Studi Perbandingan Kandungan Besi (Fe) dan Tembaga (Cu) di Dalam Air Minum yang Diproduksi oleh PDAM Tirtanadi pada Unit Produksi Deli Tua dan Sunggal Medan

(1)

http://pdam-tirtanadi.com/Pelayanan/UnitProduksiAirBersih/. Diakses Tanggal 16 Februari 2016


(2)

Lampiran 1. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Seri Standar Fe dengan Spektrofotometer Serapan Atom pada spesifik = 248,3 nm

No. Konsentrasi

(mg/L) A1 A2 A3 ̅

1. 0,0 0,0016 0,0019 0,0018 0,0017

2. 0,2 0,0177 0,0162 0,0173 0,0171

3. 0,4 0,0314 0,0318 0,0323 0,0318

4. 0,6 0,0479 0,0480 0,0475 0,0478

5. 0,8 0,0622 0,0631 0,0619 0,0624

6. 1,0 0,0814 0,0817 0,0809 0,0813

Lampiran 2. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Larutan Seri Standar Cu dengan

Spektrofotometer Serapan Atom pada spesifik = 324,8 nm

No. Konsentrasi

(mg/L) A1 A2 A3 ̅

1. 0,0 0,0003 0,0002 0,0002 0,0002

2. 0,2 0,0354 0,0359 0,0352 0,0355

3. 0,4 0,0737 0,0739 0,0735 0,0737

4. 0,6 0,1079 0,1093 0,1089 0,1087

5. 0,8 0,1448 0,1434 0,1423 0,1435


(3)

Lampiran 3. Kandungan Logam Fe dalam Sampel Air

No. Kode Sampel Kandungan Logam Fe (mg/L)

1. RA 0,3301 ± 0,0383

2. A 0,4473 ± 0,0006

3. RB 0,3489 ± 0,0009

4. B 0,5979 ± 0,0013

Lampiran 4. Kandungan Logam Cu dalam Sampel Air

No. Kode Sampel Kandungan Logam Cu (mg/L)

1. RA 0,0036 ± 0,000022

2. A 0,0102 ± 0,000158

3. RB 0,0007 ± 0,000086

4. B 0,0068 ± 0,000072

Lampiran 5. Kondisi Alat Spektrofotometer AA-7000 pada Absorbansi Fe

No. Parameter Spesifikasi

1 Comment Flame

2 Panjang Gelombang (nm) 248,3

3 Lebar Celah (nm) 0,2


(4)

Lampiran 6. Kondisi Alat Spektrofotometer AA-7000 pada Absorbansi Cu

No. Parameter Spesifikasi

1 Comment Flame

2 Panjang Gelombang (nm) 324,8

3 Lebar Celah (nm) 0,7

4 Ketinggian Burner (mm) 7,0

5 Tipe Nyala Udara – C2H2

6 Kecepatan aliran Gas Pembakar (L/min) 1,8

7 Kecepatan aliran udara (L/min) 15,0


(5)

Lampiran 8. Permenkes RI No. 492/MENKES/PER/IV/2010 untuk Air Minum

No Jenis Parameter Satuan

Kadar Maksimum yang

diperbolehkan 1 Parameter yang berhubungan langsung

dengan kesehatan

a. Parameter Mikrobiologi

1. E. Coli Jumlah per

100 ml sampel

0

2. Total Bakteri Koliform Jumlah per 100 ml sampel

0

b. Kimia Anorganik

1. Arsen mg/L 0,01

2. Fluorida mg/L 1,5

3. Total Kromium mg/L 0,05

4. Kadmium mg/L 0,003

5. Nitrit (Sebagai NO2-) mg/L 3

6. Nitrat (Sebagai NO3-) mg/L 50

7. Sianida mg/L 0,07

8. Selenium mg/L 0,01

2 Parameter yang tidak langsung berhubungan dengan kesehatan

a. Parameter Fisik

1. Bau Tidak Berbau

2. Warna TCU 15

3. Total zat padat terlarut (TDS) mg/L 500

4. Kekeruhan NTU 5

5. Rasa Tidak Berasa


(6)

10.Amonia mg/L 1,5

Lampiran 9. WHO Volume 4 Tahun 2011 untuk Air Minum

No Jenis Parameter Satuan

Kadar Maksimum yang

diperbolehkan

1. Warna TCU 15

2. Total zat padat terlarut (TDS) mg/L 600

3. Kekeruhan NTU 5

4. pH 6,5-8,5

5. Aluminium mg/L 0,2

6. Besi mg/L 0,3

7. Mangan mg/L 0,4

8. Tembaga mg/L 2

9. Natrium mg/L 200

10. Kesadahan mg/L 500

11. Khlorida mg/L 250

12. Khlorin mg/L 5

13. H2S mg/L 0,1

14. Sulfat mg/L 250

15. Amonia mg/L 1,5

16. Xilena mg/L 0,5

17. Stirena mg/L 0,02


(7)

DAFTAR PUSTAKA

Achmad, R. 2004. Kimia Lingkungan. Edisi 1. Yogyakarta: Penerbit Andi

Alaerts, I. G. 1987. Metode Penelitian Air. Surabaya: Usaha Nasional

Apriyanto, R. 1987. Sampel Pretreatment and Separation. New York: John Wiley and Sons.

Atkins, D. 2007. Seri Diet Korektif. Jakarta : PT. Alex Media Komputindo

Christian, G. D. 2004. Analytical Chemistry. Sixth Edition. New York: McGraw-Hill

Cotton, F. A., Wilkinson, G., Gaus, P. L. 1995. Basic Inorganic Chemistry. Third Edition. New York: John Wiley & Sons

Davis, C. V. 1952. Handbook Of Applied Hidraulics. Second Edition. New York: McGraw-Hill Book Company.

Degremont. 1979. Water Treatment Handbook. Fifth Edition. New York: John Wiley and Sons.

Effendi, H. 2003. Telaah Kualitas Air. Cetakan Pertama. Yogyakarta: Penerbit Kanisius

Hasibuan, I. A. 2015. Analisis Perbandingan Kadar Aluminium (Al) pada Air Baku dan Air Reservoir PDAM Tirtanadi IPA Sunggal Secara Kolorimetri. Medan: Universitas Sumatera Utara


(8)

Palar, H. 2004. Pencemaran dan Toksikologi Logam Berat. Jakarta: Rineka Cipta

Pemerintah Republik Indonesia. 2001. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta

Raimon. 1992. Perbandingan Metode Destruksi Basah dan Kering terhadap Penentuan Fe, Cu, dan Zn. Palembang: Edisi khusus BIPA.

Rohman, A. 2007. Kimia Farmasi Analisis. Cetakan 1. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Siregar, A. C., 2014. Penentuan Kadar Besi (Fe) dari Air Baku dan Air Reservoir pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Instalasi Pengolahan Air Tirtanadi Limau Manis Secara Spektrofotometri Sinar Tampak. Medan: Universitas Sumatera Utara

Suryanata, A. 2015. Studi Perbandingan Kandungan Besi (Fe) dan Aluminium (Al) Didalam Air Minum yang Diproduksi oleh PDAM Tirtanadi pada Unit Produksi Cabang Sei Agul, Medan Labuhan dan Sunggal Medan.Medan: Universitas Sumatera Utara

Sutrisno, T. 2002. Teknologi Penyediaan Air Bersih. Jakarta: Rineka Cipta

Underwood, D. A., 2002. Analisa Kimia Kuantitatif. Jilid 6. Jakarta: Erlangga

Underwood, J. C. E., 1996. Patologi Umum dan Sistematik. Edisi Kedua. Volume I. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran

Vogel, A. I. 1994. Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik. Edisi 4. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC

Vogel, A. I. 1985. Buku Teks Anorganik Kualitatif Makro dan Semi Mikro. Edisi Kelima. Jakarta : Kalman Media Pustaka

Widowati, W. A. S., 2008. Efek Toksik Logam Pencegahan dan Penanggulangan Pencemaran. Yogyakarta : Penerbit ANDI


(9)

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1. Alat dan Bahan

3.1.1 Alat

- Atomic Absorbtion Spectrophotometer Shimadzu AA-7000

- Neraca Analitk Shimadzu ATX 224

- Hot plate Fisher

- Labu ukur Pyrex

- Corong Pyrex

- Beaker Glass Pyrex

- Pipet Volume Pyrex

- Maat Pipet Pyrex

- Kertas saring Whatman No.42

- Pipet Bola tiga katup Fisher

- Indikator pH Universal E. Merck

- Pipet Tetes - Botol akuades - Pengaduk Kaca - Spatula


(10)

3.1.2. Bahan

- HNO3(p) p.a. (E. Merck)

- H2SO4(p) p.a. (E. Merck)

- FeSO4.7H2O p.a. (E. Merck)

- CuSO4.5H2O p.a. (E. Merck)

- KMnO4 0,1 N p.a. (E. Merck)

- Aquadest

- Sampel air PDAM

- Sampel air kran penduduk konsumen PDAM

3.2. Prosedur Penelitian

3.2.1. Pengambilan Sampel

Sampel air diambil dari Reservoir Instalasi Produksi Air (IPA) pada IPA Deli Tua dan Sunggal kemudian dimasukkan kedalam wadah tertutup rapat. Sampel air juga diambil secara acak dari rumah warga konsumen masing-masing unit produksi PDAM Tirtanadi kemudian dimasukkan kedalam wadah tertutup rapat.

3.2.2. Pembuatan Larutan Standar Fe

a. Larutan Blanko

Sebanyak 50 mL akuades ditambahkan dengan 5 mL HNO3(p) kemudian

dipanaskan sampai setengah volume awal kemudian disaring kedalam labu takar 50 mL dan diencerkan sampai garis tanda dan dihomogenkan.


(11)

b. Pembuatan Larutan Induk Fe 1000 mg/L

Sebanyak 50 mL aquadest dimasukkan kedalam Beaker glass, kemudian ditambahkan 20 mL H2SO4 pekat secara perlahan-lahan melalui dinding Beaker

glass.

Sebanyak 4,9784 g FeSO4.7H2O dimasukkan ke dalam Beaker glass yang

telah berisi campuran aquadest dan H2SO4, diaduk hingga seluruh kristal larut

sempurna, dimasukkan ke dalam labu takar 1000 mL, ditambahkan KMnO4 0,1 N

setetes demi setetes sampai diperoleh warna merah muda, ditambahkan aquadest hingga garis tanda dan dihomogenkan.

c. Pembuatan Larutan Standar Fe 100 mg/L

Dipipet sebanyak 10 mL larutan induk Fe 1000 mg/L dan dimasukkan kedalam labu takar 100 mL, ditambahkan aquadest hingga garis tanda dan dihomogenkan.

d. Pembuatan Larutan Standar Fe 10 mg/L

Dipipet sebanyak 10 mL larutan standar Fe 100 mg/L dan dimasukkan kedalam labu takar 100 mL, ditambahkan aquadest hingga garis tanda dan dihomogenkan.

e. Pembuatan Larutan Seri Standar Fe 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 ; dan 1,0 mg/L

Dipipet masing-masing sebanyak 1,0 ; 2,0 ; 3,0 ; 4,0 dan 5,0 mL larutan standar Fe 10 mg/L dan dimasukkan kedalam labu takar 50 mL, ditambahkan aquadest hingga garis tanda dan dihomogenkan.


(12)

3.2.3. Pembuatan Larutan Standar Cu

a. Larutan Blanko

Sebanyak 50 ml aquadest ditambahkan dengan 5 ml HNO3(p) kemudian

dipanaskan sampai setengah volume awal kemudian disaring kedalam labu takar 50 ml dan diencerkan sampai garis tanda dan dihomogenkan

b. Pembuatan Larutan Induk Cu 1000 mg/L

Sebanyak 3,9291 g CuSO4.5H2O dimasukkan ke dalam Beaker glass yang telah

berisi aquadest, diaduk hingga seluruh kristal larut sempurna, dimasukkan ke dalam labu takar 1000 mL, ditambahkan aquadest hingga garis tanda dan dihomogenkan.

c. Pembuatan Larutan Standar Cu 100 mg/L

Dipipet sebanyak 10 mL larutan induk Cu 1000 mg/L dan dimasukkan kedalam labu takar 100 mL, ditambahkan aquadest hingga garis tanda dan dihomogenkan.

d. Pembuatan Larutan Standar Cu 10 mg/L

Dipipet sebanyak 10 mL larutan standar Cu 100 mg/L dan dimasukkan kedalam labu takar 100 mL, ditambahkan aquadest hingga garis tanda dan dihomogenkan.

e. Pembuatan Larutan Seri Standar Cu 0,2 ; 0,4 ; 0,6 ; 0,8 ; dan 1,0 mg/L

Dipipet masing-masing sebanyak 1,0 ; 2,0 ; 3,0 ; 4,0 dan 5,0 mL larutan standar Cu 10 mg/L dan dimasukkan kedalam labu takar 50 mL, ditambahkan aquadest hingga garis tanda dan dihomogenkan.


(13)

3.2.4. Preparasi Larutan Sampel

Sampel air diukur sebanyak 250 mL dimasukkan ke dalam beakerglass 500 mL, ditambahkan HNO3(p) hingga pH≈3. Diambil sebanyak 100 mL kemudian

dimasukkan kedalam Beaker glass dan ditambahkan 5 mL HNO3(p). Dipanaskan

perlahan diatas hot plate hingga volume 15-20 mL, kemudian ditambahkan 50 mL aquadest dan dimasukkan kedalam labutakar 100 mL melalui kertas saring Whatman No. 42, Diencerkan dengan aquadest hingga garis tanda dan diaduk hingga homogen.


(14)

3.3. Bagan Penelitian

3.3.1. Pembuatan Kurva Kalibrasi Besi (Fe)

Catatan :Dilakukan perlakuan yang sama untuk larutan seri standar besi (Fe) 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; dan 1,0 mg/L

3.3.2. Pembuatan Kurva Kalibrasi Tembaga (Cu)


(15)

3.3.3. Penyediaan Larutan Sampel

3.3.3.1. Preparasi dan Penentuan Kadar Logam Besi (Fe) pada Sampel

Catatan : Dilakukan perlakuan yang sama untuk sampel air baku penduduk masing-masing di sekitar unit produksi


(16)

3.3.3.2. Preparasi dan Penentuan Kadar Logam Tembaga (Cu) pada Sampel

Catatan : Dilakukan perlakuan yang sama untuk sampel air baku penduduk masing-masing di sekitar unit produksi


(17)

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Logam Besi (Fe)

Data hasil pengukuran absorbansi besi pada air PDAM dengan metode Spektrofotometri Serapan Atom adalah pada tabel 4.1 dibawah ini:

Tabel 4.1. Data Hasil Pengukuran Absorbansi Logam Fe pada Air PDAM dengan metode SSA pada spesifik = 248,3 nm

No. Kode Sampel

Absorbansi

A1 A2 A3 ̅

1 RA 0,0277 0,0276 0,0258 0,0270

2 A 0,0365 0,0361 0,0362 0,0362

3 RB 0,0286 0,0288 0,0282 0,0285

4 B 0,0478 0,0479 0,0486 0,0481

Keterangan:


(18)

4.1.1.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Kurva Kalibrasi

untuk Larutan Standar Fe

Data absorbansi yang diperoleh untuk suatu seri larutan standar Fe diplotkan terhadap berbagai konsentrasi larutan standar yaitu pada pengukuran 0,0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 sehingga diperoleh kurva kalibrasi yang berupa garis linear pada gambar 4.1. dibawah ini:

Gambar 4.1. Kurva Kalibrasi Larutan Seri Standar Fe

Persamaan garis regresi ini diturunkan dengan metode Least Square, dimana konsentrasi larutan standar dinyatakan sebagai Xi dan absorbansi dinyatakan sebagai Yi dengan data pada tabel 4.2 berikut:

y = 0,0786x + 0,0011 r = 0,9993

0.0000 0.0100 0.0200 0.0300 0.0400 0.0500 0.0600 0.0700 0.0800 0.0900

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2

A b so rb a n si


(19)

Tabel 4.2. Data Hasil Penurunan Persamaan Garis Regresi Larutan Seri Standar Fe

No. Xi Yi ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅

1 0,0 0,0017 -0,50 -0,03865 0,019325 0,25 0,001494

2 0,2 0,0171 -0,30 -0,02325 0,006975 0,09 0,000541

3 0,4 0,0318 -0,10 -0,00855 0,000855 0,01 0,000073

4 0,6 0,0478 0,10 0,00745 0,000745 0,01 0,000056

5 0,8 0,0624 0,30 0,02205 0,006615 0,09 0,000486

6 1,0 0,0813 0,50 0,04095 0,020475 0,25 0,001677

 3,0 0,2421 0,00 0,00 0,054990 0,70 0,004326

̅ ∑

̅ ∑

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis:

Dimana:

slope intersept


(20)

4.1.1.2. Penentuan Koefisian Korelasi

Koefisien Korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

∑ ̅ ̅ √∑ ̅ ̅

4.1.1.3. Penentuan Kandungan Besi

Kandungan besi dapat ditentukan dengan menggunakan metode kurva kalibrasi dengan mensubstitusi nilai absorbansi yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap persamaan garis regresi kurva kalibrasi.

4.1.1.3.1. Penentuan Kandungan Besi pada Air Minum dalam mg/L

Dari data pengukuran absorbansi besi untuk sampel air PDAM diperoleh absorbansi sebagai berikut:

A1 = 0,0277 A2 = 0,0276 A3 = 0,0258

Dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) ke persamaan garis regresi:

Dengan derajat pengenceran = 1, makan diperoleh konsentrasi Fe total yaitu: X1 = 0,3390


(21)

̅ ∑

̅

̅

̅

∑ ̅

√∑ ̅

Dari data hasil distribusi t student untuk n = 3, dengan derajat kebebasan (dk)= n-1 = 2 untuk derajat kepercayaan 95 % (p-0,05), t = 4,30 maka :

( )

Sehingga diperoleh hasil pengukuran kandungan besi dalam air reservoir IPA Deli Tua sebesar:

0,3301 ± 0,0383 mg/L

Hasil perhitungan untuk kandungan besi pada air PDAM unit produksi Deli Tua dan Sunggal terlampir pada lampiran


(22)

Tabel 4.3. Data Hasil Pengukuran Absorbansi logam Cu pada Air PDAM dengan metode SSA pada spesifik = 324,8 nm

No. Kode Sampel Absorbansi

A1 A2 A3 ̅

1 RA 0,0015 0,0014 0,0014 0,0014

2 A 0,0027 0,0027 0,0025 0,0026

3 RB 0,0009 0,0010 0,0009 0,0009

4 B 0,0020 0,0021 0,0020 0,0020

Keterangan:

RA = Air dari Reservoir Instalasi Produksi Air Bersih Deli Tua

A = Air dari Kran Rumah Penduduk Konsumen PDAM IPA Deli Tua RB = Air dari Reservoir Instalasi Produksi Air Bersih Sunggal

B = Air dari Kran Rumah Penduduk Konsumen PDAM IPA Sunggal

4.1.2.1. Penurunan Persamaan Garis Regresi dengan Metode Kurva Kalibrasi

untuk Larutan Standar Cu

Data absorbansi yang diperoleh untuk suatu seri larutan standar Cu diplotkan terhadap berbagai konsentrasi larutan standar yaitu pada pengukuran 0,0; 0,2; 0,4; 0,6; 0,8; 1,0 sehingga diperoleh kurva kalibrasi yang berupa garis linear pada gambar 4.2. dibawah ini:


(23)

Gambar 4.2. Kurva Kalibrasi Larutan Seri Standar Cu

Persamaan garis regresi ini diturunkan dengan metode Least Square, dimana konsentrasi larutan standar dinyatakan sebagai Xi dan absorbansi dinyatakan sebagai Yi dengan data pada tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4. Data Hasil Penurunan Persamaan Garis Regresi Larutan Seri Standar Cu

No. Xi Yi ̅ ̅ ̅ ̅ ̅ ̅

1 0,0 0,0002 -0,50 -0,08973 0,044867 0,25 0,008052

2 0,2 0,0355 -0,30 -0,05443 0,016330 0,09 0,002963

y = 0,1783x + 0,0008 r = 0,9999

0.0000 0.0200 0.0400 0.0600 0.0800 0.1000 0.1200 0.1400 0.1600 0.1800 0.2000

0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 1.0 1.2

A b so rb a n si


(24)

̅ ∑

̅ ∑

Persamaan garis regresi untuk kurva kalibrasi dapat diturunkan dari persamaan garis:

Dimana:

slope intersept

∑ ̅ ̅∑ ̅

∑ ∑ Maka diperoleh Persamaan Garis Regeresi berikut:

4.1.2.2. Penentuan Koefisian Korelasi

Koefisien Korelasi dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan sebagai berikut:

∑ ̅ ̅ √∑ ̅ ̅


(25)

4.1.2.3. Penentuan Kandungan Tembaga

Kandungan besi dapat ditentukan dengan menggunakan metode kurva kalibrasi dengan mensubstitusi nilai absorbansi yang diperoleh dari hasil pengukuran terhadap persamaan garis regresi kurva kalibrasi.

4.1.2.3.1. Penentuan Kandungan Tembaga pada Air Minum dalam mg/L

Dari data pengukuran absorbansi besi untuk sampel air PDAM diperoleh absorbansi sebagai berikut:

A1 = 0,0015 A2 = 0,0014 A3 = 0,0014

Dengan mensubstitusikan nilai Y (absorbansi) ke persamaan garis regresi:

Dengan derajat pengenceran = 1, makan diperoleh konsentrasi Cu total yaitu: X1 = 0,0039

X2 = 0,0034 X3 = 0,0034

̅ ∑

̅


(26)

Dari data hasil distribusi t student untuk n = 3, dengan derajat kebebasan (dk)= n-1 = 2 untuk derajat kepercayaan 95 % (p-0,05), t = 4,30 maka :

( )

Sehingga diperoleh hasil pengukuran kandungan tembaga dalam air reservoir IPA Deli Tua sebesar:

0,0036 ± 0,000022 mg/L

Hasil perhitungan untuk kandungan tembaga pada air PDAM unit produksi Deli Tua dan Sunggal terlampir pada lampiran

4.2. Pembahasan

Kadar besi (Fe) pada air minum yang lebih besar dari 0,3 mg/l, dapat menyebabkan efek-efek yang merugikan seperti mengotori bak yang terbuat dari seng dan mengotori wastafel serta kloset. Konsumsi Fe dalam dosis tinggi bisa menyebabkan toksisitas, dan menyebabkan kematian pada anak-anak berusia kurang dari 6 tahun. Toksisitas ditandai dengan gejala muntah disertai dengan darah.

Defisiensi tembaga dapat mengakibatkan anemia; namun, kadar tembaga yang berlebih mengakibatkan air berasa amis jika diminum dan menyebabkan kerusakan hati. Kadar tembaga yang tinggi juga dapat mengakibatkan korosi besi dan aluminium.


(27)

Kadar besi (Fe) yang diperoleh pada air reservoir pada IPA Deli Tua 0,3301 mg/L, sedangkan kadar besi (Fe) yang diperoleh pada air baku perumahan warga unit produksi Deli Tua 0,4473 mg/L.

Kadar tembaga (Cu) yang diperoleh pada air reservoir pada IPA Deli Tua sebesar 0,0036 mg/L, sedangkan kadar tembaga (Cu) yang diperoleh pada air baku perumahan warga unit produksi Deli Tua, masing-masing sebesar 0,0102 mg/L

Kadar besi (Fe) yang diperoleh pada air reservoir pada IPA Sunggal 0,3489 mg/L, sedangkan kadar besi (Fe) yang diperoleh pada air baku perumahan warga unit produksi Deli Tua 0,5979 mg/L.

Kadar tembaga (Cu) yang diperoleh pada air reservoir pada IPA Sunggal sebesar 0,0007 mg/L, sedangkan kadar tembaga (Cu) yang diperoleh pada air baku perumahan warga unit produksi Sunggal, masing-masing sebesar 0,0068 mg/L

Hasil analisis yang diperoleh pada air reservoir dan air baku pada kadar besi melebihi dari persyaratan air minum yang diatur dalam PERMENKES RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 dan WHO Volume 4 Tahun 2011 sedangkan untuk kadar tembaga tidak melebihi persyaratan.

Perbandingan kadar besi dan tembaga antara air reservoir dengan air baku diperoleh lebih besar kadar besi dan tembaga pada air baku yang mengalami kenaikan disebabkan selama proses distribusi air berlangsung dari air reservoir menuju konsumen kurang memperhatikan kebersihan dan pergantian pipa saluran air yang terbuat dari alloy (paduan logam) yang dapat mengalami korosi karena adanya aliran air dalam jangka waktu yang lama.


(28)

(29)

BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Kandungan Fe dalam air minum yang diproduksi oleh PDAM Tirtanadi unit produksi Deli Tua dan Sunggal pada Instalasi Produksi Air Bersih masing-masing sebesar 0.3301 mg/L dan 0.3489 mg/L. Pada perumahan warga masing-masing sebesar 0.4473 mg/L dan 0.5979 mg/L.

2. Kandungan Cu dalam air minum yang diproduksi oleh PDAM Tirtanadi unit produksi Deli Tua dan Sunggal pada Instalasi Produksi Air Bersih masing-masing sebesar 0.0036 mg/L dan 0.0007 mg/L. Pada perumahan warga masing-masing sebesar 0.0102 mg/L dan 0.0068 mg/L.

3. Kandungan Fe yang terkandung dari kedua unit produksi tersebut baik dari Instalasi Produksi Air Bersih maupun dari perumahan warga tidak memenuhi PERMENKES RI No.492/MENKES/PER/IV/2010 dan WHO Volume 4 Tahun 2011 untuk air minum.


(30)

(31)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Air

Air merupakan senyawa kimia yang sangat penting bagi kehidupan umat manusia dan makhluk hidup lainnya dan fungsinya bagi kehidupan tersebut tidak akan dapat digantikan oleh senyawa lainnya. Hampir semua kegiatan yang dilakukan manusia membutuhkan air, mulai dari membersihkan diri (mandi), membersihkan ruangan tempat tinggalnya, menyiapkan makanan dan minuman sampai dengan akrivitas-aktivitas lainnya.

Sebagian besar keperluan air sehari-hari berasal dari sumber air tanah dan sungai, air yang berasal dari PAM (air ledeng) juga bahan bakunya berasal dari sungai, oleh karena itu kuantitas dan kualitas sungai sebagai sumber air harus dipelihara (Achmad, 2004).

Dalam setiap aktivitas pengolahan air umumnya menggunakan berbagai bahan kimia, seperti tawas Al2(SO4)3 atau poly aluminium chloride (PAC) sebagai

koagulan dan bahan kaporit sebagai desinfektan dengan tujuan memperoleh air bersih untuk keperluan rumah tangga. Akan tetapi bahan-bahan kimia yang digunakan dalam pengolahan air untuk keperluan rumah tangga bila tidak tepat akan dapat mengkontaminasi dan mempengaruhi kualitas air sehingga dapat


(32)

Berikut ini adalah sifat air yang sangat penting yang diperhatikan untuk pengolahan air:

a.)Massa Spesifik. Melalui pemadatan pada struktur molekul, massa spesifik bervariasi dengan suhu dan tekanan. Maksimum didapat pada 4,08 oC pada tekanan satu bar, pada 3,8 oC pada 4 bar dan pada 3,4 oC pada 10 bar. Massa spesifik pada air murni pada suhu 15 oC dan tekana atmosforik adalah 0,9990 kg/dm3. Yang mana air alami bervariasi dengan kandungan zat yang terlarut. Air laut dengan salinitas pada 35 g/dm3 memiliki massa spesifik rata-rata yaitu 1,0281 kg/dm3 pada 0 oC. Sebuah variasi salinitas pada 1 g/L menyebabkan massa berubah menjadi 0,0008 kg/dm3.

b.)Sifat Termal. Panas massal : 4180 J/(kg.oC) pada 0 oC. Bervariasi dengan suhu dan mencapai suhu minimum 35 oC. Panas laten pada perubahan untuk peleburan: 330 kJ/kg atau 79 kkal/kg; untuk penguapan: 2250 kJ/kg atau 539 kkal/kg pada tekanan normal dan suhu 100 oC.

c.)Viskositas. Kemampuan pada cairan untuk menahan berbagai pergerakan, keduanya internal dan secara keseluruhan, seperti aliran. Viskositas berkurang ketika suhu meningkat.

d.)Tegangan Permukaan. Sifat yang khas untuk dihubungkan (batas permukaan pada dua fase). Didefinisikan sebagai gaya tarik yang mana diberikan pada cairan dan selalu cenderung untuk mengurangi luas permukaan ini menjadi semaksimal mungkin. Tegangan permukaan pada air 73 x 10-3 newton per meter (73 dyn/cm) pada suhu 18 oC dan 52,5 x 10

-3


(33)

e.)Sifat Optis. Transparan pada air bergantung pada panjang gelombang yang dilewati oleh cahaya. Ketika cahaya ultraviolet melewatinya dengan baik, sinar inframerah, juga berguna dari segi fisik dan biologisnya, sulit ditembus. Air menyerap sebagian besar bagian merah dan jingga pada cahaya tampak; hal ini menjelaskan warna biru pada cahaya telah melewati bagian tebal pada air (Degremont, 1979).

2.1.2. Sumber dan Kegunaan Air

Suplai air dunia didapatkan dari 5 bagian siklus hidrologi, seperti terlihat pada gambar 2.1. Sebagian besar dari air ditemukan dalam bentuk lautan dan samudra. Bagian lainnya terdapat dalam bentuk uap air di atmosfer.

Gambar 2.1. Siklus Hidrologi (Achmad, 2004)


(34)

Sebagian besar mikroorganisme yang semula ada dalam air tanah berangsur-angsur disaring sewaktu air meresap dalam tanah. Terdapat perbedaan yang cukup besar antara air tanah dengan air permukaan. Hal ini disebabkan oleh kandungan berbagai zat, baik yang terlarut mapun yang tersuspensi dalam perjalanan menuju ke laut. Air permukaan yang terkumpul dalam danau atau waduk mengandung nutrisi pentung untuk pertumbuhan ganggang. Air permukaan yang mengandung bahan organik mudah terurai dalam konsentrasi tinggi secara normal akan mengandung bakteri dalam jumlah tinggi pula yang mempunyai pengaruh cukup besar terhadap kualitas air permukaan (Achmad, 2004).

Setelah diberlakukannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas;

1. Kelas satu, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut;

2. Kelas dua, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

3. Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan tawar, peternakan, air untuk mengairi tanaman, dan atau peruntukkan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.

4. Kelas empat, air yang peruntukkannya dapat digunakan untuk mengairi pertanaman dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut (Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 82 Tahun 2001).


(35)

2.1.2.1. Air Permukaan

Air permukaan adalah air yang di sungai, danau, waduk, rawa, dan badan air lain, yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Areal tanah yang mengalirkan air ke suatu badan disebut watersheds atau drainage basin. Air yang mengalir dari daratan menuju suatu badan air disebut limpasan permukaan (surface run off); dan air yang mengalir di sungai menuju laut disebut aliran air sungai (river run off). Sekitar 69 % air yang masuk ke sungai berasal dari hujan, pencairan es/salju, dan sisanya berasal dari air tanah.

2.1.2.2. Air Tanah

Air tanah (groundwater) merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah ditemukan pada akuifer. Pergerakan air tanah sangat lambat; kecepatan arus berkisar antara 10-10 – 10-3 m/detik dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas dari lapisan tanah, dan pengisian kembali air (recharge). Karakteristik utama yang membedakan air tanah dan air permukaan adalah pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal (residence time) yang sangat lama, dapat mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Karena pergerakan yang sangat lama, dapat mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Karena pergerakan sangat lambat dan waktu tinggal yang lama tersebut, air tanah akan sulit pulih kembali jika mengalami pencemaran (Effendi, 2003).

2.2. Pengolahan Air


(36)

2. Bangunan Pengendap Pertama, bangunan ini berfungsi untuk mengendapkan partikel-partikel padat dari air sungai dengan gaya gravitasi. Pada proses ini tidak ada pembubuhan zat/bahan kimia.

3. Pembubuhan Koagulan, unit ini berfungsi untuk membubuhkan koagulan secara teratur sesuai dengan kebutuhan (dengan dosis yang tepat).

4. Bangunan Pengaduk Cepat, bangunan untuk meratakan bahan/zat kimia (koagulan) yang ditambahkan agar dapat bercampur dengan air secara baik, sempurna dan cepat.

5. Bangunan Pembentuk Flok, bangunan ini berfungsi untuk membentuk partikel padat yang lebih besar supaya dapat diendapkan dari hasil reaksi partikel kecil (koloidal) dengan bahan/zat koagulan yang kitak bubuhkan.

6. Bahan Pengendap Kedua, bangunan ini berfungsi untuk mengendapkan flok yang terbentuk pada unit bak pembentuk flok.

7. Filter (saringan), dalam proses penjernihan air minum diketahui dua macam filter yaitu: saringan pasir lambat (slow sand filter) dan saringan pasir cepat (rapid sand filter).

8. Reservoir, air yang telah melalui filter sudah dapat dipakai untuk air minum. Air tersebut telah bersih dan bebas dari bakteriologis dan ditampung pada bak reservoir (tandon) untuk diteruskan pada pada konsumen.

9. Pemompaan berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari proses pengolahan ke para konsumen (Sutrisno, 2002).


(37)

2.3. Koagulasi

Koagulasi adalah pembentukan gumpalan atau partikel lebih besar; dapat disebabkan oleh penambahan zat kimia tertentu atau oleh perubahan kondisi (biasanya berhubungan dengan pembuatan/penghilangan partikel koloid) (Mulyono, 2006).

Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air untuk membantu proses pengendapan partikel-partikel kecil yang tidak dapat mengendapkan dengan sendirinya (secara gravimetris). Bahan/zat kimia yang dipergunakan sebagai koagulan adalah aluminium sulfat yang biasa disebut dengan tawas (Sutrisno, 2002).

Koagulan ditambahkan pada air untuk membantu penghilangan partikel halus atau koloid yang mebutuhkan aglomerasi sebelum dapat dihilangkan secara efektif dengan pengendapan dan penyaringan. Koagulasi berarti penggumpalan atau pembentukan flok dari partikel yang lebih kecil menjadi lebih besar. (Davis, 1952).

2.4. Flokulasi

Flokulasi adalah proses penggumpalan (koagulasi) menjadi massa yang menjadi massa yang lebih besar (Mulyono, 2006).


(38)

2.5. Syarat Air Minum

Pada saat ini telah tersusun syarat -syarat air yang di pandang baik, yang secara umum dibedakan atas tiga hal:

1. Syarat Fisik

Air yang sebaiknya digunakan untuk minuman ialah air yang tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih dengan suhu sebaiknya suhu di bawah udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman. Syarat fisik ini adalah syarat yang sederhana kali, karena dalam praktek sehari-hari, sering di temui air yang memennuhi syarat di atas, tetapi jika di tinjau dari segi kesehatannya tidak memenuhi syarat karena mengandung berbagai bibit penyakit.

2. Syarat Bakteriologis

Secara historis semua air minum hendaknya dapat terhindar dari kemungkinan terkontaminasi dengan bakteri, terutama bakteri yang bersifat patogen. Namun dalam kehidupan sehari-hari sangatlah sukar di dalam menentukan apakah air tersebut benar-benar bebas dari bakteri atau tidak. Karena itulah untuk mengukur apakah air minum bebas bakteri atau tidak, pegangan yang dipakai adalah E.coli.

3. Syarat Kimia

Air minum yang baik adlaah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat – zat kimia maupun mineral yang berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya diharapkan pula zat atau bahan kimia atau mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, hendaknya harus terdapat dalam kadar yang sewajarnya dalam air minum tersebut (Effendi, 2003).


(39)

2.6. PDAM Tirtanadi

Untuk melayani wilayah pelayanan Kota Medan dan sekitarnya PDAM Tirtanadi memiliki enam unit Instalasi Pengolahan Air ditambah beberapa unit sumur bor dalam. Sumber air baku yang digunakan ada merupakan sumber mata air, air permukaan (sungai dan danau) dan air bawah tanah (sumur dalam):

1. IPA Sibolangit

Memiliki kapasitas 644 lt/det. IPA ini merupakan IPA pertama yang dimiliki oleh PDAM Tirtanadi yang dibangun pada tahun 1907 oleh Pemerintah Belanda.

2. IPA Sunggal

Merupakan Instalasi Pengolahan Air pertama dengan sistem pengolahan lengkap yang mengolah air Sungai Belawan. Dibangun pada tahun 1969 dengan kapasitas produksi 1800 lt/det.

3. IPA Deli Tua

Dibangun pada tahun 1989 dengan kapasitas produksi sebesar 1450 lt/det. Air baku yang digunakan diambil dari Sungai Deli.

4. IPA Belumai (PT Tirta Lyonaise Medan)

Air baku yang digunakan berasal dari Sungai Belumai. Instalasi Pengalahan Air lengkap ini dibangun oleh PT Tirta Lyonase Medan dengan sistem BOT (built, operate and transfer) Kapasitas produksi


(40)

6. IPA Hamparan Perak

Dioperasikan sejak tahun 2005 dengan kapasitas produksi 200 lt/det. IPA ini dibangun dengan menggunakan konsep turn key (http://pdam-tirtanadi.com/Pelayanan/UnitProduksiAirBersih/).

2.7. Logam

Mayoritas yang terdapat dalam unsur-unsur adalah logam. Unsur tersebut memiliki berbagai sifat fisik yang berbeda dari tiap-tiap logam, dengan catatan: (1) daya pantul tinggi; (2) konduktivitas elektrik tinggi, menurun dengan meningkatnya suhu; (3) konduktivitas termal tinggi; dan (4) sifat mekanis seperti kekuatan dan elastisitas. Terdapat tiga dasar struktur logam: kubik dan heksagonal tertutup rapat dan kubik berpusat tengah. Bentuk-bentuk logam dapat ditunjukkan pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Bentuk-bentuk pada logam (Cotton et al. 1995).

Pada heksagonal tertutup rapat (hcp), kubik tertutup rapat (ccp), dan kubik berpusat tengah (bcc) pada setiap unsur. Dimana dua atau lebih jumlah simbol digunakan, yang terbesar mewakili bentuk stabil pada suhu 25 oC (Cotton et al.


(1)

2.1.2.1. Air Permukaan

Air permukaan adalah air yang di sungai, danau, waduk, rawa, dan badan air lain, yang tidak mengalami infiltrasi ke bawah tanah. Areal tanah yang mengalirkan air ke suatu badan disebut watersheds atau drainage basin. Air yang mengalir dari daratan menuju suatu badan air disebut limpasan permukaan (surface run off); dan air yang mengalir di sungai menuju laut disebut aliran air sungai (river run off). Sekitar 69 % air yang masuk ke sungai berasal dari hujan, pencairan es/salju, dan sisanya berasal dari air tanah.

2.1.2.2. Air Tanah

Air tanah (groundwater) merupakan air yang berada di bawah permukaan tanah. Air tanah ditemukan pada akuifer. Pergerakan air tanah sangat lambat; kecepatan arus berkisar antara 10-10 – 10-3 m/detik dan dipengaruhi oleh porositas, permeabilitas dari lapisan tanah, dan pengisian kembali air (recharge). Karakteristik utama yang membedakan air tanah dan air permukaan adalah pergerakan yang sangat lambat dan waktu tinggal (residence time) yang sangat lama, dapat mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Karena pergerakan yang sangat lama, dapat mencapai puluhan bahkan ratusan tahun. Karena pergerakan sangat lambat dan waktu tinggal yang lama tersebut, air tanah akan sulit pulih kembali jika mengalami pencemaran (Effendi, 2003).

2.2. Pengolahan Air

Pengolahan air minum terdiri dari bangunan penangkap air, bangunan pengendap pertama, pembubuh koagulan, bangunan pengaduk cepat, bangunan pengendap kedua, bangunan penmyaring, reservoir, pemompaan.


(2)

mengendapkan partikel-partikel padat dari air sungai dengan gaya gravitasi. Pada proses ini tidak ada pembubuhan zat/bahan kimia.

3. Pembubuhan Koagulan, unit ini berfungsi untuk membubuhkan koagulan secara teratur sesuai dengan kebutuhan (dengan dosis yang tepat).

4. Bangunan Pengaduk Cepat, bangunan untuk meratakan bahan/zat kimia (koagulan) yang ditambahkan agar dapat bercampur dengan air secara baik, sempurna dan cepat.

5. Bangunan Pembentuk Flok, bangunan ini berfungsi untuk membentuk partikel padat yang lebih besar supaya dapat diendapkan dari hasil reaksi partikel kecil (koloidal) dengan bahan/zat koagulan yang kitak bubuhkan.

6. Bahan Pengendap Kedua, bangunan ini berfungsi untuk mengendapkan flok yang terbentuk pada unit bak pembentuk flok.

7. Filter (saringan), dalam proses penjernihan air minum diketahui dua macam filter yaitu: saringan pasir lambat (slow sand filter) dan saringan pasir cepat (rapid sand filter).

8. Reservoir, air yang telah melalui filter sudah dapat dipakai untuk air minum. Air tersebut telah bersih dan bebas dari bakteriologis dan ditampung pada bak reservoir (tandon) untuk diteruskan pada pada konsumen.

9. Pemompaan berfungsi untuk mendistribusikan air bersih dari proses pengolahan ke para konsumen (Sutrisno, 2002).


(3)

2.3. Koagulasi

Koagulasi adalah pembentukan gumpalan atau partikel lebih besar; dapat disebabkan oleh penambahan zat kimia tertentu atau oleh perubahan kondisi (biasanya berhubungan dengan pembuatan/penghilangan partikel koloid) (Mulyono, 2006).

Koagulan adalah bahan kimia yang dibutuhkan pada air untuk membantu proses pengendapan partikel-partikel kecil yang tidak dapat mengendapkan dengan sendirinya (secara gravimetris). Bahan/zat kimia yang dipergunakan sebagai koagulan adalah aluminium sulfat yang biasa disebut dengan tawas (Sutrisno, 2002).

Koagulan ditambahkan pada air untuk membantu penghilangan partikel halus atau koloid yang mebutuhkan aglomerasi sebelum dapat dihilangkan secara efektif dengan pengendapan dan penyaringan. Koagulasi berarti penggumpalan atau pembentukan flok dari partikel yang lebih kecil menjadi lebih besar. (Davis, 1952).

2.4. Flokulasi

Flokulasi adalah proses penggumpalan (koagulasi) menjadi massa yang menjadi massa yang lebih besar (Mulyono, 2006).

Proses flokulasi terdiri dari tiga langkah:

1. Pelarutan reagen melalui pengadukan cepat (1 menit; 100 rpm); bila perlu juga pembubuhan bahan kimia (sesaat) untuk koreksi pH.


(4)

2.5. Syarat Air Minum

Pada saat ini telah tersusun syarat -syarat air yang di pandang baik, yang secara umum dibedakan atas tiga hal:

1. Syarat Fisik

Air yang sebaiknya digunakan untuk minuman ialah air yang tidak berwarna, tidak berasa, tidak berbau, jernih dengan suhu sebaiknya suhu di bawah udara sedemikian rupa sehingga menimbulkan rasa nyaman. Syarat fisik ini adalah syarat yang sederhana kali, karena dalam praktek sehari-hari, sering di temui air yang memennuhi syarat di atas, tetapi jika di tinjau dari segi kesehatannya tidak memenuhi syarat karena mengandung berbagai bibit penyakit.

2. Syarat Bakteriologis

Secara historis semua air minum hendaknya dapat terhindar dari kemungkinan terkontaminasi dengan bakteri, terutama bakteri yang bersifat patogen. Namun dalam kehidupan sehari-hari sangatlah sukar di dalam menentukan apakah air tersebut benar-benar bebas dari bakteri atau tidak. Karena itulah untuk mengukur apakah air minum bebas bakteri atau tidak, pegangan yang dipakai adalah E.coli.

3. Syarat Kimia

Air minum yang baik adlaah air yang tidak tercemar secara berlebihan oleh zat – zat kimia maupun mineral yang berbahaya bagi kesehatan. Selanjutnya diharapkan pula zat atau bahan kimia atau mineral yang dibutuhkan oleh tubuh, hendaknya harus terdapat dalam kadar yang sewajarnya dalam air minum tersebut (Effendi, 2003).


(5)

2.6. PDAM Tirtanadi

Untuk melayani wilayah pelayanan Kota Medan dan sekitarnya PDAM Tirtanadi memiliki enam unit Instalasi Pengolahan Air ditambah beberapa unit sumur bor dalam. Sumber air baku yang digunakan ada merupakan sumber mata air, air permukaan (sungai dan danau) dan air bawah tanah (sumur dalam):

1. IPA Sibolangit

Memiliki kapasitas 644 lt/det. IPA ini merupakan IPA pertama yang dimiliki oleh PDAM Tirtanadi yang dibangun pada tahun 1907 oleh Pemerintah Belanda.

2. IPA Sunggal

Merupakan Instalasi Pengolahan Air pertama dengan sistem pengolahan lengkap yang mengolah air Sungai Belawan. Dibangun pada tahun 1969 dengan kapasitas produksi 1800 lt/det.

3. IPA Deli Tua

Dibangun pada tahun 1989 dengan kapasitas produksi sebesar 1450 lt/det. Air baku yang digunakan diambil dari Sungai Deli.

4. IPA Belumai (PT Tirta Lyonaise Medan)

Air baku yang digunakan berasal dari Sungai Belumai. Instalasi Pengalahan Air lengkap ini dibangun oleh PT Tirta Lyonase Medan dengan sistem BOT (built, operate and transfer) Kapasitas produksi sebesar 500 lt/det.


(6)

6. IPA Hamparan Perak

Dioperasikan sejak tahun 2005 dengan kapasitas produksi 200 lt/det. IPA ini dibangun dengan menggunakan konsep turn key (http://pdam-tirtanadi.com/Pelayanan/UnitProduksiAirBersih/).

2.7. Logam

Mayoritas yang terdapat dalam unsur-unsur adalah logam. Unsur tersebut memiliki berbagai sifat fisik yang berbeda dari tiap-tiap logam, dengan catatan: (1) daya pantul tinggi; (2) konduktivitas elektrik tinggi, menurun dengan meningkatnya suhu; (3) konduktivitas termal tinggi; dan (4) sifat mekanis seperti kekuatan dan elastisitas. Terdapat tiga dasar struktur logam: kubik dan heksagonal tertutup rapat dan kubik berpusat tengah. Bentuk-bentuk logam dapat ditunjukkan pada gambar 2.2.

Gambar 2.2. Bentuk-bentuk pada logam (Cotton et al. 1995).

Pada heksagonal tertutup rapat (hcp), kubik tertutup rapat (ccp), dan kubik berpusat tengah (bcc) pada setiap unsur. Dimana dua atau lebih jumlah simbol digunakan, yang terbesar mewakili bentuk stabil pada suhu 25 oC (Cotton et al. 1995).


Dokumen yang terkait

Studi Perbandingan Kandungan Besi (Fe) dan Aluminium Didalam Air Minum yang Diproduksi Oleh PDAM Tirtanadi Pada Unit Cabang Produksi Cabang Sei Agul, Medan Labuhan dan Sunggal Medan

0 30 70

Analisa Kadar Besi (Fe) pada Air Baku dan Air Reservoir di PDAM Tirtanadi IPA Sunggal

7 68 41

Analisis Kadar Besi (Fe), Tembaga (Cu) Dan Kalsium (Ca) Dalam Air Gambut Setelah Dijernihkan Dengan Metode Elektrokoagulasi

8 55 122

Studi Perbandingan Kandungan Besi (Fe) dan Tembaga (Cu) di Dalam Air Minum yang Diproduksi oleh PDAM Tirtanadi pada Unit Produksi Deli Tua dan Sunggal Medan

0 0 12

Studi Perbandingan Kandungan Besi (Fe) dan Tembaga (Cu) di Dalam Air Minum yang Diproduksi oleh PDAM Tirtanadi pada Unit Produksi Deli Tua dan Sunggal Medan

0 0 2

Studi Perbandingan Kandungan Besi (Fe) dan Tembaga (Cu) di Dalam Air Minum yang Diproduksi oleh PDAM Tirtanadi pada Unit Produksi Deli Tua dan Sunggal Medan

0 0 4

Studi Perbandingan Kandungan Besi (Fe) dan Tembaga (Cu) di Dalam Air Minum yang Diproduksi oleh PDAM Tirtanadi pada Unit Produksi Deli Tua dan Sunggal Medan

0 0 17

Studi Perbandingan Kandungan Besi (Fe) dan Tembaga (Cu) di Dalam Air Minum yang Diproduksi oleh PDAM Tirtanadi pada Unit Produksi Deli Tua dan Sunggal Medan

0 1 2

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Air - Studi Perbandingan Kandungan Besi (Fe) dan Aluminium Didalam Air Minum yang Diproduksi Oleh PDAM Tirtanadi Pada Unit Cabang Produksi Cabang Sei Agul, Medan Labuhan dan Sunggal Medan

0 0 20

Studi Perbandingan Kandungan Besi (Fe) dan Aluminium Didalam Air Minum yang Diproduksi Oleh PDAM Tirtanadi Pada Unit Cabang Produksi Cabang Sei Agul, Medan Labuhan dan Sunggal Medan

0 0 13