commit to user
13
BAB II
Warganegara
Bagian 1 MANUSIA SEBAGAI AKTOR POLITIK
Warga negara adalah individu-individu yang menghuni suatu wilayah. Aktivitas individu, berpikir, bekerjasama, berkelompok dan berorganisasi merupakan cikal-bakal terbentuknya suatu
masyarakat. Mereka menyusun tata hubungan yang berupa norma dan nilai, yang telah mereka sekapakati bersama sebagai pedoman dalam hubungan antar mereka, sehingga menciptakan kedamaian
dan ketentraman dalam kehidupan, termasuk norma dan nilai-nilai politik.
Politik adalah salah satu aktivitas warga negara untuk menjalankan kehidupan bernegara dan bermasyarakat. Negara sebagai organisasi regulator mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan
dalam rangka menjamin kesejahteraan warga negaranya. Politik dalam pengertian yang lebih khusus, yang digunakan dalam buku ini mengambi definisi dari Harold D. Laswell yang mengatakan bahwa
politics is who get what when and how siapa mencari apa, kapan dan bagaimana caranya. Dalam hal ini, pelaku politik adalah warga negara dalam suatu wilayah yurisdiksi nasional. Setiap warga negara
mempunyai hak dan kewajiban dalam politik. Warga negara sebagai aktor politik atau sebagai individu atau secara berkelompok atau tergabung dalam institusi who bersama-sama atau sendiri berjuang untuk
mendapatkan kekuasaan get what dan kekuasaan yang diperoleh tersebut dilalui dengan mengikuti rule of the game atau aturan main how yang disepakati dalam sistem politik yang dianutnya dengan
dipayungi oleh undang-undang dan ketentuan peraturan lainnya. Maka tidak mengherankan apabila manusia tidak ubahnya binatang politik yang mengumbar nafsu politiknya demi kekuasaan dan
kekuasaan.
Politik mengatur hak dan kewajiban serta kebebasan bagi setiap warga negara yang dituangkan dalam bentuk peraturan dan dengan undang-undang. Mereka melakukan politik secara sendiri ataupun
secara berkelompok, secara alamiah mempunyai tujuan yang pasti yaitu mendapatkan kekuasan power. Dengan power seseorang mempunyai hak-hak istimewa yang tidak dimiliki oleh warga negara biasa.
Dalam proses memperoleh memperoleh kekuasaan, setiap warga negara biasanya berusaha semaksimal mungkin dalam menghadapi kompetisi politik. Biasanya usaha politik dibarengi dengan
penggunaan harta benda terutama untuk mempengaruhi sikap politik rakyat. Jarang sekali dalam kompetisi politik dilakukan secara sehat, jujur, bersih dan tanpa kekerasan. Politik penuh dengan intrik
politik, tindakan illegal yang ditempuh dengan cara-cara yang seolah-olah sah. Bahkan banyak politisi yang nekad dengan merebut kekuasaan secara paksa coup d’etat. Dengan demikian, aktivitas politik
pada umumnya hanya berisi tentang usaha warga negara mencari kekuasaan, untuk mempertahankan kekuasaan dan merebut kekuasaan. Dalam politik ketika kepentingan berbeda maka kawan akan menjadi
musuh, tetapi musuh akan menjadi kawan apabila punya kepentingan yang sama. Demikianlah kekuasaan memang pada dasarnya harus dipertebutkan.
Penjelasan tersebut di atas menegaskan bahwa pada dasarnya studi politik adalah semua aktivitas atau kegiatan ilmiah yang mengkaji bidang pencarian kekuasaan, memperebutkan dan mempertahankan
kekuasaan serta cara-cara melanggengkan kekuasaan. Inilah mengapa “politik” sering disebut sebagai struggle for power.
commit to user
14 Persoalan yang paling mendasar adalah persoalan mengapa orang berambisi untuk mendapatkan
dan mempertahankan kekuasaan, pada hal kekuasaan tersebut membutuhkan kompetensi, kredibilitas, akseptabilitas, pembiayaan, waktu, dan sarana? Jawabannya sederhana, karena kekuasaan identik
dengan hak-hak istimewa sebagai warga-negara. Selama ini anggapan masyarakat menunjukkan bahwa kekuasan memberikan berbagai keuntungan yang melimpah, banjir fasilitas dan kemewahan. Kekuasaan
diibaratkan sebagai “sorga dunia,” bahkan tidak jarang penguasa memposisikan diri sebagai Tuhan di Bumi, seperti Firaun, atau para Raja sering direpresentasikan sebagai Wakil Tuhan di Dunia, yang
mempunyai kekuasaan tanpa batas.
Oleh karena kekuasaan itu identik dengan profit bahkan keuntungannya melebihi orang yang menjalankan bisnis, maka politik tidak ubahnya mesin seperti mesin pengeruk keuntungan finansial
ataupun keuntungan-kuntungan sosial dan spiritual lainnya. Dalam khasanah Jawa profit tersebut ditunjukkan melalui kepemilikan kesaktian yang baru. Kesaktian dalam masyarakat Jawa meliputi
berbagai elemen kekuatan baik wadagi maupun tankasat mata. Yang bersifat wadagi adalah kekuatan fisik yang bersumber dari kekuatan diri karena rajin bersamadi bertapa, berdzikir, sehingga
memperoleh kekuatan spiritual yang khusus.
Kesaktian juga tercermin dalam kharisma diri yang diperkuat oleh pengakuan orang lain. Kesaktian juga ditandai dengan melekatnya atribut berupa pangkat, yakni kedudukan atau posisi sosial
tertentu yang diperoleh melalui perjuangan politik tertentu, atau posisi seseorang yang berasal dari pemberian orang lain yang disebut derajat. Pangkat dan derajat menjadi idaman setiap insan yang
berpikiran progresif karena memang adanya perolehan profit dan hak-hak istimewa yang akan dinikmatinya. Kesaktian tersebut ditunjukkan lewat wewenang memerintah, kewenangan menyusun dan
menggunakan anggaran belanja negara, serta penggunaan berbagai fasilitas gratis lain.
Kekuasaan secara otomatis memposisikan seseorang pada derajat atau status yang khusus, yang mempunyai efek positif sebagai prestise. Prestise menjadi bagian penting dalam politik, karena ini
menyangkut persoalan dignity martabat atau harga diri seseorang. Orang belum mempunyai martabat yang baik, meskipun secara materi melimpah, belum terpuaskan apabila belum memperoleh prestise
tertentu yang diterimanya, seperti penghormatan dan perlakuan-perlakuan istimewa dari rakuat untuk mereka. Seorang pengusaha yang sukses dengan penghasilan yang tinggi ingin menjadi dosen dengan
gaji yang kecil, karena prestise profesi sebagai dosen guru. Di dalam masyarakat Jawa, kedudukan Guru, Mantri Kesehatan, Dokter dan Dosen dianggap mempunyai prestise yang lebih tinggi
dibandingkan dengan politisi atau profesi pengusaha. Realitas politik yang ada menunjukkan bahwa kehidupan politik dianggap masyarakat sebagai profesi yang kotor. Oleh sebab itu, tak heran kalau
penghargaan atas prestise Guru ditandai dengan ungkapan yang indah, “pahlawan tanpa tanda jasa.”
Kesimpulannya kekuasaan tidak ubahnya ‘mahkota raja” atau “piala” yang jadi ajang perburuan manusia. Selain iming-iming pangkat, derajat dansemat kekayaan, akumulasi kekuasaan dapat
membuat seseorang kebal hukum, bahkan yang menggiurkan adalah mampu melipatgandakan kekayaan. Untuk menempatkan kekuasaan sebagai ladang perburuan, unsur pengakuan dan legitimasi
wisuda dari masyarakat luas adalah sangat penting. Wisuda atas diri seseorang atau kelompok yang menang dalam kompetisi legal menjadi ajang prestise tersebut di atas. Kemenangan dalam politik akan
adanya jaminan penghormatan dari masyarakat, sebagaimana ditulis oleh Maurice DUVERGER
4
bahwa politik itu adalah “la competition entre les individus pour obtenir la meilleur place dans la societe, ”
bahwa politik adalah perjuangan antar individu dalam masyarakat untuk mencari kedudukan yang baik di masyarakat.
4
Maurice Duverger, Introduction a la politique, Edition Gallimard, Paris, 1964, p. 27
commit to user
45
BAB III
NEGARA KEBANGSAAN
Bagian 1 NEGARA SEBAGAI ARENA PERJUANGAN POLITIK
Definisi Negara Kata ‘negara’ sama dengan “Staat” dalam bahasa Jerman atau “state’ dalam bahasa Inggris dan
Etat dalam bahasa Prancis, yang diambil dari bahasa latin status yang berarti kondisi. Di zaman Romawi, status digunakan untuk mendiskripsikan kedudukan seseorang di depan hukum Romawi atau
kata yang digunakan intelektual Romawi, Cicero guna menyebut kondisi benda publik status rei publicae.
Kata state dan estate adalah dua hal yang berbeda tetapi digunakan untuk menyebut arti yang sama. State dipopulerkan oleh Machiavelli dalam karya masterpiecenya The Prince, artinya menunjuk
pada Negara dengan segala kekuasaanya. Dalam pengertian modern, state dipakai untuk menyebut Negara yang di dalamnya terdapat organisasi pemerintahan yang berkuasa dan rakyat sebagai pihak
yang diperintah. Sebutan yang lebih tegas pengertian digunakan Nation-State Negara Kebangsaan.
Penjelasan di atas mengandung dua pengertian.
51
Pertama, Negara untuk menyebut kondisi masyarakat atau wilayah yang terikat dalam satu kesatuan politis. Misalnya, India, Korea Selatan, atau
Brasilia, Indonesia merupakan Negara. Kedua, Negara adalah lembaga atau organisasi Pusat yang menjamin kesatuan politis itu, yang mengatur, mengendalikan dan menguasai wilayah tertentu.
Misalnya pulau-pulau Nusantara merupakan satu kesatuan Negara Indonesia “negara” dalam arti pertama sekaligus bangsa Indonesia yang berada dalam wilayah tersebut terikat secara hukum menjadi
satu negara dalam arti kedua.
Begitu pula Malaya, Sarawak, dan Sabah merupakan satu negara, karena ‘mempunyai’ satu lembaga negara yang mengikat mereka untuk tujuan yang sama. Sedangkan suku-suku Papua di Irian
atau bangsa Kurdi di Timur Tengah tidak merupakan negara karena tidak berada di bawah satu lembaga pemerintahan.
Negara menurut Hegel dalam The Philosophy of Right memegang monopoli untuk menentukan apa yang benar dan salah mengenai hakikat negara, menentukan apa yang moral dan yang bukan moral,
serta apa yang baik dan apa yang destruktif. Dalam contohnya, negaralah yang memberikan kepercayaan pada seorang profesor untuk mengajarkan filsafat, dan negara juga berhak
membatalkannya, yang berarti mencabut wewenang seseorang untuk mengajarkan pandangan tertentu di perguruan tinggi negara. Dalam sistem Hegel, Idee adalah kenyataan atau realitas. Negara adalah ide
yang tertinggi, realitas tertinggi. Negara adalah wujud langkah Tuhan di dunia : “The march of God in the world, that is what the state is.”
Negara menurut Aristoteles seorang filsuf Yunani, 384 – 322 SM adalah suatu persekutuan hidup politik yang dalam bahasa Yunani disebut HEKOINONIA POLITIKE
52
Menurut Roger H. Soulton :
51
Quinton, dalam Frans Magnis Suseno, Etika Pokitik Prinsip-prinsip Moral Dasar Kenegaraan Modern, Gramedia, Jakarta, 2001, p. 170.
52
Simanjuntak, Pandagan negara Integralistik, Pustaka Grafiti, Jakarta, 1997, p. 166
commit to user
46 “Negara adalah alat agency yang mempunyai wewenang authority mengatur atau mengendalikan
persoalan-persoalan bersama atas nama masyarakat “ The state is an agency or authority managing or controlling these common affairs on behalf of and in the name of the community.
53
Oleh sebab itu, kata state dan government merupakan dua istilah dengan pengertian yang berbeda, yang terkadang digunakan oleh penutut untuk menyebut hal yang sama. Pemerintah adalah pemegang
kuasa, berisi institusi, pejabat tinggi Negara dan kelompok birokrasi yang menjalankan kekuasaan. Sedangkan Negara state adalah penyebutan untuk keseluruhan komponen dalam masyarakat, baik
organisasi, kelompok, golongan maupun individu, apakah mereka mempunyai kedudukan sebagai pejabat tinggi Negara seperti Presiden, golongan swasta Pengusaha, Intelektual, Organisasi non-
pemerintah, para Tokoh agama, keluarga, golongan swasta, maupun mereka yang hidup dalam kemiskinan seperti pengangguran dan para pengemis yang hidup di jalanan.
Asal-usul Negara Masalah asal-mula negara adalah salah satu persoalan ilmu politik yang rumit dan sulit. Rumit
karena masalah menyangkut genetika negara. Sulit karena di saat-saat negara yang pertama dibentuk, belum terdapat bukti-bukti yang meyakinkan apakah negara polis sudah termasuk katagori negara.
Maka beberapa teori diajukan untuk menyusuri jejak asal mula negara. Meskipun bercorak spekulatif dan abstrak tetapi usaha itu banyak memberi inspirasi bagi ilmuan dan wahana permenung dan
pemikiran-pemikiran teoritis deduktif dari pada uraian-uraian yang bersifat empiris induktif.
Di bawah ini akan diuraikan mengenai beberapa teori yang diajukan oleh beberapa pemikir tentang asal-asul “Negara” yang dapat digolongkan dalam dua aliran besar. Aliran pertama teori-teori
tersebut bersifat spekulatif dan teori-teori yang kedua adalah teori-teori yang berlandaskan historis atau disebut juga, sesuai dengan ciri-khasnya yang evolutif disebut teori-teori evolusionistis. Teori-teori
spekulatif berupa teori perjanjian masyarakat, teori teokratis, teori kekuatan, teori patriarkal serta teori matriarkal, teori organis, teori daluwarsa, teori naturalis dan teori-teori yang bersifat idealistis.
54
1. Teori Natural Natural theory atau disebut teori yang bersifat kodrati dikemukakan oleh Aristoteles. Bahwa
Negara Kota Polis lahir sebagai sebuah keniscayaan karena hadirnya manusia yang hidup saling membutuhkan antara satu individu dengan individu yang lain. Secara kodrati Negara memang harus ada
dalam masyarakat. Karena secara alami Negara diciptakan oleh manusia untuk mengatur kehidupan mereka supaya hidup aman dan damai. “Negara adalah ciptaan alam,” demikian menurut Aristoteles
dalam bukunya “Politia.” Kodrat manusia hidup berkelompok dan saling bekerja sama, saling berkompetisi, sering terjadi konflik dan pertikaian, maka manusia membutuhkan Negara untuk mengatur
kehidupan yang lebih rukun dan berjiwa sosial. Ciri utama manusia adalah “makhluk politik” zoon politicon dan ciri kedua sebagai makluk sosial. Karena kodrat itulah, maka manusia ditakdirkan hidup
ber-Negara.
Zoon politicon adalah basis pemikiran Aristoteles, yang menyatakan bahwa Negara tergantung dari manusianya. Maksudnya bahwa manusia merupakan makluk yang sempurna, yang mempunya etiet
baik, dan manusia mampu hidup dalam ikatan komunitas berdasarkan kesamaan tujuan. Agar terjadi stabilitas dan meminimalisir konflik, Negara lahir sebagai pengatur, penjaga, pelindung dan pengendali
53
Miriam budiardjo, Dasar-Dasar Ilmu Politik, Gramedia, Jakarta, 1977, p. 39
54
F. Isjwara, Pengantar Ilmu Politik, Binacipta, Bandung, 1982, p. 136
commit to user
106
BAB IV
GOOD GOVERNANCE
Bagian 1 Sistem Pemerintahan Demokratis