88
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara keseluruhan, semua subjek mengalami culture shock dan dapat mengatasi culture shock tersebut dengan beberapa usaha yang dilakukan.
Hasil penelitian yang berfokus pada tahap culture shock dan gejala culture shock ini menunjukkan bahwa terdapat empat tahap culture shock dan
delapan gejala culture shock yang dialami oleh mahasiswa asal Papua yang melanjutkan studi di Yogyakarta. Empat tahap culture shock itu adalah tahap
honeymoon yang berlangsung dalam kurun waktu 1 sampai 6 bulan di tahun pertama. Tahap selanjutnya yaitu tahap crisis atau culture shock yang
berlangsung dalam kurun waktu 3 sampai 6 bulan setelah tahap pertama. Tahap ketiga adalah tahap recovery yang dimulai setelah 6 sampai 1 tahun
subjek tinggal di Yogyakarta. Tahap keempat adalah tahap adjustment yang dimulai pada tahun kedua subjek tinggal di Yogyakarta.
Akan tetapi, tahap keempat dalam penelitian ini hanya dialami oleh ketiga subjek penelitian. Salah satu subjek penelitian HR belum memasuki
tahap adjustment, ini dikarenakan adanya faktor intrapersonal yang mempengaruhi culture shock.
Selain hasil penelitian yang berdasar pada kedua fokus penelitian terdapat temuan tambahan yang dinilai turut beperan dalam culture shock.
Temuan tambahan tersebut adalah cara mengatasi perasaan tidak nyaman pada
Tahap crisis atau culture shock. Cara tersebut antara lain: mempelajari bahasa yang digunakan oleh orang – orang di lingkungan barunya, banyak membaca
buku untuk menambah perbendaharaan kata untuk mempermudah berinteraksi dengan orang di lingkungan barunya, merubah pola pikir yang ada di dalam
diri, mencoba memahami karakter teman – teman barunya agar dapat diterima oleh teman – teman di lingkungan barunya.
B. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki keterbatasan yaitu pola pikir peneliti yang cenderung dipengaruhi oleh konsep penelitian kuantitaif. Selain itu,
pertanyaan dalam wawancara pun banyak terdapat bentuk pertanyaan tertutup yang bukan merupakan konsep wawancara bagi penelitian kualitatif.
C. Saran