Subjek 2 HR Profil Subjek

berasal dari Jawa, meskipun tidak semuanya. Di tahun kedua AS menjalani kehidupannya di Yogyakarta AS sudah merasakan kenyamanannya dan mengatasi masalah – masalah yang dihadapi sebelumnya.

2. Subjek 2 HR

a. Deskripsi Subjek Subjek kedua dalam penelitian ini adalah seorang laki – laki berusia 19 tahun. Subjek adalah mahasiswa asal Papua yang melanjutkan studi di Yogyakarta.Subjek memiliki perawakan yang sedang, kulit hitam dan juga rambut keriting khas Papua. Subjek lahir di Sinak, Papua pada tanggal 5 Januari 1994. Dari lahir sampai dengan SMA subjek tinggal di Papua, tepatnya di daerah Dogiyai. Ketika SMA subjek tinggal di asrama di daerah Papua. Setelah SMA subjek memilih melanjutkan studi di salah satu universitas swasta di Yogyakarta. Pada saat ini Subjek berada pada semester 2. Subjek tinggal di Yogyakarta sejak tanggal 23 Agustus 2012 dan subjek tinggal di kos daerah pringgodani, mrican. b. Gambaran Umum Culture Shock yang Dialami Oleh Subjek 2 HR HR memilih untuk melanjutkan studi di Yogyakarta karena pada saat SMA HR mendapatkan pengarahan dari guru BK dan pada akhirnya HR memilih di Yogyakarta. HR mengatakan ketika tiba di Yogyakarta ia sangat terkesima dengan keadaan di Yogyakarta. HR mengatakan bahwa bangunan di Yogyakarta megah, mewah dan bagus – bagus.Jalanan di Yogyakarta juga sudah bagus – bagus itu yang semakin memotivasi HR untuk melanjutkan studi di Yogyakarta. Setibanya di Yogyakarta HR di jemput oleh salah seorang temannya dan diantarkan ke kos. Ketika memasuki lingkungan kosnya di Yogyakarta, HR merasa serba salah dan takut karena orang di lingkungannya itu banyak yang memperhatikannya, ini dikarenakan penampilan HR yang memang khas dengan penampilan orang Papua. Di sisi lain, HR merasa senang karena di Yogyakarta HR dapat bertemu dengan teman – teman SMAnya. Selain itu, HR merasa senang karena harga – harga kebutuhan di Yogyakarta relatif lebih murah jika dibandingkan dengan di Papua. Hal lain yang membuat HR senang tinggal di Yogyakarta pada saat itu adalah tersalurkannya hobi HR untuk berorganisasi. HR mengikuti beberapa organisasi di kampusnya dan itu membuat HR merasa senang. Ketika awal tiba di Yogyakarta ini HR mengaku sangat antusias untuk menjalani kehidupannya di Yogyakarta dan semangat belajarnya pada saat itu sangatlah besar. HR mengaku tinggal terpisah dengan orang tuanya bukanlah suatu masalah baginya karena HR sudah terbiasa sejak SMA. Keadaan ini menunjukkan bahwa HR sedang berada pada tahap pertama dari culture shock, yakni tahap honeymoon. HR mengaku merasakan perasaan – perasaan senang dan atusias tersebut pada lima bulan pertama HR tinggal di Yogyakarta. Memasuki bulan ke enam HR tinggal di Yogyakarta HR merasakan masalah mulai muncul dan itu membuat ia menjadi down. HR mulai merasakan rasa khawatir dengan keadaan orang tuanya yang sedang menderita sakit karena pada saat ini HR tinggal sangat jauh dengan orang tuanya. Di sisi lain, HR menyadari bahwa saat ini ia harus bisa mengatur segala sesuatunya sendiri karena saat ini ia tinggal sendiri di Yogyakarta. Kemudian HR pun merasa adanya perbedaan cara berinteraksi orang di Papua dan di Yogyakarta. Orang Papua memiliki bahasa yang agak kasar dengan nada bicara yang tinggi, ini berbeda sekali dengan orang – orang di Yogyakarta.Oleh karena itu, ketika sesama orang Papua bertemu di Yogyakarta dan mereka bertegur sapa orang – orang di Yogyakarta sering memperhatikan dan menganggap bahwa mereka sedang marah – marah. Keadaan seperti ini membuat HR merasa tidak nyaman. Selain itu, HR mengaku belum terlalu akrab dengan teman – teman di Yogyakarta, hal ini terntu saja sangat berbeda dengan keadaan ketika HR berada di Papua. Ketika di Papua HR mengaku lebih merasa bebas untuk melakukan apa saja dan berteman dengan siapa saja. Di Yogyakarta HR masih merasa takut untuk menyapa temannya dan bergabung dengan mereka karena takut sapaannya tersebut tidak dibalas. Oleh karena perbedaan cara komunnikasi tersebut HR merasa tidak nyaman untuk berteman dengan teman – teman yang berasal dari Yogyakarta. Hal ini yang kemudian mendorong HR untuk memilih bersahabat dengan teman – teman yang juga berasal dari Papua. Meskipun demikian, HR sudah pernah mencoba untuk mendekati teman – temannya di Yogyakarta akan tetapi masih ada beberapa temannya yang tidak bisa menerimanya. HR berusaha untuk melawan pikiran negatif dan perasaan tidak nyaman yang dialaminya dengan memberanikan diri untuk memulai menyapa terlebih dahulu. Akan tetapi, terkadang sapaan HR tidak dihiraukan oleh temannya. Hal ini yang membuat HR menyingkir dari temannya, walaupun masih ada beberapa temannya yang menerima HR dengan baik.HR mengatakan ketika memiliki masalah di Yogyakarta, HR memilih shareing dengan temannya yang berasal dari Papua. HR mengatakan ia merasa rindu dengan lingkungannya di Papua dan memiliki keinginan untuk kembali ke sana untuk bertemu dengan temannya. Walaupun begitu, HR mengaku tidak pernah merasakan sendirian dan kesepian tinggal di Yogyakarta karena ada teman – temannya yang juga berasal dari Papua.Hanya saja HR merasa tidak mampu untuk mengerti bahasa yang digunakan oleh orang – orang di lingkungan barunya. HR juga merasa terhambat untuk memahami penjelasan dari dosen yang menggunakan bahasa Jawa.HR sering merasakan kesalahpahaman dalam bahasa ketika awal – awal tinggal di Yogyakarta. Selain itu, HR juga terkadang merasakan rasa tidak aman pada waktu – waktu tertentu. HR mengaku bahwa semenjak tinggal di Yogyakarta HR merasa kehilangan dirinya yang dulu, saat ini ia lebih senang untuk menyendiri karena HR merasa banyak tertinggal oleh teman – teman lainnya. Meskipun demikian, HR mengatakan bahwa dirinya masih memiliki kepercayaan diri dan tidak merasakan adanya perubahan tempramen ataupun emosi dalam dirinya. Keadaan – keadaan tersebut menunjukkan bahwa HR sedang berada pada tahap crisis atau culture shock. Tahap ini dialami HR selama kurang lebih 3 bulan dan baru bisa diatasi memasuki bulan ke sembilan tinggal di Yogyakarta. HR mencoba mengatasi masalah – masalahnya diantaranya dengan membaca buku untuk menambah perbendaharaan kata untuk mempermudah ia berinteraksi dengan temannya di Yogyakarta. Setelah HR mulai mampu untuk mengatasi masalahnya ia menjadi semakin termotivasi. HR merasa senang ketika ia mampu mengatasi masalahnya dan perasaannya pun menjadi lebih baik. HR mengaku saat ini ia sudah dapat berinteraksi dengan masyarakat di lingkungan tempat tinggalnya. HR sudah dapat menjalankan rutinitasnya dengan baik. Keadaan ini menunjukkan bahwa HR sudah mulai memasuki tahap selanjutnya, yakni tahap recovery. HR memasuki tahap recovery pada saat semester 2 ini.

3. Subjek 3 VL