commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
Bagian 1 Apakah Studi Politik
Politik adalah art to govern seni memerintah, berasal dari bahasa Yunani untuk menyebut suatu kegiatan manusia dalam hubungannya dengan persoalan kenegaraan. Sebutan politik, pertama
menunjuk pada persoalan kesejahteraan rakyat dan kedua politik menunjuk pada perilaku Pemerintah yang menjalankan kekuasaan untuk memerintah yang diberikan oleh rakyat. Rakyat disebut sebagai
pemegang kekuasaan tertinggi karena memberikan mandat kepada Pemerintah untuk menjalankan kebijakan Negara demi kebaikan seluruh warga negara. Dengan kata lain, studi politik mengkaji
persoalan kekuasaan yang diberikan Rakyat kepada Pemerintah dengan segala konsekuensinya.
Dengan definisi tersebut di atas, focus of interest studi politik mengkonsentrasikan diri pada studi tentang relasi Pemerintahan dan Rakyat. Sedangkan scope of intersest ilmu politik sendiri
berbicara dari persoalan filsafat politik, teori politik, ide-ide politik, alirankekuatan politik, politik luar negeri, perbandingan sistem politik, kebijakan publik, sejarah politik, sampai persoalan birokrasi,
organisasi dan administrasi politik, hubungan internasional dan hukum internasional.
Setiap ilmuan dalam mengkaji politik mempunyai titik tolak yang berbeda-beda. Sebagian ilmuan menekankan pada efektivitas aktor politik dalam menjalankan amanat Rakyat, seperti
implementasi kebijakan politik yang menguntungkan Rakyat, implementasi dan penegakkan hukum sebagian yang lain menekankan pada kerja lembaga politik sebagai representasi atau penerima mandat,
organisasi politik yang mendukung sistem politik, partisipasi politik rakyat. Sepanjang sejarah studi politik memfokuskan pada relasi pemegang kuasa yang memerintah dengah Rakyat sebagai yang
dikenai kekuasaan.
Pokok-pokok pikiran filsafat politik yang ditulis oleh Aristoteles yang juga dikenal sebagai The Father of Political Science 384–322 BC menulis buku “Ethics” dan “Politics” sedangkan Plato 427–
347 BC menulis tentang “Republic” dan “Laws.” Semangat kedua filosof tersebut adalah mengkaji politik dengan pendekatan kesejahteraan rakyat, yaitu bagaimana Negara dan Rakyat seharusnya
bertindak bagi kebaikan dunia. Sebagai referensi, kedua buku tersebut memberikan informasi yang cukup baik dalam kita memahami apa dan mengapa manusia melakukan aktivitas politik. Dari sana kita
memperoleh gambaran tentang cara-cara yang seharusnya dilakukan warga negara dalam berpolitik. Selain itu, norma dan nilai yang bagaimana yang dianggap baik dan benar dilakukan oleh pejabat
politik, dan tindakan apa yang buruk dan dilarang dalam menjalankan politik. Kedua buku dimaksud juga menjelaskan tentang syarat-sayarat menjadi Penguasa agar mereka berperilaku baik. Perilaku yang
baik adalah penguasa yang menjalankan amanah rakyat yang bertugas demi kesejahteraan umum, sedangkan perilaku yang bruruk adala mereka yang menjalankan politik dengan cara korup,
menggunakan kekuasaan demi statusquo, kepentingan pribadi dan kelompok kroni-kroninya.
Dalam kehidupan sehari-hari, kata politik sering digunakan untuk menujuk perilaku politisi, apakah sebagai petinggi partai politik, anggota angggota dewan perkawilan rakyat, pejabat Negaa,
hakim, jaksa, polisi sampai aparat kalurahandesa. Hal itu menunjukkan bahwa politik mempunyai wilayah yang erat hubungannya dengan masalah pengaturan Negara, meliputi aktivitas hukum, aktivitas
commit to user
2 sosial, budaya, politik dan termasuk soal kepuasan masyarakat atas kebijakan Pemerintah selaku
pengemban mandat politik rakyat. Politik terus saja dikaji dan dikembangkan oleh filosof suksesor, seperti filosof Saint Thomas
Aquinas, Thomas Hobbes, John Stuart Mill, John Locke, Karl Marx, Hegel, Nicolo Machiavelli, Bertrand Russel, sampai Jurgen Habermas, yang memberikan referensi kepada kita tentang
perkembangan ilmu politik dengan kritik, pendekatan dan teori mereka masing-masing.
Dari para filosof ilmu politik di atas, agaknya kita dapat menyimpulkan bahwa kunci mempelajari politik adalah bagaimana Negara terus menerus menjamin kelangsungan hidup survive
warganegara. Dengan kepemilikan kekuasaan mengatur dan mengendalikan, Negara mempertahankan hak milik, menegakkan hukum demi keadilan. Studi politik pada abad ke 20 lebih banyak studi kritik
terhadap perilaku Pemerintah dalam mengelola kekuasaan dan sebab-sebab Rakyat lemah berhadapan dengan Kekuasaan. Studi politik juga diarahkan untuk sampai pada hasil solutif, yaitu yang mencari
jalan keluar dari persoalan yang menghambat dalam sistem politik. Sehingga, studi politik harus berujung pada suatu problems solving atas berbagai anomali penyimpangan politik untuk mencapai
kualitas tertinggi kesejahteraan rakyat yang didamba-dambakan. Misalnya, studi politik yang menghasilkan sebuah model resolusi konflik atas persoalan krusial di masyarakat yang menghambat
pertumbuhan Negara Kebangsaan, termasuk relasinya dengan Negara-negara lain dalam sistem global. Bagian 2
Cara Pandang dan Pendekatan dalam Studi Politik
Dalam studi politik terdapat beberapa cara pandang, antara lain dua cara pandang yang berbeda bahkan saling bertentangan. Pertama
adalah cara pandang kajian politik secara idealis yang memandang politik sebagai suatu aktivitas manusia yang luhur. Karena pada
dasarnya dalam berpolitik selalu ada kemauan baik idealisme untuk dijalankan secara etis, santun, visioner dan mengutamakan kemajuan
serta kesejahteraan masyarakat lahir dan batin. Dalam cara pandang ini, membicarakan persoalan politik bertolak dari persoalan etika dan
moral politik, yang mengedepankan apa yang seharusnya dilakukan oleh aktor politik sejalan dengan prinsip dasar moralitas, nilai
adiluhung dan norma kebaikan yang dijadikan kaidah dan pedoman dalam kehidupan berpolitik.
Centaur Cara pandang kedua adalah kajian politik yang bersifat realis, yang memandang bahwa dalam
realitas politik kenyataanya hanyalah berisi perebutan kekuasaan. Perebutan tersebut diperhalus dengan kalimat “sistem kompetisi,” yang menggunakan segala potensi kekuatan, yang tidak segan-segan aktor
politik menggunakan cara-cara kompetisi yang tidak lazim seperti teror dan kekerasan fisik dan simbolik. Cara pandang kajian realitas politik adalah kekuasaan dan adu kekuatan yang mendominasi
arena perpolitikan, menunjukkan bahwa upaya mengejar dan mempertahankan kemenangan politik sering mengabaikan kaidah norma dan nilai masyarakat. Cara pandang demikian berangkat dari asumsi
bahwa pada dasarnya manusia itu tidak jujur, ingin menang sendiri, selalu memuaskan nafsunya untuk kesenangan, atau apa yang disebut manusia sebagai “binatang politik” yakni manusia yang haus
kekuasaan yang mencapai kekuasaan secara liar sekalipun, bahkan perilaku aktor politik yang
commit to user
13
BAB II
Warganegara
Bagian 1 MANUSIA SEBAGAI AKTOR POLITIK