. Dengan demikian, mengingat tujuan penyelenggaraan tender, 158 Anna Maria Tri Anggraini, “Implementasi Perluasan Istilah Tender dalam Pasal 22 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 Tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat”, Jurnal Persaingan Usaha, Komisi Pengawas Persaingan Usaha, Edisi 2, 2009, hlm. 7- 8. Universitas Sumatera Utara maka lebih tepat apabila tender diartikan sebagai mekanisme atau rangkaian kegiatan untuk memilih penyedia barang danatau jasa terbaik, atau pembeli terbaik. 159 Dalam implementasi oleh KPPU sendiri, istilah tender tidak hanya terbatas pada memborong pekerjaan, mengadakan atau menyediakan barang danatau jasa, tetapi berkembang menjadi lebih luas seperti tender penjualan saham Indomobil Sukses Internasional PT. IMSI 160 serta divestasi dua unit kapal tanker Very Large Crude CarrierVLCC milik Pertamina 161 Dalam praktek pengertian tender sama dengan pengertian “lelang” , yang dianggap menghambat peserta tender lainnya dan bahkan merugikan Negara. Demikian juga, putusan KPPU tentang persekongkolan tender juga berkembang menjadi tender pemilihan partner untuk membangun pasar. 162 159 Ibid, hlm. 8. yang secara tidak langsung telah disebutkan dalam Keppres No. 80 tahun 2003, misalnya dalam metode pemilihan penyedia barangjasa, dapat dilakukan dengan cara pelelangan umum dan pelelangan terbatas. Dalam Keppres tersebut yang dimaksud dengan, pelelangan umum adalah metoda pemilihan penyedia barangjasa yang dilakukan secara terbuka dengan pengumuman secara luas melalui media massa dan papan pengumuman resmi untuk penerangan umum sehingga masyarakat luas, dunia usaha yang dan memenuhi kualifikasi dapat mengikuti lelang tersebut. Sedangkan pelelangan terbatas adalah metoda pemilihan penyedia barangjasa yang dilakukan secara terbuka dengan 160 Putusan KPPU No.03KPPU-I2002 tentang Tender Penjualan Saham PT IMSI. 161 Putusan KPPU No.07KPPU-L2004 tentang Tender Penjualan Kapal VLCC PT Pertamina. 162 Susanti adi Nugroho, Op. cit., hlm. 282. Universitas Sumatera Utara pengumuman resmi dengan mencantumkan penyedia barangjasa yang telah diyakini mampu, guna memberi kesempatan kepada penyedia barangjasa lainnya yang memenuhi kualifikasi. Jadi, dapat disimpulkan bahwa pada prakteknya, ruang lingkup tender dalam UU No.5 Tahun 1999 itu sendiri mempunyai cakupan yang cukup luas, karena tender merupakan serangkaian kegiatan atau aktivitas penawaran mengajukan harga untuk: memborong atau melaksanakan suatu pekerjaan, mengadakanmenyediakan barang-barang danatau jasa, membeli barang dan atau jasa, menjual barang danatau jasa. menyediakan kebutuhan barang danatau jasa secara seimbang dengan berbagai syarat yang harus dipenuhi, berdasarkan peraturan tertentu yang ditetapkan oleh pihak terkait. 163 2. Ruang Lingkup Pengertian Persekongkolan Tender Dalam Pasal 22 UU No.5 Tahun 1999 a. Pengertian Persekongkolan Istilah persekongkolan disemua kegiatan masyarakat hampir selalu berkonotasi negatif. Pandangan ini disebabkan, bahwa pada hakikatnya persekongkolankonspirasi selalu bertentangan dengan keadilan, karena tidak memberikan kesempatan yang sama kepada seluruh penawar untuk mendapatkan objek barang danatau jasa yang ditawarkan penyelenggara. Persekongkolan mempunyai karakteristik tersendiri, karena dalam persekongkolan conspiracykonspirasi terdapat kerjasama yang melibatkan dua atau lebih pelaku 163 Andi Fahmi Lubis, Op. cit., hlm. 148-149. Universitas Sumatera Utara usaha yang secara bersama-sama melakukan tindakan melawan hukum. Istilah persekongkolan pertama kali ditemukan pada Antitrust Law di USA yang didapat melalui Yurisprudensi Mahkamah Tertinggi Amerika Serikat, berkaitan dengan ketentuan Pasal 1 The Sherman Act 1890, dimana dalam pasal tersebut dinyatakan:’’… persekongkolan untuk menghambat perdagangan……conspiracy in restraint of trade …. Mahkamah Tertinggi USA juga menciptakan istilah “concerted action”, untuk mendefinisikan istilah persekongkolan dalam hal menghambat perdagangan, serta kegitan saling menyesuaikan berlandasakan pada persekongkolan guna menghambat perdagangan serta pembuktiannya dapat disimpulkan dari kondisi yang ada. Berdasarkan pengertian di USA itulah, maka persekongkolan merupakan suatu perjanjian yang konsekuensinya adalah perilaku yang salang menyesuaikan conpirancy is an agreement which has consequence of concerted action . 164 Meskipun demikian, ada juga yang menyamakan istilah persekongkolan conpiracykonspirasi dengan istilah collusion kolusi, yakni sebagai: “A secret agreement between two or more people for deceitful or produlent purpose ”. Artinya, bahwa dalam kolusi tersebut ada suatu perjajinan rahasia yang dibuat oleh 2 dua orang atau lebih dengan tujuan penipuan atau penggelapan yang sama artinya dengan konspirasi dan cenderung berkonotasi negatifburuk. 165 164 Rachmadi Usman, Op. cit., hlm. 476. Dalam Groiler International Dictionary dinyatakan, bahwa di samping ada yang menyamakan istilah persekongkolan dengan istilah “collusion kolusi, yakni sebagai “a secret agreement between two or more people for deceitful or 165 Andi Fahmi Lubis, Op. cit., hlm. 147. Universitas Sumatera Utara produlent purpose ”, artinya bahwa dalam kolusi tersebut ada suatu perjanjian rahasia yang dibuat dua orang atau lebih dengan tujuan penipuan atau penggelapan, yang sama artinya dengan konspirasi dan cenderung berkonotasi negative buruk. 166 Black‘s Law Dictionary mendefinisikan persekongkolan conspiracy sebagai berikut; 167 a combination or confederacy between two or persons formed for the purpose of committing, by their joint efforts, some unlawful or criminal act, or some act which is innocent in itself, but becomes unlawful when done concerted action of the conspirators, or for the purpose of using criminal or unlawful means to the commission of an act not itself unlawful. Definisi diatas menegaskan bahwa persekongkolan harus dilakukan oleh dua pihak atau lebih yang bertujuan untuk melakukan tindakankegiatan bersama joint efforts suatu perilaku kriminal atau melawan hukum. Terdapat dua unsur persekongkolan yaitu pertama, adanya dua pihak atau lebih secara bersama-sama in concert melakukan perbuatan tertentu dan kedua, perbuatan yang disekongkolkan merupakan perbuatan yang melawan atau melanggar hukum. Yang perlu digaris bawahi adalah pertama, bahwa terjadi persekongkolan apabila ada tindakan bersama yang melawan hukum. Kedua, suatu tindakan apabila dilakukan oleh satu pihak maka bukan merupakan perbuatan melawan hukum unlawful tetapi ketika dilakukan bersama concerted action merupakan perbuatan melawan hukum. 166 Susanti Adi Nugroho, Op. cit., hlm. 285. 167 Black Law Dictionary 8 th ed, Op. cit., Universitas Sumatera Utara Pengertian persekongkolan atau konspirasi usaha juga dikemukakan dalam ketentuan Pasal 1 angka 8 Undang-Undang No.5 Tahun 1999, yang menyatakan sebagai berikut : “Persekongkolan atau konspirasi usaha adalah bentuk kerja sama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pelaku usaha lain dengan maksud untuk menguasai pasar bersangkutan bagi kepentingan plealu usaha yang bersekongkol.” Bentuk kegiatan persekongkolan ini tidak harus dibuktikan dengan adanya perjanjian, akan tetapi bisa dalam bentuk kegiatan lainnya yang tidak mungkin diwujudkan dalam suatu perjanjian. 168 Jika pada perjanjian untuk memonopoli atau menyaingi secara curang yang ditekankan pada “perjanjian”, dalam persekongkolan belum tentu ada perjanjian. 169 Bahkan banyak kasus dalam praktk perjanjian tersebut sama sekali tidak dibuat, karena memang materinya sangat tidak tepat untuk dimuat dalam suatu perjanjian. Selain itu yang dimaksud dengan “perjanjian” yang dapat menimbulkan praktik monopoli danatau persaingan curang adalah perjanjian antar pelaku usaha, maka larangan terhadap prsekongkolan bisnis ditujukan terhadap persekongkolan antara pelaku bisnis dengan pihak lain yang belum tentu merupakan pelaku bisnis. 170 168 Rachmadi Usman, Op. cit., hlm. 477. Pada persekongkolan selalu melibatkan dua pihak atau lebih untuk melakukan kerjasama. Pembentuk Undang-Undang No.5 Tahun 169 Susanti Adi Nugroho, Op. cit., hlm. 278 170 Munir Fuady, Op. cit., hlm. 82. Universitas Sumatera Utara 1999 memberikan tujuan persekongkolan secara limitatif untuk menguasai pasar bagi kepentingan pihak-pihak yang bersekongkol. Persekongkolan merupakan salah satu bentuk perbuatan atau kegiatan yang dapat membatasi atau menghalangi persaingan usaha conspiracy in restraint of business . Karena itu dalam konteks hukum persaingan usaha berdasarkan Undang-Undang No.5 Tahun 1999, persekongkolan termasuk sebagai salah satu bentuk perbuatan atau kegiatan yang dilarang dilakukan antar pelaku usaha, dapat mengakibatkan kepada terjadinya persaingan usaha yang tidak sehat. Undang-Undang No.5 Tahun 1999 mengatur 3 tiga bentuk persekongkolan yang dilarang sebagaimana diatur dalam Pasal 22 sampai dengan Pasal 24, yaitu : 1 Persekongkolan untuk mengatur danatau menentukan pemenang tender persekongkolan dalam tender Pasal 22 ; 2 Persekongkolan untuk memperolehmembocorkan informasi rahasia perusahaan rahasia dagang Pasal 23; 3 Persekongkolan untuk menghambat produksi danatau pemasaran produk Pasal 24. Ketiga pasal sebagaimana tersebut di atas berkenaan dengan persekongkolan mengasumsikan adanya persekongkolan di antara pelaku usaha. Dengan kata lain ada dua unsur yang harus dipenuhi sebelum menerapkan pasal Universitas Sumatera Utara persekongkolan tersebut, yaitu: pertama, para pihak haruslah peserta, dan kedua, mereka harus menyepakati persekongkolan. 171 b. Pengertian Persekongkolan Tender Pada hakekatnya, dalam pelaksanaan penawaran tender, tujuan utama yang ingin dicapai adalah memberikan kesempatan yang seimbang bagi semua penawar, sehingga menghasilkan harga yang paling murah dengan outputkeluaran yang optimal dan berhasil guna. Diakui, bahwa harga murah bukanlah semata-mata ukuran untuk menentukan kemenangan dalam pengadaan barang danjasa. Melalui mekanisme penawaran tender sedapat mungkin dihindarkan kesempatan untuk melakukan konspirasi di antara para pesaing, atau antara penawar dengan panitia penyelenggara lelang. Namun, tidak dapat dipungkiri bahwa kegiatan tender barangjasa selalu dikaitkan dengan persekongkolan. Nuansa persekongkolan konspirasi senantiasa menyertai pada setiap kegiatan tender barangjasa. 172 Kegiatan bersekongkol menentukan pemenang tender jelas merupakan perbuatan curang, karena pada dasarnya inherently tender dan pemenangnya tidak diatur dan bersifat rahasia walaupun ada tender yang dilakukan secara terbuka. 173 171 Ningrum Natasya Sirait,et al, Ikhtisar Ketentuan Persaingan Usaha Dilengkapi Dengan Peraturan Perundang-Undangan di Bidang Persaingan Usaha Jakarta: The Indonesia Netherlands National Legal Reform Program, 2010, hlm. 103. Secara umum, persekongkolan dalam tender adalah kerjasama antara dua pihak atau lebih secara terang-terangan maupun diam-diam melalui tindakan penyesuaian danatau membandingkan dokumen tender sebelum penyerahan 172 Susanti Adi Nugroho, Op. cit., hlm. 285. 173 Rachmadi Usman, Op. cit., hlm. 480. Universitas Sumatera Utara danatau menciptakan persaingan semu danatau menyetujui danatau memfasilitasi danatau tidak menolak melakukan seuatu tindakan meskipunmengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk mengatur dalam rangka memenangkan peserta tender tertentu. Dengan demikian persekongkolan dalam tender merupakan suatu bentuk kerjasama yang dilakukan oleh dua atau lebih pelaku usaha dalam rangka memanipulasi proses tender sehingga terlihat seoulah-olah telah terjadi proses tender yang sebenarnya padahal yang terjadi adalah persaingan semu untuk memenangkan peserta tender tertentu. 174 Kegiatan bersekongkolkonspirasi dalam tender ini dapat dilakukan oleh satu atau lebih peserta yang menyetujui satu peserta dengan harga yang lebih rendah, dan kemudian melakukan penawaran dengan harga di atas harga perusahaan yang direkayasa sebagai pemenang. 175 Kesepakatan semacam ini bertentangan dengan proses pelelangan yang wajar, karena penawaran umum dirancang untuk menciptakan keadilan dan menjamin dihasilkannya harga yang murah dan paling efisien. 176 Persekongkolan dalam tender atau tender collusion sering disebut juga dengan istilah bid-rigging: 177 Bid rigging is a form of fraud in which a commercial contract is promised to one party even though for the sake of appearance several other parties also present a bid. This form of collusion is illegal in most countries. It is a form of price fixing and market allocation, often practiced where contracts are determined by a call for bids, for example in the case of government construction contracts. Bid rigging almost always results in economic harm to the agency which is seeking 174 Ningrum Natasya Sirait I, Op. cit., hlm. 99. 175 Ibid. 176 Andi Fahmi Lubis, Op. cit., hlm. 150. 177 Wikipedia, http:en.wikipedia.orgwikiBid_rigging diakses tanggal 1 Maret 2014. Universitas Sumatera Utara the bids, and to the public, who ultimately bear the costs as taxpayers or consumers. Definisi diatas menyatakan bahwa persekongkolan tender merupakan suatu bentuk penipuan yang mana sebuah kontrak komersial dijanjikan oleh suatu pihak walaupun untuk penampilan di permukaan saja begitu juga anggota persekongkolan juga memasukkan penawaran. Bentuk kolusi ini adalah melanggar hukum di hampir seluruh negara. Tindakan ini bisa berupa penetapan harga dan alokasi pasar, yang sering dilakukan jika kontrak-kontrak ditentukan dengan suatu ajakan untuk mengikuti lelang, misalnya dalam kasus kontrak konstruksi pemerintah. Persekongkolan tender hampir selalu mengakibatkan kerugian ekonomi kepada badan yang menyelenggarakan tender, dan kepada masyarakat, yang pada akhirnya menanggung biaya sebagai pembayar pajak atau konsumen.” Menurut investopedia atau ensiklopedi investasi: 178 A scheme in which businesses collude so that a competing business can secure a contract for goods or services at a pre-determined price. Bid rigging stifles free-market competition, as the rigged price will be unfairly high. The Sherman Act of 1890 makes bid rigging illegal under U.S. antitrust law. Bid rigging is a felony punishable by fines, imprisonment or both. Artinya: “Suatu skema atau rencana yang di dalamnya bisnis-bisnis berkolusi sehingga suatu bisnis yang bersaing dapat mengamankanmenjamin suatu kontrak untuk barang atau jasa dengan 178 What does bid-rigging mean?, http:www.investopedia.comtermsbbidrigging. diakses tanggal 1 Maret 2014. Universitas Sumatera Utara harga yang ditentukan sebelumnya. Persekongkolan tender membatasi persaingan pasar bebas, karena harga yang ditentukan tersebut adalah harga tinggi yang tidak adil. The Sherman Act of 1890 menyatakan persekongkolan tender adalah melanggar hukum di bawah U.S. antitrust law. Persekongkolan tender adalah suatu kejahatan yang dapat dihukum dengan denda, pidana penjara atau keduanya.” Di Indonesia, persekongkolan tender secara khusus diatur dalam Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999, yang berbunyi: “Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.” Berdasarkan ketentuan dalam Pasal 22 ini, maka pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur danatau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat. Pengertian pihak lain di sini tidak terbatas hanya pemerintah saja, bisa swasta atau pelaku usaha yang ikut serta dalam tender yang bersangkutan. Jadi, ketentuan dalam Pasal 22 UU No.5 Tahun 1999 tersebut melarang kerjasamapersekongkolan antar dua pihak atau lebih antar pelaku usaha atau pelaku usaha dengan pihak lain dalam rangka mengatur danatau menentukan peserta tender tertentu menjadi pemenangnya. 179 179 Rachmadi Usman, Op. cit., hlm. 485. Universitas Sumatera Utara Oleh karena itu yang dilarang dalam Pasal 22 UU No 5 Tahun 1999 adalah persekongkolan conspiracy dan collusion antara pelaku usaha dengan pihak lain dalam penentuan pemenang tender, yakni melalui pengajuan untuk menawarkan harga dalam memborong suatu pekerjaan atau juga pengajuan penawaran harga untuk pengadaan barang dan jasa-jasa tertentu. Akibat dari persekongkolan dalam menentukan siapa pemenang tender ini, seringkali timbul suatu kondisi “barrier to entry ” yang tidak menyenangkanmerugikan bagi pelaku usaha lain yang samasama mengikuti tender peserta tender yang pada gilirannya akan mengurangi bahkan meniadakan persaingan itu sendiri. 180 Persekongkolan dalam tender tersebut dapat terjadi melalui kesepakatan- kesepakatan, baik tertulis maupun tidak tertulis. Persekongkolan ini mencakup jangkauan perilaku yang luas, antara lain usaha produksi danatau distribusi, kegiatan asosiasi perdagangan, penetapan harga, dan manipulasi lelang atau kolusi dalam tender collusive tender yang dapat terjadi melalui kesepakatan antara pelaku usaha, antar pemilik pekerjaan maupun antara kedua pihak tersebut. Kolusi atau persekongkolan dalam tender ini bertujuan untuk membatasi pesaing lain yang potensial untuk berusaha dalam pasar bersangkutan dengan cara di setiap tahapan proses tender, mulai dari perencanaan dan pembuatan persyaratan oleh pelaksana atau panitia tender, penyesuaian dokumen tender antara peserta tender, hingga pengumuman tender. 181 Praktik persekongkolan dalam tender ini dilarang karena dapat menimbulkan persaingan usaha tidak sehat dan bertentangan dengan tujuan 180 Andi Fahmi Lubis, Op. cit., hlm. 151. 181 Susanti Adi Nugroho, Op. cit., hlm. 291. Universitas Sumatera Utara dilaksanakannya tender tersebut, yaitu untuk memberikan kesempatan yang sama kepada pelaku usaha agar dapat ikut menawarkan harga dan kualitas yang bersaing. Sehingga pada akhirnya dalam pelaksanaan tender tersebut akan didapatkan harga yang termurah dengan kualitas yang terbaik. Akibat dari persekongkolan dalam menentukan siapa pemenang tender itu, seringkali akan menimbulkan kondisi “barrier to entry”, yang tidak menyenangkanmerugikan bagi pelaku usaha lain yang sama-sama mengikuti tender peserta tender yang pada gilirannya akan mengurangi bahkan meniadakan persaigan itu sendiri. 182 c. Unsur-Unsur Persekongkolan Tender Pasal 22 Undang-undang No. 5 Tahun 1999 mengatur larangan bagi pelaku usaha untuk melakukan persekongkolan dengan pihak lain untuk mengatur danatau menentukan pemenang tender yang dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat. Adapun unsur-unsur yang terdapat dalam pasal tersebut adalah: 1 Unsur Pelaku Usaha Istilah “pelaku usaha” diatur dalam Pasal 1 angka 5 UU Nomor 5 Tahun 1999 yaitu Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 butir 5, pelaku usaha adalah: setiap orang perorangan atau badan usaha baik yang berbentuk badan hukum atau bukan badan hukum yang didirikan dan berkedudukan atau melakukan kegiatan dalam wilayah hukum negara Republik Indonesia baik sendiri maupun bersama-sama melalui perjanjian, menyelenggarakan berbagai kegiatan usaha dalam bidang ekonomi. 182 Ningrum Natasya Sirait I, Op. cit., hlm. 100 Universitas Sumatera Utara 2 Unsur Bersekongkol Adapun istilah “bersekongkol” diartikan sebagai kerjasama yang dilakukan oleh pelaku usaha dengan pihak lain atas inisiatif siapapun dan dengan cara apapun dalam upaya memenangkan peserta tender tertentu. Istilah tersebut mengandung unsur-unsur sebagai berikut: 183 a kerjasama antara dua pihak atau lebih; b secara terang-terangan maupun diam-diam melakukan tindakan penyesuaian dokumen dengan peserta lainnya; c membandingkan dokumen tender sebelum penyerahan; d menciptakan persaingan semu; e menyetujui dan atau memfasilitasi terjadinya persekongkolan; f tidak menolak melakukan suatu tindakan meskipun mengetahui atau sepatutnya mengetahui bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk mengatur dalam rangka memenangkan peserta tender tertentu; g pemberian kesempatan eksklusif oleh penyelenggara tender atau pihak terkait secara langsung maupun tidak langsung kepada pelaku usaha yang mengikuti tender, dengan cara melawan hukum. 3 Unsur Pihak Lain Pihak Lain adalah: “para pihak vertikal dan horizontal yang terlibat dalam proses tender yang melakukan persekongkolan tender baik pelaku usaha sebagai 183 Republik Indonesia, Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pasal 22 Undang-Undang No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Persekongkolan Dalam Tender, hlm. 8. Universitas Sumatera Utara peserta tender dan atau subjek hukum lainnya yang terkait dengan tender tersebut.” Adanya unsur “pihak lain” menunjukkan bahwa persekongkolan selalu melibatkan lebih dari satu pelaku usaha. Pengertian pihak lain dalam hal ini meliputi para pihak yang terlibat, baik secara horizontal maupun vertikal dalam proses penawaran tender. 184 4 Unsur Mengatur dan atau Menentukan Pemenang Tender Menurut Peratuan Komisi Pengawas Persaingan usaha Nomor 2 Tahun 2010, pengertian unsur mengatur danatau menentukan pemenang tender diartikan sebagai berikut : 185 Suatu perbuatan para pihak yang terlibat dalam proses tender secara bersekongkol yang bertujuan untuk menyingkirkan pelaku usaha lain sebagai pesaingannya danatau untuk memenangkan peserta tender tertentu dengan berbagai cara. Pengaturan danatau penentuan pemenang tender tersebut antara lain dilakukan dalam hal penetapan kriteria pemenang, persyaratan teknis, keuangan, spesifikasi, proses tender dan seebagainya. 5 Unsur Persaingan Usaha Tidak Sehat Persaingan usaha tidak sehat adalah: 186 “persaingan antar pelaku usaha dalam menjalankan kegiatan produksi dan atau pemasaran barang dan atau jasa yang dilakukan 184 Andi Fahmi Lubis, Op. cit., hlm. 152. 185 Republik Indonesia, Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pasal 22 Undang-Undang No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Persekongkolan Dalam Tender, hlm. 6. 186 Ibid Universitas Sumatera Utara dengan cara tidak jujur atau melawan hukum atau menghambat persaingan usaha.” Unsur yang terakhir dari ketentuan tentang persekongkolan adalah terjadinya “persaingan usaha tidak sehat”. Unsur ini menunjukkan, bahwa persekongkolan menggunakan pendekatan rule of reason, karena dapat dilihat dari kalimat “... sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat”. Pendekatan rule of reason merupakan suatu pendekatan hukum yang digunakan lembaga pengawas persaingan usaha seperti KPPU di Indonesia untuk mempertimbangkan faktor-faktor kompetitif dan menetapkan layak atau tidaknya suatu hambatan perdagangan. Artinya untuk mengetahui apakah hambatan tersebut bersifat mencampuri, mempengaruhi, atau bahkan mengganggu proses persaingan. 187 3. Bentuk-Bentuk Umum Persekongkolan Tender Persekongkolan dalam tender dapat dilakukan secara terang-terangan maupun diam-diam melalui tindakan penyesuaian, penawaran sebelum dimasukkan, atau menciptakan persaingan semua, atau menyetujui danatau memfasilitasi, atau pemberian kesempatan ekslusif, atau tidak menolak melakukan suatu tindakan meskipun mengetahui bahwa tindakan tersebut dilakukan untuk mengatur dalam rangka memenangkan peserta tender tertentu. 187 Andi Fahmi Lubis, Op. cit., hlm. 153. Universitas Sumatera Utara Tender yang berpotensi menciptakan persaingan usaha tidak sehat atau menghambat persaingan usaha adalah: 1 Tender yang bersifat tertutup atau tidak transparan dan tidak diumumkan secara luas, sehingga mengakibatkan para pelaku usaha yang berminat dan memenuhi kualifikasi tidak dapat mengikutinya; 2 Tender yang bersifat diskriminatif dan tidak dapat diikuti oleh semua pelaku usaha dengan kompetensi yang sama; 3 Tender dengan persyaratan dan spesifikasi teknis atau merek yang mengarah kepada pelaku usaha tertentu sehingga menghambat pelaku usaha lain untuk ikut. Berdasarkan Pedomoan Pasal 22 Undang-Undang No.5 Tahun 1999, persekongkolan dalam tender dapat dibedakan pada tiga jenis, yaitu; 1 persekongkolan horizontal, 2 persekongkolan vertikal, dan 3 gabngan persekongkolan vertikal dan horizontal. Penjelasan atas ketiga jenis persekongkolan dalam tender tersebut sebagai berikut : 188 1 Persekongkolan horizontal Persekongkolan horizontal merupakan persekongkolan yang terjadi antara pelaku usaha tau penyedia barang dan jasa dengan sesame pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa pesaingannya. Persekongkolan ini dapat dikategorikan sebagai persekongkolan 188 Republik Indonesia, Peraturan Komisi Pengawas Persaingan Usaha Nomor 2 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pasal 22 Undang-Undang No.5 Tahun 1999 Tentang Larangan Persekongkolan Dalam Tender, hlm. 10-12 Universitas Sumatera Utara dengan menciptakan persaingan di antara peserta tender. Berikut bagan persekongkolan horizontal dimaksud : Gambar 3.1 Gambar Bentuk Persekongkolan Horizontal Sumber: Pedoman Pasal 22 hlm. 10 2 Persekongkolan vertikal Persekongkolan vertikal merupakan persekongkolan yang terjadi antara salah satu atau beberapa pelaku usaha tasu penyedia barang dan jasa dengan panitia tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan. Persekongkolan ini dapat terjadi dalam bentuk dimana panitia tender atau panitia lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaaan bekerjasama dengan salah satu atau beberapa peserta tender. Berikut ini bagan persekongkolan vertical dimaksud: Gambar 3.2 Gambar Bentuk Persekongkolan Vertikal Sumber: Pedoman Pasal 22 hlm. 11 PanitiaPengadaanLelangPengguna Barang jasaPengguna Proyek Pelaku UsahaPenyedia BarangJasa Pelaku UsahaPenyedia BarangJasa Pelaku UsahaPenyedia BarangJasa PanitiaPengadaanLelangPengguna Barang jasaPengguna Proyek Pelaku UsahaPenyedia BarangJasa Pelaku UsahaPenyedia BarangJasa Pelaku UsahaPenyedia BarangJasa Universitas Sumatera Utara 3 Persekongkolan horizontal dan vertikal Persekongkolan ini merupakan persekongkolan antara panita tender dan panitia lelang atau pengguna barang dan jasa atau pemilik atau pemberi pekerjaan dengan pelaku usaha atau penyedia barang dan jasa. Persekongkolan ini dapat melibatkan dua atau tiga pihak yang terkait dalam proses tender. Salah satu bentuk persekongkolan ini adalah tender fiktif, dimana baik panitia tender, pemberi pekerjaan, maupun para pelaku usaha melakukan suatu proses tender hanya secara administrative dan tertutup. Berikut ini bagan persekongkolan horizontal dan vertikal tersebut: Gambar 3.3 Gambar Persekongkolan Horizontal dan Vertikal Sumber: Pedoman Pasal 22 hlm. 12. Persekongkolan tender dapat terjadi dalam beberapa bentuk. Ada empat jenis skema utama persekongkolan tender yaitu bid suppression, complementary PanitiaPengadaanLelangPengguna Barang jasaPengguna Proyek Pelaku UsahaPenyedia BarangJasa Pelaku UsahaPenyedia BarangJasa Pelaku UsahaPenyedia BarangJasa Universitas Sumatera Utara bidding, bid rotation, subcontracting dan market division 189 1 Subcontract bid rigging. . Penjelasan skema tersebut yaitu: Ini terjadi ketika beberapa peserta tender bersekongkol untuk tidak memasukkan penawaran, atau menyerahkan penawaran pura-pura yang diatur supaya tidak menang, dengan perjanjian di antara mereka yaitu pemenang pemenang tender akan melakukan sub-kontrak sebagian pekerjaan kepada mereka. Dengan cara ini, mereka membagi keuntungan hasil persekongkolan tersebut. 2 Bid suppression Jenis persekongkolan tender ini terjadi ketika beberapa peserta tender bersekongkol untuk tidak memasukkan penawaran sehingga anggota lainnya akan memenangi tender tersebut, dan tentu ada perjanjian pembagian keuntungan di antara mereka. Metode pengaturan penawaran melibatkan perjanjian di antara pesaing dimana satu atau lebih perusahaan setuju untuk keluar dari pengadaan atau menarik penawaran yang dimasukkan sebelumnya sehingga penawaran pemenang yang akan ditetapkan akan diterima. Secara nyata, pengaturan penawaran diartikan bahwa suatu perusahaan tidak ingin memasukkan penawaran untuk dipertimbangkan. 189 OECD Guideline for Fighting Bid-rigging in Public Procurement, helping governments to obtain best value for money, www.oecd.orgcompetition. diakses pada 1 Maret 2014. Universitas Sumatera Utara 3 Complementary bidding Juga dikenal sebagai cover bidding atau courtesy bidding yaitu kesepakatan di antara para penawar di mana dua atau lebih penawar setuju terhadap siapa yang akan memenangkan penawaran. Penawaran pura-pura atau penawaran palsu ini terjadi ketika beberapa penawar memasukkan penawaran dengan mencantumkan harga yang terlalu tinggi atau berisi keadaanpersyaratan yang mereka ketahui tidak dapat diterima oleh pihak penyelenggara tender. 190 4 Bid rotation Terjadi ketika para penawar bergiliran sesuai perencanaan mereka, bergiliran menjadi pemenang tender, misalnya, setiap peserta persekongkolan dirancang untuk menjadi pemenang tender pada kontrakkontrak tertentu, dengan rencana peserta persekongkolan lainnya akan memenangkan dirancang untuk memenangi tender kontrak kalinnya. Ini merupakan bentuk alokasi pasar, di mana para anggota persekongkolan mengalokasikan atau membagi pasar, produk, pelanggan atau teritorial geografis di antara mereka, sehingga masing-masing akan memperoleh bagian yang adil‘, tanpa bersaing secara benar untuk memperoleh bisnis tersebut. 191 5 Market Division Pembagian pasar market division adalah pola penawaran tender yang terdiri dari beberapa cara untuk memenangkan tender melalui pembagian 190 L. Budi Kagramanto, Larangan Persekongkolan Tender: Perspektif Hukum Persaingan Usaha Surabaya: Srikandi, 2008, hlm. 121. 191 Ibid, hlm. 100. Universitas Sumatera Utara pasar. Melalui metode ini, para penawar dapat merancang wilayah geografis maupun pelanggan tertentu sehingga jika terdapat kontrak di wilayah tertentu, seluruh penawar sudah mengetahui penawar mana yang akan memenangi tender. 192 Bentuk-bentuk persekongkolan tender di atas masing-masing tidak berdiri sendiri, dua atau tiga bentuk tersebut dapat saja terjadi pada saat yang bersamaan. Misalnya jika salah satu peserta persekongkolan tersebut dirancang untuk memenangkan suatu kontrak tertentu, para peserta persekongkolan dapat menghindar memenangkan tender dengan cara tidak mengajukan penawaran bid suppression , atau dengan memasukkan penawaran yang tinggi cover bidding. 4. Dampak Persekongkolan Dalam Tender. Dilihat dari sisi konsumen atau pemberi kerja, persekongkolan dalam tender dapat merugikan dalam bentuk antara lain: 193 a. Konsumen atau pemberi kerja membayar harga yang lebih mahal daripada yang sesungguhnya; b. Barang atau jasa yang diperoleh baik dari sisi mutu, jumlah, waktu, maupun nilai seringkali lebih rendah dari yang akan diperoleh apabila tender dilakukan secara jujur. c. Terjadi hambatan pasar bagi peserta potensial yang tidak memperoleh kesempatan untuk mengikuti dan memenangkan tender. 192 Susanti Adi Nugroho, Op. cit., hlm. 296. 193 Ibid, hlm. 325-326. Universitas Sumatera Utara d. Nilai proyek untuk tender pengadaan jasa menjadi lebih tinggi akibat mark-up yang dilakukan oleh pihak-pihak yang bersekongkol. Apabila hal tersebut dilakukan dalam proyek Pemerintah yang pembiayaannya melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, maka persekongkolan tersebut berpotensi menimbulkan ekonomi biaya tinggi. e. Kemungkinan terjadinya pembagian kesempatan maupun wilayah kerja apabila terjadi pengaturan sesame maupun untuk para peserta tender. B. Perbedaan Pengertian Beauty Contest dalam memilih mitra usaha dengan tender sebagaimana diatur dalam UU No.5 Tahun 1999. Pada Pembahasan sebelumnya telah dijelaskan secara rinci mengenai tender dan beauty contest. Yang dimaksud dengan tender menurut Pasal 22 Undang-undang No. 5 Tahun 1999 adalah tawaran mengajukan harga, untuk memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang atau untuk menyediakan jasa. Sedangkan yang dimaksud dengan beauty contest adalah suatu peragaan atau pemaparan profil suatu perusahaan atas suatu undangan pelaku usaha tertentu. Pemaparan tersebut mengenai kemampuan keuangan dan pengalaman perusahaan serta produk yang diproduksinya. Menurut Kurnia Toha, SH., LL.M., Ph.D., beauty contestseleksi calon mitra adalah suatu proses untuk mencari partner yang akan ikut menyertakan modalnya sebagai pemegang saham untuk melakukan suatu kegiatan usaha bersama-sama dengan partner lainnya akan menjadi pemilik atau pemegang saham dari perusahaan yang akan dibangunnya dan secara bersama-sama pula Universitas Sumatera Utara akan mengharapkan pengembalian modal yang ditanamkan dalam perusahaan yang akan didirikan. Oleh karena itulah, pemilihan partner sebagai mitra strategis dalam membangun suatu usaha didasarkan kepada kemampuan permodalan, keahlian, dan pengalaman calon partner tersebut untuk mengadakan investasi, bukan mengenai pengadaan barangjasa sebagaimana dimaksud dalam tender. 194 Tender adalah bertujuan untuk mencari penawar dengan harga terendah atau best value kombinasi harga dan kualitas. Sedangkan pemilihan mitra adalah bertujuan untuk mencari mitra yang akan menanggung resiko bisnis bersama- sama sharing risk. Dalam proses pemilihan mitra harus dilakukan diskusi dengan pihak yang berminat untuk berinvestasi serta untuk mendapat informasi dari peminat investasi. 195 Dari pemaparan-pemaparan sebelumnya, dapat diambil kesimpulan bahwa perbedaan antara beauty contest dan tender dapat dilihat dari 3 hal yaitu: 1. Perbedaan Karakteristik Beauty Contest dan Tender. Penjelasan resmi Pasal 22 UU No. 51999 telah memberikan pengertian resmi dari definisi hukum tentang tender, yaitu tawaran mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang, atau untuk menyediakan jasa. Dengan demikian, esensi dari Pasal 22 adalah tawaran harga dari penyedia provider kepada pemilik owner. Dengan adanya tawaran harga, maka terjadi peralihan tanggung jawab hukum atas pelaksanaan penyelesaian secara sempurna atas pengerjaan suatu pekerjaan atau penyediaan barang dan jasa dari pemilik 194 Erman Radjagukguk, Op. cit., hlm. 5. 195 Ibid, hlm. 8. Universitas Sumatera Utara pekerjaan owner kepada penyedia provider dan transaksi putus atas barang dan atau jasa out right transaction. Karateristik dasar dari tender adalah peralihan risiko dan tanggung jawab hukum dari pemilik pekerjaan owner kepada pemborong pekerjaan atau penyedia provider barang atau jasa atas pelaksanaan dan penyelesaian secara sempurna atas pengerjaan suatu pekerjaan dan penyediaan barang atau jasa. Peralihan risiko dan tanggung jawab hukum tersebut tidak terjadi dalam hal seleksi calon mitra atau beauty contest, karena di dalam beauty contest, partner terpilih akan ikut menyertakan atau menanamkan modalnya sebagai pemegang saham untuk melakukan suatu kegiatan usaha bersama-sama dengan partner lainnya akan menjadi pemilik atau pemegang saham dari perusahaan yang akan didirikan, dan secara bersama-sama pula akan mengharapkan pengembalian modal yang ditanamkan dalam perusahaan yang akan didirikan. Perbedaan dasar karakteristik ini kemudian dijelaskan secara lengkap oleh ahli hukum Kurnia Toha: 196 Terdapat perbedaan mendasar dan sangat prinsipal antara Tender dengan Seleksi Calon Mitra. “Tender” menurut Pasal 22 UU No. 51999 adalah seleksi atau proses tawaran mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan, seleksi atau proses tawaran untuk mengadakan barang-barang, atau seleksi atau proses tawaran untuk menyediakan jasa. Dari proses ini, maka akan ditentukan satu pelaku usaha yang akan memborong pekerjaan, danatau mengadakan barang-barang, atau untuk menyediakan jasa. Sebagaimana telah diuraikan dalam jawaban pertanyaan B 1 di atas bahwa karakteristik dasar dari tender dalam Pasal 22 UU No. 51999 adalah peralihan risiko dan tanggung jawab hukum dari pemilik pekerjaan owner kepada pemborong pekerjaan atau penyedia provider barang atau jasa atas pelaksanaan dan penyelesaian secara sempurna atas pengerjaan suatu pekerjaan dan penyediaan barang atau jasa. Peralihan risiko dan tanggung jawab hukum tersebut di atas tidak terjadi dalam hal Seleksi Calon Mitra, karena Seleksi Calon Mitra adalah 196 Putusan KPPU No.35KPPU-I2010, Op. cit., hlm. 131-132. Universitas Sumatera Utara suatu proses untuk mencari partner yang akan ikut menyertakan atau menanamkan modalnya sebagai pemegang saham untuk melakukan suatu kegiatan usaha bersama-sama dengan partner lainnya. Jadi partner ini bersama-sama dengan partner lainnya akan menjadi pemilik atau pemegang saham dari perusahaan yang akan didirikan selanjutnya disebut “Perusahaan Yang Akan Didirikan”, dan secara bersama-sama pula akan mengharapkan pengembalian modal yang ditanamkan dalam Perusahaan Yang Akan Didirikan. Tindakan yang dilakukan oleh salah satu partner atau partner terpilih yang merugikan Perusahaan Yang Didirikan pasti akan merugikan partner mitra lainnya, sehingga dalam hal ini tidak terjadi peralihan risiko dan tanggung jawab hukum dari pengundang kepada calon mitra terpilih atas kegiatan usaha Perusahaan Yang Didirikan, akan tetapi secara bersama-sama menjalankan perusahaan. Dengan demikian setelah melalui Seleksi Calon Mitra, mitra yang terseleksi tidak melakukan pemborongan pekerjaan, atau mengadakan barang atau menyediakan jasa sebagaimana pada Tender yang diatur dalam Pasal 22 UU No. 51999, melainkan akan menjalankan usaha bersama-sama dengan Mitra lainnya, dalam hal ini bersama-sama dengan “Pengundang” Seleksi Calon Mitra.” Pendapat senada juga dikemukakan oleh Dr. Susanti Adi Nugroho yaitu: 197 Beauty Contest bukan merupakan proses tender dan ketentuan Pasal 22 tidak dapat diaplikasikan; Pasal 22 mengatur bersekongkol untuk menentukan pemenang tender, sedangkan tender adalah tawaran mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan, untuk pengadakan barang dan atau penyediaan jasa. Bauty Contest bukan merupakan tender pengadaan barang dan atau jasa, sebagaimana ditentukan pasal 22 dan Pedoman Larangan Persekongkolan Tender, tetapi lebih bersifat mencari investor atau partner kerjasama yang mempunyai keahlian, sepert yang mempunyai rencana kerja yang baik, profesionalitas dan pengalaman kerja dalam bidang yang berkaitan dengan projek, dan yang mempunyai kemampuan keuangan dan sumber daya manusia yang berpengalaman dalam pengembangan dan pemasaran. Karena tujuan projek tersebut adalah untuk mencari investor partner kerja, maka disebut sebagai ”beauty contest” bukan sebagai ”tender”, untuk mengundang pelaku usahaindustri yang berminat, agar memberikan proposalnya yang berkaitan dengan projek, dan mempresentasikan pendapatnya pada waktu dan tempat yang ditentukan oleh kedua operator projek tersebut. 197 Affidavit Susanti Adi Nugroho, Keterangan Saksi Ahli Tertulis dalam Perkara No.35KPPU-I2010 tentang Praktek Beauty Contest Proyek Donggi Senoro, 11 November 2010, hlm. 9 Universitas Sumatera Utara Bukan hanya pendapat ahli hukum, namun KPPU sendiri pada tahun 2009 dalam suatu kasus, telah menyatakan bahwa beauty contest berbeda dengan proses lelang atau tender. Dalam masalah penyelenggaraan Pekan Raya Jakarta PRJ atau Jakarta Fair Kemayoran JFK, KPPU menyatakan telah terjadi monopoli, karena dalam lima tahun terakhir penyelenggara pameran tersebut dilakukan oleh perusahaan yang sama, yaitu PT Jakarta International Expo JIExpo, dan KPPU menyarankan seharusnya penyelenggara dipilih berdasarkan tender atau beauty contest, seperti pernyataan berikut ini: Sekretaris Daerah Sekda Provinsi DKI Jakarta, Muhayat, mengatakan, dari hasil pertemuan dengan KPPU kemarin, Pemprov DKI menerima saran dan rekomendasi KPPU untuk melaksanakan beauty contest PRJ. Karena yang dilelang dalam bentuk investasi, maka dilakukan beauty contest. Sedangkan tender merupakan proses lelang berupa barang dan jasa mengacu Keputusan Presiden Keppres No 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah. 198 Dari pemaparan-pemaparan di atas, jelaslah bahwa esensi dasar atau karakteristik antara beauty contest dan tender sangat berbeda dimana dalam tender terdapat peralihan tanggung jawab dan antara penyedia dan pemborong terdapat hubungan kerja yang sifatnya sama seperti seorang atasan dan bawahan. Namun, dalam beauty contest, hubungan kerja yang sedemikian tidak akan terjadi karena antar mitra mempunyai kedudukan yang samaseimbang. 198 Maryadie, Monopoli Pekan Raya Jakarta, Pemerintah Jakarta Akan Gelar Beauty contest , KPPU menyatakan terjadi monopoli usaha terkait pelaksanaan PRJ atau Jakarta Fair, Jumat, 19 Juni 2009, http:metro.vivanews.comnewsread67978 diakses pada 1 Maret 2014. Universitas Sumatera Utara 2. Perbedaan Persyaratan Pemenang Beauty Contest dan Tender. Perbedaan antara tender dan beauty contest dapat dilihat dari persyaratan penyelenggaraanya. Persyaratan bagi peserta tender berpedoman pada Peraturan Presiden No. 54 Tahun 1999 tentang Pengadaan BarangJasa Pemerintah, dimana segala persyaratan dibuat sedetail mungkin dan harga merupakan penilaian paling penting dalam tender. Berbeda halnya dengan tender, dalam beauty contest, persyaratan yang harus dipenuhi oleh para peserta tidak berdasarkan Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh para peserta beauty contest didasarkan jurnal-jurnal dan pengalaman para pelaku usaha dan persyaratan yang diberikan oleh panitia beauty contest. Dalam beauty contest terdapat bermacam-macam hal yang dijadikan penilaian oleh juri, seperti pengalaman perusahaan dibidangnya, kondisi keuangan perusahaan, sistem kerjasama yang ditawarkan, dan lain hal sebagainya. Hal senada juga dikatakan oleh Andi Fahmi, seorang ekonom Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia bahwa terdapat perbedaan yang cukup mencolok antara procurement tender dengan beauty contest. Menurutnya, procurement tender menerapkan objektivitas dan penentuan harga sudah pasti, sementara beauty contest lebih mengedepankan evaluasi subjektivitas, tidak berpatokan pada harga, dan lebih kepada negosiasi. 199 199 Heriyono, “Mahkamah Agung Diminta Perbaiki Keputusan Soal Donggi Senoro”, http:www.majalahtambang.comdetail_berita.php?category=18 newsnr=5722, 22 Mei 2012 diakses tanggal 9 Maret 2014. Universitas Sumatera Utara Perbedaan keberadaan elemen harga ini juga dikemukakan oleh Marteen Janssen dalam bukunya Auctioning Public Asset: 200 “The main distinction is between auctions on one hand and Beauty Contest on the other hand. The main difference between the two types of allocation mechanism is that the latter always contain an element in them that cannot be easily quantified or otherwise made objective. Auctions, on the other hand, are allocation mechanisms where a pre-defined algorithm can determine who will have the best bid. What is certainly not the case is that prices do not play a role in Beauty Contests or that in a Beauty Contest prices have to be exogenously fixed. However, in a Beauty Contest ‘price offered’ can be one of the items on which parties are scored” “Perbedaan utama terletak pada lelang di satu sisi dan beauty contest di sisi lain. Perbedaan utama diantara kedua sistem alokasi ini adalah bahwa yang terakhir selalu mengandung elemen-elemen yang tidak mudah ditentukan atau diobjektifkan. Lelang, di sisi lain, adalah mekanisme pengalokasian dimana telah ada algoritma yang telah ditentukan untuk menentukan pemenangnya harga. Yang pasti adalah, harga tidak memainkan peranan dalam beauty contest atau bahwa harga bukan merupakan persyaratan mutlak dalam beauty contest. Namun, dalam beauty contest , “penawaran harga” dapat menjadi persyaratan dimana peserta dinilai.” Ahli hukum Persaingan Usaha, Kurnia Toha, juga telah menjelaskan secara detail mengenai elemen harga ini: Tender menurut Pasal 22 UU No. 51999 adalah tawaran harga, dan merupakan parameter dalam penentuan pemenang tender, dimana tawaran 200 Marteen Christiaan Wilhelmus Janssen, Auctioning Public Asset: Analysis and Alternatives USA: Cambridge University Press, 2004, hlm. 8. Universitas Sumatera Utara harga tersebut mengikat apabila dinyatakan pemenang tender, karena harga tersebut merupakan obyek tender dalam Pasal 22 UU No. 51999. Akan tetapi, sebagaimana halnya dalam proses Seleksi Calon Mitra, terdapat simulasi dari calon mitra tentang harga barang dan atau jasa yang akan dijual oleh Perusahaan Yang Didirikan dalam Seleksi Calon Mitra. Harga tersebut bersifat indikatif dan tidak mengikat. Bagaimanapun tingkat harga barang dan atau jasa yang akan dijual oleh Perusahaan Yang Akan Didirikan kepada pembeli pihak ketiga setelah Perusahaan Yang Akan Didirikan beroperasi secara komersial akan berdampak pada pengembalian modal dari pengundang dan calon mitra terpilih secara bersama-sama, sehingga simulasi harga barang dan atau jasa yang akan dijual oleh Perusahaan Yang Didirikan dalam Seleksi Calon Mitra tidak mengikat dan tidak menjadi patokan pula untuk menentukan terpilihnya calon mitra dalam proses Seleksi Calon Mitra, akan tetapi hanya untuk mengukur tingkat kemampuan dan pengalaman calon mitra dalam industry yang digelutinya. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa dalam persyaratan pengadaan tender, yang menentukan pemenang tender adalah harga dalam artian harga yang diajukan oleh peserta adalah yang terendahterbaik. Sedangkan dalam beauty contest dalam memilih mitra usaha, penawaran harga bukan suatu syarat yang mutlak. Penentuan pemenang dalam beauty contest dilihat dari seluruh profil perusahaan yang nantinya akan ditentukan oleh panitia beauty contest dan sepenuhnya merupakan diskresi pihak panitia. Hal ini dapat dibenarkan mengingat bahwa keseluruhan proses beauty contest adalah untuk mencari mitra usaha sehingga penawaran harga bukanlah merupakan syarat satu-satunya pemenang beauty contest . 3. Perbedaan dari Aspek Transparansi. Perbedaan mendasar ketiga dari beauty contest dan tender adalah dari aspek transparansi. Penyelenggaraan tender kegiatan atau proyek tersebut harus Universitas Sumatera Utara dilakukan secara terbuka dan transparan. 201 Namun, dalam proses beauty contest, transparansi bukan merupakan persyaratan yang mutlak. Hal ini karena pihak panitia penyelenggara beauty contest tidak memiliki kewajiban untuk mengemukakan disclose para pihak yang ikut dalam beauty contest sehingga sangat lazim dalam beauty contest prosesnya dilakukan secara tertutup dan para pesaing tidak saling mengenal. Selain itu, karena penentuan pemenang dalam beauty contest tidak berdasar pada harga saja seperti dalam tender melainkan juga melihat faktor-faktor lain dan didasarkan pada diskresi panitia penyelenggara, maka penentuan pemenang beauty contest juga tidak transparan seperti tender dan merupakan keputusan penyelenggara. Hal ini dikarenakan perusahaan bebas dalam memilih mitra dan pertimbangannya bisa apa saja, sepanjang dipandang paling menguntungkan bagi pihak yang memilih. Transparan dalam artian seluruh proses penyelenggaraan tender dari para peserta tender sampai pada proses sampai pada tahap pemenang harus dilakukan secara transparan. Para pihak yang bersaing dalam tender saling mengetahui para pesaing begitu pula dengan harga yang ditawarkan oleh tiap-tiap pihak harus bersifat terbuka dan transparan. Ambiguitas dalam penentuan pemenang beauty contest juga diamini oleh Marteen Janssen sebagaimana dikatakan dalam bukunya bahwa: “In an unweighted Beauty Contest, bidders do not know in advance how their bids will be evaluated. A weighted Beauty Contest is an allocation mechanism in which bidders know in advance on which criteria they will be assessed and what the weights of the different criteria will be. Even though the maximum score on a certain criteria is known, it remains 201 Republik Indonesia, Keputusan Presiden tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang Jasa Pemerintah No. 80 Tahun 2003, Bab I, Pasal 2, Angka 2 Universitas Sumatera Utara somewhat ambiguous even in a weighted Beauty Contest, how to score different bidders on a certain criterion . 202 “Dalam beauty contest yang tidak berbobot, penawar tidak akan mengetahui dimuka bagaimana penawaran mereka akan dievaluasi. Sebaliknya, Beauty Contest yang berbobot merupakan mekanisme alokasi dimana penawar telah mengetahui kriteria penilaian mereka serta bobot tiap criteria tersebut. Meskipun nilai maksimum dari setiap kriteria diketahui, akan tetap terdapat ambiguitas, meski dalam beauty contest yang berbobot, dalam hal menilai penawar yang berbeda dengan kriteria tertentu. Dan: 203 “However, in the cases where a Beauty Contest is most desirable, i.e., when the seller wants to get information about innovative proposals out of the market, one simply cannot prepare such a precise evaluation scheme in advance. Some degree of ambiguity can therefore not be avoided if a Beauty Contest is held .” “Namun, meski dalam kasus dimana beauty contest dirasakan paling menarik, cth ketika penjual ingin mendapatkan informasi terhadap proposal yang inovatif dari pasar, tetaplah cukup sulit untuk menyiapkan skema evaluasi yang paling tepat di awal. Tetap akan ada derajat ambiguitas yang tidak dapat dihindarkan apabila dilakukan proses beauty contest . 202 Marteen Janssen, Op. cit., hlm. 8-9. 203 Ibid, hlm. 13 Universitas Sumatera Utara BAB IV PERTIMBANGAN HUKUM KPPU DALAM MEMUTUS PERKARA NO. 35KPPU-I2010 TENTANG PRAKTEK BEAUTY CONTEST PROYEK DONGGI SENORO D. Posisi Kasus dan Fakta-Fakta Hukum dalam Perkara Blok Donggi- Senoro 1. Posisi Kasus a. Fakta-Fakta dalam Pengembangan Proyek Donggi Senoro. Pengembangan industri migas di Indonesia, khususnya di Blok Donggi Senoro ini dimulai sejak tahun 1980 – 1997. Blok Matindok dan Blok Senoro yang merupakan lokasi minyak dan gas di daerah Sulawesi Tengah awalnya dikelola oleh Union Texas yang kemudian pada tahun 1997 mengembalikan hak pengelolaan atas blok Matindok dan Senoro kepada Indonesia dan diserahkan kepada Pertamina. 204 Penyerahan pengelolaan migas di Blok Matindok dan Blok Senoro ini dimuat dalam Kontrak Kerja Sama yang dikeluarkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral dan BP MIGAS. Kemudian Pertamina memecah pengelolaan Blok Matindok dan Blok Senoro. Untuk Blok Matindok dikelola oleh Lapangan Donggi merupakan pengembangan lapangan terintegrasi pada area Matindok yang terdiri dari lapangan Donggi, lapangan Matindok, lapangan Maleoraja dan lapangan Minahaki. Sedangkan lapangan Senoro merupakan pengembangan dari lapangan gas Senoro dan lapangan minyak Tiaka. 204 Putusan KPPU No.35KPPU-I2010, Op.cit., hlm. 9. Universitas Sumatera Utara Pertamina sedangkan Blok Senoro dikelola oleh joint venture kerjasama Pertamina dengan Union Texas. 205 Setelah Blok Senoro yang semula dikelola oleh joint venture antara Pertamina dengan Union Texas berakhir, Blok Senoro kemudian dikelola oleh Joint Operation Body JOB antara Pertamina Hulu Energi Tomori Sulawesi dan Medco E P Tomori Sulawesi. PT Medco EP Tomori Sulawesi merupakan salah satu anak perusahaan PT Medco Energi Internasional, Tbk. 206 Pada tanggal 31 Mei 2005, PT Pertamina, PT Medco E P Tomori Sulawesi dan LNG Internasional LNGI menandatangani Exclusivity Agreement 207 untuk pembelian gas dari Blok Senoro dimana jangka waktu berlaku Exclusivity Agreement adalah 4 bulan dan dapat diperpanjang apabila seluruh pihak menyetujuinya. Dalam kesepakatan tersebut dijelaskan bahwa LNGI harus membuat perjanjian pembiayaan dengan perusahaan pembiayaan yang memiliki kualifikasi yang layak dengan standar minimum dengan rating BBB+. 208 Sampai pada tanggal 30 September 2005, LNGI belum memenuhi condition precedent. 209 205 Ibid. Namun, komunikasi antara LNGI dan PT. Medco EP Tomori Sulawesi untuk membahas draft Gas Sales Agreement selanjutnya disingkat “GSA” tetap 206 Ibid, hlm. 10. 207 Exclusivity Agreement adalah suatu perjanjian eksklusif antar dua atau lebih perusahaan untuk melakukan kerjasama secara eksklusif dalam jangka waktu tertentu. Dalam hal kerjasama jual beli, biasanya perjanjian ini menjamin pembeli oleh satu pihak secara eksklusif, www. http:uk.practicallaw.com4-107-6577 diakses tanggal 7 April 2014. 208 BBB+ adalah standarperingkat investasi atau investment grade. Peringkat Investasi ini adalah suatu kelayakan yang diberikan kepada suatu obligasi dimana obligasi tersebut mendapat peringkat dari lembaga pemeringkat resmi yaitu : BBB- atau lebih tinggi dari Standard Poors. 209 Condition Precedent adalah suatu rangkaian persyaratan atau kejadian yang harus dipenuhi terlebih dahulu oleh para pihak dalam suatu kontrak sebelum kontrak tersebut dapat dilaksanakan, http:legal-dictionary.thefreedictionary.comcondition+precedent diakses tanggal 7 April 2014. Universitas Sumatera Utara berjalan. Pada tanggal 3 Oktober 2005, LNGI dinyatakan telah memenuhi seluruh condition precedent . 210 Pada tanggal 28 November 2005, PT Medco EP Tomori Sulawesi, PT Pertamina EP, PT Pertamina LNG dan LNGI mengadakan rapat yang pada intinya menghasilkan kesepakatan pengiriman LNG LNG shipment. Dengan adanya kesepakatan tersebut maka dibentuklah PT LNG Energi Utama LNGEU sebagai konsorsium atau perusahaan gabungan untuk mendanai, mengelola dan pengiriman LNG yang berasal dari Blok Donggi Senoro ini. LNGEU secara hukum resmi didirikan pada tanggal 19 Desember 2005 berdasarkan Akta Pendirian Perusahaan Nomor 25 yang dibuat oleh Notaris Amrul Partomuan, S.H. 211 Pada tanggal 21-23 November 2005, PT Pertamina EP dan JOB Pertamina Hulu Energi dengan Medco EP Tomori mengadakan lokakarya membahas rencana pengembangan blok Matindok dan Senoro dengan menggunakan skema hilir. LNGI ditawarkan untuk turut mengembangkan Blok Matindok karena Sini Cheer mengundurkan diri dari perencanaan tersebut. Untuk itulah, pada bulan November 2005, LNGI, PT Pertamina EP dan PT Medco EP Tomori Sulawesi merancang kegiatan bersama yang dimuat dalam JOB Cooperation Synergies Gas Monetization . Namun, pada tanggal 12 Januari 2006 Mitsubishi Corporation mengirimkan surat kepada PT Pertamina Persero yang menyatakan tertarik untuk membangun proyek yang pertama di Sulawesi Blok Donggi dan Blok Senoro. Kemudian, atas permintaan tersebut PT Pertamina Persero dan 210 Putusan KPPU Nomor 35KPPU-I2010, Op. cit., hlm. 10-11. 211 Ibid, hlm. 11-13. Universitas Sumatera Utara Mitsubishi Corporation mengadakan pertemuan untuk mendsikusikan kemungkinan keterlibatan Mitsubishi Corporation dalam pengembangan Blok Matindok dan Blok Senoro pada tanggal 23 Januari 2006. Pada tanggal 26 Januari 2006, Mitsubishi Corporation menyampaikan kepada PT Medco Energi Internasional, Tbk yang menyatakan tertarik pada proyek LNG Senoro. Dengan persetujuan PT Pertamina Persero dan PT Medco Energi Internasional Tbk, pada tanggal 7 Februari 2006 Mitsubishi Corporation melakukan presentasi untuk menyampaikan pendapat awal tentang proyek LNG serta proposalnya. 212 Pada tanggal 8 Februari 2006, Mitsubishi Corporation mengadakan pertemuan dengan PT Medco Energi Internasional, Tbk dan menyampaikan bahwa Mitsubishi Corporation tertarik untuk terlibat dalam aspek hulu maupun hilir dalam pengembangan Blok Matindok dan Blok Senoro. Dalam kesempataan pertemuan tersebut, PT Medco Energi Internasional, Tbk menyampaikan kepada Mitsubishi Corporation bahwa prioritas pengembangan Blok Matindok dan Blok Senoro adalah pada aspek hilir. PT Medco Energi Internasional, Tbk meminta kepada Mitsubishi Corporation untuk menjadi partner bagi LNGEU dengan terlebih dahulu melakukan due dilligence 213 terhadap pekerjaan awal LNGI karena beberapa data merupakan milik LNGI. 214 Pada tanggal 9 Februari 2006, PT Medco Energi Internasional, Tbk meminta LNGI turut serta pula dalam presentasi yang akan dilakukan oleh 212 Ibid, hlm. 13-14. 213 Due Diligence adalah suatu investigasi atau audit terhadap investasi potensial. Due dilligence dilakukan untuk mengkonfirmasi segala fakta dan aspek yang sifatnya material. Secara umum, due diligence dilakukan sebelum para pihak memasukimengadakan perjanjian ataupun kerjasama, http:www.investopedia.comtermsdduediligence.asp diakses tanggal 7 April 2014. 214 Putusan KPPU Nomor 35KPPU-I2010, Op. cit., hlm. 14. Universitas Sumatera Utara Mitsubishi Corporation kepada PT Pertamina Persero dan PT Medco Energi Internasional, Tbk. Selain LNGI dan Mitsubishi, PT Medco Energi Internasional,Tbk meminta juga kepada Mitsui Co. Ltd Mitsui untuk mengikuti presentasi. Untuk melihat keadaan awal proyek ini maka PT Medco EP Tomori Sulawesi menyampaikan kepada Mitsubishi Corporation bahwa LNGI tidak keberaratan memberikan informasi kepada Mitsubishi Corporation sepanjang Mitsubishi Corporation bersedia menandatangani perjanjian kerahasiaan Confidentiality Agreement 215 1 Teknis; yang dipersiapkan oleh LNGI yang kemudian ditandatangani pada tanggal 17 Februari 2006. Dalam perjanjian kerahasiaan tersebut, Mitsubishi Corporation akan menerima data-data dan informasi yang bersifat rahasia dari LNGI dan data-data tersebut dilarang untuk diinformasikan kepada pihak lain. Pada tanggal 23 Februari 2006, Mitsubishi Corporation mempresentasikan hasil due dilligence terhadap LNGI kepada PT Pertamina Persero. Hal-hal yang disampaikan terkait dengan hasil due dilligence adalah : 2 Komersial; dan 3 Kapasitas pengilangan. 215 Perjanjian Kerahasiaan atau Confidentiality Agreement adalah kontrak antara setidaknya dua pihak yang mengungkapkan bahan rahasia, pengetahuan, atau informasi yang pihak ingin dibagi antara satu sama lain untuk tujuan tertentu, tetapi ingin membatasi akses ke atau oleh pihak ketiga. Kontrak ini adalah perjanjian di mana para pihak setuju untuk tidak mengungkapkan informasi yang tercakup dalam perjanjian kepada pihak ketiga, http:en.wikipedia.orgwikiNon- disclosure_agreement diakses tanggal 7 April 2014. Universitas Sumatera Utara Mitsubishi Corporation juga menawarkan konsep pemasaran dimana antara lain menawarkan menjual kembali kepada PT Pertamina Persero untuk mengatasi shortfall 216 Pada tanggal 16 Maret 2006, Mitsubishi Corporation menyampaikan presentasi kepada PT Pertamina Persero dan PT Medco Energi Internasional, Tbk untuk mendiskusikan proposal Mitsubishi Corporation. Dalam presentasi dan diskusi tersebut, Mitsubishi Corporation menyampaikan proposal terkait dengan: kapasitas kilang, manajemen proyek untuk EPC, PMT Organization, EPC Contracting Strategy, EPC Time, Finance Project Funding, Partnering, Marketing ; di Bontang dan menjual gas ke Jepang. Dalam presentasi tersebut Mitsubishi Corporation menyampaikan bahwa perjanjian pembelian gas dari Blok Donggi - Senoro antara Mitsubishi Corporation, PT Pertamina Persero, PT Medco Energi Internasional, Tbk dan LNG Limited di usulkan pada akhir Maret 2006. 217 1 Dalam proposal partnering, Mitsubishi Corporation membandingkan struktur kepemilikan dimana berdasarkan struktur dari PT Medco Energi Internasional Tbk masih mengikutsertakan LNG Energi Utama sebagai bagian dari proyek namun kemudian Mitsubishi Corporation menghilangkan peran dari LNG Energi Utama; 216 Shortfall adalah jumlah dimana kewajiban finansial atau liabilitas melebihi jumlah uang tunai yang tersedia utang lebih besar dari modal. Kerugian ini bisa bersifat sementara, yang timbul dari situasi yang unik atau dapat terjadi terus-menerus. Apapun sifatnya, ini menunjukkan praktek manajemen keuangan yang buruk dan merupakan persoalan yang harus diatasi perusahaan, http:www.investopedia.comtermssshortfall.asp diakses tanggal 7 April 2014. 217 Putusan KPPU Nomor 35KPPU-I2010, Op. cit., hlm. 16. Universitas Sumatera Utara 2 Dalam proposal marketing, Mitsubishi Corporation mengusulkan bahwa proyek ini untuk membantu shortfall LNG dengan pembeli Jepang, memprioritaskan western buyer consortium konsorsium pembeli barat untuk pembeli LNG Badak IV, harga gas Sulawesi dapat berdampak pada harga perpanjangan Bontang. Pendapatan dari gas Sulawesi dapat membantu keuangan Bontang 3 Berdasarkan hasil due dilligence dengan LNGI, diperoleh diinformasi LNGI telah menyelesaikan beberapa pekerjaan. Meskipun demikian, LNGI tidak perlu terlibat dalam proyek ini karena : a LNGI belum memperoleh semua perizinan; b Mitsubishi Corporation merekomendasikan membangun kilang dengan kapasitas 2.0 mtpa,namun LNGI akan membangun kilang yang tidak sesuai dengan rekomendasi tersebut; c LNGI tidak memiliki pengalaman yang cukup; d Peran PT Maleo Energi Utama dalam proyek ini dipertanyakan oleh Mitsubishi Corporation; Meskipun Mitsubishi Corporation diminta oleh PT Medco EP Tomori Sulawesi untuk melakukan due dilligence dalam kerangka partnership dengan LNGEU, tetapi Mitsubishi Corporation dalam presentasinya kepada PT Pertamina Persero dan PT Medco Energi Internasional, Tbk justru mencerminkan keinginan untuk mengerjakan sendiri proyek tersbut. Oleh karena permasalahan inilah, maka PT Pertamina Persero dan PT Medco Energi Internasional, Tbk Universitas Sumatera Utara memutuskan untuk memilih calon mitra proyek pengembangan LNG untuk gas dari Blok Matindok dan Blok Senoro melalui Beauty Contest. 218 b. Fakta-Fakta dalam Proses Beauty Contest. Setelah melihat hasil dari presentasi Mitsubishi, maka pada tanggal 31 Agustus 2006 PT Pertamina Persero dan PT Medco Energi Internasional, Tbk memutuskan untuk memilih calon mitra kerja proyek pengembangan LNG Blok Donggi Senoro melalui proses beauty contest. Kemudian dibuatlah Term Of Reference TOR 219 yang didasarkan pada jurnal-jurnal dan pengalaman para pelaku bisnis LNG. Pada tanggal 1 September 2006, PT Pertamina Persero mengirimkan surat undangan dan TOR tentang Donggi-Senoro LNG Project Proposal Sulawesi, Indonesia kepada 7 tujuh perusahaan yaitu LNGEU, LNG Japan Corporation, Mitsubishi Corporation, Toyota Tsusho Corporation, Itochu Corporation, Marubeni Corporation dan Mitsui. 220 Pada tanggal 4 September 2006, Mitsubishi Corporation diminta oleh PT Pertamina Persero dan PT. Medco Energi Internasional, Tbk untuk memberikan presentasi terkait dengan TOR tanggal 1 September 2006. Dalam presentasi tersebut, Mitsubishi Corporation menyampaikan: confirmation of PT Pertamina PerseroPT Medco Energi Internasional 221 218 Ibid, hlm. 18. , Tbk position to prepare for 219 Term of Reference memuat deskripsi tujuan dan struktur dari suatu proyek. Biasanya Term of Reference ini memuat penjelasan latar belakang, tujuan, proposal, teknik, dll yang berkaitan dengan proyek, http:www.businessdictionary.comdefinitionterms-of-reference.html diakses tanggal 7 April 2014. 220 Ibid, hlm, 18-19. 221 Merupakan pernyataan konfirmasi dari pihak PT. Pertamina terhadap keikutsertaan Mitsubishi Corporation. Universitas Sumatera Utara Mitsubishi Corporation Proposal, 222 concept of preliminary proposal. 223 Kemudian ada sedikit perubahan mengenai TOR, tanggal 8 September 2006, PT Pertamina Persero menyampaikan revisi TOR kepada LNGEU, LNG Japan Corporation, Mitsubishi Corporation, Toyota Tsusho Corporation, Itochu Corporation, Marubeni Corporation dan Mitsui. Bahwa dalam revisi TOR sebagai lampiran undangan tanggal 8 September 2006 memuat antara lain: 224 1 Dalam butir II: “the downstream company will purchase gas from upstream parties including BPMIGAS, liquefy the gas to be LNG and sell the LNG to the LNG buyer”; 2 Dalam butir III: kriteria pemilihan dan evaluasi potensial partner adalah: administratif, kompetensi, nilai, keuangan dan visi. Dalam kriteria kompetensi memuat antara lain pengalaman calon partner. Dalam kriteria visi memuat antara lain perihal konsorsium dengan ketentuan: The full legal names of the entities involved in the consortium, the format and relationships of the various parties in the consortium if the information is currently available dan a definitive statement regarding the limitations of liability for each party in the consortium state if parties will be jointly and severally liable or if each party will be severally liable for a specific portion of the downstream LNG company . Pada tanggal 13 September 2006, inisiatif dari PT Pertamina Persero mengundang BG Asia Pacific Pte Ltd, Japan Petroleum Exploration Co. Ltd dan PT Pacific Oil and Gas Indonesia untuk menyampaikan proposal untuk berpartisipasi dalam proyek Donggi Senoro LNG paling lambat tanggal 22 222 Merupakan pernyataan posisi pihak Mitsubishi Corporation untuk mempersiapkan proposal untuk kemudian diajukan. 223 Merupakan konsep awal proposal yang akan diajukan oleh Mitsubishi Corporation. 224 Putusan KPPU No.35KPPU-I2010, Loc. cit., hlm, 19. Universitas Sumatera Utara September 2006. Kemudian pada tanggal 15 September 2006, PT Pertamina Persero mengundang Marubeni Corporation, Mitsui, Toyota Tsusho Corporation, Itochu Corporation, Mitsubishi Corporation, LNG Japan Corporation, PT LNG. Energi Utama, BG Asia Pacific Pte Ltd, Japan Petroleum Exploration Co. Ltd, PT pacific Oil and Gas Indonesia, Marubeni Corporation dan Mitsui untuk menghadiri pertemuan klarifikasi tanggal 19 September 2006. Dalam pertemuan klarifikasi tersebut dijelaskan antara lain tentang penerimaan dan penolakan proposal serta jadwal Beauty Contest. Dalam butir penerimaan dan penolakan memuat hal yaitu: “acceptance or rejection of the proposal submitted by the potential partner will solely be at discretion of PERTAMINA and Medco. Potential partners who are late or fail for the predetermined proposal submission arrangements will be considered as declining this invitation of participation” . Dalam jadwal Beauty Contest memuat jadwal klarifikasi dan presentasi apabila diperlukan tanggal 25 September 2006 sampai dengan tanggal 6 Oktober 2006. Pada tanggal 3 Oktober 2006 PT Medco Energi Internasional, Tbk mengajukan pertanyaan klarifikasi kepada para peserta Beauty Contest. Guna menilai proposal dari masing-masing peserta Beauty Contest, PT Pertamina Persero menggunakan metode pass and fail 225 digabung dengan scoring 226 , sedangkan PT Medco Energi Internasional Tbk menggunakan criteria scoring. 227 225 Metode penilaian pass and fail adalah metode penilaian yang melihat apakah peserta berhasil ataukah gagal dalam memenuhi kriteria yang ditentukan oleh panitia. 226 Metode penilaian scoring adalah metode penilaian dengan cara memberikan skor untuk menilai kemampuan para peserta dalam memenuhi kriteria yang diajukan panitia. 227 Ibid, hlm. 21. Universitas Sumatera Utara Dari hasil penilaian indicative offer 228 proposal calon partner, PT Pertamina Persero menggugurkan LNGEU karena tidak dapat menyerahkan jointly and severally consortium agreement statement peryataan kesepakatan tanggung renteng sebagai konsorsium sebagai bentuk persyaratan. Justru kemudian LNGEU menyerahkan statement dan menyampaikan surat bahwa consortium agreement akan disampaikan setelah terpilih sebagai partner. PT. Pertamina menghasilkan shortlisted partner 229 yaitu: LNG Japan, Mitsui dan Mitsubishi Corporation sedangkan PT Medco Internasional Tbk dalam rapat Dewan Direksi tanggal 10 Oktober 2006 menyetujui Mitsubishi Corporation, PT LNGEU dan Mitsui sebagai calon partner. Pada tanggal 11 Oktober 2006, Ketua Tim Pengembangan Usaha Gas di Blok Matindok dan Senoro Tomori Sulawesi menyampaikan Memorandum kepada Wakil Direktur Utama PT Pertamina Persero yang pada pokoknya menyatakan bahwa sesuai dengan hasil rapat tanggal 19 September 2006 antara PT Pertamina Persero dan PT Medco Energi Internasional, Tbk maka kriteria utama pass and fail adalah memilih perusahaan yang memiliki credit rating minimum BBB+ dan berpengalaman minimum 5 tahun dalam salah satu rantai bisnis LNG. Hasil evaluasi tim adalah: LNG Japan Corporation nilai 78, Mitsui nilai 75,5, Mitsubishi Corporation nilai 74,5 dan Itochu Corporation nilai 53,5. 230 228 Indicative offer juga dikenal sebagai Letter of Intent atau penawaran yang tidak mengikat, adalah term sheet yang digunakan dalam proses penjualan yang menetapkan kerangka kerja negosiasi kontrak antara calon pembeli dan penjual karena mereka bekerja menuju pembelian definitif dan perjanjian penjualan. Meskipun sifatnya tidak mengikat, indicative offer menunjukkan itikad baik dan komitmen antar para pihak yang bekerja sama, http:www.divestopedia.comdefinition1266indicative-offer diakses tanggal 7 April 2014. 229 Shortlisted Partner merupakan calon- calon partner yang telah melalui seleksi tahap pertama yang kemudian akan diseleksi lagi untuk menjadi partner. 230 Putusan KPPU No.35KPPU-I2010, Op.cit.., hlm. 22-24. Universitas Sumatera Utara Pada tanggal 11 Oktober 2006, PT Medco EP Indonesia menyampaikan kepada Tim Pengembangan Usaha Gas di Blok Matindok dan Senoro Tomori Sulawesi perihal hasil evaluasi dari Tim Medco dan mengusulkan agar dilakukan penggabungan dengan hasil evaluasi dari PT Pertamina Persero dan selanjutnya dilakukan klarifikasi kepada semua calon partner yang termasuk shortlisted. Kemudian, berdasarkan bahan presentasi tanggal 18 Oktober 2005 yang dipersiapkan oleh Tim PT Pertamina Persero dan PT Energi Internasional, Tbk untuk Dewan Direksi PT Pertamina Persero, PT Pertamina EP, PT Medco Energi Internasional, Tbk, dan PT Medco EP Tomori Sulawesi dilaporkan bahwa ranking dari gabungan penilaian adalah: Mitsui, Mitsubishi Corporation, LNG Japan Corporation dan PT LNGEUOsaka GasGolar. 231 Pada tanggal 19 Oktober 2006 dilakukan rapat yang dihadiri oleh Direksi PT Pertamina Persero dan Direksi PT Medco Energi Internasional, Tbk. Dalam rapat tersebut, Direktur Hulu PT pertamina Persero menanyakan adanya perbedaan hasil dari Tim PT Pertamina Persero dan Tim dari PT Medco Energi Internasional, Tbk. Tim dari PT Pertamina Persero menjelaskan terjadinya perbedaan penilaian tersebut dan menjelaskan bahwa PT Pertamina Persero menggunakan kriteria pass and fail sedangkan dari PT Medco Energi Internasional, Tbk tidak menggunakan kriteria pass and fail. Untuk menghindari proses seleksi yang berkepanjangan, PT Medco Energi Internasional, Tbk menyerahkan kepada PT Pertamina Persero untuk menentukan calon partner karena apabila dibahas terus tidak akan selesai. 231 Ibid, hlm. 24-25. Universitas Sumatera Utara Dalam rapat tersebut, Direktur Utama PT Pertamina Persero menyampaikan bahwa 2 dua syarat penting penentuan pemenang yaitu maximum price harga maksimum dan tidak mengganggu shortfall ke pembeli LNG Indonesia dari western buyer. Oleh karena Osaka Gas merupakan anggota konsorsium western buyer dan bukan pembeli terbesar LNG Indonesia, maka PT Pertamina Persero tidak menginginkan ada penjualan langsung ke Osaka Gas karena akan menyebabkan anggota western buyer lainnya akan marah. Tim PT Pertamina Persero menyampaikan bahwa sehubungan dengan further extension dan Bontang Deliverability problem Permasalahan Ketidakmampuan Menyediakan, PT Pertamina Persero dalam hal ini LNG marketing sedang terpuruk. Mitsubishi Corporation secara tegas didalam proposal akan me- reinforced mendukung posisi PT Pertamina Persero sedangkan Mitsui tidak menyatakannya. Selain itu, LNG Japan Corporation menggunakan teknologi yang belum proven sedangkan yang diinginkan adalah teknologi yang telah proven. Oleh karena alasan-alasan itulah, maka hasil rapat menyempitkan shortlisted partner menjadi Mitsubishi Corporation dan Mitsui dan akan dilakukan klarifikasi lebih lanjut. 232 Pada tanggal 20 Oktober 2006, Tim Pengembangan Usaha Gas di Blok Matindok dan Senoro Tomori Sulawesi mengirimkan surat kepada Mitsubishi Corporation dan Mitsui yang meminta agar Mitsubishi Corporation dan Mitsui menyampaikan jawaban atas tambahan pertanyaan klarifikasi sebelum tanggal 30 Oktober 2006 dan selanjutnya melakukan pertemuan pada tanggal 31 Oktober 232 Ibid, hlm. 25-26. Universitas Sumatera Utara 2006. Pada tanggal 31 Oktober 2006, dilakukan pertemuan klarifikasi antara Tim dari PT Pertamina Persero dan PT Medco Energi Internasional, Tbk dengan Mitsubishi Corporation dan Mitsui. Menindaklanjuti hasil pertemuan tersebut, maka pada tanggal 2 November 2006 Tim Pengembangan Usaha Gas di Blok Matindok dan Senoro Tomori Sulawesi menyampaikan kepada Wakil Direktur Utama PT Pertamina Persero perihal hasil hasil klarifikasi dan evaluasi yang pada pokoknya menyatakan bahwa proposal Mitsui lebih baik dari proposal Mitsubishi Corporation dengan alasan: Mitsui menawarkan persyaratan komersial yang lebih baik antara lain seperti harga gas dan processing fee, 233 Mitsui memungkinkan untuk menerima saham kepemilikan di hulu kurang dari 20 tergantung dengan persyaratan yang disetujui bersama, Mitsui menempatkan PT Pertamina Persero dan PT Medco Energi Internasional, Tbk pada resiko lebih kecil sampai proyek selesai dibangun, Mitsui mempunyai komitmen lebih baik dan bersedia melaksanakan HOA sesuai dengan isi proposal, Mitsui dapat menandatangani HOA GSA lebih cepat, apabila Mitsui terpilih maka bersedia memberikan skema komersial yang lebih baik. 234 Pada tanggal 7 November 2006 Dewan Direksi PT Pertamina Persero dan PT Medco Energi internasional Tbk melakukan rapat untuk mendengarkan laporan Tim evaluasi PT Pertamina Persero dan PT Medco Energi Internasional, Tbk. Menanggapi laporan Tim Evaluasi, Dewan Direksi PT Pertamina Persero yang disetujui oleh Dewan Direksi PT Medco Energi Internasional, Tbk 233 Processing fee atau biaya proses adalah biaya tambahan yang mungkin harus dibayarkan sebagai tambahan biaya yang akan dibayarkan untuk membeli produk atau mengerjakan sesuatu, http:www.ask.comquestionwhat-is-a-processing-fee diakses tanggal 7 April 2014. 234 Putusan KPPU No.35KPPU-I2010, Op. cit., hlm. 27. Universitas Sumatera Utara menyatakan bahwa hasil evaluasi masih bersifat kualitatif dan perlu lebih dikuantitatifkan untuk menghindari terjadinya penawaran yang terlalu rendah. Dalam rapat tersebut diputuskan juga agar Tim membuat kuesioner tambahan additional questioner untuk mendapatkan binding proposal 235 Tambahan kriteria binding proposal ini, mengakibatkan Mitsui tidak bersedia memenuhi persyaratan tersebut sehingga Mitsui tidak terpilih menjadi partner . Kemudian, pada tanggal 6 Desember 2006, PT Pertamina Persero memutuskan memilih Mitsubishi Corporation sebagai partner untuk pengembangan LNG Donggi Senoro dengan alasan proposal Mitsubishi Corporation lebih baik dalam memenuhi kriteria permintaan pengajuan proposal mengikat request for binding proposal dibandingkan dengan proposal Mitsui. yang memenuhi persyaratan terms and conditions yang diinginkan PT Pertamina Persero dan PT Medco Energi Internasional, Tbk. Proses penentuan pemenang melalui beauty contest ini kemudian terindikasi dugaan Persekongkolan Tender sebagaimana diatur dalam Pasal 22 UU No.5 Tahun 1999 sehingga dilaporkan kepada KPPU untuk ditindaklanjuti. Setelah melakukan serangkaian kegiatan monitoring, Tim Monitoring menemukan adanya indikasi bahwa dalam pembangunan Proyek Donggi-Senoro tersebut telah terjadi pelanggaran terhadap Pasal 22 dan Pasal 23 UU No.5 Tahun 1999 dimana KPPU menilai bahwa proses Beauty Contest yang dilakukan oleh PT Pertamina dan PT. Medco Energi Internasional telah sengaja mengarahkan Mitsubishi Corporation sebagai pemenang dalam proses Beauty Contest tersebut. Namun, 235 Binding Proposal adalah proposal yang sifatnya mengikat dan bukan seperti indicative offer ataupun letter of intent yang tidak mengikat. Apabila pihak-pihak telah sepakat untuk membuat binding proposal, maka kedua pihak tersebut telah terikat dalam kontrak. Universitas Sumatera Utara dalam pembahasan skripsi ini hanya akan dibahas mengenai dugaan pelanggaran Pasal 22 UU No.5 Tahun 1999 yaitu mengenai dugaan Persekongkolan Tender. 2. Pihak-Pihak Yang Berperkara Dalam perkara No.35KPPU-I2010 tentang Praktek Beauty contest Proyek Donggi Senoro yang diperiksa KPPU mengenai dugaan pelanggaran Pasal 22 UU No.5 Tahun 1999 tentang Persekongkolan Tender, pihak-pihak yang dilaporkan adalah sebagai berikut: 236 a. Terlapor I, PT Pertamina Persero, berkedudukan di Jl. Medan Merdeka Timur 1A, Jakarta Pusat 10110, Indonesia. Merupakan perusahaan perseroan yang dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah No.31 Tahun 2003 Tentang Pengalihan Bentuk Perusahaan Pertambangan Minyak Dan Gas Bumi Negara dimana kegiatan usaha Pertamina meliputi kegiatan minyak dan gas bumi baik di hulu maupun di hilir. Kegiatan di hulu meliputi eksplorasi, produksi, serta transmisi minyak dan gas, sedangkan kegiatan di hilir meliputi pengolahan, pemasaran dan niaga. b. Terlapor II, PT Medco Energi Internasional, Tbk., berkedudukan di Energy Building, Lantai 52, SCBD Lot 11A, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta Selatan 12190, Indonesia. Merupakan badan usaha yang didirikan pada tahun 1980 dengan kegiatan usaha antara lain eksplorasi dan produksi minyak dan gas. 236 Putusan KPPU Nomor 35KPPU-I2010, Op. cit., hlm.1. Universitas Sumatera Utara c. Terlapor III, PT Medco EP Tomori Sulawesi, berkedudukan di Energy Building, Lantai 38, SCBD Lot 11A, Jalan Jenderal Sudirman Kav. 52-53, Jakarta Selatan 12190, Indonesia. Merupakan perusahaan yang menangani eksplorasi minyak dan gas bumi di area Senoro-Toili dimana PT. Medco International,Tbk merupakan pemegang saham mayoritasnya. d. Terlapor IV, Mitsubishi Corporation, berkedudukan di 3-1, Marunouchi 2- Chome, Chiyoda-ku, Tokyo, 100-8086, Jepang, dengan alamat korespondensi di Mitsubishi Corporation Jakarta Representative Office, yang berkedudukan di Sentral Senayan II, Lt. 18-19, Jalan Asia Afrika Nomor 8, Gelora Bung Karno Senayan, Jakarta Pusat 10270, Indonesia. Merupakan perusahaan yang bergerak di bidang perdagangan dan investasi dengan kantor pusat di Jepang. Mitsubishi Corporation memiliki representative office di Indonesia yaitu Mitsubishi Corporation Corporation Indonesia. E. Pertimbangan KPPU dalam Memutus Perkara No.35KPPU-I2010 1. Pelanggaran Pasal 22 UU No.5 Tahun 1999 Menurut Pertimbangan KPPU. Setelah melakukan penelaahan terhadap fakta-fakta yang ada, dan penyelidikan terhadap dugaan persekongkolan tender yang dilaporkan, KPPU membuat pertimbangan yang didasarkan pada temuan fakta-fakta dan analisis di Universitas Sumatera Utara atas. Pertimbangan-pertimbangan KPPU dalam memutus perkara ini adalah sebagai berikut: 237 a. PT Pertamina Persero dan PT Medco Energi Internasional, Tbk melaksanakan beauty contest dalam pemilihan partner untuk proyek Donggi-Senoro LNG dengan cara diskriminatif karena memberikan kesempatan yang berbeda-beda kepada peserta dan menguntungkan kepada Mitsubishi Corporation; b. Sejak awal pelaksanaan, beauty contest pada proyek Donggi – Senoro LNG telah direncanakan untuk menunjuk PT Mitsubishi Corporation sebagai partner untuk membangun kilang LNG sekaligus sebagai penyandang dana untuk perusahaan yang akan didirikan yaitu PT Donggi Senoro LNG guna membeli gas dari Lapangan Matindok dan Lapangan Senoro; c. TOR tidak menunjukkan kepastian dalam memilih partner dan sejak awal PT Pertamina Persero dan PT Medco Energi Internasional, Tbk telah mengarahkan pemenang beauty contest adalah Mitsubsihi Corporation.Hal ini karena perbedaan penilaian dari Tim PT Pertamina Persero dan Tim PT Medco Energi Internasional, Tbk yang didasarkan pada TOR yang sama. Ketidakpastian dalam sistem penilaian ini terlihat pada TOR yang tidak memuat sistem penilaian sehingga timbul perbedaan penilaian; d. Pemanfaatan gas dari Lapangan Matindok dan Lapangan Senoro dimaksudkan untuk menutup shortfall yang terjadi di Bontang dengan 237 Ibid, hlm. 34-40. Universitas Sumatera Utara pelaku usaha yang terlibat di Bontang antara lain PT Pertamina Persero dan Mitsubishi Corporation sehingga beauty contest diarahkan untuk memenangkan Mitsubishi Corporation guna membantu PT Pertamina Persero dalam shortfall Bontang yang mempengaruhi pemasaran LNG PT Pertamina Persero. a. PT Pertamina Persero, PT Medco Energi Internasional, Tbk, PT Medco EP Tomori Sulawesi dan Mitsubishi Corporation telah melakukan persekongkolan untuk menunjuk Mitsubishi Corporation sebagai pemenang dalam beauty contest pemilihan partner untuk membangun kilang LNG sekaligus sebagai penyandang dana untuk perusahaan yang akan didirikan yaitu PT Donggi Senoro LNG guna membeli gas dari Lapangan Matindok dan Lapangan Senoro; b. KPPU mendalilkan bahwa Terlapor I, Terlapor II dan terlapor III telah melakukan persekongkolan Tender dengan alasan yang pada pokoknya bahwa tender bukan hanya untuk “Public Procurement”. Bahwa sesuai dengan Peraturan Komisi No. 02 tahun 2010 tentang Pedoman Pasal 22 UU No. 5 tahun 1999, maka termasuk tender pihak swasta. Bahwa sesuai Pasal 4 Pedoman tersebut tender termasuk pula konsesi antara lain melalui model lelang atau beauty contest. Bahwa penawaran harga dapat menjadi salah satu elemen penilaian dalam beauty contest. Bahwa penguasaan pasar yang bersifat monopoli alamiah dapat lahir melalui berbagai model, antara lain: lelang, beauty contest, first-come first serve, grandfather rights , atau lotere Begitu pula KPPU mengutif OECD Policy Brief, Mei Universitas Sumatera Utara 2007 yang menyatakan bahwa dua yang pertama lelang dan beauty contest dapat dikatakan sebagai bentuk competition for market atau juga disebut konsesi. Sedangkan tiga model penguasaan pasar yang terakhir first come first serve, grandfather rights, dan lotere tidak memiliki dasar pertimbangan yang jelas. Berdasarkan pada alasan tersebut, KPPU menilai bahwa beauty contest adalah salah satu bentuk tender karena sifatnya menciptakan competition for the market dan tunduk pada UU No. 5 tahun 1999. 2. Putusan KPPU. Setelah melakukan serangkaian kegiatan penyelidikan terhadap fakta-fakta yang ada serta setelah Majelis Komisi mendengarkan argumen dari para tergugat serta pertimbangan-pertimbangan tim pemeriksa KPPU, Majelis Komisi pada akhirnya mengeluarkan keputusan yang: 238 a. Menyatakan bahwa Terlapor I, PT Pertamina Persero, Terlapor II PT Medco Energi Internasional, Tbk dan Terlapor IV Mitsubishi Corporation terbukti secara sah dan meyakinkan melanggar Pasal 22 UU No. 5 Tahun 1999; b. Menghukum Terlapor I PT Pertamina Persero membayar denda sebesar Rp 10.000.000.000,- sepuluh milyar rupiah yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan 238 Ibid, hlm. 244-245. Universitas Sumatera Utara Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha; c. Menghukum Terlapor II PT Medco Energi Internasional, Tbk membayar denda sebesar Rp 5.000.000.000,- lima milyar rupiah yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha; d. Menghukum Terlapor III PT Medco EP Tomori Sulawesi membayar denda sebesar Rp. 1.000.000.000,- satu milyar rupiah yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha; e. Menghukum Terlapor IV, Mitsubishi Corporation membayar denda sebesar Rp. 15.000.000.000,- lima belas milyar rupiah yang harus disetor ke Kas Negara sebagai setoran pendapatan denda pelanggaran di bidang persaingan usaha Satuan Kerja Komisi Pengawas Persaingan Usaha melalui bank Pemerintah dengan kode penerimaan 423755 Pendapatan Denda Pelanggaran di Bidang Persaingan Usaha; Universitas Sumatera Utara F. Kelemahan Pertimbangan Hukum KPPU dalam Memutus Dugaan Perskongkolan Tender dalam Perkara Blok Donggi-Senoro. Dalam putusan perkara ini, KPPU memutus bersalah para terlapor dengan ketentuan pasal 22 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 yang merupakan pasal yang mengatur mengenai persekongkolan tender. KPPU berpendapat bahwa proses beauty contest yang dilakukan oleh PT. Pertamina dan PT. Medco merupakan suatu bentuk tender sehingga dapat dikaitkan dengan Pasal 22 UU No.5 Tahun 1999. Namun, putusan ini mendapat beberapa kritik yang cukup keras baik dari kalangan akademisi maupun pengusaha yang menyatakan bahwa putusan KPPU ini sangat keliru dan akan sangat mengganggu iklim investasi dan kerjasama di Indonesia. Begitu pula penulis juga berpendapat bahwa terdapat beberapa kelemahan dalam pertimbangan hukumdalil yang digunakan oleh KPPU dalam memutus perkara dugaan persekongkolan tender ini. Secara umum, kelemahan pertimbangan hukum KPPU dalam memutus perkara ini adalah: a. Beauty contest sama dengan Tender Beban pembuktian KPPU yang utama agar dapat menggunakan Pasal 22 adalah membuktikan apakah beauty contest merupakan tender dalam pengertian Pasal 22 UU No.5 Tahun 1999. Penjelasan Pasal 22 mengartikan tender sebagai “tawaran mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang atau untuk menyediakan jasa. Peraturan No.2 Tahun 2010 tentang Pedoman Pasal 22 UU No.5 Tahun 1999 tentang Larangan Persekongkolan Tender menyatakan bahwa “pengertian tender harus mencakup Universitas Sumatera Utara tawaran mengajukan harga untuk: memborong atau melaksanakan suatu pekerjaan, mengadakan barang atau jasa, membeli suatu barang atau jasa, atau menjual suatu barang atau jasa.” Dari penjelasan Pasal 22 dan Pedoman KPPU tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa dua elemen yang harus ada dalam suatu proses tender adalah: 1 Penawaran suatu harga 2 Penyediaan pekerjaan untuk dilakukan baik barang ataupun jasa. Pasal 116 dan 17 UU No.5 Tahun 1999 menjelaskan bahwa barang mengacu pada benda yang dapat digunakan, diperdagangkan atau dieksploitasi oleh konsumen sedangkan jasa mengacu pada layanan yang berbentuk pekerjaan atau prestasi yang diperagangkan kepada masyarakat. Untuk memenuhi elemen-elemen yang harus dipenuhi dalam tender, KPPU menggantungkan pendapatnya pada pengertian beauty contest yang diambil dari buku karangan Maarten Janssen. Kutipan tersebut yaitu : 239 “Bahwa dalam lelang, biasanya peserta menawarkan satu atau lebih harga dan penawar dengan harga tertinggi yang memenangkan lelang. Sedangkan dalam beauty contest, biasanya peserta menawarkan rencana bagaimana perusahaan akan menggunakan aset tersebut di kemudian hari dan menyediakan credentials kepercayaan mendapatkan kredit untuk menunjukkan rencana tersebut dapat dipercaya. Namun bukan berarti penawaran harga selalu absen dalam proses beauty contest, penawaran harga dapat menjadi salah satu elemen penilaian dalam proses beauty contest” 239 Marteen Janssen, Op. cit., hlm. 1. Universitas Sumatera Utara Dengan memasukkan teori Maarten Janssen tersebut, KPPU menganggap bahwa proses beauty contest termasuk ke dalam ruang lingkup dan pengertian tender yang terdapat dalam pasal 22. Dalil yang dikemukakan oleh KPPU ini sangat lemah baik dari sisi formil maupun material. Dari sisi formil, dalil KPPU yang didasarkan pada buku Marteen Janssen tersebut tidak mempunyai dasarlegalitas hukum karena tidak berasal dari sumber hukum positif yang berlaku di Indonesia. Penulis berpendapat bahwa memang KPPU boleh mendasarkan pendapatnya pada doktrin hukum asing namun hanya apabila doktrin tersebut dapat dijustifikasi dan dikuatkan dengan dasar hukum yang berlaku di Indonesia. Dalam hal beauty contest, tidak ada satupun perangkat peraturan yang mengatur mengenai beauty contest sebagai bagian dari tender baik UU No.5 Tahun 1999 maupun peraturan pelaksana lainnya sehingga KPPU tidak berhak hanya berpedoman pada pendapat Marteen Janssen dan mengabaikan peraturan di Indonesia. Dari sisi material, judul buku yang digunakan oleh KPPU adalah buku karangan Marteen Janssen yang berjudul “Auctioning Public Assets”. Dari judul buku tersebut saja sudah dapat diketahui bahwa fokus buku tersebut adalah pada melelang aset publik dan bukan untuk mencari mitra usaha sehingga perbandingan yang digunakan KPPU sudah tidak sesuai atau apple to apple lagi. Selain itu, dari kutipan KPPU terlihat jelas bahwa yang dibahas adalah pemindahan aset pemerintah ke perusahaan swasta dimana dalam hal itu penulis setuju bahwa apabila dilakukan beauty contest tetap dapat termasuk tender karena terdapat penawaran harga untuk membeli aset pemerintah dan penawaran barang dan jasa. Universitas Sumatera Utara Namun, dalam kasus ini, tidak terjadi kedua hal tersebut karena PT. Pertamina dan PT. Medco menggelar beauty contest dengan tujuan untuk mencari partner usaha untuk mendirikan usaha bersama joint venture untuk kemudian sama- sama melaksanakan suatu pekerjaan tertentu sehingga jelas bahwa tidak terjadi penawaran harga di sana. Selain itu, KPPU dalam pertimbangannya juga terlihat sangat memaksakan adanya elemen penawaran harga dalam beauty contest agar dapat dikategorikan sebagai tender. Untuk mendukung dalil tersebut, KPPU mengutip buku Marteen Jannssen yang menyatakan bahwa:” dalam beauty contest, biasanya peserta menawarkan rencana bagaimana perusahaan akan menggunakan aset tersebut di kemudian hari dan menyediakan credentials kepercayaan mendapatkan kredit untuk menunjukkan rencana tersebut dapat dipercaya. Namun bukan berarti penawaran harga selalu absen dalam proses beauty contest, penawaran harga dapat menjadi salah satu elemen penilaian dalam proses beauty contest.” Penggunaan dalil ini jelas sangat lemah karena dari penjelasan tersebut dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa penawaran harga dapat menjadi salah satu kriteria penilaian namun bukan merupakan persyaratan mutlak karena keberadaan persyaratan penawaran harga mutlak merupakan diskresi panitia penyellenggara beauty contest dan bukan merupakan syarat mutlak yang harus ada. Hal ini jelas sangat berbeda dengan tender dimana unsur “harga” merupakan syarat mutlak yang harus ada. Pendapat KPPU yang menyatakan bahwa beauty contest merupakan suatu tender ini kemudian ditentang oleh banyak ahli hukum persaingan usaha seperti Universitas Sumatera Utara Prof. Erman Rajagukguk, Dr. Susanti Adi Nugroho, Kurnia Toha, Ph.D dan Prof.Dr. Bismar Nasution, SH, MH. Para ahli ini kemudian menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang sangat mendasar dan fundamental antara beauty contest untuk memilih mitra usaha dengan tender. Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab III di atas, esensi dari tender adalah tawaran harga dari penyedia provider kepada pemilik owner untuk memborong suatu pekerjaan, mengadakan barang, atau untuk menyediakan jasa. Dalam proses seleksi calon mitra, tidak ada tawaran harga untuk memborong pekerjaan, mengadakan procure atau menyediakan barangjasa dari penyedia provider kepada pemilik owner. Dalam tender akan selalu ada perpindahan tanggung jawab dari pemberi pekerjaan kepada pemborong namun dalam kasus ini tidak ada peralihan tanggung jawab. Yang ada adalah tawaran menjadi pemilik owner atas perusahaan yang akan didirikan bersama oleh Pertamina, Medco dan calon mitra potensial, yang secara bersama- sama akan memiliki, mendanai dan menanggung resiko atas perusahaan yang akan didirikan sehingga sama-sama memiliki tanggung jawab yang equal. Bukti yang tidak terbantahkan dari kerjasama ini ialah pembentukan PT. Donggi Senoro LNG yang didirikan bersama oleh PT. Pertamina, PT. Medco dan Mitsubishi Corporation sebagai pemenang seleksi sehingga sangat jelas bahwa tidak ada peralihan tanggung jawab sebagaimana dalam tender. Hal ini juga dikuatkan oleh Lembaga Kebijakan Pengadaan BarangJasa Pemerintah yang menyatakan: 240 240 Surat balasan Deputi Bidang Hukum tertanggal 24 September 2010, Nomor B- 1212LKPPD.IV.1092010 Universitas Sumatera Utara Proses pemilihan mitra kerja oleh PT Pertamina IPersero dengan PT Medco Energi International melalui beauty contest bukan merupakan praktek yang menghambat persaingan sehat. Beauty contest tersebut sepenuhnya menjadi wewenang kedua perusahaan tersebut dalam menentukan mitra kerja yang dibutuhkan untuk mendukung pelaksanaan pekerjaan. Pemilihan mitra kerja dalam pembentukan usaha baru dan pemasaran produk dengan cara beauty contest, menurut kami bukan merupakan persekongkolan sebagaimana dimaksud pada pasal 22 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pemilihan partner strategis yang banyak dilakukan korporasi bukanlah dalam arti penyelenggaraan tender barang dan jasa seperti yang dimaksud Pasal 22 Undang-Undang No. 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat 241 sehingga KPPU telah keliru dalam menyamakan pemilihan mitra usaha dengan tender. b. Beauty contest Diarahkan Untuk Memenangkan Mitsubishi Corporation dan Menyingkirkan PT. LNG EU Beban pembuktian KPPU yang kedua adalah membuktikan adanya unsur persekongkolan yang dilakukan oleh PT. Pertamina dan PT. Medco seandainya beauty contest dapat dianggap sebagai sebuah bentuk tender. Untuk membuktikan bahwa beauty contest yang dilakukan oleh PT. Pertamina dan PT. Medco sengaja dirancang untuk menunjuk Mitsubishi Corporation sebagai pemenang dan menyingkirkan PT. LNG EU, KPPU mendasarkan dalilnya pada beberapa fakta antara lain: 241 Bismar Nasution, Op. cit., paragraf 5. Universitas Sumatera Utara 1 Bahwa TOR tidak menunjukkan kepastian dalam memilih partner dan sejak awal PT Pertamina Persero dan PT Medco Energi Internasional, Tbk telah mengarahkan pemenang beauty contest adalah Mitsubsihi Corporation. 2 TOR sengaja dibuat mengambang untuk memudahkan dalam menggugurkan peserta. PT Pertamina Persero yang disetujui oleh PT Medco Energi Internasional, Tbk menggugurkan konsorsium LNG EUOsaka GasGolar serta LNG Japan Corporation dengan alasan yang tidak terdapat dalam TOR 3 Adanya perbedaan penilaian dari Tim PT Pertamina Persero dan Tim PT Medco Energi Internasional, Tbk yang didasarkan pada TOR yang sama. Ketidakpastian dalam sistem penilaian ini terlihat pada TOR yang tidak memuat sistem penilaian sehingga timbul perbedaan penilaian. Dari fakta-fakta diatas, KPPU kemudian menyimpulkan bahwa telah terjadi persekongkolan untuk memenangkan Mitsubishi Corporation. Namun, dalam membuat kesimpulan tersebut, KPPU telah lalai dalam mempertimbangkan fakta-fakta krusial lainnya sehingga terdapat kelemahan-kelemahan dalam kesimpulan KPPU. Kelemahan tersebut antara lain: 1 Beauty contest Diarahkan Untuk Memenangkan Mitsubishi Corporation dan menyingkirkan LNG EU Universitas Sumatera Utara Kesimpulan KPPU bahwa beauty contest telah sengaja diarahkan untuk memenangkan Mitsubishi Corporation cukup tidak berdasar. Hal ini karena pada dasarnya PT. Pertamina maupun PT. Medco tidak berkewajiban untuk mengadakan seleksi calon mitra dalam bentuk apapaun sehingga apabila PT. Pertamina dan PT. Medco ingin memenangkan Mitsubishi Corporation, maka PT. Pertamina dan PT. Medco dapat melakukan penunjukan secara langsung tanpa melakukan seleksi melalui beauty contest. Hal ini berarti apabila KPPU menyatakan terdapat persekongkolan, maka beban pembuktian KPPU yang paling utama adalah membuktikan mengapa PT. Pertamina dan PT. Medco perlu bersusah payah untuk mengadakan proses seleksi yang panjang dengan mengundang banyak pebisnis LNG internasional pada saat PT. Pertamina dan PT. Medco dapat menunjuk Mitsubishi Corporation secara langsung untuk menjadi mitra mereka. Fakta bahwa PT. Medco telah menunjuk PWC, konsultan hukum nasional Widyawan Partners dan internasional White Case 242 Selain itu, tuduhan mengarahkan Mitsubishi Corporation sebagai pemenang ini juga tidak berdasar karena pada awalnya, tim telah berpendapat bahwa proposal Mitsui lebih baik dan telah menunjukkan indikasi untuk untuk mendapatkan pemenang yang terbaik dimana proses tersebut telah menghabiskan man hours, tenaga, uang dan pikiran yang tidak sedikit justru menunjukkan bahwa proses beauty contest ini dilakukan secara professional sehingga fakta ini dengan sendirinya telah membantah tuduhan KPPU. 242 Putusan KPPU No.35KPPU-I2010, Op. cit., hlm. 89-90. Universitas Sumatera Utara menunjuk Mitsui sebagai pemenang daripada Mitsubishi Corporation. 243 Mitsubishi Corporation kemudian dinyatakan sebagai pemenang hanya karena Mitsui mundur karena ketidaksanggupan memenuhi kriteria tambahan binding proposal sehingga sudah merupakan keniscayaan apabila Mitsubishi Corporation terpilih karena mundurnya Mitsui. 244 KPPU juga menyatakan bahwa proses beauty contest sengaja dilakukan untuk menyingkirkan PT. LNG EU. KPPU menyatakan bahwa persyaratan TOR tidak mungkin dapat dipenuhi PT. LNG karena merupakan perusahaan yang baru didirikan. Tuduhan ini menurut penulis sama tidak berdasarnya. Hal ini karena tidaklah logis bahwa beauty contest sengaja diarahkan hanya untuk menyingkirkan PT. LNG dan bukan perusahaan lainnya. Selain itu apabila tuduhan KPPU benar quad non, maka untuk menyingkirikan PT. LNG cukup dengan tidak mengundang PT. LNG saja. Lebih jauh lagi, KPPU sendiri telah mengamini bahwa PT. LNG tidak dapat memenuhi persyaratan dalam TOR sehingga kesimpulan logisnya adalah bahwa PT. LNG EU gagal karena tidak dapat memenuhi persyaratan dalam TOR dan bukan karena adanya persekongkolan untuk menyingkirkannya. Hal ini tentu saja wajar karena proyek tersebut merupakan proyek yang sangat besar sehingga perlu dicari mitra kerja Fakta ini menunjukkan bahwa dari awal, proses beauty contest tidak pernah diarahkan untuk memenangkan Mitsubishi Corporation karena tidak mungkin PT. Pertamina maupun PT. Medco telah memprediksi sedari awal bahwa Mitsui akan mundur. 243 Ibid, hlm. 27. 244 Ibid, hlm. 29. Universitas Sumatera Utara yang benar-benar berpengalaman dalam bidang LNG sehingga menurut penulis wajar jika PT. LNG yang merupakan perusahaan baru tidak dimenangkan. 2 Tidak ada kepastian penilaian dalam TOR dan TOR yang sengaja dibuat mengambang. Isu kedua yang kemudian dipermasalahkan oleh KPPU adalah TOR yang mengambang dan penilaian yang berbeda antara PT. Pertamina dan PT. Medco menunjukkan bahwa penilaian TOR tidak jelas sehingga ada indikasi persekongkolan. Meskipun logika yang dituduhkan oleh KPPU tersebut dapat dipahami, namun pemahaman logika tersebut dapat dibalik yang berarti justru TOR dibuat mengambang agar para peserta dapat memberikan proposal yang terbaik serta perbedaan penilaian justru menunjukkan bahwa proses beauty contest ini dilaksanakan secara professional tanpa ada benturan kepentingan conflict of interest di dalamnya. Pertama, terkait dengan TOR yang dibuat mengambang, sifat Term of References TOR memang pada dasarnya mengambang dan tidak spesifik karena TOR hanya memuat kriteria-kriteria dasar yang harus dipenuhi oleh para peserta dimana kriteria tersebut adalah kriteria yang sangat lazim terdapat dalam segala jenis TOR seperti pengalaman, keuangan,dll. Selain itu, tujuan lain TOR dibuat mengambang agar para peserta seleksi dapat mengembangkan profil perusahaan mereka sebaik mungkin tanpa terikat oleh kriteria TOR yang kaku. Hal ini karena dalam seleksi calon mitra, para mitra potensial akan berusaha untuk menonjolkan kelebihan-kelebihan yang ada dibandingkan dengan calon lainnya. Oleh karena Universitas Sumatera Utara itulah, TOR tidak boleh dibuat terlalu kaku dan justru harus dibuat mengambang sehingga peserta seleksi dapat mengembangkan pemaparan dalam TOR. Pendapat KPPU yang menganggap bahwa TOR yang mengambang sebagai indikasi persekongkolan tentu merupakan sesuatu yang keliru karena dari awal KPPU telah menganggap beauty contest adalah sama dengan tender sehingga tidak dapat melihat masalah secara jelas. TOR dalam tender sifatnya memang harus kaku dan tidak mengambang karena kriteria definitif dalam tender adalah “harga”. Namun, hal ini tentu saja berbeda dengan seleksi calon mitra yang tidak memiliki kriteria yang definitive seperti tender sehingga kriteria dalam TOR antara tender dan beauty contest tidak dapat dipersamakan. Kedua, terkait dengan perbedaan penilaian antara PT. Pertamina dan PT. Medco yang disebabkan oleh TOR yang tidak memuat sistem penilaian. Pada dasarnya, TOR dalam memilih mitra usaha memang tidak memuat kriteria penilaian karena memang penilaian pemenang dalam memilih mitra usaha adalah tergantung pada subjektivitas dan diskresi dari pihak penyelenggara. Dalam hal ini, PT. Pertamina menggunakan sistem penilaian pass and fail digabung dengan scoring sedangkan PT. Medco menggunakan sistem scoring. 245 245 Putusan KPPU No.35KPPU-I2010, Op. cit., hlm. 21. Perbedaan sistem penilaian ini tentu merupakan suatu hal yang wajar karena PT. Pertamina dan PT. Medco adalah dua entitas yang berbeda sehingga masing-masing memiliki preferensi yang berbeda dalam cara penilaian dan justru hal ini menunjukkan bahwa PT. Pertamina dan PT. Medco bersikap profesional dalam proses beauty contest ini dan bukan menunjukkan adanya indikasi persekongkolan. Universitas Sumatera Utara Hal ini dikuatkan juga oleh pendapat Andi Fahmi seorang ekonom dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang menyatakan bahwa terdapat perbedaan yang cukup mencolok antara procurement tender dengan beauty contest dimana dalam procurement tender, kriteria pemenang adalah berdasrkan pada objektivitas dan penentuan harga sudah pasti, sementara beauty contest lebih mengedepankan evaluasi subjektivitas, tidak berpatokan pada harga. Perihal subjektivitas dalam penilaian pemenang beauty contest ini juga dikemukakan oleh Marteen Janssen yang mengemukakan bahwa subjektivitas dan ambiguitas dalam penentuan pemenang beaty contest tidak dapat dihindarkan. 246 Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab III di atas, subjektivitas dalam penilaian pemenang beauty contest tidak dapat dihindarkan karena panitia memiliki pertimbangan dan diskresinya sendiri dalam menentukan pemenang sehingga tidak mungkin hak diskresi penilaian ini kemudian dikunci oleh sistem penilaian yang telah diatur dalam TOR. Oleh karena itulah, menurut penulis ketiadaan sistem penilaian dalam TOR ini merupakan suatu keniscayaan dan harus senantiasa dihargai. c. Pelanggaran asas legalitas. Selain kelemahan-kelemahan yang telah dijelaskan sebelumnya, terdapat satu kelemahan yang cukup mendasar dalam KPPU yaitu pelanggaran terhadap asas legalitas yang merupakan prinsip utama hukum pidana. Pelanggaran tersebut tampak dari upaya KPPU yang berusaha menghukum PT.Pertamina dan PT. Medco atas tuduhan persekongkolan tender dari beauty contest yang dilaksanakan 246 Marteen Jansseen, Op. cit., hlm. 13. Universitas Sumatera Utara tanpa dasar hukum yang jelas. Pengadilan, dalam hal ini KPPU dalam menjatuhkan putusan harus berdasar pada hukum positif yang berlaku sehingga jelas bahwa apabila dalil yang diajukan KPPU hanya berasal dari doktrin asing maka hal tersebut jelas tidak dapat diterima. Selain itu, seluruh peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai Persaingan Usaha merupakan bagian dari sistem hukum Indonesia, termasuk hukum acaranya. Salah satu hukum acara yang berlaku untuk menangani perkara di KPPU adalah KUHAP Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. 247 Oleh karena itu, dapat dikatakan bahwa hukum persaingan usaha juga merupakan atau tunduk kepada ketentuan- ketentuan dan prinsip-prinsip hukum pidana. Fakta bahwa KPPU menjatuhkan hukuman pidana denda kemudian juga menguatkan bahwa prinsip-prinsip hukum pidana juga berlaku. 248 Prinsip paling utama dari hukum pidana adalah asas legalitas yang termaktub dalam Pasal 1 KUH Pidana yang menyatakan bahwa “Suatu perbuatan tidak dapat dipidana kecuali berdasarkan kekuatan perundang-undangan pidana yang telah ada.” Asas ini pada intinya menjelaskan bahwa suatu subjek hukum tidak boleh dijatuhi hukuman pidana apabila tidak ada peraturan mengenai perbuatan tersebut. 249 Dalam hal ini, karena adanya kekosongan hukum dalam hal pengaturan beauty contest, tidak seharusnya KPPU menjatuhkan putusan yang bertentangan dengan asas tersebut. 250 247 Binoto Nadapdap, Hukum Acara Persaingan Usaha Jakarta: Penerbit Jala Permata Aksara, 2009, hlm. 30. Sekalipun KPPU bersikeras dengan 248 Republik Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bab I, Pasal 10. 249 Republik Indonesia, Kitab Undang-Undang Hukum Pidana, Bab I, Pasal 1. 250 P.A.F Lamintang, Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Cet. Ketiga Bandung: PT Citra Aditya Bakti, 1997, hlm. 133. Universitas Sumatera Utara interpretasi pasal 22 yang menyatakan beauty contest dapat disamakan dengan tender, namun konsekuensi lanjutan dari asas legalitas adalah bahwa tidak dapat dilakukan analogi 251 yang artinya apabila terdapat ambiguitas dalam hal penafsiran terhadap pasal yang bersangkutan, maka harus diambil interpretasi yang paling menguntungkan bagi terdakwa. 252 Selain itu, pembuktian kesalahan seseorang harus dengan dasar ”proven guilty beyond reasonable doubt ” atau terbukti secara sah dan meyakinkan dimana prinsip itu mensyaratkan bahwa tidak ada lagi penjelasan lain yang bisa ditarik selain bahwa terdakwa bersalah dan kesalahan tersebut sudah tidak dapat diragukan lagi. Oleh karena itulah, seharusnya KPPU tidak memaksakan interpretasinya sendiri yang akan merugikan para terdakwa. 253 Dalam hal ini, KPPU telah gagal membuktikan kesalahan PT.Pertamina dan PT. Medco secara sah dan meyakinkan karena ada dua elemen yang tidak dapat dibuktikan yakni elemen tender dan persekongkolan sehingga menurut hemat penulis, putusan tersebut memiliki kelemahan yang cukup fundamental. 251 Ibid, hlm. 141. 252 Statuta Roma Tentang Pengadilan Pidana Internasional, Bab III, Pasal 22, Angka 2. 253 Romli Atmasasmita, “Logika Hukum Asas Praduga Tak Bersalah: Reaksi Atas Paradigma Individualistik”, http:www.hukumonline.comberitabacalt4b25f96c2ed41logika- hukum-asas-praduga-tak-bersalah-reaksi-atas-paradigma-individualistik-br-oleh-romli- atmasasmita- diakses tanggal 20 Maret 2014. Universitas Sumatera Utara BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan pada analisis dan pembahasan mengenai pertimbangan hukum KPPU dalam memutus praktek beauty contest sebagai bentuk persekongkolan tender diatas, Penulis dapat memberikan kesimpulan sebagai berikut: 1. Lelang merupakan kegiatan yang telah dilakukan sejak zaman dahulu dan secara resmi masuk ke Indonesia sejak tahun 1908 melalui berlakunya Vendu Reglement, Staatblad 1908 No. 189 dan Vendu Instructie, Staatblad 1908 No. 190. Dalam sistem perundang-undangan Indonesia, lelang digolongkan sebagai suatu cara penjualan khusus yang prosedurnya berbeda dengan jual-beli pada umumnya. Oleh karenanya cara penjualan lelang diatur dalam undang-undang tersendiri yang sifatnya lex specialis. Kekhususan lelang ini tampak antara lain pada sifatnya yang transparan dengan pembentukan harga yang kompetitif dan adanya ketentuan yang mengharuskan pelaksanaan lelang itu dipimpin oleh seorang Pejabat Publik. Pengaturan mengenai lelang di Indonesia diatur melalui UU No.5 Tahun 1999 beserta peraturan-peraturan pelaksana lainnya seperti Keppres No.80 Tahun 2003 sampai pada Penpres No. 54 Tahun 2010. Sedangkan beauty contest adalah suatu proses peragaan atau pemaparan profil suatu perusahaan atas suatu undangan seseorang atau suatu pelaku usaha tertentu Universitas Sumatera Utara dimana pemaparan tersebut termasuk mengenai kemampuan dan kekuatan keuangan perusahaan serta produk-produk yang sudah diproduksinya. Beauty Contest ini merupakan suatu bentuk aksi korporasi yang termanifestasikan dalam bentuk aliansi strategis maupun joint venture. Oleh karena pada dasarnya proses beauty contest dilakukan untuk mencari mitra usaha yang terbaik, maka penilaian profil perusahaan melalui beauty contest merupakan hal yang sangat esensial meskipun tidak diwajibkan. 2. Pasal 22 UU Nomor 5 Tahun 1999 menyatakan sebagai berikut: “Pelaku usaha dilarang bersekongkol dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat.” Pada Penjelasannya, tender diartikan sebagai “tawaran mengajukan harga untuk memborong suatu pekerjaan, untuk mengadakan barang-barang atau untuk menyediakan jasa” sehingga ruang lingkup pengertian tender mencakup kegiatan penawaran harga baik untuk memborong pekerjaan, mengadakan barang atau menyediakan jasa dimana unsur penawaran harga merupakan unsur wajib yang harus ada. Sedangkan persekongkolan tender adalah kegiatan persekongkolan dengan pihak lain untuk mengatur dan atau menentukan pemenang tender, sehingga dapat mengakibatkan terjadinya persaingan usaha tidak sehat. Persekongkolan tender dapat terjadi secara tertulis maupun tidak tertulis dan dapat juga terjadi secara horizontal, vertikal maupun secara horizontal dan vertikal. Perbedaan antara beauty contest dan tender terlihat dari karakteristiknya dimana esensi tender adalah peralihan tanggung jawab Universitas Sumatera Utara hukum dari pemberi pekerjaan kepada pemborong pekerjaan sedangkan dalam beauty contest tidak ada peralihan tanggung jawab karena kedua mitra usaha mempunyai kedudukan dan tanggung jawab yang sama. Selain itu, perbedaan antara keduanya juga tampak dalam proses penilaian pemenang dimana pemenang tender ditentukan dari elemen harga yang merupakan patokan utama sedangkan penentuan pemenang beauty contest tidak berpatokan pada harga melainkan lebih mengedepankan pada subjektivitas dan diskresi panitia penyelenggara karena memang tidak ada kriteria yang telah ditentukan untuk menentukan pemenang beauty contest. Subjektivitas juga merupakan hal yang tidak dapat dihindarkan dalam proses beauty contest sedangkan objektivitas merupakan hal utama dalam pelaksanaan tender. 3. Terdapat beberapa kelemahan-kelemahan dalam pertimbangan hukum KPPU dalam memutus perkara No.35KPPU-I2010 mengenai dugaan persekongkolan tender dalam proyek Donggi-Senoro. Kelemahan putusan KPPU tersebut terlihat dari pertimbangan hukum KPPU yang terlihat memaksakan pengertian beauty contest sebagai bentuk suatu tender dalam artian pasal 22 UU No.5 Tahun 1999. Untuk membuktikan dalilnya, KPPU berpedoman pada buku karangan Marteen Janssen tanpa memahami sepenuhnya konteks dalam buku tersebut dimana beauty contest yang dimaksud dalam buku tersebut bukan dalam konteks mencari mitra usaha sehingga perbandingan yang diambil KPPU menjadi tidak relevan dalam kasus Donggi-Senoro ini. Selain itu, kelemahan pertimbangan hukum Universitas Sumatera Utara KPPU juga tampak dari ketidakmampuan KPPU dalam membuktikan adanya upaya persekongkolan untuk memenangkan PT. Mitsubishi yang dilakukan oleh PT. Pertamina dan Medco secara meyakinkan. Kelemahan tersebut terlihat dari penggunaan fakta yang lemah dan tidak dapat membuktikan secara tegas dugaan persekongkolan yang dituduhkan KPPU. Oleh karena elemen utama pasal 22 tidak terpenuhi secara tegas, maka penjatuhan pidana terhadap PT. Pertamina dan PT. Medco telah melanggar asas legalitas sebagaimana diakui dalam Pasal 1 KUH Pidana. B. Saran Adapun saran yang dapat diberikan oleh Penulis berkaitan dengan pembahasan dan kesimpulan di atas adalah: 1. Perlu adanya kesamaan pemahaman antara pihak KPPU dan para pelaku usaha dalam hal merumuskan ruang lingkup pengertian tender sebagaimana dimaksud dalam UU No.5 Tahun 1999 maupun peraturan-peraturan pelaksana tender lainnya. Apabila pihak KPPU maupun pemerintah merasa bahwa ruang lingkup pengertian tender dalam Pasal 22 tersebut sudah tidak memadai lagi karena terlalu sempit dan terbatas, maka sudah seyogianya dilakukan perubahan terhadap UU No.5 Tahun 1999 ataupun pembaharuan terhadap Pedoman Pasal 22 yang dikeluarkan oleh KPPU untuk menyamakan persepsi pengertian tender. Hal ini karena ketidaksamaan persepsi antara KPPU dan pihak pengusaha akan mengakibatkan banyaknya Universitas Sumatera Utara turbulensi dan permasalahan hukum sehingga dapat mengganggu iklim investasi di Indonesia. 2. Beauty contest dalam mencari mitra usaha belum diatur dalam peraturan perundang-undangan di Indonesia, sehingga penulis merasa memang perlu dilakukan suatu pengaturan mengenai keberadaan beauty contest tersebut dalam bentuk perangkat perundang-undangan baik itu melalui UU Antimonopoli yang baru ataupun dalam peraturan pelaksana lainnya seperti Keppres, Penpres ataupun Pedoman yang dikeluarkan oleh KPPU. Namun, tidak berarti beauty contest dapat dipaksakan sebagai tender karena tetap ada perbedaan mendasar diantara keduanya sehingga yang harus dilakukan adalah mencari titik pangkal permasalahan yang ada dan mencari penyelesaian jalan tengah yang tidak merugikan iklim ekonomi dan investasi. Pengaturan tetap perlu diadakan karena meskipun beauty contest dilaksanakan untuk mencari mitra usaha, tetap ada kemungkinan bahwa kerjasama tersebut dapat mengakibatkan competition to market dan mengakibatkan terjadinya monopoli sehingga dampak seperti inilah yang harus dicegah. 3. Tidak dapat dipungkiri bahwa fenomena persekongkolan tender merupakan topik yang selalu hangat dibicarakan. Hal ini dibuktikan dengan tingginya kasus di KPPU mengenai dugaan persekongkolan tender. Oleh karena itu, pada masa mendatang sudah sepatutnya KPPU sebagai lembaga pengawas persaingan usaha di Indonesia dapat lebih Universitas Sumatera Utara teliti dalam memutus kasus dugaan persekongkolan tender terutama pada kasus yang cukup kontroversial dan mengundang perhatian agar kemudian putusan yang dikeluarkan oleh KPPU tidak mudah dianulir ataupun dibatalkan oleh peradilan di atasnya Pengadilan Negeri dan Mahkamah Agung. Hal ini karena meskipun terdapat mekanisme banding untuk mengawasi kinerja KPPU, namun putusan dan kebijakan KPPU tetap akan menimbulkan efek baik itu positif maupun negatif bukan hanya pada pihak-pihak yang berperkara tetapi juga terhadap konstruksi hukum persaingan usaha di Indonesia sehingga KPPU harus tetap menjaga kredibilitas dan kapabilitasnya dalam memutus suatu dugaan pelanggaran. Keselewengan dan keteledoran dalam membuat keputusan yang sangat krusial ini akan menimbulkan banyak permasalahan hukum yang pada akhirnya akan berakibat pada terganggunya iklim investasi dan ekonomi serta ketidakjelasan iklim persaingan usaha di Indonesia. Universitas Sumatera Utara DAFTAR PUSTAKA

A. Buku

Dokumen yang terkait

Disparatis putusan sanksi denda pada persekongkolan tender (studi putusan MA perkara Nomor 118 K/Pdt.Sus-KPPU/2013)

1 20 0

PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER PENGADAAN BARANG SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HUKUM PERSAINGAN USAHA (Studi pada Putusan KPPU No. 15/KPPU-L/2008 dan No. 01/KPPU-L/2008)

2 62 11

PERSEKONGKOLAN DALAM TENDER PENGADAAN BARANG SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN HUKUM PERSAINGAN USAHA (Studi pada Putusan KPPU No. 15/KPPU-L/2008 dan No. 01/KPPU-L/2008)

0 11 114

ANALISIS HUKUM PUTUSAN KPPU NO. 21/KPPU-L/20087DAN PUTUSAN KPPU NO. 05/KPPU-L/2008 TENTANG PERSEKONGKOLAN TENDER SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN DALAM HUKUM PERSAINGAN USAHA

0 3 2

ANALISIS HUKUM PUTUSAN KPPU NO. 21/KPPU-L/20087DAN PUTUSAN KPPU NO. 05/KPPU-L/2008 TENTANG PERSEKONGKOLAN TENDER SEBAGAI BENTUK PELANGGARAN DALAM HUKUM PERSAINGAN USAHA

0 5 12

ANALISIS KONSTRUKSI HUKUM HAKIM DALAM PEMBUKTIAN SEBAGAI DASAR PERTIMBANGAN DALAM MEMUTUS PERKARA KORUPSI GRATIFIKASI

0 5 105

NOMOR 02 2010 PEDOMAN PASAL 22 TENTANG LARANGAN PERSENGKONGKOLAN DALAM TENDER

0 0 22

Pertimbangan Hukum KPPU Dalam Memutus Perkara No.35/KPPU-I/2010 Tentang Praktek Beauty Contest Sebagai Bentuk Persekongkolan Tender

0 0 10

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang - Pertimbangan Hukum KPPU Dalam Memutus Perkara No.35/KPPU-I/2010 Tentang Praktek Beauty Contest Sebagai Bentuk Persekongkolan Tender

0 0 47

Pertimbangan Hukum KPPU Dalam Memutus Perkara No.35/KPPU-I/2010 Tentang Praktek Beauty Contest Sebagai Bentuk Persekongkolan Tender

0 0 12