Latar Belakang Masalah Import clearence barang melalui angkutan udara (Air Freight) pada kantor pelayanan bea dan cukai tipe B Yogyakarta 22852006

Import clearence barang melalui angkutan udara Air Freight pada kantor pelayanan bea dan cukai tipe B Yogyakarta Oleh : Aryo Bramantyo Putro F.3103007 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam perkembangan perekonomian dunia, mobilitas perpindahan sumber daya manusia, teknologi, ilmu pengetahuan dan barang antar negara semakin meningkat. Dampak jangka pendeknya adalah terpenuhinya segala kebutuhan manusia yang sesuai dengan selera individualnya. Dampak jangka panjang yang mungkin terjadi adalah peningkatan strata baik dari negara miskin menjadi negara berkembang ataupun dari negara berkembang menjadi negara maju, tetapi mungkin juga terjadi yang sebaliknya. Dalam hal ini semua tergantung pemerintahan masing-masing negara dalam mengelola komoditasnya. Saat ini adalah masa-masa menuju era perdagangan bebas yang mungkin akan segera terealisasi pada tahun 2010 mendatang, suatu masa dimana perdagangan internasional dilakukan tanpa adanya hambatan, khususnya hambatan yang berasal dari pemerintah negara yang bersangkutan. Dengan demikian, persaingan global yang ketat dipastikan akan terjadi. Satu hal yang perlu disadari adalah perdagangan merupakan salah satu pilar perekonomian yang cukup kuat untuk membuat suatu negara menjadi sebuah negara maju. Bukti nyatanya dapat kita lihat secara langsung dari negara tetangga kita, Cina. Pertumbuhan ekonomi Cina yang mencapai 10,1 persen tahun lalu ternyata berimbas langsung terhadap peran negara itu di kancah global. Dengan total perdagangan internasional mencapai 1,42 triliun dollar AS, negara yang pernah mendapat julukan Negeri Tirai Bambu ini menjadi terkuat ketiga dunia. Bila dilihat dari perdagangan antara Amerika dan Cina pada tahun lalu, Cina mendapatkan surplus perdagangan sebesar 200 miliar dollar AS. Menurut Komisi Pembangunan dan Reformasi Nasional Cina, memperkirakan bahwa ekspor Cina kemungkinan akan naik sekitar 15 persen pada tahun 2006, sedangkan impor naik 18 persen. Melemahnya nilai ekspor pada tahun ini merupakan imbas dari harga minyak yang masih tinggi dan friksi perdagangan global. Tapi harus tetap diakui bahwa negara Cina, dengan perkembangan perekonomiannya, tidak dapat dipandang dengan sebelah mata lagi seperti dahulu. Dalam membangun perekonomian negara, terutama di sektor perdagangan dan perindustrian, pemerintah Indonesia memberi keleluasan kepada para pengusaha untuk dapat melakukan kegiatan yang mampu menunjang usaha mereka, salah satunya adalah kegiatan impor. Impor adalah kegiatan jual beli antara penjual di luar negeri dengan pembeli di Indonesia. Bila dilihat dari sudut pandang ekonomi makro, impor sangat penting halnya dalam menunjang proses produksi dari para produsen yang secara tidak langsung berpengaruh juga terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia. Selain itu, impor juga dilakukan untuk memenuhi kebutuhan konsumsi masyarakat, tapi untuk hal yang satu ini pemerintah memberikan batasan-batasan agar produsen di dalam negeri mampu berkembang. Jika suatu negara dapat mensuplai komoditi yang lebih murah daripada yang kita hasilkan, lebih baik membelinya dari mereka dan sebagian dari hasil produksi industri kita sendiri yang masih memiliki keunggulan Gill, 1978 : 30. Batasan-batasan yang dimaksud misalnya kebijakan mengenahi tarif, quota, atau bea masuk. Satu hal yang pasti bahwa kegiatan impor sangat erat hubungannya dengan kepabeanan, yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu lintas barang yang masuk atau keluar Daerah Pabean dan pemungutan bea masuk. Instansi pemerintah yang berhubungan erat dengan masalah kepabeanan ini adalah Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai memiliki peranan yang penting dalam pengawasan ekspor dan impor barang, karena dari kegiatan ekspor impor tersebut negara mendapatkan devisa yang cukup lumayan besar. Bentuk penerimaan negara yang didapat adalah pembayaran bea masuk dan cukai, pembayaran pajak yang dititipkan oleh Direktorat Jenderal Pajak seperti Pajak Penjualan PPn, Pajak Penjualan atas Barang Mewah PPnBM, Pajak Panghasilan PPh, Pajak Ekspor, Pajak Alkohol, dan Pajak Pertambahan Nilai PPN hasil tembakau. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai merupakan instansi pemerintah yang vertikal di lingkungan Departemen Keuangan yang berada di bawah kekuasaan Menteri Keuangan Indonesia. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai ini bertugas sebagai “Pintu Gerbang” bagi para eksportir dan importir dalam maupun luar negeri yang akan melakukan kegiatan perdagangan internasional. Daerah Istimewa Yogyakarta DIY, kota yang berada di sisi selatan provinsi Jawa Tengah ini terkenal sebagai kota budaya dan kota pelajar. Maka tak heran tentunya apabila kota ini sering dikunjungi oleh warga Indonesia dan warga asing baik untuk berwisata maupun untuk menuntut ilmu. Pembauran antar ras dari berbagai dunia yang bertemu di Yogyakarta menimbulkan suatu korelasi budaya dan ekonomi tentunya. Korelasi tersebut timbul karena adanya kebutuhan. Warga negara asing belajar kebudayaan Yogyakarta karena keunikannya yang tidak ada di negaranya, begitu pula sebaliknya. Mereka mungkin juga melihat suatu potensi bisnis dari Yogyakarta yang dapat diperjual belikan. Sama halnya dengan pandangan orang domestik, warga negara asing pasti memiliki potensi yang tidak ada di Yogyakarta, pada akhirnya terjalin suatu hubungan perdagangan antara keduanya. Arus kegiatan ekspor impor, khususnya impor, di Yogyakarta dapat dibilang relatif, tapi rutin. Sebagian besar didominasi oleh impor untuk kepentingan produksi, seperti bahan baku maupun mesin-mesin produksi, ada juga sphare parts kendaraan. Tapi untuk barang konsumsi juga tidak sedikit. Impor sebenarnya adalah peluang bisnis yang sangat bagus, cuma kebanyakan masyarakat awam masih berpikir impor itu sulit apalagi pengurusan dokumennya. Tapi kenyataannya adalah kebalikan dari opini masyarakat tersebut. Ada 3 cara penerimaan barang impor, yang pertama melalui container, kedua melalui Pos, dan ketiga melalui udara air freight. Kegiatan penerimaan barang impor di Yogyakarta yang berasal dari angkutan udara dilakukan di bandara Adi Sucipto. Pihak Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Yogyakarta selalu melakukan pengawasan agar tidak terjadi pelanggaran, penyimpangan maupun penyelundupan. Untuk saat ini barang impor yang masuk dari penerbangan luar negeri adalah setiap pukul 19.00 WIB. Berdasarkan hal-hal yang diuraikan diatas, maka penulis memandang perlu untuk mengadakan penelitian mengenahi bagaimana proses pengeluaran barang kiriman melalui udara air freight yang dilakukan oleh Kantor Pelayanan Bea dan Cukai Tipe B di Yogyakarta dengan mengambil judul “IMPORT CLEARENCE BARANG MELALUI ANGKUTAN UDARA AIR FREIGHT PADA KANTOR PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE B YOGYAKARTA”.

B. Rumusan Masalah