commit to user
11
Probohudono 2012 prinsipal dapat membatasi masalah agensi dengan menetapkan insentif untuk agen agency costs dan dengan menciptakan biaya
monitoring yang dirancang untuk mengontrol perilaku agen. Jensen and Meckling 1976 mendefinisikan agency cost sebagai jumlah
dari : 1. Pengeluaran monitoring oleh prinsipal
2. Pengularan terikat oleh agen 3. Kerugian residual
2.1.2 Intellectual Capital Disclosure
Intellectual capital adalah istilah yang diberikan untuk mengkombinasikan intangible asset dari pasar, property intelektual, infrastruktur dan pusat manusia
yang menjadikan suatu perusahaan dapat berfungsi Abeysekera, 2006. Intellectual capital adalah materi intelektual pengetahuan, informasi, property
intelektual, pengalaman yang dapat digunakan untuk menciptakan kekayaan. Ini adalah suatu kekuatan akal kolektif atau seperangkat pengetahuan yang berdaya
guna Stewart, 1997. Definisi yang dibuat oleh para pakar tidak sama, namun dapat diambil
kesimpulan bahwa intellectual capital merupakan bagian dari intagible asset. Hal ini sesuai dengan pendapat Mouritsen 1998 yang menyebutkan bahwa
intellectual capital menyangkut kapasitas pengetahuan luas yang dimiliki oleh organisasi. Pengetahuan yang luas bagi organisasi ini bermanfaat bagi organisasi
dalam menyikapi perubahan-perubahan tertentu dalam dunia bisnisnya.
commit to user
12
Secara umum berbagai pendapat para pakar dan organisasi tersebut dapat disimpulkan bahwa intellectual capital secara garis besar terdiri dari Sveiby,
1997 : 1. Human Capital
Fitz-Enz 2000 mendeskripsikan human capital sebagai kombinasi dari tiga faktor, yaitu: 1 karakter atau sifat yang dibawa ke
pekerjaan, misalnya intelegensi, energi, sikap positif, keandalan, dan komitmen, 2 kemampuan seseorang untuk belajar, yaitu kecerdasan,
imajinasi, kreatifitas dan bakat dan 3 motivasi untuk berbagi informasi dan pengetahuan, yaitu semangat tim dan orientasi tujuan.
2. Structural Capital Structural Capital merupakan aset perusahaan yang berupa
pemilikan sistem software, jaringan distribusi, dan supply chain perusahaan. Petras 1996 menyebutkan bahwa structural capital juga
meliputi kemampuan perusahaan dalam menjangkau pasar. 3. Relational Capital
Relational capital atau customer capital merupakan hubungan baik yang dijalin oleh perusahaan dengan pihak luar Petras, 1996,
dan juga pengetahuan mengenai rantai alur pasar suatu produk, pelanggan, pemasok, dan menjalin hubungan baik dengan pemerintah
Bontis, 2000. Di Indonesia sendiri, fenomena intellectual capital mulai berkembang
terutama setelah munculnya PSAK No. 19 revisi 2000 tentang asset tak berwujud Ulum, Ghozali, dan Chariri, 2008. Menurut PSAK No. 19, asset tak
commit to user
13
berwujud adalah asset non-moneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai wujud fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau
menyerahkan barang atau jasa, disewakan kepada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif IAI, 2007. Ada empat kriteria yang harus dipenuhi agar suatu asset
dapat dikategorikan sebagai asset tak berwujud: a asset tersebut dapat diidentifikasi, implikasinya asset tersebut dapat dijual, dipertukarkan, atau
disewakan; b perusahaan memiliki kontrol atas asset tersebut; c asset tak berwujud akan memberikan manfaat bagi perusahaan di masa yang akan datang;
d harga perolehan asset tersebut dapat diukur secara andal.
2.1.3 Corporate Governance