BAB 1 pendahuluan partai politik

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 PENGERTIAN PARTAI POLITIK
Berorganisasi merupakan suatu prasyarat mutlak dari suatu perjuangan politik.
Dalam suatu organisasi, berbagai pihak yang sesungguhnya ragam dapat
dikonsolidasikan dalam suatu front. Keberadaan oragnisasi membuat aspirasi
kolektif sekelompok masyarakat menjadi lebih kuat posisinya dalam menghadapi
kepentingan kelompok yang bersebrangan. Prinsip inilah yang menjadi dasar
pendapat mengapa partai politik memiliki peran penting dalam proses dinamika
pelembagaan demokrasi. Proses pelembagaan demokrasi akan sangat ditentukan
oleh kelembagaan oraganisasi politik. Sebagai bagian dari system dmokrasi itu
sendiri (Asshiddiquie, 2006).
Dari sudut pandang ilmu hukum tata negara, Asshiddiqie (2006)
mengungkapkan, terdapat beragam pandangan mengenai partai politik. Salah satu
kubu, antara lain dipelopori oleh Schattschneider melihat partai politik sebagai
pilar penentu demokrasi, yang oleh karenanya sangat penting untuk diperkuat
derajat pelembagaanya dalam suatu sistem politik yang demokratis. Di sisi lain,
terdapat pula pandangan skeptis dan kritis yang melihat partai politik tidak lebih
dari kendaraan politik bagi sekelompok elite yang berkuasa atau yang ingin
berkuasa. Dari sudut pandang ilmu hukum tata negara, Asshiddiqie (2006)

mengungkapkan, terdapat beragam pandangan mengenai partai politik. Salah satu
kubu, antara lain dipelopori oleh Schattschneider melihat partai politik sebagai
pilar penentu demokrasi, yang oleh karenanya sangat penting untuk diperkuat
derajat pelembagaanya dalam suatu sistem politik yang demokratis. Di sisi lain,
terdapat pula pandangan skeptis dan kritis yang melihat partai politik tidak lebih
dari kendaraan politik bagi sekelompok elite yang berkuasa atau yang ingin
berkuasa.
Menurut Asshiddiqie sendiri, partai politik sendiri dapat diartikan sebagai “…
suatu bentuk pelembagaan sebagai wujud ekspresi ide-ide, pikiran-pikiran,
pandangan dan keyakinan bebas dalam masyarakat demokratis…“, yang “…

bertindak sebagai perantara dalam proses-proses pengambilan keputusan bernegara,
yang menghubungkan antara warga negara dengan institusi-institusi kenegaraan…“,
sehingga “…berperan dalam proses dinamis perjuangan nilai dan kepentingan (value
and interest) dari konstituen yang diwakilinya…“. Dengan kata lain, partai politik
adalah media aspirasi bagi masyarakat luas untuk ikut dalam proses penentuan
kebijakan dalam kehidupan bernegara.

Menurut Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 pasal 1, definisi partai politik adalah
“…organisasi yang bersifat nasional dan dibentuk oleh sekelompok warga

negara Indonesia secara sukarela atas dasar kesamaan kehendak dan cita-cita
untuk memperjuangkan dan membela kepentingan politik anggota, masyarakat,
bangsa dan negara, serta memelihara keutuhan Negara Kesatuan Republik
Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945“.
1.2 FUNGSI PARTAI POLITIK
Dalam Asshiddiqie (2006) disebutkan, menurut Andrew Knapp fungsi partai politik
mencakup antara lain:

• Mobilisasi dan integrasi,
• Sarana pembentukan pengaruh terhadap perilaku memilih,
• Sarana rekruitmen pemilih, dan
• Sarana elaborasi pilihan-pilihan kebijakan,
Menurut Budiardjo (2003),ada empat fungsi partai politik, yaitu komunikasi politik,
sosialisasi politik, rekruitmen politik dan pengelolaan konflik. Penjabaran dari
keempat fungsi tersebut, adalah sebagai berikut:

• Sarana Komunikasi Politik: Partai politik bertugas menyalurkan beragam aspirasi
masyarakat


dan

menekan

kesimpangsiuran

pendapat

di masyarakat.

Keberadaan partai politik menjadi wadah penggabungan aspirasi anggota
masyarakat yang senada (interest aggregation) agar dapat di rumuskan secara
lebih terstruktur atau teratur (interest articulation). Selanjutnya, partai politik
merumuskan aspirasi tersebut menjadi suatu usulan kebijak(sana)an, untuk

diajukan kepada pemerintah agar menjadi suatu kebijakan publik. Di sisi lain,
partai politik bertugas membantu sosialisasi kebijakan pemerintah, sehingga
terjadi suatu arus informasi berkesinambungan antara pemerintah dan
masyarakat.
• Sarana Sosialisasi Politik: Dalam usahanya untuk memperoleh dukungan luas

masyarakat, partai politik akan berusaha menunjukkan diri sebagai pejuang
kepentingan umum. Oleh karena itu partai politik harus mendidik dan
membangun orientasi pemikiran anggotanya (dan masyarakat luas) untuk
sadar akan tanggungjawabnya sebagai warga negara. Proses tersebut
dinamakan sosialisasi politik, yang wujud nyatanya dapat berbentuk ceramah
penerangan, kursus kader, seminar dan lain-lain. Lebih lanjut, sosialisasi
politik dapat pula diartikan sebagai usaha untuk memasyarakatkan
(Asshiddiqie, 2006) ide, visi dan kebijakan strategis partai politik kepada
konstituen agar mendapatkan feedback berupa dukungan masyarakat luas.
• Sarana Rekruitmen Politik: Partai politik memiliki fungsi untuk mencari dan
mengajak orang yang berbakat untuk aktif berpolitik sebagai anggota partai
politik tersebut (political recruitment). Hal ini merupakan suatu usaha untuk
memperluas partisipasi politik. Selain itu, rekruitmen politik yang di arahkan
pada generasi muda potensial menjadi sarana untuk mempersiapkan regenerasi
kepemimpinan di dalam struktur partai politik.
• Sarana Mengelola Konflik: Partai politik bertugas mengelola konflik yang muncul
di masyarakat sebagai suatu akibat adanya dinamika demokrasi, yang
memunculkan persaingan dan perbedaan pendapat.
Adapun dalam Undang-Undang No. 2 Tahun 2008 pasal 11 ayat 1 disebutkan bahwa
fungsi partai politik adalah sebagai sarana:


• Pendidikan politik bagi anggota dan masyarakat luas agar menjadi warga negara
Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya dalam kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
• Penciptaan iklim yang kondusif bagi persatuan dan kesatuan bangsa indonesia
untuk kesejahteraan masyarakat.
• Penyerap,

penghimpun

dan

penyalur

aspirasi

merumuskan dan menetapkan kebijakan negara.

politik


masyarakat

dalam

• Partisipasi politik warga negara Indonesia, dan
• Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui mekanisme
demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.
1.3 PENGERTIAN STRUKTUR PARTAI POLITIK
Sesuai dengan isi pada Pembukaan UUD 1945 dan Batang Tubuh UUD 1945
bahwa Indonesia menganut sistem multi partai yaitu sistem yang pada pemilihan
kepala negara atau pemilihan wakil-wakil rakyatnya dengan meelalui pemilihan
umum yang diikuti oleh banyak partai.
Sistem multi partai dianut karena keanekaragaman yang dimiliki oleh negara
Indonesia sebagai negar kepulaaan yang di dalamnya terdapat perbedaan ras, agama,
atau suku bangsa adalah kuat,golongan-golongan masyarakat lebih cenderung untuk
menyalurkan ikatan-ikatan terbatas (primodial) tadi dalam saru wadah saja.
Di dalam sistem demokrasi yang ada di Indonesia. Partai politik diselenggarakan
dengan tujuan sebagai berikut:
• Partai sebagai sarana Komunikasi Politik
Partai politik mempunyai tugas adalah menyalurkan aneka ragam pendapat dan

inspirasi masyarakat dan mengatur dari pada kesimpangsiuran pendapat dari
masyarakat berkurang. Pendapat yang telah disalurkan akan ditampung dan disatuikan
agar tercipta kesamaan tujuan. Proses penggabungan pendapat dan inspirasi tersebut
dinamakan penggabungan kepentingan (interest aggregation). Sesudah penggabungan
tersebut
Di sisi lain partai politik juga sebagai bahan perbincangan dalam menyebarluaskan
kebijakan-kebijakan pemerintah. Di sisi ini politik sebagai wahana perantara anatara
pemerintah dengan warga negara. Dimana wahana ini berfungsi sebagai pendengar
bagi pemerinytah dan sebagai pengeras suara bagi masyarakat.
• Partai sebagai sarana Sosialisasi Politik
Partai politik memiliki peranan yaitu sebagai sarana sosialisasi politik. Di dalam ilmu
poltik, Sosialisasi Politik diartikan sebagai proses melalaui mana seseorang
memperoleh sikap dan orientsi terhadap fenomena politik, yang umumnya berlaku

dalam masyarakat di mana ia berada. Biasanya proses sosialisasi berjalan secara
berangsur-angsur dari mssa kanak-kanak sampai dewasa.
Dalam hal ini partai politik sebagai salah satu sarana sosialisasi politik. Dalam
menguasai pemerintah melalui kemenangan dalam pemilihan umum, dan partai harus
mendapat dukungan secara seluas-luasnya.
• Partai sebagai sarana Recruitment Politik

Partai politik juga berfungsi untuk mencari dan mengajak orang yang berbakat untuk
turut dalam kegiatan politik sebagai anggota partai (political recruitment). Dengan
demikian partai turut memperluas partisipasi politik. Caranya dengan melalui kotak
pribadi, persuasi dan lain-lain. Dan partai politik juga, berfungsi juga dalam mendidik
kader-kader muda untuk menggantikan kader yang lama.
• Partai sebagai sarana Pengatur Konflik
Dalam suasana demokrasi, persaingan dan perbedaan pendapat dalam masyarakat
merupakan soal yang wajar. Jika sampai terjadi konflik, partai politik berusaha dalam
mengatasinya.
STRUKTUR POLITIK DI INDONESIA
Di bawah ini adalah beberapa penjabaran apa yang dimaksud dengan kelompok
kepentingan, kelompok elit, kelompok birokrasi dan massa.
• Kelompok Kepentingan
Kelompok kepentingan (intrest group) adalah suatu kelompok yang mempunyai
tujuan untuk memperjuangkan “kepentingan” dan mempengaruhi lembaga-lembaga
politik agar mendapatkan keputusan yang menguntungkan atau menghindarkan
keputusan yang merugikan.
Kelompok ini tidak berusaha untuk menempatkan wakil-wakilnya dalam dewan
perwakilan rakyat, melainkan cukup mempengaruhi satu atau beberapa partai di
dalamnya atau instansi pemerintah atau menteri yang berwenang.

Contohnya kelompok-kelompok

• Kelompok Elit
Kelompok elit adalah kelompok yang terorganisisr yajgn anggota-anggotanya
mempunyai orientasi, nilai-nilai, dan cita-cita yang sama. Tujuannya yaitu untuk
memperoleh kekuasaan politik dan merebut kedudukan politik, biasanya dengan cara
konstitusional
Contohnya yaitu elit politik yang di dalamnya terdapat kader-kader yang nantinya
akan dipilih melalui pemilihan ketua umum partai. Pemilihan ini diikuti oleh anggotaanggota yang terdaftar di dalam partai tersebut.
• Kelompok Birokrasi
Suatu kelompok yang memiliki peranan dalam prroses terciptanya suatu kebijakan
umum yang diambil dari bawah ke atas atau dari atas ke bawah yang keputusan itu
sangat bermanfaat.
Contohnya Pembuatan SKCK yang prosesnya dimulai dari tingkata terkecil yaitu RT,
RW dan dilanjutkan Kelurahan sebelum SKCK dibuat di POLSEK ataupun POLRES.
• Massa
Massa merupakan sekumpulan orang yang berpatisipasi dalam proses pemilihan
pemimpin-pemimpin politik dan turutn serta secara langsung atau tidak langsung
dalam pembentukan kebijakan umum yang merupakan tujuan dari terbentuknya partai
politik.


1.4 PENGERTIAN SISTEM KEPARTAIAN
Ada dua alasan mengapa, klasifikasi party systems dianggap penting.
1.

secara umum party systems membahas ttg bagaimana kompetisi maupun

kerjasama antara partai-2 yg berbeda dalam sistem tersebut.
2.

upaya klasifikasi sistem kepartaian tetap saja penting dan selalu muncul krn

mempelajari klasifikasi sistem kepartaian memberikan suatu cara yang berguna untuk
mensimplifikasi realitas yang amat sangat kompleks. Bayangkan kalau kita harus
menguasai semua variabel /spesifikasi sistem kepartaian yang ada di dalam semua
negara demokrasi liberal. Sistem kepartaian akan memandu mereka yg baru belajar
partai politik hingga mereka mendapatkan pemahaman yg jauh lebih komprehensif.

Dua hal itulah yg membuat mengapa pengklasifikasian sistem kepartaian dianggap
sebagai tahap penting dlm membandingkan berbagai macam sistem kepartaian

(Ware,1996:147). Pada sekitar dekade 50-70-an, kebanyakan ilmuwan politik percaya
bhw hanya sedikit saja jumlah sistem kepartaian yang ada di negara-2 demokrasi
liberal. Klasifikasi yg paling awal & kasar adl pengelompokan sistem kepartaian ke
dalam two party systems dan multiparty systems (Ware,1996:147)
Meskipun demikian klasifikasi sistem kepartaian yg selanjutnya diperkenalkan oleh
Sartori baru menunjukkan aroma kompleksitas yang jauh lebih rumit dibanding pada
awal diskursus sistem kepartaian. Sayangnya, di dunia nyata terlalu banyak variabel
yang mempengaruhi bagaimana suatu sistem kepartaian berkembang, shg membuat
klasifikasi sistem kepartaian kadang menjadi sesuatu hal yg mengecewakan.
Definisi Sistem Kepartaian
1.

Ramlan Surbakti (1992)

Sistem kepartaian mrp pola perilaku & interaksi di antara sejumlah partai politik dlm
suatu sistem politik
2.

Austin Ranney (1990)

Istilah sistem kepartaian mengacu pada pemahaman thd karakteristik umum konflik
partai (interaksi) dlm lingkungan di mana dia berkiprah yg bisa diklasifikasikan
menurut beberapa kriteria.
3.

Riswandha Imawan (2004)

Pola interaksi antar partai politik dlm satu sistem politik yg menentukan format &
mekanisme kerja satu sistem pemerintahan
4.

Hague & Harrop (2004)

Interaksi antar parpol-2 yg signifikan (perolehan suaranya). Dlm neg. demokrasi,
partai-2 saling merespon satu sama lain dlm persaingan yg kompetitif. Sistem
kepartaian juga mrefleksikan regulasi legal yang berlaku bagi semua partai.
Ciri Party Systems
1. Aktor Utama: parpol
2. merupakan produk dari satu pemilu
3. orientasi aktivitas: kuasai posisi struktur&isu-2 pemerintahan
4. predictable

Syarat Sistem Kepartaian:
Ø Adanya Pola hubungan dlm aktivitas parpol. Pola hubungan ini akan tentukan
perilaku partai politik.
Ø Berkaitan dengan sistem politik. Perbedaan sistem politik akan berpengaruh
terhadap struktur, fungsi,dan interaksi antar parpol.
Ø Berlaku dalam suatu negara yang memiliki lebih dari satu partai. Adanya lebih dari
1 partai memungkinkan terjadinya kompetisi
Penggolongan Sistem Kepartaian:
1)

Berdasarkan jumlah parpol (Maurice Duverger)

Ø Bentuk Partai Tunggal
a.

Partai Tunggal Otoriter
Adalah Suatu sistem kepartaian yg di dalamnya tdpt lebih dari satu partai, tetapi

ada satu partai besar yg digunakan o/ penguasa sbg alat memobilisasi masy dan
mengesahkan kekuasaannya. Partai-2 lain kurang dpt menampilkan diri krna ruang
gerak dibatasi penguasa. Diterapkan negara-2 berkembang yg menghadapi masalah
integrasi nasional dan keterbelakangan ekonomi.
b.

Partai Tunggal Totaliter
Mengkondisikan parpol benar-2 sbg mesin politik yg efektif. Parpol bukan

berfungsi sebagaimana di negara-2 demokratis, tetapi mjd alat kekuasaan yg masuk ke
semua lini kehidupan masyarakat.
c.

Partai Tunggal Dominan
Terdapat lebih dari 1 partai dan hanya ada satu partai saja yg dominan. Partai-2

lain tdk mampu menyaingi meski miliki kesempatan sama dalam pemilu. Partai
dominan biasanya lebih dahulu muncul shg sudah berakar dlm masyarakat. Contoh:
Liberal Democratic Party (LDP) di Jepang.
Ø Sistem Banyak Partai
Sistem yang terdiri atas lebih dari dua partai yang dominan dan Merupakan produk
dari masyarakat yang majemuk yang kemudian sering terjadi adalah pemerintahan
koalisi.
Ø Dua Partai Bersaing
Terdapat dua partai yang bersaing untuk mendapatkan kekuasaan. Teradapat
pembagian tugas, di mana partai pemenang akan memerintah,dan partai yang kalah
akan menjadi oposisi yang loyal.
2)

Berdasar jarak ideologi antar parpol (Giovanni Sartori,1976)

Penggolongan sist. kepartaian berdasar jumlah partai memang cukup mampu secara
teoritis menjelaskan & menggeneralisasikan sist. kepartaian di berbagai negara,
namun kelemahan mendasarnya adlh penggolongan berdasar jumlah partai tdk cukup
mampu jelaskan stabilitas interaksi antar partai & kaitannya dg. stabilitas
pemerintahan.
Karena itu, menurut Sartori, sistem kepartaian bukan sekedar masalah jumlah
partai,melainkan jarak ideologi antar partai. Yang dimaksud di sini adalah
penggolongan sistem kepartaian berdasarkan jumlah kutub (polar),jarak antar
kutub(polaritas),dan arah perilaku politik.
Bagi Sartori, satu parpol dihitung atau tidak dalam sistem kepartaian tergantung atas
dua hal sbb:

a.

Coalition potential

Partai harus dibutuhkan, atau paling tidak, dlm beberapa kondisi, partai potensial dlm
bentuk koalisi pemerintahan
b.

Blackmail potential

Keberadaan partai mempengaruhi taktik kompetisi antar parpol yg memiliki coalition
potential.
Sist.kepartaian

Kutub

Polaritas

Arah perilaku politik

Pluralisme sederhana

Bipolar

Tidak ada

Sentripetal

Pluralisme moderat

Bipolar

Kecil

Sentripetal

Pluralisme ekstrim

Multipolar

Besar

Sentrifugal

Tabel Klasifikasi Sistem Kepartaian
Berdasar Jarak Ideologi
(Sartori)
Keterangan :
Ø Bipolar: Kegiatan aktual suatu sistem partai yang bertumpu pada dua kutub, meski
jumlah partai lebih dari dua karena tidak adanya perbedaan yang tajam dalam ideologi
parpol yang ada.
Ø Multipolar: Sistem partai yang bertumpu pada lebih dari dua kutub yang biasanya
terdiri atas lebih dari dua partai dan terdapat perbedaan ideologi yang tajam antara
keduanya
Sistem Pluralisme Sederhana
Memiliki dua kutub (bipolar), artinya kutub ideologi yg mendominasi antara partai-2
yg ada terbagi dalam ideologi dua partai yang dominan. Nyaris tdk ada jarak ideologi
antara partai-2 tersebut sehingga tidak ada perbedaan yg mendasar,maka arah perilaku
politik cenderung memusat (sentripetal) ke arah integrasi nasional. Contoh: Amerika
Serikat.
Sistem Pluralisme Moderat
Jumlah partai yg dominan lebih dari dua, namun kurang dari lima. Kutub ideologi
terbagi pada dua kutub besar yg dianut partai-2 politik. Jarak ideologi relatif

kecil,meskipun lebih besar dari sistem pluralisme sederhana akan tetapi meski ada
jarak idelogi,hal tsb tdk berbahaya bagi integrasi nasional (sentripetal)
Sistem Pluralisme Ekstrem
Terdapat lebih dari 5 parpol yg sama kuat. Perbedaan ideologi antar parpol sangat
tajam sehingga Hal ini diakibatkan oleh kutub ideologi yg mutipolar,atau sistem
kepartaian yg bertumpu pada lebih dari dua kutub. Solusi yg ditawarkan parpol-2 yg
ada cenderung bertentangan shg sulit mencapai titik temu. Hal inilah yg
memungkinkan tjd-nya perpecahan politik & instabilitas. Perilaku politik cenderung
sentrifugal,menjauhi integrasi nasional.
Type

Definisi

Dominant Party System

Satu

Examples

partai

selalu

pemerintahan,

baik

berada

di

memerintah

LDP, ANC, UMNO, Golkar
Baru

sendiri ataupun dg berkoalisi
Two Party System

Dua
untuk

partai

utama

membentuk

berkompetisi

UK, US

pemerintahan

satu partai
Multyparty System

DPR terdiri atas beberapa partai,
dan membentuk pmrth-an dg koalisi
partai-2 kecil tsb

3)

Berdasar Relasi Partai & Pemerintahan

Belgia, Belanda, Skandinavia