4. Komite Audit memiliki koefisien bertanda positif sebagai sebesar 19,424 hal tersebut menyatakan bahwa setiap penambahan satu skor nilai variabel Komite
Audit akan menaikan nilai tanggung jawab sosial perusahaan sebesar 19,424.
5.3 Pembahasan Hasil Penelitian 5.3.1. Pengaruh
Earnings Management dan Corporate Governance Dalam Hal Ini Komisaris Independen KOM, Kepemilikan Institusional INST,
dan Komite Audit ADIT Secara Simultan Terhadap CSR.
Berdasarkan hasil penelitian yang dibahas pada bab sebelumnya perhitungan regresi berganda diperoleh adjusted R
2
sebesar 0,409 signifikan pada tingkat kepercayaan 95. Secara simultan variabel earnings management dan corporate
governance dalam hal ini: komisaris independen KOM, kepemilikan institusional INST dan komite audit ADIT secara bersama-sama
mempengaruhi pengungkapan CSR pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Hal ini terlihat dari hasil pengolahan data menunjukan angka 40,9 yang
berarti 40,9 earnings management dan corporate governance tingkat pengungkapan sosial perusahaan dipengaruhi oleh variabel earnings management
dan corporate governance dan 50,1 dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak terdapat dalam penelitian ini.penelitian ini mendukung penelitian yang dilakukan
oleh Prior 2008, Handayani 2009 yang menunjukan hasil earnings management dan corporate governance mempunyai peran yang sangat penting
untuk mengontrol CSR.
5.3.2 Pengaruh earnings management dan corporate governance dalam hal ini
komisaris independen KOM, kepemilikan institusional INST dan komite Audit ADIT secara persial terhadap
corporate social responsibility CSR perusahaan.
Sebagai mana hasil dalam olahan data yang dibahas pada sub bab sebelumnya, perhitungan regresi berganda menunjukan bahwa secara simulta
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
variabel earnings management dan corporate governance dalam hal ini komisaris independen KOM, kepemilikan institusional INST, dan komite audit ADIT
berpengaruh secara signifikan positif terhadap laporan coporate social responsibility CSR pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia BEI. Namun pengujian secara persial menunjukan hasil yang beragam. Ada 1 satu variabel yang berpengaruh signifikan positif yaitu komite
audit, 3 tiga variabel lainnya yaitu earnings management, kepemilikan institusional INST dan komite audit ADIT tidak berpengaruh signifikan
terhadap corporate resposibility CSR. Dari hasil penelitian yang telah dibahas sebelumnya, berikut ini akan
dibahas hub antar earnings management, corporate governance dalam hal ini komisaris independen KOM, kepemilikan institusional INST dan komite audit
ADIT terhadap tanggung jawab sosial perusahaan CSR. a. Analisis pengaruh earnings management terhadap CSR
Nilai signifikansi earnings management eabesar 0,435 lebih besar dari 0,05 variabel ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap luas pengungkapan CSR
perusahaan dan memiliki arah koefisien positif. Maka dapat disimpulakan bahwa earnings management tidak berpengaruh signifikan terhadap CSR. Hasil ini tidak
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Prior 2007 dalam Handayani 2009 dimana dinyatakan pengungkapan CSR dilakukan oleh pihak managemen yang
melakukan earnings management adalah untuk alasan strategis dalam upaya untuk kesempatan oleh pihak manajen untuk menjadikan tameng atas tindakan yang
dilakukannya.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
Penelitian ini mendukung penelitian Mohamad 2007 yang tidak menemukan pengaruh yang signifikan antara earnings management dengan CSR.
Basmalah 2005 diungkapan alasan-alasan dalam melakukan pengungkapan CSR yang diidentifikasikan dalam beberapa literatur yaitu untuk memenuhi peraturan
yang berlaku, untuk memenuhi persyaratan pinjaman, harapan masyarakat dan untuk menarik dana investasi.
Kartini 2009 menyatakan kegiatan CSR tidak akan sia-sia karena ada beberapa reward yang akan dinikmati berupa menurunkan biaya operasional
perusahaan, meningkatkan volume penjualan dan pangsa pasar, menarik calon investor, pertumbuhan nilai saham yang signifikan, reputasi perusahaan. Sehingga
yang melatar belakangi pengungkapan CSR belum berdasarkan strategi pertahanan managerial dalam kaitannya dengan earnings management, oleh
karena itu hipotesis H
1
tidak dapat ditolak. b. Analisi pengaruh komisaris independen
Nilai signifikansi komposisi komisaris independen sebesar 0,051 lebih besar dari 0,05. Variabel ini tidak berpengaruh secara signifikan terhadap luas
pengungkapan CSR perusahaan dan memiliki koefisien negatif. Dengan demikian, hipotesia H
2
yang menyatakan independensi dewan komisaris tidak berpengaruh positif ditolak. Hal ini konsisten dengan penelitian Said.et.al 2009 dalam
warjanto 2010 yang menunjukan bahwa independensi atau proporsi komisaris independen tidak dapat mempengaruhi terhadap luas pengungkapan CSR
perusahaan. Menurut Amirudin 2004 kehadiran komisaris independen hanya sekedar
simbol atau hiasan belaka. Pengangkatan dewan komisaris independen dilakukan
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
hanya untuk pemenuhan regulasi semata tapi tidak ditujukan untuk terciptanya good corporate gavernance. Dengan ketentuan proporsi dewan komisaris
mendominasi kebijakan yang di ambil dewan komisaris. c. Analisis pengaruh kepemilikan institusional terhadap CSR
Nilai signifikansi kepemilikan institusional sebesar 0,164 lebih besar dari 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa kepemilikan institusional tidak berpengaruh
signifikan terhadap pengungkapan CSR dan memiliki koefisien yang positif. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Handayani 2009. Menunjukan bahwa
kepemilikan institusional di Indonesia dalam melakukan investasi belum mempertimbangkan tanggung jawabsosial sebagai salah satu kriteria dalam
melakukan investasi sehingga para investor institusi cendrung dalam melakukan. Investasi belum mempertimbangkan tanggung jawab sosial sebagai salah
satu kriteria dalam melakukan investasi sehingga para investor institusi cendrung tidak menekan pihak perusahaan dalam melakukan pengungkapan CSR secara
detail dalam laporan tahunan perusahaan. Para investor institusi cendrung melakukan investasi hanya mencari keuntungan semata.
Sementara menurut Handayani 2009 investor jenis ini biasanya investasinya hanya berjangka pendek karena investor yang mempunyai perspektif
jangka panjang cendrung mempertimbangkan tanggung jawab sosial yang dilakukan perusahaan.
d. Analisi pengaru komite audit terhadap CSR Nilai signifikansi ukuran komite audit menunjukan nilai 0,000 lebih kecil
dari 0,05 dengan arah yang positif. Hal ini menunjukan bahwa variabel komite audit mempunyai pengaryh yang signifikan dan positif terhadap CSR. Hasil
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
penelitian ini sesuai dengan penelitian Kurihama 2007; Barokah 2006 dimana sebagai corporate gavernance, komite audit diharapkan dapat meningkatkan
akuntabilitas dan transparansi dalam melakukan pengungkapan tanggung jawab sosial perusahaan.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penambahan hasil penelitian yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut
1. Secara simultan earning management dan good corporategovernance dalam hal ini komisaris independent, kepemilikan institusional dan komite
audit, berpengaruh secara signifikan dan positifterhadap corporate sicial responsibility CSR pada perusahaan manufaktur yang terdapatdi Bursa
efek Indonesia BEI. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Chich 2008 dan Handayani 2009, namun penelitian ini tidak sejalan dengan
penelitian Mohamad 2004. 2. Secara persial variabel-variabel bebas menunjukkan hasil yang berbeda.
a. earning management tidak berpengaruh signifikan terhadap corporate sicial responsibility CSR. Penelitian ini sejalan dengan penelitian
mohamad 2004 dan Basamalah 2005 namun tidak mendukung penelitian Prior 2008 dan Handayani 2009.
b. Komposisi dewan komisaris tidak mempunyaipengaruh yang signifikan terhadap corporate sicial responsibility CSR. Penelitian
ini sejalan dengan penelitian Said 2009 dalam Waryanto 2010 tapi tidak sejalan dengan penelitian Hanifa 2005, Sembiring 2005,
Anggraeni 2006, dan Yosefa 2006.
UNIVERSITAS SUMATRA UTARA