commit to user
14
bantuan dari pemerintah baik Pemerintah Desa maupun Pemerintah Kecamatan ataupun Pemerintah Kabupaten sebagai tambahan modal ekonomi dan modal budaya
dalam aksi pergerakannya. Namun di sisi lain stigma tersebut jika tidak dijaga dengan baik pendayagunaannya tentunya justru dapat menghambat pergerakan kelompok
Pemangku Adat Ada’ Tuho karena akan merendahkan dirinya sendiri karena kehilangan kepercayaan dari berbagai pihak yang menaruh kepercayaan dan
keyakinan pada kelompok Pemangku Adat Ada’ Tuho sebagai kelompok terpandang di Ulumanda. Dengan demikian maka kelompok Pemangku Adat Ada’ Tuho juga
akan kehilangan salah satu sumber modal sosial dan modal ekonomi dalam pergerakannya melestarikan Ada’ Tuho di Ulumanda, bahkan berpengaruh juga pada
modal sosial yang sudah mereka bangun. Sedangkan untuk Kelompok Pamaretta sendiri memiliki modal budaya berupa
Berupa pengetahuan Ada’ Tuho yang diperoleh dari lingkungan keluarga, buku-buku, serta lingkungan kerja aktor sebagai Pamaretta di Ulumanda yang tentunya dapat
menjadi modal utama Pamaretta dalam beradaptasi dengan dinamika Ada’ Tuho di Ulumanda. Sedangkan modal ekonomi berupa bantuan dana yang diperoleh dari
Pemerintah Propinsi dan pihak-pihak lain untuk dialokasikan kepada Pemangku Adat dan operasional lainnya tentunya sangat dapat membantu berbagai kegiatan terkait
pelestarian Ada’ Tuho di Ulumanda. sementara itu, untuk modal sosial berupa solidaritas serta jaringan yang baik dengan aktor lain seperti Pemangku Adat dan
kelompok FORSPAT juga sangat mendukung Pamaretta dalam menjalankan fungsinya sebagai aktor yang berkontribusi dalam pelestarian Ada’ Tuho. Lebih
lanjut, untuk modal simbolik berupa stigma sebagai kelompok terhormat dalam upacara adat yang diposisikan sebagai tamu yang wajib diundang, dapat untuk
membangun kepercayaan dan relasi. Namun terlepas dari keberfungsiannya, berbagai modal tersebut juga dapat menghambat pelestarian Ada’ Tuho jika berbagai modal
tersebut tidak disertai dengan pemaknaan serta tanggungjawab yang baik dari aktor Pamaretta.
3. Proses Reproduksi Ada’ Tuho di Kecamatan Ulumanda
Reproduski Ada’ Tuho yang ada di Kecamatan Ulumanda berlangsung secara dinamis seiring kebergerakan sosial yang ada di wilayah tersebut. Berbagai hal
mengiringi proses reproduksi tersebut sehingga pelestarian Ada’ Tuho dapat dimungkinkan tercapai. Reproduksi merupakan sebuah analisa untuk menguraikan
commit to user
15
berbagai hal perubahan sosial yang ada di ranah Ada’ Tuho dalam kerangka praktis. Ada’ Tuho merupakan sebuah produk sosio-kultural yang terakumulasi dengan
rentan waktu panjang sehingga menjadikannya sebuah produk yang memiliki nilai pemaknaan historis tersendiri pada individu yang ada di dalamnya. Ada’ Tuho adalah
sebuah pranata hidup yang dilembagakan oleh para masyarakat yang menganutnya sebagai suatu pedoman cara hidup untuk menjaga harkat martabat hidup satu sama
lainnya. Dalam Ada’ Tuho sendiri memuat berbagai aturan dan legitimasi adat bersifat khas bagi warga Ulumanda berdasarkan ajaran lokal warga pendahulunya di
Ulumanda serta dijaga pengaplikasiannya hingga sekarang. Ada’ Tuho mulai hidup di Ulumanda dikarenakan sosio-historis warganya
yang dahulu sangat erat dalam hal menjaga nilai-nilai kemanusiaan. Mengingat topografi wilayah Ulumanda yang dulu sangat erat dengan hubungan bersama alam,
maka Ada’ Tuho muncul sebagai produk pranata kehidupan untuk mengatur setiap warganya agar dapat lebih teratur dan menjaga kesatuan hidup dengan alam ataupun
dengan sesamanya. Ada’ Tuho selanjutnya sebagai bekal berkehidupan masyarakat Ulumanda yang aplikasinya masih dapat dilacak hingga sekarang. Meskipun berbagai
aturan sudah mulai banyak yang berubah dikarenakan berbagai hal, namun nilai- nilainya masih dipegang teguh oleh sebagian masyarakat Ulumanda karena dirasa
masih sangat berguna dengan transformasi bentuk lain pada berbagai masalah kehidupan. Hal inilah yang menandai eksistensi Ada’ Tuho di Ulumanda hingga
sekarang ini masih terbukti ada dan sangat dihormati oleh sebagian besar warga Ulumanda disertai dukungan berbagai pihak terkait. Seiring modernisasi dan
teknologi yang berkembang di wilayah Ulumanda, berbagai aturan adat dengan nilai- nilai di dalamnya mulai berkembang dinamis. Perubahan aturan ataupun pergeseran
maknanya tersebut bukanlah suatu hal yang sangat merugikan bagi para penganut Ada’ Tuho, melainkan sebagai sesuatu yang bersifat dinamis menyesuaikan kondisi
sosial Ulumanda sekarang ini sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia NKRI yang tentunya harus menyesuaikan diri dengan hukum atau aturan
konvensional sebagai adapatasi diri agar tidak menyimpang dari nilai-nilai luhur bangsa dan negara. Adaptasi diperlukan sebagai bentuk reaktif akan keselarasan dan
keharmonisan diri dengan lingkungan sosial yang baru dan tentunya dihadapi oleh masyarakat Ulumanda sebagai masyarakat seutuhnya.
commit to user
16
Beberapa kebijakan atau aturan tertentu misalnya yang kurang relevan dengan kondisi masyarakat akan dicermati dan dimonitoring oleh berbagai aktor seperti
kelompok akademis FORSPAT dan kelompok Pamaretta yang kemudian akan mengadakan konsolidasi serta komunikasi dengan Pemangku Adat Ada’ Tuho demi
mencari kesepakatan yang lebih relevan dan dapat diterima masyarakat luas. Pada intinya, komunikasi yang dilakukan ini adalah u
ntuk lebih menjadikan Ada’ Tuho mudah diresapi dan dimaknai nilainya oleh masyarakat tidak hanya mempertahankan
bentuk fisiknya semata. Bentuk komunikasi ini adalah dengan adanya Temu Budaya Ada’ Tuho sebagai ruang berdiskusi berbagai pihak yang terlibat dalam pelestarian
Ada’ Tuho di Ulumanda. Selepas kegiatan Temu Budaya, maka lahir sebuah kesepakatan yang kemudian akan disosialisasikan oleh aktor-aktor tersebut agar
masyarakat dapat dengan mudah memaknai perubahan terhadap pemaknaan aturan dalam Ada’ Tuho tersebut. Seiring berjalannya waktu dalam sosialisasi tersebut
tentunya para aktor disertai berbagai habitus dan modal yang dimiliki akan berjuang masing-masing di ranah-
ranah sosialnya dalam Arena Ada’ Tuho untuk menjaga Ada’ Tuho melalui reproduksi Ada’ Tuho agar tidak terjadi penyimpangan dalam
pengaplikasiannya.
D. Penutup 1. Kesimpulan